Professional Documents
Culture Documents
Meskipun CONT INUING MEDICAL EDUCAT ION CONT INUING MEDICAL EDUCAT ION Pendekat an Diagnosi…
T int o Love
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
ABSTRAK
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya, limfadenopati
terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:
malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK:
sarkoidosis, silikosis/beriliosis, storage disease, hipertiroidisme, histiositosis X, hipertrigliseridemia berat, hiperplasia angiofolikular, limfadenopati
angioimunoblastik, penyakit Kawasaki, limfadenitis Kikuchi, dan penyakit Kimura. Kunci kecurigaan keganasan meliputi usia tua, karakteristik
kelenjar yang keras, teriksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik
terpilih pada kecurigaan keganasan.
ABSTRACT
Lymphadenopathy is deined as lymph node enlargement of more than 1 cm. It can be generalized or localized. It results from many diseases
recalled using the mnemonic acronym MIAMI: malignancies, infections, autoimmune disorders, miscellaneous and unusual conditions,
and iatrogenic causes. Rare causes of lymphadenopathy can be abbreviated to SHAK: sarcoidosis, silicosis/berylliosis, storage disease,
hyperthyroidisme, histioscytosis X, hypertriglyceridemia, angiofollicular hyperplasia, angioimunoblastic lymphadenopathy, Kawasaki syndrome,
Kikuchi’s lymphadenitis, and Kimura disease. The keys for suspected malignancy include older age, irm, ixed nodal character, greater than 2
weeks duration and supraclavicular location. Excisional biopsy remains the diagnostic procedure of choice in suspected malignancy. Amaylia
Oehadian. Diagnostic Approach of Lymphadenopathy.
Meskipun limfadenopati dapat menunjukkan Diperkirakan 1,1% penderita yang berobat ke KLASIFIKASI
adanya penyakit serius, pada umumnya sarana layanan kesehatan primer mengidap Berdasarkan luas limfadenopati:
disebabkan oleh infeksi. Bila didapatkan keganasan. Faktor risiko utama keganasan • Generalisata: limfadenopati pada 2 atau
limfadenopati lokal, harus dilakukan evaluasi meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang lebih regio anatomi yang berbeda.3
kemungkinan adanya limfadenopati keras, teriksasi, berlangsung lebih dari 2 • Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.3
generalisata. Pada sebagian besar kasus, minggu, dan berlokasi di supraklavikula.3
diagnosis dapat ditegakkan dengan Dari semua kasus pasien yang berobat ke
anamnesis dan pemeriksaan isik. Kelenjar DEFINISI sarana layanan kesehatan primer, sekitar 3/4
getah bening normal biasanya berdiameter Limfadenopati merupakan pembesaran penderita datang dengan limfadenopati
kurang dari 1 cm dan cenderung lebih besar kelenjar getah bening dengan ukuran lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
pada orang dewasa muda. Pada orang normal, lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain limfadenopati generalisata.2
kelenjar getah bening sering teraba di daerah mendeinisikan limfadenopati sebagai
inguinal karena trauma kronik dan infeksi abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar ETIOLOGI
yang sering terjadi di ekstremitas bawah; getah bening.3 Terabanya kelenjar getah Banyak keadaan yang dapat menimbulkan
dapat juga teraba di daerah leher (terutama bening supraklavikula, iliak, atau poplitea limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
daerah submandibular) setelah infeksi daerah dengan ukuran berapa pun dan terabanya dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:
kepala dan leher.1 Pada umumnya, kelenjar kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih malignancies (keganasan), infections (infeksi),
getah bening dengan ukuran lebih besar besar dari 5 mm merupakan keadaan autoimmune disorders (kelainan autoimun),
dari 1 cm merupakan temuan abnormal.2 abnormal.3 miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
DIAGNOSIS limfoma maligna non-Hodgkin meningkat 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan
Anamnesis pada kelompok ini. Riwayat keganasan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak,
• Umur penderita dan lamanya pada keluarga, seperti kanker payudara kelenjar getah bening berukuran lebih
limfadenopati atau familial dysplastic nevus syndrome dan besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi
Kemungkinan penyebab keganasan sangat melanoma, dapat membantu menduga toraks abnormal tanpa adanya gejala
rendah pada anak dan meningkat seiring penyebab limfadenopati.3 kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan
bertambahnya usia. Kelenjar getah bening merupakan gambaran prediktif untuk
teraba pada periode neonatal dan sebagian • Gejala yang menyertai penyakit granulomatosa (tuberkulosis, cat-
besar anak sehat mempunyai kelenjar getah Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, scratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker
bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba. dan demam, sering menyertai limfadenopati (terutama limfoma).2 Tidak ada ketentuan
Sebagian besar penyebab limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang
pada anak adalah infeksi atau penyebab yang mononukleosis. Demam, keringat malam, dan menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada
bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan, penurunan berat badan lebih dari 10% dapat laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum
dari 628 penderita yang menjalani biopsi merupakan gejala limfoma B symptom. Pada 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran
karena limfadenopati, penyebab yang jinak limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada yang memerlukan evaluasi lebih lanjut
dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita untuk menentukan ada tidaknya keganasan
79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, stadium IV. B symptom juga didapatkan pada dan penyakit granulomatosa.3
59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% 10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala
penderita di atas 50 tahun.3 artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat • Lokasi limfadenopati
menunjukkan kemungkinan adanya penyakit Limfadenopati daerah kepala dan leher
Di sarana layanan kesehatan primer, autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus Kelenjar getah bening servikal teraba pada
penderita berusia 40 tahun atau lebih eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga
dengan limfadenopati mempunyai risiko pada limfadenopati setelah penggunaan pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi limfadenopati servikal adalah infeksi; pada
tahun, risiko keganasan sebagai penyebab spesiik untuk limfoma Hodgkin.3 anak, umumnya berupa infeksi virus akut
limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium
yang berlangsung kurang dari 2 minggu atau Pemeriksaan Fisik atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis,
lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran • Karakter dan ukuran kelenjar getah limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit
mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa bening Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung
etiologinya adalah keganasan.3 Kelenjar getah bening yang keras dan tidak selama beberapa bulan. Limfadenopati
nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab supraklavikula kemungkinan besar (54%-
• Pajanan keganasan atau penyakit granulomatosa. 85%) disebabkan oleh keganasan.3 Kelenjar
Anamnesis pajanan penting untuk Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular getah bening servikal yang mengalami
menentukan penyebab limfadenopati. mempunyai karakteristik teriksasi dan inlamasi dalam beberapa hari, kemudian
Pajanan binatang dan gigitan serangga, terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. berluktuasi (terutama pada anak-anak)
penggunaan obat, kontak penderita infeksi Limfadenopati karena virus mempunyai khas untuk limfadenopati akibat infeksi
dan riwayat infeksi rekuren penting dalam karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak stailokokus dan streptokokus.1 Kelenjar
evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati getah bening servikal yang berluktuasi
setelah bepergian dan riwayat vaksinasi dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya dalam beberapa minggu sampai beberapa
penting diketahui karena dapat berkaitan disebabkan oleh inlamasi karena infeksi. Pada bulan tanpa tanda-tanda inlamasi atau nyeri
dengan limfadenopati persisten, seperti kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri yang signiikan merupakan petunjuk infeksi
tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar Bartonella henselae (penyebab cat scratch
dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan karena ekspansi tumor yang cepat.3 disease).1 Kelenjar getah bening servikal yang
radiasi ultraviolet dapat berhubungan keras, terutama pada orang usia lanjut dan
dengan metastasis karsinoma organ dalam, Pada umumnya, kelenjar getah bening perokok menunjukkan metastasis keganasan
kanker kepala dan leher, atau kanker normal berukuran sampai diameter 1 kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat cm, tetapi beberapa penulis menyatakan laring, tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati
menimbulkan limfadenopati. Riwayat bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 servikal merupakan manifestasi limfadenitis
kontak seksual penting dalam menentukan cm atau kelenjar getah bening inguinal tuberkulosa yang paling sering (63-77%
penyebab limfadenopati inguinal dan lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat
servikal yang ditransmisikan secara seksual. Terdapat laporan bahwa pada 213 juga disebabkan oleh mikobakterium non-
Penderita acquired immunodeficiency penderita dewasa, tidak ada keganasan tuberkulosa.9
syndrome (AIDS) mempunyai beberapa pada penderita dengan ukuran kelenjar di
kemungkinan penyebab limfadenopati; bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada Limfadenopati epitroklear
risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan 8% penderita dengan ukuran kelenjar Terabanya kelenjar getah bening epitroklear
Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila
disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara
sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang
dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak
awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di
kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati
antekubital atau epitroklear dapat disebabkan
oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas,
yang bermetastasis ke kelenjar getah bening
ipsilateral.3
Gambar 1 Kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya3
Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai
keterkaitan erat dengan keganasan. Pada
penelitian, keganasan ditemukan pada 34%
dan 50% penderita. Risiko paling tinggi
ditemukan pada penderita di atas usia
40 tahun.1 Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan
di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus
Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu,
pankreas, testis, ovarium, prostat).1
Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan
dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal,
terutama yang bekerja tanpa alas kaki.
Gambar 2 Kelenjar getah bening aksila dan daerah drainasenya3 Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi
merupakan penyebab tersering limfadenopati
inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel
skuamosa pada penis dan vulva, limfoma,
serta melanoma dapat disertai limfadenopati
inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan
pada 58% penderita karsinoma penis atau
uretra.3
Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering
disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan
dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus.
Limfadenopati generalisata dapat disebabkan
oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran
Gambar 3 Limfadenopati daerah inguinal dan drainage3 kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati
Level I
• Sublevel I A (submental) Kelenjar getah bening dalam batas segitiga antara m. digastrikus bagian anterior dan tulang hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari dasar mulut, anterior lidah, anterior mandibula, bibir bawah
• Sublevel I B (submandibular) Kelenjar getah bening dalam batas m.digastrik bagian anterior, m. Stilohioid, dan mandibula.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasal anterior, jaringan lunak wajah, dan glandula
submandibularis.
Level II Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 atas, nervus asesorius spinalis mulai dari basis kranii sampai bagian inferior
(jugular atas) tulang hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasi, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring,
dan kelenjar parotis.
Level III Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 tengah, mulai bagian inferior tulang hioid sampai bagian inferior kartilago
(jugular tengah) krikoidea
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, nasofaring, orofaring, hipofaring, dan laring
Level IV Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 bawah, mulai bagian inferior kartilago krikoidea sampai klavikula
(jugular bawah) Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari hipofaring, tiroid, esofagus bagian servikal, dan laring
Level V Kelenjar getah bening di sekitar nervus asesoris pertengahan bawah dan arteri servikal transversa
(posterior triangle group) Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari nasofaring, orofaring, dan struktur kulit pada posterior kepala dan leher
• Sublevel VA Di atas batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar asesoris spinal
• Sublevel VB Di bawah batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar supraklavikula (kecuali nodus Virchow di level IV)
Level VI Kelenjar getah bening di antara tulang hioid dan takik suprasternal (suprasternal notch)
(anterior triangle group) Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari tiroid, laring bagian glotis dan subglotis, apeks sinus piriformis, dan
esofagus bagian servikal
Anamnesis
(kontak infeksi, obat, perjalanan, pajanan lingkungan, riwayat seksual, riwayat keluarga) Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya
Pemeriksaan isik
dilakukan pada kelenjar yang paling besar,
(termasuk pemeriksaan limfatik lengkap, pemeriksaan regional sesuai aliran limfatik)
paling dicurigai, dan paling mudah diakses
dengan pertimbangan nilai diagnostiknya.
Kelenjar getah bening inguinal mempunyai
nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar
Penyebab jinak/ Autoimun/penyakit Curiga keganasan Tidak diketahui
penyakit swasirna infeksi serius getah bening supraklavikular mempunyai
nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun
teknik pewarnaan imunohistokimia dapat
Lain-lain/ penyebab Uji spesiik,
tak-lazim terapi empirik meningkatkan sensitivitas dan spesiisitas
positif Uji spesiik
biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap
merupakan prosedur diagnostik terpilih.
Dapat diobati Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada
Negatif
Uji spesiik Risiko tinggi Faktor risiko biopsi merupakan hal yang penting untuk
keganasan diagnostik yang tepat, terutama untuk
Ya Tidak Tidak diketahui membedakan limfoma dengan hiperplasia
Biopsi eksisi Risiko rendah
reaktif yang jinak.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
2. Ferrer R. Lymphadenopathy: Diferential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician. 1998;58:1315.
3. Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician. 2002;66:2103-10.
4. Sundel R. Epidemiology and etiology of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com.
5. Sundel R. Clinical manifestations and diagnosis of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com.
6. Richards MJ. Kikuchi’s disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
7. Ranka SR, Rajput A, Kantharia CV. Kimura’s disease. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;56:43-5.
8. Larocche C. Kimura’s disease. Orphanet Encyclopedia [Internet]. 2005 [cited 2011 Jan 27]. Available from: http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-kimura.pdf.
9. Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
10. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasiication update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and the American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;128:751-8.