You are on page 1of 12

Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI RISIKO MENGGUNAKAN FUZZY FMEA


PADA RANTAI PASOK AGROINDUSTRI UDANG
RISKS EVALUATION AND IDENTIFICATION USING FUZZY FMEA FOR SHRIMP-
BASED AGROINDUSTRY SUPPLY CHAIN

Syarifuddin Nasution1, Yandra Arkeman2, Kadarwan Soewardi3, dan Taufik Djatna2


1
Departemen Teknik Informatika, STMIK-IM
Jl. Jakarta No. 79 Bandung – Indonesia
2
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor – Indonesia
3
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Lingkar
Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor – Indonesia
e-mail: synasution@yahoo.com
diajukan: 16/07/2014, direvisi: 14/08/2014, disetujui: 27/08/2014

ABSTRACT

Shrimp agroindustry exposed to a variety of complex problems and vulnerable to disruption.To be able to
recognize the risks of each supply chain actors and select an action based on the priorities, a model of
identification and evaluation of risks is needed. The aim of this research is was to produce a model of
identification and evaluation of risk in the shrimp supply chain. Risk identification was done using an approach of
what-if analysis, and risk evaluation was developed using fuzzy modelFMEA. The results showed that farmers
level has the highest probability risk (0.45) as compared to the level of collector (0.29) and processing industry
(0.18). The dominant risk at the farm level is a crop failure due to pests and diseases. Dominant risk at the
collector level is supplier availability and loyalty, While at the processor level the dominant risks are the diversity
of quality of supply and contamination of antibiotics in shrimp This model can be used to identify risk factors and
variables at each level of the supply chain and to determine priority actions for anticipation.

Keywords: Evaluation and risk identification,shrimp supply-chain, fuzzy FMEA

ABSTRAK

Agroindustri udang dihadapkan pada berbagai masalah yang kompleks dan rentan terhadap gangguan.Untuk
dapat mengenali risiko masing-masing pelaku rantai pasok dan memilih tindakan berdasarkan prioritas
diperlukan suatu model identifikasi dan evaluasi risiko.Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
modelidentifikasidan evaluasirisikorantai pasok udang. Identifikasi risiko akan dilakukan dengan pendekatan
what-if analysis dan evaluasi risiko yang dikembangkan menggunakan model fuzzy FMEA, dengan input data
dari beberapa ahli dan pelaku rantai pasok udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku petani
mempunyai risiko yang paling tinggi dengan probabilitas sebesar 0,45. jika dibandingkan risiko pada tingkat
pedagang pengumpul (0,29) dan risiko agroindustri (0,18). Risiko dominan pada tingkat petani disebabkan oleh
kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit. Pada tingkat pengumpul risiko dominan adalah
keberadaan dan loyalitas pemasok.Sedangkan pada tingkat prosesor risiko dominan adalah keragaman mutu
pasokan dan kontaminasi antibiotik pada komoditi udang. Secara keseluruhan model ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktorrisiko dan variabel pada tiap tingkatan rantai pasok serta memilih tindakan prioritas
sehingga akan diperolehrekomendasi berupa tindakan yang tepat untukmengantisipasinya.

Kata kunci: identifikasi dan evaluasi risiko, rantai pasok udang, fuzzy FMEA

PENDAHULUAN pasarutama meliputiJepang, Amerika


Serikat, danUni Eropa.Namun, dalam
Agroindustri udang merupakan salah pelaksanaan proses bisnis agroindustri
satu industri berbasis perikanan yang sudah udang saat ini dihadapkan pada masalah
berkembang di Indonesia.Komoditi atau variasi mutu, jumlah dan kontinuitas bahan
produk udang memiliki nilai jual tinggi yang baku, yang menimbulkan variasi pada
diperdagangkandi seluruh dunia(FAO, produk agroindustri, sehingga menurunkan
2010).Saat ini, Indonesiamerupakan salah daya saing di pasar global. Masalah ini
satu eksportirudang dengan tujuan jugamenjadi kendala bagi pelaku rantai

135
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

pasok untuk menjalin kerjasama atau melalui kontrak antara pelaku rantai pasok
kontrak dengan pelaku lainnya.Dari uraian udang belum berhasil dalam
di atas, dianggap penting untuk implementasinya karena kegiatan umumnya
memodelkan identifikasi risiko dan evaluasi bersifat project oriented, parsial dan tidak
risiko rantai pasok udang, sebagai langkah berkesinambungan.
awal untuk membuat kontrak berbasis Metode Fuzzy FMEA merupakan
kinerja (melalui pendekatan risiko) diantara salah satu tools yang dapat diterima dengan
pelaku dalam rantai pasok agroindustri baik, Keskin (2009) menyatakan bahwa
udang. penelitian dengan menggunakan logika
Model identifikasi risiko didefinisikan fuzzy akan memperoleh hasil yang lebih
sebagai memetakan karakteristik dan akurat dibandingkan dengan menggunakan
sumber risiko yang menjadi pemicu metode FMEA tradisional. Menurut Xu et al.
efektivitas dan efisiensi kinerja rantai (2002), dan Yeh & Hsieh (2007), beberapa
pasok.Setelah risiko teridentifikasi, kelemahan FMEA tradisional adalah: 1)
dilakukan pengukuran untuk menilai pernyataan dalam FMEA sering subyektif
peluang risiko dan konsekuensi dan kualitatif yang dijelaskan dalam bahasa
risiko.Selanjutnya, dilakukan evaluasi alamiah, 2) ketiga tingkat parameter severity
risikountuk mengendalikan dan mengelola (S), occurrence (O), detectability (D) yang
solusi terhadap hasil kinerja bisnis rantai diasumsikan memiliki kepentingan yang
pasok agroindustri udang (Wu dan sama, ternyata dalam praktiknya bobot
Blackhurst, 2009). kepentingan dari ketiga parameter adalah
Risiko dapat didefinisikan sebagai tidak sama, 3) Nilai Risk Priority Number
suatu ketidakpastian yang akan (RPN) yang sama dihasilkan dari hasil
berpengaruh negatif terhadap pencapaian perkalian tingkat S, O, Dmungkin
sasaran organisasi (Wu dan Blackhurst, menyiratkan representasi risiko yang
2009; Tuncel dan Alpan, 2010). Risiko juga berbeda.
telah dan menjadi isu penting dalam Dari uraian di atas, masalah dalam
manajemen rantai pasok dalam beberapa penelitian ini mencakup faktor-faktor dan
tahun terakhir.Menurut Tang(2006), variabel risiko yang mempengaruhi bisnis
manajemen risikorantai pasok (SCRM) yang udang untuk kontrak antara pelaku rantai
efektiftelah menjadikebutuhan bagi pasok, konsekuensi risiko, serta urutan
perusahaansaat ini. Beberapa penelitian prioritas yang diperoleh dalam evaluasi
mengenai topik identifikasi dan evaluasi risiko yang dilaksanakan secara bersama-
risiko rantai pasok yang telah banyak sama, untuk mencapai tujuan rantai pasok
dilakukan, diantaranya Copp et al., (2005) berupa pemenuhan keinginan konsumen
mengidentifikasi dan assessment risiko (responsiveness). Penelitian ini bertujuan
dengan metode hazard; Adhitya et al., untuk mengetahui karakteristik & sumber
(2009) melakukan identifikasi risiko rantai risiko, konsekuensi risiko, mengendalikan
pasok dengan analisis hazard operability risiko dominan dan mengelola solusi kinerja
(HAZOP); Yeh dan Hsieh (2007) bisnis rantai pasok agroindustri udang.
mengaplikasikan FMEA dan fuzzy theory
untuk assessment risiko; Wang et al., METODE
(2009) mengaplikasikan Fuzzy FMEA dalam
mengevaluasi risiko; Tang dan Musa (2011) Kerangka Pemikiran
telah mengidentifikasi isu-isu risiko dan
kemajuan penelitian dalam manajemen Dalam merancang model identifikasi
risiko rantai pasok. Secara khusus, Fitrianto risiko yang efektif dan efisien, persyaratan
dan Hadi (2012) juga telah melakukan utama yang dilakukan adalah memetakan
kajian awal terhadap risiko rantai pasok karakteristik dan sumber risiko yang
udang sebelum dan sesudah bencana menjadi pemicu kinerja rantai pasok (Wu
lumpur. Sedangkan, kajian-kajian atau dan Blackhurst, 2009). Setelah risiko
upaya yang telah dilakukan oleh beberapa teridentifikasi, dilakukan pengukuran untuk
pelaku seperti pemerintah daerah, asosiasi, menilai peluang risiko dan menganalisis
agroindustri untuk meningkatkan daya saing konsekuensi risikodengan mengidentifikasi

136
Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

semua dampak yang mungkin terhadap faktor risiko yang sangat berpengaruh
pelaku rantai pasok.Kemudian, terhadap setiap risiko tingkatan rantai
mengevaluasi risiko untuk mengendalikan pasok. Langkah-langkah identifikasi risiko
dan mengelola solusi terhadap hasil kinerja dapat dijelaskan pada Gambar 2.
bisnis rantai pasok agroindustri udang Pada penelitian ini identifikasi risiko rantai
(Wang et al., 2009; Wu dan Blackhurst, pasok dilakukan dengan menggunakan
2009).Kerangka penelitian ini dapat dilihat What-if analysis (analisis sebab-
pada Gambar 1. akibat).Penyusunan analisis sebab-akibat
pada penelitian ini dilakukan analisa
terhadap dari permasalahan yang terjadi.
Pada proses ini terdapat pembuatan
diagram fishbone yang dilakukan dengan
cara brainstorming dari pihak pelaku rantai
pasok udang yang berkaitan dengan
masalah risiko untuk menemukan
penyebab-penyebab dari risiko yang
dihasilkan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan


identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap risiko rantai pasok udang,
kemudian menyusun tabel sebab-akibat,
depth interview, membuat kuesioner dan
analisis data. Analisis konsekuensi
dilakukan secara deskriptif, sedangkan
memilih prioritas dalam evaluasi risiko
dilakukan dengan Fuzzy FMEA, pemberian
nilai severity, occurrence, detectability
(S,O,D), fuzzification (fungsi keanggotaan
input), fuzzy inference system, Gambar 2. Diagram alir identifikasi risiko
defuzzification (keanggotaan output) dan rantaipasok udang
diperoleh nilai FRPN (fuzzy risk priority
number). Model Evaluasi Risiko Rantai Pasok

Model Identifikasi Risiko Rantai Pasok Model evaluasi risiko rantai pasok
Agroindustri Udang digunakan untuk mengukur tingkat risiko
setiap variabel risiko rantai pasok. Evaluasi
Model identifikasi risiko rantai pasok risiko ini diperlukan agar dapat memilih
udang bertujuan untuk mengidentifikasi dan tindakan manajemen berdasarkan prioritas
menentukan variabel-variabel dari setiap yang sesuai dengan faktor-faktor risiko yang
telah teridentifikasi. Langkah-langkah
137
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

evaluasi risiko dapat dijelaskan pada (PT).Himpunan fuzzy untuk variabel S, O, D


Gambar 3. dan FRPN dapat dilihat pada Gambar 4dan
Model menggunakan metode Fuzzy 5, sedangkan diagram alir model evaluasi
FMEA(Failure Mode and Effect Analysis) risiko dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai
yang dikembangkan oleh Yeh dan Hsieh FRPN merupakan hasil perkalian variabel
(2007); Wang et al., 2009).Tingkat variabel S,O, D. Ketiga faktor tersebut akan dikalikan
risiko dalam metode fuzzy FMEA ditentukan dan masing-masing faktor memiliki ranking
berdasarkan pendapat pakar rantai pasok yang berkisar antara 1 hingga 10 dimana
agroindustri udang. Variabel tersebut pada akhirnya nilai FRPN yang dihasilkan
meliputi severity (S) yang menunjukkan akan memiliki rentang dari 1 hingga 1000.
tingkat kepelikan kegagalan yang akan Nilai FRPN yang lebih tinggi diasumsikan
terjadi, occurence (O) yang menunjukkan memiliki risiko yang lebih tinggi
tingkat kemungkinan terjadinya kegagalan, dibandingkan dengan nilai FRPN yang lebih
detection (D) yang menunjukkan tingkat rendah.Kegagalan yang mempunyai nilai
deteksi terjadinya kegagalan. Pengukuran FRPN lebih tinggi diasumsikan lebih penting
variabel menggunakan logika fuzzy yang dan diberi prioritas lebih tinggi untuk segera
direpresentasikan dalam TFN (triangular diperbaiki (Kwai-Sang et al., 2009).
fuzzy number) (Gambar 3) denganfungsi Persamaan untuk menentukan nilai FRPN
keanggotaan yang memiliki 7 parameter, sebagai berikut:
yaitu tidak pernah (TP), sangat rendah (SR),
rendah (R), sedang (S), tnggi (T), sangat
tinggi (ST), dan paling tinggi (PT).
Persamaan fungsi keanggotaan TFN
dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 4. TFN untuk variabel severity,


occurrence dan detectability.

Gambar 5.TFN untuk Fuzzy Risk Priority


Numbers (FRPN)

Gambar 3.Fungsi keanggotaan TFN

Output dari penilaian input severity,


occurrence dan detectabilityakan
direpresentasikan dengan nilailinguistik
fuzzy tidak ada risiko (TA), sangat rendah
(SR), rendah (R), sedang (S), tinggi (T),
sangat tinggi (ST), dan paling tinggi

138
Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

Jaringan rantai pasok udang dimulai


dari petani.Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan petani adalah pelaku
yang mengusahakan budidaya tambak
udang.Aktivitas petani mencakup usaha
budidaya yang meliputi kegiatan persiapan
lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan sampai panen. Pada level ini
output yang dihasilkan adalah udang
dengan ukuran (size) yang beragam sesuai
dengan permintaan konsumen, umumnya
ukuran panen berukuran (jumlah ekor dalam
1 kilogram udang)30, 40, 51-60, 70-80, dan
ukuran yang terkecil adalah 120 dan
150.Berdasarkan spesifikasi teknologi
budidayanya, udang dapat dibudidayakan
secara intensif, semi intensif, tradisional
plus dan tradisional (ekstensif).
Pelaku selanjutnya adalah pedagang
pengumpul dengan aktivitas utama berupa
pembelian udang dari petani, melakukan
sortasiterutama berdasarkan ukuran (size),
kelengkapan organ tubuh dan tingkat
kesegaran.Udang yang telah disortasi,
selanjutnya di simpan dalam tempat yang
diberi es (cool-box) untuk mempertahankan
kesegaran udang.Umumnya penyimpanan
hanya dilakukan maksimal 3 hari, dan
selanjutnya di jual kepada agroindustri.
Pelaku terakhir dalam sistem rantai
pasok udang adalahprosesor. Aktivitas
utama pelaku ini mencari sumber bahan
Gambar 6. Diagram alir evaluasi risiko baku sesuai permintaan konsumen.
Menurut Pathumnakul et al., (2007),sumber
HASIL DAN PEMBAHASAN bahan bakuudang yang segar umumnya
berasal dari petani terutama ditujukan untuk
Struktur Rantai Pasok Udang permintaan yang khusus mengutamakan
dari sisi kesegaran dan rasa (taste).
Rantai pasok dapat dipandang Sedangkan untuk permintaan yang sifatnya
sebagai sebuah sistem yang mempunyai umum, sumber bahan bakuudang berasal
unsur-unsur yang teratur, saling berkaitan dari pedagang pengumpul. Kemudian,
dan mempunyai tujuan tertentu. Rantai dilakukan sortasi udang berdasarkan
pasok udang mempunyai unsur pelaku yang ukuran, tingkat kesegaran dan kelengkapan
terlibat langsung dalam tingkatan rantai organ tubuh, serta uji kimiawi untuk
pasok, yaitu: petani, pengumpul, prosesor mengetahui apakah bahan baku tercemar
(industri pengolahan), eksportir dan bahan kimia. Bahan bakuyang tidak lolos uji
konsumen. Setiap pelaku dalam rantai kualitas akan dikembalikan (reject) kepada
pasok tersebut mempunyai tujuan dan pemasok.Sedangkan bahan baku yang
kepentingan masing-masing yang kadang- memenuhi syarat langsung diproses sesuai
kadang bersifat konflik. Untuk mengatasi permintaan, umumnya produk yang
dan mengelola konflik kepentingan tersebut dihasilkan diantaranya adalah udang utuh
perlu adanya suatu sistem manajemen beku(Head-on Shell-on), udang beku tanpa
risiko, sehingga sistem rantai pasok dapat kepala (Headless Shell-on), udang kupas
terkendali dalam usaha mencapai tujuan. beku (Raw peeled), udang masak

139
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

(Cooked)dan udang hasil olahan berupa faktor risiko tertinggi di tingkat petani adalah
sushi, breaded dan lain-lain (Pathumnakul risiko kualitas, disusul risiko harga, risiko
et al., 2009).Selanjutnya udang dikemas, kuantitas dan risiko waktu kirim (Gambar 9).
dibekukan pada suhu -500C, dan dikirim ke Untuk mengetahui lebih dalam sumber
negara tujuan sesuai dengan kontrak yang atau variabel risiko dari setiap faktor risiko
telah disepakati sebelumnya.Secara tersebut, maka perlu dilakukan kajian
lengkap struktur dan aktivitas pelaku sistem mendalam terhadap tingkat kejadian dan
rantai pasok udang disajikan pada Gambar dampak dari setiap variabel risikonya.
7. Risiko kualitas pada tingkat petani
dipengaruhi oleh kerusakan udang akibat
pengiriman terlalu lama di jalan, terjadinya
pembusukan akibat kurangnya pendingin,
dan kerusakan akibat penanganan udang
saat panen. Risiko harga di tingkat petani
dipengaruhi oleh rendahnya mutu pasokan,
melimpahnya pasokan pada musim panen
dan kenaikan harga akibat nilai tukar dan
inflasi. Risiko kuantitas di tingkat petani
dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu
kegagalan panen, produktifitas rendah
akibat benur berkualitasrendah dan
Gambar 7. Struktur jaringan rantai ketersediaan saprodi. Sedangkan risiko
pasokudang waktu kirim di tingkat petani bersumber dari
jarak angkut, kerusakan infrastruktur jalan
Rantai pasok udang memiliki ciri khas yang menyebabkan keterlambatan
berupa rantai hidup mulai dari hatchery pengiriman akibat terlalu lama di jalan.
(pembenihan) sampai proses pembesaran Hasil evaluasi variabel risikodominan
(budidaya) di tambak, kemudian mulai dari di tingkat petani dapat diperlihatkanpada
pemanenan udang di tambak sampai ke Tabel 2, risiko dominan yang dihadapi
tangan konsumen dalam bentuk beku (cold petani dalam rantai pasok udang adalah
chain), sehingga pengelolaan rantai pasok risiko kegagalan panen yang disebabkan
udang menjadi lebih kompleks. serangan hama dan penyakit. Risiko
kegagalan panen ini umumnya diawali oleh
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Udang penurunan kualitas lingkungan perairan,
yangbisa berdampak pada kematian udang
Hasil identifikasi risikoberdasarkan yang disebabkan cemaran atau polusi.
brainstormingpada pelaku rantai pasok Cemaran atau polusi ini juga menjadi
agroindustri udang berupagangguan, pemicu berkembangnya organisme
penyebab dan akibat dapat dilihat pada penyebab penyakit (patogen) seperti virus,
Tabel 1.Hasil tersebut dianalisa bakteri, jamur dan protozoa, yang pada
berdasarkan kelompok faktor risiko yang akhirnya juga menyebabkan kematian
terdiri dari kualitas, kuantitas, waktu kirim udang (kegagalan panen). Untuk
dan harga, kemudian disusun ke mengurangi dampak akibat penyakit udang,
dalambentuk diagram fishbone, seperti umumnya dilakukan sanitasi lingkungan
pada Gambar 8. perairan dan pemberian obat-
obatan.Namun, pemberian obat-obatan
Analisis Risiko Tingkat Petani berupa bahan kimia yang melebihi dosis
dapat menyebabkan residu bahan kimia
Analisis risiko pada tingkat petani pada komoditi/produk udang yang pada
dilakukan untuk mengetahui faktor dan gilirannya menyebabkan rendahnya kualitas
variabel risiko yang dihadapi oleh petani pasokan bahan baku, seperti kasus
dalam pengadaan bahan baku berdasarkan kontaminasi antibiotik pada produk udang.
kontrak antara pelaku rantai pasok.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peluang

140
Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

Gambar 8. Diagram sebab-akibat untuk risiko kontrak rantai pasok udang

Tabel 1 Gangguan, sebab-akibat risiko rantai pasok udang


No Gangguan (risiko) Penyebab Akibat
1 Keragaman mutu pasokan Banyaknya pemasok udang Variasi mutu, ukuran dan
bahan baku yang berukuran kecil jenis udang
2 Terkontaminasi antibiotika Udang diberi obat Udang mengandung
mengandung antibiotika antibiotika
3 Kerusakan saat panen Kurang terampil menggunakan Melukai atau memotong
alat panen organ udang
4 Kerusakan akibat proses Kurang terampil Kerusakan organ udang
produksi mengoperasikan peralatan
5 Kerusakan saat pengiriman Pendingin udang (es curah) Mulai terjadi pembusukan
kurang memadai (rigor mortis)
6 Kegagalan panen Menurunnya kualitas Kematian udang
lingkungan perairan (mortalitas) yang tinggi
7 Kegagalan panen Serangan hama dan penyakit Kematian udang
(mortalitas) yang tinggi
8 Benur mutu rendah Pemilihan benur bermutu Produktivitas rendah,
rendah untuk budidaya mortalitas tinggi dan tidak
tahan terhadap penyakit
9 Kerusakan saat pengiriman Penjadwalan kurang baik Terlalu lama di jalan
10 Loyalitas pemasok rendah Pembayaran tidak lancar, Pemasok menjual udang
harga tidak bersaing ke agroindusrti lain
11 Harga udang menurun Penjadwalan mulai tanam Panen raya secara
hingga panen kurang baik bersamaan, supply lebih
besar daripada demand.
12 Harga udang rendah. Mutu pasokan yang dikirim Udang dibeli dengan
terlalu rendah harga yang sangat rendah
13 Fluktuasi nilai tukar Harga udang tujuan ekspor Harga udang di pasar
sangat rentan terhadap dalam negeri menjadi
perubahan nilai tukar mahal
14 Kontrak dengan buyer Pemasok sudah terikat kontrak Saat harga udang naik,
dengan buyer pemasok tidak dapat
menjual ke agroindustri
lain
15 Pemenuhan pesanan Bahan baku tidak tersedia Beberapa pesanan tidak
sesuai perjanjian dapat dipenuhi
16 Udang ditolak (reject) Bahan baku mutu rendah , Udang yang dikirim akan
tercampur dengan udang dikembalikan ke pemasok
moulting

141
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

Tabel 2.Hasil analisis FRPN pada tingkat petani


Nilai Nilai Nilai Nilai
No Potensi gangguan (risiko) Kategori
S O D FRPN
1 Kegagalan panen disebabkan Sangat
9 7 8 900
serangan hama dan penyakit Tinggi
2 Pemilihan benur bermutu
5 7 5 500 Sedang
rendah untuk budidaya
3 Kerusakan udang akibat terlalu
6 5 4 500 Sedang
lama di jalan
4 Fluktuasi harga disebabkan
5 4 4 500 Sedang
ketersediaan pasokan
5 Kegagalan panen disebabkan
6 7 7 500 Sedang
menurunnya kualitas perairan
6 Kerusakan saat pengiriman
4 4 3 269 Rendah
akibat pendingin yang kurang
7 Kerusakan udang akibat alat
4 3 3 269 Rendah
panen

1,00

0,75
Tingkat Risiko

0,50 0,34 0,29


0.20
0,25 0,17

0,00
Risiko Risiko Risiko Risiko
Kualitas Kuantitas Waktu Kirim Harga

Faktor risiko

Gambar 10.Histogram perbandingan tingkat risiko berdasarkan faktor risiko di tingkat


pengumpul

Tabel 3. Hasil analisis FRPN pada tingkat pedagang pengumpul


Nilai Nilai Nilai Nilai
No Potensi gangguan (risiko) Kategori
S O D FRPN
1 Keragaman mutu pasokan 6 7 7 500 Sedang
2 Loyalitas pemasok yang
7 5 6 725 Tinggi
rendah
3 Pesanan tidak terpenuhi
akibat bahan baku tidak 5 5 6 500 Sedang
tersedia
4 Udang dihargai rendah
6 5 5 500 Sedang
(mutu rendah)
5 Kontrak dengan buyer 3 4 4 269 Rendah

Analisis Risiko Tingkat Pengumpul lengkap dari hasil identifikasi risiko pada
tingkat pedagang pengumpul dapat dilihat
Berdasarkan identifikasi risiko pada pada Gambar 10
tingkat pedagang pengumpul diperoleh Risiko kuantitas di tingkat pedagang
empat faktor risiko yang dihadapi oleh pengumpul dipengaruhi oleh keberadaan
pedagang pengumpul dalam rantai pasok pemasok, loyalitas pemasok dan
udang yaitu risiko kualitas, risiko kuantitas, ketidakpastian permintaan. Risiko harga di
risiko waktu kirim dan risiko harga.Nilai tingkat pedagang pengumpul dipengaruhi

142
Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

oleh fluktuasi harga, nilai tukar dan inflasi risiko waktu kirim seperti pada Gambar
serta kelancaran pembayaran. Risiko 11.Risiko kuantitas di tingkat prosesor dan
kualitas pada tingkat pedagang pengumpul eksportir dipengaruhi oleh keberadaan dan
dipengaruhi oleh keragaman mutu pasokan, loyalitas pemasok, tidak terpenuhinya
penanganan (handling) dan udang yang permintaan. Risiko harga di tingkat
ganti kulit (moulting). Sedangkan risiko agroindustri dan eksportir dipengaruhi oleh
waktu kirim pada tingkat pedagang nilai tukar (kurs), fluktuasi harga bahan
pengumpul dipengaruhi oleh pemenuhan baku. Risiko kualitas dipegaruhi oleh tingkat
permintaan, ketersediaan bahan baku, dan keragaman mutu pasokan, masih
sarana transportasi. ditemukannya udang yang moulting, dan
Berdasarkan Tabel 3, risiko dominan kerusakan akibat proses produksi.
di tingkat pedagang pengumpul adalah Sedangkan risiko waktu kirim di tingkat
risiko keberadaan dan loyalitas pemasok prosesor dan eksportir dipengaruhi oleh
yang memasok bahan baku ke pengumpul. keterlambatan pengiriman akibat
Sebagian besar pemasok terdiri para petani kekurangan kapasitas angkut, sarana
berukuran kecil, oleh karena itu sebuah pengiriman dan cara pengiriman.
pedagang pengumpul mungkin harus Berdasarkan Tabel 4, risiko dominan
bekerjasama dengan pada prosesor dan eksportir adalah
puluhanbahkanratusan petani untuk keragaman mutu pasokan dan kontaminasi
memenuhi pesanan dari agroindustri udang. udang berupa antibiotik. Keragaman mutu
Risiko terkait keberadaan dan loyalitas pasokan umumnya disebabkan oleh
petani umumnya berkaitan dengan harga banyaknya jumlah pedagang pengumpul
udang dan pola pembayaran udang ke yang menjual (memasok) udang yang
petani. Untuk mengatasi risiko tersebut diperoleh dari petani ke agroindustri dan
biasanya pihak pengumpul biasanya selalu eksportir.Untuk mengatasi risiko
meng-update harga udang, pembayaran keberagaman mutu pasokan yang diterima
tunai dan dan adanya program pembinaan prosesor dan eksportir, biasanya pada
petani untuk meningkatkan produksi. tingkat pedagang pengumpul sudah
melakukan sortasi awal berdasarkan jenis,
Analisis Risiko Tingkat Prosesor ukuran dan mutu udang atas beberapa
grade. Untuk menyamakan standar
Berdasarkan hasil perhitungan padatingkat pemasok, diperlukan peran
diperoleh bahwa tingkat risiko tertinggi di prosesor untuk membuat standarisasi mutu
tingkat prosesor dan eksportir adalah risiko bahan baku udang.
kuantitas, risiko harga, risiko kualitas dan

1,00

0,75
Tingkat Risiko

0,50 0,38
0,29
0,25 0,18 0,15

0,00
Risiko Risiko Risiko Risiko
Kualitas Kuantitas Waktu Kirim Harga

Faktor risiko

Gambar 11.Histogram perbandingan tingkat risiko berdasarkan faktor risiko di tingkat


agroindustri dan eksportir

143
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

Kontaminasi antibiotik biasanya terjadi pasok udang, karena sebagian besar


pada tingkat petani saat budidaya udang, produksi sekitar 90%diperuntukkan untuk
dan baru terdeteksi saat pemeriksaan pasar ekspor.Pasar ekspor mempunyai
udang pada tingkat prosesor. Pemberian persyaratanmutu yang sangat ketat
antibiotik digunakan untuk mengurangi berkaitan dengan pencemaran
dampak akibat penyakit udang, pemberian biologis/mikrobiologis, kimia dan
antibiotik yang melebihi dosis dan fisikdiantaranya logam berat, residu obat-
menjelang panen dapat menyebabkan obatan (nitrofuran, kloramfenicol),
residu bahan kimia pada komoditi/produk kontaminasi mikrobiologi (Salmonella sp,
udang. Untuk mengurangi risiko tersebut Shigella sp) dan lain-lain. Di sisi lain, bahan
dapat dilakukan dengan menerapkan Good bakuini diperoleh melalui pemasok, yaitu
Aquaculture Practices (GAP). pedagang pengumpul dan petani yang
berukuran kecil, sehingga sebuah prosesor
Analisis Risiko Rantai Pasok udangmungkin harus bekerjasama dengan
ratusan petambak untuk memenuhi tuntutan
Berdasarkan faktor risiko pada setiap pelanggan. Kebutuhan udang menuntut
tingkatan rantai pasok udang diperoleh adanya kontinuitas baik kuntitas maupun
secara berurutan yaitu risiko kualitas, risiko kualitas.Untuk itu, perlu adanya antisipasi
kuantitas, risiko harga dan risiko waktu kirim terhadap konflik tersebut sehingga diperoleh
(Gambar 12).Risiko kualitas mempunyai suatu rantai pasok yang berkesinambungan.
tingkat risiko yang paling tinggi dalam rantai

Tabel 4. Hasil analisis FRPN pada tingkat agroindustri


Nilai Nilai Nilai Nilai
No Potensi gangguan (risiko) Kategori
S O D FRPN
1 Keragaman mutu pasokan 7 8 7 725 Tinggi
2 Udang terkontaminasi
7 6 7 725 Tinggi
antibiotika
3 Kerusakan organ udang akibat
3 5 4 269 Rendah
proses produksi
4 Pesanan tidak terpenuhi akibat
bahan baku tidak sesuai 5 5 4 500 Sedang
spesifikasi kontrak
5 Fluktuasi harga disebabkan
6 5 6 500 Sedang
oleh perubahan nilai tukar
6 Bahan baku mutu rendah 5 6 5 500 Sedang

Gambar 12.Histogram perbandingan tingkat risiko berdasarkan faktor risiko rantai pasok
udang

144
Identifikasi Dan Evaluasi Risiko… (Syarifuddin Nasution, dkk)

Risiko harga juga penting dalam rantai seluruh pelaku rantai pasok udang adalah
pasok udang, karena komoditas udang dengan mengaplikasikan model kontrak
mempunyai harga yang cenderung fluktuatif berbasiskinerja, sehingga masing-masing
akibat dari ketersediaan udang bersifat pelaku mengetahui spesifikasi produk yang
musiman. Di lain pihak, permintaan dibutuhkan, waktu penyerahan dan harga
konsumen (ekspor) untuk memenuhi yang menguntungkan berdasarkan ukuran
kebutuhan konsumen luar negeri bisnis.
mempunyai siklus yang dimulai pada bulan
April dan mencapai puncaknya menjelang KESIMPULAN
akhir tahun. Pemenuhan spesifikasi
permintaan konsumen (ekspor) meliputi Berdasarkan what-if analysis dan
kualitas, kuantitas dan waktu kirim dengan fuzzy FMEA dapat disimpulkan bahwa,
harga yang sudah disepakati. risiko utama dalam rantai pasok udang
Risiko waktu kirim dalam rantai pasok adalah kualitas, kuantitas, harga, dan waktu
udang, di antaranya gangguan berupa kirim.Pada pelaku petani tingkat risiko
infrastruktur jalan yang mengakibatkan tertinggi pada risiko kualitas (0,42), pelaku
kerusakan saat pengirman berupa mulai pedagang pengumpul tingkat risiko tertinggi
terjadinya pembusukan yang disebabkan pada risiko kuantitas (0,34), sedangkan
pendingin udang (es curah) yang kurang pelaku prosesor tingkat risiko tertinggi
memadai dan terlalu lama di jalan yang adalah risiko kuantitas (0,38).
disebabkan penjadwalan yang kurang baik. Evaluasi risiko (risiko prioritas yang
harus dikendalikan) pada seluruh pelaku
Implikasi Manajerial rantai pasok agroindustri udang adalah
pada pelaku petani berupa, kegagalan
Salah satu kontribusi dari penelitian ini panen akibat serangan hama dan penyakit.
adalah memberikan rekomendasi kepada Keberadaan dan loyalitas pemasok yang
pelaku rantai pasok udang dalam bentuk rendah merupakan risiko dominan untuk
implikasi manajerial.Implikasi manajerial pelaku pedagang pengumpul.Pada pelaku
manajemen risiko rantai pasok udang prosesor, risiko dominan adalah keragaman
adalah perlunya mekanisme yang tepat mutu pasokan dan adanya kontaminasi
untuk mengendalikan risiko dominan pada antibiotika pada komoditi dan produk udang.
rantai pasok udang. Pada tingkat Dari sisi implikasi manajerial, seluruh
petani,berupa perbaikan sistem budidaya stakeholders yang terlibat seperti petani,
dengan tindakan nyata melakukan pelatihan pedagang pengumpul, prosesor dan
secara berkala mengenai teknik eksportir harus mengaplikasikan model
pencegahan dan penganggulangan kontrak berbasis kinerja, sehingga masing-
serangan hama dan penyakit, pengelolaan masing pelaku mengetahui spesifikasi
kualitas lingkungan perairan. Pada tingkat produk yang dibutuhkan, waktu penyerahan
pedagang pengumpul, untuk meningkatkan dan harga yang menguntungkan
loyalitas pemasok dengan tindakan berupa berdasarkan ukuran bisnis.
harga udang yang kompetitif, pembayaran
tunai dan adanya program-program SARAN
pembinaan petani untuk meningkatkan
produksi. Sedangkan pada tingkat prosesor, Diperlukan penelitian lanjutan
peningkatan mutu dengan tindakan nyata mengenai evaluasi risiko rantai pasok
berupa penerapan sortasi dan handling agroindustri udangdengan justifikasi risiko
yang tidak menyebabkan cacat/rusak organ prioritas yang harus dikendalikan dengan
udangdan pengaturan suhu agar tetap menggunakan pareto.
terjaga pada kondisi dingin (cold
chain).Kemudian,tindakan lain berupa UCAPAN TERIMAKASIH
pemisahan cemaran fisik dan udang yang
moulting. Penelitian ini didanai oleh Direktorat
Untuk perbaikan dari sisi kualitas, Pendidikan Tinggi, melalui skema Hibah
kuantitas, waktu kirim,dan harga pada Doktor Tahun 2013-2014.

145
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research) Vol. 8 No. 2, Agustus 2014, Hal. 135 – 146

DAFTAR PUSTAKA supply chain.Computer and


Electronics in Agriculture 66: 93-105.
Adhitya A, Srinivasan R, Karimi IA. 2009. Pathumnakul S, Khamjan S,
Supply Chain Risk Identification Using Piewthongngam K. 2007.
aHAZOP-Based Approach. AIChE Procurement decisionsregarding
Journal. Vol. 55, No. 6. DOI shrimp supplies for Thai shrimp
10.1002/aic.11764 processors. Aquacultural Engineering,
Amri K, Kanna I. 2008. Budidaya Udang 37, 215–221.
Vanname: Secara Intensif, Semi Tang CS. 2006. Perspective in Supply
Intensif, dan Tradisional. Chain Risk Management.Int J
Copp GH, Garthwaite R, Gozlan RE. 2005. Production Economics. 103:451-458.
Risk identification and assessment of Tang O dan Musa SN. 2011. Identifying risk
non-native freshwater fishes: a issues and research advancements in
summary ofconcepts and perspectives supply chain risk management. Int. J.
on protocols for the UK. J. Appl. Production Economics 133: 25-34.
Ichthyol. 21: 371–373. doi.10.1016/j.ijpe.2010.06.013
FAO. 2010. FishStat (FAO Yearbook of Tuncel G dan Alpan G. 2010. Risk
Fishery Statistics), FAO Fisheries and assessment and management for
Aquaculture Department. FAO (Food supply chain networks: A case study.
and Agriculture Organization of the Computers in Industry 61: 250–259.
United Nations), Rome, Italy. doi:10.1016/j.compind.2009.09.008
Fitrianto AR dan Hadi S. 2012. Supply chain Wang YM, Chin KS, Poon GKK, Yang JB.
risk management in shrimp industries 2009. Risk evaluation in failure mode
before and during mud volcano and effects analysis using
disaster: an initial concept. Procedia- fuzzyweighted geometric mean.
Social and Behavioral Sciences 65: Expert Systems with Applications 36.
427- 1195–1207.
435.doi:10.1016/j.sbrpro.2012.11.144 doi:10.1016/j.eswa.2007.11.028
Keskin GA, Ozkan C. 2009. An Alternative Wu T, Blachurst J. 2009. Managing Supply
Evaluation of FMEA: Fuzzy Art Chain Risk and Vulnerability: Tools
Algorithm. J. of International Quality and Method for Supply Chain Decision
and Reliability Engineering. 25(6): Makers. New York: Springer.
647-661.doi:10.1002/qre.984 Xu K, Tang LC, Xie M, Ho SL, Zhu ML.
Kwai-Sang C, Ying-Ming W, Gary KKP, 2002. Fuzzy assessment of FMEA for
Jian-Bo Y. 2009. Failure mode and engine system, Reliability Engineering
effects using A group-based evidential and System Safety.75:17-29.
reasoning approach. Journal of Yeh RH, Hsieh MH. 2007. Fuzzy
Computers and Operations Research, assessment of FMEA for a sewage
36: 1768-1779. plant. J the Chinese Institute of
Pathumnakul S, Piewthongngam K, Industrial Engineers.24:505-512.
Khamjan S. 2009. Integrating a Zsidisin GA, Ritchie B. 2009. Supply Chain
shrimp-growth function, farming skills Risk: A Hand Book of assessment,
information, and a supply allocation management and Performance. New
algorithm to manage the shrimp York : Springer.

146

You might also like