You are on page 1of 13

422

Model Peningkatan Kinerja Operasional melalui


Praktek-praktek Manajemen Kualitas Pada Industri
Kecil Menengah (IKM) di Kota Semarang

Marno Nugroho Fakultas


Ekonomi Unissula
marnonugroho@unissula.ac.id

ABSTRACT

Studies on quality management at the moment is still very relevant to be discussed and
followed up with research along with the development activities of the manufacturing industry,
especially in Indonesia as one of the countries in South East Asia which is the purpose of
industrial activity in the future, since this area is referred to as a cheaper production house of
which 70% from industrial activities will be focused in the Southeast Asia region. One of the
biggest obstacles experienced by the organization in implementing total quality culture is an
obstacle. Every organization in doing the job as achieving total quality commitment will involve
employees in all aspects of planning and implementation, to ensure the provision of skills
training of employees, and the achievement of organizational goals. The population in this study
were all manufacturing companies in the city of Semarang which generally have a competitive
advantage through a commitment to quality management peningatan. The approach used is
descriptive analytical to determine the influence of environmental management on environmental
performance and the performance of the company. To examine the influence of the independent
variables, the dependent variable, and the culture of quality used regression test interaction. The
analysis showed that the quality management influence either directly or moderated by a culture
of quality in SMEs in Semarang with numbers sig <0.05. While partially can be analyzed most
dimensions of quality management and quality culture failed to affect operational performance.

Keywords: operational performance, quality management, quality culture, SMEs, sustainability

ABSTRAK
Kajian tentang manajemen kualitas pada saat ini masih sangat relevan untuk dibahas dan
ditindaklanjuti dengan penelitian seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan industri manufaktur,
khususnya di Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang merupakan tujuan kegiatan
industri pada masa-masa mendatang, mengingat wilayah ini disebut sebagai a cheaper production house
dimana 70% dari kegiatan industri akan difokuskan di wilayah Asia Tenggara. Salah satu kendala paling
besar yang dialami oleh organisasi dalam mengimplementasikan kualitas total adalah halangan budaya.
Setiap organisasi dalam melakukan pekerjaan sebagai komitmen mencapai kualitas total akan melibatkan
karyawan dalam seluruh aspek perencanaan dan implementasi, pemberian training untuk menjamin
ketrampilan karyawan, dan pencapaian tujuan organisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur di Kota Semarang yang secara umum memiliki komitmen terhadap keunggulan
bersaing melalui peningatan pengelolaan kualitas. Pendekatan yang digunakan adalah diskriptif analitis
untuk mengetahui pengaruh pengelolaan lingkungan terhadap kinerja lingkungan dan kinerja perusahaan.
423

Untuk menguji pengaruh antara independen variabel, dependen variabel, dan budaya kualitas digunakan
uji regresi interaksi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Manajemen kualitas berpengaruh baik secara
langsung maupun dimoderasi oleh budaya kualitas pada IKM di Semarang dengan angka sig <0.05.
Sementara secara parsial dapat dianalisis sebagian dimensi dari manajemen kualitas dan budaya kualitas
gagal mempengaruhi kinerja operasional.

Kata kunci: Kinerja operasional, manajemen kualitas, budaya kualitas, IKM, sustainability

1. PENDAHULUAN dan menciptakan kebingungan. Industri kecil


menengah dalam lingkungan persaingan masih
Perkembangan industri yang semakin memiliki beberapa kelemahan, misalnya: akses
pesat di kota-kota besar telah menimbulkan permodalan yang sulit, reliabilitas produk yang
banyak masalah. Konsep keunggulan kompetitif rendah, sulit menyesuaikan dengan permintaan
cenderung dibangun mendasarkan pada konsumen, keterbatasan sumber daya manusia
bagaimana menciptakan produk dengan cost dan peralatan produksi, dan sulitnya mengakses
yang sekecil mungkin dan tidak pasar.
memperhitungkan permasalahan kualitas yang Obyek penelitian adalah melakukan
dapat menimbulkan resistensi terhadap kajian terhadap berbagai praktek manajemen
konsumen. Sementara itu konsep penjualan telah kualitas yang menyangkut kepemimpinan,
memfokuskan perusahaan pada bagaimana manajemen karyawan, fokus kepada konsumen,
produk-produk yang dihasilkan harus dapat dan perencanaan strategik, yang diterapkan pada
dijual, sehingga muncul masalah bahwa industri kecil menengah (IKM) di Kota
penjualan produk harus dilakukan dengan cara Semarang. Disamping itu juga menilai tingkat
apapun. Kondisi ini diperparah dengan semakin kinerja operasional dari sisi kepuasan konsumen,
meningkatnya jumlah perusahaan yang moral karyawan, produktivitas, kualitas dan
diarahkan ke wilayah Asia Tenggara. Rao kinerja delivery. Penelitian ini menjadi unik,
(2004) mengatakan bahwa 70% kegiatan industri karena dari berbagai literatur yang penulis
kecil dan menengah akan ditempatkan di identifikasi, belum banyak penelitian yang
wilayah Asia Tenggara, tidak terkecuali di dilakukan terkait dengan permasalahan
Indonesia. Tuntutan investasi yang semakin manajemen kualitas. Selain itu juga keunikan
besar pada industri manufaktur sebagai cara penelitian ini adalah dimasukkannya variabel
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, budaya kualitas (quality culture) yang
disatu sisi dapat menyerap tenaga kerja, namun merupakan perluasan dari budaya organisasi.
di sisi lain menimbulkan permasalahan- Salah satu kendala paling besar yang dialami
permasalahan konsistensi dalam pengelolaan oleh organisasi dalam mengimplementasikan
kualitas sebagai akibat dari tingkat persaingan kualitas total adalah halangan budaya (Goetsch
dan jumlah produksi yang semakin meningkat dan David, 2000). Sementara itu budaya kualitas
dan tak terkendali. sebagai sebuah sistem nilai yang dihasilkan dari
Konsep manajemen kualitas masih sebuah lingkungan yang kondusif untuk
banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda, memaparkan dan memperbaiki kualitas secara
artinya belum ada kesepakatan dari para ahli kontinyu, yang terdiri dari nilai-nilai, tradisi,
bidang manajemen kualitas. Perbedaan ini prosedur, dan harapan-harapan untuk
didasarkan pada terminologi yang digunakan mempromosikan kualitas.
dalam literatur. Feigenbaum (1991) Selama ini kajian tentang praktek-
menggunakan istilah total quality control, praktek manajemen kualitas dan kaitannya
Lascelles dan Dale (1991) menggunakan istilah dengan kinerja operasional, dan dimoderasi
total quality improvement, Ishikawa (1985); dengan budaya kualitas, khususnya pada industri
company wide quality control, dan strategic kecil dan menengah (IKM) yang terhimpun
quality management (Garvin, 1988). Perbedaan dalam sentra-sentra industri masih belum banyak
konsep manajemen kualitas sering tidak jelas dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian
424

yang ada selama ini masih bersifat parsial, dan jasa dikembangkan beberapa definisi
misalnya: studi tentang dampak total quality seperti: fitness for use, conformance to
management terhadap manajer menengah dan requirement, right the first time, dan zero defect.
karyawan (Lam, 2001), penerapan manajemen Pada tataran praktis baik pada industri
kualitas pada perusahaan besar dan kecil (Ahire manufaktur maupun jasa, definisi kualitas sangat
dan Golhar, 2000), hubungan antara praktek- dipengaruhi oleh core business yang dilakukan.
praktek manajemen kualitas dengan kinerja • Federal Express mendefinisikan kualitas
perusahaan (Samson dan Terziovski, 1999). sebagai kinerja standar yang diharapkan oleh
Studi ini dimaksudkan untuk menelaah konsumen
permasalahan manajemen kualitas lebih jauh • The General Service Administration (GSA)
dengan memasukkan variabel budaya kualitas. mendefinisikan kualitas dengan memenuhi
Informasi hasil kajian ini sangat penting bagi kebutuhan konsumen pertama kali dan setiap
pemerintah Kota Semarang, yang mana di Kota waktu.
Semarang memiliki IKM yang jumlahnya sangat • Boeing mendefinisikan kualitas: memberikan
besar, yaitu sebanyak 5.610 (BPS Kota konsumen dengan produk dan jasa yang
Semarang, 2010) yang tersebar di 6 Kecamatan. konsisten sesuai dengan kebutuhan dan
Penelitian ini juga diharapkan sebagai dasar harapan mereka.
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan Memperhatikan beberapa definisi kualitas di
dibidang praktek-praktek manajemen kualitas atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas
dalam meningkatkan kinerja operasional merupakan sebuah ketetapan dinamis yang
perusahaan. dihubungkan dengan produk, jasa, orang-orang,
dan lingkungan sehingga dapat memenuhi
2. KAJIAN PUSTAKA harapan konsumen. Sementara kualitas total
2.1. Praktek Manajemen Kualitas menurut Goetsch dan David (2000) didefinisikan
Makna atau arti kualitas dalam dunia sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan
industri atau komersial didasarkan pada tujuan bisnis yang mencoba memaksimumkan
dasar dalam mencapai kesuksesan dalam kemampuan bersaing organisasi melaui
memperoleh profit kaitannya dengan produk perbaikan kualitas, jasa, orang-orang, proses dan
atau jasa yang diberikan kepada konsumen. lingkungan secara kontinyu.
Sehingga pengertian kualitas secara efektif akan
sangat ditentukan berdasarkan kesepakatan 2.2. Manajemen Kualitas
konsumen dan supplier. Kualitas tidak dapat
didefinisikan secara absolut dan lebih bersifat Pengelolaan kualitas pada dasarnya
relatif. Terminologi kualitas total digunakan dimaksudkan untuk meningkatkan kepuasan
untuk menggambarkan sebagai sebuah konsumen, yaitu internal dan external customer.
komitmen organisasi untuk melaksanakan dan Konsumen internal tidak lain adalah karyawan
mencapai kualitas pada setiap tahapan siklus itu sendiri, sementara konsumen eksternal
hidup produk atau jasa, mulai dari marketing adalah pembeli produk perusahaan. Hellsten dan
sebagai input sampai pada tingkat penerimaan Klefsjo (2000) menyatakan bahwa untuk
konsumen. Manajemen kualitas didefinisikan mencapai pengelolaan kualitas maka perlu
sebagai pengorganisasian yang sistematik untuk pendekatan pengelolaan secara total, yang
menjamin pelaksanaan tugas secara efisien kemudian ditawarkan pendekatan total quality
kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi management (TQM). TQM memiliki tiga
(Taylor dan Person, 1994). Sementara total komponen mulai dari yang bersifat konseptual
quality management merupakan sistem yang sampai pada yang bersifat teknis, yaitu meliputi
dimanaj untuk mencapai kualitas total. Dalam nilai-nilai, metodologi, dan alat (Gambar 2.1).
pendekatan praktis, definisi kualitas yang
dikembangkan dalam dalam industri manufaktur
425

Gambar 2.1. Tiga Komponen TQM


Sumber: Hellsten dan Klefsjo (2000)

Pendekatan total quality management Evolusi dari manajemen kualitas telah mencapai
(TQM) merupakan sebuah sistem manajemen, titik dimana kualitas dipandang sebagai basis
sehingga konsep-konsep dalam TQM harus persaingan. Perspektif ini menekankan bahwa
dipahami secara umum. TQM juga sering kualitas memiliki makna yang luas mulai dari
digambarkan sebagai sebuah filosofi manajemen proses produksi sampai pada seluruh fungsi
yang didasarkan pada sejumlah nilai-nilai utama bisnis yang memiliki implikasi untuk
(core values). Nilai-nilai utama sering disebut manajemen.
juga prinsip, dimensi atau elemen. Value masih
memberikan penafsiran yang berbeda-beda.

Tujuan:
Core Meningkatkan kepuasan
Techni Tools konsumen eksternal dan
internal dengan
minimalisasi kesalahan

Gambar 2. 2
Peran nilai, teknik dan alat dalam TQM
Sumber : Hellsten dan Klefsjo (2000)

2.3. Budaya Kualitas sebagai komitmen mencapai kualitas total akan


Salah satu kendala paling besar yang melibatkan karyawan dalam seluruh aspek
dialami oleh organisasi dalam perencanaan dan implementasi, pemberian
mengimplementasikan kualitas total adalah training untuk menjamin ketrampilan karyawan,
halangan budaya (Goetsch dan David, 2000). dan pencapaian tujuan organisasi. Tindakan
Setiap organisasi dalam melakukan pekerjaan yang harus dilakukan oleh manajemen adalah
426

melakukan perubahan budaya dan bagaimana adalah kinerja operasional. Continuous


menuju perubahan tersebut. Dalam memahami improvement adalah kecenderungan organisasi
konsep budaya kualitas tidak bisa dilepaskan untuk dapat melakukan perbaikan secara terus
dari konsep budaya organisasi. Budaya menerus terhadap kualitas safety melalui inovasi
organisasi merupakan manifestasi harian dari yang tiada henti. Employee fulfillment
nilai-nilai dan tradisi dalam organisasi. Budaya merupakan tingkatan pada saat karyawan merasa
menunjukkan bagaimana karyawan melakukan bahwa organisasi memberikan pemenuhan
pekerjaan, harapan karyawan terhadap kebutuhan terhadap rasa aman dalam melakukan
organisasi, dan pendekatan yang dilakukan oleh pekerjaannya. Sementara kinerja karyawan
karyawan dalam bekerja. Organisasi yang adalah derajat penyelesaikan tugas yang
memiliki masalah dalam budaya, maka nilai- menyertai pekerjaan seseorang sehingga
nilai konsumen bukan merupakan bagian dari merefleksikan seberapa baik seorang individu
budaya perusahaan. Budaya organisasi terdiri memenuhi permintaan pekerjaan. Hasilnya
dari (Goetsch dan David, 2000): lingkungan mengindikasikan terdapat pengaruh positif dan
bisnis, nilai-nilai organisasi, model peran signifikan antara continuous improvement dan
budaya, dan ritual organisasi. Sementara Maull employee fulfillment terhadap kinerja
dkk (2001), menyatakan bahwa budaya operasional karyawan.
organisasi berisi nilai-nilai, ritual, jiwa Siyamtinah (2007) dalam penelitian
kepahlawanan, simbol-simbol, struktur dan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan
sistem, serta kompetensi. pola membangun kapabilitas organisasional
Organisasi yang beroperasi dalam pada Industri Kecil Menengah (IKM) di
lingkungan persaingan yang tinggi hendaklah Semarang. Variabel yang digunakan berjumlah
melakukan perubahan budaya secara cepat dan tujuh, antara lain: kapabilitas SDM, penggunaan
kontinyu melalui konsep a change-oriented teknologi, interaksi dengan pihak luar,
culture. Dalam konteks manajemen kualitas, kapabilitas pemasaran, pengembangan produk
maka konsepsi tentang budaya organisasi perlu baru, kapabilitas produksi dan operasi, serta riset
disesuaikan dengan fenomena yang muncul, dan pengembangan. Dua faktor pembeda dalam
mengingat budaya organisasi merupakan sistem membangun kapabilitas inovasi yang
nilai sebagai manifestasi perilaku organisasi. ditampilkan meliputi: ukuran perusahaan
Goetsch dan David (2000), mendefinisikan (jumlah tenaga kerja) dan usia perusahaan (lama
budaya kualitas sebagai sebuah sistem nilai yang beroperasi). Hasilnya menunjukkan bahwa
dihasilkan dari sebuah lingkungan yang kondusif ukuran perusahaan menyebabkan adanya
untuk memaparkan dan memperbaiki kualitas perbedaan IKM dalam membangun kapabilitas
secara kontinyu, yang terdiri dari nilai-nilai, inovasi organisasional pada variabel kapabilitas
tradisi, prosedur, dan harapan-harapan untuk SDM, penggunaan teknologi, kapabilitas
mempromosikan kualitas. Implementasi budaya pemasaran, serta riset dan pengembangan.
kualitas mensyaratkan adanya perubahan Sementara tiga variabel lainnya: interaksi
paradigma dengan menerima perubahan dan dengan pihak luar, pengembangan produk baru,
menilai berbagai keuntungan dengan adanya serta riset dan pengembangan tidak ada
perubahan. Hal ini sangat bertentangan dengan perbedaan. Selanjutnya usia perusahaan
paradigma penolakan perubahan, yang menyebabkan adanya perbedaan IKM dalam
menginginkan status quo dan menilai membangun kapabilitas inovasi organisasional
konsekwensi perubahan. pada variabel: penggunaan teknologi, interaksi
dengan pihak luar, kapabilitas pemasaran, serta
2.4. Kajian Penelitian Terdahulu riset dan pengembangan. Sementara kapabilitas
Marno Nugroho (2007) mengangkat SDM, pengembangan produk baru, serta
topik total safety management dalam kapabilitas produksi dan operasi tidak ada
meningkatkan kinerja operasi. Variabel perbedaan.
independent dalam penelitian ini adalah Samson dan Terziovski (1999), proses
continuous improvement dan employee TQM telah banyak diaplikasikan dalam rangka
fulfillment, sementara varabel dependennya memperbaiki tingkat persaingan, namun
427

memberikan hasil yang berbeda. Terdapat gap kelompok karyawan, yaitu middle managers dan
dalam penelitian yang menyangkut manajemen front-line workers. Penelitian ini berangkat dari
kualitas, khususnya menyangkut efektivitas adanya quality revolution, yaitu dengan
implementasi TQM. Studi ini pada dasarnya penerapan TQM dapat menciptakan dan
untuk menguji dampak praktek-praktek meningkatkan daya saing perusahaan, sehingga
manajemen kualitas dan kinerja operasional, perusahaan berlomba-lomba untuk secara
baik secara individu maupun kolektif. Hasil intensif menerapkan program-program TQM.
studi menunjukkan bahwa hubungan antara Berbagai kajian penelitian terdahulu menurut
praktek-praktek TQM dan kinerja organisasi penulis masih bersifat parsial, artinya terfokus
memiliki hubungan yang signifikan, akan tetapi pada bidang tertentu. Penelitian yang telah
tidak semua indikator praktek-praktek TQM dilakukan misalnya menilai perbandingan
sebagai prediktor yang kuat terhadap kinerja manajemen kualitas antara perusahaan besar dan
operasional. kecil (Ahire dan Golhar, 1998), hubungan antara
Ahire dan Golhar (2002), studi ini TQM dengan system informasi (Fok dan
menguji apakah jenis perusahaan (besar dan Hartman, (2000), hubungan antara TQM dan
kecil) mempengaruhi strategi mereka dalam kinerja operasional (Samson dan Terziovski,
mengimplementasikan TQM. Data yang (1998), TQM dan dampaknya terhadap manajer
digunakan dalam implementasi berbagai elemen menengah dan pekerja (Lam, 1998). Penelitian
TQM diperoleh dari industri suku cadang ini berusaha mengembangkan berbagai
kendaraan bermotor yang didapat dari mail penelitian sebelumnya dengan memasukkan
survey terhadap 499 manajer pabrik. Uji one-tail dimensi budaya kualitas/quality culture.
t-test digunakan untuk membandingkan sepuluh
dimensi manajemen kualitas antara perusahaan 2.5. Hipotesis penelitian:
besar dan perusahaan kecil dengan kualitas a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
produk. Hasilnya menunjukkan bahwa Praktek-praktek manajemen Kualitas
implementasi TQM mengarah pada penciptaan dengan kinerja Operasional
kualitas produk yang lebih baik. Hasil lain b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan Budaya Kualitas dengan kinerja
operasional dalam implementasi TQM terhadap Operasional.
ukuran perusahaan. Perusahaan besar dan kecil c. Budaya Kualitas berperan sebagai
yang menghasilkan produk berkualitas moderating variabel dalam model ini.
mengimplementasikan elemen-elemen TQM
secara efektif. Temuan lain mengindikasikan
bahwa untuk perusahaan kecil sangat dibatasi 3. DESAIN DAN METODE PENELITIAN
oleh pangsa pasar, sumberdaya yang tidak 3.1. Desain Penelitian
memadai, dan kurangnya keahlian manajerial, Berdasarkan pada latar belakang
sehingga perusahaan kecil dapat memanfaatkan penelitian, masalah penelitian, dan kajian
kekuatan relatifnya, seperti fleksibilitas dan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka
inovasi untuk mengimplementasikan elemen- dalam penelitian ini didesain untuk mengkaitkan
elemen TQM dengan efektif seperti pada variable praktek-praktek manajemen Kualitas,
perusahaan-perusahaan besar. Kinerja Operasional dan Budaya Kualitas
Lam (2001), meneliti dampak TQM sebagaimana dipaparkan dalam Kerangka
terhadap tingkat kepuasan kerja pada dua Penelitian (gambar 3.1)
428

Praktek-praktek Mgt Kualitas


• Kepemimpinan Kinerja Operasional:
• Manajemen SDM • Kepuasan konsumen
• Fokus konsumen • Moral karyawan
• Perencanaan strategis • Produktivitas
• Informasi dan analisis • Kualitas output
• Manajemen proses • Kinerja delivery

Budaya Kualitas: Model Pembinaan


nilai-nilai Yang diusulkan ke
tradisi Dinas Koperasi UKM,
prosedur
Maupun Disperindag
harapan-harapan.

Gambar 3.1
Kerangka Penelitian

3.2. Metode Penelitian nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan-


harapan.
3.2.1. Jenis Penelitian
Adapun metode dan teknik penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang digunakan adalah penggabungan antara
deskriptif analitis, dengan memfokuskan pada studi literatur, observasi responden, metode
kajian tentang praktek-prakatek penerapan wawancara dengan manajemen perusahaan
manajemen kualitas, dan bagaimana secara terstruktur dan wawancara mendalam
pengaruhnya terhadap kinerja operasional (indeep interview), yang diharapkan dapat
industri kecil dan menengah di Kota Semarang. memperoleh informasi dari responden secara
Sementara itu budaya kualits diposisikan sebagai lengkap.
variabel moderating yang menekankan pada
3.2.2. Variabel, Indikator dan Pengukuran
TABEL 3.1.
VARIABEL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN
Variabel Indikator Pengukuran
Gambaran umum 1.Jumlah karyawan 1.Perusahaan kecil dengan jumlah
responden (IKM 2.Jenis produk yg dihasilkan karyawan 5 - 19 orang, dan
di Kota Semarang) 3.Lama perusahaan berdiri perusahaan menengah antara 20 –
4.Pemasaran produk 99
5.Upaya-upaya memperbaiki 2.Nama produk yang dihasilkan
kualitas produk perusahaan
3.Menggunakan range: 1-5 th, 5-10 th,
11-15 th, 16-20 th dan 21-25 th
4.Produk dijual di dalam
negeri/dieksport.
429

5.Tindakan manajemen dalam


memperbaiki kualitas produk
Praktek-praktek 1. Kepemimpinan - Kuesioner dengan 5 point Skala
Manajemen 2. Pengelolaan karyawan likert (sangat setuju s/d sangat tidak
Kualitas 3. Fokus Konsumen setuju)
4. Perencanaan Strategis - Wawancara mendalam (deep
5. Informasi dan Analisis interview) dengan manajemen
6. Manajemen Proses perusahaan
Kinerja 1. Kepuasan Konsumen - Kuesioner dengan 5 point Skala
Operasional 2. Moral Karyawan likert (sangat setuju s/d sangat tidak
3. Produktivitas setuju)
4. Kualitas Output - Wawancara mendalam (deep
5. Kinerja delivery interview) dengan manajemen
perusahaan
Budaya Kualitas 1. Nilai-nilai - Kuesioner dengan 5 point Skala
2. Tradisi likert (sangat setuju s/d sangat tidak
3. Prosedur setuju)
4. Harapan-harapan - Wawancara mendalam (deep
interview) dengan manajemen
perusahaan

3.2.3. Populasi, Sampel dan Teknik digunakan adalah faktor analisis, regresi dan
Sampling regresi interaksi. Faktor analisis digunakan
Populasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas masing-masing
seluruh perusahaan yang tergolong dalam indikator terhadap variabelnya. Analisis regresi
Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota untuk mengetahui pengaruh masing-masing
Semarang. Perusahaan kecil dengan kriteria variabel independen dalam praktek-praktek
jumlah karyawan antara 5 sampai dengan 19 manajemen kualitas terhadap kinerja
orang, sedangkan perusahaan menengah dengan operasional. Sementara analisis regresi interaksi
jumlah karyawan antara 20 sampai dengan 100 dimaksudkan untuk mengetahui peran variabel
orang. Menurut data BPS Semarang Kota moderating (budaya kualitas) dalam hubungan
Semarang (2010), jumlah perusahaan kecil dan antara praktek-praktek manajemen kualitas
menengah di Kota Semarang sebanyak 5610 dengan kinerja operasional.
buah. Adapun sampel dalam penelitian ini
berjumlah 100 perusahaan dengan metode area 4..1.Diskripsi Variabel Kualitatif
sampling dan proporsional sampling. Deskripsi variabel kuantitatif
dimaksudkan untuk melengkapi sekaligus
4 .Hasil dan Pembahasan mendukung berbagai temuan penelitian yang
diperoleh. Jenis usaha responden IKM dapat
Analisis yang digunakan dalam kajian
diketahui dari Tabel 3.3. berikut.
ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji Tabel 4.1
berbagai variabel penelitian untuk mendapatkan Jenis Usaha Responden
informasi yang komprehensif tentang praktek-
praktek manajemen kualitas, kinerja operasional
dan budaya organisasi pada IKM di Kota
Semarang melalui deep interview dengan
pimpinan atau manajer perusahaan.
Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antar variabel dalam
model penelitian. Adapun analisis yang
430

No Jenis Usaha Responden Jumlah


ilmiah pada jurnal internasional atau jurnal
1 Industri makanan kecil 23
terakreditasi, maupun pembuatan buku.
2 Industri Kerajinan 25
Tangan Disamping itu kajian ini mendasarkan pula pada
3 Industri Pengolahan 10 pendekatan yang komprehensif, yang meliputi
Limbah kajian manajemen kualitas, manajemen
4 Industri Kayu 20 operasional, dan budaya kualitas. Diharapkan
5 Industri Pengolahan 15 pula dapat menambah referensi, khususnya
Logam dalam pengembangan pengajaran bidang
Jumlah 93 Manajemen Operasional.

Sumber : data Primer yang diolah, 2012 4.1.1.Uji Validitas dan Reliabilitas data

Selain data diatas peneliti juga telah Hasil SPSS menunjukkan bahwa
melakukan deep interview antara lain terhadap semua indikator praktek manajemen Kualitas,
Jumlah karyawan, Lama beroperasi serta praktek Budaya Kualitas serta kineja adalah valid,
manajemen Kualitas selain yang ditanyakan sehingga dapat merepresentasikan variabel
dalam dimensi praktek-praktek manajemen praktek manajemen Kualitas. Demikian halnya
kualitas. Rata-rata responden telah melakukan uji realibitas menghasilkan cronbach alpha
usaha adalah 3- 5 tahun dengan segala fluktuasi antara 0,77 -0,822 dengan demikian data adalah
produksi dan penjualan. Responden rata-rata fit dan bisa dilakukan analisis lanjutan.
memiliki karyawan 4 – 5 orang, maksimal
karyawan 10 sedang minimal 3 orang. Dalam 4.2. Pengujian hipotesis
menerapkan kualitas mereka mengikuti Hipotesis penelitian ini adalah :
keinginan konsumen 45%, meniru perusahaan a. Terdapat pengaruh yang signifikan
yang mapan 50% serta lainnya 5%. antara Praktek-praktek manajemen
Kontribusi dari kajian pengelolaan Kualitas dengan kinerja Operasional
kualitas, melalui penerapan praktek-praktek b. Terdapat pengaruh yang signifikan
manajemen kualitas, kinerja operasional, dan antara Budaya Kualitas dengan kinerja
budaya kualitas dari sudut pengembangan teori Operasional.
adalah dihasilkan model pengelolaan kualitas, c. Budaya Kualitas berperan sebagai
khususnya pada industri kecil dan menengah moderating variabel dalam model ini.
(IKM) sehingga dapat digunakan sebagai
pengembangan teori tentang pengelolaan Pengujian SPSS dengan prediktor
kualitas yang sementara ini menurut penulis praktek-praktek manajemen Kualitas terhadap
masih belum banyak dibahas, khususnya pada kinerja diperoleh hasil bahwa praktek
variabel budaya kualitas. Output yang dihasilkan manajemen kualitas berpengaruh secara
dari kajian ini akan dikomunikasikan pada signifikan terhadap kinerja sebagaimana
kalangan akademisi melalui penulisan artikel ditunjukkan Tabel 4.3

Uji F
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 474.778 10 47.478 10.240 .000

Residual 380.211 82 4.637

Total 854.989 92
a. Predictors: (Constant), praktek10, praktek5, prkatek6, praktek3, praktek8, praktek1,
praktek7, praktek2, praktek9, praktek4
431

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 474.778 10 47.478 10.240 .000

Residual 380.211 82 4.637

Total 854.989 92
a. Predictors: (Constant), praktek10, praktek5, prkatek6, praktek3, praktek8, praktek1,
praktek7, praktek2, praktek9, praktek4

b. Dependent Variable: kinerja


Tabel 4.4
Pengujian Hipotesis
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.960 2.707 2.202 .030

praktek .185 .086 .285 2.160 .033

budaya .153 .086 .234 1.772 .080


a. Dependent Variable: kinerja

Secara umum dapat ditunjukkan dari hasil independen terhadap variabel dependen
SPSS bahwa Praktek Manajemen Kualitas maka dilakukan pengujian lanjutan dengan
berpengaruh secara signifikan terhadap masing-masing aspek sebagai variabel
Kinerja Operasional bagi IKM. Sementara independenya. Tabel 4.5 memberikan
Budaya Kualitas secara signifikan abstraksi pengaruh masing-masing aspek
berpengaruh terhadap kinerja operasional. terhadap Kinerja Operasional.
Penelitian ini menekankan pengaruh
masing-masing aspek/indikator variabel

Tabel 4.5
Uji Hipotesis praktek
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9.948 2.522 3.944 .000
praktek1 -.977 .510 -.209 -1.915 .059
praktek2 -1.241 .712 -.252 -1.743 .085
praktek3 .272 .481 .067 .566 .573
praktek4 1.400 .754 .309 1.856 .067
432

praktek5 -.484 .485 -.109 -.999 .321


prkatek6 1.629 .440 .375 3.700 .000
praktek7 .422 .515 .101 .821 .414
praktek8 2.067 .459 .519 4.507 .000
praktek9 1.625 .481 .531 3.379 .001
praktek10 -2.041 .429 -.611 -4.758 .000
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data Yang diolah, 2012
Dari Hasil perhitungan SPSS terlihat praktek nomer 3, nomer 5 serta praktek nomer 7
yang gagal mendukung hipotesis. Dengan usahanya masih konvensional, belum memiliki
demikian perusahaan mementingkan kepuasan strategi yang jelas dalam pengelolaan
seluruh karyawan agar mereka memberikan industrinya.
kontribusi yang lebih baik kepada perusahaan Pengujian tiap aspek pada Budaya
gagal terdukung ini berimplikasi pada Kualitas terhadap Kinerja dapat diikuti
pernyataan nomer 5 dan nomer 7 bahwa sebagaimana Tabel 4.6. yang merepresentasikan
perusahaan mengetahui kebutuhan konsumen pengaruh masing-masing aspek budaya kualitas
dimasa mendatang serta perusahaan memiliki terhadap kinerja operasional.
misi yang dikomunikasikan dan didukung
seluruh karyawan. Tabel 4.6
Pengaruh yang gagal terdukung tesebut Pengujian Hipotesis Budaya Kualitas
sangat dimungkinkan bila ditilik dari responden
yang diteliti, rata-rata responden pengelolaan
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.813 1.081 11.849 .000
QB1 .043 .009 .597 4.972 .000
QB2 -.008 .010 -.100 -.760 .449
QB3 -.002 .011 -.029 -.189 .851
QB4 .024 .011 .366 2.185 .032
QB5 -.005 .010 -.063 -.528 .599
QB6 .049 .008 .656 6.462 .000
QB7 -.039 .009 -.632 -4.501 .000
QB8 -.008 .004 -.124 -2.009 .048
QB9 -.018 .008 -.241 -2.160 .034
QB10 .005 .013 .071 .392 .696
a. Dependent Variable: kinerja
perusahaan belum memiliki komitmen
Bila ditelaah lebih mendalam terhadap kualitas serta belum memiliki
indikator budaya kualitas yang gagal strategi supply chain management.
mendukung hipotesis adalah Bud2, Selanjutnya pengujian hipotesis
Bud3,Bud5, Bud10 dapat dijelaskan bahwa terhadap variabel moderating, sebelum
Industri yang dijadikan responden belum dilakukan pengujian terlebih dahulu
dapat menerima masukan konsumen, dilakukan penambahan variabel berupa
perusahaan belum melibatkan dan moderating dengan mengalikan variabel
memberdayakan karyawan sepenuhnya, praktek manajemen kualitas dengan variabel
433

budaya selanjutnya secara simultan Temuan menunjukkan bahwa bahwa IKM masih
dilakukan regresi berganda dengan kinerja belum sepenuhnya melakukan prakterk
sebagai variabel dependennya. Hasilnya manajemen kualitas secara strategik sebab
dapat diikuti sebagaimana Tabel 4.7. penelitian menunjukkan keinginan konsumen
belum sepenuhnya menjadi fokus perhatian
perusahaan.
Tabel 4.7. Pengujian
5.2 SARAN
Hipotesis ke-3 1. Menunjang Pembangunan
Coefficientsa
Luaran penelitian sangat memberikan
Standard kontribusi dalam pembangunan melalui
ized
Unstandardized Coeffici
konsep pengelolaan IKM yang
Coefficients ents berkelanjutan, yang akan berdampak pada
Std.
penyerapan tenaga kerja sehingga dapat
Model B Error Beta t Sig. mengurangi pengangguran, peningkatan
pendapatan IKM, yang pada akhirnya dapat
1 (Constant) 14.526 8.452 1.719 .089
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
praktek .099 .239 .083 .224 .023 sekitar IKM melalui kesempatan kerja,
budaya .110 .226 .108 .313 .076 maupun kesejahteraan masyarakat secara
.006 .006 .666 1.070 .029
lebih luas melalui tanggung jawab sosial
moderating
IKM.
a. Dependent Variable: 2. Pengembangan Institusi
kinerja Bagi institusi Disperindag Kota Semarang
Beberapa hal yang dapat dijelaskan hasil kajian dapat digunakan sebagai acuan
penelitian ini, rata-rata perusahaan lebih dalam melakukan fungsinya, yang terkait
mementingkan sistem informasi, pemilihan input dengan aktivitas pembinaan terhadap IKM
konsumen serta kepuasan konsumen sebagai melalui monitoring terhadap praktek-praktek
basis strategiknya. manajemen kualitas, kinerja operasional
perusahaan dan penerapan budaya kulaitas.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Sementara bagi Pusat Pengembangan
Manajemen (PPM) FE Unissula, luaran
5.1. KESIMPULAN penelitian sangat penting bagi
Peningkatan daya saing IKM menjadi pengembangan kajian manajemen kualitas
sangat penting mengingat IKM menyerap sekitar melalui diskusi-diskusi dengan anggota yang
96% tenaga kerja. Penelitian dengan topik ekpert di bidang kualitas.
pengelolaan lingkungan ini diharapkan dapat
memberikan luaran berupa model pengelolaan Ucapan Terima Kasih
kualitas pada industri kecil menengah di Kota
Semarang, yang dikaji dari variabel praktek- Penelitian ini dapat selesai dengan
praktek manajemen kualitas, kinerja operasional, dukungan penuh oleh Bapak Drs. Priyo Gunadi,
dan budaya kualitas. MM (alm) serta Dirjen Dikti c.q. Ditliabmas
Pengembangan Ipteks, hasil kajian yang memberikan dana Hibah Fundamental
sangat berpengaruh terhadap perkembangan tahun anggaran 2012/2013.
ilmu pengetahuan kaitannya dengan peluang
yang sangat besar bagi inovasi produk dalam
IKM melalui penciptaan teknologi produksi DAFTAR PUSTAKA
yang mampu menciptakan produk-produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Dampak Ahire dan Golhar (2000). Quality management
lain adalah tuntutan adanya peningkatan in large vs small firms: an empirical
kreativitas bagi pelaku IKM sehubungan dengan investigation. Journal of small business
tingakaat persaingan yang sangat intens. management.
434

Allison (1980). Testing for Interaction in operasi di Coca-cola botling Bawen.


Multiple Regression. American Journal Jurnal EKOBIS FE Unissula, Vol. 1,
of Sociology. Cornell University. No.1 Januari
Domingo (1994). Global competitiveness Marno,N (2007). Dampak hambatan proses
through total quality. The Asian kemitraan usaha terhadap kinerja
Manager, April. operasional pada UKM di Kota
Eny Rahmani (2004). Pengaruh Strategi inovasi Semarang. Laporan penelitian dibiayai
terhadap kinerja operasional perusahaan oleh Anggaran DIPA Kopertis Wilayah
manufaktur di Indonesia. Jurnal VI
EKOBIS FE Unissula, Vol. 5, No 2, Juli Maull, Brown dan Cliffe (2001). Organizational
2004. ISSN: 1411-2280, Akreditasi No. culture and quality improvement.
34/DIKTI/KEP/2003. International Journal of Operations &
Fok dan Hartman (2001). Exploring the Production Management, Vol 21, No.3
relationship between total quality Siyamtinah dan Marno (2006). Studi kemitraan
management and information systems usaha kecil menengah di Kota
development. Information and Semarang. Jurnal Ekonomi dan
Management Vol. 38 Manajemen Universitas Negeri
Gotzamani dan Tsiotras (2001). An empirical Semarang, Vol.15, No.1 Maret
study of the ISO 9000 Siyamtinah dan Sudarti (2007). Keragaman pola
standars’contribution towards total membangun kapabilitas inovasi
quality management. International organisasional pada industri skala kecil
Journal of Operations & Production menengah di Kota Semarang. Laporan
Management, Vol 12, No. 10. penelitian Dosen Muda dibiayai oleh
Goetsch dan David (2000). Quality Management DP2M Dikti, Nopember.
(Introduction to total quality Siyamtinah dan Rahmani (2006). Studi tentang
management for production, processing, kemitraan usaha di kalangan usaha kecil
and service). Third edition. Prentice Hall menengah di Jawa Tengah. Laporan
International, Inc penelitian Dosen Muda dibiayai oleh
Garvin (1991). How the Baldrige Award Really DP2M Dikti, Nopember.
Works. Harvard Business Review, Samson dan Terziovski (1999). The relationship
November-December. between total quality management
Hellsten dan Klefsjo (2000). TQM as a practices and operational performance.
management system consisting of value, Journal of Operations Management Vol.
technique and tools. The TQM 17
Magazine, Vol. 12, No 4 pp.238-244 Taylor dan Pearson (1994). Total Quality
©MCB University Press, 0954-478X Management in Research and
Haming (2005). Studi pengaruh berbagai soft Develompment. The TQM Magazine,
elements dalam TQM terhadap berbagai Vol.6, No.1, pp.26-34 ©MCB
dimensi mutu keluaran manufaktur. University Press, 0954-478X
Manajemen Usahawan Indonesia, No.3, Wahyuningsih T (2005). Peran quality tools
Th.XXXIV, Maret 2005. dalam upaya peningkatan kepuasan
Lam (1999). Total quality management and its pelanggan di sektor perhubungan. Jurnal
impact on middle managers and front- Manajemen dan Bisnis, Vol. 13, No.2
line workers. Journal of Management Juli 2005. ISSN: 0854-47610,
Development, Vol 15, No.7 Akreditasi: 23ª/DIKTI/Kep/2004.
Marno N (2007). Analisis total safety
manajemen dalam meningkatkan kinerja

You might also like