Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Hari Raya
Khutbah Hari Raya
1
email
print
.هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر
.سبحان هللا والحمد هلل ,و ال إله إال هللا هللا أكبر
الحمد هلل الكريم المنان ,المتفضل باإلحسان على الدوام ,شرع الشرائع وأحكم األحكام ,أحمده من علينا بمنن لم
يعطها قبلنا من الخالئق واألقوام ,فكتابنا القرآن خير كتبه وأحسنها تفصيال وإحكام ,ونبينا سيد ولد آدم ,ورسول
الثقلين األنس والجان ,أتم علينا النعمة بالصيام وأباح لنا الفطر اليوم إيذاننا بعيدنا أهل اإلسالم ,وأصلي وأسلم
على النبي المصطفى والرسول المجتبى سيد ولد عدنان ,من صلى وصام وأحسن وقام صلى هللا عليه وعلى آله
.وصحبه أولي النهى واإلقدام
.أما بعد فأوصيكم أيها الناس بتقوى هللا فإن من اتقى هللا وقاه ,ومن توكل عليه كفاه
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Segala Puji hanya milik
Allah
)7( َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد
Bulan Ramadhan yang bertepatan dengan bulan Agustus tahun ini memang istimewa,
apalagi bila dikaitkan dengan kehidupan sebagai bangsa Indonesia, karena ia
melanjutkan tradisi-tradisi kemenangan yang begitu fenomenal dalam sejarah umat
Islam seperti kemenangan pada peristiwa Badr Kubra yang disebut Yaumul furqaan,
Fath Makkah, Fath Andalus (masuknya Islam ke Andalusia), dikalahkannya agresi
Mongol oleh Saefuddin Qutuz, dan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
negara yang merupakan negara Muslim terbesar di dunia, dari penjajahan asing, baik
Belanda maupun Jepang, yang dilaksanakan tanggal 9 Ramadhan tahun 1364 H yang
bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945. Semoga karenanya kemerdekaan ini juga
menghadirkan keberkahan bagi Bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa dunia,
sebagaimana keberkahan Bulan Ramadhan yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW
sebagai bulan berkah.
وتغلق فيها أبواب الجحيم، …أتاكم شهر رمضان شهر مبارك فرض هللا عليكم صيامه تفتح فيه أبواب الجنة
Bulan Ramadhan juga telah mengajarkan kepada kita tentang pembiasaan dari berbuat
dan berperilaku baik, satu bulan lamanya kita mengamalkan beragam sifat dan sikap
positif, yang terakhir-terakhir ini semakin dirasakan keharusannya untuk dihadirkan,
saat banyak pihak masih terus terjadinya korupsi yang merefleksikan adanya
ketidakjujuran dan kelemahan dalam penegakan hukum. Dengan melaksanakan
ibadah shiyam selama satu bulan Ramadhan, mengajarkan kepada kita bahwa ternyata
berlaku juga dan keberanian serta ketegasan dalam penegakan hukum dan
melaksanakan syariat Allah dan Sunnah Rasul-Nya ternyata bisa kita lakukan padahal
untuk melaksanakan ibadah shiyam dan qiyam itu, kita harus merubah secara
revolusioner kebiasaan hidup kita, yang selama ini siang hari kita menyantap
makanan dan minuman dan malam hari kita beristirahat, kita pun demi melaksanakan
hukum Allah dan Rasul-Nya, telah berani dan tegas dan jujur merubah siang kita tidak
untuk makan dan minum, dan malam kita tidak untuk istirahat melainkan untuk
beragam aktivitas seperti shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, Qiyamullail, sahur dan
seterusnya.
Satu bulan lamanya kita telah ditraining oleh Allah dan Rasul-Nya dengan
melaksanakan ibadah shiyam dan qiyam. Dan bila kita lulus, dan seharusnya memang
demikian, sebab tentu kita tidak ingin menjadi kelompok yang oleh Rasulullah SAW
disebut sebagai yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa, padahal dia sudah
berlapar-lapar dan berdahaga-dahaga. Sekali lagi, semoga kita lulus mengikuti
training Allah dan Rasul-Nya tersebut, sehingga dengan demikian kita telah
membiasakan diri untuk berbuat dan berlaku yang baik, yaitu bersifat dan berlaku
jujur dan berani menegakkan hukum, bahkan berani untuk peduli pada dhuafa,
fuaqaara dan masaakiin, dengan silaturahim, infak, zakat fitrah dan zakat mal, sebab
untuk bisa berbuat dan berlaku positif pun perlu pembiasaan seperti yang dulu pernah
diingatkan oleh sahabat Rasulullah SAW yang terkemuka Abdullah bin Mas’ud RA:
“Biasakannya berbuat baik, sebab untuk dapat kontinu berbuat baik diperlukan
pembiasaan”
Subhanallaah, bila sudah demikian, tentulah wajar kita umat Islam Indonesia, akan
kembali melakukan perah sejarah yang sangat penting untuk menyalurkan api harapan
dan semangat mengisi kehidupan dan kemerdekaan agar merdeka dari kegelapan
korupsi, ketidakpedulian, kemiskinan dan kezaliman-kezaliman yang lainnya, karena
memang begitulah risalah hidup Muslim.
“Dia-lah (Allah) yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya…” (Al-
Baqarah: 257)
Bila demikian halnya, maka sudah sangat semestinya bila ummat Islam pun
mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar beragam capaian keunggulan yang
telah mereka internalisasikan dengan ibadah selama satu bulan Ramadhan itu dapat
terus dilanjutkan pada bulan-bulan sesudah bulan Ramadhan, agar apa yang mereka
lakukan itu bisa menjadi modal besar dan bisa dikembangkan, selain dari bahwa salah
satu tujuan dari disyariatkannya ibadah puasa di Bulan Ramadhan yaitu untuk
merealisasikan nilai-nilai takwa yang diungkapkan dengan ungkapan la’allakum
tattaquun, ungkapan yang mempergunakan fiil mudhari kata kerja yang bersifat
jamak untuk hari ini maupun yang akan datang, untuk sesuatu yang bersifat inovatif
dan berkelanjutan, juga karena bangsa Indonesia sungguh sangat akan diuntungkan
bila nilai-nilai tersebut memang dapat dilanjutkan pada bulan-bulan di luar
Ramadhan, apalagi bila dikaitkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an
ُضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آن
َ َش ْه ُر َر َم, dan sejak ayat pertama dari ayat Al-Qur’an yang
diwahyukan kepada Muhammad SAW telah memberikan sebuah panduan kehidupan
yang sangat gamblang dengan adanya keharusan untuk memahami dan mengisi
kehidupan dengan nilai-nilai yang islami, yaitu ketika cara pandang yang sekularistik
sejak jadi awal telah dikoreksi oleh wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah
SWT, yaitu ketika Al-Qur’an tidak hanya memerintahkan untuk iqra saja atau bismi
rabbika saja tanpa dikaitkan secara langsung satu dengan keduanya, sebab bila
memang keduanya dipisahkan akan menghadirkan cara pandang dan prilaku
kehidupan yang sekularistik yang akan menghadirkan anomali dalam kehidupan
seperti melakukan puasa tapi prilakunya tetap korupsi dll. Itulah karenanya Allah pun
menggabungkan keduanya sekaligus dengan ungkapan perintahnya yang sangat jelas
َ ِّ ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب dan kemudian diulangi lagi dengan ungkapannya ك اأْل َ ْك َر ُم
َ َك الَّ ِذي خَ ل
ق َ ُّا ْق َر ْأ َو َرب.
Karenanya dalam konteks dan teks Al-Qur’an, prilaku tersebut bukan sekadar
informatif, yang boleh diimani atau diingkari, tetapi bersifat imperatif, perintah, yang
harus dilaksanakan, seperti kita melaksanakan shalat, zakat dan puasa, karena adanya
perintah untuk itu semua.
Hal ini penting untuk disegarkan kembali agar kita nyaman untuk melanjutkan
capaian-capaian positif ibadah kita selama satu bulan Ramadhan untuk bisa
dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya setelah bulan Ramadhan, dan sesungguhnya
dengan pendekatan tersebut di atas maka kita semakin yakin bahwa Allah yang kita
sembah selama bulan Ramadhan itu juga Allah yang kita sembah dan mestinya ditaati
di bulan-bulan sesudah Ramadhan, Rasulullah yang sunnahnya yang begitu semangat
kita mengikutinya, itu jugalah tauladan kita di bulan-bulan setelah bulan Ramadhan,
apalagi Al-Qur’an panduan kehidupan kita yang kita baca selama bulan Ramadhan
sesungguhnya juga adalah Al-Qur’an yang sama yang dibaca dan diamalkan oleh para
Sahabat sehingga menghadirkan masyarakat yang khair ummah yang rahmatan
lilaalimin, yang sesungguhnya juga adalah sama dengan yang kita miliki dan selalu
juga kita baca di bulan-bulan setelah bulan Ramadhan. Sehingga dengan demikian
maka sangat diharapkan bahwa dengan hadirnya bulan Ramadhan itu akidah semakin
kokoh dan kuat sehingga hadirlah generasi yang selalu peduli untuk menghadirkan
kontribusi yang bermanfaat bagi ummat serta solusi yang inovatif bagi beragam
problema yang sudah akut di tengah masyarakat, baik problem masyarakat, moral,
sosial, ekonomi, karena yang akan hadir adalah generasi yang rabbani, yang selalu
bisa merealisasikan aktivitas-aktivitas takwanya di sepanjang bulan sesudah bulan
Ramadhan, bukan sekedar generasi ramadhani yang hanya saleh pada bulan
Ramadhan, tetapi salah karena hanya mencukupkan diri untuk menjadi saleh selama
bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan mereka membiarkan diri kembali
dikalahkan oleh setan, yang berwujud jin maupun manusia yang jahat, dan kemudian
jauh dari nilai-nilai rabbani.
Ketika pada hari-hari sebelum Idul Fitri ini kita menyaksikan saudara-saudara kita ada
yang berangkat maupun pulang umrah, dan sebagian yang lain akan segera ulangi
tradisi tahunan pulang kampung, dengan semangat generasi rabbaaniy ini kita sangat
berharap ada nilai-nilai kebajikan dan kesalehan yang mereka dapatkan baik di
Makkah di Madinah maupun di kota-kota di mana mereka tinggal kemudian dapat
ditularkan kepada saudara-saudara kita di kampung-kampung maupun di desa-desa
maupun di tempat-tempat keluarga tujuan yang lainnya, sekalipun demikian tetap juga
dalam semangat kalau kita akan kembali kepada fitrah kita, asal-usul kita yang sangat
mungkin itu adalah kampung halaman kita, maka sangatlah mungkin kita pun
berharap bahwa kita akan mendapatkan kembali kearifan esensial yang masih
membudaya di kampung halaman kita, semangat gotong royong, silaturahim, cinta
lingkungan, saling menghormati dan saling berbagi, dan lain-lain, sangat mungkin itu
bagian dari yang secara lapang dada harus kita adopsi dan terima kembali, agar kita
semuanya baik yang pulang umrah atau pulang kampung maupun yang akan
menerima kita semuanya di kampung-kampung atau tempat tujuan lainnya akan
semakin mendapatkan keuntungan dari internalisasi dari nilai-nilai Ramadhan yang
betul-betul akan menguatkan solidaritas di antara kita di tengah berbagai krisis yang
masih melanda, menguatkan ukhuwah kita ketika ada banyak usaha untuk mengadu
domba di antara ummat Islam, dan menghadirkan izzah kita sebagai ummat dan
bangsa Indonesia di tengah apatisme dan ketidakpercayaan diri sebagai bangsa karena
masih terulangnya beragam tragedi penegakan hukum maupun permasalahan baik
sosial maupun ekonomi. Itulah yang dulu secara kreatif para ulama kita telah
mewariskan suatu ungkapan yang khas Indonesia: minal aadin wal faaizin, satu doa
dan kepercayaan diri bahwa kita bisa kembali menjadi manusia yang bermartabat,
menjadi ummat yang bermartabat, untuk menghadirkan bangsa yang bermartabat
yang karenanya kita bisa menjadi manusia dan bangsa yang menang dengan
mengalahkan beragam bujuk rayu setan yang berbentuk jin maupun manusia yang
akan menghadirkan kehancuran bagi masa depan kita sebagai pribadi maupun ummat
dan bangsa, dan menghilangkan esensi kemerdekaan yang kemarin baru saja
diproklamasikan, agar negeri ini betul-betul menjadi negeri yang بَ ْل َدةٌ طَيِّبَةٌ َو َربٌّ َغفُو ٌر
karena ummatnya adalah ummat yang terbaik, karena orientasi kehidupan mereka
terus menyebarkan rahmat di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan setelah
Ramadhan di sepanjang tahun kehidupan ummat manusia, karena memang mereka
bukan generasi yang Ramadhan saja, tetapi mereka adalah generasi yang rabbaaniy.
Dan agar apa yang menjadi kepedulian kita ini bisa mudah diwujudkan, maka sudah
sewajarnya kita selalu berdoa memohon kepada Allah, Dzat yang maha mengabulkan
doa, agar Allah memberikan kita kekuatan untuk bisa mengalahkan beragam halang
rintang, sehingga kehadiran kita akan menjadi rabbaaniyyuun yang sungguh-sungguh
dan bukan sekadar ramadhaaniyyiin saja.
Mari kita menengadah tangan, mengkhusyu’kan hati dan menutup khutbah ini dengan
berdoa bersama:
َ ك َخ ْي ُر ْالغَافِ ِر ْينَ َوارْ َح ْمنَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر َ َّك خَ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ َوا ْغفِرْ لَنَا فَاِن َ َّص ِر ْينَ َوا ْفتَحْ لَنَا فَاِن َ َّللَّهُ َّم ا ْنصُرْ نَا فَاِن
ِ ك َخ ْي ُر النَّا
ََّازقِ ْينَ َوا ْه ِدنَا َونَ ِّجنَا ِمنَ ْالقَوْ ِم الظَّالِ ِم ْينَ َو ْال َكافِ ِر ْين
ِ ك خَ ْي ُر الر َ َّالرَّا ِح ِم ْينَ َوارْ ُز ْقنَا فَاِن.
ِ اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَ الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا
آخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا
ٍَّواجْ َع ِل ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُكلِّ خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُكلِّ شر
“Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi
urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami.
Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami
sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.”
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara
kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama
kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan
musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia
ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa
atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat,
baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.”
ار َ ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى األَ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ.
ِ َّاب الن َ