You are on page 1of 11

DOI: https://doi.org/10.21009/JPS.051.

05

Peristiwa G 30 S sebagai Isu Kontroversial pada


Mata Pelajaran Sejarah di SMA Kota Bima
Oleh : Edy Suparjan
Pendidikan Sejarah PPS UNJ

Abstract
‘’œȱ œž¢ȱ Š’–Žȱ ˜ȱ ŽœŒ›’‹Žȱ ‘Žȱ ™›˜ŒŽœœȱ ˜ȱ ŽŠŒ‘’—ȱ ‘’œ˜›¢ȱ  ’‘ȱ ŽŸŽ—ȱ –ŠŽ›’Š•œȱ ȱ řŖȱ ǯȱ ‘’œȱ œž¢ȱ
’–™•Ž–Ž—Žȱ ˜›ȱ ‘›ŽŽȱ –˜—‘œȱ ‘˜žœŽȱ ’—ȱ ȱ Řȱ Š—ȱ ȱ Śȱ ˜Šȱ ’–Šǯȱ ‘Žȱ –Ž‘˜ȱ žœŽȱ ’œȱ Šȱ
šžŠ•’Š’ŸŽȱ –Ž‘˜ȱ žœ’—ȱ Š—Š•¢’ŒŠ•ȱ ŽœŒ›’™’ŸŽǯȱ ˜••ŽŒ’—ȱ ŠŠȱ ’—ȱ ‘’œȱ œž¢ȱ žœ’—ȱ ‘Žȱ –Ž‘˜ȱ ˜ȱ
˜‹œŽ›ŸŠ’˜—ǰȱ ’—Ž›Ÿ’Ž œȱ Š—ȱ ˜Œž–Ž—Š’˜—ǯȱ ˜ž›ŒŽœȱ ˜ȱ ”Ž¢ȱ ŠŠȱ žœŽȱ ’—ȱ ‘’œȱ ›ŽœŽŠ›Œ‘DZȱ ”Ž¢ȱ ’—˜›–Š—ȱ
Š—ȱ‘Žȱ’—˜›–Š—ȱ’œȱŸ’ŒŽȱ™›’—Œ’™Š•ȱŒ˜›ŽȱŒž››’Œž•ž–ȱ’œȱŠȱ‘’œ˜›¢ȱŽŠŒ‘Ž›ȱŠ—ȱœžŽ—ǯȱŠŠȱ Ž›ŽȱŠ—Š•¢£Žȱ
žœ’—ȱŠ—Š•¢œ’œȱ˜ȱ
ž‹Ž›–Š—ȱ’••Žœȱ’ŽǰȱŠŠȱ›ŽžŒ’˜—ǰȱŠŠȱ™›ŽœŽ—Š’˜—ȱŠ—ȱ‘Ž—ȱŸŽ›’¢ȱŠ—ȱ™Ž—Š–‹’•Š–ȱ
Œ˜—Œ•žœ’˜—œǯȱ‘Žȱ›Žœž•œȱœ‘˜ Žȱ‘Šȱ‘Žȱ•ŽŠ›—’—ȱ řŖȱ•ŠœŽȱ•Žœœȱ–˜—˜˜—˜žœȱŠ—ȱŠĴ›ŠŒȱœžŽ—œǰȱ‘Žȱ
–Ž‘˜ȱžœŽȱ‹¢ȱ‘ŽȱŽŠŒ‘Ž›ȱ‘Šœȱ—˜ȱŸŠ›’Žǰȱ’—œ›žŒ’˜—Š•ȱ–Ž’ŠȱžœŽȱ Šœȱ ‘’Ž‹˜Š›ȱ›ŽŽ›Ž—ŒŽȱ‹˜˜”œȱœ’••ȱ
žœŽȱŽ¡‹˜˜”œȱ™ž‹•’œ‘Žȱ‹¢ȱ™›’ŸŠŽȱœ’–™•ŽǯȱŽœ’Žœȱ’—›Šœ›žŒž›ŽȱœžŒ‘ȱŠœǰȱŠ™˜™œǰȱǰȱŠ—ȱȱ˜ȱ—˜ȱ
œž™™˜›ȱ•ŽŠ›—’—ȱŠŒ’Ÿ’’Žœȱ’—ȱ‘ŽȱŒ•Šœœ›˜˜–ǯȱ‘Žȱ’œœžŽȱ˜ȱ›ŽŸ’ŸŠ•ȱ˜ȱ‘Žȱ ȱŠ—ȱ˜ŸŽ›—–Ž—ȱŠ™˜•˜¢ȱ˜ȱ
‘ŽȱŸ’Œ’–ȱ•Žœœȱ˜ȱŠ—ȱŽěŽŒȱ˜—ȱ•ŽŠ›—’—ȱŠ‹˜žȱ‘Žȱ–ŠŽ›’Š•ȱ ȱřŖȱȱ’—ȱœŒ‘˜˜•ǰȱŽœ™ŽŒ’Š••¢ȱ’—ȱ‘ŽȱŒ’¢ȱ˜ȱ’–Šǯȱ
‘’œȱ’œȱ‹ŽŒŠžœŽȱ‘ŽȱŒž››’Œž•ž–ȱ’œȱ’–™•Ž–Ž—Žȱžœ’—ȱ‘ŽȱŒž››’Œž•ž–ȱ’—ȱŘŖŖŜǯ
Key words:ȱŽŠ›—’—ǰȱ ȱřŖȱǰȱž‹“ŽŒœȱ
’œ˜›¢

Abstrak
Ž—Ž•’’Š—ȱ ’—’ȱ ‹Ž›ž“žŠ—ȱ ž—ž”ȱ –Ž—Žœ”›’™œ’”Š—ȱ ™›˜œŽœȱ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ œŽ“Š›Š‘ȱ Ž—Š—ȱ –ŠŽ›’ȱ ™Ž›’œ’ Šȱ
ȱřŖȱǯ™Ž—Ž•’’Š—ȱ’—’ȱ’ȱ•Š”œŠ—Š”Š—ȱœŽ•Š–Šȱȱ’Šȱ‹ž•Š—ȱ‹Ž›Ž–™Šȱ’ȱȱŘȱŠ—ȱȱŚȱ ˜Šȱ’–Šǯȱ
Ž˜Žȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ ¢Š—ȱ ’ž—Š”Š—ȱ ŠŠ•Š‘ȱ –Ž˜Žȱ ”žŠ•’Š’ȱ Ž—Š—ȱ –Ž—ž—Š”Š—ȱ Žœ”›’™’ȱ Š—Š•’’œǯȱ
Ž—Š–‹’•Š—ȱŠŠȱŠ•Š–ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ’—’ȱ–Ž—ž—Š”Š—ȱ–Ž˜Žȱ˜‹œŽ›ŸŠœ’ǰȱ Š Š—ŒŠ›ŠȱŠ—ȱ˜”ž–Ž—Šœ’ǯȱ
ž–‹Ž›ȱ ŠŠȱ žŠ–Šȱ ¢Š—ȱ ’ž—Š”Š—ȱ Š•Š–ȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ ’—’DZȱ ’—˜›–Š—ȱ ”ž—Œ’ȱ ¢Š’žȱ  Š”ŠœŽ”ȱ ž›’”ž•ž–ȱ
Š—ȱ ’—˜›–Š—ȱ ’—’ȱ ¢Š’žȱ ž›žȱ œŽ“Š›Š‘ȱ Š—ȱ œ’œ Šǯȱ Ž”—’”ȱ Š—Š•’œ’œȱ ŠŠȱ –Ž—ž—Š”Š—ȱ —Š•’œ’œȱ ’••Žœȱ

ž‹Ž›–Š—ȱ¢Š’žǰȱŽž”œ’ȱŠŠǰȱ™Ž—¢Š“’Š—ȱŠŠȱ”Ž–ž’Š—ȱŸŽ›’ꔊœ’ȱŠ—ȱ™Ž—Š–‹’•Š–ȱ”Žœ’–™ž•Š—ǯȱ
Šœ’•ȱ
™Ž—Ž•’’Š—ȱ–Ž—ž—“ž”Š—ȱ‹Š‘ Šȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ ȱřŖȱȱ‹Ž›•Š—œž—ȱ–˜—˜˜—ȱŠ—ȱ”ž›Š—ȱ–Ž—Š›’”ȱ–’—Šȱ
œ’œ Šǰȱ–Ž˜Žȱ¢Š—ȱ’ž—Š”Š—ȱ˜•Ž‘ȱž›žȱ‹Ž•ž–ȱ‹Ž›ŸŠ›’Šœ’ǰȱ–Ž’Šȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ¢Š—ȱ’ž—Š”Š—ȱŠŠ•Š‘ȱ
™Š™Š—ȱ ‘’Žȱ‹˜Š›ȱ‹ž”žȱœž–‹Ž›ȱ›ŽŽ›Ž—œ’ȱ–Šœ’‘ȱ–Ž—ž—Š”Š—ȱ‹ž”žȱ™Š”ŽȱœŽŽ›‘Š—ŠȱŽ›‹’Š—ȱœ ŠœŠǯȱȱ
Ž•Š’—ȱ’žȱœŠ›Š—Šȱ™›ŠœŠ›Š—ŠȱœŽ™Ž›’ǰȱŠ™˜™ǰȱǰȱŠ—ȱȱ‹Ž•ž–ȱ–Ž—ž—“Š—ȱ”Ž’ŠŠ—ȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ
’ȱ ”Ž•Šœǯȱ œžȱ ”Ž‹Š—”’Š—ȱ  ȱ œŽ›Šȱ ™Ž›–’—ŠŠ—ȱ –ŠŠȱ ™Ž–Ž›’—Š‘ȱ ”Ž™ŠŠȱ ”˜›‹Š—ǰȱ ”ž›Š—ȱ ‹Ž›™Ž—Š›ž‘ȱ
Ž›‘ŠŠ™ȱ™›˜œŽœȱ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ–Ž—Ž—Š’ȱ–ŠŽ›’ȱ ȱřŖȱȱ’ȱœŽ”˜•Š‘ȱ”‘žœžœ—¢Šȱ’ȱ ˜Šȱ’–Šǯȱ
Š•ȱ’—’ȱ”Š›Ž—Šȱ
”ž›’”ž•ž–ȱ¢Š—ȱ’Ž›Š™”Š—ȱ–Ž—ž—Š”Š—ȱ”ž›’”ž•ž–ȱŘŖŖŜǯ
Kata Kunci:ȱœ’œŽ–ȱ™Ž—’’”Š—ǰȱ”ž›’”ž•ž–ȱœŽ“Š›Š‘ǰȱ’œ’

PENDAHULUAN
S pasti melekatkan dengan kata PKI
Peristiwa Gerakan 30 September dibelakangnya. Hal tersebut tidak terlepas
telah mengakar dalam benak masyarakat dari konstruksi dan sosialisasi yang cukup
Indonesia, tidak terkecuali para massif dilakukan oleh pemerintah Orde
pelajar, Mahasiswa sampai kalangan Baru, baik materi pelatihan maupun
elit politik kalau mendengar kata G 30 dalam kurikulum pendidikan. Yang

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 38 Vol.5 No.1 Januari 2016


paling kita ingat adalah buku putih dan dirancang ditujukan kepada seluruh
yang diterbitkan oleh Sekretariat Negara masyarakat Indonesia sebagai bentuk
Republik Indonesia. rasa tanggungjawabnya karena telah
gagal menjalankan kewajiban konstitusi
Seiring berjalannya waktu, G 30 S
melindungi hak hidup rakyatnya.
menjadi wacana yang diperdebatkan. Pada
kurikulum 2004 kata PKI sempat terhapus Persoalan negara minta maaf atau
sehingga dalam teks hanya tertulis G tidak, jangan dipermasalahkan, karena
30 S, hal tersebut membuat Kejaksaan tidak semestinya semua dosa masa lalu
Agung dan Kementrian Pendidikan dan pemerintah yang dahulu juga ditanggung
Kebudayaan turun tangan dan menarik sepenuhnya oleh pemerintah sekarang.
buku-buku tersebut yang telah terbit. Menurut penulis, kalau pemerintah
minta maaf berarti secara langsung
Akhir-akhir ini di media terdengar
pemerintah telah melegiitimasi bahwa
kemunculan kembali logo PKI, misalnya
ideologi komunisme itu benar dan PKI
di kawasan pertokoan di Depok pedagang
tidak pernah melakukan kesalahan. Lalu
yang menjual Kaos PKI di tangkap oleh
bagaimana dengan TAP MPR/XXV/1966
Kepolisian setempat. Kemudian pada
tentang larangan Marxisme, Leninisme
tanggal 15 Agustus 2015 simbol-simbol
dan sejenisnya.
PKI muncul di Pamekasan dan Jember
beberapa orang warga membawa foto para Di Madiun terjadi demonstrasi besar-
tokoh PKI seperti Aidit dan Nyoto dalam besaran pada Rabu, 30 September 2015,
rangka merayakan HUT RI yang ke- 70. demo dilakukan oleh beberapa organisasi
yang tergabung dalam perkumpulan
Rabu malam, 29 September 2015
Gerakan Bela Negara diantara organisasi
di TV One diadakan Debat terbuka
yang hadir adalah Kesatuan Aksi
dengan tema “50 Tahun G 30 S/PKI
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),
perlukah Negara minta maaf? “ acara ini
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
selenggarakan oleh Indonesian Lawyer
KAHMI, Pelajar Islam Indonesia (PII), BEM
Club. Beberapa nara sumber yang hadir
di berbagai fakultas berbagai perguruan
antara lain, Ilham Aidit, Djoko Pekik,
tinggi, Pemuda Muhammadiyah,
Fahmi Idris (Angkatan 66) , A.M Fatwa
dan sejumlah LSM. Selain orasi yang
(Angkatan 66), Kivlen Zen (TNI), Tjipta
menyebutkan, tidak ada tempat bagi
Lesmana, Firdaus Wajdhi, Marsudi Suhud
komunis di NKRI”, selain itu di tulis
(Ketua PBNU), Salim Said serta anak dari
dalam Baliho “Ganyang PKI, Tegakkan
Jenderal Ahmad Yani. Dalam kesempatan
Pancasila...”, PKI No.....Pancasila Yes,
tersebut Lesmana menyatakan, “kalau
NKRI Harga Mati. Dalam pernyataan
PKI menyuruh negara minta maaf, berarti
sikap, diantaranya GBN meminta DPR,
negara yang salah, lalu bagaimana PKI
MPR dan pemerintah mempertahankan
yang membantai tentara, pemuda Ansor,
TAP MPRS No XXV tahun 1966 tentang
HMI dan Muhammadiyah”.
larangan Ajaran Marxisme/Leninisme
Menurut Imron Cotan menyatakan, dalam segala bentuk. Laksanakan Undang-
bahwa akan lebih bermartabat jika kita undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang
mampu melihat dalam prespektif yang keamanan negara dengan melarang
berbeda, yaitu permintaan maaf yang akan penyebaran ajaran komunisme.
dikeluarkan oleh Presiden RI dimaksudkan

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 39 Vol.5 No.1 Januari 2016


Pasca Orde Baru tafsir mengenai G dengan judul “Pembelajaran G 30 S
30 S bermunculan berbagai Prespektif sebagai isu kontroversial pada mata
dikemukakan. mulai tafsir bahwa G 30 pelajaran sejarah”.Adapun alasan
ȱ ŠŠ•Š‘ȱ ”˜—Ě’”ȱ ’—Ž›—Š•ȱ Š—”ŠŠ—ȱ Š›Šȱ memilih 2 sekolah, karena peneliti ingin
sampai keterlibatan pihak Asing dalam membandingkan antara pemahaman guru
prahara 1965 yang menanam luka sangat SMA yang satu dengan pemahaman Guru
lama dalam benak bangsa Indonesia. SMA lainnya. Selain itu peneliti, ingin
Namun, yang sangat aneh adalah tafsir melihat bagaimana G 30 S diajarkan oleh
tentang keterlibatan Soeharto dalam G 30 guru di kelas, apakah Isu nasional tentang
S tidak dijelaskan dalam kurikulum 2013, PKI akan mempengaruhi cara mengajar
ada apa ?. bukankah ini adalah sebuah guru-guru sejarah yang ada di daerah
pembohongan publik dan diskriminasi lebih khususnya di Kota Bima. Setelah
terhadap tokoh lain yang terlibat dalam G adanya penelitian ini, diharapkan guru
30 S. sejarah dapat mengajarkan materi G 30 S
dengan berbagai versi sebagaimana yang
Berdasarkan hasil observasi awal
ada dalam kurikulum 2013.
peneliti di SMAN 4 Kota Bima, ditemukan
bahwa guru sejarah masih menggunakan Sulasman mengatakan Sejarah adalah
buku referensi yang ada disekolah, topik yang sangat menarik tidak hanya
guru masih mengajar dengan metode itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang
ceramah, masih menjelaskan dengan sangat penting, terutama keberhasilan dan
versi pemerintah dengan PKI sebagai kegagalan para pemimpin serta sistem
dalang tunggal dalam peristiwa tersebut. perekonomian yang pernah ada, bentuk
Guru masih kekurangan sumber referensi pemerintahan, dan hal penting lainnya.
dalam melaksanakan tugasnya sebagai
Susanto menjelaskan bahwa ada tiga
guru sejarah. Siswa kurang menyenangi
prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran sejarah karena metode
pembelajaran sejarah, yaitu:
dan media yang digunakan guru sejarah
kurang bervariasi. a) Pembelajaran yang dilakukan haruslah
adaptif terhadap perkembangan siswa
Fakta yang terjadi di sekolah bahwa
dan perkembangan zaman
guru masih menjelaskan G 30 S dalam versi
tunggal PKI sebagai dalang dari peristiwa b) Pembelajaran sejarah hendaklah
tersebut. Pandangan semacam ini justru berorientasi pada pendekatan nilai
akan membosankan dan tidak menantang
”›ŽŠ’ꝩœȱ œ’œ Šǯȱ ŠŠ‘Š•ȱ ž“žŠ—ȱ žŠ–Šȱ c) Strategi pembelajaran yang digunakan
pendidikan sejarah di tingkat SMA ‘Ž—Š”•Š‘ȱ’Š”ȱ–Ž–Š’”Š—ȱ”›ŽŠ’ꝩœȱ
adalah agar siswa berpikir kritis, kreatif dan memaksa siswa hanya untuk
dan Inovatif. Jadi, dalam materi G 30 S menghafal fakta dalam buku teks.
sebagai materi yang kontroversial dapat Hasil wawancara Detak dengan
merangsang siswa untuk berpikir kritis, Mayor TNI (Purn) Soekarbi Wakil
terkait semua versi yang dijelaskan oleh Komandan Bataliyon 530/Para/Brawijaya,
guru di kelas. menyatakan bahwa yang memerintahkan
Berdasarkan karakteristik pasukan Brawijaya agar menghadiri HUT
permasalahan tersebut, maka peneliti ABRI yang akan diselenggarakan pada
tertarik untuk melakukan penelitian tanggal 5 Oktober adalah Pangkostrad

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 40 Vol.5 No.1 Januari 2016


Mayjen Soeharto. Hal tersebut dapat Reichstag saja...yang justru disuruh dan
dilihat Radiogram nomor 220 dan nomor biayai oleh Hitler sendiri”. Hal ini juga bisa
239 tanggal 21 September 1965. Isinya kita analisis kembali mengenai kesaksian
perintah agar Yon 530/Para Brigader 3/ Bambang Widjanarko, yang menuduh
Brawijaya dipersiapkan dalm rangka Presiden Soekarno terlibat dalam skenario
HUT ABRI ke 20 tanggal 5 Oktober 1965 besar untuk menculik Jenderal, dengan
di Jakarta dengan perlengkapan tempur menyuruh Letkol Untung ketika diadakan
garis pertama. Musyawarah Teknik di Senayan.

Menurut Warman Adam, Subandrio Sementara Salim Haji Said mengenai


menyimpulkan rangkaian peristiwa peristiwa G 30 S merupakan peristiwa
dari 1 Oktober sampai 11 Maret 1966 penculikan Jenderal Ahmad Yani
sebagai kudeta merangkak yang dan kawan-kawannya lebih kepada
dilakukan melalui empat tahap. Tahap pendaulatan. Artinya, diculik untuk
pertama, menyingkirkan saingannya di didaulat melepaskan posisi pimpinan
Angkatan Darat seperti Yani dan lain-lain. Angkatan Darat.
Tahap kedua, membubarkan PKI yang
Kemudian dalam dokumen nomor
merupakan rival terberat tentara sampai
179 tertanggal 2 Desember 1965, isi
saat itu. Tahap ketiga, melemahkan
telegram tersebut, menyatakan kesiapan
kekuatan pendukung Bung Karno dengan
memberikan bantuan kepada Adam
menangkap 15 Mentri yang Soekarnois,
Malik senilai Rp. 50 juta untuk operasi
termasuk Soebandrio. Tahap keempat,
penggayangan Gerakan 30 September.
mengambil alih kekuasaan dari Presiden
Isi telegram tersebut diperkuat lagi oleh
Soekarno.
pernyataan McAvoy yang mengatakan,
Menurut Riana, Pemberontakan ia kenal Adam Malik karena diperantarai
G 30 S/PKI diibaratkan Perang Bharata oleh Shigetada Nishijima, dan Adam malik
Yudha merupakan perang konspirasi. meminta uang 50 juta untuk membiayai
Riana menyimbolkan Presiden Soekarno gerakan KAP-Gestapu.
sebagai Raja Duryudana, Waperdam
Dari berbagai teori diatas, setelah
I Soebandrio sebagai Pendeta Durno,
peneliti mengurai kembali G 30 S bahwa
Sangkuni disimbolkan sebagai DN
peristiwa tersebut merupakan sebuah
Aidit yang suka memberikan intrik-
konspirasi akbar dua kubu dalam politik
intrik kepada Raja Duryudana, Letkol
1965, Pertama, adalah konspirasi ketua
Untung sebagai Algojo, Mayjen Soeharto
PKI D.N Aidit bersama Biro Khusus dalam
di simbolkan sebagai Yudhistira yang
hal ini Syam beserta perwira bawahan
akan menggantikan Raja Duryudana,
yang tidak puas terhadap pola kehidupan
Jenderal Nasution di simbolkan sebagai
atasannya yang serba mewah sementara
Sri Kreshna yang memberikan nasehat
perwira rendahan dalam keadaan
kepada Yudhistira. Kemudian Kolonel
ekonomi yang kurang. Kedua, Konspirasi
Sarwo Edhi Wibowo layaknya Sang Bima
akbar Mayjen Soeharto bersama perwira
dan Arjuna disimbolkan sebagai Umar
intelejennya beserta bantuan dan
Wirahadikusuma.
keterlibatan Amerika dalam hal ini adalah
Tentang G 30 S Iwan menambahkan CIA. Karena nafsu politik D.N Aidit tidak
“teori lain adalah: Coup untung Cs ini mampu lagi dikendalikan, ia pun secara
cuma semacam peristiwa pembakaran tergesa-gesa mengutus Biro Khusus

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 41 Vol.5 No.1 Januari 2016


untuk melakukan penculikan terhadap menyusunnya dalam satuan-satuan
Dewan Jenderal. Hal ini, membuat kubu yang disebut kategorisasi.
Soeharto berpeluang untuk menuduh
3. Penyajian data; dilakukan dalam bentuk
PKI yang melakukan makar terhadap
uraian singkat, bagan, hubungan antar
kekuasaan Soekarno. dan setelah melihat
kategori atau teks yang bersifat naratif.
kondisi politik yang kacau, kubu Soeharto
pun berambisi untuk mengambil alih Śǯȱ Žœ’–™ž•Š—ȱŠŠžȱŸŽ›’ꔊœ’ȱŠŠDzȱ™›˜œŽœȱ
kekuasaan, hal tersebut diperkuat dengan ini akan memberikan kesimpulan
di keluarkannya Surat Perintah 11 Maret apakah penelitian yang dilakukan
1966. Jadi kegagalan aksi penculikan telah sesuai atau konsisten dan
yang dilakukan oleh Biro Khusus, telah menjawab rumusan masalah yang telah
memberikan legitimasi kepada Mayjen ditentukan.
Soeharto untuk menumpas PKI sekaligus
mengambil alih kekuasaan dari tangan
Presiden Soekarno. HASIL PENELITIAN DAN
METODOLOGI PENELITIAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan 1.Peran Guru dalam Pembelajaran G 30 S


pendekatan kualitatif, melalui metode Pada umumnya pembelajaran sejarah
deskriptif analisis. Penelitian ini di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 4 Kota
menggunakan data yang berkaitan dengan Bima masih menerapkan Kurikulum
proses pembelajaran terhadap Materi G 2006 atau yang lebih dikenal dengan
30 S. pengambilan data dalam penelitian Kurikulum KTSP. Adapun peran guru
ini menggunakan instrumen pedoman dalam mengelola proses pembelajaran di
Observasi, pedoman wawancara dan kelas adalah sebagai berikut.
dokumentasi.
Paparan data mengenai peran
Penelitian ini dilakukan di SMAN guru dalam pembelajaran Gerakan
2 dan SMAN 4 Kota Bima. Subjek 30 September 1965 di SMA adalah
dalam penelitian ini adalah Guru dan perencanaan guru dalam RPP, pelaksanaan
Siswa, sasaran penelitian yaitu proses kegiatan pembelajaran G 30 S dan evaluasi
pembelajaran dengan materi G 30 S di dalam pembelajaran G 30 S.
kelas XII IPS.
Guru dalam menjelaskan materi
Kemudian dari data yang didapatkan G 30 S di SMAN 2 Kota Bima masih
peneliti melakukan analisis data dengan sangat monoton dan guru masih sangat
model Miles and Huberman sebagai mendominasi dalam pembelajaran. Hal
berikut : tersebut dapat terlihat ketika pembelajaran
1. Pengumpulan data; proses ini di berlangsung, setelah duduk mengabsen
lakukan dari awal hingga akhir siswa, Ibu Nursiah kemudian berdiri
penelitian di lakukan. menjelaskan materi di depan siswa,
lalu sambil jalan di tengah siswa. Pada
2. Reduksi Data; proses pemilihan, umumnya guru hanya menggunakan
pemusatan perhatian pada metode ceramah, kemudian pemberian
penyederhanaan, pengabstrakan, tugas, hanya berputar pada kedua metode
membuat rangkuman yang inti lalu tersebut.

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 42 Vol.5 No.1 Januari 2016


Ditinjau dalam Rencana Pelaksanaan buku paket masih diterapkan KTSP”.
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh (Hasil Wawancara, Rabu, 24 Februari
guru, waktu yang digunakan dalam 2016).
pembelajaran G 30 S/PKI setiap pertemuan
3 x 45 menit tersebut, metode yang Kemudian hasil Observasi dan
digunakan adalah pendekatan model ICT, wawancara peneliti dengan Pak Burhan
life skill dan pemberian tugas. Namun, selaku Guru Sejarah kelas XII di SMAN 4
yang diterapkan guru di kelas justru Kota Bima, dalam melaksanakan kegiatan
metode ceramah dan pemberian tugas. pembelajaran menggunakan buku Sejarah
(lihat lampiran RPP) karangan Rini Mardikaningsih dan R.
Sumaryanto yang masih berpedoman
Pelaksanaan pembelajaran materi pada Kurikulum Tahun 2006.Sementara,
Peristiwa Gerakan 30 September 1965/PKI Ibu Nursiah selaku guru sejarah kelas XII
sebagaimana yang tercantum dalam RPP di SMAN 2 Kota Bima dalam pelaksanaan
guru melakukan Apersepsi membuka pembelajaran menggunakan buku sumber
pelajaran dan menyuruh peserta didik sejarah karangan M. Habib Mustopo
berdo’a.Namun guru tidak menjelaskan dkk terbitan Yudhistira yang juga masih
tujuan pembelajaran. Kemudian dalam berpedoman pada KTSP.
pemanfaatan sumber belajar, guru sama
œŽ”Š•’ȱ ’Š”ȱ –Ž–’•’”’ȱ ”›ŽŠ’ꝩœȱ Š•Š–ȱ Terkait penggunaan media
mengkoleksi serta menambahkan sumber pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
referensi untuk dijadikan bahan dan di kelas Ibu Nursiah masih menggunakan
sumber belajar, kecuali buku paket Sejarah media tradisional atau media papan
yang ada di Perpustakaan. tulis untuk membantu meringkas dan
menulis soal. Hal ini Berdasarkan hasil
Sumber belajar yang di cantumkan wawancara peneliti dengan Ibu Nursiah
oleh guru dalam RPP kelas XII selaku guru sejarah kelas XII di SMAN 2
mencatumkan beberapa sumber belajar yang menyatakan, “ Saya sudah siapkan
antara lain buku sumber sejarah SMA Laptop, tetapi kendalanya di sekolah
XII IPS ESIS, Peta Konsep, Power point, ini tidak ada LCD nya. Sehingga saya
OHP, buku-buku penunjang yang relevan hanya menggunakan media gambar
dan internet. Namun pada kenyataannya untuk menjelaskan materi G 30 S.” (Hasil
beberapa sumber yang digunakan tidak Wawancara, Rabu, 24 Februari 2016)
muncul pada saat proses pembelajaran
berlangsung, seperti Peta Konsep, Power Dokumen bahan ajar yang dipakai
point, OHP dan Internet. Sumber belajar oleh guru menggunakan buku paket
yang digunakan hanya buku paket terbitan Sejarah 3 untuk kelas XII SMA Program
Global. IPS karangan Habib Mustopo dkk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti Ibu Nursiah mengatakan, “dalam
dengan Ibu Nursiah yang menyatakan, mengajarkan G 30 S saya menggunakan
“Saya tidak begitu banyak pakai metode buku paket dan LKS, itu yang membantu
karena siswa sudah dewasa, metode yang saya.Tentunya buku paket tersebut
biasa saya pakai adalah informasi.Metode berdasarkan kurikulum 2006. Karena di
informasi ini, sebenarnya diterapkan sekolah kami masih diterapkan Kurikulum
di Kurikulum 2013.Namun saya lebih KTSP”, (Hasil wawancara, Rabu, 24
memilih metode tersebut walaupun dalam Februari 2016).

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 43 Vol.5 No.1 Januari 2016


Kondisi pembelajaran materi G 30 S baik, Ibu Nursiah menjelaskan materi G
yang diajarkan oleh Ibu Nursiah di kelas 30 S dari demokrasi liberal sampai pada
XII IPS 1 sudah cukup kondusif, karena penculikan beberapa perwira angkatan
ada interaksi antara guru dan siswa, darat, kondisi kelas sangat tidak kondusif,
selain itu siswa-siswa yang aktif bertanya sesekali Ibu Nursiah menegur siswa
dan mengisi soal yang diberikan oleh Ibu dengan berkata, dengan berkata, “anak-
Nursiah. Sementara di kelas XII IPS 2 anak tolong perhatikan di depan, tolong
pembelajaran G 30 S kurang mendapatkan jangan brisik”. Siswa pun diam sejenak
perhatian siswa terlebih lagi di kelas dan kembali mendengarkan penjelasan
XII IPS 3 pembelajaran G 30 S kurang di dari Ibu Nursiah.
senangi siswa sehingga mempengaruhi
Sementara Pak Burhan memiliki cara
kondisi kelas menjadi brisik dan tidak
yang berbeda dengan Bu Nursiah dalam
kondusif.
menjelaskan materi pelajaran di kelas,
Hasil wawancara dengan Pak Burhan Pak Burhan yang dalam menjelaskan
selaku guru kelas XII di SMAN 4 Kota materi lebih sering menggunakan metode
Bima mengatakan, “dalam mengajarkan ceramah dan pemberian tugas dengan
G 30 S saya menggunakan buku paket I menggunakan media papan tulis dan
Wayan Badrika dan buku-buku terbitan sumber belajar buku yang digunakan oleh
Yudhistira”. (Hasil Wawancara, Selasa, siswa ditambah dengan buku karangan
23 Februari 2016). Terkait dengan I Wayan Badrika yang merupakan buku
metode pembelajaran yang digunakan yang menjadi pegangan Pak Burhan dalam
dalam pembelajaran G 30 S. Pak mengajar. Dalam proses pembelajaran G
Burhan menjelaskan bahwa “mengenai 30 S yang terlihat oleh peneliti, interaksi
pendekatan dan metode saya selalu antara guru dan siswa terlihat sangat
menggunakan metode ceramah, dialog bagus, kecuali di kelas XII IPS 2.
dan pemberian tugas, pendekatan dialog
Di kelas XII IPS 1 Pak Burhan
ini dimaksudkan agar siswa interaktif
menjelaskan kondisi Indonesia pada
sehingga kelas menjadi hidup”. (Hasil
jaman demokrasi terpimpin, Partai PKI
wawancara, Selasa, 23Februari 2016).
mendapat urutan 4 besar pada pemilu 1955,
2. Materi G 30 S di sekolah kemudian menjelaskan pembentukan
Biro khusus pada tahun 1964 oleh D.N
Proses pembelajaran G 30 S yang
Aidit. Sampai ke penjelasan penculikan
dijelaskan oleh Ibu Nursiah di kelas XII
beberapa Jenderal yang dipimpin oleh
IPS 1 berlangsung cukup kondusif walau
Letkol Untung.
pun masih ada beberapa siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan dari Baik Drs Burhan maupun Dra. Hj
Ibu Nursiah. Namun di kelas ini siswanya Nursiah dalam pelaksanaan pembelajaran
saling berebutan jika ada soal yang sejarah menjelaskan G 30 S dalam satu versi
diberikan oleh ibu guru. yaitu G 30 S sebagai dalang tunggal dan
pelaku kudeta tahun 1965. Hal tersebut
Berbeda dengan di kelas XII IPS 3
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2006.
pembelajaran di mulai pukul 11.45 wita,
kondisi siang hari sangat mempengaruhi Terkait cara guru mengajarkan materi
situasi kelas sehingga proses pembelajaran G 30 S yang kontroversi, sebagaimana
G 30 S di kelas ini tidak terkontrol dengan pernyataan Pak Burhan yang menyatakan,

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 44 Vol.5 No.1 Januari 2016


“kalau saya melihat dari kacamata sejarah siswa saat itu. Sedikit berbeda dengan Ibu
kudeta yang dilakukan oleh Soeharto. Nursiah, Pak Burhan selaku guru sejarah
Namun saya berusaha berada ditengah- kelas XII di SMAN 4 Kota Bima dalam
tengah dan melihat proses G 30 S. Sebagai melaksanakan evaluasi terhadap siswa,
proses yang konstitusional seperti Pak Burhan memberikan soal latihan
keluarnya supersemar itukan diikuti TAP sebanyak 15 nomor untuk pilihan ganda
MPRS. Ada juga yang menganggap antara dan 5 nomor untuk esay di kelas XII IPS
Sukarno dan PKI kan memilki hubungan 1. Sementara di kelas XII IPS 2 dan IPS 3
yang sangat dekat. Kondisi negara pada hanya diberikan soal esay masing-masing
saat itu sudah emergency, inilah yang 5 nomor.
memunculkan opini dalam masyarakat
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi
seolah-olah Sukarno teman dekatnya PKI
keterlaksanaan pembelajaran G 30 S
bahkan orang PKI.
Terkait dengan faktor yang
Kalau negara dibuat berlarut-larut
mempengaruhi keterlaksanaan
seperti itu, sangat membahayakan kondisi
pembelajaran G 30 S di SMA. Ada beberapa
negara. Dan hal ini dipengaruhi oleh PKI.
point yang peneliti temukan antara
Kondisi negara yang aman pun bisa dibuat
lain. 1) Siswa kurang hobi mempelajari
kacau oleh PKI.Karena memang PKI sudah
sejarah lebih khususnya materi G 30 S,
dua kali melakukan pemberontakan yaitu
2).Kesiapan guru dalam menggunakan
tahun 1948 dan 1965.Dalam waktu satu
Teknologi berbasis Informatika masih
tahun yaitu tahun 1950 PKI Bangkit.
terbatas, 3) Sarana seperti LCD, Laptop
Tahun 1951 D.N. Aidit terpilih menjadi
dan Sumber Referensi untuk bahan ajar
ketua PKI.Kemudian pada tahun 1955 PKI
masih kurang, seperti buku-buku koleksi
mendapat 4 besar dalam pemilihan umum
di perpustakaan, buku pegangan guru
di bawah PNI, NU dan Masyumi.Setelah
hanya mengandalkan buku-buku terbitan
’žȱ –Ž•Š”ž”Š—ȱ ’—ę•›Šœ’ȱ ’ȱ ž‹ž‘ȱ  ǯ
swasta.
Kemudian merasa kuat dan dengan cepat
mencoba melakukan kudeta yang kita Berdasarkan hasil wawancara
kenal dengan G 30 S/PKI tahun 1965, dan peneliti dengan guru SMAN 2 Kota Bima
pada akhirnya gagal”. (Hasil wawancara, yang menyatakan “ saya sudah siapkan
Selasa, 23 Februari 2016). Laptop, tetapi kendalanya di sekolah
ini tidak ada LCD nya. Sehingga saya
Kemudian komponen yang paling
hanya menggunakan media gambar
penting dalam proses pembelajaran adalah
untuk menjelaskan materi G 30 S.” (Hasil
evaluasi. Evaluasi merupakan cara guru
wawancara Rabu, 24 Februari 2016)
atau sekolah dalam mengkomunikasikan
program kepada publik, menyediakan Selain itu, Pak Burhan juga
informasi bagi pembuat keputusan serta mengatakan, kendalanya ada, siswa
penyempurnaan program yang ada. ketika saya menjelaskan materi ada yang
Evaluasi yang dilakukan oleh Ibu Nursiah ngantuk. Main Hp, kemudian dalam hal
selaku Guru sejarah kelas XII di SMAN 2 media saya menggunakan media papan
Kota Bima merupakan cara evaluasi biasa tulis untuk menulis kata-kata yang sulit
yaitu dengan memberikan soal esay di dipahami oleh siswa. banyak sekali
akhir penjelasan materi, tujuan evaluasi faktornya, terutama dalam media dan alat
ini adalah untuk mengetahui nilai kognitif bantu seperti Laptop dan LCD. Sebenarnya

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 45 Vol.5 No.1 Januari 2016


œŠ¢Šȱ ’—’—ȱ –Ž—Š¢Š—”Š—ȱ ꕖȱ ȱ řŖȱ Ȧ ȱ kami sangat bosan dengan cara mengajar
agar di tonton oleh siswa setelah itu saya guru yang ceramah dan bercerita terus.
menjelaskan.Namun itu tidak di dukung Selain itu, tidak menggunakan media
dengan sarana yang memadai, buku seperti power point seperti anak-anak
paket juga, masih kurang di perpustakaan Bahasa Inggris pakai media pada saat
kadang siswa satu buku di baca berdua. pembelajaran hanya jurusan IPS yang
Kemudian dalam kenyamanan dalam tidak menggunakan media semacam itu”.
kelas siswa sering mengeluh kepanasan, (Hasil Wawancara, Rabu, 9 Maret 2016).
disebabkan oleh ruangan tidak memiliki
Tanggapan siswa terkait faktor
kipas angin. (Hasil Wawancara, Selasa,
yang mempengaruhi keterlaksanaan
23Februari 2016).
pembelajaran G 30 S pada intinya hampir
Mengenai faktor-faktor yang sama, seperti yang ungkapkan oleh
mempengaruhi keterlaksanaan Maulana siswa SMAN 2 kelas XII IPS 3.
pembelajaran G 30 S, di tanggapi oleh Maulana mengatakan bahwa, “terkadang
siswa dengan serius. Hal ini dapat gurunya suka marah-marah, kalau kita
perhatikan hasil wawancara peneliti bertanya balik, guru tersebut bilang, “apa
dengan siswa-siswa sebagai berikut. kalian gak dengar apa yang ibu jelaskan
dari tadi”. Guru suka marah, karena
Berdasarkan wawancara peneliti
kelas ini sangat sedikit yang mau belajar,
dengan Ferdiansyah menyatakan,
terkadang ada yang tidur, ada juga yang
“terkadang gurunya suka marah-marah,
main Hp sendiri. Kemungkinan kalau
kalau kita bertanya balik, guru tersebut
Ibu Guru menggunakan powerpoint,
bilang apa kalian gak dengar apa? yang
ŠŠžȱ –Ž’Šȱ ꕖǰȱ Š™Šȱ –Ž—ž›Š—’ȱ ›ŠœŠȱ
ibu jelaskan dari tadi”. Guru suka marah,
bosan kami dalam mengikuti proses
karena kelas ini sangat sedikit yang mau
pembelajaran sejarah”. (Hasil Wawancara,
belajar, terkadang ada yang tidur, ada juga
Rabu, 16 Maret 2016 )
yang main Hp sendiri”.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
“Terkait dalam proses pembelajaran,
kami ingin ada media seperti yang biasa KESIMPULAN
dipakai oleh anak-anak bahasa inggris,
Peran guru dalam pembelajaran G 30
pakai media layar ditayangkan, karena
S kurang variatif dan sangat kaku.Dalam
kalau tidak seperti itu, kami kebanyakan
merancang dan merumuskan perangkat
tidak mendengar suara ibu guru, dan
pembelajaran guru hanya mengambil
materinya jarang diulangi, sehingga
dari internet, Rencana pembelajaran
kami cepat lupa. Jujur kami sangat bosan
Ž›œŽ‹žȱ ’Š”ȱ ’–˜’ꔊœ’ȱ ˜•Ž‘ȱ ž›žǯȱ
dengan cara mengajar guru yang ceramah
Sehingga dalam Rencana Pembelajaran
dan bercerita terus”. (Hasil wawancara,
tidak sesuai dengan apa yang diterapkan
Rabu, 2 Maret 2016).
oleh guru di kelas. Buku sumber yang
Kemudian hasil wawancara peneliti dipakai oleh Guru SMAN 2 dan SMAN
dengan Ariansyah Ramadhon siswa 4 Kota Bima masih mengikuti pedoman
SMAN 2 kelas XII IPS 1 yang menyatakan, kurikulum 2006. Metode pembelajaran
“Kami kebanyakan tidak mendengar yang digunakan pada kedua sekolah
suara ibu guru, dan materinya jarang metode ceramah, tanya jawab serta
diulangi, sehingga kami cepat lupa. Jujur pemberian tugas. Begitu juga dengan

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 46 Vol.5 No.1 Januari 2016


Media pembelajaran antara kedua sekolah REKOMENDASI
menggunakan media papan white board
Berdasarkan hasil penelitian di
dengan buku paket sederhana.Guru
lapangan, peneliti memberikan saran
kurang dalam mengoperasikan Laptop,
berupa :
Sekolah belum menyediakan LCD bagi
para guru sejarah. 1. Bagi pemerintah, khususnya
kementrian pendidikan nasional, agar
Baik SMAN 2 maupun SMAN 4 Kota
melakukan pelatihan yang serius bagi
Bima respon siswa terhadap materi G 30 S
guru-guru sejarah terhadap perubahan
kurang positif, terlihat siswa malas belajar,
kurikulum, sehingga tidak ada lagi
siswa kurang menanyakan hal-hal seputar
guru yang menyatakan tidak siap
kontroversinya G 30 S. bahkan siswa
terhadap perubahan kurikulum
juga tidak menggunakan internet dalam
mempelajari materi G 30 S. sehingga 2. Bagi guru sejarah, agar terus
pembelajaran monoton mendengarkan meningkatkan kompetensi,
Ceramah guru di kelas. memperbanyak sumber-sumber
pengetahuan, baik dengan cara
Terkait dengan faktor yang
memperbanyak referensi untuk dibaca
mempengaruhi keterlaksanaan materi
dan memperbanyak metode yang
G 30 S di kelas. Ada beberapa poin yang
bervariatif yang disesuaikan dengan
peneliti temukan antara lain :
kemajuan dan perkembangan ilmu
1. Siswa kurang menyenangi sejarah lebih pengetahuan, kemudian menggunakan
khususnya materi G 30 S, siswa ada media-media yang sesuai dengan
yang tidur dalam kelas, siswa ada yang materi ajar serta disesuaikan dengan
main HP sendiri, siswa cepat lupa dan kemajuan jaman, intinya menggunakan
bosan. teknologi yang ada. Selain itu, guru
dalam menjelaskan peristiwa G 30 S
2. Cara mengajar guru yang monoton
selayaknya mulai menjelaskan materi
kurang bervariasi, guru suka marah-
G 30 S berbagai versi sebagaimana
marah, tidak mengulangi materi
yang ada dalam buku sejarah kelas XII
pembelajaran, Kesiapan guru dalam
kurikulum 2013.
menggunakan teknologi berbasis
informatika masih terbatas. 3. Bagi sekolah, khususnya SMAN
2 dan SMAN 4 Kota Bima agar
3. Sarana seperti LCD, VCD, Laptop
menyediakan sarana dan prasarana
dan Sumber Referensi untuk bahan
yang menunjang dan mendukung
ajar masih kurang, seperti buku-
keterlaksanaan pembelajaran sejarah,
buku koleksi di perpustakaan, buku
seperti Laptop. LCD, Proyektor dan
pegangan guru hanya mengandalkan
benda-benda replika sejarah. Dalam
buku-buku terbitan swasta.
hal implementasi kurikulum sekolah
4. Implementasi Kurikulum yang masih seharusnya melaksanakan kurikulum
tidak konsisten sehingga berpengaruh 2013 apapun resikonya, bukan
terhadap kesiapan guru dalam menjalankan kurikulum 2006.
mengajar.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
bagi peneliti selanjutnya agar
memperluas penelitian sampai ke isu-

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 47 Vol.5 No.1 Januari 2016


isu kontroversial lainnya, sehingga Suharsimi, Arikunto.›˜œŽž›ȱ Ž—Ž•’’Š—ȱ žŠžȱ
memperkaya data dan sumber yang Ž—Ž”ŠŠ—ȱ›Š”’”ǰ Jakarta: Rineka Cipta,
diperlukan di kemudian hari. 2006.
Sulasman. Ž˜˜•˜’ȱ Ž—Ž•’’Š—ȱ Ž“Š›Š‘ǰȱ
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Suyanto dan Asep Jihad. ž›žȱ ›˜Žœ’˜—Š•DZȱ
Adam, Asvi Warman. ŗşŜśȱ›Š—Ȭ˜›Š—ȱ’‹Š•’”ȱ ›ŠŽ’ȱ Ž—’—”Š”Š—ȱ žŠ•’ꔊœ’ȱ Š—ȱ
›ŠŽ’ǰ Yogyakarta: Galang Press. 2009. žŠ•’Šœȱ ž›žȱ ’ȱ ›Šȱ •˜‹Š•ǰ Esensi
Heri, Susanto.Ž™žŠ›ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ Erlangga Group, 2013.
Ž“Š›Š‘ǰȱ œžǰȱ ŠŠœŠ—ȱ Š—ȱ ›ŠŽ’ȱ Tim Liputan Khusus 1965. Ž“Š”ȱ  ȱ ŠŠȱ
Ž–‹Ž•Š“Š›Š—,Yogyakarta: CV. Aswaja ›ŠŽ’ȱŗşŜś, Jakarta: Tempo, Edisi 5-11
Presindo, 2014.. Oktober 2015.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejarah Indonesia: ž”žȱ ž›ž /
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
ž›žȱ Žœž•’Š—ȱ Š Š‹ȱ œ˜Š•, Kompas, Rabu, 11
November 2015.
Pribadi, Benny. A. ˜Ž•ȱ œœž›Žȱ —ž”ȱ
Ž—ŽœŠ’—ȱ Ž–‹Ž•Š“Š›Š—ȱ Sukses,Jakarta:
Dian Rakyat, 2011.
Putra, Nusa. Ž—Ž•’’Š—ȱ žŠ•’Š’DZȱ ›˜œŽœȱ Š—ȱ
™•’”Šœ’ǰ Jakarta : Indeks, 2011.
Riana, I Ketut. ’œŽ›’ȱ—”Šȱ’‹Š•’”ȱ ŽŠŠ•Š—ȱ
Ž–‹Ž›˜—Š”Š—ȱ ȱ řŖȱ Ȧ ȱ ›Žœ™Ž”’ȱ
žŠ¢Šǯ Jakarta : Pusat Analisis dan
Kajian Transformasi Sosial, 2007.
Said, Salim Haji. ŽœŠ™žȱŜśȱ ǰȱ’’ǰȱž”Š›—˜ȱ
Š—ȱ˜Ž‘Š›˜. Bandung: Mizan. 2015.
Sastrapratedja, M. Ž—’’”Š—ȱ Ž•ž–ȱ
›Š—œ˜›–Š’, Jakarta: Kompas, 29 Mei
2015
Satori. Djam’an & Aan Komariah. Ž˜˜•˜’ȱ
Ž—Ž•’’Š—ȱ žŠ•’Š’ǰȱ Bandung: Alfabeta.
2010
Simatupang, Iwan. ›ŠŽ’ȱ ȬřŖȬȱ Š•Š–ȱ
‹Š¢Š—Ȭ‹Š¢Š—ȱ ž—ȱ Š›—˜ȱ œŠ—ȱ ™Ž›Šžǰ
Jakarta: Insan Merdeka, 2013.
Sugiyono.Ž˜Žȱ Ž—Ž•’’Š—ȱ Ž—’’”Š—ȱ
Ž—Ž”ŠŠ—ȱ žŠ—’Š’ǰȱ žŠ•’Š’ǰȱ Š—ȱ
ǭ, Bandung:Alfabeta, 2010.

Jurnal PENDIDIKAN SEJARAH 48 Vol.5 No.1 Januari 2016

You might also like