You are on page 1of 182
Matematika Diskrit Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D. (Ty, reneroit = Unesa University Press | Ketut Budayasa MATEMATIKA DISKRIT Prof. | Ketur Budayasa, Ph.D. Penerbit : Unesa University Press - 2008 vi, 172 hal, Illus, 2 ISBN 978-979-028-068-7 ©) 2008 - unesa university Press Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa iz terfulis dari Penerbit, sebagian atou seluruhnya dala bentuk apapun, baik cetak, fotoprint, mikrofilm a sebagainya. KATA PENGANTAR Matematika Diskrit merupakan cabang matematika yang, perkembangannya sangat pesat abad ini. Ini terbukti dari bermunculannya banyak buku dan jurnal yang menyangkut Matematika Diskrit. Salah satu alasan dari pesatnya perkembangan ini adalah aplikasinya yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ilmu-ilmu lain seperti: Komunikasi, Transportasi, Komputer Sains, Engeneering, dan bahkan Sosial Sains. Buku ini ditulis tidak dengan maksud untuk mengungkap semua aplikasi yang dimaksud, tetapi lebih bersifat “ pengenalan” saja. Buku berjudul “Matematika Diskrit” ini ditulis dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa matematika dan peminat matematika dalam memahami sejumlah tehnik “Counting” (pencacahan) lanjut. Materi dalam buku ini disajikan dalam bahasa yang sederhana agar mudah dipahami. Sejumlah contoh dan terapan juga mewarnai isi buku ini agar pemahaman pembaca terhadap konsep-konsep yang dibahas menjadi lebih menarik dan komprehensif. Di samping itu penulisan buku ini juga dimaksudkan untuk membantu mengatasi kelangkaan buku Matematika Diskrit yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, Buku ini disusun dari berbagai buku seperti yang tertera pada daftar pustaka. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ban‘ terima kasih kepada semua pihak yang telah memba langsung maupun tak langsung sehingga terwujud buku seBcapan terima Kasih ditujukan kepada Dr. Dwi Juni “MSi,, dan Budi Rahajeng, SSi., Mi, yang telah merevi dan memberikan koreksi atas kesalahan ketik pi penulisan buku ini, Ucapan terima kasih dialamatl Dra. Pradnyo Wijayanti, M.Pd., yang atas kesetiannya mer di asisten pengajar dalam mata kuliah Matematika Dist selama ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepz Drs. Budi Jarwanto yang telah membantu pengetikan bu ini Ucapan terima kasih juga ditujukan_kepa Prof. Dr. Aminuddin Kasdi yang secara terus mene! mengingatkan penulis untuk segera menuntaskan penulis buku ini. Kepada penerbit yang menerbitkan buku i diucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini ma: jauh dari sempurna, untuk itu, kritik dan saran pembe akan diterima dengan senang hati. Surabaya, Penulis KATA PENGANTAR DAFTAR IST Bab 1 Bab 2 Bab 3 DAFTARISI Halaman Metode Fundamental Pencacahan. 1.1 Prinsip Dasar dalam Pencacahan .... 1.1.1 Aturan Perkalian 1.12. Aturan Penambahan: 1.2 Permutasi 13 Kombinasi 14 Koefisien Binomial 15 Koefisien Multinomial 1.000 1.6 Algoritma Mengurutkan Permutasi dan Kombinasi — 1.7 Prosedur Menjenerik Kombinasi . 118 Prinsip ‘Sangkar Burung’ Soal Latihan-1 .... ' Fungsi Pembangki 21 Deret Kuasa 22 Definisi Fungsi Pembangkit 2.3 Fungsi Pembangkit untuk Kombinasi 2.4 Fungsi Pembangkit untuk Permutasi Soal Latihan-2 ..... Relasi Rekursif.. 3.1 Pendahuluan . 32 Relasi Rekursif Linea 33 Menyelesaikan Relasi Fungsi Pembangkit 3.4 Derangement (Pengacakan) 35 Sistim Relasi Rekursif..... : 3.6 Relasi Rekursif melibatkan Konvolusi Soal Latihan-3 ekursif dengan eo iii SSSR BBsSaenen sesene RBRVR By Bab 4 Bab 5 Daftar Pustaka vi Prinsip Inklusi-Eksklusi 4.1 Pendahuluan . 4.2 Bentuk Umum Prinsip Inklusi-Eksklusi. 112 43 Banyak Obyek yang Memiliki Tepat m Sifat . 4.4 Banyak Obyek yang Memiliki Sifat Sebanyak Genap atau Ganjil Soal Latihan-4 Bujursangkar Latin dan Desain Blok 5.1 Definisi Bujursangkar latin ... 5.2 Bujursangkar Latin Orthogonal. 5.3 Desain Blok. 53.1 Definisi Desain Blok..... . 53.2 Hubunganantara Parameter- Parameter Desain Blo.. - 53.3 Matriks Insiden Desain Blok 54 Desain Simetri 5.5 Pengkonstruksian Desain Baru Soal latihan 5 Ketut Budayasa BAB1 Metode Fundamental Pencacahan Dalam bab ini diperkenalkan konsep dasar dari permutasi dan kombinasi, serta perhitungan’ atau numerasi (pencacahan) menyangkut permutasi ‘inaupun Kombinasi. Kita awali bab ini dengan dua ‘prinsip ‘utama dalam numerasi. 11 Prinsip Dasar dalam Pencacahan ‘Terlapat dua prinsip afau aturan utama dalam menentukan banyaknya sesuatu (numerasi) yaitu Aturan Multiplikes: (Perkalian) dan Aturan Adisi Penambahan). 111 Aturan Perkalian (Multiplication Rule) Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian pertama dikuti oleh kejadian kedua yang terjadi dalam n cara, maka kejadian pertama dan kejadian kedua tersebut secara bersama-sama terjadi dalam (mxn) cara. Contoh 1.1: a), Berapakah banyaknya kejadian yang mungkin muncul jika dua dadu dilempar satu kali? Ketut Budayasa Penyelesaian: Dadu pertama dapat muncul dalam m = 6 cara yang berbeda dan untuk setiap dari cara-cara tersebut dadu kedua dapat muncul dalam n= 6 cara. Schingga kedua dadu dapat muncul dalam man = 6 x 6 = 36 cara. b). Dari 10 orang siswa SMA, akan dibentuk sebuah kepe- ngurusan yang terdiri dari satu ketua dan satu wakil ketua. Ada berapa’ kepengurusan yang mungkin’ terbentuk ? Penyelesaian: Terdapat m=10 cara untuk memilih ketua dan_diikuti oleh n=9 cara untuk memilih wakil ketua, Dengan demikian, terdapat mxn = 10x9 = 90 kepengurusan yang mungkin terbentuk CATATAN: Aturan Multiplikasi dapat diperluas sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian pertama dikuti oleh kejadian kedua yang terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian kedua dikuti oleh kejadian ketiga yang terjadi dalam ns, dan seterusnya, dan setiap kejadian ke-(p-1) dikuti oleh kejadian ke-p yang terjadi dalam my cara, maka kejadian pertama, kedua, ketiga, .. , ke-p secara bersama-sama terjadi dalam ns x 2 x13 Xu. X Mp cara. Contoh 1.2: a). Dari 10 orang mahasiswa, akan dibentuk sebuah kepengurusan yang terdiri dari tiga orang berbeda yaitu satu ketua, satu sekretaris, dan satu bendahara. ‘Ada berapa kepengurusan yang mungkin terbentuk ? 2 b). Ketut Budayasa Penyelesaian: Terdapat 10 cara untuk memilih ketua, diikuti oleh 9 cara untuk memilih sekretaris, dan diikuti 8 cara untuk memilih bendahara. Dengan Aturan Perkalian , terdapat 10x9x8=720 kepengurusan yang mungkin terbentuk. Sebuah bilangan lima-angka dibentuk dari angka- angka berikut —“1","2","3","4,"5"/"6,'7""8","9" Berapakah banyaknya bilangan yang mungkin jika: (a) angka-angka dalam lambang bilangan tersebut tidak ada yang sama?; (b) angka-angka dalam lambang bilangan tersebut boleh sama? Penyelesaian: : (a) Terdapat 9 cara memilih angka pert@ha, karena angka kedua tidak boleh sama dengan angka pertama maka ada 8 cara memilih angka kedua, karena angka ketiga tidak boleh sama dengan angka pertama dan angka kedua maka ada 7 cara memilih angka ketiga, dan seterusnya ada 6 cara memilih angka keempat dan 5 cara memilih angka kelima. Dengan Aturan Perkalian, _terdapat sebanyak 9x8x7x6x5 = 15120 bilangan lima-angka yang mungkin. (©) Terdapat 9 cara memilih angka.pertama, karena angka kedua boleh sama dengan angka pertama maka ada 9 cara untuk memilih angka kedua, begitu juga terdapat 9 cara masing-masing. untuk memilih angka ketiga, keempat dan kelima. Sehingga berdasarkan aturan perkalian, terdapat 3 Ketut Budayas sebanyak 9x9x9x9x9 = 95 = 59049 bilangan lima angka yang mungkin. 1.1.2 Aturan Penambahan (Addition Rule) Secara khusus Aturan Penambahan (Adisi) berbuny sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara kejadian kedua secara terpisah dapat terjadi dalam n cara, maka kejadian pertama atau kejadian kedu dapat terjadi dalam m+n cara. Contoh 1.3: a). Dalam percobaan melempar sebuah dadu, banyak sis dadu bermata genap adalah m = 3 dan banyak sis: dadu mata ganjil dan prima adalah n = 2, make banyaknya sisi dadu bermata genap atau bermata ganjil prima adalah m + n= 342=5, b). Diatas meja terdapat 10 buku matematika berbeda dan 5 buku fisika berbeda, Maka tedapat 10 + 5 = 15 cara memilih satu buku matematika atau buku fisika. CATATAN : Secara umum Aturan Penambahan dapat ditulis sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam mi cara, kejadian kedua secara terpisah dapat terjadi dalam na cara, dan seterusnya, kejadian ke-p secara terpisah terjadi dalam np cara, maka kejadian pertama, atau kedua,..., atau kejadian ke-p. dapat terjadi dalam nytnat...#np cara, Ketut Budayasa 1.2 Permutasi Diberikan sebanyak n obyek berbeda. Sebuah permutasi-k dari n obyek tersebut adalah sebuah jajaran dari k obyek yang urutannya diperhatikan. Misalnya, diberikan tiga obyek berbeda, katakan a, b, dan c. Jajaran seperti ab adalah sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut. Begitu juga jajaran seperti ba merupakan sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut. Jika pengulangan tidak diperkenankan, artinya obyek-obyek dalam jajaran tersebut tidak boleh sama, maka terdapat 6 permutasi-2 yang mungkin yaitu : ab, ac, ba, be, ca, cb. Jika pengulangan diperbolehkan maka jajaran seperti aa juga merupakan sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut; begitu juga dengan bb dan cc. Dengan demikian, jika pengulangan diperbolehkan, maka terdapat 9 permutasi:2 yang mungkin. Selanjutnya, banyaknya permutasi-k dari n obyek berbeda, tanpa pengulangan, disimbolkan dengan P(n,k). Sedangkan, P*(n;k)_menyatakan banyaknya permutasi-k dari n obyek berbeda, dengan pengulangan. Dari uraian diatas diperoleh P(3,2) = 6 dan P*B,2)=9. Untuk efisiensi, kita sepakati beberapa hal berikut. Jika n sebuah bilangan bulat positif, maka 1x2x3x...xn = n! (dibaca“ n faktorial”). Jika n=0, definisikan n! = Dengan menggunakan Aturan Perkalian, kita buktikan teorema berikut. Ketut Budayasa Teorema 1.1: Jikan dan k dua bilangan bulat Positif, maka P*(1,k) = nk; dan P(n.k) =a! untuk k =C(nn-k): Contoh 1.7: ‘Ada berapa barisan binair 7-angka memuat angkat “1” tepat empat buah? Penyelesaian: Pethatikan beberapa contoh barisan binair 7-angka yang dimaksud: 1111000, 1110100, 1100110, dil. Pikirkan tujuh posisi dalam satu baris untuk meletakkan angka-angka “0” dan “1”. Setiap dipilih empat posisi dari 7 posisi untuk meletakkan angka “1” di posisi tersebut dan angka-angka “0” di posisi yang lain, akan diperoleh sebuah barisan binair 7-angka yang memuat “1” tepat empat. Jadi banyaknya barisan binair yang dimaksud sama dengan banyak cara memilih 4 posisi dari 7 posisi untuk meletakan angka”1”, yaitu, C(7/4) = 35. Atau bisa juga, sama dengan banyaknya cara memilih 3 posisi dari 7 posisi untuk meletakan angka”0”, yaitu, C(7,3) = 35. B Ketut Budeyas CATATAN: Perhatikan “kisi-kisi” berukuran 3 x 4 berikut, Q Lintasan-1 P Lintasan-2 Jika kita ingin melintas dari titik P ( pojok kiri bawah) ke titik Q ( pojok kanan atas) dengan syarat hanya boleh bergerak kekanan (K) dan keatas (A), Salah satu lintasan yang mungkin diperlihatkan oleh Lintasan-1. Lintasan ini dapat dinyatakan dengan barisan KKAKKAA (2 langkah ke Kanan, dilanjutkan 1 Jangkah ke atas, dilanjutkan 2 Jangkah ke kanan, dan 2 langkah ke atas. Lintasan yang lain adalah Lintasan-2 yang dapat dinyatakan’ dengan barisan AAKKKAK. Perhatikan bahwa dalam setiap barisan terdapat empat K dan tiga A. Dari setiap barisan yang demikian, diperoleh sebuah lintasan dari P ke Q. Jadi banyaknya lintasan yang mungkin sama dengan banyaknya barisan binair 7-huruf yang memuat empat huruf K dan tiga huruf A. Untuk mendapatkan banyaknya barisan yang demikian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pikirkan 7 posisi dijajar pada satu baris seperti berikut , ~. Selanjutnya, dipilih 4 posisi untuk meletakkan huruf K. Posisi yang belum terisi selanjutnya diisi huruf A, sehingga diperoleh sebuah barisan yang dimaksud. Dengan demikian banyaknya 4 Ketut Budayosa barisan yang dimaksud sama dengan banyak cara memilifi 4 posisi dari 7 posisi yang ada untuk meletakan huruf K, yaitu (7) = C(4+3,4) = 35. Sama saja dengan banyak cara memilih 3 posisi dari 7 posisi untuk meletakan huruf A, yaitu C(7,3) = C(4#3, Dengan demikian terdapat 35 lintasan yang mungkin dari titik P ke titik Q pada kisi-kisi tersebut. Hal tersebut dapat diperumum sebagai berikut. Diberikan kisi-kisi berukuran m x n. Jika, dalam melintas, pergerakan yang diperkenankan hanya ke kanan (K) dan ke atas (A), maka setiap lintasan dari titik pojok kiri bawah ke titik pojok kanan atas berkorespondensi dengan sebuah barisan binair (m+n)-huruf dengan sebanyak m huruf A dan sebanyak n huruf K. Banyaknya barisan demikian adalah banyak cara memilih m posisi dari m+n posisi untuk meletakan huruf A dan sisanya n huruf K yaitu C(m+n,m). Boleh juga, banyaknya barisan demikian sama dengan-banyak cata memilih n posisi dari m+n posisi untuk meletakan huruf K yaitu C(m+nn). Dengan demikian, banyaknya lintasan yang mungkin adalah C(ményn) = Cmén n) = 2, Contoh 1.8: Diberikan kisi-kisi berukuran n x n. Misalkan suatu partikel melintas dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas; arah pergerakan yang diperbolehkan hanya ke kanan (K) dan ke atas (A). Suatu lintasan yang menyentuh atau dibawah diagonal utama dinamakan_ lintasan-cantik, sedangkan lintasan yang melewati atau memotong diagonal utama disebut lintasan-takcantik. Ada berapa lintasan-cantik yang mungkin? Is Ketut Budayosa Penyelesaian: Lintasan Li pada kisi-kisi berukuran 4 x 4 berikut merupakan lintasan-tak-cantik. Lintasan__tersebut berkorespondensi dengan barisan KAAKKKAA. Jika urutan melangkah, setelah satu langkah melewati diagonal utama, ‘dipertukarkan’ ( K menjadi A dan A menjadi K), maka akan diperoleh barisan baru yaitu KAAAAAKK, dan ternyata barisan ini berkorespondensi dengan lintasan Li’ pada kisi-kisi 5x3 seperti tampak pada Gambar (b). Demikian pula halnya dengan lintasan tak cantik L2 pada kisi-kisi 4 x 4 Gambar (a) dapat direpresentasikan dengan barisan AAAKKAKK. Setelah urutan melangkah, setelah satu langkah melewati diagonal utama, ‘dipertukarkan’ diperoleh barisan AKKAAKAA dan ini berkorespondensi dengan lintasan L2' pada kisi-kisi 5 x 3 di Gambar (b), Ly Ly (a) ©) Setiap lintasan tak cantik pada kisi-kisi 4 x 4 berkorespondensi dengan sebuah lintasan pada kisi-kisi 16 Ketut Budayasa 5 x 3, Hal ini dapat diperumum, bahwa setiap lintasan tak cantik pada kisi-kisi n x n_berkorespondensi dengan sebuah lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas pada kisi-kisi (n+1) x (n-1). Sehingga banyaknya lintasan tak cantik pada kisi-kisi n x n sama dengan banyaknya lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok Kanan atas pada kisi-kisi (n#1) x (n-1) yaitu net) Gy Banyaknya lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas pada kisi-kisi nx n adalah Qn (- Sehingga banyaknya lintasan cantik pada kisi-kisi nx n adalah Cn dengan en= (7) - (2) Go)! a eGo)! nin (a#a)(n=1)! ___@n)in G@HD@-D! Ketut Budayasa Misainya, pada kisi-kisi 4x4 terdapat C, = 2@) =14 lintasan . cantik yaitu: KKKKAAAA, KKKAKAAA, KKKAAKAA, KKKAAAKA, KKAKKAAA, KKAKAKAA, KKAKAAKA, KKAAKKAA, KKAAKAKA, KAKKKAAA, KAKKAKAA, KAKKAAKA, KAKAKKAA, KAKAKAKA. CATATAN Bilangan Cy = <> ) disebut bilangan Catatan sebagai penghormatan terhadap seorang matematikawan Belgia bernama Eugene-Charles Catalan (1814-1894) sebagai penemu formula tersebut. Publikasi Catalan banyak dalam bidang Kombinatorika, Analisis, Aljabar, Peluang, Geometri, dan Teori Bilangan. Bilangan Catalan muncul dalam beberapa aspek seperti kita bahas nanti pada bab berikutnya dalam buku ini. Teorema berikut terkait dengan kombinasi dimana suatu obyek boleh muncul lebih dari satu kali dalam suatu kKombinasi. Bukti teorema berikut sangat mudah jika digunakan fungsi pembangkit ( dibahas kelak). Untuk penjelasan secara kombinatorial, perhatikan uraian berikut. Pikirkan n obyek yang berbeda dan misalkan obyek-obyek tersebut 01, 02, ..., On. Diambil sebanyak k obyek dengan pengulangan diperbolehkan. Dari sebanyak k obyek yang terambil tersebut dapat dideskripsikan dengan mendaftar berapa obyek ol, berapa obyek 02, dan seterusnya. Sebagai contoh, untuk n=3 dan k=5, beberapa kemungkinannya adalah 0101010208 ; 0101020203 ; 0101030303, 0202020303; 0101010101; 0202020202; 0303030303 Kita dapat membedakan cara-cara ini dengan meletakan sebanyak n- 18 ' Ketut Budayasa 1 = 2 ‘garis-garis’ diantara obyek-obvek berbeda. Jadi ketujuh kemungkinan tersebut, secara_berturut-turut, dapat direpresentasikan sebagai berikut: o00/0/o ; 00/00/0; 00/ /000 ( karena tidak ada 02 diantara 01 dan 03); /000/00; o0000/ /(karena tidak ada o2 dan oy); /00000/; dan //0o000 Perhatikan dalam contoh ini terdapat 7 posisi vaitu 5 posisi untuk obyek dan 2 posisi untuk ‘garis’, selanjutnya dipilih 5 posisi untuk meletakan obyek. Hal ini dapat dilakukan dengan C(7,5)=21 cara Atau, dapat juga, memilih 2 posisi untuk meletakan ‘garis', dan hal ini dapat dilakukan dengan C(7,2)=21 cara. Secara umum, terdapat k +n-1 posisi_ yaitu k posisi untuk obyek dan n-1 posisi untuk ‘garis’; selanjutnya, dari ntk-1 posisi tersebut dipilih sebanyak k posisi untuk meletakan k obyek. Ini dapat dilakukan dengan C(n+k-L,k) cara. Atau, dapat juga memilih n-1 posisi dari n+k-1 posisi untuk meletakan n-1 ‘garis’, Hal ini dapat dilakukan dengan C(n+k-Ln-1) cara, Dengan demikian diperoleh teorema berikut Teorema 1.3; Misalkan n bilangan bulat positif dan k bilangan bulat non negatif. Banyaknya kombinasi-k dari n obyek berbeda, dengan pengulangan, adalah (ntk-1)! (n+k-Lk )= rom . Contoh 1.9: Diatas meja terdapat empat jenis roti berbeda Banyak roti untuk setiap jenis roti, diasumsikan sebanyak mungkin (tak terbatas). Ada berapa cara memilih 5 potong roti? C*(n,k) 19 Ketut Budayase Penyelesaian: Dalam hal ini terdapat n=4 jenis roti berbeda. Akan diambil k=5. potong roti. Berdasarkan Teorema 1.3, banyak cara yang dimaksud adalah (4+5~1)! CB) = gay 1.4 Koefisien Binomial dan Segitiga Pascal Pada bagian ini akan diperlihatkan bahwa C(n,k) merupakan koetisien dari binomial. Untuk keperluan tersebut, diperlukan teorema berikut, dikenal dengan Formula Pascal. Perhatikan bahwa simbol C(n,k) sering ditulis seperti (/?) Teorema 1.4: (Formula Pascal) Jikan dan k bilangan bulat dengan 1sksn-Lmaka ("7 4)+ Gana G) Bukti : Salah satu bukti langsung, dari teorema tersebut adalah dengan menghitung langsung ruas. kiri dari formula, setelah disederhanakan akan sama dengan ruas kanan, . m—1),n-1 (n= 1)! (n- 0! k )+Q@74) Ki -k-t! (kink _ __(n-1)(n-k) (n-1)!k ~ W@AK-DIG@-&) "Oe Dik(n—H9! = @DO-’ | (n-1)!k kink) (K)(=)! Ketut Budayasa nl ki-k-1)'@-K) ki(n—-B)! (i) Selain dengan cara diatas, teorema juga dapat dibuktikan secara kombinatorik ( pembuktian dengan argumen Kombinatorik) seperti berikut. Misalkan S adalah himpunan sebanyak n obyek berbeda dan misalkan u sebuah obyek dalam himpunan S, Jika X adalah himpunan semua kombinasi-k memuat u dari n obyek dalam S, maka Ix] = bee) Jika Y adalah semua kombinasi-k tidak memuat u dari obyek dalam §, maka |Y| = ("| 2), Jelas bahwa X U Y adalah himpunan semua kombinasi-k dari n obyek dalam S, schingga ||XUY| menyatakan banyaknya semua kombinasi-k dari n obyek berbeda yaitu (/'). Karena X dan Y saling lepas, maka (= mom =i (823), (2) Dengan demikian, Teorema terbukti. Dengan menggunakan Teorema 1.4, kita buktikan teorema binomial berikut. Teorema 1.5: Jika n suatu bilangan bulat non negatif, maka (+ y= Zhao (ty Bukti: (Induksi pada n). Untuk n=0, jelas pernyataan tersebut 2 Ketut Budayasa benar. Asumsikan pernyataan benar untuk n-1 > 0. Artinya, nae pnt (M1) yk yn-a-k c+yyr = 3H ( k ) xt yack, Selanjutnya, akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n. Perhatikan bahwa, (+y)" = &+y) &+y) = Ge ty) ERI ("SD xt yt (eraser asume ca(" yet yet tyra ("| 1) xt =r" yay maak 4 yn a("y xy Sam Nia +58 Ge 1) xe y n= esi’; Detorte("5 -eematty eee sae? at eey Gant +1 dengan k pada suku kedua, an ee SD ed ree Setelah disederhanakan, ae comrsate SUGID EC Yet 2 1k @+y)" Ketut Budeyasa Berdasarkan Teorema 1.4, diperoleh, ns 2 Gory xr Y (Bayer yeas Y(Batyet fei io Sehingga pernyataan benar untuk n. Dengan demikian teorema terbukti . CATATAN: (i) Karena x+y = y+x, maka Teorema Binomial dapat ditulis sebagai berikut. a mT a-k Lyn D) on ae in ( mit, STOP (daftar lengkap). STEP3 — : Cari m dgn i terbesar sedemikian hingga m < niet STEP4 — : Carin terkecil sedemikian hingga i n, miaka terdapat sangkar berisi paling sedikit dua burung. Buki Andaikan setiap sangkar berisi paling banyak satu ekor burung. Maka banyak burung ,m, tidak melebihi banyak sangkar/n, atau m n. 7 Contoh 4.17: Diantara 8 orang pasti ada dua orang memiliki hari kelahiran yang sama. Demikian pula, dari 15 orang yang berbeda, pasti terdapat dua orang lahir pada bulan yang sama. Contoh 1.18: Jika bi, bz... , bm adalah m bilangan bulat, tanjukkan terdapat i dan j dengan 1s i 0 dan n ganjil ( misal, 7 = 2°x7;8 = 2x1; 12 = 2 x3). Karena bilangan bulat yang diberikan dari 1 sampai dengan 100, maka n adalah salah satu dari 50 bilangan ganjil 1, 3, 5, ..., 99. Sehingga diantara 51 bilangan yang diambil, terdapat dua bilangan dengan n yang sama. Misalkan kedua bilangan tersebut, 2«x n dan 2h xn. Jika k < h, maka 2kx n pembagi 2 x n. Jika k > h, maka 24x n pembagi 2 xn. Untuk mendapat gambaran aplikasi lebih luas, kita perumum Teorema 1.6 teorema yang ‘lebih kuat’ berikut. Teorema 1! Misalkan a1, a2, ..., ay adalah bilangan-bilangan bulat. Jika sebanyak a1 + a2 +... + an + 1 ~ n obyek ditempatkan di dalam n kotak, maka kotak pertama mendapat paling sedikit a1 obyek, atau kotak kedua mendapat paling sedikit az obyek, ..., atau kotak ke-n mendapat paling sedikit an obyek. Bukti: Andaikan untuk setiap i, 1 . asx* disebut deret a kuasa. Bila ada bilangan positif R sedemikian hingga deret kuasa ini konvergen untuk setiap x dengan |x| 0 a wl sJika k=0 2.2 Definisi Fungsi Pembangkit Misal (@q) = (@o, a1, 22, ..) adalah suatu barisan. Fungsi Pembangkit Biasa (FPB) dari barisan (a) didefinisikan sebagai berikut: P(x) = y ax Say + ax + ax? ar? +... (2.2.1) Fungsi Pembangkit Eksponensial (FPE) dari (a) dide- finisikan sebagai berikut: PQ)= > an = sataxta Feat 24. 22) Misalnya, Pajrerniext# adalah fungsi pembangkit non dari barisan aL a Ls atau fangs pembargtehaponercial dar baisan (11,1,1,...). Bila diberikan suatu barisan, maka kita sering diminta untuk menuliskan fungsipembangkit dari barisan tersebut dalam bentuk serdahana mungkin. B Ketut Budayasa CONTOH 224: 1), Tulis bentuk sederhana fungsi pembangkit biasa dari barisan- barisan berikut: tid © O05 ar gen)! ©). 0,2,4,6..,2n,..). 2). Jika an =n, untuk n> 0, tentukan FPE barisan (as). Penyelesaia 1). (@) Fungsi pembangkit dari barisan yang dimaksud adalah: eed PQ) = att De tite. . ie = arr tert = eex-1 (dari persamaan (2.1.1) (b). Fungsi pembangkit yang dimaksud ialah: PQ) = 2x+d2t 6S +... nxt... wt byte yet 4 LEA a HOM.) Untuk |x| <1, dari identitas (2.1.3), diperoleh 2x Po) =a 2). Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (an)=(n) adalah at Se P)= a = on 7 eee ee 2-0! (dari identitas 2.1.1) Ketut Budayasa CATATAN: Penjumlahan, pengurangan —maupun perkalian dua fungsi pembangkit atau lebih, dapat dilakukan dengan. cara yang sama seperti halnya menjumlah, mengurangkan ataupun mengalikan’ dua polinomial atau lebih. Dengan demikian, diperoleh pernyataan berikut. Jika A(x) =) aaxt dan B(x) = )) ba xa, maka = = AG) BG) =F at by)2e. (2.23) = Selanjutnya, dari perkalian antara A(x) dan B(x), diperoleh A(x) - B(x) = (a0 + arx + a2 x2 tax +. tanx® +.) (Bo + bax + ba x2 +bax? + ...+bax® +...) = agbo + (aabrtaiby)x + (aobztaibr+aaba)x? +... wet (aobn tarbpat...tanbnit...tanbo)xt +... DD ax baa), = oh Dengan demian, diperolch formula berikut. & are ( baxt) = y & ae bos) x (2.2.4) Jikea (an), (br), ‘dan (ca) adalah barisan-barisan bilangan real 45 Ketut Budayasa sedemikian hingga cn = y ax bt, maka kita katakan: (cx) adalah konvolust dari (ax) dan (by), yang citulis (Cx) = (an) * (Bs). CONTOH 222: Cari barisan (ca) dengan Fungsi Pembangkit Biasa xtxé Fo)" 4a Penyelesaian: Misal P(x) = (x8 + x6)(1- x)=)” caxt = Jelas bahwa x° + x® adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (as) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 1, 0, 0, ... .). Selanjutnya dari Formula (2.1.2) dan definisi fungsi pembangkit kita ketahui bahwa, (1 - x)" adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (bs) = (1, 1, 1, ... ). Sehingga dari Formula (2.24), diperoleh; co = 3 anbox es =a (karena b,=1, untuk setiap i), a Dengan demikian (cx) = (0, 0, 0,0, 0, 1, 2,2, 2,..), atau 46

You might also like