You are on page 1of 5

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No.

02, Tahun 2015

Realisasi Alat Ukur Particulate Matter (PM10) Pada Gas Buang


Kendaraan Bermotor Menggunakan Inframerah Berbasis
Mikrokontroler ATMega32

Yeni Pertiwi, Amir Supriyanto, Gurum Ahmad Pauzi

Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145


Jln. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Email: pertiwi.yenny@gmail.com

Diterima (17 Februari 2015), direvisi (23 Maret 2015)

Abstract. It has been designed and realized to measurement tools particulate matter (PM10)
using an infrared sensor. Displayed the measurement results on LCD. This device consists of a
phototransistor and infrared sensor, as power supply, ATMega32 microcontroller, LCD, signal
conditioning circuits and software codevision AVR. Infrared light emitted by the transmitter and
received by the phototransistor. Infrared light sended will be blocked by the object causing a
change in the sensor output voltage. PM10 data collection process that is by measuring the
output voltage of paper GF / A that has housed PM10 from vehicle exhaust, with a time of 3
minutes, 6 minutes, and 9 minutes. Taking data PM10 with variations this time showed an
increase in PM10 mass and also show the limitations of the condition of the paper GF/A are
easily damaged when data collection is more than 9 minutes. While the variation of the type of
vehicle 2 was likely to be higher than the 4 stroke with changes in the mass difference between
0.0020 to 0.0051 grams and diesel vehicles is higher than gasoline-fueled vehicles to change
the mass difference between 0.0050 to 0.0152 grams.

Keywords: Infrared Sensor, PM10, Paper GF/A, ATmega32, LCD.

Abstrak. Telah dirancang dan direalisasikan alat ukur particulate matter (PM10) menggunakan
sensor infrared dengan menampilkan hasil pengukuran pada LCD. Alat ini terdiri atas sensor
inframerah dan fotodioda, catu daya, mikrokontroler ATMega32, LCD, rangkaian
pengkondisian sinyal dan software codevision AVR. Sinar inframerah dipancarkan dan diterima
oleh fotodioda. Sinar inframerah yang dikirim akan terhalang oleh objek sehingga menimbulkan
perubahan pada tegangan keluaran sensor. Proses pengambilan data PM10 yaitu dengan cara
mengukur tegangan keluaran dari kertas GF/A yang telah menampung PM10 dari gas buang
kendaraan, dengan waktu 3 menit, 6 menit, dan 9 menit. Pengambilan data PM10 dengan
variasi waktu ini menunjukkan peningkatan massa PM10 dan juga menunjukkan keterbatasan
kondisi kertas GF/A yang mudah rusak ketika pengambilan data dilakukan lebih dari 9 menit.
Sedangkan pada variasi jenis kendaraan 2 tak cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan 4 tak
dengan perubahan selisih massa antara 0,0020 – 0,0051 gram serta kendaraan berbahan bakar
solar lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin dengan perubahan selisih
massa antara 0,0050 – 0,0152 gram.

Kata Kunci: Sensor Infrared, PM10, Kertas GF/A, ATmega32, LCD.

137
JURNAL Teori dan
Yeni Pertiwi dkk:Aplikasi
RealisasiFisika
Alat Ukur Particulate Matter (PM10)Vol.
Pada03,
GasNo. 02, Tahun
Buang 2015
Kendaraan
Bermotor Menggunakan Inframerah Berbasis Mikrokontroler ATMega32.

PENDAHULUAN ATMega32 untuk mengolah data yang


diprogram menggunakan codevision AVR.
Seiring bertambahnya kendaraan
bermotor menyebabkan tingginya METODE PENELITIAN
pencemaran udara. Dalam gas buang
kendaraan terkandung bahan yang Diagram blok keseluruhan alat yang
berbahaya bagi kesehatan manusia maupun digunakan pada penelitian ini tampak pada
lingkungan (Sukidjo, 2008). Pencemaran Gambar 1. Sistem deteksi PM10 terdiri dari
udara tersebut akibat dari gas buang perangkat keras dan perangkat lunak.
kendaraan bermotor yang mengandung gas Perangkat keras terdiri dari : sensor terdiri
karbon monoksida (CO), nitrogen oksida dari (Inframerah dan fotodioda), catu daya,
(NOx), timbal (Pb), suspended particulate sistem minimum mikrokontroler
matter (SPM), dan hidrokarbon (HC). ATMega32, dan LCD. Program pada
Pada tahun 2006, Ferdyan dkk mikrokontroler menggunakan Codevision
melakukan penelitian tentang alat ukur AVR.
kadar particulate matter (PM10) pada gas 1. Rangkaian sensor infrared.
buang kendaraan bermotor dengan range Infrared mempunyai kemampuan untuk
maksimal 0,001 kg/m3. Kemudian memancarkan sinar infra merah sejajar dan
(Wilyusdinik, 2012) merealisasikan alat bisa mencapai jarak yang cukup jauh sekitar
ukur kadar Particulate Matter (PM) pada 3 meter. Tegangan Vcc yang digunakan
gas buang kendaraan bermotor sebesar 5 volt. Rangkaian sensor infrared
menggunakan sensor fotodioda, pada terlihat pada Gambar 2.
penelitian ini menggunakan komunikasi
serial dengan PC dan tidak menggunakan LCD
mikrokontroler sebagai pengolah data.
Dalam penelitian ini dirancang sebuah
alat ukur PM10 dengan menggunakan
sensor infrared yang terdiri dari pemancar
(led infrared) dan penerima (fotodioda). Catu Daya
Particulate matter (PM10) adalah partikel ATMega32
dengan diameter di bawah 10 μm yang
berbentuk padatan atau liquid di udara
dalam bentuk asap, debu, dan uap yang
dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang IR dan
fotodioda
lama (Mukono, 2009). Alat ini
menggunakan infrared yang berfungsi Gambar 1. Diagram Blok Keseluruhan
mendeteksi adanya objek (PM10). Sensor
inframerah yaitu sebuah sensor yang
menggunakan media cahaya, dalam suatu
rangkaian biasanya berisi pembangkit
cahaya (transmitter) led IR dan penerima
cahaya (receiver) fotodioda.
Dalam aplikasinya mengukur kadar
PM10 pada gas buang kendaraan bermotor
menggunakan infrared dan mikrokontroler
Gambar 2. Rangkaian Sensor Infrared

137
138
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 02, Tahun 2015

Rangkaian sensor terdiri dari led


inframerah dan R1=220Ω, fotodioda dan
R2=10KΩ. Pengkondisian sinyal terdiri
dari penguat tegangan yaitu IC LM324,
R=470 KΩ dan R=470 Ω. Rangkaian
pengkondisi sinyal dihubungkan pada
sumber tegangan 5 V DC, selanjutnya
sensor infrared yang telah dirancang
dihubungkan ke rangkaian pengkondisi
sinyal. Nilai tegangan V0 (sebelum kertas
dimasukan) diperoleh sebagai nilai Gambar 3. Sistem Minimum ATMega32
tegangan pada sensor.
Fotodioda dipasang bersampingan
dengan inframerah yang berjarak 0,5 cm.
Kemudian kedua sensor tersebut
berhadapan dengan kertas GF yang akan
dideteksi sejauh 0,5 cm. Ketika pancaran
sensor diberikan kertas GF maka akan
terjadi perubahan tegangan yang
diakibatkan oleh perbedaan kertas GF yang
masih bersih dan yang sudah berisi PM10.
Sensor inframerah dan fotodioda
masing-masing terhubung dengan resistor
yang telah diberi tegangan masukan yang Gambar 4. Keseluruhan alat
berasal dari catu daya. Fotodioda akan
menerima cahaya yang dipancarkan oleh Sistem bekerja dimulai ketika kertas GF
led inframerah yang telah terhalang oleh disinari dengan sensor infrared dan sinar
kertas saring. Sensor mengenai permukaan infrared tersebut akan diterima fotodioda.
kertas saring pada jarak 0,5 cm dan
pengambilan data dilakukan sebanyak 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
kali perubahan posisi untuk mendapatkan
data yang homogen. Hasil realisasi alat ukur particulate
matter (PM10) pada gas buang kendaraan
2. Rangkaian Minimum ATMega32 bermotor dengan menggunakan inframerah
berbasis mikrokontroler ATMega32 tampak
Rangkaian mikrokontroler ATMega32 yang pada Gambar 5.
digunakan sebagai pengontrol pada
penelitian ini tampak pada Gambar 3.
Sistem alat keseluruhan dapat dilihat
pada Gambar 4. Terdiri dari rangkaian
sensor dan pengkondisi sinyal, rangkaian
mikrokontroler dan rangkaian LCD.
Mikrokontroler adalah suatu kombinasi
mikroprosesor, piranti I/O (Input/Output)
dan memori, yang terdiri atas ROM (Read
Only Memory) dan RAM (Random Access
Memory), dalam bentuk keping tunggal Gambar 5. Hasil Rancangan Alat Ukur
(single chip) (Abadi dan Agus, 2008).

139
137
JURNAL Teori dkk:
Yeni Pertiwi dan Aplikasi
Realisasi Fisika
Alat Ukur Particulate Matter (PM10) Vol.
Pada03,
GasNo. 02, Tahun
Buang 2015
Kendaraan
Bermotor Menggunakan Inframerah Berbasis Mikrokontroler ATMega32.

Tabel 2. Data Pengujian motor 4 tak


8.66 GF1 GF2 Mt MPM10
8.65 T
(v) (v) (gr) (gr)
8.64 3 8,65 0,10 0,0995 0,0007
Tegangan (Volt)

8.63 y = -11.65x + 9.746 6 8,64 0,09 0,0964 0,0016


8.62 R² = 0.884 9 8,62 0,07 0,0970 0,0022
8.61
8.6 Tabel 3. Data Pengujian mobil solar
8.59 GF1 GF2 Mt MPM10
T
8.58 (v) (v) (gr) (gr)
8.57 3 -4,43 12,68 0,0998 0,0050
0.094 0.096 0.098 0.1 0.102 6 -4,04 12,59 0,1049 0,0101
Massa PM10 (gr) 9 -2,62 11,17 0,1100 0,0152

Gambar 6. Grafik Karakteristik Sensor Tabel 4. Data Pengujian mobil bensin


GF1 GF2 Mt MPM10
Grafik karakteristik sensor dapat dilihat T (v) (v) (gr) (gr)
pada Gambar 6. Gambar tersebut
3 8,64 0,09 0,0954 0,0006
menunjukkan hubungan massa terhadap 6 8,62 0,07 0,0958 0,0010
tegangan, dari grafik tersebut diperoleh 9 8,58 0,03 0,0959 0,0011
nilai R2 = 0,884 dan persamaan fungsi
alihnya y = -11,65x + 9,746. Dimana y
Pengambilan data ini dilakukan dengan
adalah tegangan yang terukur oleh
variabel yang digunakan yakni terhadap
multimeter dan x adalah massa PM10 yang
waktu (lama pengambilan sampel) dan jenis
terukur oleh timbangan digital. Hubungan
kendaraan. Dalam penggunaannya, sebelum
tersebut menjelaskan bahwa bertambahnya
dilakukan pengambilan data terlebih dahulu
waktu yang digunakan, maka tegangan
dilakukan pengujian inisialisasi sensor
yang dihasilkan pun semakin menurun dan
yakni kondisi dimana sensor dihidupkan
massa yang diperoleh semakin meningkat.
selama 3-5 menit.
Setelah dilakukan pengambilan
Tegangan yang terukur memiliki
karakteristik sensor, selanjutnya dilakukan
kestabilan dan terlihat perubahan tegangan
pengambilan data PM10. PM10 yang
yang terukur semakin menurun dengan
digunakan dalam penelitian ini berasal dari
bertambahnya lama pengambilan sampel.
gas buang kendaraan bermotor. Sampel
Massa PM10 yang terukur oleh timbangan
PM10 diambil dengan waktu yang berbeda
digital terjadi peningkatan massa dari menit
dalam satu kendaraan. Pada penelitian ini
ke-3 sampai menit ke-9. Data keempat tabel
waktu pengukuran dari 3 menit, 6 menit,
di atas dapat dikatakan bahwa semakin
dan 9 menit. Dengan waktu pengukuran
lama pengabilan sampel maka massa PM10
yang terus bertambah diharapkan terlihat
yang terukur akan semakin meningkat
perubahan tegangan keluaran dari sensor.
seiring dengan penurunan nilai tegangan.
Tabel 1. Data Pengujian motor 2 tak Hasil pengukuran dari penelitian yang
GF1 GF2 Mt MPM10 diperoleh dari alat ukur menunjukkan
T perbedaan yang cukup jauh antara
(v) (v) (gr) (gr)
3 8,61 0,06 0,0968 0,0020 kendaraan berbahan bakar solar dengan tiga
6 8,59 0,04 0,0998 0,0050 kendaraan lainnya. Hasil PM10 pada kertas
9 8,58 0,03 0,0999 0,0051 GF dari kendaraan solar ini memiliki warna
hitam yang pekat sedangkan tiga kendaraan
lainnya memiliki warna sedikit keruh.

140
137
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 02, Tahun 2015

Partikulat Matter (PM10) pada Gas


KESIMPULAN Buang Kendaraan Bermotor. J.
Informatika. 6(1):38-46.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan Sukidjo, Haryadi. 2008. Usaha Penurunan
bahwa realisasi alat ukur PM10 dengan Emisi Gas Buang Sepeda Motor
menggunakan inframerah telah terprogram Empat Langkah Dengan Memperluas
dalam mikrokontroler. PM10 paling tinggi Penampang Saluran Pada Venturi
terdapat pada gas buang dari kendaraan Karburator. Media Teknik. Vol.30
berbahan bakar solar dan PM10 terendah No.2. ISSN 0216-3012.2:180-185.
terdapat pada berbahan bakar bensin.
Mukono, H. J. 2009. Pencemaran udara
DAFTAR PUSTAKA dan pengaruhnya terhadap gangguan
pernafasan. Surabaya: Airlangga
Abadi S, Delta Agus. 2008. Sensor University Press.
Ultrasonik Sebagai Alat Navigasi
Robot Pada Robot Pemadam Api Wilyusdinik, Richa. 2012. Realisasi Alat
Berbasis Mikrokontroler ATmega Ukur Particulate Matter (PM) Gas
8535. Skripsi. Universitas Buang Kendaraan Bermotor
Diponegoro. Semarang. Menggunakan Sensor Fotodioda.
Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA
Ferdyan, Citra., A. Wijaya., F. A. Universitas Lampung.
Kurniawan. 2006. Alat Ukur

137
141

You might also like