You are on page 1of 12

Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.

1, Juli 2013

PELEPASAN DAN PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM

NIOSOM SPAN 60 DALAM BASIS GEL HPMC 4000

Tutiek Purwanti*, Tristiana Erawati, Noorma Rosita, Abdulloh Suyuti, Uci Chilmi

Nasrudah

Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.

*Email: tutiek_purwanti@yahoo.com

ABSTRACT
The present study was designed to investigate the release and penetration of diclofenac
sodium in niosome system, with composition diclofenac sodium-Span 60-cholesterol in
1:6:6 molar ratio in hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) 4000 gel base. There were two
formulas (control and test). Formula I was diclofenac sodium gel made without niosome
system and formula II was diclofenac sodium gel with noisome system. Drug release test
was carried out in phosfat buffer saline pH 7,4 ± 0,05, temperature 32°C, 100 rpm. The
drug release (flux) for diclofenac sodium in formula I and formula II were 153,4483 ±
1,0400 μg/cm2/menit1/2 and 153,2868 ± 2,0440 μg/cm2/menit1/2. respectively. The drug
penetration (flux) for diclofenac sodium in formula I and formula II were 0,9505 ± 0,0451
(µg/cm2/menit) and 0,6357 ± 0,0747 (µg/cm2/menit) respectively. The result was analyzed
by statistic programmed of SPSS 16.0 using independent sample t-Test with degree of
confident 95% (α = 0,05). The result showed that release and penetration rate of diclofenac
sodium from HPMC 4000 gel base with niosome system are slower than without niosome
system.

Keywords : diclofenac sodium, niosome, flux, hydroxypropyl methylcellulose 4000.

ABSTRAK
Penelitian ini dirancang untuk menentukan pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak
dalam sistem niosom, dengan komposisi natrium natrium diklofenak-span 60-kolesterol
dengan perbandingan molar 1:6:6 dalam basis gel HPMC 4000. Formula I sebagai kontrol
yaitu gel natrium diklofenak tanpa dibuat sistem niosom, sedangkan formula II sediaan gel
natrium diklofenak dengan sisten niosom. Pelepasan obat dilakukan pada pH dapar fosfat
salin pH 7,4 ± 0,05, suhu 32 ± 0,05 ° C, kecepatan pengadukan 100 rpm. Penetrasi obat
dilakukan pada media dan rpm yang sama dengan suhu 37 ± 0,05 ° C, dan menggunakan
membran kulit tikus. Berdasarkan hasil uji pelepasan, diperoleh rata-rata laju pelepasan
natrium diklofenak pada formula I sebesar 153,4483 ± 1,0400 µg/cm2/menit1/2 dan pada
formula II sebesar 153,2868 ± 2,0440 µg/cm2/menit1/2. Rata-rata laju penetrasi natrium
diklofenak pada formula I sebesar 0,9505 ± 0,0451 (µg/cm2/menit) dan pada formula II
0,6357 ± 0,0747 (µg/cm2/menit). Hasilnya dianalisis dengan statistik program SPSS 16,0

1
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

menggunakan independent sample t-Test dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laju pelepasan maupun penetrasi natrium diklofenak dari
basis gel HPMC 4000 dengan sistem niosom lebih lambat dibandingkan dengan tanpa
sistem niosom.
Kata kunci: natrium diklofenak, niosome, fluks, hidroksipropil metilselulosa 4000.

PENDAHULUAN seringkali menimbulkan kerusakan jaringan


Diklofenak atau [o-[(2,6- pada tempat injeksi (Sweetman et al, 2009).
diklorofenill)amino]fenil] asam asetat Karena beberapa kerugian diklofenak pada
termasuk salah satu dari golongan penggunaan per oral, maka diklofenak
nonsteroidal anti-inflammatory drugs dikembangkan ke arah penggunaan topikal
(NSAIDs). Secara farmakologi, diklofenak sebagai salah satu solusi alternatif dan
memiliki aktifitas anti inflamasi, analgesik, beberapa produknya sudah beredar di
dan antipiretik. Aktifitas anti inflamasi pasaran (Banning et al, 2008).
terkait dengan efikasinya meringankan nyeri Rute topikal untuk penghantaran
yang berhubungan dengan inflamasi dan obat memiliki keuntungan dibandingkan
dysmenorrhea primer. Diklofenak jalur lainnya. Di antaranya adalah
digunakan dalam pengobatan osteoarthritis, menghindari efek lintas pertama hepar,
rheumatoid arthritis, dan ankylosing memberikan penghantaran obat secara
spondylitis. Diklofenak tersedia di pasaran berkelanjutan, memiliki efek samping
sebagai garam natriumnya (Castillo and yang lebih rendah, dan memperbaiki
Bruzzone, 2006) kepatuhan pasien (Trotta et al, 2005).
Pada penggunaan secara oral, hanya Penggunaan secara topikal juga telah
sekitar 60% natrium diklofenak yang menghasilkan kadar yang lebih tinggi
mencapai sirkulasi sistemik karena dalam jaringan adiposa dan otot rangka
mengalami metabolisme lintas pertama. yang berdekatan (Brunner et al, 2005)
Seperti halnya golongan NSID pada Luas permukaan kulit kira-kira
umumnya diklofenak, lebih dari 99,5% 1,73 m2 , dapat memfasilitasi
berikatan dengan protein serum manusia, penggunaanya sebagai tempat potensial
khususnya albumin (Riess, et al, 2005; untuk aplikasi sediaan topikal
Chamoard et al, 2005). Efek samping yang (Panchagnula et al, 2002). Dengan sistem
paling sering terjadi dari pemberian penghantaran topikal ini, bahan aktif
diklofenak per oral adalah gastritis, peptik tidak hanya dihantarkan secara
ulser, dan depresi fungsi renal (Demarel et transdermal dengan nyaman tetapi juga
al, 2009, Hinz et al, 2009). Waktu paruh metabolisme lintas pertama pada usus
biologis natrium diklofenak juga singkat, dan hati dapat dihindari, kadar obat
sekitar 120 menit (Chandy et al, 2010). dalam aliran darah dipertahankan konstan
Oleh karena waktu paruh biologisnya dalam waktu yang lama, potensi efek
singkat, natrium diklofenak harus sering samping berkurang, bioavailabilitas
diberikan (Nokhodci et al, 2011) dan untuk meningkat, dosis lebih kecil, kepatuhan
pemberian per oral seringkali diberikan pasien meningkat, dan bila ada
dengan dosis yang lebih tinggi sehingga permasalahan, penghentian obat lebih
dapat memperparah efek samping di saluran mudah dilakukan dibandingkan dengan
pencernaan. Pemberian diklofenak secara pemberian obat melalui rute yang lain
intramuskular menyebabkan rasa sakit dan (Chien et al, 2002). Bentuk sediaan yang

2
Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

cocok sebagai pembawa untuk konsentrasi pada tempat target dalam


penggunaan topikal ini adalah semisolid. waktu yang lama (Bhaskaran, 2009).
Semisolid tersedia dalam Niosom dapat mengalami biodegradasi
berbagai bentuk sediaan, salah satunya dan tidak toksik sehingga merupakan
adalah sediaan gel. Gel menjadi pilihan pembawa yang baik untuk perantara
bentuk sediaan yang akan dikembangkan pada target terapetik dan menurunkan
karena memilki keuntungan toksisitas sistemik [10]. Niosom
dibandingkan dengan sediaan lain yaitu mempunyai struktur bilayer yang dapat
tidak lengket, mudah dibersihkan, serta menjebak senyawa hidrofilik, lipofilik,
penguapan airnya menimbulkan efek dan ampifilik (Carava et al, 2004).
menyejukkan dan nyaman (Lund, 1994). Struktur niosom cukup stabil, tidak
Gel merupakan sistem semisolid yang memerlukan kondisi khusus seperti suhu
terdiri dari suspensi partikel anorganik rendah atau suasana inert untuk
kecil atau molekul organik besar (pada perlindungan atau penyimpanan, dan
umumnya polimer) yang terinterpenetrasi secara kimiawi stabil. Biaya bahan
dalam cairan. Gel dapat berupa basis air pembuatnya relatif rendah sehingga
atau basis pelarut organic (Gupta, 2002). sesuai untuk pembuatan di industri (Biju
Basis gel yang ideal untuk sediaan et al, 2006).
farmasi adalah bahan yang bersifat inert, Bentukan vesikel niosom
aman, dan tidak berinteraksi dengan merupakan struktur bi-layer baik uni
komponen lain dalam formula (Zatz, lamelar maupun multi lamelar tersusun
1996). Dalam sediaan gel bahan aktif dari surfaktan non ionik yang stabil
sebaiknya tidak terikat terlalu kuat secara kimia misalnya sorbitan ester
dengan basis, karena bahan obat harus (span) dan kolesterol yang berfungsi
terlepas dari basis sebelum menembus sebagai bahan penstabil (Kapoor et al,
kulit (Martin, 1993). 2011). Aplikasi sistem vesikular yang
Basis gel yang digunakan mengandung surfaktan non ionik dan
adalah Hidroksipropil Metilselulosa lipid memiliki beberapa keuntungan
(HPMC) 4000. Basis gel HPMC 4000 pada aspek terapetik. Surfaktan pada
dipilih karena menghasilkan gel yang sistem vesikel dapat berperan sebagai
jernih serta proses pembuatannya enhancher, sehingga dapat
juga sederhana dan mudah dilakukan meningkatkan penetrasi bahan aktif
(Walters, 2002), sedangkan kadar untuk tujuan transdermal. Pada
natrium diklofenak yang biasa penelitian ini dipilih surfaktan non ionik
digunakan pada sediaan topikal span 20 danspan 60 karena pada
adalah 1 % (Lund, 1994). Bentuk beberapa penelitian yang sudah
sediaan gel bersifat hidrofilik, sehingga dilakukan, diketahui memberikan hasil
meningkatkan kepatuhan pasien niosom dengan efisiensi penjebakan
dibandingkan sediaan obat yang yang cukup tinggi.
berminyak (Abhinav et al, 2011). Pada penelitian ini, ingin
Sistem niosom merupakan salah diketahui pengaruh sistem niosom
satu sistem vesikel yang dapat dengan komposisi molar natrium
digunakan untuk mengendalikan diklofenak-span 20-kolesterol dan
pelepasan obat guna mempertahankan natrium diklofenak-span 60-kolesterol

3
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

(1:6:6) terhadap profil dan laju ditambahkan basis gel HPMC 4000
pelepasan natrium diklofenak dalam sampai berat yang diinginkan dan
basis gel HPMC 4000. diaduk sampai homogen.
Uji karakteristik sediaan meliputi
METODE PENELITIAN pemeriksaan organoleptis, pengukuran
Bahan dan Alat pH sediaan, dan pengukuran diameter
Bahan-bahan yang digunakan: natrium penyebaran pada beban nol.
diklofenak (Yung Zip Chemical Ind- Pemeriksaan organoleptis sediaan gel
Taiwan), hidroksipropil metilselulosa natrium diklofenak dilakukan secara
(HPMC) 4000 (Shin-Etsu Chemical Co. visual meliputi warna, bau, dan
Ltd) propilenglikol (BASF SE), aquades konsistensi. Pada pengukuran pH dan
(PT. Jasarendra Jawisesa), NaCl, diameter penyebaran pada beban nol
Na2HPO4.2H2O dan KH2PO4 (E. dilakukan replikasi sebanyak tiga kali
Merck), niosom natrium diklofenak - untuk masing-masing formula.
span 20 – kolesterol (1:6:6) dengan Alat dan perlengkapan yang
efisiensi penjebakan 43,33 %, sistem digunakan dalam uji pelepasan natrium
niosom natrium diklofenak - span 60 – diklofenak adalah rangkaian alat uji
kolesterol (1:6:6) dengan efisiensi disolusi Erweka Tipe DT 820 yang
penjebakan 65,41%. dilengkapi dengan sel difusi serta
Alat yang digunakan dalam penelitian: pengaduk berbentuk paddle. Sel difusi
Double beam Spectrophotometer UV- yang telah berisi sediaan gel natrium
Vis 1800 Shimadzu, rangkaian alat uji diklofenak dan ditutup membran selofan
disolusi Disolution tester Erweka Tipe dimasukkan dalam tabung uji disolusi
DT 820 dengan pengaduk bentuk yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,4 ±
paddle), pH meter Schott Glass Mainz 0,05 sebanyak 500 ml. Suhu percobaan
tipe CG 842, sel difusi dengan membran diatur pada 32oC ± 0,5oC, paddle diputar
selofan, jangka sorong ATS®, dan alat- dengan kecepatan 100 rpm.
alat gelas. Membran filter Whatman® Pengambilan sampel/cuplikan sebanyak
0,45 µm no. katalog 7140104. 5,0 ml dilakukan menggunakan spuit
injeksi pada interval waktu 0, 5, 10, 15,
Metode Penelitian 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180,
Formula I dibuat dengan cara 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 menit.
ditimbang natrium diklofenak sesuai Setiap pengambilan cuplikan dilakukan
yang diperlukan dan campur dengan penggantian dengan larutan dapar fosfat
propilen glikol hingga natrium pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah dan suhu
diklofenak larut. Kemudian yang sama. Cuplikan diamati serapannya
ditambahkan basis gel HPMC sampai menggunakan spektrofotometer UV-Vis
berat yang diinginkan dan diaduk menggunakan metode tiga panjang
sampai homogen. Formula II dibuat gelombang. Kadar natrium diklofenak
dengan menambahkan propilen glikol dalam cuplikan dihitung dengan
kedalam sebagian basis gel HPMC 4000 menggunakan persamaan regresi kurva
dan diaduk sampai homogen. baku natrium diklofenak dalam dapar
Ditambahkan natrium diklofenak dalam fosfat pH 7,4 ± 0,05. Untuk
niosom yang telah ditimbang dan diaduk memperhitungkan pengenceran 5,0 ml
sampai homogen selanjutnya

4
Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

media pelepasan, kadar terukur Berdasarkan hukum Difusi Higuchi, slope


dikoreksi dengan persamaan Wurster. dari persamaan regresi tersebut merupakan
Vs laju pelepasan (fluks) natrium diklofenak
Cn  C 'n  (Cs) …… (12) dari basis. Kondisi steady state adalah
Vm
Keterangan : kondisi dimana membran berada dalam
Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi keadaan jenuh atau proses difusi sudah
(ppm) berjalan konstan.
C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari
Harga laju pelepasan (fluks)
nilai serapan sampel yang terbaca pada
spektrofotometer dalam ppm) natrium diklofenak dianalisis dengan
Cs : Kadar terbaca dari sampel statistik menggunakan independent
sebelumnya sample T-test untuk mengetahui apakah
Vs : Volume sampel ada perbedaan bermakna antar sediaan
Vm: Volume media
uji. Jika harga t hitung < t tabel berarti
Penentuan jumlah kumulatif tidak ada perbedaan bermakna antar
natrium diklofenak yang terlepas dari basis sediaan, sedangkan bila t hitung > t tabel
per satuan luas membran tiap waktu berarti ada perbedaan bermakna antar
(μg/cm2), dihitung dari kadar yang sediaan.
diperoleh setiap waktu (μg/ml) ditambah
faktor koreksi Wurster kemudian dikalikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan jumlah media (500 ml) dan Hasil pemeriksaan organoleptis
selanjutnya dibagi luas permukaan yang diamati secara visual dapat dilihat
membran. Dibuat kurva hubungan antara pada tabel 1. Diketahui bahwa formula I
jumlah kumulatif natrium diklofenak yang tidak berwarna, tidak berbau, dan agak
lepas per satuan luas membran (μg/cm2) kental, sedangkan pada formula II
terhadap akar waktu (menit1/2) dari setiap berwarna putih susu, tidak berbau, dan
formula atau sediaan uji. lebih kental. Perbedaan organoleptis
Dari gambar profil pelepasan tersebut dipengaruhi oleh adanya
natrium diklofenak yang dihasilkan niosom yang ditambahkan dalam
ditentukan keadaan steady state terlebih sediaan, dimana niosom berwarna putih
dahulu, selanjutnya dibuat persamaan susu dan sangat kental.
regresi pada daerah steady state tersebut.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium dikofenak


niosom span 60
Pengamatan
Formula
Warna Bau Konsistensi
I Tidak berwarna Tidak berbau Agak kental
II Putih susu Tidak berbau Sangat kental

Pada pengukuran pH sediaan, Berdasarkan hasil uji statistika


diperoleh pH rata-rata formula I terhadap pH dapat disimpulkan
adalah 6,07 ± 0,02 dan rata-rata bahwa adanya sistem niosom
formula II sebesar pH 6,36 ± 0,02 mengakibatkan pH sediaan gel
(hasil dapat dilihat pada tabel 2), menjadi lebih basa. Hal ini

5
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

dipengaruhi oleh komponen penyusun masih berada dalam rentang pH kulit


niosom yaitu Span 60 dan dapar fosfat yaitu 4,5-6,5 (Martin et al., 1993)
salin pH 7,4 ± 0,05 yang memiliki pH sehingga kemungkinan dapat
lebih basa dari komponen penyusun mengurangi risiko terjadinya iritasi
lainnya. Nilai pH dari kedua sediaan saat diaplikasikan pada kulit.

Tabel 2. Hasil pengukuran pH sediaan gel natrium diklofenak


niosom span 60
Rata-Rata ±
Formula Replikasi pH Suhu (°C)
SD
1 6,09 22,1
I 2 6,08 21,2 6,07 ± 0,02
3 6,05 21,6
1 6,34 22,0
II 2 6,37 21,6 6,36 ± 0,02
3 6,36 21,5

Tabel 3. Hasil pengukuran diameter penyebaran sediaan gel


natrium diklofenak niosom span 60
Diameter
Rata-Rata ± SD
Formula Replikasi Penyebaran
(cm)
(cm)
1 5,4
I 2 5,2 5,3 ± 0,1
3 5,3
1 5,0
II 2 5,1 5,0 ± 0,1
3 4,9

Pengukuran diameter formula II, kemungkinan terjadi


penyebaran pada beban nol dilakukan interaksi antara surfaktan penyusun
dengan menggunakan lempeng kaca niosom dengan polimer basis gel yang
berskala dengan berat 294,5 g kemudian beragregasi sehingga
(dianggap beban nol) . Dari hasil meningkatkan viskositas sediaan [24].
pengukuran, didapatkan harga rata- Pada uji pelepasan dan uji
rata diameter penyebaran formula I penetrasi diperoleh parameter
sebesar 5,3 ± 0,1 cm, dan formula II pelepasan yaitu laju pelepasan (fluks
sebesar 5,0 ± 0,1 cm (hasil dapat pelepasan) dan laju penetrasi (fluks
dilihat pada tabel 3). Dari hasil uji penetrasi). Fluks pelepasan
statistik terhadap diameter penyebaran (µg/cm2/menit1/2) dan fluks penetrasi
pada beban nol, dapat disimpulkan (µg/cm2/menit) merupakan nilai slope
bahwa formula II lebih viskus regresi linier hubungan antara jumlah
dibandingkan formula I. Hal ini kumulatif natrium diklofenak yang
disebabkan penambahan niosom pada terlepas per satuan luas membran

6
Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

(µg/cm2) versus √t (menit1/2). µg/cm2/menit1/2 dan pada formula II


Sedangkan untuk penetrasi sebesar 53,2868 ± 2,0440
2 1/2
merupakan hubungan antara jumlah µg/cm /menit (data dapat dilihat
kumulatif natrium diklofenak yang pada tabel 4). Rata-rata laju penetrasi
terlepas per satuan luas membran natrium diklofenak pada formula I
(µg/cm2) versus t (menit). Regresi sebesar 0,9505 ± 0,0451
2
linier dibuat pada saat steady state (µg/cm /menit) dan formula II sebesar
yaitu kondisi dimana kecepatan obat 0,6357 ± 0,0747 (µg/cm2/menit) Hasil
dalam melewati membran sudah uji statistik menunjukkan bahwa laju
konstan. Berdasarkan hasil pelepasan maupun laju penetrasi
perhitungan, diperoleh rata-rata laju natrium diklofenak pada formula II
pelepasan natrium diklofenak pada lebih kecil dibandingkan dengan
formula I sebesar 153,4483 ± 1,0400 formula I.

Tabel 4. Harga fluks pelepasan natrium diklofenak sistem niosom span 60


dalam basis gel HPMC 4000. Data merupakan rata-rata dari tiga kali
replikasi ± SD
Laju Pelepasan Rata-Rata ± SD
Formula Replikasi
(µg/cm2/menit1/2) (µg/cm2/menit1/2)
1 152,2518
I 2 154,1351 153,4483 ± 1,0400
3 153,9579
1 55,2896
II 2 51,2040 53,2868 ± 2,0440
3 53,3667

Gambar 1. Profil pelepasan natrium diklofenak sistem niosom span 60


dalam basis HPMC 4000. Data merupakan rata-rata dari tiga kali
replikasi ± SD

7
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

Hal tersebut menunjukkan bahwa II yang lebih kental dapat menurunkan


pada sediaan gel dengan sistem niosom, mobilitas molekul natrium diklofenak
natrium diklofenak dilepaskan secara sehingga menyebabkan hambatan
lebih perlahan dibandingkan dengan terhadap pelepasannya. pH merupakan
formula tanpa sistem niosom. Perbedaan faktor yang mempengaruhi kelarutan
laju pelepasan antara kedua formula bahan aktif. Kelarutan natrium diklofenak
disebabkan karena adanya perbedaan dalam air tergantung pada pH, dimana
sistem. Salah satu faktor yang pada pH rendah, natrium diklofenak
mempengaruhi pelepasan adalah memiliki kelarutan yang kecil dan saat
kelarutan difusan. Harga fluks maksimal pH dinaikkan melampaui harga pKa,
jika solut berada dalam keadaan terlarut terjadi peningkatan kelarutan yang
pada fase donor (Carter, 1975). Pada signifikan (Lund, 1994). Secara teori, pH
formula II, jumlah natrium diklofenak yang lebih tinggi dapat meningkatkan
yang terlarut lebih banyak berada di kelarutan natrium diklofenak sehingga
dalam sistem niosom. laju pelepasan natrium diklofenak juga
Hal ini ditunjukkan oleh nilai meningkat. Akan tetapi hasil penelitian
efisiensi penjebakan yang diperoleh pada menunjukkan bahwa pada formula II
uji karakteristik niosom relatif besar yaitu yang memiliki pH lebih tinggi memiliki
sebesar 65,41 %, sedangkan sisanya laju pelepasan yang lebih kecil
berada di luar sistem. Natrium diklofenak dibandingkan dengan formula I. Hal ini
yang terlepas terlebih dahulu pada menunjukkan bahwa pengaruh pH
formula II adalah natrium diklofenak terhadap laju pelepasan natrium
yang berada di luar sistem kemudian diklofenak tidak signifikan. Penetrasi
diikuti natrium diklofenak yang terjebak natrium diklofenak yang rendah pada
di dalam sistem. Untuk lepas dari sediaan, formula II (dalam sistem niosom) bila
natrium diklofenak yang terjebak dalam dibandingkan dengan tanpa sistem
sistem harus keluar terlebih dahulu dari niosom juga tidak terlepas dari faktor
sistem niosom kemudian berdifusi pelepasannya yang juga rendah
melewati gel. diakibatkan faktor-faktor tersebut diatas.
Sedangkan pada formula I, jumlah Meskipun secara teori dalam bentuk
natrium diklofenak yang terlarut niosom dimungkinkan ada peran dari
terdistribusi seluruhnya pada basis surfaktan sebagai komponen pembentuk
dimana natrium diklofenak dilarutkan niosom yang dapat juga berperan sebagai
dalam propilen glikol yang bertindak enhancher yang bisa meningkatkan
sebagai kosolven sehingga natrium permeabilitas membran melalui
diklofenak langsung berdifusi melewati interaksinya dengan lipid bilayer kulit.
gel, kemudian lepas dari sediaan. Adanya Dimungkinkan peran ini tidak terlalu
perbedaan konsistensi sediaan juga dapat signifikan dan lebih didominasi oleh
menyebabkan perbedaan laju pelepasan faktor-faktor lain yang terkait dengan
natrium diklofenak karena berkaitan pelepasan.
dengan mobilitas bahan aktif dalam
basis/sediaan. Dari hasil pengamatan
organoleptis dan dimeter penyebaran,
diketahui bahwa formula II lebih kental
daripada formula I. Konsistensi formula

8
Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

Tabel 5. Harga fluks penetrasi natrium diklofenak sistem niosom span 60 dalam
basis gel HPMC 4000. Data merupakan rata-rata dari tiga kali replikasi
± SD
Laju Penetrasi Rata-Rata ± SD
Formula Replikasi
(µg/cm2/menit) (µg/cm2/menit)
1 0,8996 0,9505 ± 0,0451
I 2 0,9660 Permeabilitas
3 0,9857 9,3075. 10-5
1 0,6214 0,6357 ± 0,0747
II 2 0,7166 Permeabilitas
3 0,5692 6,3158. 10-5

Gambar 2 Profil penetrasi natrium diklofenak sistem niosom span 60.


Data merupakan rata-rata dari tiga kali replikasi ± SD

Profil pelepasan dan penetrasi pelepasan/waktu penetrasi natrium


natrium diklofenak pada formula I dan II diklofenak yang diperpanjang.
yang dapat dilihat pada gambar 1 dan Karena pada formula II
gambar 2, belum menunjukkan pelepasan kemungkinan natrium diklofenak yang
ataupun penetrasi natrium diklofenak terlepas dan terpenetrasi terlebih dahulu
yang diperpanjang karena waktu adalah natrium diklofenak yang berada di
pengujian belum memadai untuk melihat luar sistem niosom, maka untuk
profil pelepasan secara keseluruhan. mengetahui profil pelepasan/penetrasi
Karena itu, dibutuhkan waktu uji dari sistem niosom itu sendiri disarankan
pelepasan dan penetrasi yang lebih lama dilakukan pemisahan untuk mendapatkan
(> 6 jam) untuk dapat melihat apakah bentukan niosom saja.
sistem niosom dapat memberikan waktu

9
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

KESIMPULAN Metabolite Pharmacokinetics in


Laju pelepasan maupun laju Children. In: Chuasuwan, B.,
penetrasi natrium diklofenak dalam Binjesoh, V., Polli, J.E., Zhang, H.,
sistem niosom natrium diklofenak-Span Amidon, G.L., Unginger, H.E.,
60-kolesterol = 1:6:6 (efisiensi Midha, K.K., Shah, V.P.,
penjebakan 65,41%) dengan basis gel Stavchansky, S., Dressman, J.B., &
HPMC 4000 lebih kecil dibandingkan Barends, D.M. 2009. Biowaiver
dengan natrium diklofenak tanpa Monographs for Immediate Release
sistem niosom Dapat disimpulkan bahwa Solid Oral Dosage Forms:
sistem niosom dapat memperlama Diclofenac Sodium and Diclofenac
pelepasan maupun penetrasi natrium Potassium. Journal of
diklofenak sehingga diharapkan dapat Pharmaceutical Sciences, vol. 98, p.
memperpanjang masa kerja obat. 1206-1219.
Chandy, A., Jharia, M., & Manigauha, A.
Ucapan Terima Kasih 2010. Fabrication and Evaluation of
Penulis mengucapkan terima kasih Osmotic Capsular Pump for
kepada Fakultas Farmasi Universitas Controlled Drug Delivery.
Airlangga yang telah memberikan dana International Journal of Pharmacy
melalui Project Grant. and Pharmaceutical Sciences, vol.
22, p. 99-103.
DAFTAR PUSTAKA Nokhodchi, A., Nazemiyeh, H.,
Castillo, M.A., & Bruzzone, L., 2006. Ghafourian, T., Hassan-Zadeh,
Indirect Fluorometric Determination D.,Valizadeh, H., & Bahary, L.A.S.
of Diclofenac Sodium. The Japan The Effect of Glycyrrhizin on the
Society for Analytical Chemistry, Release Rate and Skin Penetration of
vol. 22, p. 431-433. Diclofenac Sodium from Topical
Hinz, B., Chevts, J., Renner, B., Wuttke, Formulations. In: Jain, H., Patel, A.,
H., Rau T., Schmidt, A., Szelenyi, I., Gediya, S., & Upadhyay, U. 2011.
Brune, K., & Werner, U. In-vitro Release of Diclofenac
Bioavailability of Diclofenac Sodium from Different Topical
Potassium at Low Doses. In: Vehicles. International Journal of
Chuasuwan, B., Binjesoh, V., Polli, Research in Pharmaceutical
J.E., Zhang, H., Amidon, G.L., Sciences, vol. 2, p. 26-29.
Unginger, H.E., Midha, K.K., Shah, Riess, W., Stierlin, H., Degen, P., Faizle,
V.P., Stavchansky, S., Dressman, J.W., Gerardin, A., Moppert, S.A.,
J.B., & Barends, D.M. 2009. Schmid, K., Schweizer, A., Sule, M.,
Biowaiver Monographs for Theobald, W., & Wagner, J.
Immediate Release Solid Oral Pharmacokinetics and Metabolism of
Dosage Forms: Diclofenac Sodium the Anti-Inflammatory Agent
and Diclofenac Potassium. Journal Voltaren. In: Hasan, S.M.F, Ahmed,
of Pharmaceutical Sciences, vol. 98, T., Talib N., & Hasan, F. 2005.
p. 1206-1219. Pharmacokinetics of Diclofenac
Van Demarel C.D., Anderson B.J., Sodium In Normal Man. Pakistan
Romsing, J., Jacoz-Aigrain, E., & Journal of Pharmaceutical Sciences,
Tibboel, D. Diclofenac and vol. 18, p. 18-24.

10
Purwanti T., et al PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

Chamouard, J.M., Barce, J., & Urien S. et Dermatological Application.


al. Diclofenac Binding to Albumin Pharmaceutical Technology, p.144-
and Lipoprotein in Human Serum. In: 162.
Hasan, S.M.F, Ahmed, T., Talib, N., Lund, W., (Ed). 1994. The
th
& Hasan, F. 2005. Pharmacokinetics Pharmaceutical Codex, 12 edition,
of Diclofenac Sodium in Normal London : The Pharmaceutical Press,
Man. Pakistan Journal of p. 134 -135; 835-837.
Pharmaceutical Sciences, vol. 18, p. Gupta, P., & Garg, S. 2002. Recent
18-24. Advances in Semisolid Dosage
Sweetman, Sean C., 2009. Martindale Forms for Dermatological
The Complete Drug Reference, 36th. Application. Pharmaceutical
Ed., London: Pharmaceutical Press Technology, p.144-162.
(PhP), p. 44. Zatz, J.L. & Kushla, G.P., 1996. Gels.
Banning, M. 2008. Topical Diclofenac: In: H.A. Lieberman. Pharmaceutical
Clinical Effectiveness and Current Dossage Forms Disperse System,
Uses in Osteoarthritis of Knee and vol. 2, New York: Marcel Dekker,
Soft Tissue Injuries. Expert. Opin. Inc., p. 399 – 405.
Pharmacother, vol. 9, p. 2921-2929. Martin, A., Swarbrick, J., &
Trotta, M., Peira, E., Debernardi, F., & Commarata, A., 1993. Farmasi Fisik
Gallarate M. Elastic Liposomes for : Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam
Skin Delivery of Dipotassium Ilmu Farmasetik (Terjemahan
Glycyrrhizinate. In: Choi, M.J., & Yoshita), edisi ke-3, jilid ke-2,
Maibach, H.I. 2005. Liposomes and Jakarta : UI-Press, hal. 827-828; 853
Niosomes as Topical Drug Delivery – 857.
Systems. Skin Pharmacology and Walters, K.A., & Brain, K.R., 2002.
Physiology, vol. 18. p. 209-219. Dermatological Formulation and
Brunner, M., Dehghanyar, P., Seigfried, Transdermal Systems. In: Walters,
B., Martin, W., Menke, G., & Müller, K.A(Ed.). Dermatological and
M. 2005. Favourable Dermal Transdermal Formulation. New
Penetration of Diclofenac After York: Marcel Dekker, Inc, p. 335.
Administration to the Skin Using a Bhaskaran, S., & Lakshmi, P.K. 2009.
Novel Spray Gel Formulation. British Comparative Evaluation of
Journal of Clinical Pharmacology, Niosome Formulations Prepared
vol. 60, p. 573-577. by Different Techniques. Acta
Panchagnula., R. Transdermal Delivery Pharmaceutica Sciencia, vol. 51,
of Drugs. In: Gupta, P., & Garg, S. p. 27-32.
2002. Recent Advances in Semisolid Carafa, M., Santucci, E., Alhaique, F.,
Dosage Forms for Dermatological Coviello, T., Murtas, E.,
Application. Pharmaceutical Riccieri, F.M., Lucania, G., &
Technology, p.144-162. Torrisi, M.R. Preparation and
Chien, Y.W. Novel Drug Delivery Properties of New Unilamellar
Systems. In: Gupta, P., & Garg, S. Non-ionic/Ionic Surfactant
2002.. Recent Advances in Vesicles. In: Anwar, E., Henry &
Semisolid Dosage Forms for Jufri, M. 2004. Studi

11
Pelepasan dan Penetrasi PharmaScientia, Vol.2, No.1, Juli 2013

Kemampuan Niosom yang Abhinav, K., Lal, P.J., Amit, J., &
Menggunakan Maltodekstrin Vishwabhan, S. 2011. Review on
Pati Garut (Maranta Niosomes as Novel Drug
Arundinaceae Linn.) Sebagai Delivery System. International
Pembawa Klorfeniramin Maleat. Research Journal of Pharmacy,
Makara, Sain, vol. 8, p.59-64. vol. 2, p. 61-65.
Biju, S.S., Talegaonkar, S., Mishra Malmsten, M. 2002. Surfactants and
P.R., & Khar R.K. 2006. Polymers in Drug Delivery. New
Vesicular Systems: An York: Marcel Dekker, Inc. Page
Overview. Indian Journal of 237.
Pharmaceutical Sciences, vol. Barry, B.W., 1983. Topical
68, p. 141-153. Preparation. In: Aulton, M.E.,
Kapoor, A., Gahoi, R., & Kumar, D. Pharmaceutics: The Science of
2011. In-vitro Drug Release Dosage Form Design. New York:
Profile of Acyclovir from Churchill Livingstone, p. 381-
Niosomes Formed with Different 411.
Sorbitan Esters. Asian Journal of Carter, S.J. 1975. Dispensing for
Pharmacy & Life Science, vol. 1, Pharmaceutical Students, 12th
p. 64-70. edition. London: Pitman Medical
Publishing Co. Ltd, p. 224-227.

12

You might also like