You are on page 1of 13

PESANTREN SALAFIYAH DI ERA GLOBALISASI

Hasbi Indra
Dosen Pascasarjana Univ. Ibn. Khaldun Bogor
Email, hasbiindra58@gmail.com

Abstract: The research qualitative to the traditional islamic boarding school (pesantren salafiyah)are basesthe
scholar prespektive through books, journals and so on with descriptive analisys by normative, filosofis and
sociologis.The research are tries to description how pesantren salafiyah have 1.800.000 more students to readiness
of them to face the fenomenan globalization era. Pesantren salafiyah areborn in colonialismat Walisongoera as
a institution learn Islamic knowledge. Those all institutionare established by community and now thats atthe
remote area. The institutionsnow have 1.882.901 of 3.876.696 student and 18.232 of 29.535 institutions from
three types of be traditional pesantren, combinate pesantren and modem pesantren. Thatinstitution just learn
Islamic knowledge through Islamic classical texbook (kitab kuning) most of institution are not learn science
such as MIFA. The traditional pesantren now are faced of globalization fenomenon.Globalization in this era
are the human relation with unlimited time in the world. Through the development of toolscommunications
or throughfaxcimile, human as faras have an information in the other continents. We wach TV a wars saw
sad the happens, like wars soldier American and Irak, islamic state Irak and Syria (ISIS) breakthroughislamic
inherited the golden era.The fenomenon of the develompement of technology in globalization era are challengs
of pesantren Salafiyah. Its istitutions must product alumnus are ready competete with knowledge, scineces and
even skill and santri are introduce with tools of technology learning. So, all santri’s must all ready compatete the
globalization era, and the institution must manage with professional.
Keywords: Traditional Islamic Boarding School,Globalization, IPTEK.

Abstrak: penelitian ini bersifat kualitatif yang bersumber pada pemikiran para ahli melalui buku, jurnal dan lainnya
melalui pendekatan normatif, filosofis dan sosiologis. Penelitian ini hendak menggambarkan bagaimana pesantren
yang memiliki santri 1.800.00 lebih menyiapkan diri di era globalisasi yang penuh dinamika dan tantangan.
Pesantren salafiyah lahir di era Walisongo di masa penjajahan Belnda.Lembaga ini didirikan oleh masyarakat
yang saat ini sudahmenyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Dari jumlah santri 29.000 dari jenis kombinasi, modern
dan salafiyah, jumlah 18.232 pesantren salafiyah dengan santri 1.8 juta lebih dari 3.800.000 lebih.Di pesantren ini
santri hanya belajar ilmu agama melalui kitab-kitab ulama klasik (kitab kuning) tidak mempelajarisains seperti
MIFA.Pesantren inisedang menghadapi fenomena globalisasi. Globalisasi ditandai oleh hubungan manusia yang
tidak terbatas, melalui faksimil,, manusia mendapat informasi dari tempat yang sangat jauh baik informasi yang
menyedihkan seperti perang tentara amerika dengan tentara Irak serta tentara ISIS yang membumihanguskan
peninggalan bersejrah masa keemasan Islam. Majunya teknologi di era globalisasi menjadi tantangan pendidikan
pesantren.Produks pesantren salafiyah harus menyiapkan dirinya dengan ilmu agama, non agama dan skill dan
sudah mengenal alat-alat teknologi pembelajaran di pendidikannya, dengan demikian santrinya siap berkompetsi
di era globalisasi ini, untuk itu lembaga ini harus dikelola secara profesional.
Kata kunci: Pesantren Salafiyah, Globalisasi, IPTEK

Pendahuluan Islam masih dalam skala kecil yang diselenggarakan


Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di rumah atau masjid tetapi karena di dua tempat
lahir di era penjajahan di masa penyebaran Islam di itu memiliki keterbatasan, sementra peserta didik
Nusantara yakni di era Walisongo.1 Semula pendidikan semakin banyak dan berdatangan dari tempat yang
jauh, maka lembaga ini mengalami perkembangan
1
Hasbi Indra, Pendidikan Islam, Tantangan dan Peluangdi di mana penyelenggaraannya di suatu bangunan.
Era Globalisasi, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hal. 188 Bangunan itu disamping tempat belajar agama juga

NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016 1


2 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

ada bangunan tempat tinggal bagi para santri yang gambaran bagaimana seharusnya Pesantren
mukim, bangunan ini berada di lingkungan masjid, Salafiyah yang memiliki santri 1. 800.000 lebih
pendidikan ini kemudian disebut dengan pondok angka yang sangat signifikan sebagai sumber daya
pesantren. bangsa ke depan menyiapkan dirinya mengahadapi
Pondok pesantren di era penjajahan disamping tantangan globalisasi yang tidak bisa dihindari oleh
untuk belajar ilmu agama juga tempat menggugah pendidikan tersebut.
semangat santri untuk melawan dan mengusir
penjajah dari Nusantara melalui doktrin Al-quran Pesantren dan Perkembangannya
dan Al-hadits. Pendidikan pesantren yang semula Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
berdiri di pulau Jawa berkembang ke luar Jawa, di Indonesia yang hampir seluruhnya didirikan
dari daerah pedesaan berkembang ke perkotaan. oleh masyarakat, semakin eksis hingga hari
Kemudian ia mengalami perkembangan dari ini. Pendidikan Islam Nusantara yang sekarang
bentuknya Salafiyah berkembang berbentuk disebut dengan Indonesiadidirikanbersamaan
kombinasi dan berbentuk modern. dengan penyebaran Islam di masyarakat di mana
Pendidikan ini sebagai tempat mencerdaskan sebagian besar penduduknya muslim. Pada era itu
anak bangsa dan menyiapkan mereka mengisi pendidikan Islam mendapat dukungan dari Sultan
pembangunan Indonesia. Sebagai lembaga pada masa itu.3
pendidikan ia telah berlangsung dari masa ke Pesantren adalah pendidikan original muslim
masa sejak masa penjajahan, era Orde Lama Orde di Nusantara. Hasbi menyebutkan bahwa pesantren
Baru, dan era Reformasi. Setiap era lembaga ini sudah ada di masa Walisongo yang pertama kali
menghadapi tantangannya tersendiri. Begitu pula didirikan oleh Raden Ahmad pada abad 16 di Gresik
era globalisasi dimana santri pesantren salafiyah Jawa Timur.4 Pesantren dari kata santriterdiri dua
harus hadir danharus siap menghadapinya. Eraini suku katasant (orang baik) and trauntuk mencetak
dinamika kehidupan manusia demikian cepat yang orang baik.5
ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
Sementara itu Berg menyatakan kata santri
teknologi, yang memudahkan manusia menyerap
berasal dari kata shastri ataus hastra yang artinya
informasi dalam waktu hitungan detik atau
seseorang yang memiliki pemahaman terhadap
menit dari tempat yang sangat jauh melalui alat
buku agamayang berkaitan dengan pengetahuan
komunikasi seperti TV dan manusia hidupnyatidak
agama. Pesantren yang pertama kali muncul di
lepas dengan alat teknologi tersebut. Maka untuk
pulau Jawa dan pada saat ini juga berkembang di
itu, Pesantren Salafiyah harus menyiapkan anak
luar pulau jawa. Zamakhsyari Dofier berpandangan
didiknya memiliki wawasan bukan saja ilmu agama
pesantren memiliki 4 ciri yakni: ada masjid, ada
tetapi juga wawasan keilmuan yang lebih luas,
kyai, santri dan kitab kuning sebagaisumber rujukan
untuk melakukan perannya di masyarakat yang
belajar ilmu agama.6
juga bersentuhan atau bergelut dengan ilmu dan
Di pendidikan Islam pada masa awal-awalnya
teknologi maka lulusan pesantren harus hadir
di Nusantara santri belajar membaca Al-quran
dengan wawasan dan perangkat-perangkat tersebut,
dari seorang ustadz yang bertempat di rumahnya,
sehingga peran lulusannya di tengah masyarakat
ada juga yang bertempat di masjid, juga materi
berlangsung secara optimal.
belajarnya bertambah yaknibelajar ilmu agama.7
Pendidikan pesantren salafiyah pendidikan asli
Tetapi santri yang belajar membaca Al-quran
Nusantara, kiprahnya sejak masa penjajahan hingga
kini di era globalisasi, kiprahnya semakin terasa
apabila ia menyesuaikan dirinya, santrinya eksis Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 1999), hal, 27
3
Tim Depag, Pola Pengembangan Madrasah Diniyah &
di tengah masyarakat. Perubahan seperti apa yang
Pesantren, (Jakarta: Depag,2000) hal. 1
diperlukannya? Tulisan ini berdasarkan penelitian 4
Hasbi Indra, “Pesantren dan Peradaban”, Jabal Hikmah,
kualitatif yang bersumber pada pemikiran para ahli STAIN Jayapura, Vol. 2, 4 Juli 2009, hal. 211
5
Abu Hamid, “Sistem pendidikan Madrasah dan Pesantren
melalui buku, jurnal dan lainya yang menggunakan di Sulawesi Selatan”, dalam Agama dan Peradaban Sosial (ed)
analisis descriptif melalui pendekatan noramatif, Taufiq Abdullah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1983), hal.328
6
filosofis dan sosiologis, 2 mencoba memberikan Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES,
1994), hal. 6
7
Zarkowi Soejoeti, Islamic Education, Academic orientation
Hasbi Indra: Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi 3

juga ilmu agama di rumah dan di masjid lama di mana setiap santri belajar langsung ke kyai,
kelamaan di dua tempat itu sudah merasa sudah santri langsung mendengar bacaan dari kyai
sangat sempit, karena itu sang ustadz atau kyainya dan penjelasaannya. Model kedua yang dikenal
bersama umat disekitarnya mendirikan satu tempat bandongan modelyakni para santri belajar ke
sebagai tempat belajar. Apalagi perkembangan kyai berkelompok, mereka mencatat penjelasan
berikutnya belajar agama ke seorang kyai yang kyai di sisi kitab kuning atau memberi makna di
sudah kesohor memiliki banyak ilmu dan santrinya bawahpragraf atau kalimat. Model ketiga dikenal
berasal dari tempat yang jauh dari kediaman kyai, halaqah bahwa para santri belajar berkelompok,
maka sang kyai bersama umat di sekitarnya secara mendiskusikan masalah dan mencari solusinya.10
bersama-sama membangun suatu tempat untuk Di era penjajahan, pesantren menjadi tempat
para santri belajar dan tempat tinggal yang disebut perlawanan, kyai memberi semangat pada santri
dengan pesantren. melalui ayat-ayat Al-quran untuk mengusir penjajah
Di pesantren disamping tempat belajar ilmu dari Nusantara. Karena penjajah melakukan
agama juga sebagai tempat untuk membentuk penindasan atau penganiayaan pada umat Islam
karakter anak didik seperti hormat kepada orang di Nusantara dengan panggilan jihad perang untuk
lain, berdisiplin, jujur, mandiri dan sebagainya. mengusir mereka. Santri pada masa ini dibentuk
Di pesantren santri belajar setelah shalat subuh memiliki semangat melawan penjajah dan mereka
hingga jam 9 atau jam 10 malam hari, artinya mencitakan dirinya menjadi syuhada.11
mereka belajar selama 16 jam. Mereka umumnya Pada masa penjajahanini telah tumbuh
dilarang melihat TV dan mendengar radio. Juga lembaga pendidikan yang dibangun pemerintahan
moral mereka terbina menjadi baik karena kolonialisme yang tujuannya untuk menyiap-
disamping dipelajari melalui ilmu agama juga sering kan kaum pribumi sebagai administrator pada
dicontohkan oleh kyai secara langsung sehingga pemerintahan penjajah. Siswanya belajarnya di
menjadi kebiasaan bagi mereka. kelas dan mereka belajar ilmu sekuler seperti
Mereka bermental mandiri seperti mencuci berhitung, biologi, kimia dan lainnya yang sebenar-
sendiri pakaiannya yang kotor dan mengerjakan nya ilmu-ilmu ini telah berkembang di masa Islam
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Mental mereka era Abbasiyah. Para gurunya adalah orang-orang
sangat kokoh seperti pejuang dan tidak mengenal profesional. Mereka melakukan evaluasi terhadap
putus asa.Hanya saja belajar di pesantren tidak kemajuan belajar anak didik melalui evaluasi
membentuk santri menjadi santri yang kreatif. tengah semester dan akhir semester. Dari evaluasi
Karena model pembelajarannya sedikit dialog ini pelajar yang dibawah standar dinyatakan tidak
dan ustazd mengajar hanya monolog. Padahal, naik kelas dan mengulang di tahun berikutnya.
sifat Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu Lulusannya memperoleh ijazah dan mereka
di alam ini, karena itu manusia harus memiliki dapat bekerja di pemerintahan dan diberi gaji
sifat itu seperti Allah menciptakan segala sesuatu yang cukup dan mereka memiliki sepeda dan
di alam dunia.8 rumah yang luas.Sistem pendidikan ala penjajah
Di berbagai pesantren salafiyah santri belajar juga mempengaruhi dunia pendidikan pesantren
membacaAl-quran dan juga belajar ilmu agama terutama di mata pelajarannya, mereka tidak hanya
dibawah asuhan kyai seperti ilmu tauhid, fiqh, belajar agama tetapi juga belajar ilmu berhitung
tafsir-hadits, akhlak dan gramatika bahasa Arab dan ilmu sekuler lainnya, inilah puncak dinamika
yang sumber belajarnya umumnya kitab kuning. di pesantren.12
Ada juga diajarkanilmu mantiq, balaghah, faraidh Setelah era penjajahan pesantren semakin eksis
dan lainnya.9 dan semakin berkembang. Pesantren berkembang
Belajar di pesantren dengan kitab kuning menjadi tiga bentuk: pertama, pesantren salafiyah
memiliki beberapa level, level awal, level menengah yaitu pesantren yang fokus pada belajar agama
dan level tinggi sesuai dengan lamanya santri belajar bersumber pada kitab kuning. Tipe kedua,
di pesantren. Di pesantren mengenal beberapa
model pembelajaran yakni di xkenal modelsorogan 10
Rohadi Abdul Fatah,dkk, Rekonstruksi Pesantren Masa
Depan, (Jakarta: Listafariksa, 2005), hal. 49
11
Hasbi Indra, “Pesantren dan Peradaban, hal. 212
4 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

pesantren kombinasi yakni santri belajar ilmu mempelajari pelajaran sekuler dan mereka
agama di malam yang bersumber dari kitab kuning mendapat ijazah dan mereka dapat bekerja di
dan pagi harinya mereka belajar ilmu sekuler di pemerintahan atau di sektor swasta atau menjadi
sekolah formal di tingkat dasar atau menengah. pelayan kehidupan beragama dan pemimpin
Tipe ketiga, pesantren modern,santri hanya belajar informal di masyarakat. 17
ilmu agama melalui bacaan atau buku-buku Islam Tuntutan dan dinamika masyarakat, pesantren
kontemporer dan kitab kuning hanya pilihan saja dapat meresponnya melalui perubahan kebijakan
dan mereka harus berbicara dengan bahasa Inggris dan menerapkan pengelolaan yang profesional.
atau Arab di pesantren.13 Pada dasarnya perubahan diperlukan dalam ke-
Melalui pendidikan inipara santrinya banyak hidupan ini dan perubahan itu akan terus menerus
bercita-cita menjadi pelayan dalam beragama berlangsung sepanjang kehidupan manusia menuju
dan juga bercita-cita menjadi politisi yang me- ke penyempurnaan. Dengan kata lain lembaga
miliki konsep untuk memperjuangkan Islam pesantren memilihara nilai lama dan mengambil
sebagai ideologi negara. Dalam konteks pesantren nilai-nilai baru yang baik.
Salafiyah di Jawa ada juga yang berkembang Perubahan sosial sebagai akibat dari dampak
dengan model pembelajaran kelas, dan melakukan globalisasi yang memunculkan tantangan-tantangan
evaluasi terhadap santrinya. 14 Pesantren dalam baru sesuatu yang tak terhindarkan. Pesantren
bentuk ini juga mengalami perkembanan ada sebagai institusi sosial telah berkontribusi penting
juga pesantren hanya sebagai tempat tinggal dalam pengembangan spiritual muslim di mana
dan mereka belajar di luar pesantren di sekolah masyarakat menuntut pemecahan terhadap ber-
umum di pagi hari dan dimalam hari mereka bagai problemnya. Hanya saja pengembangan
belajar agama dari kitab kuning.15 Pesantren terus pesantren yang terus berlangsung sayangnya
mengalami perkembangan lebih lanjut dimana hanya bersifat reaktif.Sesungguhnya perubahan
para memiliki kesempatan untuk memiliki skill yang baik memerlukan perencanaan dan kajian
seperti jahit-menjahit, pertukangan, koperasi dan mendalam terhadap masalah-masalah yang di-
sebagainya. Pesentren juga mengembangkan hadapi masyarakat dimana pesantren harus ikut
potensinyauntuk menjadi pusat pengembangan mengatasinya.
masyarakat.16 Dengan potensi-potensi itu pesantren
Pesantren Salafiyah di era mendatang yang
dapat memberikan pengalaman bagi para santrinya
jumlah santrinya dalam kisaran 1.882.901 dari
pada bidang perikanan, pertanian dan lainnya
3.876.696 untuk semua jenis pesantren; 18.232
sebagai modalmereka setelah selesai dari pesantren
dari 29.535 jumlah lembaga, dan 100.000 guru
mereka dapat memanfaatkan pengalamannya untuk
dari 160.000,18 jumlah yang sangat signifikan
memberdayakan masyarakat. Hanya saja pesantren
sebagai sumber daya bangsa Indonesia, harus
model ini hanya bisa dihitung dengan jari atau
menyiapkan diri menghadapi globalisasi. Semua
masih sangat langka.
santri memerlukan modal dengan pengetahuan
Pesantren semakin mendapat perhatian keislamannya melalui kitab kuning, perlu
pemerintah dengan regulasinyamelaluiPeraturan mempelajari ilmu sekuler seperti matematik,
Menteri Agama No. 1 2001 yang membuat struktur sainsdan skill sebagai modal kehidupannya.
baru yang menangani pesantren pada unit eselon
II di Departemen Agama. Kemudian melalui UU
Pesantren Salafiyah dan Tantangannya
No. 20, 2003, dan Peraturan Pemerintah No. 55,
Pesantren salafiyah yang jumlah satrinya
2007 telah menjadi bagian dari sistem pendidikan
1.882.901,19 merekaumumnya hanya belajar ilmu
nasional. Pendidikan pesantren sebagai bagian
agama melalui kitab kuning dan tidak belajar
dari sistem pendidikan nasionaltelah melibatkan
dirinya dalam Program Wajib Belajar 9 tahun di
beberapa Pesantren Salafiyah juga Program Paket 17
Pesantren yang mengikuti Paket A, B, C itu juga belajar
tingkat A, B and C dan santri berkesempatan ilmu non agama seperti matematika tetapi jumlahnya hanya
terbatas dan mempelajari ilmu tersebut belum sungguh-sungguh
diperhatikan oleh pihak pesantren. Proses penyelenggaraannya
13
Hasbi Indra, “Pesantren dan Masyarakat”, Ikhlas, Majalah lihat Tim Depag. Dinamika Pesantren di Indonesia, (Jakarta:
Depag, No. 23. Th. V Juli 2002, hal.29 Ditjen Bagais, 2003), hal. 14
14 18
Azyumardi Azra, Esai-esai intelektual Muslim, hal. 91 Ditjen Pendis, Statistik Pendidikan Islam, 2012-2013
Hasbi Indra: Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi 5

ilmu sekuler, padahal mereka hidup di era batas suatu wilayah negara seperti jarak antara
keterbukaan saat ini. Mereka hidup bukan untuk planet dengan planet lainnya secara teknologi lewat
dirinya sendiri tetapi harus bermanfaat bagi orang sudah. Kini kesadaran baru manusia hadir sebagai
lain, karenanya mereka harus berintraksi dengan penghuni planet. Manusia merasa berada dalam
manusia lain. Mereka hidup di tengah kehidupan pesawat antariksa yang sama, yang bernama bumi.
manusia yang serba cepat melalui alat komunikasi Di mana tidak ada yang berstatus penumpang
dengan hitunganneno second. Manusia hidup di tapi semuanya awak pesawat. Manusia menyadari
tengah manusia yang menggunakan email dan keberadaannya di teater bumi, di mana tidak
hasil yang tercetak hanya dalam hitungan detik. ada yang menjadi penonton tapi semua menjadi
Melalui televisi dapat dinikmati berbagai informasi pelakon. Demikian terasa, betapa dominannya
yang juga dalam waktu yang sangat cepat. Amerika IPTEK dalam mewarnai kebudayaan suatu bangsa
dan Sekutunya memerangi tentara Irak dan termasuk bangsa Indonesia di era globalisasi ini.22
membunuh ribuan rakyatnya dan menghanguskan Tentang globalisasi, salah satu pandangan yang
bangunan-bangunan bersejarah di Irak, terlihat dapat disimak adalah pandangan Akhbar Ahmad
pula bagaimana tentara Israel menembaki anak dan Hasting, la memberi arti bahwa globalisasi
Palestina yang hanya bersenjatakan batu. Juga pada dasarnya mengacu pada perkembangan yang
kita melihat tentaraIslamic State Irak and Syria cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi,
(ISIS)yang membumihanguskan fakta sejarah masa informasi yang dapat membawa bagian-bagian
keemasaan Islam di Irak dan Syria.Dalam konteks dunia yang jauh yang bisa dijangkau dengan
ini Marshall McLutan berpandangan bahwa dunia mudah.23 Globalisasi merupakan kelanjutan saja dari
bagaikan desa global.20 modernisasi yang pada dasarnya berisi sekularisasi
Kemajuan IPTEK yang luar biasa dicapai telah yang isinya merupakan kelanjutan dari misi modern
melalui seminar dalam bidang transportasi laut, dan posmodemisme yang semakin sekuler, semakin
udara dan darat,21 juga bidang kedokteran, angkasa maju dan semakin menjauh dari agama.24 Dari
luar, bio-teknologi, energi dan material, berbagai sisi lain, globalisasi adalah proses pengintegrasian
teori muncul sudah mampu menerangkan beragam ekonomi national kepada sistem ekonomi dunia
hukum alam, mulai dari hukum yang mengatur berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas
gerak orbit dan galaksi kemaharayaan alam semesta yang sesungguhnya telah dicanangkan sejak zaman
sampai yang menerangkan sifat-sifat sub atom. kolonialisme. Para teori kritis sejak lama sudah
Kemajuan-kemajuan di atas telah membawa meramalkan bahwa kapitalisme akan berkembang
perubahan-perubahan yang dahsyat dalam sejarah menuju kepada dominasi ekonomi, politik dan
kehidupan umat manusia. Perubahan-perubahan budaya berskala global setelah perjalanan
yang mondial cakupannya instan kecepatannya panjang melalui era kolonialisme. 25 Demikian
dalam penetrasinya. Jarak menjadi nisbi, dan pula tentang isu demokratisasi pemerintahan,
jagad pun terangkum dari ujung ke ujung. Inilah HAM dan terorisme telah menjadi isu sentral
masa pertama dimana Barat bertatapan langsung pula. Melalui penetrasi budaya Barat ke bagian
dengan Timur dalam skala massif. Dalam kontak dunia lain melalui berbagai alat teknologi canggih
peradaban ini dibutuhkan kerjasama dan saling membentuk uniform ekonomi, politik dan budaya
pengertian. Tidak hanya untuk survival tetapi untuk alaBarat, Berbagai kemajuan dalam bidang ilmu
mendapatkan yang terbaik dari semua peradaban, dan teknologi dengan segera dapat pula dijadikan
semua adat istiadat, semua bidang kehidupan. diskursus seluruh kalangan ilmuan dunia yang
Kearifan pun diperlukan agar dominasi dan dapat mensejahterakan, menenteramkan dan me-
hegomoni nilai terelakkan, sehingga kemajemukan mudahkan umat manusiaataukah sebaliknya justru
dan heterogonitas dapat ditumbuhkan. dapat menyengsarakan dan bahkan menghancurkan
umat manusia di planet ini.
Saat ini konsep jarak antar satu kelompok
masyarakat dengan masyarakat lain dalam suatu
22
Marwah Daud Ibrahim, Teknologi, hal. 16
23
Akbar S. Ahmad dan Hastings Donnan, Islam Globalization
and Postmodernity, (London:Routledge, 1994), hal.1
24
20
Marwah Daud Ibrahim, Teknologi, Emansipasi dan Abdurrahman Mas’ud, “Pendidikan Islam dalam Era
Transendensi, (Bandung: Mizan, 1995), hal. 15 Reformasi dan Globalisasi”, Religia, STAIN Pekalongan, Edisi II/
21
Hasbi Indra, “Pendidikan Diniyah dan Globalisasi”, Sosio- 1999, hal. 1
6 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

Demikian pula saat ini terujud liberalisme Meskipun dalam kenyataanya pula, si miskin tetap
perdagangan.26 Hal itu telah dimulai sejak perjanjian mempunyai ruang gerak atau kesempatan, tidak
internasional perdagangan yang dikenal dengan dijerat monopoli oleh pemerintah, untuk bangkit
GATT. GATT merupakan suatu kumpulan aturan menjadi kuat dan kaya. Globalisasi bidang IPTEK ini
internasional yang mengatur perilaku perdagangan telah menggapai seluruh dunia dan telah dirasakan
antar pemerintah serta juga merupakan pengadilan manfaatnya sekaligus mudaratnya.
jika terjadi perselisihan dagang antar bangsa bisa Bagi masyarakat yang berpandangan optimistik,
diselesaikan. Kemudian tahun 1995 berdiri suatu kemajuan IPTEK memiliki manfaat yang besar
organisasi pengawasan perdagangan dan kontrol terhadap umat manusia, dengan IPTEK masyarakat
perdagangan dunia yang dikenal dengan WTO sejak sangat terbantu dan lebih mudah dalam memenuhi
itu ia mengambil alih fungsi GATT. Selain itu di kebutuhan hidupnya (sandang, pangan, papan,
ringkat regional forum serupa untuk menetapkan fasilitas belajar, berobat dan sebagainya). Namun,
kebijakan perdagangan juga ditetapkan seperti bagi yang berpandangan pesimistik melihat bahwa
NAFTA antara Amerika dengan Maksiko, dan Sijori dengan IPTEK manusia kian terjebak dalam
antara Singapura, Johor dan Riau Indonesia.27 “kiamat” yang dihasilkan oleh tangan mereka
Terjadinya liberalisme, atau lebih khusus lagi sendiri. Ozon menjadi belong, air tercemar limbah
liberalisasi perdagangan, tidak dapat lepas dari industri, kesenjangan antara yang kaya dan yang
kapitalisme dan pasar bebas. Kapitalisme ini adalah miskin kian menganga, tindak kriminal kian sadis,
sistem ekonominya. Intinya adalah bahwa ekonomi nuklir mengancam.29
itu urusan individu bukan pemerintah. Setiap Kedua pandangan itu ada benarnya, karena
individu bebas untuk mendapatkan keuntungan di dunia ini pasti mengandung unsur positif dan
dalam mempraktikkan ekonomi. Intervensi pe- negatif. Masalahnya strategi pengembangan IPTEK
merintah terhadap individu sangat dibatasi bahkan yang bagaimana yang dapat dikembangkan agar
harus dihindari. Memang, perebutan keuntungan membawa manfaat positif bagi kehidupan budaya
dapat menimbulkan persaingan yang sangat keras masyarakat, Menurut Marwah Daud, ada enam
dan dapat diperbolehkan untuk saling menjatuhkan hal yang harus diperhatikan. Pertama, kebijakan
lewat iklan bebasnya.28 Hal yang penting pula dalam IPTEK harus bersifat integratif dengan kebijakan
praktik ekonomi kapitalime adalah tidak adanya nasional, IPTEK hanyalah salah satu bagian saja
larangan monopoli. Namun di sini ketentuan hukum dari kebijakan pembangunan bangsa. Kedua,
dan penerapannya sangat ketat pula, sehingga untuk mengembangkan Indonesia dlperlukan
jikamenurut hukum ada yang dianggap merugikan strategi pengembangan IPTEK yang terpadu dan
atau dianggap menyalahi akan dengan mudah menyeluruh, karena IPTEK dapat membantu
berhadapan dengan hukum dan akan mudah rekayasa pembangunan bangsa yang terpadu
pula untuk dikenai sanksi atau denda yang tidak dan menyeluruh. Ketiga, masalah IPTEK bukan
tanggung-tanggung. Oleh karena itu, persaingan saja berdimensi nasional tetapi juga berdimensi
bebas ini tidak berarti persaingan seperti di dalam internasional, maka dlperlukan penanganan
hutan belantara. Dalam praktiknya, dengan adanya yang runtut. Keempat, dengan IPTEK telah me-
persaingan tersebut, akan terjadi kompetisi yang munculkan keragaman. Kelima, IPTEK dapat me-
dianggap sehat (fair play). Konsekuensinya adalah munculkan konflik, namun dengan beragamnya
menjadikan peredaran dan kegiatan ekonomi akan memunculkan sintesis kreatif, dan keenam,
dan pasar menjadi dinamis dan keuntungan bagi memerlukan sikap dasar bahwa kita bukan hanya
masyarakat menjadi semakin jelas. Pada akhirnya, bersikap reaktif saja tetapi juga harus proaktif.30
partumbuhan ekonomi negara menjadi semakin
Dalam rangka menghadapi globalisasi yang
tinggi, serta kemakmuran akan bisa dinikmati
merupakan kelanjutan dari modernisasi, Nurcholis
oleh rakyat. Namun demikian, ekses sistem ini
Madjid ketika mengomentari modenisasi, ia
juga besar sekali, yaitu terjadinya jurang (gap)
menyatakan bahwa hal itu merupakan keharusan
yang semakin curam antara si kaya dan si miskin.
dan tidak bisa dihindari, Islam sebenarnya sangat
sesuai dengan modernisasi itu (al-Qur’an, 7: 54;
26
Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2004), hal. 39.
27
Mansour Faqih, Jalan Lain, (Yogyakarta: Insist Press, t.t.),
Hasbi Indra: Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi 7

25: 2, 32: 7; 40: 3; 10: 101; 35: I3).31 Begitu pula samping modal pengetahuan, modal mentalitas
dengan kelanjutannya, yaitu globalisasi. juga diperlukan. Etos kerja keras yang berorientasi
Umat Islam di era globalisasi ini hidup di pada prestasi, kedisiplinan, ketabahan tanpa mudah
arena kompetisi. Kompetisi sering ditandai oleh menyerah bahkan juga mentalitas kewirausahaan
konsumerisme. Ini memerlukan landasan sehingga adalah hal-hal yang diperlukan dalam kerangka
mampu menjadi perisai diri menghadapi kompetisi kompetisi dalam dunia perdagangan bebas.32
konsumerisme dan mampu pula menghadapi Selain itu diperlukan pula beberapa landasan
kehidupan yang wajar bahkan juga sesuai dengan yakni landasan spiritual dengan keimanan, untuk
nilai-nilai budaya dan agama. Contohnya yang menghindarkan seseorang dari kekosongan jiwa
ekstrim adalah adanya kebebasan berlebihan menghadapi kompetisi konsumerisme. Wujud
termasuk kebebasan seks dan kebebasan ke- prestasi berupa amal shaleh, hal ini diperoleh
hidupan negatif yang lain. Maka disini perisai setelah melakukan kerjakeras, kedisiplinan dan
mentalitas menjadi sangat penting. Dalam waktu prestasi, kemudian berada pada kebenaran,
yang bersamaan, kompetisi juga berkaitan dengan artinya berada pada frame work,selalu mempunyai
kemampuan dan prestasi. Kalau sebelum globalisasi, landasan hukum yang kuat serta pelaksanaan
kompetisi belum sangat mengemuka maka pada hukum yang mapan. Perlunya chekand balance,
era ini kompetisi sangat menonjol bukan hanya saling mengkritik yang konstruktif dan saling
taraf lokal tetapi juga taraf antar negara. Kalau memberi informasi dan saling mengingatkan.
selama ini sebuah negara akan dengan mudah
membuat aturan main sehingga dapat dijadikan Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi
perisai untuk mencegah serangan kompetisi dari
Santri yang kini hidup dimasyarakat globalisasi,
luar maka kini sudah tidak dapat lagi. Kalau dulu
dari sudut teknologi dapat dibagi menjadi tiga yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM) yang hebat dapat
(1) kelompok technological innovator, mencakup
dibatasi kini tidak dapat lagi.
hanya 15 persen dari seluruh penduduk dunia,
Oleh karena itu, dalam menghadapi kompetisi tetapi menguasai seluruh inovasi teknologi yang
seperti ini umat Islam perlu mempersiapkan diri. terdapat di dunia ini, (2) kelompok technological
Mempersiapkan mental dalam kompetisi dan adopters, mencakup kira-kira setengah dari
dalam waktu yang bersamaan mempersiapkan penduduk dunia yatu kelompok bangsa-bangsa
kemampuan SDM sehingga mampu berkompetisi, yang mampu menguasai teknologi-teknologi
ini akan meliputi segala aspek kehidupan dalam baru hasil inovasi, terutama teknologi baru
hal perdagangan, pelayanan atau jasa dan lainnya. di bidang produksi serta komunikasi, dan (3)
Komperisi juga membutuhkan rasa percaya diri kelompok technologically exclude, mencakup
(self confidence). Tentu saja sikap konfiden serta kira-kira sepertiga dari penduduk dunia ini, yaitu
kaitannya dengan sikap individualisme (bukan kelompok penduduk dunia yang tidak mampu
egoisme). Oleh karena itu, wajar kalaukehidupan memperbaharui teknologi tradisional mereka
di dunia Barat yang liberal meliputi sistem ekonomi dan tidak mampu pula menguasai inovasi-inovasi
dan pola hidup harus dilandasi kepribadian yang yang dihasilkan oleh masyarakat di luar wilayah
individualis agar kira tidak terjebak ketika kita mereka. 33
mengartikan individualisme, maka kita harus selalu
Wilayah yang termasuk ke dalam katagori
ingat bahwa istilah ini tidak identik dengan egoisme
technologically exclude ini tidak selalu berupa suatu
dan selfness. Ketika seseorang harus berhadapan
negara atau bangsa, kebanyakan berupa kantong-
dengan dunia kompetisi, maka ia harus membuat
kantong dalam suatu negara. Negara-negara yang
fondasi yang kuat tentang self-confidence. Skill
tidak mampu mengikuti dinamika teknologi global
dan profesi apapun yang dimiliki seseorang tanpa
pada umumnya berangsur-angsur mengalami
fondasi self’ confidencetidak akan mampu ber-
kemunduran dan keterasingan dan akhirnya
kompetisi.
lumpuh. Ini disebabkan ekspor mereka yang berupa
Untuk mewujudkan hal itu dalam berkompetisi, komoditas primer seperti pertanian, perkebunan,
seseorang harus memenuhi dirinya sendiri dengan
beberapa modal, bukan hanya perasaan saja. Di 32
Hasbi Indra, “Pendidikan Diniyah, hal.254
33
Rifat Hamdy, “Meningkatkan Mutu Pendidikan MIPA di
8 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

kehutanan dan hasil-hasil pertambangan sedikit mengembangkan kemampuan teknologi yang cukup
demi sedikitdigusur oleh produks-produks sintetis. tinggi kalau dalam masyarakat tadi terdapat lapisan-
Di samping itu, persoalan-persoalan demografis lapisan penduduk dengan tingkat pemahaman
juga turut memperburuk keadaan negara-negara tentang matematika dan ilmu pengetahuan alam
yang tidak mampu mengikuti dinamika teknologi yang beragam, dari kemampuan yang bersifat
global ini. Negara-negara golongan ini memerlukan ekspertisesampai ke pemahaman yang bersifat
serangkaian reformasi melalui pendidikan. apresiatif.35
Di Indonesia kalau diperhatikan secara lebih Pada dasarnya setiap negara atau masyarakat
mikro, akan diketahui banyak wilayah yang me- yang ingin mengalami revolusi ilmiah yaitu loncatan
rupakan kantong-kantong dari keterkucilan teknologi raksasa dalam penguasaan matematika dan ilmu
(pockets of technologically exclude areas). Dalam pengetahuan alam harus mampu mengembangkan
dunia pendidikan lebih terasa di lingkungan empat lapisanpenduduk dengan penguasaan
pondok pesantren Salafiyah dikarenakan lokasi yang berbeda-beda tentang matematika dan
dan lingkungannya yang umumnya bersifat terkucil ilmu pengetahuan alam ini. Paling atas adalah
secara teknologis. Kalau ini terus berlangsung lapisan alpha-plus scientists, yaitu ilmuan dengan
tentu mereka akan berada dalam keterbenaman kemampuan yang sangat tinggi. Jumlah kelompok
dalam kemiskinan materiil yang berlangsung ini pada bangsa manapun tidak pernah besar. Pada
selama ini. Kita akan semakin bergantung pada lapisan kedua terdapat kelompok alpha professions
golongan penduduk yang berkecukupan secara yang jumlahnya jauh lebih besar daripada kelompok
meteriil yang jumlahnya sungguh tidak banyak pertama tadi. Tugas kelompok kedua ini adalah
dalam menyelesaikan masalah-masalah mendesak melakukan supporting researche the high class
yang dihadapi bangsa. Tentu saja ini merupakan design and development. Pada lapisan ketiga,
situasi yang tidak sehat. terdapat ilmuan yang akan melakukan secondary
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah technical jobs. Pada lapisan keempat adalah para
memberikan pendidikan MIPA di pesantren politisi, birokrat dan masyarakat umum dengan
salafiyah. Masalahnya bagaimana cara mengatasi pemahaman tentang matematika dan ilmu
ketakutan serta kecurigaan terhadap matematika pengetahuan alam yang memadai sehingga mereka
dan ilmu pengetahuan alam yang dibiarkan tumbuh itu mengerti apa yang dibicarakan para ilmuan.
dalam masyarakat dari generasi ke generasi Oleh karena itu, pengetahuan matematika dan
memerlukan peninjauan ulang yang mendasar ilmu pengetahuan alam harus dimiliki oleh seluruh
terhadap kehidupan budaya dan keagaman kita. lapisan penduduk. Mereka yang tidak mempunyai
Untuk seorang anak yang dibesarkan dalam keinginan untuk menjadi ahli matematika atau
keluarga santri tradisional, kata “hukum alam” ahli ilmu pengetahuan alam pun perlu tahu apa
akan membuatnya terkejut katena yang didengar- matematika dan ilmu pengetahuan alam itu. Inilah
nya setiap hari selama ini adalah “hukum Tuhan”.34 mengapa para santri tidak boleh dibiarkan menjadi
Bagaimana mungkin bahwa alam yang merupa- buta matematika dan ilmu pengtahuan alam.
kan ciptaan Tuhan mempunyai hukumnya sendiri? Alasan yang bersifat sosio-kultural harus
Masih banyak lagi prasangka-prasangka yang harus ditangani. Kebutaan terhadap matematika yang
diatasi untuk membuat pendidikan MIPA diterima dibiarkan melembaga, artinya dibiarkan menjadi
dengan hati terbuka dan minat yang cukup besar suatu hal yang dipandang biasa akan menimbulkan
oleh setiap anggota dan setiap generasi baru. akibat-akibat yang sangat membahayakan
Kalau kita betul-betul ingin meningkatkan kehidupan budaya dan politik pada taraf global
kemampuan bangsa di bidang teknologi di masa dan transpersonal Mereka yang buta matematika
depan, tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak pada umumnya akan mudah merasa jengkel
muda yang buta matematika dan buta ilmu dan terganggu apabila mereka berhadapan
pengetahuan alam. Memang benar tidak semua dengan manusia pemikir dan selalu tidak sabar
santri akan berminat menjadi ahli matematika, menghadapinya dan kemudian menolak argumen-
ahli ilmu pengetahuan alam atau ahli teknologi. argumen yang bersifat logis. Masyarakat yang
Akan tetapi suatu masyarakat hanya akan berhasil membiarkan tumbuhnya kebutaan matematika
Hasbi Indra: Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi 9

dan ilmu pengetahuan akan selalu menolak ini, dan akhirnya peran mereka di masyarakat
argumen-argumen yang menuntut pemikiran tidak berjalan optimal.
rasional, sistematis dan tidak berpihak. Secara Di samping itu di pesantren salafiyah umum-
singkat kebutaan matematika dan ilmu pengetahuan nya, hanya menanamkan nilai melalui sentuhan
alam yang melembaga akan membuat masyarakat qalbu atau hati, dan kurang sentuhan kepada akal.
kehilangan kemampuan untuk berfikir secara Biasanya metode pembelajaran dengan sentuhan
disipliner dalam menghadapi masalah-masalah qalbu atau segi afektif adalah melalui kapalan.
nyata dari masalah-rnasalah yang relatif sepele, Pembelajarannya juga bersifat non-dialogis, karena
sampai pada masalah-masalah yang benar-benar sang ustadz hanya mendikte materi pelajaran,
gawat.36 pemahaman santri tidak melalui analisis isi.37
Untuk dapat hidup dalam zaman modern Pendidikan pada era global ini tidak cukup lagi
tanpa menjadi bingung sangat dibutuhkan sejumlah hanya dominan sentuhan qalbu tetapi juga sentuhan
pengetahuan tentang ilmu pengetahuan alam. Dalam otak atau intelektual dan sangat efektif bila didukung
hidup sehari-hari ketika berhubungan secara pribadi dengan metode pembelajaran yang bersifat dialogis
dengan produk teknologi baru, kita sebenarnya dan analisis. Melalui model pembelajaran seperti
memerlukan penguasaan tentang sejumlah konsep ini akan memunculkan santri yang berprakarsa dan
dasar tentang sains dan teknologi. Kalau tidak, memiliki kreatifitas, bukankah Allah Maha Pencipta/
kita hanya menjadi budak dari peralatan teknologi Maha Kreatif yang harus diambil semangatnya
yang serba modern itu. Sebagai contoh mungkin oleh pendidikan pesantren(QS. Ali Imran, 190,
ada di antara kita yang terbiasa mengedarai mobil al-Mukminun, 12). Di samping itu pembelajaran
tanpa mempunyai gambaran tentang struktur mobil pada masa kini juga harus lebih banyak pada sisi
sebagai satu sistem. Akibatnya kalau ada suatu psikomotoriknya, karena setiap nilai harus diiringi
hal yang tidak beres dengan mobil yang dapatkita dengan penerapannya. Sehingga para santri di
lakukan pergi ke bengkel. Begitu pula pemakai samping banyak menguasai teori tetapi juga banyak
komputer banyak sekali yang tidak memahami aplikasinya. Sebagai contoh para santri kaya dengan
perangkat keras dari komputer sebagai suatu teori-teori gramatikal bahasaArab juga lancar dalam
sistem. Kalau terjadi gangguan lalu menjadi bingung. berkomuniksi; mereka menguasai teori tentang
Contoh serta fakta itu memperlihatkan bahwa hidup thaharah, berdasar hadis Nabi al-nazhafa min al-
dalam zaman modern dengan mempergunakan iman/kebersihan itu adalah sebagian dari iman
peralatan yang serba modern akan menjadi sangat langsung dapat diterapkan di lingkungannya. 38
membingungkan. Selain itu, para santri di era ini harus pula memiliki
Untuk mengatasi kebutaan di bidang MIFA kecerdasan personal, sosial dan kemanusiaan.
perlu dirumuskan kurikulum yang integratif Fokusnya bukanlah semata kemampuan ritual dan
yang bernuansa saintifik, dan juga kurikulum keyakinan tauhid, melainkan juga akhlak sosial
yang berbasis kompetensi untuk menopang dan peran kemanusiaannya.39
kehidupan santri di masyarakat. Para ustadznya Saat ini Pesantren Salafiyah terusberkembang
perlu ditingkatkan wawasannya dalam bidang tetapi sangat gradual dan bersifat reaktif. Perubahan
MIFA agar memberi prespektif terhadap pelajaran yang terbaik adalah mensyaratkan perencanaan
agama yang diberikan ke santri, melalui pelatihan. dan kajian yang mendalam terhadap masa depan,
Selain itu pada umumnya para ustadznya mengajar kemana perkembangan dunia bergerak, kesanalah
santri hanya dilandasi oleh keikhlasan semata, perubahan lembaga ini bergerak. Pendidikan
dan biasanya mengajar di banyak tempat dengan Pesantren Salafiyah sistem belajarnya dapat
penghasilan yang sangat minim, untuk itu pemberian menggunakan sistem pendidikan modern, belajar
insentif oleh negara perlu ditingkatkan. Sarana di kelas dan ada evaluasi terhadap pendidikan.
dan prasarana pembelajaran juga sangat minim, Selain itu, santri di pesantren Salafiyah mereka
banyak dari mereka yang belajar di tempat yang di samping menguasai skill bergama juga harus
tidak layak. Bila pendidikan ini berjalan seadanya, memiliki kehlian atau keterampilan hidup (life skill).
maka jutaan anak didik sebagai produksnya hanya
memiliki kualitas seadanya, mereka akan gamang
37
Hasbi indra, Pendidikan Islam, hal. 190
menghadapi kehidupan yang semakin kompetitif 38
Hasbi Indra, “Pesantren dan Peradaban”, hal. 214
10 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

Karena mereka akan hidup seperti manusia pada Dalam sejarah Islam dapat ditelusuri dari
umumnya, mereka akan menjadi pemimpin formal perjalanan Nabi Muhammad SAW., dalam me-
di masyarakat, pedagang, petani,wirausaha dan mimpin umat penuh dengan dedikasi atau totalitas.
lainnya; sementara mengandalkan skill beragama Di waktu malam ia mengadu kepada Allah agar
tidak memadai untuk menunjang kehidupan banyak umat manusia menerima cahaya Islam
mereka. dan mengadukan umatnya agar menjadi umat
Untuk menopang hal-halitu ke depan, keter- yang terbaik. Namun di siang hari ia dengan
sediaan media dan sumber belajar harus di- penuh totalitas memimpin di tengah umat bukan
sempurnakan, seperti sarana dan prasarana hanya sebagai orang yang memberi perintah
pembelajaran yang memadai dengan gedungnya tetapi ia langsung terlibat memberikan arahan
dan sarana perpustakaan lengkap diisi oleh buku kepada umat. Sebagai seorang Nabi ia menerima
agama, umum dan juga buku keterampilan dan wahyu Allah SWT di kota Makkah untuk seluruh
pembelajaran bila perlu melalui alat teknologi umat manusia dan di kota Madinah menerima
dan mereka akan mengenal media itudan mereka wahyu untuk menyempurnakan wahyu-wahyu
akhirnya tidak gagap teknologi (shock condition of yang diterimanya di kota Makkah. Selama hidup
tecknology).40 Perlu pula di lembaga pendidikan ini di samping sebagai Nabi berfungsi sebagai
disediakan bengkel-bengkel keterampilan. pemimpin negara ia telah membuat undang-
undang yang disebut dengan Piagam Madinah.
Selain itu Pesantren Salafiyah hendaklah kelola
Dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pemimpin
dengan manajemen yang baik. Manajemen salah
negara dan pemimpin umat ia memiliki sifat-sifat
satu artinya adalah pengaturan (to manage), Allah
amanah dalam prespektif manajemen modern
telah mengisyaratkan dalam ayatnya: Yudabbbirul
disebut dengan accountable. Ia bersifat tabligh
Amro minassamai fil ardh tsumma ya’ruju ilaihi
dalam prespektif manajemen modern pengarahan,
bi yamin kaana miqdaruhu alfa sanatin mimma
ia bersifat fathanah ia seorang yang mempunyai
ta’uddun (QS. al-Sajdah, 5).artinya: “Dia mengatur
planing, dan controlling, dan ia bersifat siddiq,
urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan
ia bersifat terbuka atau kepemimpinanya bersifat
itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadar-
partisipatif.42 Pemimpin yang langsung melihat dan
nya adalah seribu tahun menurut perhitungan-
melibatkan diri apa yang terjadi di tengah umatnya.
mu”. Kemudian, secara substansi salah satunya
Gambaran-gambaran tersebut menggambarkan
adalah membagi-bagi wewenang kepada yang
berbagai fungsi manajemen seperti perencanaan,
lain, misalnya Allah memberi wewenang kepada
pengarahan dan pengawasan.
makhluknya yang bernama malaikat untuk bertugas
mencatat segala apa yang dilakukan oleh manusia Sistem manajemen pendidikan yang profesional
baik atau buruk melalui malaikat Rakib dan Atid. juga menjadi salah satu faktor penentu dalam
Allah memberikan wewenang kepada malaikat memproduksi lulusan yang memiliki nilai kompetitif.
Jibril untuk menyampaikan wahyu berupa ayat- Selama ini masih banyak Pesantren Salafiyah
ayat al-quran kepada Nabi Muhammad. Ketika menerapkan pengelolaannya seadanya. Begitu pula
Allah ingin menciptakan manusia Allah membuat distribusi wewenang tata kelola sangat tergantung
perencanaan dengan mesdiskusikan dengan para pada komando kyai sebagai pemilik tunggal.
malaikat dan iblis. Sehingga berbagai keputusan dari hal-hal yang
bersifat strategis dan bahkan sampai hal-hal yang
Selain itu salah satu pilar manajemen adalah
bersifat teknis harus dikonsultasikan terlebih dahulu
seorang pemimpin, maka dalam khazanah Islam
kepada kyai. Sistem pengelolaannya belum terbagi
pemimpin adalah khalifah (QS. al-Baqarah, 30) atau
dan belum otomatis berjalan secara distributif.
raain.41 Ayat yang menjelaskan tentang khalifah
Sebenarnya bila sistem pengelolaan tersebut telah
ini dalam surat al-Baqarah yang artinya “manusia
terdistribusi dan terbagikan, ini akan meringankan
diciptakan untuk menjadi khalifah/pemimpin di
beban kerja kyai, dan proses kaderisasi berjalan
dunia”. Sedangkan kata raain, dalam hadis yang
lebih cepat dan matang, yang nantinya menjadi
berbunyi bahwa “setiap orang adalah pemimpin
kader penerus manakala kyai sudah sepuh atau
nanti akan ditanya tentang kepemimpinannya”.
telah wafat.
40
Rifat Hamdy, “Meningkatkan Mutu Pendidikan MIPA, hal. 3
Hasbi Indra: Pesantren Salafiyah di Era Globalisasi 11

Penutup Masa Depan, Jakarta, Listafriksa, 2005


Saat ini Pesantren Salafiyah yang memiliki Dhofier, Zamakhsjari, Tradisi Pesantren, Jakarta,
santri 1.800.000 lebih tidak bisa menghindar dari LP3ES, 1994
berbagai fenomena globalisasi. Pengguna lembaga Daud Ibrahim, Marwah, Teknologi, Emansipasi dan
ini (user) adalah masyarakat yang hidup di era Transendensi, Bandung, Mizan, 1995
global, era dimana kemajuan IPTEK sangat luar Depag, Tim, Pola Pengembangan Diniyah &
biasa. Karena itu lembaga pendidikan ini harus Pesantren, Jakarta, Depag.2000
berwawasan IPTEK dan mengakodamasi masalah-
Depag. Tim, Dinamika Pesantren di Indonesia,
masalah global seperti adanya GATT, AFTA dan
Jakarta, Ditjen Bagais, 2003
MEA. Untuk memenuhi hal itu para santri yang
menjadikan Kitab-kitab Kuning sebagai rujukan Faqih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan
utamanya yang bersisikan pemikiran-pemikiran dan Globalisasi, Yogyakarta, Insis, 2013
Ibn Sina, ibn Rusyd dan lainnya yang berkaitan _____, Jalan lain, Yogyakarta, Yogyakarta, Insis
dengan ilmu kesehatan, biologi, astronomi, ekonomi Press, t.t
yang juga telah dihargai di dunia Barat yang harus Furchan, Arief, Transformasi Pendidikan Islam di
dipelajari oleh santri di pesantren, selain kitab fiqh, Indonesia, Jakarta,Gama Media, 2004
tauhid klasik dan lainnya.Untuk itu sarana-prasana
Haedari, Amin, Panorama Pesantren dalam
pembelajaran perlu dipenuhi selain perpustakaan
Cakrawala Modern Jakarta, Diva Pustaka, 2004
yang menyediakan kitab kitab klasik dan
_____, Isom Shaha, Peningkatan Mutu Terpadu
kontemporer serta buku-buku keterampilan.Santri
Pesantren, Jakarta, Diva Pustaka, t.t
setelah lulus disamping berpengetahuan agama dan
non agama dan juga berketerampilan bila mungkin Hamid, Abu, “Sistim Pendidikan Pesantren di Sulsel”,
dikenalkan ke mereka dengan media teknologi Pesantren di Sulawesi Selatan”, dalam Agama
pembelajaran sehingga mereka tidak gagap dengan dan Peradaban Sosial (ed) Taufiq Abdullah,
hal itu, di samping memperbanyak pembelajaran Jakarta, Rajawali Pers, 1983
menggunakan pendekatan psikomotorik dan juga Hamdy, Rifat, “Meningkatkan Mutu Pendidikan
menyiapkan mereka dengan keterampilan untuk MIPA di Pesantren”, Makalah, disampaikan
hidupnya setelah menyelesaikan studinya. ke Ditjen Bagais, 2004
Pesantren ini harus pula dikelola secara Ibrahim, Marwah Daud, Teknologi, Emansipasi
profesional oleh pemimpin yang terampil yang dan Transendensi, Bandung, Mizan, 1995,
mengelola lembaga dengan amanah, fathanah, Hasbi,Pendidikan Islam, Tantangan dan
shiddik dan tabligh dan dengan azas transfaran dan Peluang di Era Globalisasi, Yogyakarta,
akuntabilitas.43 Kelakpesantren akan menghasilkan Deepublish, 2016
santri-santri yang siap tampil berkompetisi di era _____, Pesantren dan Peradaban Islam, ” Jabal
globalisasi ini. Pemerintah harus pula memainkan Hikmah, STAIN Jayapura, Vol. 2, 4 Juli 2009
perannyadengan bantuan dana dan fasilitas,
, Pendidikan Diniyah dan Globalisasi”, Sosio-
juga sebagai fasilitator, motivator dan penjamin
Religia, Yogyakarta, LinkSAS, Vol. 8 edisi
kualitasnya. Perannya harus fleksibel dengan
khusus, Agustus 2009
memperhatikan budaya dan potensi yang ada di
pesantren. _____, Pesantren dan Masyarakat, Majalah Ikhlas,
Departemen Agama, 2002
J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Daftar Pustaka
Bandung,Rosdakarya, 2001
Ahmad Akbar S, dan Hasting Donnan, Islam,
Globalisasi and Posmodernity, London, Mayhud, Sulthon, Managemen Pondok Pesantren,
Routledge, t.t Jakarta, Diva Pustaka, 2013

Azra, Azyumardi, Esai-esai Intelektual Muslim dan Hasan, Muhammad Kemal, Modernisasi Indonesia
Pendidikan Islam, Jakarta, Logos, 1998 Respons Cendekiawan Muslim, Jakarta, LSI,
1987
Abdul Fatah, Rohadi, dkk, Rekonstruksi Pesantren
Mas’ud, Abdurrahman, “Pendidikan Islam dalam
Era Reformasi dan Globalisasi”, Religia, STAIN
12 NUANSA Vol. IX, No. 1, Juni 2016

Munir, Mulkan, Abdul, “Humanisasi Pendidikan Soejoeti, Zarkowi, Islamic Education (Academic
Islam”, Afkar, Jakarta, 2001 orientation for the Degree of Doctor Honoris
Nata, Abuddin, Mtodologi Studi Islam, Jakarta, Causa IAIN Jakarta), 2002
Rajagrafnido, 1999 Saputra, Agus, “Petunjuk Al-quran Dalam Memilih
Pendis, Ditjen, Statistik Pendidikan Islam,2012-2013, Pemimpin”, Riau 1, Kemenag.go.id, di unduh
Ditjen Pendis, Jakarta, 2014 tanggal 13 Oktober 2015.
Wordpress, islamislogic, com, diunduh tanggal
9 oktober 2015 tentang 40 hadis tentang
pemimpin danpenjelasannya.

You might also like