Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
2.1.1 Definisi
Menurut White dan Gardiner, maloklusi merupakan keluarnya gigi geligi dari
relasi normal pada lengkung rahang yang sama dan gigi geligi pada lengkung rahang
struktur gigi geligi tidak berada pada kondisi yang seimbang dengan struktur wajah
dan/atau kranium.10,11
melibatkan gigi geligi individu pada satu rahang, sedangkan maloklusi skeletal
disebabkan oleh adanya kerusakan pada struktur dasar skeletal dalam hal ukuran,
2.2.1 Definisi
geligi dengan tulang wajah dan tulang rahang berada dalam keadaan harmonis satu
10,11
sama lain dan kepala dalam posisi istirahat (Gambar 2.1). Maloklusi Klas I
merupakan kondisi dimana lengkung gigi geligi mandibula berada dalam hubungan
mesiodistal yang normal terhadap lengkung maksila, dengan cusp mesiobukal molar
satu permanen maksila jatuh pada groove bukal molar satu permanen mandibula dan
5
Universitas Sumatera Utara
6
cusp mesiolingual molar satu permanen maksila jatuh pada fossa oklusal molar satu
permanen mandibula ketika rahang dalam kondisi istirahat dan gigi geligi dalam
2.2 Klasifikasi
(1950)13 maloklusi skeletal terdiri atas Klas I, Klas II, dan Klas III. Klas I skeletal
Klas III skeletal merupakan kondisi dimana posisi maksila lebih ke mesial
1. Maloklusi Klas I
Ketika cusp mesiobukal molar satu permanen maksila jatuh pada groove bukal
molar satu permanen mandibula dan cusp mesiolingual molar satu permanen
maksila jatuh pada fossa oklusal molar satu permanen mandibula ketika gigi
2. Maloklusi Klas II
Cusp mesiobukal molar satu permanen maksila jatuh pada jarak antara cusp
mesiobukal molar satu permanen mandibula dan bagian distal premolar dua
mandibula. Serta, cusp mesiolingual molar satu maksila jatuh pada bagian
a. Klas II divisi 1
b. Klas II divisi 2
Merupakan hubungan molar dimana terdapat ciri khas maloklusi Klas II,
mesial.10,11
c. Klas II subdivisi
Ketika hubungan molar Klas II hanya muncul pada salah satu sisi lengkung
maksila; dengan cusp mesiobukal molar satu maksila jatuh pada jarak
interdental di antara aspek distal cusp distal molar satu mandibula dan bagian
fossa glenoid disebabkan oleh adanya kontak prematur gigi atau alasan lain
unilateral.10,11
2.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan etiologi utama maloklusi, karena cukup banyak faktor
maloklusi diantaranya :
a. Faktor genetik4
b. Faktor lingkungan4
i) Tekanan yang terus menerus atau peningkatan tekanan 4-6 jam/hari pada
gigi geligi misalnya tekanan dari sekitar jaringan lunak dan kebiasaan
mengisap jempol.
ii) Trauma.
2.4 Perawatan
Klas I, diperlukan pertimbangan yang cukup sehingga tujuan utama perawatan dapat
menggerakkan gigi ke posisi yang ideal. Tindakan yang sering diambil terbagi menjadi
1) Ekstraksi
ruang dalam menggerakkan gigi ke posisi yang ideal. Pencabutan gigi pada perawatan
Ukuran lengkung gigi dipengaruhi oleh ukuran tulang basal dan fungsi otot-
otot mulut. Idealnya, lengkung gigi dengan gigi harus memiliki hubungan yang
rahang tidak dapat menampung seluruh gigi geligi oleh karena ukuran gigi yang
besar.12 Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pencabutan
yaitu kondisi gigi geligi, posisi gigi yang berjejal, dan posisi gigi geligi.
Kondisi gigi geligi seperti fraktur, hipoplastik, karies yang besar dan restorasi
yang besar, lebih baik dilakukan pencabutan, daripada mencabut gigi yang sehat.
Susunan gigi yang berjejal bisa diperbaiki dengan lebih mudah jika dilakukan
pencabutan pada bagian lengkung tersebut daripada di bagian lain yang jauh letaknya
dari tempat gigi yang berjejal.12 Susunan gigi insisivus yang berjejal biasanya
akhir yang memuaskan dapat diperoleh. Premolar pertama adalah gigi yang paling
sering dicabut karena letaknya yang berada ditengah pada setiap kuadran rahang dan
biasanya terletak cukup dekat dengan daerah yang berjejal, baik di anterior maupun di
posterior.13 Pertimbangan terakhir adalah posisi gigi geligi itu sendiri. Gigi geligi yang
sangat malposisi dan sulit diperbaiki susunannya adalah gigi yang paling sering dipilih
untuk dicabut.12,13
insisivus dan molar yang normal. Jika ada penyimpangan dalam hubungan lengkung
sagital yang membutuhkan perbaikan dan ditambah dengan letak gigi yang berjejal,
ruang yang dibutuhkan jelas lebih besar daripada jika kedua kondisi ini berdiri sendiri-
sendiri. Kadang-kadang, lebih dari satu gigi perlu dicabut dari tiap lengkung rahang
2) Non ekstraksi
serta distalisasi.9
a. Pengasahan Interproksimal
lebih tebal daripada mesial. Pengasahan interproksimal enamel gigi biasanya 1-1,5
mm per area kontak (0,5-0,75 mm tiap permukaan) baik pada gigi anterior maupun
posterior.9
mulut yang baik, profil pasien lurus dengan kebutuhan ruang ringan hingga sedang
yaitu sebesar 2-5 mm per lengkung dengan lebar mesiodistal gigi geligi yang besar,
perawatan.9,13,15
mandibula. Gigi lain yang dapat dilakukan pengasahan interproksimal adalah gigi
anterior maksila dan gigi premolar maksila dan mandibula. Kontraindikasi untuk
pengasahan interproksimal adalah pasien dengan risiko karies yang tinggi dan pada
pasien anak karena dianggap masih memiliki kamar pulpa yang lebar.9,13
b. Ekspansi Rahang
Ekspansi rahang adalah salah satu metode penambahan ruang non invasif yang
biasanya dilakukan pada pasien dengan maksila yang menyempit atau pasien dengan
crossbite unilateral atau bilateral.9 Ekspansi dapat mengatasi kekurangan ruang sekitar
3-8 mm dengan melebarkan jarak intermolar lengkung gigi maksila sekitar 4-10 mm
dan lebar intermolar lengkung gigi bawah sekitar 4-6 mm. Adkins dkk menyatakan
lengkung gigi sebesar 0,7 mm.9 Ekspansi dapat diperoleh melalui efek pada jaringan
susunan gigi geligi atau memperbaiki hubungan gigi molar. Prosedur ini menambah
panjang lengkung rahang sebanyak panjang dari distalisasi yang dicapai. Pergerakan
risiko resorpsi akar dan hilangnya penjangkaran gigi anterior ke labial. Indikasi
distalisasi molar atas adalah pada kasus maloklusi klas II ringan hingga sedang,
terutama pada kasus yang disebabkan oleh kehilangan gigi prematur, pada kasus gigi
berjejal ringan hingga sedang, baik untuk tipe wajah mesofasial atau brachifasial,
profil wajah lurus atau datar dan masih mempunyai potensi pertumbuhan.9
Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi geligi dan
merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir,
pipi dan lidah.5,7 Menurut Moyers6, lengkung gigi dibagi menjadi lengkung alveolar
dan lengkung basal. Lengkung alveolar (lengkung prosesus alveolar) adalah tempat
dan bentuk lengkung basal dengan lengkung gigi. Lengkung basal adalah lengkung
korpus mandibula dan merupakan bagian terbesar mandibula. Bentuk dan ukuran
lengkung basal tidak berubah meskipun gigi telah hilang atau prosesus alveolar
mengalami resorpsi.6
Singh10 menyatakan bahwa dimensi lengkung gigi yang biasanya diukur adalah
lebar interkaninus, lebar interpremolar, lebar molar pertama permanen, perimeter, dan
panjang lengkung gigi.10 Moyers juga menyatakan bahwa dimensi lengkung gigi
adalah lebar interkaninus, lebar interpremolar, panjang, dan perimeter lengkung gigi.6
lebar interpremolar, dan lebar molar pertama permanen.10 Menurut Kaundal Jai
Ram16, lebar lengkung gigi adalah lebar interkaninus dan lebar intermolar. Lebar
interkaninus diukur dari ujung cusp gigi kaninus dan lebar intermolar diukur dari jarak
antara titik perpotongan margin gingiva dengan perluasan gingiva pada bagian groove
Menurut Poosti dan Jalali17 (2007) lebar lengkung gigi dibagi menjadi lebar
interkaninus dan lebar intermolar. Pengukuran dilakukan pada daerah bukal dan
lingual. Lebar intermolar pada daerah bukal adalah jarak yang diukur 5 mm dari
apikal menuju pertengahan mesiodistal dari margin gingiva gigi molar pertama di satu
sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah palatal atau lingual, lebar
intermolar adalah jarak yang diukur pada titik tengah daerah servikal gigi molar
pertama di satu sisi ke titik yang sama pada titik yang berlainan. Kedua prosedur sama
untuk menentukan lebar interkaninus.17 Titik pengukuran lebar lengkung gigi dapat
Panjang lengkung gigi merupakan suatu garis tegak lurus dari titik kontak
antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal
dari gigi molar pertama permanen.17,18 Titik pengukuran panjang lengkung gigi dapat
Menurut Poosti dan Jalali17 (2007), perimeter lengkung gigi diukur dengan
menjumlahkan empat segmen gigi. Segmen pertama diukur dari distal gigi molar
pertama ke mesial gigi premolar pertama. Segmen kedua diukur dari mesial gigi
premolar pertama ke mesial gigi insisivus sentralis. Segmen ketiga diukur dari mesial
gigi insisivus sentralis ke mesial gigi premolar pertama pada sisi yang berlainan.
Segmen keempat diukur dari mesial gigi premolar pertama ke distal gigi molar
pengukuran lengkung gigi yaitu: diketahui x adalah panjang lengkung dan y adalah
4𝑥 2
Perimeter lengkung = 2 𝑦2 + 3
Pada dasarnya ukuran dan bentuk lengkung gigi geligi ditentukan oleh skleton
cartilaginous dari maksila dan mandibula pada masa janin, kemudian berkembang
mengikuti benih gigi dan tulang rahang yang tumbuh. Selama periode setelah
ukuran dan bentuk lengkung gigi. Perubahan lengkung gigi pada masa tumbuh
kembang, sangat dipengaruhi oleh tumbuh kembang prosesus alveolaris. Secara umum
lengkung gigi berkembang pada tahap gigi bercampur lalu cenderung stabil sampai
tahap gigi permanen.19 Pada mandibula, tumbuh kembang lengkung gigi berlangsung
dari usia 4-8 tahun sedangkan pada maksila hal ini berlangsung dari usia 4-13 tahun
dan cenderung lebih stabil hingga dewasa.19,20 Bishara (1988) menyatakan pada wanita
pertumbuhan maksila akan berhenti pada usia 15 tahun sedangkan pada pria
pertumbuhan maksila berhenti sekitar 17 tahun.19 Lengkung gigi berbeda pada setiap
individu karena dipengaruhi oleh lingkungan, nutrisi, genetik, ras, jenis kelamin,
Faktor Lingkungan
Hal-hal yang termasuk dalam faktor lingkungan tersebut antara lain lokasi,
makanan, kebiasaan oral, fisik dan malnutrisi. Kebiasaaan makan makanan dengan
sehingga hal ini berpengaruh pada ukuran mandibula menjadi kecil dan maksila
menjadi sempit. Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain
menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, mengisap dot, bernafas melalui mulut, dan
menjulurkan lidah. Kebiasaan oral yang akan mempengaruhi ukuran dan bentuk
lengkung gigi tergantung dari frekuensi serta durasi melakukan kebiasaan tersebut.
Malnutrisi dapat menimbulkan kelainan pada gigi dan mulut serta dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan tulang rahang menjadi
lambat.21
Faktor Genetik
Variasi genetik memiliki pengaruh besar pada bentuk, lebar dan panjang
Secara umum, pria memiliki ukuran lengkung gigi yang lebih panjang dan
lebih lebar daripada wanita. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan
perkembangan lengkung gigi dan jangka waktunya lebih panjang pada pria
signifikan.19,22
Menurut penelitian yang dilakukan Begum dkk, hubungan antara ukuran gigi
mandibula dan maksila tergantung pada populasi tertentu dan jenis kelamin.
Perbedaan jenis kelamin yang signifikan terlihat pada rasio keseluruhan. Perbedaan-
wanita dan wanita cenderung memiliki dimensi lengkung yang lebih kecil
dibandingkan pria.22
cara mengukur berbagai bagian serta mencatat posisi dan bentuk dari struktur kranial
dan wajah dikenal dengan sefalometri. Sefalometri lebih banyak digunakan untuk
sebagai sarana yang sangat berguna untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya
perawatan dalam bidang ortodonti. Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis
dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas profil estetika
wajah. Ada perbedaan standar sefalometri antara satu populasi dengan populasi yang
lain dalam menentukan keserasian dan keseimbangan wajah pada perawatan ortodonti,
Model studi digunakan sebagai alat diagnosis dan rencana perawatan ortodonti.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada maksila
pada rahang maupun hubungannya dengan gigi pada rahang antagonisnya dinilai
Meskipun hingga saat ini analisis model dengan sistem komputerisasi sudah
berkembang, namun analisis model studi dengan cara manual masih umum dilakukan
oleh para praktisi ortodonti, karena hanya menggunakan alat-alat sederhana seperti
symmetograph, brass wire, jangka berujung runcing, penggaris, kaliper digital atau
jangka sorong. Analisis lebar dan panjang lengkung gigi dapat dilakukan pada model
studi. Ada dua diantara beberapa analisis model studi yang telah lama digunakan di
tergolong sempit, lebar, atau normal yang diperlukan sebagai dasar rencana perawatan
perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap lengkung gigi di regio premolar atau
molar.5,7,27 Pont menyarankan bahwa lengkung maksila dapat diekspansi sebanyak 1-2
Lebar lengkung gigi menurut Pont adalah lebar anterior dan lebar posterior. Lebar
anterior adalah lebar interpremolar dan lebar posterior adalah lebar intermolar.
Titik pengukuran lebar interpremolar dan lebar intermolar Pont pada maksila
mengukur jarak dari kontak mesial gigi insisivus sentralis maksila tegak lurus dengan
garis yang menghubungkan titik referensi lebar interpremolar Pont. Panjang lengkung
gigi mandibula menurut Korkhaus adalah 2 mm lebih pendek dari lengkung maksila.
(A) (B)
Gambar 2.12. (A) Panjang lengkung maksila diukur dari kontak mesial gigi
insisivus sentralis maksila tegak lurus dengan garis Interpremolar
Pont, (B) panjang lengkung mandibula diukur dari kontak mesial
gigi insisivus sentralis mandibula tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan titik kontak antara gigi premolar satu dengan
gigi premolar dua.7
penilaian terhadap garis bibir. Dalam analisis sefalometri dan fotografi, ada beberapa
garis referensi yang digunakan dalam penilaian posisi anteroposterior bibir atas dan
bawah, diantaranya adalah E-line Ricketts, S-line Steiner, H-line Holdaway, dan B-line
Burstone.28
E-line adalah garis referensi yang paling sering digunakan dalam diagnosa dan
rencana perawatan ortodonti. E-line merupakan garis yang digambar dari Pronasal
(Pn) ke jaringan lunak Pogonion (Pog) dan prominensia bibir terhadap kedua garis ini
juga dinilai. Jarak bibir atas ke E-line adalah -1 mm dan jarak bibir bawah ke E-line
adalah 0 mm. Hal tersebut berarti bahwa bibir atas sedikit di belakang E-line dan bibir
Prn
Pog
Maloklusi Klas I
Dental Skeletal
Diagnosis ortodonti
Perawatan Maloklusi
Analisis radiografi
Ekstraksi Non ekstraksi
Sefalometri lateral
Maloklusi Klas I
HUBUNGAN
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa perubahan panjang dan lebar
lengkung gigi memiliki korelasi terhadap posisi anteroposterior bibir pada maloklusi