LAPORAN KASUS: TATALAKSANA PASIEN LUKA BAKAR
BERAT DENGAN TRAUMA INHALASI DI UNIT PERAWATAN
INTENSIF
Arif Aminudin Aziz? dan Sobaryat?
» Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Suradadi Kab. Tegal
® Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin Bandung
Email: arfamz@gmail.com
ABSTRAK: Luke bokar derajat berat merupakan Iuka bakar dengan area Iuka >25% las permukaan cubuh yang seringkali
‘memerlukan perawatan di Intensif Care Unit (ICU). Hal ini trutama apabila dicurigai terjadi trauma inhalasi. Diagnosis trauma
inhalasi perlu segera ditegakkan untuk menghindari obstuksi jalan nafas yang mengancam nyawa. Pada luka bakar berat, terjadi
pperubahan fisiologis yang. melibatkan multiorgan. Penanganahnya pun harus melibatkan multidsiplin ilma. Koagulopati teradi
segera setelah luka Bakar, menyebabkan reaksi mikrovaskular di sektar dermis yang mengakibatkan perluasan injusi Tulisan ini
‘adalah tinjaun pustaka wotuk syarat ujian pendidikan Konsulian intnsif care. Laporan kasus didapat dari pasien ICU RS Hasan
Sedikin, Pasien dirawat selama 5 hari dengan ventilator kemudian perawatan luka bakar sampai diruang High Care Unit.
Kesimpulannya adalah Iuka bakar mengaktivasi respon sistemik yang disebabkan kehilangan barrier kulit, pelepasan mediator
‘vasoaktif dart Iuka dan infeksi yang mengikut. Hasil dari proses ini adalah edema interstisial pada organ dan jaringan Tunak. Proses
ini memerlukan penanganan resusitasi yang bersifat individual, tergantung pada parameter pasien mesing-masing.
Kata Kunci: Iuka bakar, rauma inhalasi,resusitas
ABSTRACT: Severe burns are burns with an area of > 25% of the body surface area that often require treatment in the Intensive
Care Unit (ICU). This is especially so when inhalation trauma is suspected. The diagnosis of inhalation trauma needs to be made
immediately o avoid life-threatening airway obstruction. In severe burns, there are physiological changes involving multiple organs.
The handling must also involve multidisciplinary disciplines. Coagulopathy occurs immediately after burns, causing « microvascular
reaction around the dermis resulting in expansion of the injury. This paper is a literature review for the requirements for intensive
‘care consultant education exams, Case reports were obtained from ICU patients at Hasan Sadikin Hospital, The patient was treated
‘for 5 days on a ventlaror then burns treatment until he was in the High Care Unit room. The conclusion is that burns activate a
‘systemic response due to loss of skin barrier, release of vasoactive mediators from the wound and subsequent infection. The result of
this process is interstitial edema of organs and soft issues. Tis process requires individual resuscitation treatment, depending on the
‘parameters of the individual patient
Keywords: burn injury, inhalational trauma, resuscitation
PENDAHULUAN
Latar belakang penulisan ini bahwa luka bakar
merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan
oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite)
Penyebabnya adalah api, air panas, listrik, kimia,
radiasi dan trauma dingin (frost bite). Luka bakar
memiliki angka kejadian dan prevalensi yang tinggi,
mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang
tinggi, memerlukan sumber daya yang banyak dan
memerlukan biaya yang besar (Kemenkes, 2019).
Menurut data World Heath Organization (WHO),
90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi
rendah di negara-negara berpenghasilan menengah ke
bawah, daerah yang umumnya tidak memiliki
infrastruktur yang memadahi untuk mencegah
terjadinya kebakaran, Di Amerika Serikat, kurang
lebih 1,25 juta kejadian Iuka bakar per tahun yang
dibawa ke unit gawat darurat. Diantara jumlah ini,
63.000 menderita luka bakar ringan sedangkan 6000
Jainnya harus dirawat inap. (Sheridan RL, 2018)
Luka bakar melibatkan banyak organ yang
terpengaruh. Luka bakar pada jaringan
mempengaruhi fungsi koagulasi secara langsung dan
menyebabkan reaksi mikrovaskular di sekitar dermis
yang mengakibatkan perluasan injuri, Luka bakar
mengaktivasi respons sistemik yang menyebabkan
kehilangan barrier kulit, pelepasan mediator
vasoaktif dari luka dan infeksi yang mengikuti. Hasil
dari proses ini adalah edema interstisial pada organ
dan jaringan lunak (Kemenkes, 2019) (Sheridan RL,
2018).
Pada uka baker juga terjadi_kondisi
hipermetabolisme, dimana terjadi kenaikan cardiac
output hampir dua kali lipat disertai peningkatan
resting energy expenditure. Respons ini diikuti oleh
peningkatan gluconeogenesis, resistensi insulin dan
peningkatan pemecahan protein (Sheridan RL, 2018).
Penentuan luas luka bakar dengan menggunakan
rule of nine pada pasien dewasa yaitu dengan
membagi luas permukaan tubuh menjadi multiple 9%
Jumnal Iimiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
Volume 2 Nomor 1 November 2020Arif Aminudin Aziz
ddan Sobaryati,
os
Laporan Kasus: Tatalaksana Pasien Luka
Bakar Berat dengen Trauma Inhalasi di Unit
area, kecuali perineum yang diestimasi menjadi 1%.
Luka bakar diklasifikasi berdasarkan luas total body
surface area (TBSA) yang terkena, berdasar
kedalaman tuka bakar. Menurut TBSA, luka bakar
dibagi menjadi tuka bakar ringan, sedang dan berat
Luka bakar dengan kondisi buruk dan trauma inhalasi
termasuk Klasifikasi Iuka bakar berat. Sedangkan
kedalamannya, luka bakar —dibagi
menjadi epidermal, superficial dermal, mid-dermal,
deep dermal atau full-thickness. Pasien dengan luka
bakar berat memiliki peningkatan resiko untuk
terjadinya Kkomplikasi seperti pneumonia, sepsis,
ARDS, anemia dan koagulopati (Kemenkes, 2019).
berdasarkan
Pengobatan luka bakar dengan trauma inhalasi
melibatkan multidisiplin ilmu yang terditi dati initial
assessment dan stabilisasi, penanganan trauma
inhalasi, resusitasi syok, escharotomi dan fasiotomi,
perawatan Iuka, pencegahan infeksi, penggunaan
antibiotik yang tepat, Penatalaksanaan di ICU berupa
resusitasi cairan, penanganan airway dan breathing,
penanganan fisioterapi, escharotomi dan
fasiotomi, penanganan komplikasi yang terjadi,
nutrisi yang adekuat dan dukungan —psikologi
(International Society of Burn Injury, 2016).
infeksi,
Laporan Kasus
Seorang wanita usia $4 tahun rajukan dari rumah
sakit daerah dengan keluhan luka baker sebagian
‘tubuh sejak 16 jam sebelum masuk RS. Pasien saat di
rumah hendak memasang tabung gas buat kompor,
karena listrik padam maka digunakan lilin untuk
‘menerangi. Ketika sampai di dapur untuk membantu
suaminya memasang gas tiba-tiba tabung meledak
Pasien tidak terlempar karena ledakan tersebut, tidak
pingsan, pasien sempat berlari keluar ruangan dan
minta tolong. Ruangan tempat tabung ikut terbakar.
Pasien berhasil keluar ruangan dengan luka bakar di
sebagian tubuh, Dirawat di RS Cikampek, mendapat
cairan Ringer Laktat (RL)IO labu, Anti Tetanus
Serum (ATS), Tetanus Toxoid (IT) dan ceftriakson.
Pasion bersama suaminya datang ke IGD, dan
dilakukan intubasi lalu pasien dirujuk ke RS Hasan
Sadikin. Di RS Hasan Sadikin, pasien sempat dirawat
di Ruang Resusitasi sambil menunggu ketersediaan
‘tempat di ICU.
Pemeriksaan fisik menunjukan adanya luka
bakar grade 2-3 dengan TBSA 40%. Pasien saat
datang mulai ada penurunan kesadaran, dengan tanda
vital relatif stabil, terpasang ETT. Hasil laboratorium,
Perawatan Invensif|
menunjukkan kondisi_—koagulopati dan.
hemokonsentrasi yang menunjukkan suatu dehidrasi
dengan koagulopati dan trombositopeni konsumtif.
Dicurigai suatu trauma inhalasi Karena ditemukan
luka bakar pada wajah dan kepala, bulu rambut
hidung yang terbakar serta suara yang serak.
Pemeriksaan x foto thoraks awal masuk, tidak
didapatkan kelainan pada jantung dan paru, Pasien
tidak demam, fungsi para dan jantung dalam batas
normal. Pasien dirawat di unit Iuka bakar sambil
menunggu ketersediaan ruangan ICU. Saat masuk ke
ICU, pasien didiagnosis dengan luka bakar derajat 2-
3, Total Body Surface Area (TBSA) 45% dan
mendapatkan terapiberupa _resusitasi
antibiotik Cefiriaxon, nutrisi, analgetik morfin, tanpa
support
escharotomi:
cairan,
hemodinamik —serta_—_direncanakan
Sejak hari pertama dirawat di ICU, hemodinamik
relatif stabil, tekanan darah normal dipertahankan
dengan Mean Arteri Pressure (MAP) 60-110mmHg.
Pemafasan dibantu dengan mekanikal ventilator,
dengan mode spontan, fraksi oksigen 50%, positive
end expiratory pressure (PEEP) 5, pressure support
(PS) 6-8 mmHg, untuk mencapai tidal volume (TV)
400-500 ml. Pasien mengalami demam, takikardi dan
perburukan dalam respirasinya. Dari pemeriksaan x
foto thoraks didapatkan gambaran awal yang normal.
Dilakukan escharotomy untuk membebaskan gerakan
pernafasan dinding dada sckaligus mencegah infcksi
pada hari ke dua perawatan.
Pasien dilakukan pemeriksaan Kultur namun
hasil. Antibiotik broad spectrum
diberikan jenis meropenem, vitamin C diberikan
untuk mempercepat epitelisasi dan mengurangi dosis
resusitasi. Zinc diberikan untuk meningkatkan sistem.
imun dan penyembuhan luka, Sementara nutrisi tetap
Janjut dengan pemberian diet cair bertahap dari 500
kkal sampai 2300 kkal dengan komposisi protein 1,5-
2,5 grikg bb. Kondisi pasien selama perawatan di
Intensif Care Unit (ICU) mengalami perbaikan dan
cenderung meningkat
belum keluar
PEMBAHASAN
Anatomi Dan Histologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi
otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis.
Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari
tubuh, Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
Jumnal Iimiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
10
Volume 2 Nomor 1 November 2020Arif Aminudin Aziz
ddan Sobaryati,
os
Laporan Kasus: Tatalaksana Pasien Luka
Bakar Berat dengen Trauma Inhalasi di Unit
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 ~ 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 — 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi_ mulai 0,5 mm sampai 6 mm.
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin, Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas, Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis
kkulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang,
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium
‘yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan
Terdiri epitel berlapis gepeng
bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5
% dari seluruh ketebalan kulit, Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis: Proteksi barier,
organisasi sel, sintesis vitamin D dan. sitokin,
pembelahan dan mobilisasi_ sel, _pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
avaskuler, dari
dan
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan
‘yang paling atas sampai yang terdalam).
1. Stratum Korneum; Terdiri dari sel keratinosit
‘yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum; Berupa garis translusen,
biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tips
3. Stratum Granulosum; Ditandai oleh 3-5 lapis sel
polygonal gepeng yang intinya ditengah_ dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar_yang
dinamakan granula keratohiatin yang mengandung
protein kaya akan histidin, Terdapat sel Langerhans.
4, Stratum Spinosum; Terdapat _berkas-berkas
filamen yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi scl dan melindungi
tethadap efek abrasi, Epidermis pada tempat yang
terus mengalami gesekan dan tekanan_ mempunyai
stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril,
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
Japisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans,
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum);
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
Perawatan Invensif|
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis
secara konstan, Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
‘untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain, Merupakan satu lapis sel yang,
mengandung melanosit
Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada
telapak kaki sekitar 3 mm, Dermis terdiri dari dua
lapisan:
1. Lapisan papiler; tipis, mengandung jaringan ikat
Jjarang,
2. Lapisan retikuler; tebal, terdiri dari jaringan ikat
padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesis
kolagen berkurang dengan bertambahnya
Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat
kira-kira 5 kali dati fetus sampai dewasa. Pada usia
Janjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar
dan serabut elastin berkurang, Hal ini menyebabkan
kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput. Dermis_mempunyai
banyak jaringan pembuluh darah, Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis: struktur
penunjang, mechanical strengeh, suplai nuttisi,
menahan shearing forces dan respons inflamasi.
usia.
ymbar 1. Anatomi Kulit
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
atau
Jumnal Iimiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
i Volume 2 Nomor 1 November 2020Arif Aminudin Aziz
ddan Sobaryati,
os
Laporan Kasus: Tatalaksana Pasien Luka
Bakar Berat dengen Trauma Inhalasi di Unit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya, Jumlah
dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
Fungsi Subkutis / hipodermis: melekat ke struktur
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk
tubuh dan mechanical shock absorber 2.
Gambar 2. Histologi Kulit
‘Sumber: Mariano $.H, 1992
Luka Bakar
Definisi
Luka bakar adalah Iuka yang terjadi_akibat
sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang.
menghasilkan panas (api secara langsung maupun
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat
‘yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat)
Patogenesis
Akibat pertama luka bakar adalah syok kare
kaget dan kesakitan, Pembuluh kapiler yang terpajan
suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga
dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
‘banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler, Kerusakan kulit akibat
luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka baker derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
tiga. Bila luas Iuka bakar kurang dari 20%, biasanya
mekanisme Kompensasi_tubuh —masih_—_ bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi
syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi keeil, dan
pat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang. Oedem terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran dalam
ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
Perawatan Invensif|
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas,
asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan
Jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat
jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun
lainnya, Karbon monoksida (CO) akan mengikat
hemoglobin dengan kuat schingga hemoglobin tak
mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah, Pada keracunan yang berat terjadi koma.
Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita
dapat meninggal. Setelah 12 — 24 jam, permeabilitas
kapiler mulai_membaik dan mobilisasi_serta
penyerapan Kembali cairan edema ke pembuluh
darah, Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis,
Pasien dengan Iuka bakar kurang dari 25%
TBSA dapat dirawat di ruangan, namun dengan
peningkatan ukuran luka bakar, terutama pada anak-
anak dan usia lanjut, akan terjadi peningkatan angka
mortalitas. Pasien dengan 45% luka bakar jarang
dapat bertahan tanpa perawatan di ICU yang baik.
Pada kasus ini, terjadinya luka bakar 45% dengan
trauma inhalasi merupakan suatu indikasi untuk
perawatan di [CU (Sheridan RL, 2018),
Luka bakar diatas 20% akan memicu perubahan
fisiologis, dimana terjadi ebb phase yaitu periode
beberapa jam sampai beberapa hari setelah onset,
dimana pada periode ini terjadi hipodinamik stare dan
kebocoran kapiler difus. Apabila fase ini teresusitasi
dengan baik, maka akan masuk ke dalam flow phase
dimana merupakan periode lanjut, periode high
cardiac output dan low peripheral vascular tone,
demam dan katabotisme otot (Kemenkes, 2019)
(Sheridan RL, 2018)
Data penelitian menunjukkan hasil yang lebih
baik dan biaya yang efisien bila pasien dimasukkan
dalam ruang khusus luka bakar. Pasien Iuka bakar
akan dimasukkan dalam ruang perawatan dan
perlakuannya dibagi_ menjadi 4 fase seperti
ditujukkan dalam Tabel 1
Trauma inhalasi pada pasien luka bakar
merupakan suatu kondisi yang mengancam_jiwa.
Diagnosisnya ditegakkan berdasar adanya luka bakar
pada wajah dan Ieher, sputum — kehitaman,
‘mendengkur, ronki dan bulu hidung yang terbakar.
‘Trauma inhalasi tidak perlu menunggu hasil analisis
gas darah, bronkoskopi maupun x foto thoraks karena
Jumnal Iimiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
2
Volume 2 Nomor 1 November 2020