You are on page 1of 5

Vol. 63, No. 3, September-Desember 2014 | Hal.

99-103 | ISSN 0024-9548

Perawatan endodontik pada kasus periodontitis


apikalis kronis
(Endodontic treatment on chronis apical periodontitis case)

Sari Dewiyani
Departemen Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (B)
Jakarta-Indonesia

Korespondensi (Correspondence): Sari Dewiyani, Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (B).
Jl. Bintaro Permai Raya 3 Jakarta Selatan 12330. E-mail: sari.drg@gmail.com

ABSTRACT
Background: Case selection and treatment planning begins after clinician has diagnosed an endodontic problem. The clinician
must determine whether the patient’s needs are best met by providing endodontic treatment and retaining the tooth or extraction.
The tooth in oral cavity are used for fixed or removable prostheses. Pathogenesis of the lesion can be better understood after vitality
testing, periodontal probing, radiographic assessment, and evaluation of dental history. Factors that affect endodontic prognosis,
including periodontal, surgery and restorative, must be considered. Purpose: The aim of this study is to determine case selection
in endodontics. Cases: Case 1 about patient whose left posterior mandibular teeth had intermittent pain. She had bridge prosthese
since 10 years ago. Case 2 is about a patient whose right posterior mandibular teeth had spontaneous intermittent pain. Based on
radiographic examination, it was known there was radiolucency in the periapical areas. Case management: Case 1 was treated with
triad endodontics, which involves preparation, disinfection and the filling of root canal with gutta percha and root canal cement.
Case 2 was treated with extraction,because that tooth caused severe food impaction. Conclussion: Case selection is important
factors to determine successful the endodontic treatment and oral health.

Key words: Case selection, endodontic treatment, bridge, extraction

PENDAHULUAN rupakan salah satu kunci keberhasilan perawatan.


Karena dengan pemi lihan kasus yang cermat,
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
perawatan serta rehabilitasi gigi yang bersangkutan
dalam bidang endodontik mempermudah
akan lebih mudah dilakukan.2
dokter gigi untuk melakukan perawatan kasus
Perawatan endodontik bukan sekedar melakukan
endodontik dengan prognosis yang semakin baik
perawatan untuk menyelamatkan gigi yang
sehingga makin banyak gigi yang dapat dirawat
mengalami kelainan sebagai alternatif pencabutan,
dan mempersempit kontra indikasi perawatan
melainkan mengingat kepentingan gigi tersebut
endodontik.1 Meningkatnya kesadaran penderita
di dalam rongga mulut. Adanya gigi geligi di
akan pentingnya perawatan kesehatan gigi karena
dalam mulut adalah untuk mempertahankan
makin menyadari bahwa fungsi gigi asli ternyata
integritas lengkung gigi serta kepentingannya
jauh lebih baik dibanding dengan gigi palsu
sebagai penjangkaran gigi palsu sebagian lepasan
penggantinya dan menuntut untuk mendapatkan
maupun cekat bila diperlukan. Pencabutan gigi
perawatan yang lebih baik. Namun seleksi kasus
yang dilakukan tanpa pertimbangan pembuatan
yang cermat dari gigi yang akan dirawat tetap me-
gigi pengganti, akan mengakibatkan gigi antagonis
Dewiyani: Perawatan endodonƟk pada kasus periodonƟƟs apikalis kronis
100 Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 99-103 © 2014

menonjol dan gigi sebelah menyebelah miring. jaringan periodonsium yang buruk mungkin
Keadaan ini akan memudahkan retensi makanan akan dikorbankan, meskipun dengan prognosis
yang dapat mengakibatkan timbulnya karies baru endodontik yang menguntungkan. Pada saat
serta penyakit periodontal. Akhirnya akibat dari menentukan prognosis gigi dengan lesi endodontik
semua keadaan tersebut yang lebih parah adalah atau periodontal, terdapat faktor esensial yang harus
adanya kelainan pada persendian rahang.1 dipertimbangkan. Menentukan vitalitas pulpa dan
Walaupun indikasi perawatan endodontik defek periodontal yang luas merupakan faktor
semakin luas, tetapi masih banyak hal yang perlu yang menentukan prognosis dan membuat rencana
dipertimbangkan sebelum memutuskan apakah perawatan untuk gigi dengan lesi endodontik atau
gigi akan dicabut atau dirawat. Gigi yang letaknya periodontal.
tidak strategis atau tidak menguntungkan untuk Pada penyakit endodontik primer, pulpa dalam
kepentingan penjangkaran, letaknya miring kondisi nonvital, sedangkan penyakit periodontal
sehingga menyulitkan rehabilitasi selanjutnya lebih primer, kondisi pulpa tetap vital. Penyakit true
baik tidak dipertahankan. Demikian juga molar combined endodontik-periodontal jarang terjadi. Lesi
ketiga yang tidak ada antagonisnya serta gigi yang kombinasi ditemukan pada penyakit endodontik
terletak di luar lengkung.2 yang meluas dari mahkota yang bertemu dengan
Setelah diagnosis penyakit dan kesehatan umum poket periodontal yang meluas sampai apikal.
ditegakkan, perlu dipertimbangkan keadaan Terdapat kehilangan perlekatan yang signifikan
lokal gigi. Evaluasi dilakukan secara visual dan pada lesi tipe ini. Pemeriksaan radiograf pada lesi
rontgen foto untuk menilai keadaan jaringan gigi, kombinasi endodontik-periodontal mungkin mirip
keadaan akar, dan saluran akar. Ada tidaknya dengan gigi yang fraktur vertikal. Untuk lesi true
resorbsi intema dan eksterna serta daya tahan combined, dibutuhkan terapi endodntik dan terapi
sisa jaringan gigi untuk restorasi merupakan hal periodontal. Urutan perawatan didasarkan pada
yang perlu diperhitungkan.3 Ada tiga hal yang keluhan utama.
merupakan per timbangan apakah gigi dapat Prognosis dan perawatan untuk setiap tipe
dirawat, yaitu: (1) apabila foramen apikal dapat lesi endodontik-periodontal sangat bervariasi.
dicapai melalui saluran akar; (2) derajad kelainan Penyakit endodontik primer yang dilakukan terapi
periapikal; (3) ketahanan tubuh penderita.4 Gigi endodontik memiliki prognosis yang baik. Penyakit
tidak dapat dirawat apabila (1) sisa mahkota tidak periodontal primer harus dirawat dengan terapi
memungkinkan untuk direstorasi; (2) kelainan periodontal dan prognosis bervariasi tergantung
periodontal tidak dapat disembuhkan; (3) gigi tidak pada tingkat keparahan penyakit dan respon pasien
merupakan bagian yang integral dari kesehatan pada perawatan.
mulut secara menyeluruh.5,6 Patogenesis dari lesi dapat mudah diketahui
Dalam melakukan pemeriksaan lokal untuk setelah tes vitalitas, probing periodontal, pemeriksaan
seleksi kasus, peranan penggunaan rontgen foto radiograf, dan evaluasi riwayat penyakit dental.6
gigi sangat penting. Keadaan saluran akar, jaringan Klinisi harus menentukan secara tepat apakah
penyangga gigi serta jaringan periapikal hanya perawatan non bedah, bedah, atau perawatan
dapat dievaluasi melalui bantuan rontgen foto. kombinasi. Keputusan ini dipengaruhi dari adanya
Karenanya, ketrampilan operator dalam melakukan restorasi kompleks, pasak dan pemeriksaan radiograf
interpretasi gambaran rontgen foto sangat penting. dari perawatan endodontik sebelumnya.7
Perlu diingat bahwa rontgen foto adalah gambaran Bedah endodontik paling sering dilakukan
dua dimensi, karena itu kadang-kadang diperlukan untuk mengkoreksi kesalahan dari terapi non
lebih dari satu rontgen foto.6 Keakuratan rontgen bedah. Sebelum pembedahan, merupakan hal yang
merupakan hal yang esensial dalam perawatan esensial bagi seorang klinisi adalah menentukan
endodontik dimana kualitas rontgen periapikal penyebab kegagalan perawatan. Pembedahan
membantu dalam diagnosis awal dan meningkatkan endodontik mungkin juga menjadi prosedur primer
keberhasilan perawatan dimana penentuan panjang jika terdapat komplikasi seperti adanya kalsifikasi.
kerja yang akurat merupakan salah satu faktor Pada kasus tersebut, bedah sebagai perawatan
utama yang menunjang perawatan endodontik.5 primer, menutup apikal dilakukan sekaligus dengan
Lesi periodonsium yang luas seringkali merawat mahkota gigi. Rencana perawatan untuk
menyulitkan prosedur perawatan endodontik. kasus ini ditentukan setelah mereview beberapa
Gigi dengan prognosis yang buruk karena radiograf dan mempertimbangkan kemungkinan
Dewiyani: Perawatan endodon k pada kasus periodon s apikalis kronis
Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 99-103 © 2014 101

menyelesaikan perawan non bedah tanpa merusak tes termal bereaksi, perkusi dan palpasi tidak
mahkota atau gigi. Bedah endodontik menjadi bereaksi. Gigi molar kedua bawah kiri, tes termal
pilihan perawatan terakhir jika perawatan non bereaksi, perkusi bereaksi dan palpasi tidak
bedah sudah tidak memungkinkan.8 bereaksi. Pada pemeriksaan radiografis terdapat
Alasan utama untuk dilakukannya bedah apikal mahkota jembatan pada gigi premolar kedua dan
adalah untuk meningkatkan kualitas penutupan gigi molar kedua kiri bawah. Pada gigi molar kedua
apikal. Fokus pada penyembuhan setelah bedah kiri bawah terlihat periodonsium melebar, lamina
endodontik merupakan pertimbangan penting pada dura menebal serta ada radiolusensi pada daerah
manajemen penyakit pasca perawatan. Beberapa apeks. Pada gigi 35terlihat jaringan periodonsium,
penelitian menunjukkan bedah apikal memberikan lamina dura dan jaringan periapeks normal. Gigi
hasil yang sangat bervariasi.9 38 impaksi. Setelah mahkota jembatan dilepas
Rata- rata sembuh secara signifikan lebih tinggi terlihat pertumbuhan pulpa polip kemerahan
pada gigi dengan lesi yang lebih kecil (≤ 5 mm) seperti cauliflower terlihat ditengah gigi 37, yang
dibandingkan pada gigi dengan lesi yang lebih besar sebelumnya telah dipreparasi untuk memasang
pada sebelum perawatan. Analisa menunjukkan jembatan (Gambar 1). Diagnosis gigi 37pulpitis
adanya bertambahnya rasio pada persistensi kronis hiperplastik dengan periodontitis apikal
penyakit pada gigi dengan lesi sebelum perawatan kronis, akan dilakukan perawatan saluran akar
yang lebih besar dan pengisian saluran akar sebelum pada gigi 37.
perawatan dengan panjang yang memadai. Ukuran Kasus 2: seorang wanita 54 tahun datang dengan
lesi sebelum perawatan dan panjang pengisian keluhan gigi belakang bawah kanan sakit berdenyut
saluran akar merupakan faktor penentu hasil dari hilang timbul sejak tiga hari yang lalu. Gigi tersebut
bedah apikal.10 ada tumpatannya (ditumpat 6 bulan yang lalu).
Restorasi yang memuaskan mungkin akan Pasien minum obat untuk menghilangkan sakitnya.
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karies akar Semalam pasien tidak dapat tidur karena giginya
subtulang (mungkin membutuhkan perpanjangan sakit sekali. Pada pemeriksan intra oral gigi 47
mahkota), buruknya perbandingan mahkota-akar, karies mencapai pulpa, perkusi positif, palpasi dan
dan defek periodontal yang luas atau gigi yang tes termal negatif. Gigi 17 tumpatan amalgam kelas
malposisi mungkin akan memberikan pengaruh II fraktur, tes termal, perkusi dan palpasi negatif.
yang signifikan pada restorasi akhir. Masalah ini Gigi 16 karies email, tes termal positif, tes perkusi
harus diketahui sebelum perawatan endodontik dan palpasi negative. Gigi 14 karies mencapai pulpa
dimulai. Pada kasus yang kompleks, rencana tes termal negatif, tes perkusi positif dan palpasi
perawatan restorasi seharusnya ditentukan sebelum negatif. Pada pemeriksaan radiografis gig 47 karies
dimulainya perawatan endodontik. Beberapa gigi mencapai pulpa, periodonsium melebar, lamina
mungkin dapat dilakukan perawatan endodontik, dura menebal serta ada radiolusensi pada daerah
tetapi tidak dapat direstorasi, atau mungkin periapeks. Diagnosis gigi 47 Periodontitis apikal
restorasi yang menjadi sulit karena adanya protesa kronis karena nekrosis pulpa.
yang besar. Pengurangan struktur mahkota gigi
dibawah restorasi yang full-coverage menyebabkan
akses endodontik menjadi lebih sulit karena semakin
berkurangnya penglihatan dan semakin sedikitnya
informasi dari radiograf mengenai ruang pulpa
secara anatomi.10

KASUS
Kasus 1: seorang wanita 31 tahun datang
dengan keluhan rasa tidak nyaman pada gigi
belakang bawah kiri sejak 1 bulan yang lalu. Pada
pemeriksaan klinis dijumpai pasien memiliki
jembatan dari gigi 35 sampai gigi 37 pada sisi kiri
rahang bawahnya. Restorasi jembatan dibuat 10
tahun yang lalu. gigi premolar satu bawah kiri Gambar 1. Gigi 4.7
Dewiyani: Perawatan endodonƟk pada kasus periodonƟƟs apikalis kronis
102 Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 99-103 © 2014

TATALAKSANA KASUS dengan NaOCl 2,5%, saluran akar dikeringkan,


diberi obat kalsium hidroksida, dan ditumpat
Kasus 1: kunjungan pertama sampai ketiga,
sementara. Pada kunjungan berikutnya dilakukan
mahkota jembatan di lepas, pengambilan polip pulpa,
pengukuran panjang kerja dengan foto sinar x dan
preparasi akses, preparasi saluran akar, diirigasi
didapatkan Master Apical Cone (MAC)MB:35/21mm,
dengan NaOCl 2,5%, saluran akar dikeringkan,
ML:30/20mm dan D:35/21mm, kemudian dilakukan
diberi obat kalsium hidroksida, dan ditumpat
preparasi saluran akar serta irigasi dengan NaOCl
sementara. Dilakukan ekstraksi pada gigi 38
2.5%, saluran akar dikeringkan, diberikan obat
(Gambar 2). Pada kunjungan berikutnya dilakukan
intrakanal kalsium hidroksida dan kavitas ditutup
pengukuran panjang kerja dengan foto sinar x dan
dengan tumpatan sementara. Pada kunjungan ke
didapatkan master apical cone (MAC) MB:30/21mm,
empat gigi molar kedua bawah kanan dilakukan
ML:30/20mm dan D:35/21mm, kemudian dilakukan
pengisian saluran akar. Setelah 3 bulan pasca
preparasi saluran akar serta irigasi dengan NaOCl
pengisian saluran akar dilakukan ekstraksi gigi
2.5%, saluran akar dikeringkan, diberikan obat
tersebut.
intrakanal kalsium hidroksida dan kavitas ditutup
dengan tumpatan sementara. Pada kunjungan ke
empat gigi 37 dilakukan pengisian saluran akar PEMBAHASAN
(Gambar 3). Setelah 2 minggu pasca pengisian
saluran akar dilakukan insersi mahkota jembatan. Pulpa dapat terbuka oleh karena proses karies
Kasus 2: kunjungan pertama sampai ketiga, atau trauma. Keluhan rasa nyeri dapat disebabkan
preparasi akses, preparasi saluran akar, diirigasi oleh rangsang termis, elektris dan kimia. Riwayat rasa
nyeri yaitu jenis, letak, proses terjadinya, frekuensi
serta kualitasnya digunakan untuk menentukan
diagnosis penyakit pulpa. Rasa nyeri, gambaran
radiografik serta keadaan klinik diharapkan dapat
menentukan diagnosis penyakit pulpa lebih akurat,
yaitu pulpitis atau nekrosis.11,12
Penyebab penyakit pulpa terbanyak adalah
mikroorganisme atau hasil metabolismenya yang
masuk ke dalam ruang pulpa melalui dentin yang
terbuka akibat karies atau kecelakaan, penyebaran
infeksi gingival, atau oleh terbawa aliran darah. Peran
mikroorganisme terhadap pulpa telah diselidiki
oleh beberapa peneliti dan ternyata pada pulpa yang
dibuka secara mekanik, penyembuhan jaringan
bergantung pada ada tidaknya mikroorganisme
Gambar 2. Gigi 1.4, 1.5, 1.6, 1.7.
tersebut.13 Oleh karena pulpa terlindung ketat oleh
dentin, maka pada proses radang eksudat yang
dihasilkan sukar memperoleh tempat, dan cepat
menyebar ke apikal. Akibatnya terjadi kelainan
periapeks seperti abses, granuloma dan kista.11,13
Perawatan saluran akar dari gigi dengan inflamasi
pulpa irreversibel diambil untuk membuang
jaringan inflamasi dan mencegah penyebaran lebih
jauh dari infeksi. Kriteria untuk perawatan yang
berhasil adalah berkurangnya gejala, penyembuhan
radiografis, dan kembalinga fungsi gigi. Tujuan
pertama dalam perawatan periodontitis apikal
adalah untuk eliminasi infeksi mikrobial dari sistem
saluran akar dari gigi yang terpengaruh dengan
preparasi khemomekanis dan disinfeksi. Setelah ini,
pengisian akar permanen dapat ditempatkan dan
Gambar 3. Gigi 1.4, 1.5, 1.6, 1.7. penyembuhan lesi periapikal (atau lateral) dapat
Dewiyani: Perawatan endodon k pada kasus periodon s apikalis kronis
Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 99-103 © 2014 103

diharapkan. keluhan dilakukan ekstraksi pada gigi tersebut


Perawatan periodontitis apikal dapat dilakukan karena menyebabkan impaksi makanan yang
secara konvensional yaitu dengan perawatan menyebabkan kerusakan tulang yang bertambah
endodontik. Tujuan perawatan adalah untuk di sebelah cervico mesial gigi 17 dan 47.
menghilangkan atau mengurangi populasi mikrobial Perawatan endodontik yang dilakukan pada
didalam sistem saluran akar dan untuk mencegah kasus 1 (gigi 37) bertujuan untuk mempertahankan
infeksi ulang dengan menutup rapat ruang saluran integritas gigi tersebut sebagai penjangkaran
akar. Pengurangan jumlah mikrobial akan didapat gigi palsu sebagian cekat atau bridge dan untuk
dari kombinasi instrumen mekanik, irigasi saluran mempertahankan integritas lengkung gigi. Pada
akar dan aplikasi obat-obatan anti mikroba didalam kasus 2 (gigi 47) tidak diindikasikan untuk
saluran akar.13 perawatan endodontik karena menyebabkan retensi
Pada kasus 1 gigi dengan diagnosis Pulpitis makanan yang dapat menyebabkan penyakit
hiperplastik kronis ireversibel dirawat dengan periodontal.
perawatan saluran akar. Pulpitis hiperplastik kronis,
biasanya disebut sebagai pulpa polip, merupakan
hasil dari respon reparatif jaringan pulpa pada DAFTAR PUSTAKA
keadaan pulpitis kronis. Hiperplasia dari jaringan 1. Ingle JI. Endodontics. 5nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger;
granulasi merupakan indikasi perbaikan dari 2007. h. 203-58.
jaringan pulpa yang menguntungkan. 2. Winiati. Seleksi kasus. Kumpulan Makalah FKG UI, 1987.
Jaringan pulpa memiliki resistensi tinggi dan h. 13-6.
3. Rosenberg P. Case selection and treatment planning.
suplai darah yang baik. Warnanya dapat bervariasi
Pathways of the pulp. 9th ed. St Louis: CV Mosby Co;
dari merah ceri jaringan granulasi hingga putih 2006. h. 80-96.
opak dari epitelium berkeratin. Biasanya tidak ada 4. Grossman LI. Endodontic practice. 10th ed. St Louis: CV
gejala, kecuali saat pengunyahan, saat tekanan Mosby Co; 2010. h. 147-56.
bolus makanan dapat menyebabkan rasa tidak 5. Frank AF, Simon JHS, Aboe-Ras M, Glick DH. Clinical and
nyaman. Tes sensitivitas elektris dan thermal dapat surgical endodontics: concepts in practice. Philadelphia:
JB Iippincot; 1990. h. 7-25.
memperlihatkan respon normal.12
6. Schwartz SF. Preperation for therapy. Pathways of the
Secara hitopatologis, permukaan polip biasanya pulp. 2nd ed. CV Mosby Co; 1980. 51-68.
memperlihatkan epitelialisasi atau bahkan 7. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics diagnostic
keratinisasi penuh. Jaringan dalam ruang pulpa procedures. Endodontics principles and practice. 2009.
seringkali berubah menjadi jaringan granulasi, h. 68-93.
yang keluar dari pulpa kedalam lesi karies. Ada 8. Wang N, Knight K, Dao T, Friedman S. Treatment
outcome in endodontics-The Toronto Study. Phases I and
pula fibrosis dan degenerasi kalsifik pada beberapa
II: apical surgery. J Endod 2004; 30(11): 751-61.
pulpa koronal.3 9. Zuolo ML, Ferreira MO, Gutmann JL. Prognosis in
Pada kasus 1 dan 2 setelah dilakukan perawatan periradicular surgery: a clinical prospective study. Int
saluran akar, keluhan subyektif pada kasus-kasus Endod J 2000; 33(2): 91-8.
tersebut tidak ada, perkusi, tekanan, palpasi tidak 10. Yu S, Bellamy H, Kogan M, Dunbar J, Schwalberg
bereaksi, gigi tidak goyang dan tidak ada gambaran R, Schuster M. Factors that influence receipt of
recommended preventive pediatric health and dental
abnormal pada jaringan periodontal dan periapikal.
care. Pediatrics 2002; 110(6): e73.
Pada kasus 2 (gigi 47) evaluasi pasca perawatan 11. Bender IB. Reversible and irreversible painful pulpitis.
saluran akar, keluhan subyektif tidak ada, perkusi Diagnosis and treatment. Aust Endod J 2000; 26(1):
dan palpasi tidak bereaksi, gigi tidak goyang, 10-4.
gambaran radiolusen pada daerah periapikal yang 12. López-Marcos JF. Aet iolog y, classif icat ion a nd
menetap/sedikit mengecil kerusakan jaringan pathogenesis of pulp and periapical disease. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal 2004; 9 Suppl: 58-62; 52-7.
periodontal didaerah interdental sebelah mesial gigi
13. S o o e r o n o A SM . Pe nya k it e n do do nt i k d a l a m
47 yang semakin parah setelah dibandingkan dengan endodontologi. Kumpulan Naskah 1991.2003. ed 5,57-
gambaran radiografik sebelum perawatan, tidak ada 63.

You might also like