You are on page 1of 7
WUE Cod EDISI KE-2 TIM REDAKSI Penanggung Jawab : Bayu Kurniawan COCOhor a CIE MMi crc cD) CEC ce eae Cy (Ketua Divisi Media & Publikasi KOMAP) Cree ie mn Ce eno eee PTO RECT Eee eee tl Devote een Nene Se a] DCU PEW) eee] eae tai On Be iacra tei SALAM REDAKSI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Hai Sobat Karya !!! Jumpa lagi di Edisi'_-ke-2__—-Majalah Media Karya (MEKAR) Korps — Mahasiswa llmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta Puji Syukur kepada Allah, Tuhan YME, Kali ini kami masih diberi kesempatan untuk menerbitkan majalah edisi ke-2 ini Pada edisi kali ini, kami mengangkat hasil riset mahasiswa STPMD “APMD” Yogyakarta tentang salah satu tradisi jawa yang digelar setiap tahun, Tepatnya pada hari jum’at di bulan sapar, yaitu TRADISI SAPARAN BEKAKAK yang. dilaksanakan di Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, DIY. Belakangan tradisi ini. menimbulkan’ kontroversi karena ada beberapa masyarakat yang tidak setuju dengan dilaksanakannya tradisi ini. Hal ini berkaitan langsung dengan sosok pemimpin di Desa Ambarketawang, bagaimana perannya dalam mempertahankan tradisi ini tanpa harus menciptakan konflik antar warga? Penasaran bagaimana kisahnya? Selamat membaca dan semoga bermanfaat- ‘Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salam Redaksi Mekar MEKAR #2 | 1 sa Ambarketawang merupakan salah D satu wilayah yang memiliki kesenian tra disional lengkap dengan sajian musik ir- ingan untuk kesenian tradisional tersebut. Desa Ambarketawang terletak di Kecamatan Gamp- ing, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yog yakarta Terbentuknya desa Ambarketawang be dasarkan maklumat Pemerintah Provinsi Yogya- karta pada tahun 1946 yang menggabungkan empat kelurahan, yakni Kelurahan Gamping, Kelurahan Mejing, Kelurahan Bodeh dan Kelu- rahan Kalimanjung ke dalam satu desa (kelurahan), Terdapat 13 Padukuhan, yakni terdiri 38 RW dan 110 RT di Kelurahan Ambarketawang dengan wilayah seluas kurang lebih 635.8975 Ha, Wilayah Kelurahan Ambarketawang mem- bujur dari arah utara ke selatan, daerah utara merupakan dataran sedangkan bag merupakan daerah_perbukitan kapur. selatan Nama Ambarketawang diambil dari nama rahan Sri Sultan Hamengku Buwana I yang terletak di desa ini. Ambarketawang sendiri pesang: berarti bau harum yang memenuhi angkasa Salah satu kesenian tradisional yang men- jadi ciri khas di Kelurahan Ambarketawang adalah berupa penyembelihan bekakak atau sepasang boneka pengantin yang terbuat dari tepung beras dan tepung ketan, Di dalam tubuh bekakak tersebut diberi sebuah tabung (buluh) yang berisi juruh atau gula jawa yang dicairkan sehingga ketika bekakak dis- embelih seolah olah dari dalam tubulnya menge- luarkan darah, Bekakak yang dibuat sebanyak 2 (dua) pasang kemudian disembelih sebagai bentuk dari sesaji Sepasang pengantin bekakak berpakaian gaya Jogja Putri dan sepasang pengantin lainya bergaya Jogja Paes Ageng. Tradisi ini dilaksana- kan setahun sekali yakni dibulan Sapar dalam Kalender Jawa. MEKAR #2 | 2 TRADISI SAPARAN BEKAKAK erdasarkan sejarahnya, tradisi upacara sa- B paran_ bekakak sudah ada sejak tahun 1755 yaitu pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana I masih tinggal di Pesanggrahan Ambar- ketawang. Upacara saparan bekakak merupakan bentuk apresiasi Sri Sultan Hamengku Buawana I tethadap kesetiaan salah satu abdi dalemnya yang bernama Ki Wirasuta, Ki Wirasuta merupakan satu dari tiga bersaudara denga Ki Wirajamba dan Ki Wiradana yang merupakan abdi dalam dar Sri Sultan Hamengku Buwana I (Mulyadi Y , 2002 : 5) Ketika pembangunan Kraton Yogyakarta sedang berlangsung, para abdi dalam tinggal di Pe- sanggrahan Ambarketawang kecuali Ki Wirasuta yang memilih untuk tinggal di sebuah gua di Gunung Gamping. Hal ini dilakukan oleh Ki Wira- suta karena keberadaanya di Gunung Gamping Hal ini dilakukan oleh Ki Wirasuta karena ke- beradaanya di Gunung Gamping tersebut sangat dibutubkan oleh warga sekitar. Pada bulan purnama hari jumat antara tanggal 10 dan 15 terjadi musibah longsor di Gunung Gamping, Ki Wirasuta dan kelu- arganya tertimpa longsoran dan jasadnya tidak ditemukan atau dinyatakan ~_hilang. Hilangnya Ki Wirasuta dan keluarganya ini menimbulkan keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa arwah dan jiwa Ki Wirasuta tetap ada di Gunung gamping. Karena Sri sultan Hamengku Buwana I berusaha menghidupkan api semangat pengabdian yang dimiliki Ki Wirasuta di hati setiap ‘warganya, para punggawa maupun para bangsawan dengan mengadakan upacara saparan bekakak, ‘Namun seiring berjalanya waktu, tujuan dari tradisi_inipun kemudian berubah yaitu untuk mendapatkan keselamatan bagi penduduk sekitar yang mengambil batu gamping agar terhindar dari bencana karena mengambil batu gamping memang cukup sulit dan berbahaya (Mulyadi Y , 1994 : 4-6) Mf Pee re (lari golekayun-ayun, Sumber + Google images) Upacara saparan bekakak diawali dengan penampilan tari Golek Ayun-Ayun, yang ditampilkan oleh tiga penari, Dilan- jutkan fragmen tari Prasetyaning Abdi Dalem yang menceritakan awal mula mun- culnya tradisi saparan bekakak di wilayah Ambarketawang. Kemudian dilakukan pe- nyerahan air suci Tirta Donojati dan Tirta Mayangsari serta bekakak kepada kepala Desa Ambarketawang oleh ketua panitia kirab budaya. Kirab pun dimulai dengan tembakan senapan ke udara oleh para prajurit Kraton. Bekakak diarak dari Lapangan Ambarket- awang (tempat upacara) yang berdekatan dengan Kantor Kelurahan menuju ke Pe- sanggrahan dan Gunung Gamping. MEKAR #2 | 3 (Replika perlambang makhiuk pemmggu Gunung Gamping, Sumber : Google images) bawa replika genderuwo (perlambang makluk penunggu wilayah Gunung ‘Gamping), pembawa replika landak, burung gemak/puyuh dan burung merpati seba- gai perlambang binatang peliharaan Ki Wirasuta, rombongan pembawa gunungan yang berisi hasil bumi seperti sayur ~mayur dan buah — buahan, bregada — bregada musik irin- gan bekakak serta para penghibur yang ikut serta menyemarakan upacara saparan beka- kak ini, Selain itu terdapat kereta kuda yang membawa wakil Bupati Sleman, anggota DPRD Sleman serta Kepala Desa di wilayah Ambarketawang. Bekakak diarak melewati Jalan Ring Road Barat menuju ke Pesanggrahan Ambarketawang dan Gunung Gamping yang merupakan tempat penyembelihan bekakak. S elain para rombongan yang membawa bekakak, ada pula rombongan yang mem- MEKAR #2 | 4 PRO KONTRA TRADISI BEKAKAK ANTARA TOKOH ADAT DENGAN TOKOH AGAMA udaya bekakak adalah salah satu tra- B« ecara tuum menurun yang ada sejak Sultan Hamengkubuwono 1 yang ada di Desa Ambarketawang dan masih terus di laksanakan sampai saat ini, Dalam hal ini pemerintah desa dalam pelestarian dan ‘mempertahankan budaya-budaya yang ada di desa tersebut sangat berperan aktif, dalam jan misi Desa Ambarketawang sendi secara garis besar termuat tentang “Pelestar- ian dan Melindungi Budaya yang ada di Desa Ambarketawang” dan termuat pula dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJIMDesa). Dalam pelestarian budaya yang ada di Desa Ambarketawang ini khususnya budaya atau Tradisi Bekakak ini tentunya ada pro dan kontra yang terjadi. Salah satunya pro kontra yang saat ini sering terjadi adalah per- bedaan —pendapat—antar_—_unsur-unsur masyarakat, yaitu antara tokoh adat, dan tokoh agama dalam pelaksanaan perayaan budaya bekakak tersebut. Para tokoh agama sedikit tidak setuju apabila budaya bekakak ini terus dilaksana- kan karena menurut pendapat mereka tradisi Bekakak ini melanggar Norma-norma yang ada didalam ajaran Agama, selain itu tradisi bekakak dianggap mengganggu perayaan sholat jumat karena perayaan tersebut dilaku- kan hari jumat dibulan safar dalam kalender jawa. Para tokoh agama meminta agara per- ayaan tradisi bekakak dilakukan pada hari minggu agar tidak mengganggu sholat jumat, dan budaya bekakak dianggap sangat sadis, Namun disisi lain para tokoh adat terus mempertahankan budaya yang sudah ada secara turun menurun dan mempercayai tradisi-tradisi yang dilakukan itu bukanlah sebuah mitos melainkan ritual yang wajib dilakukan didesa tersebut. Tokoh-tokoh adat mempercayai bahwa tradisi bekakak adalah tradisi yang wajib dilakukan setiap tahun di hari jumat di bulan safar dikalender Jawa dan tidak ada hubungan atau keterkaitannya dengan Agama. Perbedaan pendapat inilah yang menjadi suatu masalah dalam mempertahankan pelesterian budaya bekakak. Ca Pes) a a Sa” ne eed ne cee Saree a eer ingapore Tuer Per eon me Pesos ect een cr enmity da usia 67 tahun, bs Pancasila ee) cree ee ee eee cee ere ais eee eer rane ee OS eRe Oe eee Setelah diraw cre mr Sd See cet ura menuju Bandara Pee em emer Minggu sore MEKAR #2 16 PERAN PEMERINTAH DESA AMBARKETAWANG DALAM MENANGGAPI PRO KONTRA TRADIS! BEKAKAK rian kebudayaan yang ada di Desa Ambarketawang khususnya budaya bekakak ini, budaya bekakak telah masuk dalam salah satu daftar kalander perayaan kebudayaan taraf interna- sional, dan agenda budaya tahunan nasional yang dihadiri banyak masayarakat lokal dan turis asing. Dalam mengatasi masalah yang terjadi di desa pemerintah desa sangat bijaksana dalam megambil suatu kebijakan, yang mana pemerintah desa tetap mempertahankan budaya bekakak dan terus me- lestarikan budaya tersebut dan memuatkannya dalam visi misi, RPJMDesa tanpa mengabaikan pihak atau tokoh agama, kebijakan yang diambil adalah pelaksaan budaya bekakak tetap dilakukan sesuai dengan tradisi turun menurun namun harus melibat unsur-unsur masyarakat yang ada, contoh karang taruna dan tokoh agama Dengan kebijakan tersebut diharapkan bisa mengatasi pro kontra yang terjadi antara tokoh agama dan tokoh adat, dan pemerintah desa melakukan musyawarah yang dihadiri oleh unsur- unsur masyarakat desa beberapa bulan sebelum pelaksaan perayaan budaya bekakak tersebut, dalam musyarawah tersebut membahas tentang rangkain-rangkaian kegiatan dan usaha pendanaan. Dalam hal pendanaan pemerintah desa sangat membantu, namun dalam ini bukan berarti menggu- nakan dana desa seutubnya, disini desa membantu untuk mengajukan proposal pendanaan ketingkat kabupaten atau provinsi, dan mencari investor dari turis-turis asing sehingga budaya bekakak makin dikenal oleh masyarakat lokal maupun internasional P emerintah Desa Ambaraketawang sendiri berperan penting dan berperan aktif dalam peleste MEKAR #2 | 7

You might also like