Evaluasi Harga Satuan Timpang
a) Untuk Kontrak Harga Satuan atau Kontrak
Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, Pokja
Pemilihan melakukan klarifikasi terhadap
harga satuan yang nilainya lebih besar dari
110% (seratus sepuluh persen) dari harga
satuan yang tercantum dalam HPS.
b) Apabila setelah dilakukan klarifikasi,
ternyata harga satuan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan/sesuai dengan
harga pasar maka harga satuan tersebut
dinyatakan tidak timpang.
c) Apabila setelah dilakukan klarifikasi Harga
Satuan tersebut dinyatakan timpang, maka
harga satuan timpang hanya berlaku untuk
volume sesuai daftar kuantitas dan harga.
Jika terjadi penambahan volume terhadap
harga satuan yang dinyatakan timpang,
maka pembayaran terhadap tambahan
volume tersebut berdasarkan harga satuan
yang tercantum dalam HPS.Mencermati
Perubahan
Regulasi Pengadaan
Jasa Konstruksi
Dalam Permen PUPR
No 14/2020
01 Juni 2020 16:18 WIB
SuaraKarya.id -
Oleh: Ir Peter Frans
Peraturan pengadaan jasa
konstruksi merupakan salah satu
regulasi yang sangat dinamis,
karena sering mengalami
perubahan sehingga perlu
dicermati oleh para pelaku usaha
jasa konstruksi, baik
para konsultan maupun
kontraktor. Salah satunya adalahPeraturan pengadaan jasa
konstruksi merupakan salah satu
regulasi yang sangat dinamis,
karena sering mengalami
perubahan sehingga perlu
dicermati oleh para pelaku usaha
jasa konstruksi, baik
para konsultan maupun
kontraktor. Salah satunya adalah
terbitnya Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakayat No. 14 Tahun 2020
Tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia, tertanggal 15
Mei 2020.
Permen PUPR No 14/2020 merupakan
pangganti dari Permen PUPR No
07/2019, menyesuaikan dengan
Putusan MA 64P/HUM/2019 yang
membatalkan Pasal 21 ayat (3) Permen
PUPR 07/2019. Permen PUPR No
14/2020 mengalami beberapa
perubahan dibanding Permen PUPR No
07/2019, tidak terbatas hanya terkait
Rent pyPermen PUPR No 14/2020 merupakan
pangganti dari Permen PUPR No
07/2019, menyesuaikan dengan
Putusan MA 64P/HUM/2019 yang
membatalkan Pasal 21 ayat (3) Permen
PUPR 07/2019. Permen PUPR No
14/2020 mengalami beberapa
perubahan dibanding Permen PUPR No
07/2019, tidak terbatas hanya terkait
Pasal 21 ayat (3) yang dibatalkan MA,
tetapi juga ada beberapa aturan baru
yang layak diketahui oleh pelaku usaha
jasa konstruksi.
Salah satu perbedaan yang menonjol
dari Permen PUPR No 14/2020
dibanding Permen PUPR No
07/2019 adalah tentang segmentasi
pasar. Dalam bidang jasa konstruksi
telah diatur secara ketat
tentang segmentasi pasar yang
dikaitkan dengan kualifikasi usaha.
Artinya, masing-masing kualifikasi
usaha (Besar, Menengah, Kecil) hanya
bisa mengerjakan untuk nilai paket
pekerjaan tertentu sesuai
dengan segmentasinya (Besar,pekerjaan tertentu sesuai
dengan segmentasinya (Besar,
Menegah, Kecil). Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi pangsa pasar di
masing-masing segmentasi dari pelaku
usaha yang memiliki kualifikasi di
atasnya. Sehingga kualifikasi Besar
tidak bisa mengerjakan nilai proyek
untuk segmentasi Kecil dan Menengah.
Namun hal itu dikecualikan, misalnya
jika ada pekerjaan termasuk
segmentasi Menengah namun memiliki
kompleksitas yang tidak dapat dipenuhi
oleh kualifikasi M, maka dimungkinkan
untuk dikerjakan oleh penyedia jasa
satu tingkat di atasnya atau kualifikasi
Besar. (Permen PUPR No 14/2020 Pasal
24 ayat (2))
Perubahan segmentasi pasar ini terjadi
pada Pemaketan Pekerjaan Konstruksi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 24
ayat (3). Perubahan bukan hanya terkait
dengan nilai paket pekerjaan, tetapi hal
yang baru, adalah 2 adanya pembatasan
untuk penyedia pekerjaan konstruksi
BUMN. Perubahan segmentasi pasarBUMN. Perubahan segmentasi pasar
adalah sebagai berikut :
* Untuk nilai HPS (Harga Perkiraan
Sendiri) sampai dengan Rp2,5 miliar
hanya untuk penyedia pekerjaan
konstruksi kualifikasi Kecil.
(Sebelumnya maksimal: Rp10 miliar).
* Nilai HPS di atas Rp2,5 miliar - 50
miliar hanya untuk Penyedia Pekerjaan
Konstruksi kualifikasi Menengah
(Sebelumnya: di atas Rp10 miliar -100
miliar).
* HPS di atas Rp50 miliar — 100 miliar
hanya untuk Penyedia Pekerjaan
Konstruksi dengan kualifikasi usaha
besar non badan usaha milik Negara.
(Sebelumnya tidak diatur).
* HPS di atas Rp100 miliar untuk
Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan
kualifikasi usaha besar (sama dengan
sebelumnya).Untuk pekerjaan jasa konsultansi
konstruksi tidak ada perubahan nilai
segmentasinya, yaitu : untuk nilai
HPS sampai dengan Rp1 miliar untuk
kualifikasi Kecil, HPS di atas Rp1 miliar-
Rp 2,5 miliar untuk
kualifikasi Menengah, dan HPS di atas
Rp 2,5 miliar untuk kualifikasi Besar.
Untuk pekerjaan jasa
konsultansi konstruksi tidak ada
pembatasan nilai paket bagi penyedia
jasa konsultansi konstruksi BUMN
sebagaimana diberlakukan di pekerjaan
konstruksi.
Pengaturan segmentasi pasar untuk
memproteksi kualifikasi usaha kecil
sangat strategis dalam
pengembangan usaha kecil. Namun
yang lebih penting lagi adalah
bagaimana pemerintah menyediakan
paket-paket pekerjaan jasa konstruksi
untuk segmentasi kecil yang lebih
banyak lagi, mengingat jumlah
usaha kecil jauh lebih besar dibanding
usaha Besar dan Menengah.Pengadaan Langsung
Permen PUPR 07/2019 belum mengatur
terkait pengadaan langsung untuk jasa
konstruksi. Dalam Permen PUPR No
14/2020, Pengadaan langsung Jasa
Konstruksi disyaratkan untuk penyedia
jasa usaha orang perorangan dan/atau
badan usaha dengan kualifikasi usaha
kecil. Proses pelaksanaan
Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi
diatur dalam Pasal 62, antara lain
menjelaskan :
* Pejabat Pengadaan mengundang 1
(satu) Pelaku Usaha yang diyakini
mampu untuk melaksanakan
pekerjaan sebagai calon Penyedia.
* Calon Penyedia yang diundang
menyampaikan penawaran
administrasi, teknis, biaya/harga, dan
kualifikasi sesuai jadwal yang telah
ditentukan dalam undangan.
* Pejabat Pengadaan membuka
penawaran dan melakukan evaluasi
administrasi, teknis, dan kualifikasi.+ Pejabat Pengadaan melakukan
pembuktian kualifikasi apabila calon
Penyedia memenuhi
persyaratan administrasi, teknis, dan
kualifikasi. Permen No 14/2020
mengatur tentang kekhususan untuk
percepatan pembangunan
kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat, dijelaskan dalam
Pasal 121 dan Pasal 123, antara lain :
* Pengadaan langsung Jasa Konstruksi
yang dipergunakan untuk percepatan
pembangunan kesejahteraan di
Provinsi Papua dan Papua Barat,
diutamakan untuk pelaku usaha orang
asli Papua.
* Untuk nilai HPS Rp1 miliar- 2,5 miliar
tender terbatas diperuntukan bagi
pelaku usaha Papua.
* Untuk pemberdayaan kepada pelaku
usaha Papua, bagi pelaku usaha
kualifikasi Menengah dan
Besar yang mengikuti tender di Papua
dan Papua Barat harus melakukan
pemberdayaan kepada Pelaku Usaha
Papua dalam bentuk : Kemitraan
usaha/KSO dan Sub kontrak.Penghapusan E-reverse Auction
Dalam Permen PUPR No 07/2019
dikenal adanya Penawaran Harga
Secara Berulang yang disebut E-reverse
Auction , yaitu metode penyampaian
penawaran harga secara berulang pada
tender. E-reverse
Auction dapat dilakukan dalam hal
terdapat 2 (dua) peserta tender yang
lulus administrasi, teknis,
dan kualifikasi. Dalam hal penawaran
terendah setelah e-reverse auction di
bawah 80% (delapan puluh
persen), dilakukan evaluasi kewajaranterendah setelah e-reverse auction di
bawah 80% (delapan puluh
persen), dilakukan evaluasi kewajaran
harga. Dalam Permen 14/2020 aturan E-
reverse Auction dihapus, jadi tidak
diberlakukan untuk jasa Konsultansi
Konstruksi dan Pekerjaan Konstruksi
Perubahan juga terjadi terkait dengan
biaya Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi (SMKK), yang
merupakan bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi.
Dalam Permen 07/2019, biaya
Penerapan SMKK pada Jasa
Konsultansi Konstruksi ada pada biaya
overhead . DalamPermen PUPR No
14/2020, biaya penerapan SMKK pada
Jasa Konsultansi Konstruksi menjadi
item tersendiri pada biaya non-personel.
Jadi harga kontrak telah
memperhitungkan biaya penerapan
SMKK .Pihak Kementerian PUPR nampaknya
telah mengakomodir masukan-masukan
dari penyedia jasa
konsutansi konstruksi, yang selama ini
mengeluhkan tidak adanya item biaya
SMKK, padahal SMKK
dipersyaratkan dalam pelaksanaan
kegiatan.
Perubahan lain yang merupakan
perubahan cukup signifikan pada
Permen PUPR No 14/2020, adalah
pembuktian sertifikat kompetensi
personel dilaksanakan tanpa
menghadirkan personel yang
bersangkutan. Hal ini bisa menekan
biaya secara signifikan, terutama jika
pengguna jasanya berada di luar kota.
Peraturan Menteri No 14/2020,
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 ,
diperuntukkan bagi :
* Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa
Konstruksi melalui Pengadaan
Langsung, Tender Terbatas,
atau Tender/Seleksi di lingkungan
kementerian/lembaga, atau perangkatdaerah yang pembiayaannya dari
anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah.
+ Pembiayaan dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja
daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) juga termasuk:
a.pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari pinjaman
dalam negeri atau hibah dalam negeri
yang diterima oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah; dan/atau
b. pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar
negeri atau hibah luar negeri, kecuali
diatur lain dalam perjanjian
pinjaman luar negeri atau perjanjian
hibah luar negeri.Dengan terbitnya Permen PUPR No
14/2020, maka Permen PUPR No
07/2019 dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku. Namun dalam Pasal 129
dan 130 , diatur tentang masa transisi
atau peralihan, sebagai berikut :
+ Pengadaan Jasa Konstruksi yang telah
dilakukan sampai dengan tahap
perencanaan atau tahap
persiapan berdasarkan Permen PUPR
No 07/2019 tetap harus menyesuaikan
dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
+ Pengadaan Jasa Konstruksi yang telah
dilakukan sampai dengan tahap
pelaksanaan berdasarkan
Permen PUPR No 07/2019 masih tetap
dilaksanakan sampai dengan selesainya
seluruh kegiatan Jasa Konstruksi.
* Kontrak yang ditandatangani sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya
Kontrak tersebut.Kesimpulan
Regulasi merupakan bagian dari pasar,
karena sulit bagi para penyedia jasa
konstruksi untuk mendapatkan
pekerjaan jika tidak menguasai regulasi
di bidang jasa konstruksi. Memahami
regulasi
bidang jasa konstruksi, seperti Permen
PUPR No 14/2020, merupakan bagian
dari strategi dalam meraih
pasar jasa konstruksi pemerintah. Tidak
bisa dipungkiri, pelaku jasa konstruksi
nasional masih sangat tergantung
kepada belanja pemerintah, baik APBN
maupun APBD. Oleh karena itu dengan
adanya_ perbaikan-perbaikan aturan
pengadaan jasa konstruksi yang lebih
kondusif pada Permen PUPR
No 14/2020 ini, diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme pelaku
usaha jasa konstruksi nasional
agar dapat menjadi tuan rumah di
negeri sendiri. ***