You are on page 1of 12

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Lima Golongan yang Dikhawatirkan Su’ul Khatimah


Kamis 29 November 2018 15:0 WIB
Share:

Khutbah I

ِ ‫ ُذو ْال َج‬،‫َريك لَه‬


‫الل‬ ِ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اِلَهَ إِاَّل هللا َوحْ َدهُ ال ش‬،‫ريم‬ ِ ‫ َوأَ ْفهَ َمنَا بِش‬،‫ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‬
ِ ‫َر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬
\َ ِ‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى الِه َوأصْ حابِ ِه َوالتَّاب‬
‫عين‬ ِ ‫صلِّ و َسلِّ ْم َو‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫َواإل ْكرام‬
‫ان‬ ْ‫ر‬ُ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ َّ
ِ ‫ قا َل هللاُ ت َعال َى فِي الق‬،‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتق َوى هللاِ َوطا َعتِ ِه ل َعلك ْم تفلِحُوْ ن‬
َ َ ْ َ ُ ْ‫ أو‬،‫اإل ْخ َوان‬ ِ ‫ فَيَاأيُّهَا‬:ُ‫ أَ َّما بَ ْعد‬،‫سان إلَى يَوْ ِم الدِّين‬ ِ ْ‫بِإح‬
ُ‫ يُصْ لِحْ لَك ْم‬،‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫َّح ْي ْم‬ِ ‫ان الر‬ ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم‬،‫َّجيْم‬ ِ ‫ان الر‬ ِ ‫ أ ُعوْ ذ بِاهللِ ِمنَ الش ْيط‬:‫ْال َك ِري ْم‬
َ َّ ُ َ
َّ ‫َظي ًما\ وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن‬ ِ ‫أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬
َ‫إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬.
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬ َ ‫ص َد‬َ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi A-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal
I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998,
hal. 56) menjelaskan tentang lima golongan orang yang dikhawatirkan meninggal dunia
dalam keadaan su’ul khatimah sebagai berikut:

‫ َوالَّ ِذي‬،‫ق لِ َوالِ َد ْي ِه‬ ِ ْ‫ َو ْال ُم ْد ِمنُ لِ ِشر‬،‫صالَ ِة‬


ُّ ‫ وال َعا‬،‫ب ال َخ ْم ِر‬ َّ ‫اونُ بِال‬ ِ َ‫ اَ ْل ُمتَه‬،ِ‫ َو ْال ِعيَا ُذ بِا هلل‬، ‫ َوأَ ْكثَ ُر َم ْن ي ُْخشَى َعلَ ْي ِه سُوْ ُء ْالخَاتِ َم ِة‬:‫قَالُوْ ا‬
ِ ‫صرُّ وْ نَ َعلَى ْال َكبَائِ ِر َو ْال َموْ بِقَا‬
‫ اَلَّ ِذ ْينَ لَ ْم يَتُوْ بُوْ ا اِلَى هللاِ ِم ْنهَا‬،‫ت‬ ِ ‫ك ال ُم‬ َ ِ‫ َو َك َذال‬، َ‫ي ُْؤ ِذي ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬.

Artinya: “Para ulama berkata bahwa orang-orang yang paling dikhawatirkan akan beroleh
suúl khatimah (Semoga Allah melindungi kita dari hal itu) adalah orang-orang yang suka
melalaikan shalat; mereka yang suka minum-minuman keras; mereka yang durhaka kepada
kedua orang tua; mereka yang suka menyusahkan (menzaimi) Muslim lainnya; dan mereka
yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, berbagai kekejian dan tidak mau
bertobat.” 

Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima golongan orang yang dikhawatirkan hidupnya
akan berakhir dengan suúl khatimah sebagai berikut: 

Golongan pertama, orang-orang yang suka melalaikan shalat. Shalat merupakan amal
pertama yang akan dihisab oleh Allah subhanuahu wata’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:

‫َس َر‬ َ ‫ فَقَ ْد خ‬، ‫َت‬


ِ ‫َاب َوخ‬ ْ ‫ َو‬، ‫ فَقَ ْد أ ْفلَ َح وأَ ْن َج َح‬، ‫ت‬
ْ ‫إن فَ َسد‬ ْ ‫صلُ َح‬ َ ‫أَ َّو َل َما يُ َحا َسبُ بِ ِه ال َع ْب ُد يَوْ َم القِيَا َم ِة ِم ْن َع َملِ ِه‬.
ْ َ‫ ف‬، ُ‫صالَتُه‬
َ ‫إن‬

Artinya: “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari
kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil.
Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. (HR. Tirmidzi).

Oleh karena itu, hendaklah kita selalu menjaga shalat kita dengan baik. Dalam keadaan
seperti apapun, shalat lima waktu khususnya, tidak boleh kita tinggalkan. Prinsip ini
hendaknya juga berlaku untuk orang-orang di sekitar kita khususnya keluarga kita sendiri
sebab ada perintah dari Allah subhanu wa ta’ala untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari
ancaman siksa api neraka. Shalat menjadi hal utama untuk bisa selamat dari api neraka. Maka
barang siapa ibadah shalatnya sangat buruk, dikhawatirkan hidupnya akan berkahir dengan
su’ul khatimah.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Golongan kedua, mereka yang suka mengonsumsi minuman keras. Minum minuman keras
hukumnya haram. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Muslim sebagai berikut: 

‫ َو ُكلُّ َخ ْم ٍر َح َرا ٌم‬، ‫ُكلُّ ُم ْس ِك ٍر َخ ْم ٌر‬

Artinya: “Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram.”
 
Para pecandu minuman keras disebut juga para pemabuk. Mereka tidak hanya
membahayakan dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Sering kita mendengar kecelakaan lalu
lintas akibat pengendara mabuk. Sering pula kita mendengar atau membaca berita-berita di
media bahwa seseorang tewas akibat ditikam dengan pisau oleh seorang pemabuk. 

Perkembangan sekarang menunjukkan bahwa tidak hanya minuman keras saja yang
membahayakan kesehatan mental manusia tetapi juga penyalah gunaan obat-obat bius atau
yang dikenal dengan narkoba. Hukum mengonsumsi narkoba sama dengan minum mimuman
keras, yakni sama-sama haram. Maka barang siapa tidak bisa berhenti dari konsumsi
minuman keras dan penyalah gunaan narkoba dikhawatirkan hidupnya akan berakhir
dengan su’ul khatimah.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Golongan ketiga, mereka yang durhaka kepada kedua orang tua. Durhaka kepada kedua
orang tua hukumnya haram dan termasuk dosa besar setelah syirik. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Anas
sebagai berikut: 

ِ ‫ َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬،‫ق ْالوالِ َدي ِْن‬


ِ ‫ َوشَها َدةُ ال ّز‬،‫س‬
‫ور‬ ُ ‫ َوعُقو‬،ِ‫ك بِاهلل‬ ِ :‫ ُسئِ َل َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ع َِن ْال َكبائِ ِر قَا َل‬.
ُ ‫اإل ْشرا‬

Artinya: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang dosa-dosa besar. Beliau
menjawab, “Menyukutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh seseorang
dan kesaksian palsu.”

Sangat masuk akal perbuatan durhaka kepada kedua orang tua khususnya terhadap ibu
merupakan dosa besar. Hal ini disebabkan karena kelahiran anak manusia ke dunia ini
melalui mereka dengan segala jerih payah, risiko dan tanggung jawab dunia akherat yang
sangat berat. Perintah berbakti kepada orang tua merupakan wasiat dari Allah subhanahu
wata’ala sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Qur’an, surat Luqman, ayat 14, sebagai
berikut: 

ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ك إِل‬ َ ِ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya
dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya
kepada-Ku lah kalian kembali.”

Oleh karena itu jika seseorang selalu durhaka kepada kedua orang tua dan tidak mau
menerima nasehat dari siapapun untuk berbakti kepada duanya, maka anak atau orang seperti
itu dikhawatirkan hidupnya akan berakhir dengan su’ul khatimah.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Golongan keempat, mereka yang suka menyusahkan (menzalimi) Muslim lainnya.


Menzalimi orang lain memang bukan persoalan sepele. Allah subhanahu wata’ala sangat
memperhitungkan perbuatan zalim yang dilakukan seseorang terhadap seseorang lainnya,
apalagi sesama Muslim. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits marfu’ yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anh  sebagai berikut:

ِ ‫الظ ْل ُم الَّ ِذي ال يَ ْت ُر ُكهُ هللا فَظُ ْل ُم ْال ِعبَا ِد بَع‬


ِ ‫ْض ِه ْم بَ ْعضًا َحتَّى يُ َدبِّ ُر لِبَع‬
ٍ ‫ْض ِه ْم ِم ْن بَع‬
‫ْض‬ ُّ ‫َوأَ َّما‬

Artinya: “Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia
atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.”

Di antara perbuatan-perbuatan zalim manusia kepada manusia lainnya adalah sebagaimana


disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah tentang
berbagai kezaliman yang dapat mengakibatkan kebangkrutan di akherat, yakni:mencaci maki
orang lain, menuduh atau memfitnah orang lain, memakan harta orang lain atau korupsi,
menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain.

Oleh karena itu jika seseorang selalu menzalimi orang lain tanpa bisa diingatkan oleh
siapapun supaya berhenti, maka orang seperti itu dikhawatirkan hidupnya akan berakhir
dengan su’ul khatimah.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Golongan kelima, mereka yang terus menerus melakukan perbuatan dosa besar, berbagai
kekejian dan tidak mau bertobat. Kita sering mendengar istilah “Molimo” dalam bahasa
Jawa, yang maksudnya adalah perbuatan dosa dengan inisial 5 “M”, yakni:
1. Madon  (berzina atau main perempuan), 2. Mendem (mabuk-mabukan), 3. Main (berjudi),
4. Madat (mencandu narkoba), dan 5. Maling (mencuri/korupsi). Kelima hal ini merupakan
perbuatan maksiat yang keharamannya sangat jelas ditunjukkan di dalam Al-Qur’an. 

Dalil tentang haramnya berzina ada di dalam surat Al-Isra’, ayat 32, berbunyi:

ِ َ‫و الَ تَ ْق َربُوا ال ّزنى اِنَّه َكانَ ف‬ 


 ً‫ َو َسآ َء َسبِ ْيال‬،ً‫اح َشة‬ َ

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji, dan suatu jalan yang buruk”). 

Dalil tentang haramnya mabuk, madat dan judi ada di dalam surat Al-Maidah, ayat 90,
berbunyi: 

ِ َ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط‬


ُ‫ان فَاجْ تَنِبُوه‬ َ ‫إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َواأْل َ ْن‬ 
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban‬‬
‫‪untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka‬‬
‫”‪jauhilah perbuatan-perbuatan itu.‬‬

‫‪Sedang dalil tentang haramnya mencuri ada dalam surat Al-Baqarah, ayat 188, berbunyi:‬‬

‫‪ ‬واَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَ ِ‬


‫اط ِل‪ ‬‬ ‫َ‬

‫‪“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan‬‬
‫"‪jalan yang bathil.‬‬

‫‪Oleh karena itu barang siapa selalu melakukan dosa-dosa seperti tersebut di atas tanpa bisa‬‬
‫‪diingatkan oleh siapapun supaya bertobat, maka orang seperti itu dikhawatirkan hidupnya‬‬
‫‪akan berakhir dengan su’ul khatimah.‬‬

‫‪Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,‬‬

‫‪Kita semua berdoa mudah-mudahan kita senantiasa diberi rahmat dan kekuatan oleh‬‬
‫‪Allah subhanuahu wata’ala  sehingga kita semua mampu menjauhi dosa-dosa sebagaimana‬‬
‫‪disebutkan di atas. Siapapun dari kita tentu menginginkan dan selalu memohon kepada‬‬
‫‪Allah subhanuahu wata’ala  dengan tiada henti agar kita semua diberi-Nya husnul khatimah‬‬
‫‪dan dijauhkan sejauh-jauhnya dari suúl khatimah. Amin... amin ya rabbal alamin. ‬‬

‫َّجي ْم‪ ،‬بِس ِْم هللاِ الرَّحْ ِ‬


‫مان‬ ‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَائِ ِزين\ اآل ِمنِين‪َ ،‬وأ ْد َخلَنَا وإِيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ ‪ :‬أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي ِ‬
‫ْطان الر ِ‬
‫َّحي ْم‪ :‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
‫‪ ‬الر ِ‬

‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‪ .‬إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َملِ ٌ‬


‫ك بَرٌّ َر ُؤوْ ٌ‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُرْ ِ‬
‫آن ال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآليا ِ‬ ‫با َ َر َ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َّ‬


‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ ش ِ‬
‫َر ْي َ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬ ‫َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬

‫أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬ ‫تَعاَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫َّاش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ء‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫خ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫َن‬
‫ع‬
‫َّ ِ‬‫م‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫ّ‬ ‫الل‬ ‫ض‬
‫َ‬ ‫ارْ‬ ‫و‬ ‫ْن‬
‫\‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫َّ‬
‫ر‬ ‫َ‬ ‫ق‬‫م‬‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬
‫ِ ِ َ ِ َ َ ِ ِ ُ ِ َ‬ ‫ة‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ئ‬‫آل‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫س‬
‫ُ‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫و‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ئ‬‫يآ‬ ‫ب‬‫ن‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬
‫آل َسيِّ ِدن ُ َ َّ ٍ َ‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫َ‬
‫ك يَا أرْ َح َم‬ ‫َّ‬
‫ض َعنا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫َ‬
‫ان اِلىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التابِ ِع ْينَ لهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬ ‫َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫َّاح ِم ْينَ‬
‫الر ِ‬

‫ت اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َ\ْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َ\ْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ك ِإلَى يَوْ َم‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫اخذلْ َم ْن َخ َذ َل ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ أ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫ُ‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َ\ْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫صةً‬ ‫ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا\ َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا ِا ْندُونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬ ‫َو َسائِ ِر ْالب ُْلد ِ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي القرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ شآ ِء‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َاس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ُم ُرنَا\ بِال َع ْد ِل َوا ِإلحْ َس ِ‬ ‫ْ‬
‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ الخ ِ‬ ‫َو ْ‬
‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَرْ‬

‫)‪Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU‬‬
‫‪Surakarta‬‬
‫‪Tags:‬‬
‫‪#khutbah‬‬
‫‪Share:‬‬
‫‪KAMIS 15 NOVEMBER 2018 10:30 WIB‬‬

‫?‪Khutbah Jumat: Bagaimana Kita Mengisi Momen Maulid Nabi‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫َريك لَه‪ُ ،‬ذو ْال َج ِ‬


‫الل‬ ‫ريم‪ ،‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اِلَهَ إِاَّل هللا َوحْ َدهُ ال ش ِ‬ ‫َر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك ِ‬‫ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‪َ ،‬وأَ ْفهَ َمنَا بِش ِ‬
‫َّ‬ ‫َ‬
‫بارك َعلى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلى الِه َوأصْ حابِ ِه َوالتابِ َ\‬
‫عين‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬
‫صلِّ و َسل ْم َو ِ‬ ‫َواإل ْكرام‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‪ ،‬اللهُ َّم َ‬
‫ّ‬
‫ان‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتَق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِ\ه لَ َعل ُك ْم تُفلِحُوْ ْن‪ ،‬قَا َل هللاُ تَ َعال َى فِي القرْ ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫اإل ْخ َوان‪ ،‬أوْ ُ‬ ‫سان إلَى يَوْ ِم الدِّين‪ ،‬أَ َّما بَ ْعدُ‪ :‬فَيَايُّهَا ِ‬‫بِإحْ ِ‬
‫َّح ْي ْم‪ :‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‪ ،‬يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع‬‫ان الر ِ‬ ‫َ ِ‬‫م‬ ‫َّحْ‬‫ر‬‫ال‬ ‫ِ‬ ‫هللا‬ ‫ْال َك ِري ْم‪ِ ِ :‬‬
‫ْم‬
‫س‬ ‫ب‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬ ‫ص َد َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫َظي ًما وقال تعالى يَا ايُّهَا ال ِذينَ آ َمنوْ ا اتقوْ ا هللاَ َحق تقاتِ ِه َوال ت ُموْ تن إِال َوأنت ْم ُمسلِ ُموْ نَ ‪َ .‬‬ ‫هللا َو َرسُولَهُ فقد فاز فوْ زا ع ِ‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬

‫‪Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,‬‬

‫‪Alhamdulillah, pada bulan ini kita memasuki bulan Rabi’ul Awal 1440 H. Dalam bahasa‬‬
‫‪Jawa biasa kita sebut dengan bulan Maulud atau bulan Maulid. Sebutan ini selaras dengan‬‬
‫‪makna harfiahnya, momen kelahiran, persisnya kelahiran Baginda Nabi Muhammad‬‬
‫‪ merupakan kenikmatan yang‬ﷺ ‪. Kelahiran Nabi Muhammad‬ﷺ‬
‫‪ bagi seluruh alam. Penting bagi kita sebagai umat Islam untuk‬ﷻ ‪amat besar dari Allah‬‬
bersyukur atas kelahiran Nabi dan mengekspresikan kegembiraan dan kebahagiaan ketika
memperingati Maulid Nabi.   Ibnu Hajar sebagaimana dikutip oleh Imam Jalaludin As Suyuti
dalam kitab al-Hawi lil Fatawi, juz 1 halaman 230 menyatakan bahwa peringatan
Maulid Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬merupakan ritual untuk mensyukuri nikmat Allah
‫ﷻ‬. Karena itu, dalam kesempatan yang mulia ini khatib ingin menyampaikan
bagaimana hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad ‫ ?ﷺ‬bagaimana cara
merayakan Maulid Nabi Muhammad ‫ ?ﷺ‬dan bagaimana esensi perayaan
Maulid Nabi Muhammad ‫?ﷺ‬ 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an


Tushahhah halaman 316, peringatan maulid Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬merupakan
bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang
dipersoalkan keabsahannya. Sekali lagi, acara peringatan Maulid Nabi adalah tradisi dan adat
kebiasaan yang baik. Dikategorikan tradisi yang baik, karena substansi peringatan
Maulid Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬memiliki banyak manfaat dan kebaikan bagi
masyarakat, seperti meneladani prilaku Nabi, pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil,
kalimat thayyibah dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Hal tersebut juga berlaku untuk tradisi keagamaan selainnya, seperti peringatan Isra’ Mi’raj,
peringatan Nuzulul Qur’an, Peringatan Tahun Baru Muharram, dan sesamanya.  Syekh Abdul
Karim Zidan dalam kitabnya al-Wajiz fi Ushulil Fiqhi halaman 253 menjelaskan bahwa
tradisi yang syar’i adalah tradisi yang tidak berlawanan dengan nash agama, tradisi yang
membawa maslahat syar’i, dan tradisi yang tidak menimbulkan mudarat bagi masyarakat.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
adalah tradisi yang baik, karena substansinya dilegitimasi oleh syariat agama.  

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Selanjutnya, bagaimana cara kita memperingati maulid Nabi Muhammad ‫?ﷺ‬


Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah halaman
317 menjelaskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad ‫ﷺ‬  merupakan
kegiatan yang efektif untuk berdakwah kepada Allah ‫ﷻ‬. Menjadi sarana yang tepat
untuk mengingatkan umat tentang kehidupan dan keteladanan Nabi Muhammad
‫ﷺ‬. Seperti meniru akhlak, perilaku, adab, sejarah perjuangan, bisnis, politik,
strategi kepemimpinan dan cara ibadah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Peringatan Maulid
Nabi juga menjadi momen yang tepat untuk memberikan nasihat yang baik bagi umat dan
menunjukkan mereka menuju jalan kebaikan dan kebahagiaan. Mencegah umat dari musibah,
bid’ah, kejelekan, hoaks, dan fitnah. Sekali lagi peringatan Maulid Nabi Muhammad
bukanlah semata-mata kata tanpa makna, namun tradisi Maulid Nabi merupakan tradisi yang
memiliki banyak kebaikan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang mencintai Nabinya.  

Sementara itu, Imam Jalaludin As Suyuti dalam kitab al-Hawi lil Fatawi, juz 1 halaman 230
menyatakan bahwa peringatan Maulid Nabi sebaiknya diisi dengan kegiatan yang
menandakan syukur kita kepada Allah ‫ ﷻ‬atas kelahiran Nabi Muhammad
‫ﷺ‬. Seperti pembacaan Al-Qur’an, sedekah terhadap fakir miskin,
membahagiakan keluarga dengan syukuran, pembacaan sejarah perjuangan, perilaku,
keteladanan, dan pujian terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Seperti dengan membaca
kitab Barzanji dan kitab Burdah. Tujuannya adalah agar kita dapat meniru akhlak dan
perilaku Nabi, sehingga hati dan pikiran kita tergerak untuk melakukan kebaikan dan
berorientasi pada akhirat.  

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Bagaimana Esensi perayaan Maulid Nabi Muhammad ‫ ?ﷺ‬Ada hal penting bagi
kita dalam merayakan maulid Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, yaitu ungkapan rasa syukur
kita atas rahmat Allah ‫ ﷻ‬yang agung bagi seluruh alam semesta. Yaitu kelahiran Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Kelahiran Nabi Muhammad merupakan rahmat yang agung
untuk alam semesta ini. Imam Hakim meriwayatkan hadis dalam kitab Mustadrak Shahihain,
Juz 1 halaman 91. Nabi bersabda:

ٌ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ َما أَنَا َرحْ َمةٌ ُم ْهدَاة‬

“Wahai manusia, tiada lain aku ini adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah untuk
kalian).”

Selain itu, penting juga mengingat pesan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno
dalam pidatonya pada peringatan Maulid Nabi tahun 1963 di Jakarta. Beliau menjelaskan
bahwa kita saat ini merayakan maulid Nabi. Apa sebenarnya yang kita rayakan? Hakikat
merayakan Maulid Nabi tidak hanya memperingati kelahiran Nabi saja, bukan sekadar beliau
dahulu adalah seorang Nabi, namun yang kita rayakan adalah ajaran, konsepsi, dan agama
yang beliau berikan kepada umatnya. Diberi oleh Allah ‫ ﷻ‬via Malaikat Jibril kepada
Rasul, Rasul meneruskan lagi kepada umat, yaitu kita saat ini. Itu yang kita rayakan saat ini.
Oleh karena itu kita berkata: Jika benar-benar engkau mencintai Nabi Muhammad
‫ﷺ‬, jika benar-benar engkau merayakan Maulid Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
bin Abdullah,  jika benar-benar engkau merayakan Rasulullah yang punya hari maulid,
kerjakanlah apa yang beliau perintahkan, kerjakanlah apa perintah agama yang beliau bawa,
kerjakan sama sekali, agar supaya benar-benar kita bisa berkata: kita telah menerima agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.  

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Oleh karena itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, yaitu di bulan kelahiran Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, mari kita menjadikan Rasulullah Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬sebagai teladan dan contoh dalam beragama. siapa pun kita, baik sebagai
pejabat maupun rakyat, baik sebagai orang kaya maupun kaum papa, baik sebagai pemimpin
maupun yang dipimpin, baik sebagai politisi maupun pemilik aspirasi, mari kita meneladani
perilaku Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang penuh dengan adab dan kesopanan, akhlak
beliau yang mulia, sifat beliau yang pemaaf, perkataan beliau yang lemah lembut dan jauh
dari sikap kasar, dan selalu membimbing umat menuju kebaikan dan kemaslahatan. Semoga
kita semua benar-benar dapat menjalankan ajaran beliau sehingga kita benar-benar diakui
sebagai umatnya dan mendapatkan syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Allahumma
aamiin.

ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،‫َّجي ْم‬


‫مان‬ ِ ‫ أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬: َ‫ َوأ ْد َخلَنَا وإِيَّاكم ِفي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَائِ ِزين\ اآل ِمنِين‬
ِ ‫ْطان الر‬
‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫َّحي ْم‬
ِ ‫الر‬ 

ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬ .‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬


ٌ ْ‫ك بَرٌّ َر ُؤو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬ َ ‫با َ َر‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َّ‬


‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ ش ِ‬
‫َر ْي َ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬ ‫َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬

‫أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬ ‫تَعاَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫َّاش ِد ْينَ أبِى بَك ٍر َو ُع َمر‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ض اللهُ َّم ع َِن ال ُخلفَا ِء الر ِ‬ ‫ّ‬ ‫ْ‬
‫ك َو َمآلئِ َك ِة ال ُمقَ َّربِي َ\ْن َوارْ َ‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫آل َسيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئِ َ‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫ك يَا أَرْ َح َم‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬‫َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫َّاح ِم ْينَ‬
‫الر ِ‬

‫ت اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َ\ْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َ\ْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫َ‬
‫ك إِلى يَوْ َم‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫رْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ص َر الدينَ َواخذ َمن خذ َل ال ُمسلِ ِمينَ َو َد ِّم أعدَا َء الدي ِْن َواع ِل كلِ َماتِ َ‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫لْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫ك ْال ُم َوحِّ ِدية َوانص َمن ن َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُرْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َ\ْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫صةً‬ ‫ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َوال َوبَا َء َوالزالَ ِز َل َوال ِم َحنَ َوسُوْ َء الفِتنَ ِة َوال ِم َحنَ َما ظهَ َر ِمنهَا\ َو َما بَطنَ ع َْن بَل ِدنَا اِندُونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬ ‫َو َسائِ ِر ْالب ُْلد ِ‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء‬ ‫س‬ ‫حْ‬
‫ِ َ ِ َ ِ َ ِ‬‫إل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫د‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ْ‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫\‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫َ َ ُ‬‫أ‬ ‫ي‬ ‫هللا‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫إ‬ ‫!‬ ‫هللا‬‫د‬ ‫ا‬
‫ِ ِ نَ ِ َ َ ِ ِ‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫‪.‬‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ر‬ ‫َاس‬ ‫خ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫م‬
‫وْ ِ نَ‬ ‫َّ‬
‫َن‬ ‫ن‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ح‬
‫َ َْ‬ ‫َرْ‬ ‫ت‬‫و‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ‬
‫َو ْ‬
‫َو ْال ُمن َك ِر َوالبَغي يَ ِعظك ْم ل َعلك ْم تَذكرُوْ نَ َواذكرُوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذكرْ ك ْم َواشكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْدك ْم َول ِذك ُر هللاِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬

‫?‪Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah‬‬


‫‪Sabtu 3 September 2016 9:8 WIB‬‬
‫‪Bagikan:‬‬
Oleh Maulana Syekh Ali Jum'ah

Ahlussunnah Wal Jamā'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur'an dan
Sunnah), penafsiran dan penerapannya, dalam upaya melakukan tahqīq
manāth (memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian) dan takhrīj
manāth (memahami sebab hukum). Metodologi inilah yang melahirkan Aswaja. 

Aswaja adalah mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan
lain menyebut mereka dengan sebutan: "Al-'Āmmah (orang-orang umum) atau Al-
Jumhūr", karena lebih dari 90 persen umat Islam adalah Aswaja.

Mereka mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya,


menjabarkan yang mujmal (global), kemudian memanifestasikannya dalam kehidupan
dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi dan semua yang berada di atasnya. 

Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang diriwayatkan oleh Muslim
dalam Shahīh-nya, sebagai dalil pembagian pilar agama menjadi tiga: Iman, Islam dan
Ihsān, untuk kemudian membagikan ilmu kepada tiga ilmu utama, yaitu: akidah, fiqih
dan suluk. Setiap imam dari para imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat
yang Allah berikan.

Mereka bukan hanya memahami teks wahyu saja, tapi mereka juga menekankan
pentingnya memahami realitas kehidupan. Al-Qarāfī dalam kitab Tamyīz Al-
Ahkām menjelaskan: Kita harus memahami realitas kehidupan kita. Karena jika kita
mengambil hukum yang ada di dalam kitab-kitab dan serta-merta menerapkannya
kepada realitas apapun, tanpa kita pastikan kesesuaian antara sebab hukum dan
realitas kejadian, maka kita telah menyesatkan manusia. 

Disamping memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan
unsur penting ketiga, yaitu tata cara memanifestasikan atau menerapkan teks wahyu
yang absolut kepada realitas kejadian yang bersifat relatif. Semua ini ditulis dengan jelas
oleh mereka, dan ini juga yang dijalankan hingga saat ini. Segala puji hanya bagi Allah
yang karena anugerah-Nya semua hal baik menjadi sempurna. 
Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok-kelompak radikal. Mereka tidak memahami teks
wahyu. Mereka meyakini bahwa semua yang terlintas di benak mereka adalah
kebenaran yang wajib mereka ikuti dengan patuh. Mereka tidak memahami realitas
kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada
tataran realitas. Karena itu mereka sesat dan menyesatkan, seperti yang imam Al-Qarāfī
jelaskan. 

Aswaja tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar
dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam. Aswaja tidak pernah
mengafirkan orang yang salat menghadap kiblat. Aswaja tidak pernah menggiring
manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti
syahwat birahi (yang haram). 

Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta


menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, atau tasawuf: 
(mengutip 3 bait dari Al-Burdah):

"Para nabi semua meminta dari dirinya.


Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para nabi sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah Pencipta manusia."
Aswaja berada di jalan cahaya terang yang malamnya seterang siangnya, orang yang
keluar dari jalan itu pasti celaka.
 
Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga
waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan
sebagai jalan. 

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa Al-Asy'arī, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"...hingga seseorang membunuh tetangganya, saudaranya, pamannya dan sepupunya.",
Para sahabat tercengang: "Subhānallah, apakah saat itu mereka punya akal yang
waras?" Rasulullah menjawab: "Tidak. Allah telah mencabut akal orang-orang yang
hidup pada masa itu, sehingga mereka merasa benar, padahal mereka tidaklah dalam
kebenaran."
Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang keluar dari barisan umatku, menikam
(membunuh) orang saleh dan orang jahatnya, ia tidak peduli pada orang mukmin juga
tidak menghormati orang yang melakukan perjanjian damai (ahlu dzimmah), sungguh
dia bukanlah bagian dari saya, dan saya bukanlah bagian dari dia."

Aswaja memahami syariat dari awalnya. Mereka memahami "Bismillāhirrahmānirrahīm"


(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah
Menyebutkan dua nama-Nya, yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah tidak
mengatakan: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Membalas dan Maha Kuat".
Justru Allah menyampaikan pesan keindahan dalam keindahan (melalui Ar-
Rahmān dan Ar-Rahīm). Allah tidak mengenalkan diri-Nya dengan keagungan-Nya
SWT.

Kami belajar "Bismillāhirrahmānirrahīm" di Al-Azhar. Para ulama Al-Azhar saat


menafsirkannya menjelaskan dengan banyak ilmu. Mereka menjelaskan
"Bismillāhirrahmānirrahīm" dari banyak perspektif ilmu: fiqih, mantiq (logika), akidah,
suluk dan balaghah. Mereka sabar duduk menjelaskannya dengan begitu lama dan
panjang, hingga kita menyangka bahwa penjelasan mereka tidak ada ujungnya. 

Kemudian, setelah musibah (teror golongan radikal) ini menimpa, kita baru memahami
bahwa metode mengajar ulama Al-Azhar itu merupakan kebenaran. Mereka
membangun piramida (ilmu kita) sesuai cara yang benar: membangun pondasi piramida
dari bawah, hingga sampai pada ujung lancipnya yang berada di atas. Sementara
kelompok radikal membalik cara membangun piramida (ilmu mereka, ujungnya di
bawah, dan pondasinya di atas) hingga piramida itu runtuh mengenai kepala mereka
sendiri. 

Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan
teks wahyu, serta mampu hidup damai bersama golongan lain. Aswaja tidak pernah
membuat opini umum palsu (memprovokasi). Mereka tidak pernah bertabrakan
(melakukan kekerasan) dengan siapapun di jagad raya. Aswaja justru membuka hati
dan jiwa mereka untuk semua orang, hingga mereka berbondong-bondong masuk
Islam. 

Para ulama Aswaja telah melaksanakan apa yang harus mereka lakukan pada zaman
mereka. Karena itu kita juga harus melaksanakan kewajiban kita di zaman ini dengan
baik. Kita wajib memahami teks wahyu, memahami realitas dan mempelajari metode
penerapan teks wahyu pada realitas. 

Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat,


individu dan keadaan. Al-Qarāfī menulis kitab luar biasa yang bernama Al-Furūq untuk
membangun naluri ilmiah (malakah) hingga kita mampu melihat perbedaan detail. 
Awal yang benar akan mengantar pada akhir yang benar juga. Karena itu, barangsiapa
yang mempelajari alfabet ilmu (pondasi awal ilmu) dengan salah, maka ia akan
membaca dengan salah juga, lalu memahami dengan salah, kemudian menerapkan
dengan salah, hingga ia menghalangi manusia dari jalan Allah tanpa ia sadari. Inilah
yang terjadi (dan yang membedakan) antara orang yang belajar ilmu bermanfaat,
terutama Al-Azhar sebagai pemimpin lembaga-lembaga keilmuan, dan antara orang
yang mengikuti hawa nafsunya, merusak dunia dan menjelekkan citra Islam serta kaum
muslimin. 

Pesan saya kepada umat Islam dan dunia luar: Ketahuilah bahwa Al-Azhar adalah
pembina Aswaja. Sungguh oknum-oknum (yang membencinya) telah menyebar kabar
keji, dusta dan palsu bahwa Al-Azhar telah mengalami penetrasi (dan lumpuh). Mereka
ingin membuat umat manusia meragukan Al-Azhar sebagai otoritas yang terpercaya,
hingga mereka tidak mau kembali lagi kepada Al-Azhar sebagai tempat rujukan dan
perlindungan.

Al-Azhar tetap berdiri dengan pertolongan Allah SWT, dibawah pimpinan grand
syaikhnya. Setiap hari Al-Azhar berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mulianya, juga
membuka mata seluruh dunia, menyelamatkan mereka dari musibah (radikalisme) yang
menimpa. 
Al-Azhar tidak disusupi dan tak akan lumpuh selamanya hingga hari akhir, karena Allah
Yang membangunnya dan melindunginya. Allah juga Yang mentakdirkan orang-orang
pilihan-Nya untuk mejalankan manhaj Aswaja di Al-Azhar, meski orang fasik tidak
menyukainya. 
Doakanlah untuk kami, semoga Allah memberi kami tuntunan taufīq agar kami bisa
melakukan hal yang dicintai dan diridhoi-Nya.
 
Doakan agar kami mampu menyebar luaskan agama yang benar ini, dengan
pemahaman dan praktek yang benar juga, dan semoga kami mampu menjelaskan jalan
yang penuh cahaya ini kepada umat manusia, sesuai ajaran Rasulullah. 

Doakan kami semoga Allah membimbing kita semua -di muktamar ini, dan pasca
muktamar- semoga muktamar ini bisa menjadi awal perbaikan citra Islam di kalangan
korban Islamophobia, baik muslim maupun non-muslim.

*) Tulisan ini disampaikan pada sambutan pembukaan Muktamar Ahlussunnah wal-


Jama'ah di Chechnya, 25 Agustus 2016. Dialihbahasakan ke bahasa Indonesia oleh KH
Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU

You might also like