You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/259803456

Formulation and Characterization of Functional Jelly Drink as Source of


Dietary Fiber and Vitamin C Consisting of Kappa Carrageenan, Konjac
Glucomannan and Tamarind Extract

Conference Paper · November 2011

CITATIONS READS

0 3,029

1 author:

Santi Dwi Astuti


Universitas Jenderal Soedirman
16 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Formulation and Quantitative Descriptive Analysis of Raisin Cake Based on Composites Flour: Redbean, Soybean, and Corn View project

All content following this page was uploaded by Santi Dwi Astuti on 22 January 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Formulation and Characterization of Functional Jelly Drink as Source of Dietary
Fiber and Vitamin C Consisting of Kappa Carrageenan, Konjac Glucomannan
and Tamarind Extract

Formulasi dan Karakterisasi Minuman Jeli Fungsional Sumber Serat Pangan dan
Vitamin C dari Kappa Karagenan, Konjak Glukomanan, dan Ekstrak Asam Jawa

Santi Dwi Astuti1)* and Friska Citra Agustia2)


1)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, UNSOED
2)
Jurusan Ilmu Gizi, FKIK, UNSOED

*santi_tpunsud@yahoo.com

ABSTRACT
As gelling agent with high gel strength and less syneresis, kappa carrageenan and
konjac glucomannan, contain high dietary fiber. As flavor, acidity regulator, and
preservatives in jelly drink; tamarind (tamarindus indica, L) contain high vitamin C,
organic acids, and flavonoids. The objectives of this research were to : 1) determine the
jelly drink formula as functional food with high overall acceptability level and vitamin
C content; 2) examine the characteristics of jelly drink with the best formula. The
content of vitamin C, titratable acidity, crude fiber, dietary fiber, sugar, ash, and water
were determined according to AOAC method. Antioxidant activity, pH, and viscosity
were determined by DPPH method, pH meter, and Brookfield Viscometer. Sensory
evaluation determined by rating hedonic method and conducted by 20 semitrained
panelists. Products were carried out in triplicate. Data analyzed statistically by ANOVA
using SPSS version 14.0 and means were separated by Duncan’s Multiple Range Test.
The results showed that : 1) jelly drink formula consisting of 30% tamarind extract,
0.5% total hydrocolloid;and ratio liquid : solid coconut sugars = 1: 2 had the highest
point for overall acceptibility (3.4 = moderately like to like); 2) jelly drink formula
consisting of 25% tamarind extract, 0.6% total hydrocolloid;and ratio liquid : solid
coconut sugars = 1: 2 had the highest vitamin C content (14,67 ppm); 3) the content of
tamarind extract and total hydrocolloid had high influenced on physicochemical and
sensory characteristics. The best formula functional jelly drink consisting of 30%
tamarind extract, 0.7% total hydrocolloid;and ratio liquid : solid coconut sugars = 1:
2. It had 2.09% dietary fiber; 35.94 ppm DPPH antioxidant activity; 0.043 mg/100g
total phenol; 0.051 mg/100g tannin, 11.73 mg/100g vitamin C; 1,34% titrable acidity;
0,27% reducting sugar and 4.8 Pa.s for viscosity, respectively.

Keywords : tamarind, kappa carrageenan, konjac glucomannan, jelly drink, functional


food
PENDAHULUAN
Menurut US Patent 2004/0025700 A1, minuman jeli merupakan gel semi padat,
bersifat non newtonion thixotropic yang komposisinya terdiri dari bahan pembentuk gel
(locust bean gum dan xanthan gum), jus buah, flavor buah, pemanis, pengatur keasaman
dan pengawet. Minuman jeli memiliki kisaran pH 2,5-4,5. Minuman jeli dengan
karakteristik semi padat, keras (firm) namun tetap elastis dan memiliki tingkat
kohesivitas tinggi dan sineresis rendah dapat dibuat dari bahan pembentuk jeli berupa
campuran kappa karagenan dan iota karagenan dengan komposisi 15-20% gula; 0,6-
0,9% karagenan (campuran kappa dan iota); 0,2-0,35% potassium sitrat; 0,3-0,45%
asam sitrat, pewarna dan flavor sesuai kebutuhan dan air ditambahkan hingga 100%
(Imeson, 2000).
Minuman jeli biasanya dibuat dari berbagai jenis hidrokoloid sebagai bahan
pembentuk gel. Agar-agar adalah hidrokoloid yg diperoleh dari rumput laut jenis
Gracilaria sp. dan tersusun dari komponen agarosa dan agaropektin (Glicksman, 1983).
Gel agar bersifat kuat, stabil, dan jernih; namun kaku (rigid) (Armisen dan Galatas,
2000). Kappa karagenan merupakan hidrokoloid yang diperoleh dari rumput laut merah
(Rhodopyceae) jenis Euchema cottonii. Kappa karagenan tersusun atas α-(1,3)-D-
galaktosa-4-sulfat dan β-(1,4)-3,6-anhidrogalaktosa (Imeson, 2000). Gel kappa-
karagenan bersifat kuat namun kaku dan memiliki tingkat sineresis yang tinggi (Imeson,
2000). Konjak glukomanan adalah hidrokoloid yang diperoleh dari umbi tanaman
konjak (Amorphophallus, sp.) seperti iles-iles (A. muelleri Blume) dan suweg (A
paeonifolis). Konjak glukomanan adalah heteropolisakarida yang terdiri atas β-D-
glukosa (G) dan β-D-manosa (M) dengan rasio perbandingan G dan M yaitu 1 : 1,6
(Penroj et al., 2005). Penambahan konjak glukomanan dalam gel agar maupun kappa-
karagenan ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan elastisitas gel, serta menurunkan
tingkat sineresisnya (Tako dan Nakamura, 1988; Goycoolea et al., 1995).
Minuman jeli yang ada dipasaran menggunakan asam asam sitrat, flavor sintetis
dengan karakter berbagai jenis buah, dan pengawet natrium benzoat. Dalam penelitian
ini, asam jawa (tamarind) digunakan sebagai sumber vitamin C, asam, flavor dan
vitamin C. Tanaman asam jawa (Tamarindus indica, L) merupakan tanaman keras
tahunan. Daging buah asam jawa mengandung asam askorbat 4,2-15 mg/100g; total
asam 1,1-3,3%; serat kasar 3-4,2%; abu 2,9-4,9%; tannin 0,03-0,58% (Adeola dan
Aworh, 2000). Asam tartarat merupakan komponen asam yang paling utama dalam pulp
(8-14%). Sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat menyebabkan rasa sangat
masam. Daging buah asam jawa biasanya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan
campuran obat tradisional (Soemardji, 2007). Buah asam banyak digunakan dalam
industri minuman, es krim, selai, manisan atau gula-gula, sirup dan obat tradisional
(jamu) (Tampubolon, 1995).
Gula kelapa merupakan sumber gula alami yang diperoleh dari hasil penguapan
dan kristalisasi nira kelapa. Gula kelapa berwarna kuning kecoklatan hingga coklat tua.
Komposisi gula kelapa menurut standar SNI 01-3743-1995 yaitu air 10% (maksimal),
abu 2% (maksimal), gula pereduksi 10% (maksimal), sukrosa 77% (maksimal). Gula
kelapa juga memiliki nilai gizi yang tinggi yaitu protein 3% dan beberapa mineral
seperti kalsium, fosfor, dan besi sebesar 76 mg/100g, 37 mg/100g, dan 2,6 mg/100g
(Rumokoi, 1990). Gula kelapa juga dikenal sebagai gula diet karena memiliki nilai
indeks glikemik rendah yaitu 35 (Taylor, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menetapkan formula minuman jeli sebagai
pangan fungsional yang memiliki tingkat penerimaan dan kadar vitamin C yang tinggi;
2) menetapkan karakteristik minuman jeli dengan formula terbaik.

BAHAN DAN METODE


Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah asam jawa
matang penuh (Pasar wage, Purwokerto), agar pac (PT. Agarindo Bogatama), kappa-
karagenan (PT. Araminta Sidhakarya), konjak glukomanan (Sichuan Meihan, China),
nira kelapa (Baturaden), gula kelapa cetak (Cilongok), dan bahan-bahan kimia PA (pro
analysis grade) merek E-Merk/Sigma.

Metode

Ekstrak asam jawa :

Polong asam jawa matang penuh diekstrak dalam air mendidih selama 15 menit
dengan perbandingan bahan : air = 1 : 4. Larutan disaring dengan kain saring untuk
mendapatkan ekstrak asam jawa jernih.
Minuman jeli :

Campur hidrokoloid (agar, kappa karagenan, dan konjak glukomanan), lalu


tambahkan air dan aduk merata hingga terbentuk suspense hidrokoloid. Panaskan
suspensi hidrokoloid disertai pengadukan hingga mencapai suhu 80oC, kemudian
matikan penangas. Tambahkan gula (yang telah dicairkan dan disaring kotorannya).
Tambahkan ekstrak asam jawa saat suhu larutan 60oC. Setelah diaduk rata; panaskan
kembali larutan untuk tujuan pasteurisasi. Kemas minuman jeli dalam kemasan fleksibel
(PET 180 ml).

Rancangan Percobaan :

Perlakuan yang dicoba dalam penelitian yaitu : 1) kadar hidrokoloid total (H)
yang terdiri dari H1(0,5%), H2 (0,6%) dan H3 (0,7%); 2) rasio gula kelapa (gula cair :
gula cetak), yaitu 1 : 1 (G1) dan 1 : 2 (G2); 3) kadar ekstrak asam jawa (T) yang terdiri
dari T1 (25%) dan T2 (30%). Percobaan diulang 3 kali, sehingga diperoleh 36 unit
percobaan. Secara lengkap, kombinasi perlakuan yang dicoba dalam penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan yang dicoba dalam penelitian


Ekstrak Kadar Hidrokoloid Total (H)
asam jawa H1 H2 H3
Rasio gula cair : gula Rasio gula cair : gula Rasio gula cair : gula
cetak (G) cetak (G) cetak (G)
G1 G2 G1 G2 G1 G2
T1 H1G1T1 H1G2T1 H2G1T1 H2G2T1 H3G1T1 H3G2T1
T2 H1G1T2 H1G2T2 H2G1T2 H2G2T2 H3G1T2 H3G2T2

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial


dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap. Model linier dari percobaan faktorial
dengan rancangan dasar RAL adalah sebagai berikut (Gaspersz, 1991).
Yijkl = μ + αi + βj + γk + (αβ)ij + (αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + εijk

Variabel :

Vitamin C, total asam, serat kasar, serat pangan, abu dan air ditetapkan dengan
metode AOAC (1995). Aktivitas antioksidan, pH dan viskositas ditetapkan dengan
metode DPPH, pH meter, dan viskometer Brookfield. Uji sensori dilakukan dengan
metode rating hedonik dengan 20 panelis semi terlatih (Mellgaard, 1999).

Analisis :

Teknik analisis data dilakukan dengan ANOVA menggunakan software SPSS


14. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan pada tiap unit percobaan
terhadap variabel yang diamati, dilakukan uji pembedaan dengan Uji Wilayah Berganda
Duncan (DMRT). Produk terbaik dipilih berdasarkan hasil analisis dengan Uji
Efektifitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Formulasi Minuman Jeli
Formulasi awal minuman jeli dilakukan dengan menetapkan kisaran kadar
ingredien-ingredien, yang terdiri dari hidrokoloid; gula kelapa; dan ekstrak asam jawa.
Kadar ingredien terpilih ditetapkan secara sensori berdasarkan atribut kekenyalan, rasa
manis, dan rasa asam. Hidrokoloid yang digunakan terdiri dari agar pac, kappa
karagenan, dan konjak glukomanan. Ketiga hidrokoloid tersebut digunakan untuk
menghasilkan karakteristik testur gel dalam minuman jeli yang kuat, kompak, stabil,
dan tingkat sineresis yang rendah (Tako dan Nakamura, 1988; Goycoolea et al., 1995;
Imeson, 2000). Kadar hidrokoloid yang dicoba adalah 0,4%; 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,8%;
0,9%; dan 1%. Kadar hidrokoloid total terpilih adalah 0,5%; 0,6%; dan 0,7%. Untuk
kadar agar pac, dicoba pada kadar 0%; 0,05%; dan 0,1%. Kadar agar pac terpilih adalah
0,1%. Agar pac digunakan dalam formulasi minuman jeli untuk meningkatkan
ketegaran gel (Armisen dan Galatas, 2000). Selanjutnya, ditentukan rasio dari
hidrokoloid kappa karagenan dan konjak glukomanan. Rasio yang dicoba adalah 1 : 2; 1
: 3; 1 : 1; 2 : 1; dan 3 : 1. Rasio terpilih adalah 3 : 1, karena pada rasio tersebut,
minuman jeli yang dihasilkan memiliki kekenyalan yang disukai dan sineresis yang
rendah. Hasil ini sinergi dengan pernyataan Widjonarko (2008) yaitu bahwa campuran
kappa karagenan : tepung porang yang mengandung glukomanan pada rasio 3 : 1 akan
menghasilkan minuman jeli dengan kekuatan gel viskositas 0,50 dPa.s dan sineresis
0,127 mg/g/menit. Untuk proporsi gula kelapa, kadar yang dicoba adalah 20%, 25%,
dan 30%. Kadar gula terpilih adalah 25% dan 30% karena pada kadar tersebut, tingkat
kemanisan minuman jeli cukup disukai. Gula kelapa yang digunakan terdiri dari gula
kelapa cair dan gula kelapa padat yang dicairkan dengan rasio bahan : air = 1 : 1. Rasio
gula kelapa cair : gula padat yang dicoba adalah 1 : 0; 1 : 1; 1 : 2; dan 2 ; 1. Rasio
terpilih adalah 1 : 1 dan 1 : 2, karena pada rasio tersebut rasa manis dan flavor minuman
jeli cukup disukai. Gula kelapa diperoleh dari evaporasi dan kristalisasi nira kelapa dan
flavor khas gula kelapa terbentuk melalui reaksi karamelisasi dan browning non
enzimatis antara gula pereduksi dan asam amino (Rumokoi, 1990). Ekstrak asam jawa
diperoleh dengan pelarut air pada rasio bahan : air yang dicoba adalah 1 : 2; 1 ; 4; 1 ; 6;
1 ; 8; 1 ; 10. Hasil terpilih adalah 1 : 4 karena pada rasio tersebut, ekstrak asam jawa
yang dihasilkan tidak terlalu asam, pH berkisar 3-4. Karakteristik ekstrak yang
dianalisis lebih lanjut yaitu total fenol sebesar 512.43 ppm dan kadar tanin sebesar
624.84 ppm. Penambahan ekstrak asam jawa dilakukan pada kadar 15%, 20%, 25%,
30%, 35%. Berdasarkan kesukaan terhadap intensitas rasa asam, terpilih kadar ekstrak
asam jawa sebesar 25% dan 30%. Makin tinggi kadar ekstrak yang ditambahkan maka
minuman jeli makin asam. Komponen asam terbesar dalam pulp asam jawa yang
menyebabkan rasa sangat masam yaitu asam tartarat baik dalam bentuk tunggal atau
dalam bentuk garam kalium (bitaetrat) (Soemardji, 2007; Parvess et al., 2003).
Berdasarkan hasil di atas, ada 3 perlakuan yang akan ditindaklanjuti yaitu kadar
total hidrokoloid yaitu 0,5%; 0,6%; dan 0,7%; rasio gula kelapa cair : cetak yaitu 1 : 1
dan 1 : 2; serta kadar ekstrak asam jawa, yaitu 25% dan 30%.

2. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Minuman Jeli


Hasil analisis ragam pengaruh kadar ekstrak asam jawa (T), kadar hidrokoloid
total (H), rasio gula kelapa cair : cetak (G), serta interaksi antar ketiganya terhadap
karakteristik fisikokimia dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data pada Tabel 2 nampak bahwa kadar ekstrak asam jawa
berpengaruh nyata pada kadar abu, PH, viskositas, gula pereduksi, kadar serat kasar,
vitamin C dan total asam. Peningkatan kadar ekstrak asam jawa menyebabkan
peningkatan kadar air, kadar abu, viskositas, serat kasar dan total asam; namun
menyebabkan penurunan pH, gula pereduksi, dan vitamin C. Asam jawa mengandung
komponen kadar air 6-39,9%; kadar abu 2,9-4,9%; serat kasar 3-4,2%; dan total asam
1,1-3,3%. Penurunan pH disebabkan karena meningkatanya derajat keasaman seiring
dengan peningkatan kadar ekstrak. Gula pereduksi menurun karena intensitas reaksi
maillard yaitu reaksi pencokalatan antara gula pereduksi dan asam amino juga
meningkat. Asam jawa mengandung protein sebesar 2,7-9,4%. Vitamin C menurun
diduga karena tingginya kandungan asam-asam organic dalam asam jawa yang
didominasi oleh asam tartarat dalam bentuk tunggal dan garamnya (Adeola dan Aworh,
2000).

Tabel 2. Hasil analisis ragam variabel fisikokimia minuman jeli


Data Kadar Abu (%) pH Viskositas Gula Serat Vitamin C Total
Air (%) (Pa.s) Pereduksi Kasar (mg/100g) Asam (%)
(%) (%)
T1 80.71 1.33b 3.58a 2.81b 0.30a 0.51b 12.61a 1.12b
T2 81.70 1.99a 3.36b 3.34a 0.29b 0.65a 10.76b 1.25a

H1 80.63 1.37b 3.46 2.23c 0.29 0.53c 11.440 1.18


H2 81.53 1.46b 3.50 3.14b 0.31 0.58b 12.03 1.19
H3 81.46 2.17a 3.46 3.84a 0.29 0.63a 11.59 1.17

G1 81.40 1.76 3.47 3.27 0.29 0.57 11.73 1.13


G2 81.01 1.57 3.47 2.88 0.28 0.58 11.64 1.23

T1H1G1 80.63 1.89bc 3.50 1.83 0.30bcde 0.46i 13.49 1.15bcd


T1H1G2 79.85 1.46 cd 3.67 2.03 0.30bcd 0.49h 11.73 1.09cde
T1H2G1 81.19 0.89d 3.67 3.80 0.29def 0.56f 12.32 1.02de
T1H2G2 82.62 1.24 cd 3.50 3.13 0.32a 0.48hi 14.67 1.34a
T1H3G1 79.37 1.40 cd 3.67 3.80 0.31b 0.52g 11.73 0.96e
T1H3G2 80.58 1.08 d 3.50 2.23 0.28gh 0.56ef 11.73 1.15bcd
T2H1G1 81.93 0.76d 3.33 2.60 0.29ef 0.59d 10.56 1.15bcd
T2H1G2 80.12 1.36 cd 3.33 2.47 0.29def 0.58de 9.97 1.34a
T2H2G1 82.47 2.50ab 3.50 3.03 0.29cde 0.65c 11.15 1.28ab
T2H2G2 79.83 1.19 cd 3.33 2.60 0.31bc 0.63c 9.97 1.15bcd
T2H3G1 82.84 3.10a 3.17 4.53 0.29fg 0.67b 11.15 1.21abc
T2H3G2 83.03 3.08a 3.50 4.80 0.27h 0.74a 11.73 1.34a

Kadar hidrokoloid total berpengaruh nyata pada kadar abu, viskositas, dan serat
kasar. Peningkatan kadar hidrokoloid menyebabkan peningkatan kadar abu, viskositas,
kadar serat kasar. Dari kadar hidrokoloid 0,5% ke 0,6%, terjadi peningkatan kadar air,
pH, gula pereduksi, vitamin C dan total asam; namun variable-variabel tersebut
menurun kembali nilainya pada kadar hidrokoloid total 0,7%. Hidrokoloid total yang
terdiri dari agar, kappa karagenan, dan konjak glukomnana merupakan bahan
pembentuk gel dengan karakteristik non Newtonian pseudoplastis dimana makin tinggi
kadarnya, maka viskositasnya juga akan meningkat. peningkatan viskositas seiring
dengan peningkatan kadar hidrokoloid total disebabkan karena meningkatnya kadar
konjak glukomanan dalam formula. Konjak glukomanan memiliki kemampuan yang
tinggi untuk mengikat air dan membentuk larutan yang kental (viscous). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Akesowan (2002) bahwa viskositas konjak glukomanan dalam air
(pH 6) pada kadar 0,5% adalah 582 cps dan akan meningkat menjadi 5395 cps jika
kadar konjak glukomanan ditingkatkan sebesar 1%. Peningkatan serat kasar dikaitkan
dengan komposisi hidrokoloid. Agar-agar adalah hidrokoloid yg diperoleh dari rumput
laut jenis Gracilaria sp. dan tersusun dari komponen agarosa dan agaropektin
(Glicksman, 1983). Kappa karagenan merupakan hidrokoloid yang diperoleh dari
rumput laut merah (Rhodopyceae) jenis Euchema cottonii. Kappa karagenan tersusun
atas α-(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β-(1,4)-3,6-anhidrogalaktosa (Imeson, 2000).
Konjak glukomanan adalah hidrokoloid yang diperoleh dari umbi tanaman konjak
(Amorphophallus, sp.) seperti iles-iles (A. muelleri Blume) dan suweg (A paeonifolis).
Konjak glukomanan adalah heteropolisakarida yang terdiri atas β-D-glukosa (G) dan β-
D-manosa (M) dengan rasio perbandingan G dan M yaitu 1 : 1,6 (Penroj et al., 2005).
Kadar gula tidak berpengaruh pada semua variabel yang dianalisis. Peningkatan
jumlah gula padat yang digunakan (dari rasio gula cair : gula padat 1 : 1 menjadi 1 : 2)
menyebabkan peningkatan total asam, penurunan kadar air, abu, viskositas, serat kasar
dan vitamin C; gula pereduksi; sedangkan nilai pH tidak berubah.
Interaksi dari ketiga perlakuan yang dicoba berpengaruh nyata pada kadar abu,
gula pereduksi, serat kasar, dan total asam. Kombinasi perlakuan T2H3G1 memiliki
kadar abu tertinggi yaitu 3,1%; komibinasi perlakuan T2H3G2 memiliki kadar serat
kasar tertinggi yaitu 0,74%; T1H2G2 memiliki kadar gula pereduksi tertinggi yaitu
0,32%; kombinasi perlakuan T1H2G2 dan T2H3G2 memiliki total asam tertinggi yaitu
1,34%. Kontribusi terbesar pada kadar abu dan serat kasar diberikan oleh hidrokoloid
dan asam jawa sedangkan kontribusi terbesar pada gula pereduksi diberikan oleh gula
kelapa. Vitamin C yang tinggi justru disumbangkan oleh formula minuman jeli dengan
kadar ekstrak 25%, kadar hidrokoloid total 0,6%, dan rasio gula cair : gula padat = 1 : 2
(T1H2G2) yaitu sebesar 14,67 mg/100g. Kadar ekstrak asam yang terlalu tinggi justru
akan membuat keberadaan vitamin C dalam minuman jeli menjadi tidak stabil sehingga
kadarnya dalam produk menurun.
3,5 3,1 a 3,08 a
3 2,5 ab
2,5
1,89 bc
2 1,46 cd
1,24 cd 1,4 cd 1,08 d 1,36 cd 1,19 cd
1,5 0,89 d 0,75 d
0,59 d 0,58 de 0,65 c 0,63 c 0,67 b 0,74 a
1 0,46 i 0,49 h 0,56 f 0,48 hi 0,52 g 0,56 ef
0,5
0
T1H1G1 T1H1G2 T1H2G1 T1H2G2 T1H3G1 T1H3G2 T2H1G1 T2H1G2 T2H2G1 T2H2G2 T2H3G1 T2H3G2
Kom binasi Ekstrak Tam arind, Kadar Hidrokoloid dan Rasio Gula Cair : Gula Padat (THG)

Abu Serat Kasar

Gambar 1. Profil kadar abu dan serat kasar minuman jeli asam jawa

1,6 1,34 a 1,34 a 1,28 ab 1,34 a


1,4 1,15 bcd1,09 cde 1,15 bcd1,15 bcd 1,15 bcd1,21 abc
1,2 1,02 de 0,96 e
1
0,8
0,6 0,3 bcde0,3 bcd 0,29 def 0,32 a 0,31 b 0,28 gh 0,29 ef 0,29 def0,29 cde 0,31 bc 0,28 fg 0,27 h
0,4
0,2
0
1

2
1G

1G

2G

2G

3G

3G

1G

1G

2G

2G

3G

3G
H

H
T1

T1

T1

T1

T1

T1

T2

T2

T2

T2

T2

T2
Kom binasi Ekstrak Tam arind, Kadar Hidrokoloid dan Rasio Gula Cair : Gula Padat (THG)

Gula Pereduksi Total Asam

Gambar 2. Profil gula pereduksi dan total asam minuman jeli asam jawa

3. Karakterisasi Sifat Sensori Minuman Jeli


Hasil analisis ragam pengaruh kadar ekstrak asam jawa (T), kadar hidrokoloid
total (H), rasio gula kelapa cair : cetak (G), serta interaksi antar ketiganya terhadap
karakteristik sensori dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan data pada Tabel 3 nampak bahwa kadar ekstrak asam jawa
berpengaruh nyata pada karakteristik warna, kekenyalan, aroma, rasa asam dan rasa
manis. Peningkatan kadar ekstrak asam jawa menyebabkan peningkatan intensitas
warna, kekenyalan, rasa manis dan kesukaan; dan penurunan pada intensitas aroma dan
rasa asam. Kadar hidrokoloid total berpengaruh nyata pada warna dan kekenyalan.
Peningkatan kadar hidrokoloid total menyebabkan peningkatan intensitas rasa asam;
penurunan tingkat kesukaan dan intensitas rasa manis; dan menyebabkan peningkatan
pada intensitas warna dan kekenyalan hingga kadar 0,6% kemudian diikuti penurunan
intensitas pada kadar 0,7%. Intensitas aroma tetap untuk semua kadar hidrokoloid total
yang digunakan. Jenis gula kelapa yang digunakan dalam bentuk rasio antara gula cair
dengan gula cetak (yang telah dicairkan dengan air) berpengaruh nyata pada warna
produk. Peningkatan kadar gula cetak yang digunakan (rasio gula cair : gula padat dari 1
: 1 menjadi 1 ; 2) menyebabkan peningkatan kesukaan dan intensitas rasa asam;
penurunan intensitas warna dan rasa manis; sedangkan tingkat kekenyalan dan aroma
memiliki skor sensori yang tetap.

Tabel 3. Hasil analisis ragam variabel sensori minuman jeli


Data Warna Kekenyalan Aroma Rasa Rasa Manis Kesukaan
Asam
T1 1.9b 2.7b 2.6a 2.7a 2.7b 2.9
T2 2.1a 3.1a 2.2b 2.3b 3.2a 3.1
H1 1.8b 3.5a 2.4 2.4 3.0 3.1
H2 2.3a 3.3b 2.4 2.5 3.0 2.9
H3 2.0b 1.9c 2.4 2.5 2.9 2.9
G1 2.2a 2.9 2.4 2.4 3.0 2.9
G2 1.8b 2.9 2.4 2.6 2.9 3.0
T1H1G1 2.1 2.9 2.5 2.6 3.0 3.2
T1H1G2 1.8 3.1 2.4 2.7 2.5 2.9
T1H2G1 2.3 3.1 2.5 2.9 2.7 3.0
T1H2G2 2.0 3.2 2.3 2.8 2.7 2.8
T1H3G1 2.0 1.8 3.0 2.7 2.7 2.5
T1H3G2 1.4 1.9 2.7 2.6 2.7 2.9
T2H1G1 1.7 4.0 2.2 1.9 3.2 3.2
T2H1G2 1.8 4.1 2.5 2.5 3.2 3.4
T2H2G1 2.8 3.6 2.3 2.0 3.3 2.8
T2H2G2 2.0 3.2 2.4 2.5 3.2 3.1
T2H3G1 2.7 2.1 2.0 2.4 3.1 2.9
T2H3G2 2.0 2.0 2.1 2.4 3.2 3.2

Seluruh kombinasi perlakukan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada


semua variable yang diamati. Hal ini disebabkan karena kisaran kadar dari tiap-tiap
perlakuan yang dicoba sangat sempit sehingga perbedaan taraf dari masing-masing
perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata pada atribut sensori yang dianalisis. Untuk
seluruh kombinasi perlakuan yang dicoba, kisaran intensitas warna produk yaitu 1,4-2,8
(coklat kekuningan hingga coklat); kekenyalan 1,8-4,1 (sedikit kenyal hingga kenyal);
intensitas aroma asam jawa 2-3 (sedikit kuat hingga agak kuat); intensitas rasa asam
1,9-2,9 (sedikit kuat hingga agak kuat); intensitas rasa manis 2,5-3,3 (sedikit manis
hingga agak manis); dan tingkat kesukaan 2,5-3,4 (sedikit suka hingga agak suka).
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, atribut sensori yang paling dipengaruhi oleh
perlakuan yang dicoba adalah tingkat kekenyalan, intensitas rasa manis dan tingkat
kesukaan. Kombinasi perlakuan yang memberikan skor tertinggi untuk tingkat
kekenyalan, intensitas rasa manis dan tingkat kesukaan adalah T2H1G2 (kadar ekstrak
asam jawa 30%, kadar hidrokoloid total 0,5%, dan rasio gula cair : gula padat = 1 ; 2).

4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1

2
1G

1G

2G

2G

3G

3G

1G

1G

2G

2G

3G

3G
H

H
T1

T1

T1

T1

T1

T1

T2

T2

T2

T2

T2

T2
Kombinasi Ekstrak Tamarind, Kadar Hidrokoloid dan Rasio Gula Cair : Gula Padat (THG)

Kekenyalan Rasa Manis Kesukaan

Gambar 3. Profil tingkat kekenyalan, intensitas rasa manis, dan tingkat kesukaan
minuman jeli asam jawa

KESIMPULAN
Formula minuman jeli asam jawa dengan tingkat kesukaan tertinggi (skor 3,4 =
agak suka hingga suka) terdiri dari kadar ekstrak asam jawa 30%; kadar hidrokoloid
total 0,5%; dan rasio gula cair : gula padat = 1 : 2. Formula minuman jeli asam jawa
dengan kadar vitamin C tertinggi (14,67 ppm) terdiri dari kadar ekstrak asam jawa 25%;
kadar hidrokoloid total 0,6%; dan rasio gula cair : gula padat = 1 : 2. Formula terbaik
minuman jeli asam jawa terdiri dari kadar ekstrak asam jawa 30%; kadar hidrokoloid
total 0,7%; dan rasio gula cair : gula padat = 1 : 2. Karakteristik produk terbaik yaitu
2,09% serat pangan; 35,94 ppm DPPH antioksidan; 0,0043 ppm total fenol; 0,051 ppm
tanin; 11,73 mg/100g vitamin C; 1,34% total asam; 0,27% gula pereduksi dan viskositas
4,8 Pa.s. Produk terbaik yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai alternatif pangan
fungsional sumber serat pangan dan vitamin C.

DAFTAR PUSTAKA
Adeola AA dan Aworh OC. 2009. Physicochemicals and nutrition properties of
Nigerian tamarind. Dept. of Food Technology, University Ibadan, Nigeria.
Akesowan A. 2002. Viscosity and Gel Formation of a Konjac Flour from
Amorphophallus [terhubung berkala]. http://www.journal.au.edu [6 April 2009].
Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Method of AOAC
International. Sixteenth Editon, 4th Revision,Volume II. Association of Official
Analytical Chemist, Maryland.
Armisen R dan Galatas F. 2000. Agar. Di dalam GO Phillips dan PA Williams, editor.
Handbook of Hydrocolloids. New York : CRC Press.
Chen SH, Huang TC, Ho CT, Tsai PJ. 1998. Extraction, analysis, and study on the
volatiles in roselle tea. J Agric Food Chem 46 : 1101-1106
Glicksman M. 1983. Food Hydocolloids. Vol II. Boca Raton, Florida : CRC Press.
Goycoolea FM, Richardson RK, Morris ER, dan Gidley MJ. 1995. Effect of locust
bean gum and konjac glucomannan on the conformation and rheology of agarose
and k-carrageenan. J Biopolymers, 36 : 643-658.
Imeson AP. 2000. Carrageenan. Di dalam GO Phillips dan PA Williams (editor).
Handbook of Hydrrocolloids. New York : CRC Press.
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 1999. Sensory Evaluation Techniques.
CRC Press, Boca Raton.
Parvez,S.S., M.M.Parvez, Y.Fujii, H.Gemma, Analysis of Chemical Components and
Oxygen Radical Absorbance Capacity of Tamandus indica L., Japanese of Trop.
Agriculture,2003,.47(4), 243 – 249.
Penroj P, Michell JR, Hill SE, dan Ganjanagunchorn W. 2005. Effect of Konjac
Glucomannan Deacetylation on The Properties of Gels Formed from Mixtures of
Kappa Carrageenan and Konjac Glucomannan. Carbohydrates Polymers, 59 :
367-376
Phillips GO dan PA Williams, editor. 2000. Handbook of Hydrrocolloids. New York :
CRC Press.
Rumokoi, 1994. Prospek Pengembangan Gula Kelapa di Indonesia. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan 8(1) : 25
Siagian, MH. 2000. Aneka guna asam jawa dan usaha menjadikannya komoditas
ekspor. Puslit Botani, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor
Soemardji, A. 2007. Tamarindus Indica : The sour but Sweet and useful. Review of
Visiting Professor of The Institute of Natural Medicine University of Toyama –
Japan. Juli-September 2007.
Takigami S. 2000. Konjact mannan. Di dalam : Philips GO dan Williams PA, editor.
Handbook of Hydrocolloids, hlm. 379-395. Boca Raton : CRC Press.
Tako M dan Nakamura S. 1988. Synergistic interaction between agarose and D-galacto-
D-mannan in aqueous media. J Agricultural and Biological Chemistry, 52 : 1071-
1072.
Tampubolon, T.,Oswald, Tumbuhan Obat, Penerbit Bharata, Jakarta, 1995
Taylor S. 2010. Sugars and Substitutes with Their Glycemix Index. Http://www.sugar
breakthough.com [20 April 2011].
Widjonarko SB. 2008. Bahan Pembentuk Gel [terhubung berkala].
http://simonwidjonarko.files.wordpress.com [14 April 2009].

View publication stats

You might also like