You are on page 1of 9

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN


(STUDI PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2012-2014)

Helfina Rimardhani
R. Rustam Hidayat
Dwiatmanto
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: epinhelfina@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of Good Corporate Governance (GCG) mechanism toward
company profitability. GCG mechanism is proxied by institutional ownership, independent board, board of
directors and audit committee. The company's profitability is measured by Return On Asset (ROA). Population
in this research is the company's state-owned enterprises (SOE) that are listed on IDX in 2012-2014. The
sample selection technique is using purposive sampling method. Based on the criteria that have been
determined,12 companies chosen as sample. The type of data used are secondary data in the form of annual
reports and financial statements. Data analysis techniques is using multiple linear regression analysis. The
results of this study showed that simultaneously, institutional ownership variable, independent board, board
of directors, and audit committees have a significant effect on ROA. Partially, institutional ownership has a
positive and significant effect on ROA. Independent board has negative and significant effect on ROA. While
another GCG mechanism proxy, which are the board of directors and audit committee have a positive effect
but not significant on ROA.
Keywords: GCG Mechanism, institutional ownership, independent board, board of directors, audit
committee, ROA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap
profitabilitas perusahaan. Mekanisme GCG diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, dewan direksi, dan komite audit. Profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Asset (ROA).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Teknik
pemilihan sampel yaitu dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan, diperoleh 12 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Jenis data yang digunakan yaitu data
sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional,
dewan komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara
parsial, kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Dewan komisaris
independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan proksi mekanisme GCG yang lain,
yaitu dewan direksi dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Kata kunci: Mekanisme GCG, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dewan direksi,
komite audit, ROA

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 167


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan On Asset (ROA) adalah salah satu rasio
teknologi tentunya membawa pengaruh terhadap profitabilitas yang dapat digunakan investor untuk
kegiatan bisnis. Selain itu, banyak kasus melihat bagaimana perusahaan mengoptimalkan
pelanggaran dalam pengelolaan perusahaan seperti asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.
penyalahgunaan kekuasaan, KKN, serta Penelitian mengenai mekanisme GCG
manipulasi laporan keuangan. Manajemen harus terhadap profitabilitas perusahaan telah banyak
mampu mengembangkan dan menerapkan sistem dilakukan namun diperoleh hasil yang belum
serta strategi dan juga kebijakan yang ditetapkan konsisten. Penelitian Hisamuddin dan Tirta (2012)
perusahaan terutama dalam tata kelola perusahaan menunjukkan kepemilikan institusional, dewan
atau disebut Good Corporate Governance (GCG). komisaris independen, dewan direksi, dan komite
Konsep GCG di Indonesia diperkenalkan oleh audit berpengaruh terhadap ROA. Kemudian,
Pemerintah Indonesia dan Internasional Monetary penelitian Diandono (2012) serta Tertius dan
Fund (IMF) pasca krisis. GCG merupakan proses Christiawan (2013) menunjukkan kepemilikan
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan institusional dan dewan komisaris independen
untuk meningkatkan usaha dengan tetap berpengaruh terhadap ROA. Penelitian
memperhatikan kepentingan stakeholders dalam Syafiqurrahman et. al. (2014) menunjukkan dewan
mencapai tujuan perusahaan. Tujuan GCG adalah direksi tidak berpengaruh terhadap ROA.
meningkatkan nilai tambah, meningkatkan Perusahaan yang menjadi populasi adalah
kemakmuran, serta diarapkan berdampak positif perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun
pada kinerja keuangan dan kontrol perusahaan. 2012-2014 karena merupakan perusahaan yang
Maka dari itu, untuk mencapai tujuan GCG menjadi contoh penerapan kebijakan pemerintah,
dibutuhkan mekanisme tersistem untuk memantau khususnya dalam penerapan GCG. Peran BUMN
kebijakan yang diterapkan. dalam perekonomian Indonesia sangat besar, salah
Kepemilikan institusional dianggap mampu satunya melakukan privatisasi. Artinya, pihak
mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Institusi selain pemerintah, misalnya institusi, publik,
menjadi pemegang saham mayoritas karena manajemen, ataupun asing dapat menanamkan
memiliki sumber daya yang besar. Pihak institusi modalnya di perusahaan BUMN.
memilih berinvestasi pada perusahaan yang
menerapkan kontrol kuat dengan jumlah deviden 2. KAJIAN PUSTAKA
tinggi agar mendapatkan return tinggi pula. Suatu Teori Agensi (Agency Theory)
perusahaan harus memiliki dewan komisaris dan Teori agensi menjelaskan adanya hubungan
dibantu oleh komisaris independen untuk kontraktual antara manajer (agent) dengan pemilik
melindungi pemegang saham. Jumlah komisaris perusahaan (principal), dimana pemilik
independen dalam suatu perusahaan harus sesaui perusahaan memberikan tanggung jawab kepada
dengan peraturan yang telah ditetapkan. manajer dalam pengambilan keputusan. Pemisahan
Pengelolaan perusahaan bergantung pada kinerja antara pemilik perusahaan dengan manajer tentu
dari dewan direksi, dimana merupakan pihak yang akan menimbulkan masalah karena masing-masing
bertanggung jawab atas jalannya kegiatan pihak ingin memaksimalkan kepentingannya.
perusahaan. Besar kecilnya perusahaan Adanya teori keagenan diharapkan dapat
menentukan jumlah minimal anggota dewan memberikan kepercayaan pada investor bahwa
direksi. Untuk meningkatkan kontrol terhadap investor akan menerima return sesuai dengan dana
laporan keuangan perusahaan, maka harus yang telah diinvestasikan.
membentuk komite audit. Komite audit dapat Pemilik perusahaan dan manajer mempunyai
memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai kebutuhan informasi yang berbeda. Dimana
kepentingan shareholders dan stakeholders. pemilik perusahaan seharusnya memperoleh
Tidak dipungkiri bahwa tujuan didirikan informasi untuk mengukur kinerja manajemen
perusahaan adalah menghasilkan laba (profit). namun belum disajikan seluruhnya, sedangkan
Perusahaan harus mampu menghasilkan laba pada manajer lebih paham mengenai prospek
periode tertentu agar dapat mempertahankan perusahaan untuk kedepannya. Oleh karena itu,
kelangsungan hidup jangka panjang. Profitabilitas dalam satu perusahaan ada dua kepentingan yang
perusahaan merupakan dasar penilaian kondisi bertentangan, yakni kepentingan memaksimalkan
perusahaan sehingga dibutuhkan alat analisis keuntungan pemilik perusahaan dan kepentingan
dengan menggunakan rasio profitabilitas. Return memaksimalkan keuantungan manajer.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 168
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Good Corporate Governance (GCG) paling kurang terdapat dua orang anggota direksi
GCG merupakan proses yang mengatur dan dalam perusahaan. Besar kecilnya perusahaan
mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan menentukan jumlah minimal anggota dewan
keberhasilan usaha dengan tetap meperhatikan direksi. Dewan direksi diukur dari jumlah anggota
kepentingan stakeholders dan mengurangi konflik direksi dalan perusahaan (Hisamuddin dan Tirta,
agensi agar dapat mencapai tujuan perusahaan. 2012:125).
Keputusan Menteri BUMN No. Kep. 117/M-
MBU/2002 menekankan kewajiban BUMN untuk Komite Audit
menerapkan GCG dengan konsisten dan Dewan komisaris membutuhkan komite audit
menjadikan prinsip GCG sebagai landasan untuk membatu melakukan pengawasan dala
operasional. Penerapan GCG secara konsisten pengelolaan perusahaan. Komite audit
membantu perusahaan untuk lebih siap bersaing bertanggungjawab mengawasi proses pelaporan
dalam dunia bisnis. Beberapa manfaat penerapan keuangan. Komite audit juga menghubungkan para
GCG yaitu meningkatkan kinerja perusahaan pemegang saham dan komisaris dengan
dengan pengambilan keputusan lebih baik, manajemen dalam usaha menangani pengendalian.
mendapatkan dana yang lebih murah, dan Paling tidak terdapat satu anggota komisaris
kepercayaan investor dapat tumbuh kembali. independen sebagai ketua komite audit, dan dua
Umunya, terdapat lima prinsip GCG yaitu orang dari luar perusahaan sebagai anggota komite
keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas, audit. Komite audit dalam suatu perusahaan dapat
kemandirian, serta kesetaraan dan kewajaran. diukur dari jumlah anggota komite audit (Oemar,
2014:386).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah saham yang Profitabilitas
dimiliki pemerintah, institusi berbadan hukum, Mendapatkan laba pada periode tertentu
dana perwalian, institusi asing, dan lain sebagainya merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah
yang dapat memonitor manajemen dalam perusahaan. Profitabilitas perusahaan akan
pengelolaan perusahaan. Pihak institusi merupakan mempengaruhi kebijakan dari investor atas
pemegang saham mayoritas yang memiliki sumber investasinya. Profitabilitas perusahaan merupakan
daya besar. Kepemilikan institusional diukur dari dasar penilaian kondisi perusahaan, sehingga
presentase jumlah saham pihak institusi dari dibutuhkan alat analisis untuk menilainya yaitu
seluruh jumlah saham perusahaan (Boediono, dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
2005:175). menggambarkan efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya dinilai dari
Dewan Komisaris Independen besar laba yang diperolehnya.
Dewan komisaris independen merupakan
pihak yang tidak diperkenankan memiliki Return On Asset (ROA)
hubungan apapun yang berkaitan dengan ROA menggambarkan kemampuan perusaaan
pengelolaan perusahaan. Pembentukan dewan secara keseluruhan dalam menghasilkan
komisaris independen diharapkan akan melindungi keuntungan dengan jumlah seluruh aktiva yang
pemegang saham. Setidaknya jumlah komisaris tersedia (Syamsuddin, 2013:63). Aktiva tersebut
independen dalam perusahaan adalah 30% dari adalah seluruh harta perusahaan mulai dari modal
seluruh anggota komisaris. Komisaris independen sendiri maupun modal asing yang telah diubah
diukur dari presentase jumlah anggota komisaris menjadi aktiva perusahaan untuk kelangsungan
dari luar perusahaan dari seluruh jumlah dewan hidup perusahaan. Semakin tinggi rasio ROA maka
komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007:10). dapat dikatakan bahwa pengelolaan aktiva
perusahaan semakin baik dan efisien. ROA dapat
Dewan Direksi dihitung dari laba bersih sesudah pajak dibagi total
Pengelolaan perusahaan bergantung pada aktiva perusahaan (Syamsuddin, 2013:74).
kinerja dan kebijakan dari dewan direksi. Tugas
dan tanggung jawab dari setiap anggota direksi Model Hipotesis
adalah saling berkaitan dan mengikat serta
merupakan tanggung jawab sesama anggota direksi Model hipotesis dalam penelitian ini adalah
pada perusahaan. Peraturan Otoritas Jasa sebagai berikut:
Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 meyebutkan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 169
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
seluruh jumlah saham perusahaan (Boediono,
Kepemilikan
2005:175).
Institusional b. Dewan Komisaris Independen diukur dari
presentase jumlah anggota komisaris dari luar
Dewan Komisaris perusahaan dari seluruh jumlah dewan
Independen komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007:10).
ROA c. Dewan Direksi diukur dari jumlah anggota
Dewan Direksi
direksi dalam perusahaan (Hisamuddin dan
Tirta, 2012:125).
d. Komite Audit diukur dari jumlah anggota
Komite Audit
komite audit (Oemar, 2014:386).
Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini
Gambar 1 Model Hipotesis diukur dengan ROA.
Sumber: Data diolah, 2015 Laba bersih sesudah pajak
ROA =
Berdasarkan model hipotesis diatas, maka total aktiva
dikembangkan beberapa hipotesis yang akan duiji Sumber: Syamsuddin, 2013:74
sebagai berikut:
H1: Kepemilikan institusional, dewan komisaris Metode analisis data yang digunakan adalah
independen, dewan direksi, dan komite audit analisis regresi linear berganda karena terdapat
secara simultan berpengaruh signifikan empat variabel independen dan satu variabel
terhadap ROA. dependen. Pengujian hipotesis diuji dengan
H2: Kepemilikan institusional, dewan komisaris koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji t. Sebelum
independen, dewan direksi, dan komite audit melakukan pengujian hipotesis, maka diawali
secara parsial berpengaruh signifikan dengan melakukan uji statistik deskriptif dan uji
terhadap ROA. asumsi klasik (normalitas, mutikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi). Adapun
3. METODE PENELITIAN model peramalan regresi linear berganda dalam
Jenis Penelitian penelitian ini sebagai berikut:
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian penjelasan (explanatory research) YROA = β1XKI + β2XDKI + β3XDD + β4XKA + e
dengan pendekatan kuantitatif. Metode
pengumpulan data yaitu metode dokumentasi. Keterangan:
Dokumen yang dimaksud adalah laporan tahunan YROA : variabel dependen Return On Asset
dan laporan keuangan perusahaan. (ROA)
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan XKI : variabel independen Kepemilikan
BUMN go public yang terdaftar di BEI tahun 2012- Institusional (KI)
2014. Pemilihan sampel menggunakan metode XDKI : variabel independen Dewan Komisaris
purposive sampling. Kriteria-kriteria pemilihan Independen (DKI)
sampel sebagai berikut: (1) perusahaan BUMN XDD : variabel independen Dewan Direksi
yang terdaftar di BEI berturut-turut tahun 2012- (DD)
2014; (2) perusahaan BUMN yang menerbitkan XKA : variabel independen Komite Audit (KA)
laporan tahunan dan laporan keuangan dalam β1, β2,β3, β4: koefisien regresi
rupiah tahun 2012-2014; (3) perusahaan BUMN e : error
yang menyertakan komposisi kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dewan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
direksi, dan komite audit tahun 2012-2014; (4) Statistik Deskriptif
perusahaan BUMN yang melaporkan presentase Deskripsi variabel menggambarkan dengan
nilai ROA bernilai positif pada laporan keuangan ringkas mengenai variabel-variabel yang
tahun 2012-2014. digunakan dalam penelitian meliputi nilai
Mekanisme GCG dalam penelitian ini minimum, maksimum, rata-rata, dan standar
diproksikan dengan: deviasi. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel
a. Kepemilikan Institusional diukur dari penelitian sebagai berikut:
presentase jumlah saham pihak institusi dari
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 170
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Descriptive Statistics b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
N Min Max Mean Std. Dev.
ROA
d. This is a lower bound of the true significance.
36 ,0077 ,2286 ,069214 ,0614192
KI Sumber: Data sekunder diolah, 2015
36 ,8190 ,9972 ,958321 ,0479214
DKI 36 ,3333 ,6250 ,437664 ,1044161 Berdasarkan tabel 2, nilai Kolmogorov-
DD 36 5,00 11,00 7,2778 2,15951 Smirnov sebesar 0,106. Probabilitas asymp.sig (2-
KA 36 2,00 8,00 4,4167 1,40153 tailed) > 0,05 yaitu 0,200. Hasil tersebut
Valid 36 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini terdistribusi normal dan pengujian
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
regresi dengan model linear berganda dapat
Tabel 1 menunjukkan hasil statistik deskriptif dilakukan.
masing-masing variabel penelitian. Hasil statistik
ROA menunjukkan nilai minimum 0,77%, Uji Multikolinearitas
maksimum 22,86%, rata-rata 6,92% dan standar Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk
deviasi 6,14%. KI menunjukkan nilai minimum mengetahui ada tidaknya hubungan signifikan
81,9%, maksimum 99,72%, rata-rata 95,83% dan antar variabel independen yang digunakan.model
standar deviasi 4,79%. DKI menunjukkan nilai regresi bebas multikolinearitas terlihat pada nilai
minimum 33,33%, maksimum 62,4%, rata-rata tolerance value (TOL) diatas 0,1 atau nilai
43,77% dan standar deviasi 10,44%. DD Variance Inflation Factor (VIF) dibawah 10.
menunjukkan nilai minimum 5, maksimum 11, Berikut adalah hasil uji multikolinearitas:
rata-rata 7, dan standar deviasi 1. Sedangkan KA
menunjukkan nilai minimum 2, maksimum 8, rata- Tabel 3 Uji Multikolinearitas
rata 4, dan standar deviasi 1. Coefficientsa

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas Collinearity Statistics
Uji normalitas bertujuan untuk menguji Model Tolerance VIF
apakah variabel independen yaitu kepemilikan 1 (Constant)
institusional, dewan komisaris independen, dewan
KI ,752 1,329
direksi, dan komite audit mempunyai distribusi
DKI ,302 3,308
normal terhadap variabel dependen yaitu ROA. Uji
DD ,236 4,229
normalitas menggunakan One Sample
KA ,598 1,673
Kolmogorov-Smirnov Test yang ditentukan
a. Dependent Variable: ROA
berdasarkan taraf signifikansi diatas 0,05
menunjukkan data terdistribusi normal. Hasil uji Sumber: Data sekunder diolah, 2015
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 menunjukkan nilai tolerance variabel
Tabel 2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov kepemilikan institusional, dewan komisaris
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test independen, dewan direksi, dan komite audit lebih
dari 0,1. Hasil pengujian juga menunjukkan nilai
Unstandardize VIF masing-masing variabel kurang dari 10.
d Residual Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
N 36 multikolinearitas antar variabel independen dalam
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 model regresi.
Std. Deviation 4,81842412
Most Extreme Differences Absolute ,106 Uji Heteroskedastisitas
Positive ,106 Uji heteroskedastisitas merupakan varians
Negative -,056 residual yang tidak sama terhadap semua
Test Statistic ,106 pengamatan dalam model regresi. Pengujian ini
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d dapat dilihat melalui grafik Scatterplot. Bila titik-
a. Test distribution is Normal. titik membentuk pola tertentu dan teratur maka
terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika titik-titik

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 171


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
menyebar diatas dan dibawah angka nol pada Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas Uji Hipotesis 1
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat
adalah hasil uji heteroskedastisitas: koefisien regresi pada model summary. Koefisien
determinasi (R2) mengukur kemampuan model
regresi dalam menerangkan variasi variabel
independen. Koefisien determinasi yang digunakan
adalah yang disesuaikan atau adjusted R2.

Tabel 5 Model Summary


Model Summary
R Adj. R Std. Error of the
Model R Square Square Estimate
1 a
,620 ,385 ,305 5,11986
a. Predictors: (Constant), Komite Audit,
Kep.Institusional, Dewan Komisaris Indep., Dewan
Direksi
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Sumber: Data sekunder diolah, 20115
Tabel 5 menunjukkan bahwa adjusted R2
sebesar 0,305 atau 30,5%. Nilai tersebut
Hasil Scatterplot pada gambar 2 menunjukkan
menunjukkan bahwa presentase pengaruh variabel
bahwa tidak ada pola yang jelas. Titik-titik
independen yang terdiri dari kepemilikan
menyebar baik diatas maupun dibawah angka nol
institusional, dewan komisaris independen, dewan
pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak
direksi, dan komite audit terhadap variabel
terjadi heteroskedastisitas.
dependen yaitu ROA sebesar 30,5%. Sedangkan
sisanya sebesar 69,5% dipengaruhi variabel lain
Uji Autokorelasi
yang tidak masuk dalam model. Untuk menguji
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
signifikansi dari koefisien determinasi, dapat diuji
dalam model regresi linear berganda ada korelasi
dengan menggunakan uji F statistik.
antara kesalahan pengganggu periode t dengan
periode t-1. Uji autokorelasi ditunjukkan dengan
Tabel 6 Uji F Statistik
melakukan pengujian Durbin Watson. Hasil ANOVAa
pengujian dapat dilihat pada model summary Sum of Mean
berikut: Model Squares Df Square F Sig.
Regression 507,843 4 126,961 4,843 ,004b
Tabel 4 Uji Autokorelasi Residual 812,602 31 26,213
Model Summaryb Total 1320,446 35
R Adj. R Std. Error of Durbin- a. Dependent Variable: ROA
Model R Square Square the Estimate Watson b. Predictors: (Constant), Komite Audit,Kep.Institusional,
Dewan Komisaris Indep., Dewan Direksi
1 ,620a ,385 ,305 5,11986 1,953
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Dewan Komisaris Indep., Dewan Direksi Hasil uji F statistik menunjukkan nilai Fhitung =
b. Dependent Variable: ROA 4,843 lebih besar dari nilai Ftabel(0,05)(4;31) = 2,680
Sumber: Data sekunder diolah, 2015 dan nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari
α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan tabel 4, nilai Durbin Watson Hasil ini menunjukkan hipotesis yang menyatakan
(DW) sebesar 1,953 sedangkan nilai dl dan du yang bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris
diperoleh dari tabel (n = 36, k = 4) adalah 1,236 dan independen, dewan direksi, dan komite audit secara
1,724. Nilai DW 1,953 berada diantara du (1,724) simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA
dan 4-du (2,276). Maka disimpulkan bahwa tidak diterima.
terdapat autokorelasi pada model.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 172


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Uji Hipotesis 2 variabel-variabel independen lainnya, maka
Uji t statistik digunakan untuk mengetahui kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan
apakah kepeilikan institusional, dewan komisaris yang negatif antara dewan komisaris independen
independen, dewan direksi, dan komite audit secara dengan ROA, dimana kenaikan dewan komisaris
individu berpengaruh signifikan terhadap ROA. independen akan berakibat pada penurunan ROA.
Berikut adalah hasil uji t statistik: Pengujian variabel dewan komisaris independen
terhadap ROA menunjukkan nilai thitung(XDKI) = -
Tabel 7 Uji t Statistik 2,796 lebih besar dari ttabel = 2,032 dan nilai
Coefficientsa signifikansi (Sig) sebesar 0,009 < 0,05 yang berarti
Standardi bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini
Unstandardized zed
Coeff. Coeff.
menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa
Std.
dewan komisaris independen secara parsial
Model B Error Beta t Sig. berpengaruh signifikan terhadap ROA diterima.
(Constant) -35,111 18,878 -1,860 ,072 Seluruh perusahaan sampel penelitian telah
KI ,579 ,208 ,452 2,783 ,009 memenuhi ketentuan BEJ bahwa persyaratan
DKI -,421 ,151 -,717 -2,796 ,009 jumlah minimal dewan komisaris independen
DD ,333 ,824 ,117 ,404 ,689 adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.
KA ,572 ,799 ,130 ,716 ,480 Terdapat pengaruh yang negatif ini dapat
a. Dependent Variable: ROA dijelaskan, semakin besar proporsi dewan
Sumber: Data sekunder diolah, 2015 komisaris yang berasal dari luar perusahaan dengan
keahlian dan pengalaman yang beragam, akan
Kepemilikan institusional menunjukkan nilai memungkinkan menyebabkan penurunan
positif. Mengasumsikan jika ketiadaan dari kemampuan dewan komisaris dalam melakukan
variabel-variabel independen lainnya, maka pengawasan karena muncul masalah koordinasi,
kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan komunikasi dan pembuatan keputusan. Selain itu,
yang positif antara kepemilikan institusional peran dari dewan komisaris independen yang
dengan ROA, dimana kenaikan kepemilikan seharusnya bersikap independen dengan
institusional akan berakibat pada kenaikan ROA. mengesampingkan kepentingan pribadi atau
Pengujian variabel kepemilikan institusional manajemen dan bertindak hanya untuk
terhadap ROA menunjukkan nilai thitung (XKI) = kepentingan perusahaan belum terlaksana dengan
2,783 lebih besar dari ttabel = 2,032 dan nilai baik. Perusahaan hanya sekedar memenuhi
signifikansi (Sig) sebesar 0,009 < 0,05 yang berarti kepatuhan tanpa mengoptimalkan peran dewan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini komisaris independen sebagai pengawas kinerja
menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan. Kondisi
kepemilikan institusional secara parsial ini juga ditegaskan berdasarkan survai yang
berpengaruh signifikan terhadap ROA diterima. dilakukan oleh Asian Development Bank dalam
Presentase kepemilikan institusional perusahaan Boediono (2005:183) yang menyatakan bahwa
yang menjadi sampel penelitian rata-rata lebih dari besarnya kendali dari pendiri perusahaan dan
80%. Tingginya presentase kepemilikan kepemilikan saham mayoritas menjadikan peran
institusional menyebabkan pengawasan dari dewan komisaris tidak independen dan tanggung
pemegang saham institusi semakin ketat yang jawab terhadap pengawasan menjadi tidak efektif.
berdampak pada semakin tinggi tekanan institusi Hasil penelitian ini sejalan dengan Hisamuddin dan
terhadap manajer untuk memaksimalkan Tirta (2012) serta Tertius dan Christiawan (2015)
profitabilitas perusahaan yang diukur dengan yang menunjukkan bahwa dewan komisaris
ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan independen berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Hisamuddin dan Tirta (2012) yang menunjukkan Pengujian variabel dewan direksi terhadap
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh ROA menunjukkan nilai thitung(XDD) = 0,404 lebih
positif terhadap ROA. Kepemilikan institusional kecil daripada ttabel = 2,032, sedangkan nilai
yang semakin tinggi akan mampu memonitor signifikansi (Sig) sebesar 0,689 > 0,05 yang berarti
perusahaan untuk lebih meningkatkan profitabilitas bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil ini
perusahaan. menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa
Dewan komisaris independen menunjukkan dewan direksi secara parsial berpengaruh
nilai negatif. Mengasumsikan jika ketiadaan dari signifikan terhadap ROA ditolak. Jumlah dewan
direksi dalam perusahaan tidak dapat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 173
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mempengaruhi besar kecilnya ROA. Dewan 3. Dewan komisaris independen secara parsial
direksi belum mampu melakukan koordinasi serta berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
pengambilan keputusan yang tepat dalam 4. Dewan direksi secara parsial tidak
menjalankan fungsi kontrol yang lebih baik untuk berpengaruh signifikan terhadap ROA.
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil 5. Komite audit secara parsial tidak berpengaruh
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang signifikan terhadap ROA.
dilakukan oleh Syafiqurrahman, et.al.(2014) yang
menunjukkan bahwa dewan direksi tidak Saran
berpengaruh terhadap ROA. Saran yang dapat direkomendasikan adalah
Pengujian variabel komite audit terhadap ROA sebagai berikut:
menunjukkan nilai thitung(XKA) = 0,716 lebih kecil 1. Bagi perusahaan, khususnya perusahaan
dari nilai ttabel = 2,032. Nilai signifikansi (Sig) BUMN diharapkan menjadikan hasil
sebesar 0,480 > 0,05 yang berarti bahwa Ho penelitian ini sebagai wacana untuk lebih
diterima dan Ha ditolak. Hasil ini menunjukkan mengoptimalkan penerapan mekanisme Good
hipotesis yang menyatakan bahwa komite audit Corporate Governance dalam pengelolaan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perusahaan.
ROA ditolak. Tinggi atau rendahnya jumlah 2. Bagi manajemen perusahaan diharapkan
komite audit dalam suatu perusahaan tidak mampu lebih transparan dalam melaporkan
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. seluruh laporan keuangan perusahaan.
Jumlah komite audit tidak dapat menjamin Manajemen adalah pihak yang dipercaya oleh
keefektifan kinerja komite audit dalam melakukan para pemegang saham dalam mengelola
pengawasan terhadap profitabilitas perusahaan. perusahaan.
Pembentukan dari komite audit dalam suatu 3. Bagi pemerintah diharapkan lebih
perusahaan hanya atas dasar untuk pemenuhan memperhatikan peraturan mengenai
regulasi yang mensyaratkan bahwa perusahaan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan
harus membentuk komite audit. Hasil penelitian ini di Indonesia. Prosedur terstruktur dan
sejalan dengan Diandono (2012) yang didukung oleh peraturan undang-undang
menunjukkan bahwa komite audit tidak sangat penting dalam mewujudkan perusahaan
berpengaruh terhadap ROA. Tidak adanya yang mampu bersaing dalam jangka panjang.
pengaruh dari jumlah komite audit dalam suatu 4. Bagi calon investor diharapkan menggunakan
perusahaan dikarenakan peran dari komite audit aspek GCG sebagai dasar dalam pengambilan
kurang optimal dalam menjalankan fungsi keputusan sebelum melakukan investasi.
pengawasan dan pengendalian pada manajemen 5. Bagi pemegang saham diharapkan lebih
perusahaan. Selain itu, dalam memelihara kualitas mendorong pihak manajemen dalam
laporan keuangan dan membantu dewan komisaris memperhatikan penerapan mekanisme GCG.
belum sepenuhnya tercapai oleh komite audit Atas dasar GCG memungkinkan pihak-pihak
sehingga belum mampu meningkatkan dalam perusahaan dapat bertindak sesuai
profitabilitas perusahaan. Pemilihan anggota fungsinya sehingga para pemegang saham
komite audit masih berdasarkan kekerabatan dapat memperoleh return yang sesuai dengan
sehingga pemantauan terhadap dewan direksi investasinya.
kurang maksimal. 6. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
menambah proksi mekanisme GCG dan
5. KESIMPULAN DAN SARAN profitabilitas perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa: Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi
1. Kepemilikan institusional, dewan komisaris Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
independen, dewan direksi, dan komite audit dan Dampak Manajemen Laba dengan
secara simultan berpengaruh signifikan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16
dengan Return On Asset (ROA). September 2005: 172-194. Ikatan Akuntan
2. Kepemilikan institusional secara parsial Indonesia.
berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 174


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Hisamuddin, Nur dan M. Yayang Tirta K. 2012. Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya.
Pengaruh Good Corporate Governance Bandung: CV. Alfabeta.
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah. Jurnal Akuntansi Universitas Jember:
109-138.
Kementerian BUMN. 2002. Surat Keputusan
Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002
tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan
Good Corporate Goernance (GCG) pada
BUMN. Jakarta: Kementerian BUMN.
(http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good
-corporate.bpkp diakses tanggal 20 September
2015).
Oemar, Fahmi. 2014. Pengaruh Corporate
Governance dan Keputusan Pendanaan
Perusahaan Terhadap Kinerja Profitabilitas
dan Implikasinya Terhadap Harga Saham.
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11,
No. 2 September 2014: 369-402.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
(http://ptba.co.id/public/uploads/POJK_No_3
3-POJK_04-2014_-
_Direksi_dan_Dewan_Komisaris.pdf diakses
tanggal 11 November 2015).
Syafiqurrahman, M., Wahyu Andiarsyah, dan
Wahyu Suciningsih. 2014. Analisis Pengaruh
Corporate Governance dan Pengaruh
Keputusan Pendanaan Terhadap Kinerja
Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi, Volume XVIII, No. 01, Januari
2014: 21-44.
Syamsuddin, Lukman. 2013. Manajemen
Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan dan
Pengambilan Keputusan. Edisi Baru. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Tertius, Melia Agustina dan Yulius Jogi
Christiawan. 2015. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Kinerja Perusahaan
Pada Sektor Keuangan. Business Accounting
Review, Vol. 3 No. 1, Januari 2015: 223-232.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus
Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X,
Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007.
Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate
Governance: Pada Badan Usaha Manufaktur,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 31 No. 1 Februari 2016| 175


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like