You are on page 1of 362
BAB! Selamat Tinggal Sivia Seminggu setelah kepergian sang nyonya, masih terasa suasana duka yang sangat mendalam di kediaman Sindhunata. Semua orang sangat kehilangan sosok Nyonya Sivia Sindhunata. yang meninggal karena kecelakaan mobil seminggu yang lalu. Saat itu ia sedang dalam perjalanan untuk menjemput sang anak yang sedang main di rumah neneknya, tapi naas mobil yang ditumpangi Sivia menabrak pembatas jalan saat menghindari sebuah truk yang sedang oleng. Beliau meninggalkan suami tercintanya, Tuan Alvin Deandra Sindhunata dan pangeran kecil mereka Gracio Alano Sindhunata yang masih berusia 5 tahun. Tentu sosok yang sangat terpukul dengan perginya Sivia adalah sang suami, Alvin. Ia selama ini hanya berdiam diri di kamar tanpa ingin melakukan sesuatu. Ia juga bahkan sudah 4 hari tidak pergi ke kantor. Ia masih tidak terima jika istri tercintanya pergi meninggalkan dirinya. Seperti saat ini Alvin masih berada di kamarnya. Ia duduk di pinggir kasur sambil menatap nanar foto Sivia. Wajahnya terlihat kusut, matanya bengkak tanda bahwa ia sudah terlalu banyak menangis. Mungkin terlihat berlebihan jika seorang pria menangis, tapi siapa yang kuat jika ditinggal orang yang kita cintai untuk selama-lamanya? "Sayang, kamu lagi apa? Aku kangen." "Kenapa kamu tega tinggalkan aku sama Cio? Kenapa? Apa karena kamu marah sama aku, jadi kamu pergi? Aku mau ikut kamu," ucap Alvin sambil mengusap-usap pigura foto Sivia. Air matanya pun lagi-lagi mengalir di kedua pipinya. "Daddy!" Terdengar suara anak kecil dari luar kamar sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. "Daddy!" Masih terdengar suara anak kecil, namun kali ini dengan intonasi yang tinggi. Tidak ada jawaban dari Alvin, tiba-tiba anak kecil tersebut sudah masuk ke dalam kamar Alvin. Ia menghampiri Alvin dan memeluk lengan Alvin. Alvin bergeming dengan hadirnya anak kecil tersebut. Ia masih saja menatap pigura foto Sivia. "Dad, kenapa Daddy liat foto Mommy terus? Daddy kangen sama Mommy ya? Daddy jangan nangis, Mommy kan sudah senang sama Tuhan di sana," ucap anak kecil itu yang ternyata adalah Cio, anaknya Alvin. Sedangkan Alvin masih terus bergeming. Beruntung Cio anak yang cukup pintar. Di umurnya yang baru 5 tahun, ia sudah mengerti kalau kini Mommynya sudah pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Awalnya ketika ia diberitahu bahwa Mommynya sudah meninggal, ia menangis cukup lama. Tapi setelah itu ia sudah mulai menerimanya. Saat ini ia justru sedih melihat Daddynya yang terlihat sangat sedih dan uring-uringan seperti ini di kamarnya. "Daddy, aku punya ide. Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke mall? Aku mau makan ice cream, terus kita main di Timezone." "Daddy!" "Dad. Daddy kok diam saja, sih?" "Nanti ya Sayang, Daddy enggak mau pergi ke mana- mana dulu." 2-Hot Daddy "Enggak mau. Aku maunya kita pergi sekarang, titik." "Tidak bisa Son, Daddy sedang sedih sekali. Daddy butuh waktu sendiri dulu. Daddy mohon kamu mengerti ya." "Justru itu, aku enggak mau lihat Daddy terus-terusan sedih seperti ini. Ayo Dad!" ucap Cio, tapi kali ini dengan menarik-narik lengan Alvin. "Iya, tapi maaf Daddy belum bisa." "Ayo Dad!" Cio terus menarik-narik lengan Alvin. "Tidak." “Ayooooo!" Tarikan Cio semakin kencang. "CIO!" "KAMU BISA DIAM TIDAK! DADDY KAN SUDAH BILANG, DADDY ENGGAK MAU. JANGAN PAKSA DADDY! KAMU SUDAH CUKUP BESAR BUKAN ANAK KECIL LAGI, HARUSNYA KAMU BISA NGERTIIN DADDY DONG! SEKARANG KAMU KELUAR DARI SINI! KALAU KAMU MAU PERGI, KAMU PERGI SAMA OMA SAJA SANA!" Tiba-tiba bentakan keras keluar dari mulut Alvin, dan tentu membuat Cio menangis sesenggukan. "Hikss ... Daddy jahat hikss ... Daddy enggak sayang sama Cio hikss .... Aku benci sama Daddy hikss ...." Cio pun keluar dari kamar Alvin dengan tangisan yang kencang. Ia bahkan pergi keluar dari rumah, entah ingin pergi ke mana. ee Semenjak dirinya di-PHK beberapa hari yang lalu, Ify mencari lowongan kerja ke kantor-kantor di Jakarta. Tetapi sialnya, ia belum juga mendapatkan pekerjaan satu pun. Hari ini sama halnya dengan hari-hari kemarin. Sudah 5 perusahaan yang ia datangi, tetapi tetap saja hasilnya nihil. Ia rasanya sudah lelah dan putus asa sekali, tetapi ia sadar bahwa ia harus semangat mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya yang sebatang kara. Ify, gadis yang memiliki nama lengkap Alyssa ‘Audymaurin - 3 Nifya Adley ini adalah gadis yang hidup sebatang kara. Orang tuanya sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Ia tidak punya saudara karena ia adalah anak tunggal. Jadi ia harus berjuang sendiri menghadapi dunia yang keras ini. Saat ini ia merasa lelah, dan ia melihat ada sebuah taman yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Ia pun memutuskan untuk berjalan menuju taman itu, untuk beristirahat di salah bangku taman di sana. Sesampainya di taman, ia melihat ada anak kecil yang sedang menangis sendirian. Ia yang merasa iba dengan anak kecil tersebut, langsung menghampiri anak kecil itu dan duduk di sampingnya. “Hai, Anak Ganteng! Kamu kenapa menangis?" tanya Ify pada anak itu. Mendengar ada seseorang yang mengajak dirinya bicara, anak kecil itu pun menoleh ke arah Ify. "Tante siapa?" Anak kecil itu menatap Ify penuh selidik dan pipinya sudah penuh dengan linangan air mata. "Kamu enggak usah takut, nama Tante Ify. Nama kamu siapa?" “Nama aku Cio." "Nama yang bagus. Kalau Tante boleh tahu, kamu kenapa menangis sendirian di sini?" tanya Ify dengan senyuman lembutnya. Cio pun dengan lancar menceritakan semua penyebab mengapa ia menangis. Bahkan ia juga memberitahu Ify, bahwa Mommynya telah meninggal. Tentu Cio menceritakannya dengan disertai tangisannya. Sedangkan Ify yang mendengar cerita Cio, merasa iba dan terharu karena Cio di umurnya yang baru 5 tahun sudah harus ditinggalkan Mommynya. Dan ia juga salut bahwa Cio bisa menerima kenyataan pahit yang harus diterimanya itu. Ia pun memeluk Cio yang masih menangis tersedu-sedu, tangannya mengusap punggung kecil Cio. 4- Hot Daddy "Kamu yang sabar ya, Sayang. Mungkin Daddy kamu memang masih belum bisa terima, kalau Mommy sudah pergi meninggalkan kalian dan dia butuh waktu untuk sendiri. Kamu harus mengerti itu, Sayang." "Tapi aku saja sudah ikhlas kalau Mommy pergi. Kata Oma, Mommy sudah ada sama Tuhan di sana. Jadi aku enggak boleh sedih," ucap Cio sambil menunjuk langit di atas mereka. "Sungguh pintar sekali anak ini," pikir Ify. "Kalau begitu kamu harus sabar dan terus berdoa sama Tuhan, supaya Daddy kamu kembali seperti dulu. Cepat atau lambat Tante yakin Daddy pasti akan ikhlaskan kepergian Mommy." "Tante yakin?" "Yakin 100%," ucap Ify dengan nada yang bersemangat dan senyum lembut di bibirnya. "Ya sudah, aku nanti mau berdoa sama Tuhan supaya Daddy kembali seperti dulu." Kini nada bicara Cio terdengar lebih bersemangat. "Nah begitu dong, itu namanya anak yang pintar. Tante bangga sama kamu. Jadi, mulai sekarang kamu jangan nangis lagi ya." Cio mengangguk-anggukkan kepalanya, dan Ify menghapus sisa air mata Cio di kedua pipinya dengan ibu jarinya. ee Ira, Mama Alvin terlihat sibuk mencari Cio. Pasalnya terakhir kali ia melihat cucunya sedang menonton TV di ruang keluarga dan ia sendiri sedang berada di dapur. Tapi ketika ia kembali ke ruang keluarga, ia tidak melihat ada cucunya di sana. Ia mencari di setiap sudut rumah pun tidak ada. Terakhir adalah kamar anaknya yang ia belum periksa. Mungkin saja cucunya itu sedang bermain dengan Daddynya di kamar. Ira pun membuka pintu kamar Alvin yang tidak terkunci. ‘Audymaurin - 5 "Cio, apa kamu ada di sini Sayang?” tanya Ira, tetapi tidak ada jawaban. Ia malah melihat ada Alvin sendiri yang tengah tertidur di kasur. Terlihat kedua tangannya sedang memeluk sebuah pigura foto yang ia yakini foto Sivia. Ira sungguh tahu dan mengerti jika Alvin sampai sekarang belum menerima kepergian Sivia. Ira pun berjalan menghampiri Alvin yang tertidur dan mengambil pigura foto yang ada di pelukannya dengan perlahan, lalu menaruhnya di atas nakas sebelah tempat tidur. “Alvin bangun," ucap Ira membangunkan Alvin sambil mengguncang-guncangkan tubuh Alvin. “Alvin bangun." “Ehmmm." "Bangun!" Kali ini suara Ira terdengar keras dan itu membuahkan hasil. "Ada apa, Ma?" ucap Alvin yang sudah bangun dari tidurnya. “Anak kamu mana?" “Memangnya enggak ada di luar?" "Enggak ada, tadi dia terakhir nonton di ruang keluarga terus Mama tinggal ke dapur. Pas Mama balik lagi sudah enggak ada." “Mama sudah cari ke semua sudut rumah?" Alvin terlihat sangat mengkhawatirkan anaknya. "Sudah. Kamu benar-benar enggak lihat Cio?" Tiba-tiba Alvin ingat kejadian tadi siang di mana ia sudah membentak anaknya. "Ya ampun Ma, ini semua gara-gara aku," ucap Alvin dengan nada sangat menyesal. "Maksud kamu apa?" tanya Ira bingung. "Tadi Cio masuk ke kamar aku, terus dia mengajak aku ke mall. Tapi aku tolak karena aku lagi enggak mau ke mana- 6 Hot Daddy mana. Dia maksa-maksa aku terus dan aku emosi, aku jadi malah bentak-bentak dia tadi. Duh Cio maafkan Daddy, Sayang," ucap Alvin yang benar-benar menyesal atas tindakannya tadi kepada Cio. Dan sekarang Cio menghilang karena dirinya. Ke mana dirinya harus mencari Cio? "APA? Kamu bentak Cio? Kamu enggak seharusnya bentak-bentak dia. Dia tuh masih kecil, Alvin," ucap Ira kaget. "Ya maaf Ma, aku kepancing emosi tadi." "Ya sudah, sekarang kamu cari anak kamu. Pokoknya harus ketemu." "Iya, aku pergi dulu," ucap Alvin yang sudah memakai baju yang lebih rapi dari sebelumnya. Alvin mulai mencari Cio. Ia keliling komplek dengan mobilnya. "Where are you, Son? Maafkan Daddy," gumam Alvin. Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan anaknya. Alvin kini sedang melewati taman yang berada tak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba entah mengapa ia merasa yakin kalau anaknya itu ada di taman itu. Ia pun memutuskan turun dari mobil dan berjalan menyusuri taman tersebut. Ketika Alvin sampai di tengah-tengah taman, ia melihat Cio sedang berbaring di pangkuan seorang wanita di bangku taman tak jauh dari tempat ia berdiri. Akhirnya ia menemukan anaknya dengan cepat dan terlihat anaknya baik-baik saja. Namun yang sedikit mengkhawatirkan adalah anaknya kini sedang bersama orang asing, yang ia tidak kenali sama sekali. Siapa wanita itu? Mengapa Cio dekat dengan wanita itu? Itu lah sebagian pertanyaan yang muncul di benak Alvin. Tak mau pikir panjang, ia pun menghampiri Cio dan wanita itu. "Cio, kamu beneran enggak mau pulang? Ini sudah sore loh, nanti kamu dicari Daddy kamu." Audymaurin - 7 "Aku enggak mau pulang. Daddy jahat, Daddy enggak sayang lagi sama Cio, untuk apa Cio pulang ke rumah? Aku mau di sini saja sama Tante Ify." "Sstt ... kamu enggak boleh bicara seperti itu. Tante yakin Daddy kamu itu baik dan sayang banget sama Cio. Jadi Cio harus pulang. Bagaimana kalau Tante Ify anterin Cio pulang?" "ENGGAK! Aku tetap enggak mau pulang.” "Cio," panggil seseorang yang tiba-tiba sudah ada di hadapan mereka. "Daddy! Ngapain Daddy ke sini?" ucap Cio dengan nada sinis. Ia pun bangkit dari berbaringnya dan kini sudah dalam posisi duduk. Alvin tidak membalas ucapan Cio, ia justru memeluk anak laki-lakinya itu. "Son, maafkan Daddy ya. Daddy enggak bermaksud bentak kamu, tadi Daddy kepancing emosi. Percayalah, Daddy sangat sayang sama Cio." "Oke Cio akan maafkan Daddy, tapi ada syaratnya." "Apa syaratnya? Apa pun akan Daddy lakukan supaya kamu mau maafkan Daddy," ucap Alvin sambil melepaskan pelukan mereka. “Benar?" ucap Cio dengan memicingkan matanya. Hal itu membuat Alvin gemas dan mengusap-usap puncak kepala Cio. “Benar Sayang. Ayo katakan, apa syaratnya?" "Aku mau Daddy mengikhlaskan Mommy yang sudah pergi. Daddy enggak boleh sedih-sedih lagi, enggak boleh mengurung diri di kamar lagi, pokoknya aku minta Daddy aku yang dulu yang selalu mengajak aku main, mengajak aku ke mall, belikan ice cream kesukaan aku." "Iya Sayang Daddy usahakan untuk melakukan semua syarat kamu itu, tapi masih butuh waktu yang cukup lama. Suatu saat nanti juga Daddy pasti akan mengikhlaskan Mommy, kok." 8-Hot Daddy "Janji?" Cio mengulurkan jari kelingking kanannya. "Janji Son," ucap Alvin sambil menautkan kelingkingnya dengan kelingking Cio. "Ya sudah kalau begitu kita pulang ya," ucap Alvin yang sudah menggendong Cio. Memang berat menggendong Cio, tapi Alvin sedang ingin menggendong anaknya yang sudah mulai besar itu. "Tapi tunggu dulu Dad." "Ada apa lagi, Son?" "Itu coba Daddy lihat di sebelah, masih ada orang di situ," ucap Cio sambil mengarahkan Alvin dengan dagunya. Alvin pun menoleh ke sebelahnya. Dan benar saja masih ada wanita itu, dan jujur Alvin tidak ingat sama sekali. "Duh maaf ya, kamu jadi dicuekin seperti ini," ucap Alvin pada wanita tersebut. "Iya tidak apa-apa, Pak.” "Oh iya kamu siapa? Kenal anak saya dari mana?" "Saya Ify, Pak. Saya baru saja kenal sama Cio. Tadi saya lihat Cio menangis sendirian di sini, jadi saya menghampiri dia," ucap Ify sambil berjabatan dengan Alvin. "Saya Alvin. Terima kasih ya kamu sudah menemani anak saya." "Iya Pak, sama-sama. Tapi Pak maaf kalau saya tidak sopan, Cio sudah cerita semuanya ke saya. Dan menurut saya tidak seharusnya Pak Alvin membentak Cio yang masih kecil, enggak bagus untuk mental dia nantinya." "Iya saya sangat-sangat menyesal sudah membentak Cio. Tadi pikiran saya sedang kacau dan Cio terus-terusan merengek sama saya, jadi kepancing emosi sendiri." "Lain kali Bapak harus bisa mengontrol emosi Bapak di depan Cio." ‘Audymaurin - 9 "Ya, saya akan mengontrol emosi saya. Sekali lagi terima kasih banyak ya Ify, saya dan Cio pamit pulang dulu." "Dad, aku mau makan ice cream, boleh enggak?" "Oke, hari ini Daddy akan traktir Cio ice cream yang banyak. Bagaimana?" "Yeee asyikkkk, hari ini aku makan banyak ice cream," teriak Cio sambil mengangkat kedua tangannya. Alvin dan Ify yang melihatnya langsung tersenyum lebar. Alvin mengangkat tangannya hendak mengusap puncak kepala Cio, tapi ia malah merasa tangannya mengusap sebuah tangan yang lembut. Ia melihat ternyata tangan itu milik Ify yang juga hendak mengusap kepala Cio. Tatapan matanya pun bertemu dengan tatapan mata Ify. Cukup lama, sampai-sampai Cio menghentikan aksi tatapan antara dua orang tersebut dengan suaranya yang memanggil Alvin. "Oh iya, ayo kita pergi sekarang," ucap Alvin. "Dad, boleh enggak kalau Tante Ify juga ikut makan ice cream?" “Boleh-boleh saja Son, tapi Tante Ifynya mau tidak?" "Pasti mau, ya kan Tan?" "Maaf ya Cio, lain kali saja. Tante nanti malah merepotkan kamu sama Daddy kamu lagi." "Enggak ngerepotin kok Tante. Pokoknya Cio mau Tante temani aku makan ice cream sama Daddy." “Sayang, jangan maksa Tantenya dong." "Dad, tapi aku mau makan ice cream sama Tante Ify." "Ya sudah Tante ikut deh," ucap Ify mengalah karena ia melihat wajah Cio yang sudah siap ingin mengambek. "Yeeee, enggak apa-apa kan Dad kalau Tante Ify ikut?" "Iya, enggak apa-apa Sayang. Kalau begitu kita pergi sekarang saja ya, takut keburu malam. Ayo Fy," ucap Alvin sambil mulai berjalan meninggalkan taman. 10 - Hot Daddy "Ah iya Pak," ucap Ify yang sudah mengikuti Alvin dan Cio yang ada di gedongan Alvin dari belakang. Audymaurin - 11 BAB 2 Between Chesee, Vanilla, and Red Velvet Sesampainya di salah satu kedai ice cream favorit Cio, Alvin langsung memesan 3 ice cream. Chesee ice cream kesukaan Cio, vanilla ice cream untuknya dan redvelvet ice cream untuk Ify. "Son, makan ice creamnya pelan-pelan dong Sayang. Tuh lihat mulut kamu jadi belepotan ice cream," ucap Alvin saat melihat anaknya yang sangat semangat memakan ice cream, hingga meninggalkan noda ice cream di mulutnya. “Habisnya enak banget Dad, dan sudah lama aku enggak makan ice cream ini," ucap Cio sambil terus melahap ice creamnya. "Sini Cio, Tante bersihkan mulut kamu," ucap Ify tiba-tiba dengan tangan yang sudah terulur dan terselip sebuah tissue di sana. Cio pun mendekatkan wajahnya ke arah Ify yang berada di sebelahnya. Kemudian Ify langsung dengan pelan membersihkan noda ice cream yang ada di mulut Cio. "Nah selesai, ayo dimakan lagi ice creamnya!" “Terima kasih Tante Ify. Tante baik banget sih, kayak Mommy. Wajah Tante juga mirip sama Mommy. Ah aku jadi 12 -Hot Daddy kangen Mommy deh," ucap Cio yang justru membuat Alvin diam termenung, entah apa yang sedang ia rasakan saat mendengar ucapan anaknya itu. "Ah masa sih? Tapi pasti masih cantikkan Mommy kamu, kan?" "Iya dong, tapi Tante Ify enggak kalah cantik sama Mommy. Dua-duanya cantik, hehe," ucap Cio sambil sesekali melahap ice cream, juga senyum di bibirnya. Cio melihat ke arah Alvin dan ia heran mengapa sedari tadi Daddynya itu hanya diam melamun di tempatnya. "Dad," panggil Cio sambil menepuk-nepuk pundak Alvin. Tapi tidak ada respon dari Alvin. "Dad." "Daaddyyyyyyy!" Kali ini Cio sedikit berteriak untuk menyadarkan Daddynya. "Cio kamu apa-apaan sih, pakai teriak-teriak segala? Ini tuh bukan di hutan," ucap Alvin marah saat dia sudah tersadar dari lamunannya Karena teriakan Cio tadi. "I'm sorry Dad. Habisnya Daddy dari tadi melamun terus. Aku panggil pelan Daddy masih diam, ya sudah aku teriak." "Tapi bukan seperti itu caranya." Cio tidak menanggapi ucapan Alvin, tetapi ia malah menunduk tanda jika ia sebentar lagi akan menangis. Ify yang menyadari itu, langsung memeluk Cio dari samping. "Sayang, jangan menangis ya." "Benar, kan Tan, Daddy tuh jahat, Daddy enggak sayang lagi sama Cio. Daddy sekarang suka marahin Cio," ucap Cio di pelukan Ify. Ucapan Cio tersebut membuat Alvin meringis. Lagi-lagi ia memarahi anaknya itu. Ya Tuhan, sampai kapan ia tidak bisa mengontrol emosi di depan anaknya ini. Audymaurin - 13,

You might also like