BAB!
Selamat Tinggal Sivia
Seminggu setelah kepergian sang nyonya, masih terasa
suasana duka yang sangat mendalam di kediaman Sindhunata.
Semua orang sangat kehilangan sosok Nyonya Sivia
Sindhunata. yang meninggal karena kecelakaan mobil
seminggu yang lalu. Saat itu ia sedang dalam perjalanan untuk
menjemput sang anak yang sedang main di rumah neneknya,
tapi naas mobil yang ditumpangi Sivia menabrak pembatas
jalan saat menghindari sebuah truk yang sedang oleng. Beliau
meninggalkan suami tercintanya, Tuan Alvin Deandra
Sindhunata dan pangeran kecil mereka Gracio Alano
Sindhunata yang masih berusia 5 tahun. Tentu sosok yang
sangat terpukul dengan perginya Sivia adalah sang suami,
Alvin. Ia selama ini hanya berdiam diri di kamar tanpa ingin
melakukan sesuatu. Ia juga bahkan sudah 4 hari tidak pergi ke
kantor. Ia masih tidak terima jika istri tercintanya pergi
meninggalkan dirinya. Seperti saat ini Alvin masih berada di
kamarnya. Ia duduk di pinggir kasur sambil menatap nanar foto
Sivia. Wajahnya terlihat kusut, matanya bengkak tanda bahwa
ia sudah terlalu banyak menangis. Mungkin terlihat berlebihan
jika seorang pria menangis, tapi siapa yang kuat jika ditinggal
orang yang kita cintai untuk selama-lamanya?"Sayang, kamu lagi apa? Aku kangen."
"Kenapa kamu tega tinggalkan aku sama Cio? Kenapa?
Apa karena kamu marah sama aku, jadi kamu pergi? Aku mau
ikut kamu," ucap Alvin sambil mengusap-usap pigura foto
Sivia. Air matanya pun lagi-lagi mengalir di kedua pipinya.
"Daddy!" Terdengar suara anak kecil dari luar kamar
sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
"Daddy!" Masih terdengar suara anak kecil, namun kali
ini dengan intonasi yang tinggi. Tidak ada jawaban dari Alvin,
tiba-tiba anak kecil tersebut sudah masuk ke dalam kamar
Alvin. Ia menghampiri Alvin dan memeluk lengan Alvin.
Alvin bergeming dengan hadirnya anak kecil tersebut. Ia masih
saja menatap pigura foto Sivia.
"Dad, kenapa Daddy liat foto Mommy terus? Daddy
kangen sama Mommy ya? Daddy jangan nangis, Mommy kan
sudah senang sama Tuhan di sana," ucap anak kecil itu yang
ternyata adalah Cio, anaknya Alvin. Sedangkan Alvin masih
terus bergeming.
Beruntung Cio anak yang cukup pintar. Di umurnya yang
baru 5 tahun, ia sudah mengerti kalau kini Mommynya sudah
pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Awalnya ketika ia
diberitahu bahwa Mommynya sudah meninggal, ia menangis
cukup lama. Tapi setelah itu ia sudah mulai menerimanya. Saat
ini ia justru sedih melihat Daddynya yang terlihat sangat sedih
dan uring-uringan seperti ini di kamarnya.
"Daddy, aku punya ide. Bagaimana kalau kita jalan-jalan
ke mall? Aku mau makan ice cream, terus kita main di
Timezone."
"Daddy!"
"Dad. Daddy kok diam saja, sih?"
"Nanti ya Sayang, Daddy enggak mau pergi ke mana-
mana dulu."
2-Hot Daddy"Enggak mau. Aku maunya kita pergi sekarang, titik."
"Tidak bisa Son, Daddy sedang sedih sekali. Daddy butuh
waktu sendiri dulu. Daddy mohon kamu mengerti ya."
"Justru itu, aku enggak mau lihat Daddy terus-terusan
sedih seperti ini. Ayo Dad!" ucap Cio, tapi kali ini dengan
menarik-narik lengan Alvin.
"Iya, tapi maaf Daddy belum bisa."
"Ayo Dad!" Cio terus menarik-narik lengan Alvin.
"Tidak."
“Ayooooo!" Tarikan Cio semakin kencang.
"CIO!"
"KAMU BISA DIAM TIDAK! DADDY KAN SUDAH
BILANG, DADDY ENGGAK MAU. JANGAN PAKSA
DADDY! KAMU SUDAH CUKUP BESAR BUKAN ANAK
KECIL LAGI, HARUSNYA KAMU BISA NGERTIIN
DADDY DONG! SEKARANG KAMU KELUAR DARI SINI!
KALAU KAMU MAU PERGI, KAMU PERGI SAMA OMA
SAJA SANA!" Tiba-tiba bentakan keras keluar dari mulut
Alvin, dan tentu membuat Cio menangis sesenggukan.
"Hikss ... Daddy jahat hikss ... Daddy enggak sayang sama
Cio hikss .... Aku benci sama Daddy hikss ...." Cio pun keluar
dari kamar Alvin dengan tangisan yang kencang. Ia bahkan
pergi keluar dari rumah, entah ingin pergi ke mana.
ee
Semenjak dirinya di-PHK beberapa hari yang lalu, Ify
mencari lowongan kerja ke kantor-kantor di Jakarta. Tetapi
sialnya, ia belum juga mendapatkan pekerjaan satu pun. Hari
ini sama halnya dengan hari-hari kemarin. Sudah 5 perusahaan
yang ia datangi, tetapi tetap saja hasilnya nihil. Ia rasanya
sudah lelah dan putus asa sekali, tetapi ia sadar bahwa ia harus
semangat mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya yang
sebatang kara. Ify, gadis yang memiliki nama lengkap Alyssa
‘Audymaurin - 3Nifya Adley ini adalah gadis yang hidup sebatang kara. Orang
tuanya sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Ia tidak punya
saudara karena ia adalah anak tunggal. Jadi ia harus berjuang
sendiri menghadapi dunia yang keras ini. Saat ini ia merasa
lelah, dan ia melihat ada sebuah taman yang tak jauh dari
tempat ia berdiri sekarang. Ia pun memutuskan untuk berjalan
menuju taman itu, untuk beristirahat di salah bangku taman di
sana. Sesampainya di taman, ia melihat ada anak kecil yang
sedang menangis sendirian. Ia yang merasa iba dengan anak
kecil tersebut, langsung menghampiri anak kecil itu dan duduk
di sampingnya.
“Hai, Anak Ganteng! Kamu kenapa menangis?" tanya Ify
pada anak itu. Mendengar ada seseorang yang mengajak
dirinya bicara, anak kecil itu pun menoleh ke arah Ify.
"Tante siapa?" Anak kecil itu menatap Ify penuh selidik
dan pipinya sudah penuh dengan linangan air mata.
"Kamu enggak usah takut, nama Tante Ify. Nama kamu
siapa?"
“Nama aku Cio."
"Nama yang bagus. Kalau Tante boleh tahu, kamu kenapa
menangis sendirian di sini?" tanya Ify dengan senyuman
lembutnya.
Cio pun dengan lancar menceritakan semua penyebab
mengapa ia menangis. Bahkan ia juga memberitahu Ify, bahwa
Mommynya telah meninggal. Tentu Cio menceritakannya
dengan disertai tangisannya. Sedangkan Ify yang mendengar
cerita Cio, merasa iba dan terharu karena Cio di umurnya yang
baru 5 tahun sudah harus ditinggalkan Mommynya. Dan ia juga
salut bahwa Cio bisa menerima kenyataan pahit yang harus
diterimanya itu. Ia pun memeluk Cio yang masih menangis
tersedu-sedu, tangannya mengusap punggung kecil Cio.
4- Hot Daddy"Kamu yang sabar ya, Sayang. Mungkin Daddy kamu
memang masih belum bisa terima, kalau Mommy sudah pergi
meninggalkan kalian dan dia butuh waktu untuk sendiri. Kamu
harus mengerti itu, Sayang."
"Tapi aku saja sudah ikhlas kalau Mommy pergi. Kata
Oma, Mommy sudah ada sama Tuhan di sana. Jadi aku enggak
boleh sedih," ucap Cio sambil menunjuk langit di atas mereka.
"Sungguh pintar sekali anak ini," pikir Ify.
"Kalau begitu kamu harus sabar dan terus berdoa sama
Tuhan, supaya Daddy kamu kembali seperti dulu. Cepat atau
lambat Tante yakin Daddy pasti akan ikhlaskan kepergian
Mommy."
"Tante yakin?"
"Yakin 100%," ucap Ify dengan nada yang bersemangat
dan senyum lembut di bibirnya.
"Ya sudah, aku nanti mau berdoa sama Tuhan supaya
Daddy kembali seperti dulu." Kini nada bicara Cio terdengar
lebih bersemangat.
"Nah begitu dong, itu namanya anak yang pintar. Tante
bangga sama kamu. Jadi, mulai sekarang kamu jangan nangis
lagi ya." Cio mengangguk-anggukkan kepalanya, dan Ify
menghapus sisa air mata Cio di kedua pipinya dengan ibu
jarinya.
ee
Ira, Mama Alvin terlihat sibuk mencari Cio. Pasalnya
terakhir kali ia melihat cucunya sedang menonton TV di ruang
keluarga dan ia sendiri sedang berada di dapur. Tapi ketika ia
kembali ke ruang keluarga, ia tidak melihat ada cucunya di
sana. Ia mencari di setiap sudut rumah pun tidak ada. Terakhir
adalah kamar anaknya yang ia belum periksa. Mungkin saja
cucunya itu sedang bermain dengan Daddynya di kamar. Ira
pun membuka pintu kamar Alvin yang tidak terkunci.
‘Audymaurin - 5"Cio, apa kamu ada di sini Sayang?” tanya Ira, tetapi tidak
ada jawaban. Ia malah melihat ada Alvin sendiri yang tengah
tertidur di kasur. Terlihat kedua tangannya sedang memeluk
sebuah pigura foto yang ia yakini foto Sivia. Ira sungguh tahu
dan mengerti jika Alvin sampai sekarang belum menerima
kepergian Sivia. Ira pun berjalan menghampiri Alvin yang
tertidur dan mengambil pigura foto yang ada di pelukannya
dengan perlahan, lalu menaruhnya di atas nakas sebelah tempat
tidur.
“Alvin bangun," ucap Ira membangunkan Alvin sambil
mengguncang-guncangkan tubuh Alvin.
“Alvin bangun."
“Ehmmm."
"Bangun!" Kali ini suara Ira terdengar keras dan itu
membuahkan hasil.
"Ada apa, Ma?" ucap Alvin yang sudah bangun dari
tidurnya.
“Anak kamu mana?"
“Memangnya enggak ada di luar?"
"Enggak ada, tadi dia terakhir nonton di ruang keluarga
terus Mama tinggal ke dapur. Pas Mama balik lagi sudah
enggak ada."
“Mama sudah cari ke semua sudut rumah?" Alvin terlihat
sangat mengkhawatirkan anaknya.
"Sudah. Kamu benar-benar enggak lihat Cio?"
Tiba-tiba Alvin ingat kejadian tadi siang di mana ia sudah
membentak anaknya.
"Ya ampun Ma, ini semua gara-gara aku," ucap Alvin
dengan nada sangat menyesal.
"Maksud kamu apa?" tanya Ira bingung.
"Tadi Cio masuk ke kamar aku, terus dia mengajak aku ke
mall. Tapi aku tolak karena aku lagi enggak mau ke mana-
6 Hot Daddymana. Dia maksa-maksa aku terus dan aku emosi, aku jadi
malah bentak-bentak dia tadi. Duh Cio maafkan Daddy,
Sayang," ucap Alvin yang benar-benar menyesal atas
tindakannya tadi kepada Cio. Dan sekarang Cio menghilang
karena dirinya. Ke mana dirinya harus mencari Cio?
"APA? Kamu bentak Cio? Kamu enggak seharusnya
bentak-bentak dia. Dia tuh masih kecil, Alvin," ucap Ira kaget.
"Ya maaf Ma, aku kepancing emosi tadi."
"Ya sudah, sekarang kamu cari anak kamu. Pokoknya
harus ketemu."
"Iya, aku pergi dulu," ucap Alvin yang sudah memakai
baju yang lebih rapi dari sebelumnya.
Alvin mulai mencari Cio. Ia keliling komplek dengan
mobilnya.
"Where are you, Son? Maafkan Daddy," gumam Alvin.
Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan
anaknya. Alvin kini sedang melewati taman yang berada tak
jauh dari rumahnya. Tiba-tiba entah mengapa ia merasa yakin
kalau anaknya itu ada di taman itu. Ia pun memutuskan turun
dari mobil dan berjalan menyusuri taman tersebut. Ketika
Alvin sampai di tengah-tengah taman, ia melihat Cio sedang
berbaring di pangkuan seorang wanita di bangku taman tak
jauh dari tempat ia berdiri. Akhirnya ia menemukan anaknya
dengan cepat dan terlihat anaknya baik-baik saja. Namun yang
sedikit mengkhawatirkan adalah anaknya kini sedang bersama
orang asing, yang ia tidak kenali sama sekali. Siapa wanita itu?
Mengapa Cio dekat dengan wanita itu? Itu lah sebagian
pertanyaan yang muncul di benak Alvin. Tak mau pikir
panjang, ia pun menghampiri Cio dan wanita itu.
"Cio, kamu beneran enggak mau pulang? Ini sudah sore
loh, nanti kamu dicari Daddy kamu."
Audymaurin - 7"Aku enggak mau pulang. Daddy jahat, Daddy enggak
sayang lagi sama Cio, untuk apa Cio pulang ke rumah? Aku
mau di sini saja sama Tante Ify."
"Sstt ... kamu enggak boleh bicara seperti itu. Tante yakin
Daddy kamu itu baik dan sayang banget sama Cio. Jadi Cio
harus pulang. Bagaimana kalau Tante Ify anterin Cio pulang?"
"ENGGAK! Aku tetap enggak mau pulang.”
"Cio," panggil seseorang yang tiba-tiba sudah ada di
hadapan mereka.
"Daddy! Ngapain Daddy ke sini?" ucap Cio dengan nada
sinis. Ia pun bangkit dari berbaringnya dan kini sudah dalam
posisi duduk. Alvin tidak membalas ucapan Cio, ia justru
memeluk anak laki-lakinya itu.
"Son, maafkan Daddy ya. Daddy enggak bermaksud
bentak kamu, tadi Daddy kepancing emosi. Percayalah, Daddy
sangat sayang sama Cio."
"Oke Cio akan maafkan Daddy, tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya? Apa pun akan Daddy lakukan supaya
kamu mau maafkan Daddy," ucap Alvin sambil melepaskan
pelukan mereka.
“Benar?" ucap Cio dengan memicingkan matanya. Hal itu
membuat Alvin gemas dan mengusap-usap puncak kepala Cio.
“Benar Sayang. Ayo katakan, apa syaratnya?"
"Aku mau Daddy mengikhlaskan Mommy yang sudah
pergi. Daddy enggak boleh sedih-sedih lagi, enggak boleh
mengurung diri di kamar lagi, pokoknya aku minta Daddy aku
yang dulu yang selalu mengajak aku main, mengajak aku ke
mall, belikan ice cream kesukaan aku."
"Iya Sayang Daddy usahakan untuk melakukan semua
syarat kamu itu, tapi masih butuh waktu yang cukup lama.
Suatu saat nanti juga Daddy pasti akan mengikhlaskan Mommy,
kok."
8-Hot Daddy"Janji?" Cio mengulurkan jari kelingking kanannya.
"Janji Son," ucap Alvin sambil menautkan kelingkingnya
dengan kelingking Cio.
"Ya sudah kalau begitu kita pulang ya," ucap Alvin yang
sudah menggendong Cio. Memang berat menggendong Cio,
tapi Alvin sedang ingin menggendong anaknya yang sudah
mulai besar itu.
"Tapi tunggu dulu Dad."
"Ada apa lagi, Son?"
"Itu coba Daddy lihat di sebelah, masih ada orang di situ,"
ucap Cio sambil mengarahkan Alvin dengan dagunya. Alvin
pun menoleh ke sebelahnya. Dan benar saja masih ada wanita
itu, dan jujur Alvin tidak ingat sama sekali.
"Duh maaf ya, kamu jadi dicuekin seperti ini," ucap Alvin
pada wanita tersebut.
"Iya tidak apa-apa, Pak.”
"Oh iya kamu siapa? Kenal anak saya dari mana?"
"Saya Ify, Pak. Saya baru saja kenal sama Cio. Tadi saya
lihat Cio menangis sendirian di sini, jadi saya menghampiri
dia," ucap Ify sambil berjabatan dengan Alvin.
"Saya Alvin. Terima kasih ya kamu sudah menemani anak
saya."
"Iya Pak, sama-sama. Tapi Pak maaf kalau saya tidak
sopan, Cio sudah cerita semuanya ke saya. Dan menurut saya
tidak seharusnya Pak Alvin membentak Cio yang masih kecil,
enggak bagus untuk mental dia nantinya."
"Iya saya sangat-sangat menyesal sudah membentak Cio.
Tadi pikiran saya sedang kacau dan Cio terus-terusan
merengek sama saya, jadi kepancing emosi sendiri."
"Lain kali Bapak harus bisa mengontrol emosi Bapak di
depan Cio."
‘Audymaurin - 9"Ya, saya akan mengontrol emosi saya. Sekali lagi terima
kasih banyak ya Ify, saya dan Cio pamit pulang dulu."
"Dad, aku mau makan ice cream, boleh enggak?"
"Oke, hari ini Daddy akan traktir Cio ice cream yang
banyak. Bagaimana?"
"Yeee asyikkkk, hari ini aku makan banyak ice cream,"
teriak Cio sambil mengangkat kedua tangannya. Alvin dan Ify
yang melihatnya langsung tersenyum lebar. Alvin mengangkat
tangannya hendak mengusap puncak kepala Cio, tapi ia malah
merasa tangannya mengusap sebuah tangan yang lembut. Ia
melihat ternyata tangan itu milik Ify yang juga hendak
mengusap kepala Cio. Tatapan matanya pun bertemu dengan
tatapan mata Ify. Cukup lama, sampai-sampai Cio
menghentikan aksi tatapan antara dua orang tersebut dengan
suaranya yang memanggil Alvin.
"Oh iya, ayo kita pergi sekarang," ucap Alvin.
"Dad, boleh enggak kalau Tante Ify juga ikut makan ice
cream?"
“Boleh-boleh saja Son, tapi Tante Ifynya mau tidak?"
"Pasti mau, ya kan Tan?"
"Maaf ya Cio, lain kali saja. Tante nanti malah
merepotkan kamu sama Daddy kamu lagi."
"Enggak ngerepotin kok Tante. Pokoknya Cio mau Tante
temani aku makan ice cream sama Daddy."
“Sayang, jangan maksa Tantenya dong."
"Dad, tapi aku mau makan ice cream sama Tante Ify."
"Ya sudah Tante ikut deh," ucap Ify mengalah karena ia
melihat wajah Cio yang sudah siap ingin mengambek.
"Yeeee, enggak apa-apa kan Dad kalau Tante Ify ikut?"
"Iya, enggak apa-apa Sayang. Kalau begitu kita pergi
sekarang saja ya, takut keburu malam. Ayo Fy," ucap Alvin
sambil mulai berjalan meninggalkan taman.
10 - Hot Daddy"Ah iya Pak," ucap Ify yang sudah mengikuti Alvin dan
Cio yang ada di gedongan Alvin dari belakang.
Audymaurin - 11BAB 2
Between Chesee, Vanilla,
and Red Velvet
Sesampainya di salah satu kedai ice cream favorit Cio,
Alvin langsung memesan 3 ice cream. Chesee ice cream
kesukaan Cio, vanilla ice cream untuknya dan redvelvet ice
cream untuk Ify.
"Son, makan ice creamnya pelan-pelan dong Sayang. Tuh
lihat mulut kamu jadi belepotan ice cream," ucap Alvin saat
melihat anaknya yang sangat semangat memakan ice cream,
hingga meninggalkan noda ice cream di mulutnya.
“Habisnya enak banget Dad, dan sudah lama aku enggak
makan ice cream ini," ucap Cio sambil terus melahap ice
creamnya.
"Sini Cio, Tante bersihkan mulut kamu," ucap Ify tiba-tiba
dengan tangan yang sudah terulur dan terselip sebuah tissue di
sana. Cio pun mendekatkan wajahnya ke arah Ify yang berada
di sebelahnya. Kemudian Ify langsung dengan pelan
membersihkan noda ice cream yang ada di mulut Cio.
"Nah selesai, ayo dimakan lagi ice creamnya!"
“Terima kasih Tante Ify. Tante baik banget sih, kayak
Mommy. Wajah Tante juga mirip sama Mommy. Ah aku jadi
12 -Hot Daddykangen Mommy deh," ucap Cio yang justru membuat Alvin
diam termenung, entah apa yang sedang ia rasakan saat
mendengar ucapan anaknya itu.
"Ah masa sih? Tapi pasti masih cantikkan Mommy kamu,
kan?"
"Iya dong, tapi Tante Ify enggak kalah cantik sama
Mommy. Dua-duanya cantik, hehe," ucap Cio sambil sesekali
melahap ice cream, juga senyum di bibirnya.
Cio melihat ke arah Alvin dan ia heran mengapa sedari
tadi Daddynya itu hanya diam melamun di tempatnya.
"Dad," panggil Cio sambil menepuk-nepuk pundak Alvin.
Tapi tidak ada respon dari Alvin.
"Dad."
"Daaddyyyyyyy!" Kali ini Cio sedikit berteriak untuk
menyadarkan Daddynya.
"Cio kamu apa-apaan sih, pakai teriak-teriak segala? Ini
tuh bukan di hutan," ucap Alvin marah saat dia sudah tersadar
dari lamunannya Karena teriakan Cio tadi.
"I'm sorry Dad. Habisnya Daddy dari tadi melamun terus.
Aku panggil pelan Daddy masih diam, ya sudah aku teriak."
"Tapi bukan seperti itu caranya."
Cio tidak menanggapi ucapan Alvin, tetapi ia malah
menunduk tanda jika ia sebentar lagi akan menangis. Ify yang
menyadari itu, langsung memeluk Cio dari samping.
"Sayang, jangan menangis ya."
"Benar, kan Tan, Daddy tuh jahat, Daddy enggak sayang
lagi sama Cio. Daddy sekarang suka marahin Cio," ucap Cio di
pelukan Ify.
Ucapan Cio tersebut membuat Alvin meringis. Lagi-lagi
ia memarahi anaknya itu. Ya Tuhan, sampai kapan ia tidak bisa
mengontrol emosi di depan anaknya ini.
Audymaurin - 13,