You are on page 1of 15
Modal Personality Orang Kaili Konsep modal personality, atau kalau hendak diterjemankan secara sederhana, da- pat disebut Perasaan Kepribadian. Pengu- raian tentang modal personality, pertama- tama akan menghadapi secara serius persoa- Jan metodologis, untuk penerapannya. Kita kan menghadapi suatu masyarakat dengan segala persoalannya yang sangat _rumit. Wilayah masyarakat itu yang seringkali sangat Tuas, ancka. ragam pranata dan lem- toga sosial; aneka macam Lingkungan alam fisik dan kebudayaan; ancka_macam iklim yang dibawa oleh ancka macam keadsan lingkungan, seperti gunung,lembah dan da- laran yang membentang Iwas, semua itu se- cara metodologis harus diperhitungkan da- lam penetitian atau pengamatan yang di- perlukan, untuk melukiskan Perasaan Kepri- badian. itu, Oleh karena ty, suatu perkiraan lumum yang dipandang representatif atau secara wajar mewakili segenap keadaan yang sesungguhnya sangat diperlukan, Tentu saja sangat diperlukan adanya sampling secara statistik dari berbagai dacrah Kesatuan hidup, atau kelompok sosial, jenis-jenis la- pangan pekerjaan, tingkat usaha dan tain- lain, untuk mendapatkan gambaran yang sungguh-sungguh dapat memuaskan, sebagai gam-baran umum tentang perasaan kepri- badian sesuatu Kau, seperti yang. akan dilukiskan i sini, yaitu Perasaan Kepri- ANTROPOLOGI NO. 48 badian Orang. Kail Dalam pengertian umum, tulisan ini hhendak mencoba melukiskan ciri-ciri ke- pribadian To-Kaili, melalui perasaan kepri- badian yang ditampitkan dalam berbagai tata Kelakuan dalam kehidupan yang membu- aya atau bemilai budaya. la secara. aktual ianut atau diargai sebagai perilaku sosial dan secara umum dilakukan dalam kehidup- an, Dengan kata lain, apa yang. dilakukan atau diperbuat oleh orang Kaili, schingga ia rmerasa diri sebagai To-Kaili. Tingkat-ting- kat perbuatan itu mefekat pada diri pribadi, baik sebagai individy maupun sebagai, warga masyarakat, Sesuatu perilaku atau perbuatan yang dlilakukan yang bermakna ke-Kaili-an, kare- na seseorang. (Kalli) yang melakukannya merasa disi orang Kaili, (To-Kaili). To-Kaili lainnya melihat ia melakukan perbuatan itu, segera mengetahui bahwa ia adalah To-Kai Maka antara yang melakukan dengan yang mengamati kelakuan itu tumbuh tali per- hhubungan yang alamiah sebagai hubungan eakraban (familiar). Karena apa yang di- mati itu seolah-olah adalah dirinya sendi- ri, Ia akrab dengan perilaku atau tingkah-laku seperti yang dilakukan dalam kebudayaan Kai Patokan-patokan umum yang dapat di- pergunakan dalam menjaring perasaan-pe- 157 rasaan kepribadian itu, adalah basanya per- ‘buatar-perbuatan alau perilaku yang sangat lekat pada Kehidupan emosional atau yang ‘menyentuh perasaan-perasaan terdalam, se- perti pada perasaan hidup : 1. Kekerabatan dan kemasyarakatan, 2 Keagamaan dan kepercayaan, 3. Bahasa, kesusastraan dan kesenian peda umumaya. Perasian Hidup Kekerabatan dan Ke- ‘masyarakatan Kehidupan Kekerabatan tergambar pa- da hubungan kemasyarakatan.kekeluargaan yang terjalin dalan peristiwa-perstiwa per- ‘kawinan atau pilihan jodoh. Perkawinan atau Perjodohan yang membentuk ksluarga bah menjadi peristiwa kehidupan yang dipan- dang salah satu yang sangat_penting dalam Perjalanan kehidupan sebagai To-Kaili. la dipandang penting, Karena bortagai hal da Jam ehidupan ikut” dltenukan dalam pe “sta itu, Perasaan harga dit, martabat pri bad dan keluarga malahan kelompok kaum, ‘kut djperuruhkan dalam penyelenggaraan peristiva perjodohan itu. Ta juga mengun- dang penampilan staus dan kedudukan se- seorang dalam masyarakat. Ia acapkali mengendang luapan perasaan dalam per- sekutuan, schagai bukti pentngnya masalah itu dalam kehidupan pribadi dan kehidup- an kelompok perkauman. Kehidypan pribadi alam persckutuan sangat diwamai oleh ke- bethasilan seseorang melakukan peristiwa perjodohan itu, sesuai dengan pola-pola yang terdapet dalam kebudayaan persckutv- an iw Berbagai ungkapan dalam bahasa Kaili ‘menunjukkan etapa penting soal perka- winan itu dalam kehidupan orang Kaili, Ungkipan-ungkapan a anara lain : 158 1, Momboli tanda tuvu: antinya, (per- awinan itu) memberikan bukti ten- tang hip. Masunya peckawien yang menghasilkan keturunan lah bukit bahwa seseorang perma hidup di dunia ini. 2. Mompakaluo posalara; artinya (per- Jawinan itu) memperluas jaringan kekerabatan, 3. Mompatabasaka rante ri sambolo; ‘artinya (perkawinan itu) melepaskan rantai yang melilit leher orangtua, ‘Arti perkawinan yang menunjuckan se- seorang tau sepasang suami-isui pemah hadir di dunia, dibuktikan oleh adanya ke- turunan, sebagai penyambung kehidupan yang melanjuckan tradisi kehidupan keluar- a dan mengembangkan jaringan kekera- batan, Upacurapernikakan anak-anak To. Kaili terkemuka pada masa akhir-akhir ini, kelihauan berkecenderungan sangat Kut, ‘menjadikan upacara-upacarapernikahan (perkawinan) itu sebagai peristiva yang ‘memperlitatkan masa talu. Masa lalu yang ditampilken itu menggambarkan —komu- tasfpersekutuan tertentu yang menjadi asal-usul keluarga tersebut. Simbol-simbol yang ditampitkan, secara sadar atau tidak ‘mempertihatkan jalur-jalur Kkekerabatan dan asal kedatangan keluarga tersebut. Adanya pelapisan sosial dan Keteraturan Komunitas kecil itu dalam otonominya yang meng- gambarkan isolasi yang cukup ketat dipe- Tihara. Hubungan perjodohan dalam komu- nitas kaum yang menjadi damboan Keluar- , adalah endogami dengan sistem pazen- tal, Peristiwa perkawinan dengan segala ta tacaranya menunjukkan bahwa pertemuan jodoh yang dinyatakan dengan akad-nikah ‘menurut kewajiban keagamaan (Islam), dl ANTROPOLOGI NO. 48 pandang sangat esensial. Lebih daripada ity, maka pesta yang dilangsungkan sebigai rangksian upacara perkawinan secara adat- istindst, menjadi kegiatan kultural yang le- bih bersifat penampilan Kedudukan sosial keluarga yang menyelenggarakan pesta per- Kawinan itu, Pesta perkawinan mengun- dang Keterlibatan segenap anggota kerabal/ keluarga dekat kedua belah pihak. Kewa- jiban menghadiri pesta perkawinan dalam keluarga, merupakan kewajitan sosial yang mengandung nilai budaya yang tinggi. Olch arena itu adalah menjadi Lewajiban yang ddijaga dengan amat cermat, menyampaikan perihal pesta perkawinan im kepada se- genap keluarga besar dan handai taulan, terutama yang berkedudukan lebih ma dan jaringan Kekeluargaan yang dekat. Pada penyelenggaraan pesta_perka- winan itulah ditampilkan adanya hubungan/ Jaringan Kekerabatan yang sangat luas. Hal itu menunjukkan kebesaran dan kebang- gaan tersendisi dalam kKeluarga. Karena Jaringankekerakatandiperkokoh dalam pesta perkawinan, maka urvtan-urutan dan tata cara penyeleaggaraan pesta perkawinan dlilakukan dengan sangat cermat dan dalam formalitas yang ketat Mungkin sampai Kini masih bertahan dalam —masyarckat Kili, penilaian per- jodohan/perkawinan terbaik, adalah dalam lingkungan kerabat sendiri, seperti astara sepupa derajat satu, dua dan tiga, baik dari pihakayah, maupun dari pihak ibu. Tyjuan perjodohan dalam lingkungaa warga kerabat (extended family), antara lain: mompaka- osu posampeswvua; artinya, mendckatkan Kembali hubungen kekeluargian; mosioreta~ ka, artinya, saling menolorg mencgakkan martabat keluarga; mempajagai harta ne- ‘momoilinta tona; artinya, agar harta idak berpindah kepada orang lain. Masusa mo- ANTROPOLOGI NO. 48 ‘gas; artinya, susah perceraian, Karena per- ‘ceraian akan meretakkan Kekerabatan. Nos Sani nu ruapa: artinya, saling mengenal asap dapur, maksudnya saling mengenal Keadaan dan asal keturunan, Perjodohan(perkawinan dalam ling- kungan kerabat pada wake yang lau, diten- tukan terutama oleh orangiua kedua calon pengantin. Peranan para calon pengantin un- tuk menentukan pilihan_sendiri, juga txda- pat dalam kemangkinan, akan tetapi restu kedua orangtua dan pemuka-pemuka keluar- ga amat dipetiadkan, sebagai kesempur~ naan upaya memantapkan ihwal periodoh- an, Keharusan perkawinan dalam lingkung- an Keluarga, sebagai norma dalam kekidop- fan keluarga ini, walaupun masih.dipandang sebagai sesuatu yang dipatutkan, namun lambat-laun teresa. semakin mengendur daya pengikatnya. Kaum remaja lambat-laun se- ‘makin mengendur alih penentuan jodot bagi dirinya sendin, dari kekuassan orangwwa dan keluarga besar. Pertemuan-pertemuan, berupa estar pesta dalam Keluarga, membuka kesempat- an bagi para remaja untuk saling bertemu ddan berkenalan, melalui peckenalan di pes- tapesta itu, tejlinlah hubungan-hutungan ‘yang akan mengantarkan kedua remaja yang saliag mencinta ity, untuk memasuki ting- at hubungan formal menuju perkawinan/ perikahan Upacara Peminangan Upacara-upacara pemnikatan, lebit ba rnyak memperlihatkan segisegi formal yang cukan olch keluarga kedua belah pihak. Hal-hal yang formal itu dilakukan unwk sa- ling memberikan kesan tentang adanya ke- sungguhan edua belah pihak untuk mem- Dangun pertalian keluarga besar. 159 Di Tana Kaili dikenal beberapa upaca- raprapemikahan sebagai berikut: Novaie dala (membuka jelan) biasa juga disebut nomanu- ‘manu (saling menjajaki). Hal im dilskukan ‘untuk sampai pada tingkat peminangan se- cara resmi yang disebut neduia atau nebolai. Apabila upacara peminangan dilaksanaken, ‘maka dalam peminangan dalam arti pencri- ‘maar/kesempatan akan sampai pada me- nentukan niovo dan manggeni balanja, yaity Penentuan waktu pengantaran belanja dan akad nikah serta pesta perkawinan, Pakaian Adat *Pengantin’ To-Ki 160 ANTROPOLOGI NO. 48 Menjelang upacara aksd-nikah, iasa pola diselenggarakan upacara-upacara nopa- soa, ait upacara mandi-wap bagi kedua calon penganuin (di romahnya masing-ma- sing), dan upacara nogigi. yaa upacara ber- ccukur rambut. Malam sebelum upacara per- nikahan diadakan nokolontigi atau mapa cing, yaitu upacara malam pacaran di tempat calon-calon_pengantin. Para remaja sangat meayukai upacara ii, Karena pertemuan-pertemuan remaja pa dda upacara ini,merupakan auaksi yang me rampilkan bermacam-macam acara yang membawa keakraban remaja puta dan pu wi Rangkaian upacera menjelang bari per nikahan, merupakan formalitas yang. kel: hatannya.sangat cermat dijalankan. Orang menamakannya upacara adai, untuk menja a harmoni dalam kehidupan. Menurut ce- iva, adapun rota dala (upacara wembuka jalan) dilakukan, untuk meajaga agar tidak terjadi penolakan pinangan, atau gadi {elah ada yang _meminangnya lebih dahulu Kalau terjadi yang demikian, dahalu kala dipandang membawa aib bagi keluarga taki aki Penolakan pinangan, sesunggunny Jangka terjadi dalam masyarakat Kail, ka- rena pasangan kawin yang secara adat cen: derung mempertahankan kawin dalem ling kungan keluarga besar, balk cross maypun parale! cousin-huwelijt, juga sudah menjadi sangat umum, bahwa kedua remaja sudah saling mengenal lebih dahulu, adakalanya sudah sangat akrab. Pasangan ity sudah Dergaul sangat intim, sebelum secara resmi peminangan sebagai kegiatan formal di lakukan oleh keluarga. Dalam upacara peminangan, berbagai benda yang hermakea simbolik diantarkan oleh pihak laki-laki yang diberikan kepada ANTROPOLOGI NO. 48 puhak perempuan, antara lain sebagai beri ku sampuoigi (perhiasan emas perak buat perempuan). sabale kamagi (bush kalung. ema). Kedua benda tersebut dibawa oleh ke- fuarga laki-laki yang datang_-meminang. Benda-benda itu, berari pebeka nganga (Pembuka-mulup. Selain Kedua benda perhiasan emas tersebut sebagai alat pem- Duka mulut, maka duta Keluarg pihak bki- aki juga membawa sambulu, yaitu sebuah bungkusan yang teri sirih-pinang lengkap (icin, pinang, gambir dan kapur). Bends tu, ‘merupakan simbol dari kesem-purnaan manusia dan bernakna posoo-paa (pengikat ‘alas apa yang sudah disepakat Bila sambulu swy dibuka dibiarkan ter- buka oleh piak Keluarga perempuan, maka hal itu berarti pinangan diterima, Apabua sudah dibuka, dan segera dituuup kembali, berari pinangan ditolak Berbagai upacara adat dalam pelak ssanaan acara perkawinan seperti tersebut: aias dilakukan dengan sedapat _mungkin ‘menampilkan idenitas Keluarga yang men- ‘jadi penyelenggara. Upacara ity menunjuk- an kedudakan Keluarga itu dalam -m: syavakat, s2suai nilai dan norma yang ber- Taku, Pada upacera itu ditampitkan ke- ‘mampuan dan wiggung-jawab sosial yang dipegang t-guh oleh Keluarga. Kemampuan dan tanggung-jawab itu, hharaslah dijaga untuk tidak Kurang, wetapt juga tidak boleh terlebiban. La harus sesuai dengan martabat yang dimiliki olen keluar- ga itu. Kalau dilakukan dengan “kekurng- fan”, maka Keluaga itu akan dicela oleh kerabat yang lebih luas, karena dipandang membawa ab bagi xeluarga besar. Kalan ia dilakukan dengan "beriebihan", maka ke- 161 Targa ina akan dicemoohkan oleh masya- rakat luas, dengan kata-kata bahwa keluar- ga itu telah melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Oleh Karena itulah maka segenap upacara itu hendaknya dilakukan sesuai dengan kedudukan dan martabat Keluarga, yang dijaga dengan cermat. Bochari® dalam analisisnya_menyebut- kan bahwa perkawinan itu, dan rangkaian upacara yang menyertinya, sebagai per- nyataan bahwa semua itu dilakukan karena ia menyangkut ™... basic of social life” (landasan dasar dari kehidupan masyarakat). Ta merupakan realisasi dari suatu kompleks anasir budaya, seperti unsur sosial, ekono- ‘mi, sistem pengetahuan, eligi, seni, tekno- Jogi dan sebagainya yang hidup dan ber- Kembang dalam masyarakat dan pendu- kkungnya, Semua unsur itu merupakan nila yang diusahakan penampilannya dalam ‘angkaian upacara perkawinan itu, Saling membantu dalam pelaksanaan vupacara yang menelan banyak biaya dan harta, merupakan kewajiban keluarga. Ba- nnyak orang -menamakannya. Kkenyataan "go- tong royong” sebagai salah satu nilai luhur dalam persekutuan hidup suku-suku-bangsa Indonesia. To-Kaili_ menamakannya sintuvu Apabila mengamati secara_mendalam pelaksanaannya dalam kehidupan masyara- at To-Kaili, maka sintuvu ity adalah se- ‘macam kesepakatan dalam melakukan per buatan yang dihajatkan oleh semua warga dalam persekutuan hidup itu. Karena semua ‘orang menghajatkannya, maka dalam keikut- sertazn melakukan kegiatan saling mem- 1)_ Bodhasi dalam Adat Upscara Peckawinan Daerah Sulawesi Tengah; Laporn penaliian (Proyek Panel Penctatn Kebodayaan Daerah (19781979), im. 146. 162 bantu, memberikan harapan, bahwa pada suatu waktu anti sescorang yang telah memberipartsipasi kepada warga lainnya, akan mendapatkan pula perlakuan yang sama, seperti yang ia pemah berikan di waktu Lalu itu. Setelah upacara-upacara_permikahan atau perkawinan telah selesai, maka kedua suami-istri baru, bersiap menghadapi ke- hidupan rumahtangga baru, melalui tahap- tahap peralihan yang dilaksanakan secara simbolik dalam beberapa upacara, setelah Pesta perkawinan berlangsung. Upacara pes- ta pemikahan itu pada To-Kaili, umum di- lakukan dalam dua macam, yaity : 1, Mandiu Pasili (mandi pembersihan dari rof-roh jahat), dan 2. Mematua (kunjungan ke mertua), Kedua upacara itu dijalankan sebagai beri- ut 1, Mandiu Pasili: Suami-isti itu dimandikan oleh dukun «di muka pinta rumah, Keduanya_mema- kai sarung-panjang. Suami duduk di alas sebilah kapak. Isiri duduk di ats boko-boko (alat menenung). Di alas barang-barang yang diduduki itu dile- takkan sejenis rumput dan tanaman se- mak-semak yang disebut pakela dan sigaluri, Kedua jenis tanaman itu walau- pun sosoknya keeil saja, namun akamya sangat kuat terlanam dalam tanah,se- hingga sukar sekalidicabut. Keduanya disiramidengan air dingin yang telah diramu dengan wangi-wangian yang terdiri dari dedaunan dan akar wangi, disertai jampi-jampi atau doa-doa yang mengharapkan rumahtangga baru itu dapat meraih kebahagiaan dan Kekustan alam: menjalani Kehidupan berumak- ANTROPOLOGI NO. 48 angga. 2. Mematua adalah upacara pascaperikahan. Pe- rnganiin perempuan (jsteri), berkunjung kerumah mertuanya, Upacara mematua, biasanya dilakukan S sampai Thari se sudah upacarapemilahan. Keduanya bermalam satu atau dua malam di rt ‘mah mertua (orangtua pengantin Iaki- Jaki), Setelah itu kedumnya kembali lagi ke rumah orangiua pengantin perem- ppuan, Pada upacara mematua verjadi per- tukaran hadiah yang melambangkan_pe- nerimaan kepada keluarga bani. Pe ‘nganiin perempuan membawa hakliah buat meruta dan ipar-ipamya berupa kain-kain (sarung) tenunan Kaili. Pihak mertua pun menghadiahkan barang-ba rang berharga Kepaéa anak menantu perempuannya, Biasanya hadiah mertua itu berupa gelang mulia, yang dipecays mempunyaikhasiat dan membawa ke Deruntungan. Perkawinan yang menjadi dasar terben- tuknya keluarga dan yang menjadi dasar lerbentukrya sendissendi kehidupan ber- masyarakal, dapat juga menjadi tolok ukur ‘akan kuat_lemahnya bangunan hubungan- hubungan kemasyarakatan. Hubungan per- ‘awinan dari keluarga tertentu dengan ke. Targa tertentu lainnya dalam masyarakat, sebagai pola hubungan wtap untuk saling kawin-maiin, Kelihatannya dalam masya- rakat kekerabatan Kaili sekarang tidak (su- dah tidak) kuat menjadi pegangan dalam pe- nilaian jogoh. Mungkin sekali pada waktu- waktu yang lalu pola hubungan pilihan jo- doh itu, dengan kuat dan cermat diikuti, yang menyebabkan Kuatnya pertalian ke- kerabatan, yang berakibat lanjut dengan ANTROPOLOGI NO. 48, okohnya ikatan perkawinan dan keluarga ati, Pada dewasa ini, mungkia juga karena pola hubungan itu tidak menjadi norma ikatan yang dihargai dengan penilaian yang tinggi, maka sudah banyak terjadi pelang- ssaran dalam pergaulan muda-mudi yang melampaui norma-norma Kesvcian hubung- ‘an sebelum pemikahan. Dabulu yang de- mikian dipandang — sebagai_pelanggaran fadat, yang harus ditebus dengan menjatant denda bagi yang melakukan_pelanggaran, Mungkin pelanggaran adat alam hal hu- bungan kelamin tidak sekeras sanksi yang hharus dipikul oleh para pelanggar adat Bu- sis-Makassar di Sulawesi Selatan, yang ber- patokan kepada sir’ dengan ganjaran_ke- ‘matian bagi st pelaku. Keadsan seperti itu rupa-rupanya tidak terlalu merembes masya. rakat Kaili, namun dalam keluarga Kaili, yang mengaku memiliki hubungan lelubur dengan masyirakat Bugis-Makassar di Su- lawesi Selatsn, mengaku tetap_memper- tahankan noma kesucian hubungan sebe- lum perkawinan sebagai lai yang me- rnyangkut martabat keluarga, Kini dalam masyarakatTo-Kaili_ pato- kan untuk pilihan jodoh, pada umumnya tidak lagi berpedoman kepada masa lalu, Seorang wanita Kaili sudah mungkin secara terbukamenctapkan pilihan (calon) suami sendiri, untuk Kemudian meminta restu dasi orangtuanya. Demikian juga seorang.jejaka Kaili, dapat dengan bebas_menentukar pilihan hatinya, semata-mata menurut per- timbangan pribadinya, Baik wanita maupun ppria dapat saja menerima suku-bangsa lain tuntuke menjadi teman hidupaya, Malahan soal perbedaan agama dalam keluarga keli- hhatannya tidak menjadi hambatan yang terlalu kuat 163 Etos Kerja To-Kaili Adakah perasaan kepribadian To-Kaili dalam lapangan kerja? Adakah To-Kaili me- mandang kerja itu, sebagai bagian esensial dalam kehidupan, sehingga telah terbentuk Etos Kerja To-Kaili? Untuk menjawab per- tanyaan yang sult ini, tentu diperiukan ppengamatan yang cermat dan memerlukan waktu yng panjang. Akan tetapi untuk epentingan pengenalan “awal", mengenai perasaan kepribadian To-Kaili dalam "ker- ja”, dapat digunakan ukuran "apa adanya” yang dijumpai pada masa kini, dengan menggunakan orientasi nilai budaya ¢cul- tural value), seperti telah dipergunakan oleh Talcott Parsons, C. Kluckhohn, R, Merton dan lain-lain. Sistem nilai budaya itu, ialah satu rangkaian konsep luas dan abstrak yang hi- dup dalam alam pikiran dan bagian terbe- sar warga sesuat masyarakat, mengenai 2pa yang harus dipandang penting dan berharga dalam hidup ‘Dengan demikian, maka sistem ailai budaya itu juga, berfungsi se- bagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia. dalam hidupnya, Untuk pengamatan “sementara”, te hadap orientasi nilai To-Kaili, yang mem- bentuk wawasannya dalam Kerja itu, kita gunakan kerangka Kluckhohn? yang me- ngemukakan S$ masalah dasar yang univer- sal, terdapat pada semua kebudayaan, Pe- ngamatan yang bersifat sangat_sementara ini, hanya diangkat dari pengalaman ber- gaul selama lebih lima tahun dengan To- Kaili di Lembah Palu, schingga kesimpul- ankesimpulan yang dikemukakan amat cenderung kepada interpretasi subycktif 2) C. dan F. Kluckheh, Variation in value orieation, (1965). 164 yang masih memerlukan perdebatan untuk mengangkatnya ke wilayah yang lebih ob- yekif 1, Tentang hakikat hidup, bagi To-Kaili adalah untuk menikmati apa yang disa- jikan oteh alam, termasuk yang divarist dari pendahulu. Apa yang paling di- dambakan adalah ketenangan dan men- syukuri apa adanya. Alam dan pening- galan orangtua cukup memberikan ja. Thinan untuk kita bisa menikmatihi- dup ini, sebagai sesuatu yang *baik Hidup ini adalah untuk kebaikan -ma- rusia, bukan untuk menebus dosa, atau menyiksa diri. Hidup ini untuk dinik: kmati sebagaimana adanya. 2. ‘Tentang hakikat karya, bagi To-Kaili ‘analog dengan pandangannya tentang hakikat hidup untuk dinikmati schagai- mana adanya, maka karya itu adalah satu upaya untuk memenuhi hakikat hidup. Apabila hakikat hidup tefah ter- enubi maka karya itu pun mencapai terminalnya, yang tidak perlu_ dilebih- lebihkan. Karya ditentukan oleh manu- sia, bukan manusia ditentukan oleh arya, Karena prestise dalam kehidupan tmaosia dipendong peating; den bers tinggi. Prestasi kerja adalah dlitentu- an oleh tingkat pencapaian itu, 3. Tentang kedudukan waktu dalam ke- ‘hidupan, bagi To-Kaili, masa la ‘memberikan pamor dalam kehidupan masa kini dan masa depan. Mase lalu yang selalu dihadirkan pada Kenyataan masa kini, membuat To-Kaili sangat was tethadap ehadiran orang lin dalam lingkungannya, Karena dikuatir- kan kebanggaan masa lalunya menjadi kurang dihargai. Waktu karena di dang mempunyai kualitas tetentu yang ANTROPOLOGI NO. 48 dlitentakan oleh masa lalu, maka tidak perlu terjadi perlombaan dalam waktu, Waktu dalam Kualitas tertentu harus dapat dinikmati dengan tempo yang Jamban. Jangan berpacu dengan waktu, karena manusia yang menentukan da- Jam menikmati sesuats yang disajikan oleh wakiu, 4. Hakikat hubungan dengan alam sekitar; bagi To-Kaili, alam sekitaradalah buat ‘manusia, Ta harus dimanfaatkan untuk Kesenangan manusia, Alam menyedi ‘akan diri untuk dipergunakan oleh ma- anusia, Karang di laut, hutan di gunung semuznya tersedia untuk digunakan bagi ‘kepeatingan manusia. Kehidupan yang berwawasan lingkungan, masihy perlu dengan kuat ditumbuskan pada orang Kili, untukmenyelamatkan_ingkungan yang sudah cukup kriis di lembah Palu inj, Untuk mengembalikan ekosistem yang seimbang baik di laut maupun di ‘gunung dan di hutanhutan, dipertukan Kegiatan penyadaran yang intensif di kalangan To-Kaili, secepat-cepatnya, 5. Hakikat hubungan manusia dengan se- samanya, pada To-Kaili masih kuat tertanam in-group solidarity, schingga ‘hubungan-hubungan "orang luar” masi sangat diperhitungkan dengan “rasa ke ccurigaan” yang cukup tinggi. Kesimpulan-Kesimpulan sementara dari pengamatan terhadap orientast nilai buda- ya yang terdapat pada To-Kaili_ menyang- ut’ makna Karya, masih diperlukan waktu untuk tumbuhnya Eros Kerja yang ber- rientasi kepada menghargai kerja sebagai pernyataan lanjut dari eksistensi. Kerja be- Jumlah sesuatu yang harus dihargai untuk menentukan mariabat manusia. To-Kaili, ANTROPOLOGI NO. 48 bukannya malas” melainkan belum me- miliki pola orientasi yang menempatkan “kerja, sebogai pemyataan eksistensi ma- rusia. Perasaan Hidup Keagamaan dan Keper- cayaan Sebelum Islam menjadi agama yang ianut secara umum oleh orang Kail, di kalangan umum terdapat kepercayaan yang disebut Balia semacam kepercayaan kepada Kekuatan-kekvatan alam-gaib, dan gejala- gejala alam yang luar biasa, membuat To- Kalli sangat lekat pada lingkungan yang ccksklusif, yang acapkali_ mempertahankan isolasi dengan kuat. Upacara Balia itu di- Jakukan di rumah pemujaan yang disebut Lobo. Lingkuagan yang kecibkecil dengan Kebanggaan masing-masing, kurang mem- berikan peluang munculnya.psmimpin To- Kalli yang dapat diakui oleh segenap ke- lompok To-Kaili Setiap kelompok dengan identitas ke- percayaan yang masing-masing diunggulkan, ‘merupakan silah satu gejala_penghalang munculnya pemimpin yang dapat memper- satukan Tana-Tana Kalli dalam persatuan dan kesatuan politik ekonomi pada zaman se ‘belum Islam. Dalam mengemban sesuatu kepercayaan metafisik, setiap kelompok me- rasakan Kepercayaannyalah yang khusus baginya. Itulah menjadi kepercayaan kelom poknya. Tempat pemujaan hanya tersedia bagi kelompoknya, scolah-olah tempat pe- ‘myjaan leluhar dalam keturunan keluarga elompok Keluarga itu. Sikap isolatit de kkian juga, membawa kesempitan wawasan ‘menghadapi lingkaran Iuarnya.Sangat asing bagi kelompok-kelompok itu untuk mem- berikan respek atau simpatik yang iknlas dan mendalam kepada orang dari lingkaran 165 luarnya, walaupun To-Kaili sendiri. ‘Seseorang hanya merase patut menghor- ‘mati orang lain yang berkedudukan atasan Jangsung dari orang itu, Ia merasa mempu- niyai kepentingan langsung dengan atasan ‘atau pemimpinannya itu. Terhadap orang Jain dirasanya Kurang patut, atau tidak ada perlunya secaralangsung untuk menghor- matinya, dengan cara basa-basi_sekalipun. Secara tradisional, tidak terdapat kata-kata sapaan_penghormatan seperti "Selamat Pa- ai", "Terimakasih” dan sebagai simbol pe- inyampaian perasaan simpati atau penghor- matan. Seorang “warga desa", merasa tidak erly melakukan penghormatan terhadap seorang camat, atau scorang bupati ataupun seorang gubemur Sekalipun. Ia hanya me- rasa sepatutnya hanya menghormati atau ‘memberi perlakuan sebagai pemimpinnya kepada "kepala desanya”. Yang harus ‘menghormat kepada canat, ialah kepala esa; yang harus menghormat kepada bupa- 4i, ialah camat, dan yang menghormat kepa- da guberur hanyalah bupati Besar dugaan keadaan seperti itu men- jadi perasaan kepribadian To-Kaili yang masih terasa adanya sampai masa kini, ka- rena pengalaman cara-carapemujaan masa lalu yang sangat khusus bagi setiap kelom- Pok To-Kaili yang menempati wilayah yang terpencil antara satu sama lain, Islam sebagai agama yang keras dalam meyakini tentang ke-Esaan Allah (mono- theis), baru sampai ke pesisir Sulawesi Te- rngah, i kalangan To-Kaili pada permula- an Abad ke-17. Selama kurang-lebih empat abad aga- ma Islam di Tana Kaili_ mengembangkan ajaran tauhid dan syariainya, pada lapisan sosial teratas saja terasa adanya apresiasi eagamaan Islam itu yang agak jelas. La- 166 pisan sosial tersebut didominasi oleh ke- turunan Arab yang terasa masih dalam iso- lasi atau dalam Keterasingan integrasi so- sial, sebagai To-Kaili, Lapisan sosial ba wah atau orang-orang kebanyakan, masih ‘mengikuti petunjuk (bekas) pemimpin-pe- mimpin kaumnya, dan menjadikannya pa- ‘nutan, juga dalam aplikasi ajaran Islam dalam Tingkungannya. Pengelompokan dalam organisasi so- sial keagamaan, seperti umumnya di dae- rah-daerah Indonesia Iainnya, terdiri_atas golongan yang dipandang menganut “aliran kolot” dan golongan yang dipandang _me- raganut “aliran pembaharu”, menjadi rujukan identifikasi organisasi sosial —keagamaan yang ada seperti Nahdatul Ulama, Darud- da‘wa Wal-Irsyad (DDD; Al-Chairat; Mu- hammadiyah, Syarikat Islam dan sebagsi- anys Rujukan identifikasi seperti tersebut, ‘sangat terasa dalam pengelompokan_pe- nyelenggaraan upacara-upacara ritual ke- ‘agamaan yang dilakukan oleh golongan- golongan tersebut yang sukar ditemukan kompromi dalam penyelenggaraan upacara ritual keagamaan bersama, Karena itu tabiat bergolong-golongan yang seringkali "sangat eras” ditampilkan masing-masing, masih sangat dominan terjadi sampai pada dewasa Kesadaran berkepercayaan yang me- motivasi perilaku sosial penduduk pada lumumnya tidak terlalu kuat, walaupun de- mikian tidak dapat disebut lemah. Sebagai ppotensi Kesadaran itu acapkali _muncul ‘menjadi daya dorong yang. bersifat emo- sional, Pengarahan pengembangan_potensi kesadaran_berkepercayaan (keagamaai) me- ‘merlukan pembinaan yang harus dimulai pada tingkat dasar atau awal. Berbagai pe- ANTROPOLOGI NO. 48 rgalaman di perguruan tinggi menunjukkan nyala tidak mempunyai pengalaman dalam bahwa banyak sekali mahasiswa yang se- membaca Al-Quran, cara emosional menampilkan slay menya- Secara umum dapat dikatakan bahwa takan diri sebagai kader pernuda Islam, ter- perasaan Kepribadian dalam bidang keaga- ANTROPOLOGI NO. 48 is? man dan kepercayaan, masih benda pada stadium-primer, sebagai potensi yang, perlu igktwalisasikan melalui pesdidikan sesuai dengan ajaran agama yang dianunya. Pe- ringkatan ke stadium yang lebih tinggi un tuk menjadi bagian dari kepribadian To- Kili, dapat diherapkan menjadi alat buat ‘untuk meniadikan wawasan (cara pandang) yang lebih Tuas dan sikap intogratif yang le- bih terbuka, Perasaan Kepribadian dalam Bahasa, Ke- susastraan dan Kesenlan pada Umumaya Memang benar, bahwa bahass menj ppementas Kebudayaan yang paling autentk Bahesa menunjuskan bangss. Bangsa dalam anti identts.kelompok dengan cia teren- tu, yang hampir selalu menyatakan di yang terbcik, Sata bagian deri perekat slidaias kelompok (group solidarity) Karena itu ukwran yang. paling peka terhadap modal personality (perasaan ke- pribsdian) sesuat» kaum, sesitu Kelompok eimik, malahan sesuata bangsa adalah yada kedidukan bahasa dan perlakuan terha- daprya dxlam sistem budya dan sisem sail? persekuuan hidup itu. Bahasa dan Kesusastraan To-Katit Bahasa Kaili, untuk disebut bahasa To- Kaill yang dapa dipandang sebagai lingua- 3) Stem tadaya dan site Jemaban da ence spite, yaa uj hebudaje, era sats Komplas gagean, Sonsep dan pilin ‘mantsa yang berds dalam Keadin abersk Sistem cs tefemahan fan sci item, ya Wd Kebodayaan berupa Kompletsskuias manusia stare vata dalam masyarkat, [shh slah dkemdakan ‘leh Taleo Parsos, dalan Keraopka tin tindkan (Framework forthe theory of action), (Panens, Sls, 16 168 france di Lembah Palu? pada hakikatnya tidak ada. Setiap kelompok subetnik Kail, memiliki dialek bahasa kelompok masing- ‘masing, yang banyak jumlahnya. Masing- rmasing menjadi ientitas igolasi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, Ba- hhasa (dialek) kelompok-kelompok subetnik in, dalam karakteristiknya seolah-olah lebih Dersifat_ alat komunikasi_ intern kelompok yang bersifat rakasia bagi orang luar ke- lompok. Kelompok bahasa Kaili, dalam berbagai ialek sepeti Kali; Kulawi;Pipikero; Ba- laesang; Dampelas; To mini; Bolano; Petasa dan kelompok Kecil-kecil lainnya, pada ko- dratnya bertumbuh dalam isolsi dalam ke run waktu yang singat panjang, lebih beni- fat alat Komunikasi intern. Setelah lambut- aun Keadsen isolesi yang Keras itu tertem- bus oleh peradaban antarsubetnik yang me- ‘numbuhkan kesadaran kelompok etaik Kail ‘yang lebih luas, maka dialek subetnik Kaul, yang. berkedudukan lingua franca Kail. Penulis-penulis kebahassan (yang. ber- ‘mula dengan sarjana Belands) meramaken- nyatanasa Ledo.” Ledo berarti dak. De- nngan kata bahasa Ledo, berati salah sau dialek bahasa Kali, yang menggunakan Le- do kata sangkal yang berani tidak, seta- ‘gaimana dari dialek itu. Maka bahasa Kalli Ledo yang bersebar lebih luas i Lembah Palu, dan menjadi babasa umum yang da pat dipahami oleh subetik Kail lainnya, 4) Pads rman lampau,dinaksudin sebelon anya gangguang orang lar, kre Ki sbelan Abad le 16 Kelompotkslonook sobeinkkeras lam ie grenya, sehnggs‘Gperokan basen yurg bers ‘basi bag rang. 3) Mengenat Fans Koi, Baan Parawita Dat Solwest Tengah Tahun 1975, Ni 38. ANTROPOLOGI NO. 48 sampai pada. zaman_mutakhir. Sebagai bahasa yang digunakan untuk Komunikasi antara etnik Kaili (To-Kaiti), ‘maka bahasa Kaili atau Ledo itulah yang dapat disebut lingua-franca. Kaili, Bahasa Kaili Ledo, mengalami per- kkembangan lebih cepat daripada dialek sub- ‘etnik lainnya dalam perjalanan sejarah ke- bbudayaan di Lembah Palu, khususnya se- panjang masyarakat pantai selat Makassar. Karena bahasa Kaili tidak mengenal lam- bang-lambang bunyi dari aksara lontara’, Bugis-Makassar dan atau aksara Arab de- gan menggunakan bahasa Kaili, kemung- kinan besar ada. Akan tetapi sampai seka- rang belum ada yang ditemukan. Di ber- agai keluarga pemuka suku Kaili dapat ditemukan naskah tertulis dalam loncara’ berbahasa Bugis-Makassar, menunjukkan hu- Dbungan erat antara suku Kaili di Lembah alu dengan suku Bugis-Makassar di sela- tan pulaw ini, Ungkapan-ungkapan dalam bahasa Kalli yang dapat digolongkan ke dalam bentuk susastra isan To-Kaili, me- ‘mang masih banyak dapat ditemukan da- Jam kalangan penduduk masyarakat Kaili, dalam apa yang disebut tradisi lisan (oral- tradition), ‘Adapun kandungan ungkapan-ungkapan itu, berupa pepatah, petuah dan sejenisnya pada umumaya mengungkapkan tradisi dan nilai-nilai Kehidupan yang bersumber dari ajaran adat dan agama Islam yang tidak jauh berbeda davi ungkapan-ungkapan yang. ter- ‘éapat dalam masyarakat Bugis-Makassar, di Sulawesi Selatan. ® ‘Beberapa ungkapan dan peribahasa Kail ‘ikemukakan sebagai berikut’ 6) Lihat, Dr. Suradi Hp. (Ea) wogkapan tn ional derahSulawest Tengah Depditbad 1983/1984 ANTROPOLOGI NO. 48 JAsala nu kumba molanto, asala mu wane matodo | asal_gabah timbul, asal tatu teng- gelam, (orang hidup sesuai suratan nasi). /Bolowatu ratuda awo matewu | bambu gaging ditanam bambu biasa yang. tumbub. (menyatakan kekecewaan). | Depo ni sama jara, na ngowamo | belum dikekang kuda, sudah dikenda- rainya, (Gerbuat sesuatu tanpa persiapan) /Bwa bana na punde | ‘barat benang hilang. ujungaya (esuatu yang kusut tak terpecahkan) [Keri kurondo nikerika rindi | keris di dinding ditikamkan ke dinding (perempuan yang meminang laki-laki) Syairsyair yang menjadi kata-kata alam lagu-lagu tadisional Kaili, kelihat- annya sebagai prosa-lirik yang diucapkan secara berirama monoicon. ‘Adspun nyanyian yang mengikuti lagu- Tagu populer, gubahan_syair-syaimya tidak ‘memiliki pola tertentu, Syairnya digubah me- nurut lagunya dengan menggunakan aksara latin, Laguclagu berbahasa Kail mutakhir ‘umumnya mengikutilanggam modem lagu- lagu Nusantara yang banyak mengikutilagu- lagu Melayu dari bagian barat Nusantara, Sekedar contoh di bawah ini dikemu- akan beberapa petikan syair Kaili, dan Rano (Semacam prosa-lirik) yang melukiskan ce- rita rakyat. Syair Kail Jana nikeniku peka pemaya | Jnamalamo bau oge ku ore | Jane nisaniku niatia sarara/ Jmaia alaiaia tedo ku bole | Aninya: jika Kkubawa pancing jelayah, maka kedapat sudah ikan besar, jika kulahu memang keluarga. ‘ak mungkin lagi saya lepaskan Habe tulaw tora motingguli | Jmoliu matua domo kubita | Jane aku masowamo panguli / Lkupotongko mangurataka nia | Aninya: ‘Sambutlah safamku, ingat kembali, mer tua berlalu tak dihiraukan bila telah ku- ikrarian, tak mungkin saya ingkari. Beberapa penggal kalimat Rano (dinya nyikan putra banawa dalam pengasingan): 1. Liunggasae ritana pobayo (sungguh Jaina. dalam pengasingan) 2, Nasae ri lando mpointaluna, (lama di tempatnya mendapat jodoh) 3, Natau i mun nangakalani,(sungguh ia bijeksana sekali) 4, Nikulilina mapolawuto oge, (laksa- na ia mengitari pulau besar) 5. Nasangge mpomanu ritampanau (menerkam laksana ayam div tengah tau, Rekaman-rekaman dalam tlisan me- ngenai_syair-syair Kaili, tidaklah sebanyak yang terdapat dalam wadisi lisan yang di- hafal oleh penyair-penyair rakyat dewasa ini, Tetapi yang dihafalkan melalui pemur- nian dari generasi lama ke generasi baru sudah mengalami kemerosoian baik dalam Jjumlah, maupun dalam mut. Hal-hal tersebut memberikan kesan yang kuat, bahwa lajuperkembangan ba- 170 hasa Indonesia sebagai alat_komuni yang semakin populer, telah menggantikan Kedudukan bahasa Kili Ledo dalam segala penampilan kebahasaan, baik untuk bidang omunikssi, maupun untuk bidang kesusas- traan, sebagai alat pemyataan keindahan yang diungkap melalui bahasa (Indonesia). Perasaan Kepribadian Kaili, dalam bahasa Kalli dewasa ini, telah sampai pada ik penghentian ke arah penggantiannya. secara total olch bahasa kebangsaan Indonesia, Tai-tarian yang dipandang asli dan Jama dimiliki oleh To-Kaili ialah asi pe gaulanModero. Tarian dilakukan dengan berpegangan tangan, bersclang-seling_ pra wanita, membuat lingkaran dan bergerak berputar ke arah kann, dengan gerakan kaki dan tangan seirama, Tari Modero, schegai tari pergaulan—sampai sekarangmasih digemari dan acapkali dilakukan untuk meningkatkan perasaan keakraban, juga untuk menghormati tamu-tamu yang dating ke suam tempat baik di des maupun di ota. Tari dilring’ oleh tabuhan bunyi dari genderang dan gong kecil yang berirama Tincah, Taistarian sejenis itu di dacrah darat an tinggi, seperti Kulawi ditemukan dalam penampilannya yang lebih akrab lagi. Satu barisan membanjar yang terbentuk oleh pria wanitaberpegangan tangan dengan letak twbuh berdempetan pada sisi_kir-kanan; Dergerak maju-mundur, kiri-kanan dengan sentakan kaki, bagaikan orang berbaris. Tai itu disebut Rego la memperlihaikan kesan, para penaripria adalah perwira-perwira muda yang datang atu akan pergi ke medan laga Kemungkinan besar tari itu_pening- alan orang-orang (perwira) Portugis yang emah mempunyai hubungan dengan ma. syarakat dataran tinggi Tana Kaili, mencar ANTROPOLOGI NO. 48 ‘atau berdagang kayu (sandel wood). kira kira dalam Abad kelima bela. TTari-tari_pertunjukan, seperti pajoge meradika, Jepeng, Peule Cinde, Pomonte dan Jain-ain tar-tarian kreast baru, pada umom- nya berasal dari tari-tarian istana/kerajaan- kerajaan lokal di Lembah Kail, Baik gerak tari, maupun instrumen bunyi dan hissan para penari yang disebut sebagai tari adat Kali, banyak persamaannya dengan tari-tarian Bugis-Makassar dari Sulawesi Selatan. Pe- ngaruh Kesenian dari Cina tidak dapat dira- gukan Keluasan persebarannya ke segenap bekas Kerajaan lokal di Lembah Palu dan sekitamya, Peninggalan benda-benda alat kerajaan atau adat Tana Kaili yang masih ditemukan dalam masyarakat dewasa ini, mempetti- hatkan etapa kat dan erat pertatian, Tana Kalli dengan Kerajzan-kerajaan Bugis-Ma- ‘kassar pada zaman lampav. Orang-orang ke- turunan bangsawan Tana Kaili pada umum- ya dalam upacaraupacara adat_ istiadat (ada pesta perkawinan dan Kedukaan) masih ‘mempergunakan —simbol-simbol kejayaan ‘masa silam, yang juga lazim dipergunakan pada upacara-upacara adat di Sulawesi Se- Tatan, Dapat dipahami kalau perasaan ke- pribadian To-Kaili masih amat Jekat pada ANTROPOLOGI NO. 48 perasaan Kepribadian orang Bugis-Makas- sar, dan sebaliknya, Maksudnya, To-K: apabila berada di tengah-tengah orang Bugis Makassar, atau orang-orang Bugis- Makassar berada di tengah-tengah To-Kaili, akan me- rasakan diri berada di antara keluarga sen- Giri, Perasaan Keasingan tidak terasa. Pe rasaan kepribadian seperti itu lebit-tebih

You might also like