Modal Personality Orang Kaili
Konsep modal personality, atau kalau
hendak diterjemankan secara sederhana, da-
pat disebut Perasaan Kepribadian. Pengu-
raian tentang modal personality, pertama-
tama akan menghadapi secara serius persoa-
Jan metodologis, untuk penerapannya. Kita
kan menghadapi suatu masyarakat dengan
segala persoalannya yang sangat _rumit.
Wilayah masyarakat itu yang seringkali
sangat Tuas, ancka. ragam pranata dan lem-
toga sosial; aneka macam Lingkungan alam
fisik dan kebudayaan; ancka_macam iklim
yang dibawa oleh ancka macam keadsan
lingkungan, seperti gunung,lembah dan da-
laran yang membentang Iwas, semua itu se-
cara metodologis harus diperhitungkan da-
lam penetitian atau pengamatan yang di-
perlukan, untuk melukiskan Perasaan Kepri-
badian. itu, Oleh karena ty, suatu perkiraan
lumum yang dipandang representatif atau
secara wajar mewakili segenap keadaan yang
sesungguhnya sangat diperlukan, Tentu saja
sangat diperlukan adanya sampling secara
statistik dari berbagai dacrah Kesatuan
hidup, atau kelompok sosial, jenis-jenis la-
pangan pekerjaan, tingkat usaha dan tain-
lain, untuk mendapatkan gambaran yang
sungguh-sungguh dapat memuaskan, sebagai
gam-baran umum tentang perasaan kepri-
badian sesuatu Kau, seperti yang. akan
dilukiskan i sini, yaitu Perasaan Kepri-
ANTROPOLOGI NO. 48
badian Orang. Kail
Dalam pengertian umum, tulisan ini
hhendak mencoba melukiskan ciri-ciri ke-
pribadian To-Kaili, melalui perasaan kepri-
badian yang ditampitkan dalam berbagai tata
Kelakuan dalam kehidupan yang membu-
aya atau bemilai budaya. la secara. aktual
ianut atau diargai sebagai perilaku sosial
dan secara umum dilakukan dalam kehidup-
an, Dengan kata lain, apa yang. dilakukan
atau diperbuat oleh orang Kaili, schingga ia
rmerasa diri sebagai To-Kaili. Tingkat-ting-
kat perbuatan itu mefekat pada diri pribadi,
baik sebagai individy maupun sebagai, warga
masyarakat,
Sesuatu perilaku atau perbuatan yang
dlilakukan yang bermakna ke-Kaili-an, kare-
na seseorang. (Kalli) yang melakukannya
merasa disi orang Kaili, (To-Kaili). To-Kaili
lainnya melihat ia melakukan perbuatan itu,
segera mengetahui bahwa ia adalah To-Kai
Maka antara yang melakukan dengan yang
mengamati kelakuan itu tumbuh tali per-
hhubungan yang alamiah sebagai hubungan
eakraban (familiar). Karena apa yang di-
mati itu seolah-olah adalah dirinya sendi-
ri, Ia akrab dengan perilaku atau tingkah-laku
seperti yang dilakukan dalam kebudayaan
Kai
Patokan-patokan umum yang dapat di-
pergunakan dalam menjaring perasaan-pe-
157rasaan kepribadian itu, adalah basanya per-
‘buatar-perbuatan alau perilaku yang sangat
lekat pada Kehidupan emosional atau yang
‘menyentuh perasaan-perasaan terdalam, se-
perti pada perasaan hidup :
1. Kekerabatan dan kemasyarakatan,
2 Keagamaan dan kepercayaan,
3. Bahasa, kesusastraan dan kesenian
peda umumaya.
Perasian Hidup Kekerabatan dan Ke-
‘masyarakatan
Kehidupan Kekerabatan tergambar pa-
da hubungan kemasyarakatan.kekeluargaan
yang terjalin dalan peristiwa-perstiwa per-
‘kawinan atau pilihan jodoh. Perkawinan atau
Perjodohan yang membentuk ksluarga bah
menjadi peristiwa kehidupan yang dipan-
dang salah satu yang sangat_penting dalam
Perjalanan kehidupan sebagai To-Kaili. la
dipandang penting, Karena bortagai hal da
Jam ehidupan ikut” dltenukan dalam pe
“sta itu, Perasaan harga dit, martabat pri
bad dan keluarga malahan kelompok kaum,
‘kut djperuruhkan dalam penyelenggaraan
peristiva perjodohan itu. Ta juga mengun-
dang penampilan staus dan kedudukan se-
seorang dalam masyarakat. Ia acapkali
mengendang luapan perasaan dalam per-
sekutuan, schagai bukti pentngnya masalah
itu dalam kehidupan pribadi dan kehidup-
an kelompok perkauman. Kehidypan pribadi
alam persckutuan sangat diwamai oleh ke-
bethasilan seseorang melakukan peristiwa
perjodohan itu, sesuai dengan pola-pola
yang terdapet dalam kebudayaan persckutv-
an iw
Berbagai ungkapan dalam bahasa Kaili
‘menunjukkan etapa penting soal perka-
winan itu dalam kehidupan orang Kaili,
Ungkipan-ungkapan a anara lain :
158
1, Momboli tanda tuvu: antinya, (per-
awinan itu) memberikan bukti ten-
tang hip. Masunya peckawien
yang menghasilkan keturunan
lah bukit bahwa seseorang perma
hidup di dunia ini.
2. Mompakaluo posalara; artinya (per-
Jawinan itu) memperluas jaringan
kekerabatan,
3. Mompatabasaka rante ri sambolo;
‘artinya (perkawinan itu) melepaskan
rantai yang melilit leher orangtua,
‘Arti perkawinan yang menunjuckan se-
seorang tau sepasang suami-isui pemah
hadir di dunia, dibuktikan oleh adanya ke-
turunan, sebagai penyambung kehidupan
yang melanjuckan tradisi kehidupan keluar-
a dan mengembangkan jaringan kekera-
batan,
Upacurapernikakan anak-anak To.
Kaili terkemuka pada masa akhir-akhir ini,
kelihauan berkecenderungan sangat Kut,
‘menjadikan upacara-upacarapernikahan
(perkawinan) itu sebagai peristiva yang
‘memperlitatkan masa talu. Masa lalu yang
ditampilken itu menggambarkan —komu-
tasfpersekutuan tertentu yang menjadi
asal-usul keluarga tersebut. Simbol-simbol
yang ditampitkan, secara sadar atau tidak
‘mempertihatkan jalur-jalur Kkekerabatan dan
asal kedatangan keluarga tersebut. Adanya
pelapisan sosial dan Keteraturan Komunitas
kecil itu dalam otonominya yang meng-
gambarkan isolasi yang cukup ketat dipe-
Tihara. Hubungan perjodohan dalam komu-
nitas kaum yang menjadi damboan Keluar-
, adalah endogami dengan sistem pazen-
tal, Peristiwa perkawinan dengan segala ta
tacaranya menunjukkan bahwa pertemuan
jodoh yang dinyatakan dengan akad-nikah
‘menurut kewajiban keagamaan (Islam), dl
ANTROPOLOGI NO. 48pandang sangat esensial. Lebih daripada
ity, maka pesta yang dilangsungkan sebigai
rangksian upacara perkawinan secara adat-
istindst, menjadi kegiatan kultural yang le-
bih bersifat penampilan Kedudukan sosial
keluarga yang menyelenggarakan pesta per-
Kawinan itu, Pesta perkawinan mengun-
dang Keterlibatan segenap anggota kerabal/
keluarga dekat kedua belah pihak. Kewa-
jiban menghadiri pesta perkawinan dalam
keluarga, merupakan kewajitan sosial yang
mengandung nilai budaya yang tinggi. Olch
arena itu adalah menjadi Lewajiban yang
ddijaga dengan amat cermat, menyampaikan
perihal pesta perkawinan im kepada se-
genap keluarga besar dan handai taulan,
terutama yang berkedudukan lebih ma dan
jaringan Kekeluargaan yang dekat.
Pada penyelenggaraan pesta_perka-
winan itulah ditampilkan adanya hubungan/
Jaringan Kekerabatan yang sangat luas. Hal
itu menunjukkan kebesaran dan kebang-
gaan tersendisi dalam kKeluarga. Karena
Jaringankekerakatandiperkokoh dalam
pesta perkawinan, maka urvtan-urutan dan
tata cara penyeleaggaraan pesta perkawinan
dlilakukan dengan sangat cermat dan dalam
formalitas yang ketat
Mungkin sampai Kini masih bertahan
dalam —masyarckat Kili, penilaian per-
jodohan/perkawinan terbaik, adalah dalam
lingkungan kerabat sendiri, seperti astara
sepupa derajat satu, dua dan tiga, baik dari
pihakayah, maupun dari pihak ibu. Tyjuan
perjodohan dalam lingkungaa warga kerabat
(extended family), antara lain: mompaka-
osu posampeswvua; artinya, mendckatkan
Kembali hubungen kekeluargian; mosioreta~
ka, artinya, saling menolorg mencgakkan
martabat keluarga; mempajagai harta ne-
‘momoilinta tona; artinya, agar harta idak
berpindah kepada orang lain. Masusa mo-
ANTROPOLOGI NO. 48
‘gas; artinya, susah perceraian, Karena per-
‘ceraian akan meretakkan Kekerabatan. Nos
Sani nu ruapa: artinya, saling mengenal
asap dapur, maksudnya saling mengenal
Keadaan dan asal keturunan,
Perjodohan(perkawinan dalam ling-
kungan kerabat pada wake yang lau, diten-
tukan terutama oleh orangiua kedua calon
pengantin. Peranan para calon pengantin un-
tuk menentukan pilihan_sendiri, juga txda-
pat dalam kemangkinan, akan tetapi restu
kedua orangtua dan pemuka-pemuka keluar-
ga amat dipetiadkan, sebagai kesempur~
naan upaya memantapkan ihwal periodoh-
an, Keharusan perkawinan dalam lingkung-
an Keluarga, sebagai norma dalam kekidop-
fan keluarga ini, walaupun masih.dipandang
sebagai sesuatu yang dipatutkan, namun
lambat-laun teresa. semakin mengendur daya
pengikatnya. Kaum remaja lambat-laun se-
‘makin mengendur alih penentuan jodot bagi
dirinya sendin, dari kekuassan orangwwa dan
keluarga besar.
Pertemuan-pertemuan, berupa estar
pesta dalam Keluarga, membuka kesempat-
an bagi para remaja untuk saling bertemu
ddan berkenalan, melalui peckenalan di pes-
tapesta itu, tejlinlah hubungan-hutungan
‘yang akan mengantarkan kedua remaja yang
saliag mencinta ity, untuk memasuki ting-
at hubungan formal menuju perkawinan/
perikahan
Upacara Peminangan
Upacara-upacara pemnikatan, lebit ba
rnyak memperlihatkan segisegi formal yang
cukan olch keluarga kedua belah pihak.
Hal-hal yang formal itu dilakukan unwk sa-
ling memberikan kesan tentang adanya ke-
sungguhan edua belah pihak untuk mem-
Dangun pertalian keluarga besar.
159Di Tana Kaili dikenal beberapa upaca-
raprapemikahan sebagai berikut: Novaie dala
(membuka jelan) biasa juga disebut nomanu-
‘manu (saling menjajaki). Hal im dilskukan
‘untuk sampai pada tingkat peminangan se-
cara resmi yang disebut neduia atau nebolai.
Apabila upacara peminangan dilaksanaken,
‘maka dalam peminangan dalam arti pencri-
‘maar/kesempatan akan sampai pada me-
nentukan niovo dan manggeni balanja, yaity
Penentuan waktu pengantaran belanja dan
akad nikah serta pesta perkawinan,
Pakaian Adat *Pengantin’ To-Ki
160
ANTROPOLOGI NO. 48Menjelang upacara aksd-nikah, iasa
pola diselenggarakan upacara-upacara nopa-
soa, ait upacara mandi-wap bagi kedua
calon penganuin (di romahnya masing-ma-
sing), dan upacara nogigi. yaa upacara ber-
ccukur rambut. Malam sebelum upacara per-
nikahan diadakan nokolontigi atau mapa
cing, yaitu upacara malam pacaran di tempat
calon-calon_pengantin.
Para remaja sangat meayukai upacara
ii, Karena pertemuan-pertemuan remaja pa
dda upacara ini,merupakan auaksi yang me
rampilkan bermacam-macam acara yang
membawa keakraban remaja puta dan pu
wi
Rangkaian upacera menjelang bari per
nikahan, merupakan formalitas yang. kel:
hatannya.sangat cermat dijalankan. Orang
menamakannya upacara adai, untuk menja
a harmoni dalam kehidupan. Menurut ce-
iva, adapun rota dala (upacara wembuka
jalan) dilakukan, untuk meajaga agar tidak
terjadi penolakan pinangan, atau gadi
{elah ada yang _meminangnya lebih dahulu
Kalau terjadi yang demikian, dahalu kala
dipandang membawa aib bagi keluarga taki
aki
Penolakan pinangan, sesunggunny
Jangka terjadi dalam masyarakat Kail, ka-
rena pasangan kawin yang secara adat cen:
derung mempertahankan kawin dalem ling
kungan keluarga besar, balk cross maypun
parale! cousin-huwelijt, juga sudah menjadi
sangat umum, bahwa kedua remaja sudah
saling mengenal lebih dahulu, adakalanya
sudah sangat akrab. Pasangan ity sudah
Dergaul sangat intim, sebelum secara resmi
peminangan sebagai kegiatan formal di
lakukan oleh keluarga.
Dalam upacara peminangan, berbagai
benda yang hermakea simbolik diantarkan
oleh pihak laki-laki yang diberikan kepada
ANTROPOLOGI NO. 48
puhak perempuan, antara lain sebagai beri
ku
sampuoigi (perhiasan emas perak buat
perempuan).
sabale kamagi (bush kalung. ema).
Kedua benda tersebut dibawa oleh ke-
fuarga laki-laki yang datang_-meminang.
Benda-benda itu, berari pebeka nganga
(Pembuka-mulup. Selain Kedua benda
perhiasan emas tersebut sebagai alat pem-
Duka mulut, maka duta Keluarg pihak bki-
aki juga membawa sambulu, yaitu sebuah
bungkusan yang teri sirih-pinang lengkap
(icin, pinang, gambir dan kapur). Bends tu,
‘merupakan simbol dari kesem-purnaan
manusia dan bernakna posoo-paa (pengikat
‘alas apa yang sudah disepakat
Bila sambulu swy dibuka dibiarkan ter-
buka oleh piak Keluarga perempuan, maka
hal itu berarti pinangan diterima, Apabua
sudah dibuka, dan segera dituuup kembali,
berari pinangan ditolak
Berbagai upacara adat dalam pelak
ssanaan acara perkawinan seperti tersebut:
aias dilakukan dengan sedapat _mungkin
‘menampilkan idenitas Keluarga yang men-
‘jadi penyelenggara. Upacara ity menunjuk-
an kedudakan Keluarga itu dalam -m:
syavakat, s2suai nilai dan norma yang ber-
Taku, Pada upacera itu ditampitkan ke-
‘mampuan dan wiggung-jawab sosial yang
dipegang t-guh oleh Keluarga.
Kemampuan dan tanggung-jawab itu,
hharaslah dijaga untuk tidak Kurang, wetapt
juga tidak boleh terlebiban. La harus sesuai
dengan martabat yang dimiliki olen keluar-
ga itu. Kalau dilakukan dengan “kekurng-
fan”, maka Keluaga itu akan dicela oleh
kerabat yang lebih luas, karena dipandang
membawa ab bagi xeluarga besar. Kalan
ia dilakukan dengan "beriebihan", maka ke-
161Targa ina akan dicemoohkan oleh masya-
rakat luas, dengan kata-kata bahwa keluar-
ga itu telah melakukan sesuatu yang tidak
pada tempatnya. Oleh Karena itulah maka
segenap upacara itu hendaknya dilakukan
sesuai dengan kedudukan dan martabat
Keluarga, yang dijaga dengan cermat.
Bochari® dalam analisisnya_menyebut-
kan bahwa perkawinan itu, dan rangkaian
upacara yang menyertinya, sebagai per-
nyataan bahwa semua itu dilakukan karena
ia menyangkut ™... basic of social life”
(landasan dasar dari kehidupan masyarakat).
Ta merupakan realisasi dari suatu kompleks
anasir budaya, seperti unsur sosial, ekono-
‘mi, sistem pengetahuan, eligi, seni, tekno-
Jogi dan sebagainya yang hidup dan ber-
Kembang dalam masyarakat dan pendu-
kkungnya, Semua unsur itu merupakan nila
yang diusahakan penampilannya dalam
‘angkaian upacara perkawinan itu,
Saling membantu dalam pelaksanaan
vupacara yang menelan banyak biaya dan
harta, merupakan kewajiban keluarga. Ba-
nnyak orang -menamakannya. Kkenyataan "go-
tong royong” sebagai salah satu nilai luhur
dalam persekutuan hidup suku-suku-bangsa
Indonesia. To-Kaili_ menamakannya sintuvu
Apabila mengamati secara_mendalam
pelaksanaannya dalam kehidupan masyara-
at To-Kaili, maka sintuvu ity adalah se-
‘macam kesepakatan dalam melakukan per
buatan yang dihajatkan oleh semua warga
dalam persekutuan hidup itu. Karena semua
‘orang menghajatkannya, maka dalam keikut-
sertazn melakukan kegiatan saling mem-
1)_ Bodhasi dalam Adat Upscara Peckawinan
Daerah Sulawesi Tengah; Laporn penaliian (Proyek
Panel Penctatn Kebodayaan Daerah (19781979),
im. 146.
162
bantu, memberikan harapan, bahwa pada
suatu waktu anti sescorang yang telah
memberipartsipasi kepada warga lainnya,
akan mendapatkan pula perlakuan yang sama,
seperti yang ia pemah berikan di waktu Lalu
itu.
Setelah upacara-upacara_permikahan
atau perkawinan telah selesai, maka kedua
suami-istri baru, bersiap menghadapi ke-
hidupan rumahtangga baru, melalui tahap-
tahap peralihan yang dilaksanakan secara
simbolik dalam beberapa upacara, setelah
Pesta perkawinan berlangsung. Upacara pes-
ta pemikahan itu pada To-Kaili, umum di-
lakukan dalam dua macam, yaity :
1, Mandiu Pasili (mandi pembersihan dari
rof-roh jahat), dan
2. Mematua (kunjungan ke mertua),
Kedua upacara itu dijalankan sebagai beri-
ut
1, Mandiu Pasili:
Suami-isti itu dimandikan oleh dukun
«di muka pinta rumah, Keduanya_mema-
kai sarung-panjang. Suami duduk di
alas sebilah kapak. Isiri duduk di ats
boko-boko (alat menenung). Di alas
barang-barang yang diduduki itu dile-
takkan sejenis rumput dan tanaman se-
mak-semak yang disebut pakela dan
sigaluri, Kedua jenis tanaman itu walau-
pun sosoknya keeil saja, namun akamya
sangat kuat terlanam dalam tanah,se-
hingga sukar sekalidicabut. Keduanya
disiramidengan air dingin yang telah
diramu dengan wangi-wangian yang
terdiri dari dedaunan dan akar wangi,
disertai jampi-jampi atau doa-doa yang
mengharapkan rumahtangga baru itu
dapat meraih kebahagiaan dan Kekustan
alam: menjalani Kehidupan berumak-
ANTROPOLOGI NO. 48angga.
2. Mematua
adalah upacara pascaperikahan. Pe-
rnganiin perempuan (jsteri), berkunjung
kerumah mertuanya, Upacara mematua,
biasanya dilakukan S sampai Thari se
sudah upacarapemilahan. Keduanya
bermalam satu atau dua malam di rt
‘mah mertua (orangtua pengantin Iaki-
Jaki), Setelah itu kedumnya kembali lagi
ke rumah orangiua pengantin perem-
ppuan, Pada upacara mematua verjadi per-
tukaran hadiah yang melambangkan_pe-
nerimaan kepada keluarga bani. Pe
‘nganiin perempuan membawa hakliah
buat meruta dan ipar-ipamya berupa
kain-kain (sarung) tenunan Kaili. Pihak
mertua pun menghadiahkan barang-ba
rang berharga Kepaéa anak menantu
perempuannya, Biasanya hadiah mertua
itu berupa gelang mulia, yang dipecays
mempunyaikhasiat dan membawa ke
Deruntungan.
Perkawinan yang menjadi dasar terben-
tuknya keluarga dan yang menjadi dasar
lerbentukrya sendissendi kehidupan ber-
masyarakal, dapat juga menjadi tolok ukur
‘akan kuat_lemahnya bangunan hubungan-
hubungan kemasyarakatan. Hubungan per-
‘awinan dari keluarga tertentu dengan ke.
Targa tertentu lainnya dalam masyarakat,
sebagai pola hubungan wtap untuk saling
kawin-maiin, Kelihatannya dalam masya-
rakat kekerabatan Kaili sekarang tidak (su-
dah tidak) kuat menjadi pegangan dalam pe-
nilaian jogoh. Mungkin sekali pada waktu-
waktu yang lalu pola hubungan pilihan jo-
doh itu, dengan kuat dan cermat diikuti,
yang menyebabkan Kuatnya pertalian ke-
kerabatan, yang berakibat lanjut dengan
ANTROPOLOGI NO. 48,
okohnya ikatan perkawinan dan keluarga
ati,
Pada dewasa ini, mungkia juga karena
pola hubungan itu tidak menjadi norma
ikatan yang dihargai dengan penilaian yang
tinggi, maka sudah banyak terjadi pelang-
ssaran dalam pergaulan muda-mudi yang
melampaui norma-norma Kesvcian hubung-
‘an sebelum pemikahan. Dabulu yang de-
mikian dipandang — sebagai_pelanggaran
fadat, yang harus ditebus dengan menjatant
denda bagi yang melakukan_pelanggaran,
Mungkin pelanggaran adat alam hal hu-
bungan kelamin tidak sekeras sanksi yang
hharus dipikul oleh para pelanggar adat Bu-
sis-Makassar di Sulawesi Selatan, yang ber-
patokan kepada sir’ dengan ganjaran_ke-
‘matian bagi st pelaku. Keadsan seperti itu
rupa-rupanya tidak terlalu merembes masya.
rakat Kaili, namun dalam keluarga Kaili,
yang mengaku memiliki hubungan lelubur
dengan masyirakat Bugis-Makassar di Su-
lawesi Selatsn, mengaku tetap_memper-
tahankan noma kesucian hubungan sebe-
lum perkawinan sebagai lai yang me-
rnyangkut martabat keluarga,
Kini dalam masyarakatTo-Kaili_ pato-
kan untuk pilihan jodoh, pada umumnya
tidak lagi berpedoman kepada masa lalu,
Seorang wanita Kaili sudah mungkin secara
terbukamenctapkan pilihan (calon) suami
sendiri, untuk Kemudian meminta restu dasi
orangtuanya. Demikian juga seorang.jejaka
Kaili, dapat dengan bebas_menentukar
pilihan hatinya, semata-mata menurut per-
timbangan pribadinya, Baik wanita maupun
ppria dapat saja menerima suku-bangsa lain
tuntuke menjadi teman hidupaya, Malahan
soal perbedaan agama dalam keluarga keli-
hhatannya tidak menjadi hambatan yang
terlalu kuat
163Etos Kerja To-Kaili
Adakah perasaan kepribadian To-Kaili
dalam lapangan kerja? Adakah To-Kaili me-
mandang kerja itu, sebagai bagian esensial
dalam kehidupan, sehingga telah terbentuk
Etos Kerja To-Kaili? Untuk menjawab per-
tanyaan yang sult ini, tentu diperiukan
ppengamatan yang cermat dan memerlukan
waktu yng panjang. Akan tetapi untuk
epentingan pengenalan “awal", mengenai
perasaan kepribadian To-Kaili dalam "ker-
ja”, dapat digunakan ukuran "apa adanya”
yang dijumpai pada masa kini, dengan
menggunakan orientasi nilai budaya ¢cul-
tural value), seperti telah dipergunakan oleh
Talcott Parsons, C. Kluckhohn, R, Merton
dan lain-lain.
Sistem nilai budaya itu, ialah satu
rangkaian konsep luas dan abstrak yang hi-
dup dalam alam pikiran dan bagian terbe-
sar warga sesuat masyarakat, mengenai 2pa
yang harus dipandang penting dan berharga
dalam hidup ‘Dengan demikian, maka
sistem ailai budaya itu juga, berfungsi se-
bagai suatu pedoman orientasi bagi segala
tindakan manusia. dalam hidupnya,
Untuk pengamatan “sementara”, te
hadap orientasi nilai To-Kaili, yang mem-
bentuk wawasannya dalam Kerja itu, kita
gunakan kerangka Kluckhohn? yang me-
ngemukakan S$ masalah dasar yang univer-
sal, terdapat pada semua kebudayaan, Pe-
ngamatan yang bersifat sangat_sementara
ini, hanya diangkat dari pengalaman ber-
gaul selama lebih lima tahun dengan To-
Kaili di Lembah Palu, schingga kesimpul-
ankesimpulan yang dikemukakan amat
cenderung kepada interpretasi subycktif
2) C. dan F. Kluckheh, Variation in value
orieation, (1965).
164
yang masih memerlukan perdebatan untuk
mengangkatnya ke wilayah yang lebih ob-
yekif
1, Tentang hakikat hidup, bagi To-Kaili
adalah untuk menikmati apa yang disa-
jikan oteh alam, termasuk yang divarist
dari pendahulu. Apa yang paling di-
dambakan adalah ketenangan dan men-
syukuri apa adanya. Alam dan pening-
galan orangtua cukup memberikan ja.
Thinan untuk kita bisa menikmatihi-
dup ini, sebagai sesuatu yang *baik
Hidup ini adalah untuk kebaikan -ma-
rusia, bukan untuk menebus dosa, atau
menyiksa diri. Hidup ini untuk dinik:
kmati sebagaimana adanya.
2. ‘Tentang hakikat karya, bagi To-Kaili
‘analog dengan pandangannya tentang
hakikat hidup untuk dinikmati schagai-
mana adanya, maka karya itu adalah
satu upaya untuk memenuhi hakikat
hidup. Apabila hakikat hidup tefah ter-
enubi maka karya itu pun mencapai
terminalnya, yang tidak perlu_ dilebih-
lebihkan. Karya ditentukan oleh manu-
sia, bukan manusia ditentukan oleh
arya, Karena prestise dalam kehidupan
tmaosia dipendong peating; den bers
tinggi. Prestasi kerja adalah dlitentu-
an oleh tingkat pencapaian itu,
3. Tentang kedudukan waktu dalam ke-
‘hidupan, bagi To-Kaili, masa la
‘memberikan pamor dalam kehidupan
masa kini dan masa depan. Mase lalu
yang selalu dihadirkan pada Kenyataan
masa kini, membuat To-Kaili sangat
was tethadap ehadiran orang lin
dalam lingkungannya, Karena dikuatir-
kan kebanggaan masa lalunya menjadi
kurang dihargai. Waktu karena di
dang mempunyai kualitas tetentu yang
ANTROPOLOGI NO. 48dlitentakan oleh masa lalu, maka tidak
perlu terjadi perlombaan dalam waktu,
Waktu dalam Kualitas tertentu harus
dapat dinikmati dengan tempo yang
Jamban. Jangan berpacu dengan waktu,
karena manusia yang menentukan da-
Jam menikmati sesuats yang disajikan
oleh wakiu,
4. Hakikat hubungan dengan alam sekitar;
bagi To-Kaili, alam sekitaradalah buat
‘manusia, Ta harus dimanfaatkan untuk
Kesenangan manusia, Alam menyedi
‘akan diri untuk dipergunakan oleh ma-
anusia, Karang di laut, hutan di gunung
semuznya tersedia untuk digunakan bagi
‘kepeatingan manusia. Kehidupan yang
berwawasan lingkungan, masihy perlu
dengan kuat ditumbuskan pada orang
Kili, untukmenyelamatkan_ingkungan
yang sudah cukup kriis di lembah Palu
inj, Untuk mengembalikan ekosistem
yang seimbang baik di laut maupun di
‘gunung dan di hutanhutan, dipertukan
Kegiatan penyadaran yang intensif di
kalangan To-Kaili, secepat-cepatnya,
5. Hakikat hubungan manusia dengan se-
samanya, pada To-Kaili masih kuat
tertanam in-group solidarity, schingga
‘hubungan-hubungan "orang luar” masi
sangat diperhitungkan dengan “rasa ke
ccurigaan” yang cukup tinggi.
Kesimpulan-Kesimpulan sementara dari
pengamatan terhadap orientast nilai buda-
ya yang terdapat pada To-Kaili_ menyang-
ut’ makna Karya, masih diperlukan waktu
untuk tumbuhnya Eros Kerja yang ber-
rientasi kepada menghargai kerja sebagai
pernyataan lanjut dari eksistensi. Kerja be-
Jumlah sesuatu yang harus dihargai untuk
menentukan mariabat manusia. To-Kaili,
ANTROPOLOGI NO. 48
bukannya malas” melainkan belum me-
miliki pola orientasi yang menempatkan
“kerja, sebogai pemyataan eksistensi ma-
rusia.
Perasaan Hidup Keagamaan dan Keper-
cayaan
Sebelum Islam menjadi agama yang
ianut secara umum oleh orang Kail, di
kalangan umum terdapat kepercayaan yang
disebut Balia semacam kepercayaan kepada
Kekuatan-kekvatan alam-gaib, dan gejala-
gejala alam yang luar biasa, membuat To-
Kalli sangat lekat pada lingkungan yang
ccksklusif, yang acapkali_ mempertahankan
isolasi dengan kuat. Upacara Balia itu di-
Jakukan di rumah pemujaan yang disebut
Lobo. Lingkuagan yang kecibkecil dengan
Kebanggaan masing-masing, kurang mem-
berikan peluang munculnya.psmimpin To-
Kalli yang dapat diakui oleh segenap ke-
lompok To-Kaili
Setiap kelompok dengan identitas ke-
percayaan yang masing-masing diunggulkan,
‘merupakan silah satu gejala_penghalang
munculnya pemimpin yang dapat memper-
satukan Tana-Tana Kalli dalam persatuan
dan kesatuan politik ekonomi pada zaman se
‘belum Islam. Dalam mengemban sesuatu
kepercayaan metafisik, setiap kelompok me-
rasakan Kepercayaannyalah yang khusus
baginya. Itulah menjadi kepercayaan kelom
poknya. Tempat pemujaan hanya tersedia
bagi kelompoknya, scolah-olah tempat pe-
‘myjaan leluhar dalam keturunan keluarga
elompok Keluarga itu. Sikap isolatit de
kkian juga, membawa kesempitan wawasan
‘menghadapi lingkaran Iuarnya.Sangat asing
bagi kelompok-kelompok itu untuk mem-
berikan respek atau simpatik yang iknlas
dan mendalam kepada orang dari lingkaran
165luarnya, walaupun To-Kaili sendiri.
‘Seseorang hanya merase patut menghor-
‘mati orang lain yang berkedudukan atasan
Jangsung dari orang itu, Ia merasa mempu-
niyai kepentingan langsung dengan atasan
‘atau pemimpinannya itu. Terhadap orang
Jain dirasanya Kurang patut, atau tidak ada
perlunya secaralangsung untuk menghor-
matinya, dengan cara basa-basi_sekalipun.
Secara tradisional, tidak terdapat kata-kata
sapaan_penghormatan seperti "Selamat Pa-
ai", "Terimakasih” dan sebagai simbol pe-
inyampaian perasaan simpati atau penghor-
matan.
Seorang “warga desa", merasa tidak
erly melakukan penghormatan terhadap
seorang camat, atau scorang bupati ataupun
seorang gubemur Sekalipun. Ia hanya me-
rasa sepatutnya hanya menghormati atau
‘memberi perlakuan sebagai pemimpinnya
kepada "kepala desanya”. Yang harus
‘menghormat kepada canat, ialah kepala
esa; yang harus menghormat kepada bupa-
4i, ialah camat, dan yang menghormat kepa-
da guberur hanyalah bupati
Besar dugaan keadaan seperti itu men-
jadi perasaan kepribadian To-Kaili yang
masih terasa adanya sampai masa kini, ka-
rena pengalaman cara-carapemujaan masa
lalu yang sangat khusus bagi setiap kelom-
Pok To-Kaili yang menempati wilayah
yang terpencil antara satu sama lain,
Islam sebagai agama yang keras dalam
meyakini tentang ke-Esaan Allah (mono-
theis), baru sampai ke pesisir Sulawesi Te-
rngah, i kalangan To-Kaili pada permula-
an Abad ke-17.
Selama kurang-lebih empat abad aga-
ma Islam di Tana Kaili_ mengembangkan
ajaran tauhid dan syariainya, pada lapisan
sosial teratas saja terasa adanya apresiasi
eagamaan Islam itu yang agak jelas. La-
166
pisan sosial tersebut didominasi oleh ke-
turunan Arab yang terasa masih dalam iso-
lasi atau dalam Keterasingan integrasi so-
sial, sebagai To-Kaili, Lapisan sosial ba
wah atau orang-orang kebanyakan, masih
‘mengikuti petunjuk (bekas) pemimpin-pe-
mimpin kaumnya, dan menjadikannya pa-
‘nutan, juga dalam aplikasi ajaran Islam
dalam Tingkungannya.
Pengelompokan dalam organisasi so-
sial keagamaan, seperti umumnya di dae-
rah-daerah Indonesia Iainnya, terdiri_atas
golongan yang dipandang menganut “aliran
kolot” dan golongan yang dipandang _me-
raganut “aliran pembaharu”, menjadi rujukan
identifikasi organisasi sosial —keagamaan
yang ada seperti Nahdatul Ulama, Darud-
da‘wa Wal-Irsyad (DDD; Al-Chairat; Mu-
hammadiyah, Syarikat Islam dan sebagsi-
anys
Rujukan identifikasi seperti tersebut,
‘sangat terasa dalam pengelompokan_pe-
nyelenggaraan upacara-upacara ritual ke-
‘agamaan yang dilakukan oleh golongan-
golongan tersebut yang sukar ditemukan
kompromi dalam penyelenggaraan upacara
ritual keagamaan bersama, Karena itu tabiat
bergolong-golongan yang seringkali "sangat
eras” ditampilkan masing-masing, masih
sangat dominan terjadi sampai pada dewasa
Kesadaran berkepercayaan yang me-
motivasi perilaku sosial penduduk pada
lumumnya tidak terlalu kuat, walaupun de-
mikian tidak dapat disebut lemah. Sebagai
ppotensi Kesadaran itu acapkali _muncul
‘menjadi daya dorong yang. bersifat emo-
sional, Pengarahan pengembangan_potensi
kesadaran_berkepercayaan (keagamaai) me-
‘merlukan pembinaan yang harus dimulai
pada tingkat dasar atau awal. Berbagai pe-
ANTROPOLOGI NO. 48rgalaman di perguruan tinggi menunjukkan nyala tidak mempunyai pengalaman dalam
bahwa banyak sekali mahasiswa yang se- membaca Al-Quran,
cara emosional menampilkan slay menya- Secara umum dapat dikatakan bahwa
takan diri sebagai kader pernuda Islam, ter- perasaan Kepribadian dalam bidang keaga-
ANTROPOLOGI NO. 48 is?man dan kepercayaan, masih benda pada
stadium-primer, sebagai potensi yang, perlu
igktwalisasikan melalui pesdidikan sesuai
dengan ajaran agama yang dianunya. Pe-
ringkatan ke stadium yang lebih tinggi un
tuk menjadi bagian dari kepribadian To-
Kili, dapat diherapkan menjadi alat buat
‘untuk meniadikan wawasan (cara pandang)
yang lebih Tuas dan sikap intogratif yang le-
bih terbuka,
Perasaan Kepribadian dalam Bahasa, Ke-
susastraan dan Kesenlan pada Umumaya
Memang benar, bahwa bahass menj
ppementas Kebudayaan yang paling autentk
Bahesa menunjuskan bangss. Bangsa dalam
anti identts.kelompok dengan cia teren-
tu, yang hampir selalu menyatakan di yang
terbcik, Sata bagian deri perekat slidaias
kelompok (group solidarity)
Karena itu ukwran yang. paling peka
terhadap modal personality (perasaan ke-
pribsdian) sesuat» kaum, sesitu Kelompok
eimik, malahan sesuata bangsa adalah yada
kedidukan bahasa dan perlakuan terha-
daprya dxlam sistem budya dan sisem
sail? persekuuan hidup itu.
Bahasa dan Kesusastraan To-Katit
Bahasa Kaili, untuk disebut bahasa To-
Kaill yang dapa dipandang sebagai lingua-
3) Stem tadaya dan site
Jemaban da ence spite, yaa uj hebudaje,
era sats Komplas gagean, Sonsep dan pilin
‘mantsa yang berds dalam Keadin abersk Sistem
cs tefemahan fan sci item, ya Wd
Kebodayaan berupa Kompletsskuias manusia stare
vata dalam masyarkat, [shh slah dkemdakan
‘leh Taleo Parsos, dalan Keraopka tin tindkan
(Framework forthe theory of action), (Panens, Sls,
16
168
france di Lembah Palu? pada hakikatnya
tidak ada. Setiap kelompok subetnik Kail,
memiliki dialek bahasa kelompok masing-
‘masing, yang banyak jumlahnya. Masing-
rmasing menjadi ientitas igolasi antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya, Ba-
hhasa (dialek) kelompok-kelompok subetnik
in, dalam karakteristiknya seolah-olah lebih
Dersifat_ alat komunikasi_ intern kelompok
yang bersifat rakasia bagi orang luar ke-
lompok.
Kelompok bahasa Kaili, dalam berbagai
ialek sepeti Kali; Kulawi;Pipikero; Ba-
laesang; Dampelas; To mini; Bolano; Petasa
dan kelompok Kecil-kecil lainnya, pada ko-
dratnya bertumbuh dalam isolsi dalam ke
run waktu yang singat panjang, lebih beni-
fat alat Komunikasi intern. Setelah lambut-
aun Keadsen isolesi yang Keras itu tertem-
bus oleh peradaban antarsubetnik yang me-
‘numbuhkan kesadaran kelompok etaik Kail
‘yang lebih luas, maka dialek subetnik Kaul,
yang. berkedudukan lingua franca Kail.
Penulis-penulis kebahassan (yang. ber-
‘mula dengan sarjana Belands) meramaken-
nyatanasa Ledo.” Ledo berarti dak. De-
nngan kata bahasa Ledo, berati salah sau
dialek bahasa Kali, yang menggunakan Le-
do kata sangkal yang berani tidak, seta-
‘gaimana dari dialek itu. Maka bahasa Kalli
Ledo yang bersebar lebih luas i Lembah
Palu, dan menjadi babasa umum yang da
pat dipahami oleh subetik Kail lainnya,
4) Pads rman lampau,dinaksudin sebelon
anya gangguang orang lar, kre Ki sbelan Abad le
16 Kelompotkslonook sobeinkkeras lam ie
grenya, sehnggs‘Gperokan basen yurg bers
‘basi bag rang.
3) Mengenat Fans Koi, Baan
Parawita Dat Solwest Tengah Tahun 1975, Ni
38.
ANTROPOLOGI NO. 48sampai pada. zaman_mutakhir.
Sebagai bahasa yang digunakan untuk
Komunikasi antara etnik Kaili (To-Kaiti),
‘maka bahasa Kaili atau Ledo itulah yang
dapat disebut lingua-franca. Kaili,
Bahasa Kaili Ledo, mengalami per-
kkembangan lebih cepat daripada dialek sub-
‘etnik lainnya dalam perjalanan sejarah ke-
bbudayaan di Lembah Palu, khususnya se-
panjang masyarakat pantai selat Makassar.
Karena bahasa Kaili tidak mengenal lam-
bang-lambang bunyi dari aksara lontara’,
Bugis-Makassar dan atau aksara Arab de-
gan menggunakan bahasa Kaili, kemung-
kinan besar ada. Akan tetapi sampai seka-
rang belum ada yang ditemukan. Di ber-
agai keluarga pemuka suku Kaili dapat
ditemukan naskah tertulis dalam loncara’
berbahasa Bugis-Makassar, menunjukkan hu-
Dbungan erat antara suku Kaili di Lembah
alu dengan suku Bugis-Makassar di sela-
tan pulaw ini, Ungkapan-ungkapan dalam
bahasa Kalli yang dapat digolongkan ke
dalam bentuk susastra isan To-Kaili, me-
‘mang masih banyak dapat ditemukan da-
Jam kalangan penduduk masyarakat Kaili,
dalam apa yang disebut tradisi lisan (oral-
tradition),
‘Adapun kandungan ungkapan-ungkapan
itu, berupa pepatah, petuah dan sejenisnya
pada umumaya mengungkapkan tradisi dan
nilai-nilai Kehidupan yang bersumber dari
ajaran adat dan agama Islam yang tidak jauh
berbeda davi ungkapan-ungkapan yang. ter-
‘éapat dalam masyarakat Bugis-Makassar, di
Sulawesi Selatan. ®
‘Beberapa ungkapan dan peribahasa Kail
‘ikemukakan sebagai berikut’
6) Lihat, Dr. Suradi Hp. (Ea) wogkapan tn
ional derahSulawest Tengah Depditbad 1983/1984
ANTROPOLOGI NO. 48
JAsala nu kumba molanto, asala mu
wane matodo |
asal_gabah timbul, asal tatu teng-
gelam,
(orang hidup sesuai suratan nasi).
/Bolowatu ratuda awo matewu |
bambu gaging ditanam bambu biasa
yang. tumbub.
(menyatakan kekecewaan).
| Depo ni sama jara, na ngowamo |
belum dikekang kuda, sudah dikenda-
rainya,
(Gerbuat sesuatu tanpa persiapan)
/Bwa bana na punde |
‘barat benang hilang. ujungaya
(esuatu yang kusut tak terpecahkan)
[Keri kurondo nikerika rindi |
keris di dinding ditikamkan ke dinding
(perempuan yang meminang laki-laki)
Syairsyair yang menjadi kata-kata
alam lagu-lagu tadisional Kaili, kelihat-
annya sebagai prosa-lirik yang diucapkan
secara berirama monoicon.
‘Adspun nyanyian yang mengikuti lagu-
Tagu populer, gubahan_syair-syaimya tidak
‘memiliki pola tertentu, Syairnya digubah me-
nurut lagunya dengan menggunakan aksara
latin, Laguclagu berbahasa Kail mutakhir
‘umumnya mengikutilanggam modem lagu-
lagu Nusantara yang banyak mengikutilagu-
lagu Melayu dari bagian barat Nusantara,
Sekedar contoh di bawah ini dikemu-
akan beberapa petikan syair Kaili, dan Rano
(Semacam prosa-lirik) yang melukiskan ce-
rita rakyat.
Syair Kail
Jana nikeniku peka pemaya |
Jnamalamo bau oge ku ore |Jane nisaniku niatia sarara/
Jmaia alaiaia tedo ku bole |
Aninya:
jika Kkubawa pancing jelayah,
maka kedapat sudah ikan besar,
jika kulahu memang keluarga.
‘ak mungkin lagi saya lepaskan
Habe tulaw tora motingguli |
Jmoliu matua domo kubita |
Jane aku masowamo panguli /
Lkupotongko mangurataka nia |
Aninya:
‘Sambutlah safamku, ingat kembali, mer
tua berlalu tak dihiraukan bila telah ku-
ikrarian, tak mungkin saya ingkari.
Beberapa penggal kalimat Rano (dinya
nyikan putra banawa dalam pengasingan):
1. Liunggasae ritana pobayo (sungguh
Jaina. dalam pengasingan)
2, Nasae ri lando mpointaluna, (lama
di tempatnya mendapat jodoh)
3, Natau i mun nangakalani,(sungguh
ia bijeksana sekali)
4, Nikulilina mapolawuto oge, (laksa-
na ia mengitari pulau besar)
5. Nasangge mpomanu ritampanau
(menerkam laksana ayam div tengah
tau,
Rekaman-rekaman dalam tlisan me-
ngenai_syair-syair Kaili, tidaklah sebanyak
yang terdapat dalam wadisi lisan yang di-
hafal oleh penyair-penyair rakyat dewasa
ini, Tetapi yang dihafalkan melalui pemur-
nian dari generasi lama ke generasi baru
sudah mengalami kemerosoian baik dalam
Jjumlah, maupun dalam mut.
Hal-hal tersebut memberikan kesan
yang kuat, bahwa lajuperkembangan ba-
170
hasa Indonesia sebagai alat_komuni
yang semakin populer, telah menggantikan
Kedudukan bahasa Kili Ledo dalam segala
penampilan kebahasaan, baik untuk bidang
omunikssi, maupun untuk bidang kesusas-
traan, sebagai alat pemyataan keindahan
yang diungkap melalui bahasa (Indonesia).
Perasaan Kepribadian Kaili, dalam bahasa
Kalli dewasa ini, telah sampai pada ik
penghentian ke arah penggantiannya. secara
total olch bahasa kebangsaan Indonesia,
Tai-tarian yang dipandang asli dan
Jama dimiliki oleh To-Kaili ialah asi pe
gaulanModero. Tarian dilakukan dengan
berpegangan tangan, bersclang-seling_ pra
wanita, membuat lingkaran dan bergerak
berputar ke arah kann, dengan gerakan kaki
dan tangan seirama, Tari Modero, schegai
tari pergaulan—sampai sekarangmasih
digemari dan acapkali dilakukan untuk
meningkatkan perasaan keakraban, juga
untuk menghormati tamu-tamu yang dating
ke suam tempat baik di des maupun di
ota. Tari dilring’ oleh tabuhan bunyi dari
genderang dan gong kecil yang berirama
Tincah,
Taistarian sejenis itu di dacrah darat
an tinggi, seperti Kulawi ditemukan dalam
penampilannya yang lebih akrab lagi. Satu
barisan membanjar yang terbentuk oleh pria
wanitaberpegangan tangan dengan letak
twbuh berdempetan pada sisi_kir-kanan;
Dergerak maju-mundur, kiri-kanan dengan
sentakan kaki, bagaikan orang berbaris. Tai
itu disebut Rego la memperlihaikan kesan,
para penaripria adalah perwira-perwira muda
yang datang atu akan pergi ke medan laga
Kemungkinan besar tari itu_pening-
alan orang-orang (perwira) Portugis yang
emah mempunyai hubungan dengan ma.
syarakat dataran tinggi Tana Kaili, mencar
ANTROPOLOGI NO. 48‘atau berdagang kayu (sandel wood). kira
kira dalam Abad kelima bela.
TTari-tari_pertunjukan, seperti pajoge
meradika, Jepeng, Peule Cinde, Pomonte dan
Jain-ain tar-tarian kreast baru, pada umom-
nya berasal dari tari-tarian istana/kerajaan-
kerajaan lokal di Lembah Kail, Baik gerak
tari, maupun instrumen bunyi dan hissan para
penari yang disebut sebagai tari adat Kali,
banyak persamaannya dengan tari-tarian
Bugis-Makassar dari Sulawesi Selatan. Pe-
ngaruh Kesenian dari Cina tidak dapat dira-
gukan Keluasan persebarannya ke segenap
bekas Kerajaan lokal di Lembah Palu dan
sekitamya,
Peninggalan benda-benda alat kerajaan
atau adat Tana Kaili yang masih ditemukan
dalam masyarakat dewasa ini, mempetti-
hatkan etapa kat dan erat pertatian, Tana
Kalli dengan Kerajzan-kerajaan Bugis-Ma-
‘kassar pada zaman lampav. Orang-orang ke-
turunan bangsawan Tana Kaili pada umum-
ya dalam upacaraupacara adat_ istiadat
(ada pesta perkawinan dan Kedukaan) masih
‘mempergunakan —simbol-simbol kejayaan
‘masa silam, yang juga lazim dipergunakan
pada upacara-upacara adat di Sulawesi Se-
Tatan,
Dapat dipahami kalau perasaan ke-
pribadian To-Kaili masih amat Jekat pada
ANTROPOLOGI NO. 48
perasaan Kepribadian orang Bugis-Makas-
sar, dan sebaliknya, Maksudnya, To-K:
apabila berada di tengah-tengah orang Bugis
Makassar, atau orang-orang Bugis- Makassar
berada di tengah-tengah To-Kaili, akan me-
rasakan diri berada di antara keluarga sen-
Giri, Perasaan Keasingan tidak terasa. Pe
rasaan kepribadian seperti itu lebit-tebih