You are on page 1of 75
KEPUTUSAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2761 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN _RAUDHATHUL ATHFAL KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2761 TAHUN 2019 ‘TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN RAUDHATUL ATHFAL Menimbang Mengingat DENGAN RAHMATT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, bahwa untuk mewujudkan pengalaman_ belajar anak yang bermutu pada Raudlatul Athial diperlukan pedoman Penyusunan —Kurikulum ‘Tingkat Satuan Pendidikan Raudhatul Athfal; bahwa berdasarkan pertimbangan scbagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kurileulum ‘Tingkat Satuan Pendidikan Ratdhatul Athfal; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak scbagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23° Tahun 2002 _ tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5606) ; Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4301); Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah teralchir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 45, Tambahan Lembaran ‘Negara Republik Indonesia Nomor 5670}; Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan __Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republi Indonesia Nomar 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Menetapkan KESATU KEDUA Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang —Pengelolaan dan. Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157}; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 146}; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa; 7, Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyclenggaraan Pendidikan Madrasah sebagaimana telah beberapa kali diubah. teralchir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah; 8, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini; 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini; 10, Peraturan Menteri Agama’ Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama; 11, Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL _PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KURIKULUM —TINGKAT SATUAN. PENDIDIKAN RAUDHATUL ATHFAL. Menetapkan Petunjuk Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Raudhatul Athfal schagaimana tercantum dalam Lampiran yang ‘merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan Petunjuk Teknis Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Raudhatul Athfal sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaranditingkat —satuan pendidikan Raudhatul Athfal KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2019 DIREKTUR JE PENDIDIKAN ISLAM, nd KAMARUDDIN AMIN LAMPIRAN T KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2761 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN _ KURIKULUM ‘TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN RAUDHATUL ATHFAL PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN RAUDHATUL ATHFAL BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 10 pasal 36 ayat 2 memberikan amanah bahwa secara operasional kewenangan menyusun dan menyepakati pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan adalah lembaga satuan pendidikan itu sendiri, Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam penyusunan Standar Nasional Pendidikan dan kurikulum makro sebagai rujukan bagi Satuan Pendidikan, Satuan pendidikan dapat menyusun dan mengembangkan sendiri kurikulum operasional sesuai dengan visi, ‘isi, tujuan dan berbagai kebutuhan serta kondisi yang dihadapi dan Gimiliki oleh satuan pendidikan, Upaya pendelegasian kewenangan dalam = menyusun dan ‘menggunakan kurikulum tersebut merupakan pelaksanaan prinsip pendidikan nasional mengacu pada prinsip keragaman. Pemberian ‘kewenangan pada satuan pendidikan untuk menyusun dan menyepak ‘kurikulum operasional di tingkat satuan pendidikan menjadikan terwujudnya Keragaman konsep dan implementasi kurikulum pada berbagai satuan pendidikan di wilayah Repul Satuan Pendidikan Raudhatul Athfal (RA) adalah satuan pendidikan anak usia dini yang terdapat pada jalur Pendidikan formal. Lembaga RA ‘merupakan satuan PAUD yang memiliki kelehasan keagamaan Islam dan berada di bawah Kementerian Agama. Sebagai satuan pendidikan, RA ‘memilili kewenangan untuk menyusun dan mengembangkan kekhasan Indonesia, keagamaan Islam dalam kurikulum operasional yang akan dilaksanakan. Sebagai acuan satuan RA untuk menyusun dan mengembangkan sendiri kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP}, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 ‘Tahun 2014 tentang Standar PAUD, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD dan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal. Ketiga peraturan tersebut dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan KTSP RA. Berdasarkan hal tersebut di atas Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI menyusun petunjuk teknis pengembangan K?SP pada Satuan Pendidikan RA. B.Tujuan 1. Memberikan acuan penyusunan dan pengembangan KTSP RA; 2.Memberikan langkah penyusunan dokumen KTSP RA termasuk dalam menampilkan kekhasan keagamaan Islam RA, ©. Ruang Lingkup Ruag lingkup petunjuk teknis penyusunaan KTSP ini meliputi Pemahaman konsep KTSP, Penyusunan dokumen I dan Il KTSP. D. Sasaran Pengguna Sasaran petunjuk telmis ini adalah pelakeana, penyelenggara, dan pemangku kepentingan dalam penyclenggaraan RA BABII PEMAHAMAN KONSEP KTSP A, Pengertian dan Tujuan KTSP 1. Pengertian Undang-Undang No, 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 angka 19 menyatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapal tujuan pendidikan tertentu, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang dibuat dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik RA. Penyusunan KTSP disesuaikan dengan karakteristik satuan RA, potensi lingkungan, peserta didik, pendidik, pengembangan pembelajaran PAI, perkembangan zaman, nilai-nilai dan kearifan lokal di lingkungan RA. 2. Tujuan KTSP Penyusunan KTSP dilakukan dengan tujuan: a. Meningkatkan mutu pendidikan RA. 1b, Meningkatkan kepedulian lembaga dan masyarakat, c. Meningkatkan daya saing RA dalam mewujudkan mutu pembelajaran. 4. Menyiapkan peserta didik yang memiliki kekhasan keagamaan Islam, B. Lingkup Penyusunan Dokumen KTSP Dalam menyusun dokumen KTSP, tim penyusun kurikulum perl memahami konsep pengembangan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Tahapan penyusunan Dokumen KTSP adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Bagan Komponen Dokumen KTSP RA 1. Penyusunan Dokumen | KTSP Dokumen I disebut dengan dokumen induk, terdiri dari dua bagian: a. Bagian pertama, berisi Profil Lembaga RA , Bagian kedua, berisi Struktur Kurikulum RA 2, Penyusunan Dokumen II KTSP Dokumen I disebut dengan dokumen program, terdiri dar 1, Program Semester; . Program Mingguan; . Program Harian; 4d. Penilaian Perkembangan Anak. . Prinsip Penyusunan KTSP Dalam menyusun KTSP Raudhatul Athfal, hendaknya menganut prinsip- prinsip sebagai berikut; 1. Pembentukan sikap spiritual dan sosial anak Pengembangan Kurikulum berpegang pada pembentukan sikap spiritual dan sosial yaitu perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa, hidup sehat, rasa ingin tahu, berpikir dan bersikap kreatif, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerja sama, mampu ‘menyesuaikan diri, santun dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru di lingkungan rumah, tempat bermain, dan satuan RA, 2.Mempertimbangkan fitrah, tahapan tumbuh kembang anak, potensi, Dakat, minat dan karakteristie anak. Pengembangan kurikulum RA mempertimbangkan fitrah anak yang ‘erdiri dari fitrah keimanan (nilai agama dan moral), fitrah jasmani (fisik ‘motorik) fitrah belajar dan bernalar (kogniti), fitrah berkomunikasi (bahasa), fitrah seksualitas dan individualitas (nilai sosial emosional), dan fitrah estetika (seni) Selain itu sesuai dengan konsep DAP (Developmentally Appropriate Practice) dimana kurikulum disusun berdasarkan pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, tingkat usia anak (age appropriateness), keunikan, potensi, minat, bakat dan karakteristik anak sebagai kekhasan perkembangan individu anak (individual appropriateness), dan membangun pembelajaran yang bermakna berlandaskan pada konteke lingkungan sosial budaya anak. Holistik-Integratit| Pengembangan kurikulum RA memiliki prinsip (holistik) yaita memperhatikan keseluruhan ranah perkembangan anak sesuai Kompetensi Dasar yang dimuat dalam Panduan Kurikulum 2013, Pendidikan Anak Usia Dini. Pengembangan kurikulum RA juga memiliki prinsip Integratif yaitu segala_upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kuriluulum RA menggunakan langkah terpadu, bail pada upaya pemenuhan layanan pedagogis, kesehatan, _gizi, bereksplorasi maupun layanan perlindungan dari kekerasan fisike dan psikologis. Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak terutama pada stimulasi perkembangan kognitif, _psilcomotorik dan sosial-emosional. Layanan Kesehatan dan gizi difokuskan pada upaya membantu pertumbuhan anak dan kemampuan bereksplorasi Layanan perlindungan dilakukan dengan cara dukungan kendisi dan lingkungan yang nyaman (safety) serta aman (security), atau terbebas dari kecemasan, tekanan dan rasa takut sehingga tumbuh kembang anak lebih optimal roses belajar dilaksanakan melalui bermain Pengembangan Kurikulum RA berprinsip pada pemberian ‘kesempatan belajar kepada anak untuk membangun pengalamannya dalam proses transmisi, transaksi, dan transformasi pengetahuan, keterampilan, nilai- nilai, dan akchlak di bawah bimbingan pendidik. Proses penerapan Kurikulum RA bersifat aktif bermain yaitu anak terlibat langsung dalam kkegiatan bermain yang menyenangkan, dan menggunakan ide-ide bara yang diperoleh dari pengalaman belajar, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sederhana, ‘Mempertimbangkan hak anak yang berkebutuhan khusus Pengembangan Kurikulum RA bersifat inklusif dengan mengakomodir kebutuhan dan perbedaan anak baik dari aspek jenis kelamin, sosial, re budaya, agama, fisik, maupun psikis. Dengan demikian semua anak dapat terfasilitasi sesuai dengan fitrah dan potensi masing-masing tanpa ada diskriminasi aspek apapun. Pendidikan inklusi merupakan respon dari kebutuban belajar yang Tuas agar terdapat kesetaraan dalam pemerolehan Pendidikan yang berkualitas. Perkembagan anak berkesinambungan atau kontinum dari usia lahir hringga 6 tahun Pengambangan Kurikulum RA memperhatikan Kesinambungan secara vertikal (antara tujuan pendidikan nasional, tujuan lembaga, tujuan pembelajaran), dan kesinambungan horizontal yaitu kesinnambungan tahap perkembangan anak: dari bayi, batita, alta, dan pra sckolah Prinsip ini menekankan bahwa tahap pertumbuhan dan perkembangan anak diperhatikan delam mencapai tujuan pendidikan baile secara ‘umum maupun khusus. Memperhatikan Perkembangan Timu Pengetahuan dan Teknologi Pengembangan kurilulum RA mengadopsi dan memanfaatkan perkembangan keilmuan dan teknologi. Dalam kegiatan pembelajaran, ‘imu pengetahuan dan teknologi selalu diselaraskan dengan nilai-nilai ‘agama Islam, tahapan perkembangan anak, nilai moral yang ingin Gibangun, serta kearifan lokal Indonesia. timu pengetahuan dan teknologi menjadi rangkaian media sekaligus konten yang mewarnai Pendidikan anak usia dini di RA. Memperhatikan Sosial Budaya Pengembangan Kurikulum RA memasuldkan linglungan fisike dan budaya ke dalam proses pembelajaran untuk membangun kesestsian entara pengalaman yang sudah dimiliki anak dengan pengalaman bara ‘untuk membentuk konsep baru tentang lingkungan dan norma-norma komunitas di dalamnya. Lingkungan so JI dan budaya berperan tidak sebagai obyek dalam kurikulum tetapi sebagai sumber pembelajaran bagi anak RA. BABII PENYUSUNAN DOKUMEN KTSP RA A, Prosedur Penyusunan KTSP RA Secara umum terdapat tiga langkah dalam penyusunan KTSP Raudhatul Athfal yaitu: Gambar 2.2 ‘Tahapan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) RA o-="e 1. Analisis Konteke Sebelum melakukan analisis konteks, lembaga RA membentuk Tim Pengembang Kurilculum RA (TPK RA). Tim pengembang Kurikulum terdiri atas: kepala RA, pendidik, ketua yayasan, pengawas, dan komite. Tugas TPK RA adalah melakukan analisis konteks mempelajari, dan ‘menganalisis dokumen perundang-undangan, kondisi, peluang, dan tantangan yang sesuai analisis strength, weekness, opportunity, treathy (SWOT terkait dengan 8 Standar Nasional Pendidikan, Hasil dari kegiatan analisis konteks diharapkan membantu RA ‘menemukan kerakteristik, kekhasan dan potensi RA yang akan diwujudkan dalam visi, misi serta tujuan RA. 2. Penyusunan dokumen KTSP RA Gambar 2.3 Proses Mekanisme Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) RA HASIL. DOKUMEN KTSP Mekanisme penyusunan dokumen KTSP RA sebagai berilut a. Kepala RA menyusun dan menetapkan SK TPK , TPK melakukan analisis konteks . TPK menyusun draf kurikulum berdasarkan hasil analisis, konteks, 4. TPK melakukan pembahasan untuk menelaah kembali kesesuaian ‘kurikulum dengan perundangan dan berdasarkan pada visi, mist serta tujuan lembaga fe. TPK melakukan review dan perbaikan hasil terhadap draf ‘kurikulur, Kepala RA menetapkan dokumen KTSP dengan Surat Keputusan. g. Kepala RA mengajukan pengesahan dokumen KTSP kepada Kepala Kantor Kementerian Agama setempat setelah melalui validasi pengawas, h, Dokumen KTSP selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan, i, "TPK melakukan pendampingan pelaksanaan KTSP RA 3. Pengesahan dokumen KTSP RA Gambar 2.4 Pengesahan Dokumen KTSP pada Setiap RA Pengajuan Dokumen Implementast KTSP kepada Kemenag KISP RA oleh Kabupaten/Kotasetelah pendidik dan divaldasi Pengawas nome. pendiikan 1, Sebelum KTSP disahkan harus divalidasi oleh Pengawas untuk melihat kesesuaian dokumen KTSP dengan dokumen fisik yang dimiliki oleh lembaga RA. 2, Dokumen KTSP RA yang telah disusun dan ditetapkan oleh kepala RA harus disahkan oleh pejabat yang berwenang. 3. Dokumen KTSP RA yang sudah disahkan —_segera Giimplementasikan di lembaga oleh para pendidik dan tenaga ‘kependidikan. - 9. 4, Kepala RA harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dokumen KTSP RA. B. Komponen-komponen KTSP RA Komponen-komponen yang termuat dalam KTSP RA mencakup dua dokumen, yaitu : Dokumen Idan Dolmen Il, Dalam Petunjule telenis ini dokumen I disebut dokumen induk sedang dokumen II disebut dokumen program. 1, Dokumen I KTSP RA Bagian 1 a. Sejarah singkat berdirinya RA , Bagan struktur kepengurusan lembaga. . Alamat dan peta lokasi lembaga RA 4, Status satuan lembaga RA (negeri/swasta/ijin operasional/ NSM/NPSN/Yayasan/ status akreditasi, dll) 2, Dokumen I KTSP RA Bagian Il . Pendahuluan 1) Latar belakang pentingnya penyusunan KTSP RA 2) Landasan Filosofis (AI-Quran dan Hadis), landasan Sosiologis, Landasan Psiko-Pedagogis dan dasar operasional penyusunan KTSPRA 3) Tujuan penyusunan KTSP RA ». Visi, Indikator visi, Misi dan Tujuan Lembaga RA 1) Visi lembaga RA Merupakan cita-cita yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Visi sebailnya dibuat tidak lebih dari 20 kata dengan ‘memliki unsur-unsur antisipatif dan terukur 2) Indikator Visi Menjelaskan kata-} 8) Misi lembaga RA igkat, padat_, realistik, visioner, fata Iuunci visi dan ciri fri pencapaiannya Misi merupakan upaya strategis untuk mencapai visi sebagia acuan untuk menyusun program. Misi yang baik adalah relevan, realistik, konsisten, dan terukur 4) Tujuan Lembaga RA Menerjemahkan lebih lanjut capaian konkrit dari rumusan mist dalam bentuk tujuan jangka panjang, menengah dan pendek. - 10 - c. Karakteristik Lembaga RA 1) Berlandaskcan nila 2) Memperhatikan aspek perkembangan anak 3)Memperhatikan nilai dasar hidup berbangsa dan bernegara Islami Indonesia 4) Membangun akidah dan akhlak karimah 5) Memunculkan kekhasan lembaga d. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak mengacu pada KMA Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal. c. Indikator Pencapaian Perkembangan perkelompok usia sesuai KMA Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal. Program Pengembangan dan muatan pembelajaran Lembaga RA diharapkan dapat mengembangkan materi pembelajaran yang diturunkan dari kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan KMA Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal. Materi pembelajaran tersebut dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing RA. g. Beban Belajar di Raudhatul Athfal 1) Beban belajar RA merupakan keseluruhan pengalaman belajar yang hharus dilleuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun, 2) Beban belajar untuk anak usia 4-6 tahun dilakukan melalui tatap muka per minggu paling sedikit 900 menit. 3) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 ming 4) Satu jam tatap muka (satu jam pelajaran) adalah 30 menit, ‘5}Jam belajar efelaif per hari adalah 2,5 jam (150 menit), berarti 5 jam pelajaran, 6)Jam belajar per minggu 15 jam (900 menit), berarti 30 jam pelajaran dan pertahun 510 jam (30.600 menit) 7) Perencanaan pembelajaran untuk satu hari terdiri dari a) Pertemuan pagi 30 menit ) Kegiatan inti 60 menit 6) Istirahat/makan 30 menit 4) Pertemuan siang, 30 menit -u ‘¢) Alokasi waktu untuk pengembangan ekspresi dan potensi diri ditambah 30 menit, 1h, Program Tahunan Program-program yang disusun oleh setiap RA untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan dari awal sampai akhir tahun pelajaran, i, Kalender Pendidikan RA Pengaturan waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun pelajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, walt belajar cfektif, minggu efektif belajar, dan hari libur yang dilaksanakan oleh RA, Kalender pendidikan RA disusun dengan mengacu pada kalender pendidikan dari Kementerian Agama, baik Kementerian Agama RI maupun Kanwil Kementerian Agama masing-masing provinsi dan Program Tahunan yang dibuat oleh masing-masing RA. Kalender pendidikan disusun dengan maksud: 1) Sebagai acuan bagi pendidik dan pengelola menyusun kegiatan pembelajaran dalam setahun, 2) Sebagai informasi bagi orang tua tentang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dan diikuti peserta didik dalam kurun waktu setahun, 3) Agar terdapat kesesuaian dengan waktu pelaksenaan pendidikan yang ditetapkan di wilayahnya, Kalender pendidikan dapat juga dijadikan sebagai program tahunan. Kalender pendidikan disusun oleh Pendidik dan tenaga kependidikan pada lembaga RAdisesuaikan dengan karakteristik dan kkondisi setiap lembaga, serta disosialisasikan kepada seluruh semua ‘wali murid diawal tahun pelajaran, Macam-macam kegiatan yang dicantumkan pada kalender pendidikan antara lain: 1) Kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum: a) Permulaan tahun pelajaran by Kegiatan puncak tema ©) Kegiatan yang sifatnya kunjungan: kunjungan dokter, psikolog, dll 4), Hari-hari libur ¢) Waktu belajar efektif 1) Tanggal penerimaan Laporan Perkembangan 2 fg) Akhir Tahun Pelajaran 2) Kegiatan khusus: a) Kegiatan yang mendatangkan narasumber b) Mengunjungi tempat yang terkait dengan tema ©) Kegiatan bazar anak 4) Pentas seni anak: @) Perayaan hari-hari besar 4) Kegiatan lainnya 3) Kegiatan pendukung: a) Pertemuan orangtua b) Cooking class ©) Hari keluarga, dan sebagainya. J. Standar Operasional Prosedur (SOP) lembaga RA Kegiatan-kegiatan yang bersifat rutinitas dan dilakukan melalui pembiasaan dituangkan dalam SOP. KTSP RA dengan mengacu pada Kurikulum 2013 PAUD memuat 16 sikap yang diharapkan menjadi kompetensi anak, yakni: (1) ‘mempercayai adanya Tuhan, (2) menghargai diri sendiri, orang lain, dan. lingkungan, (8) perilaku hidup sehat, (4) sikap ingin tahu, (6) kreatif, (6) estetis, (7) percaya diri, (8) disipilin, (9) sabar, (10) mandiri, (11) peduli, (12) toleran, (13) jujur, (14) tanggung jawab, (15) menyesuaikan diri, (16) rendah hati dan santun, ‘Sesuai dengan cara belajar anak yang peniru, maka pembentukan sikap harus dimulai dari pendidik RA sebagai model perilaku. Keajegan perilaku pendidik dalam membentuk sikap membantu anak memahami lebih mudah apa dan bagaimana berperilaku sesuai dengan sikap yang. diharapkan, 3, KTSP DOKUMEN IL a. Program Semester Reneana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Penilaian Perkembangan 4, Lampiran, terdiri dari: a. Lembar Validasi yang sudah ditanda tangani oleh Pengawas preeene ~ ia- Kalender Pendidikan Standar Operasional Prosedur Program Tahunan Program Semester Program Mingguan Contoh RPPH Contoh Penilaian BAB IV PENUTUP KTSP RA merupakan dokumen resmi satuan pendidikan RA yang berupa kurilculum operasional sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di RA, Penyusunan KTSP melibatkan semua pemangku kepentingan RA antara lain Yayasan, Pengelola dan pendidik, serta orang tua yang tergabung dalam Komite Petunjuk Juknis ini agar dipedomani oleh semua pihak dalam menyusun KT'SP/Ikurikulum operasional RA. DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, Td KAMARUDDIN AMIN uzy (nn BUEN sIMseUT BUEK G wEAMGAKUEW “Z| —_UBBUDP HeHERIOq yopuod uoaqicouneuney uexdeonSuay -9| — vop-op [pe weANIUIN, “s or ep ‘st wey-eyos uednpryy | reuaq Sues weynan ueBusp “21 81 Ay uber SO lusuap wenrexjog sjopuad vop-vop usxdeonBuoW -¢| ye]Os uByRINT UENTUTION “+ swuog2ues wenn ueuop TeIOs ueNBIAR MINOT “> weysjunyny jeussuoy “¢ | ‘ce wAYeAqUYI SO) lagispemmMs WepNgeKUW “¢ wou uray eusHUON *Z uoMTUMAAML 9 UESANGDKUOW “Z ust avuow xva busnHIewsy Of euTUNE uesNgdusW “1 | jEMSVOT feUTUTE euDBUOW “LT vavov Ivan “1 NQHV4 9-svisn NQHVL ¢ - bisa uVONVE — -wamuga { MVNV NVONVEWaMNG NVIVAVONGd LYMONIL anyONIT NOQHV4 9-b VISA XOdWOTEM INV NVONVEINGYAGE NVIVEVONGA LVHONIL BVCNVIS "¥ dS1M NVM AVL. ‘WaHLW TOLWHaNval NVMICIGNad NvAvS AWMONIL WOTNIRINM NVNASAANSA SINYSL NOCNALSA DNVLNGL 610¢ NNHVL vote HOWON WISI NVMIGIONSd TWESGNSe HALNSMIC NVENEATH INVENT amuse Nee HELE) ueTAIUOUE UIElEp foredax(-uediney pes -yeuesfes08 ISeUTpIOON LEARN -% asp weqeouroyuep “uesuequaasa scmmrquj9y yeu 3INIUN ISeUIPIOSION wxEIOs upnauog ‘ereys weNesn8 “yNgM ENR MEET“ ‘yey eeidio wee anys eps rellngos wsuesioqos top Sumqion yesesod “uidure dno} uoyod ‘Sueyeurg ‘nyprun Somys wees AMBION “T siuely, ues eyeunsic esey THON “V MRIOLOW MISIATI sepuodiwins-19ins weNTEFHOW “bE -ueiueso puree ueBuop ((sues973) REMLOUBUOW “ET ‘wureByresoq eH eUSBUOW L wads /mroqoyetiodiog weseseIquisyt "TT uesuropienquep usp ueypsiogax| uweseIQUIOd LEMIOW ‘OT ‘youobs wep uexpe UEMTEEH '6 sexrereyy wureu or uENGDMUON “8 sepuadyeins gene pepey UMMAH “eT uepessepequiou: wep wees ueydeonBuoW “ZI ynanqundneut wedos /1q nyjeqtiod jeuoBuow “TT uedunxsuruep Hap weysioqay reua8uaNy “OT ueuobrep uvzpe wrens [puotuayy “6 EEN pureu QT eusBuoy “g yuzy min pURN ¢ [eUSBUON “L yeqskeqpremrres, Teper wena -9 prey-ueyas wednpray "oures-euresi9q (ex enp weBuap yerepusw UI ¢ (SBuN redUIO|AIN suearey yp yehuedp sig Bued urureur wep woyod yefueuoUr ‘eAHEE PAPUA ema] Buvk ,urey UeEsEPUDN, {9 ueSum ues trepurysizou ‘uofod 1p yoPq ‘ENP wxeaIad ‘ueBuop vpozeq ueureu umPRUSBuOW UEP yMAEBUO e104 eymueurou wep Suepusuur ‘raduojour ‘dexsueuay, sem sue8 eped pjey nies weSuap tre eB neve enp redwopayy [euorspen ueuroued neve ueureuod wje ueyeunBBusu: Baek Joop ino wae wped ueMIIE yereraperesos rapnsos pjoq Suepususur ueyisenstoNApuOA (ueprueded ip ‘uofeliog) ueBunqusjasay /ysedisneeureseso8 eee, (ore ono ‘uetueyono “8 5508 ‘Bez uepetiog, upp Burpuysiusur Syesueour “degerour “moun yediot syedwojou edu yp weer eye] Lep epu9g anBunurour yum yoxSuobog appre sng MIELE BPH saeiium uoes8 pea 04, exfueuau wep Buepuousyy ueiiurequsr9soy, mmyqerod unynarEayy pug nyens: deysueuour ump redo nin ue8uap (iaseiso) swurprostioy exeoes EmLDqUED yedwojour ueyess8 uesnstoW uppouseg wevseq weBu9p or-6 : genuine 1y SO ort qorbed 1v SO emesqeciy HH) « PPM ‘puew yoserd)inp ueqisioqay EeHoy uEMMPPW “| TeIMUUNP uABUSP (AepPABUDU ‘Suni@unuour wep ueyesdoy mens Sumue@iusmueyerss — | Sueusioq ‘yeuewout eyRDfeTOUE MIETeP UD wep UEUEY UeBUED HEDEIORBUAN “E pnw -% nunqeue 3yeue wares Uuep ‘uerey /yapj Busqur “uoU|/uy BunyBUdT ‘PrruOZOY ‘qeypsoa sue® swsep uvfuap requres yenquiow roqureuoutrespoi98 wayojour ep wesssasdss BUSH yedauesuop zequres roduouoyy eng ueduop ndie8-jopuas ueyeunSBuou ueBuop weHE jodyensos eumyiopos ymuaq Huoiowsu /BupURBBUIN ousqueuop UEeUE ITE uEATSUNEBUY ways /jeuny, yens3s yh requis] mnyePeuE IIUMUENs TE wp qure wi8ue Suny “jeudey rang SAVIN, unpry Snquies wsssaq ‘Bue sequressuaW (yowoo rensas sequiesiuou ‘uezespuy syei0% requrEsiuus) ure BIO YoIO HeUEHEP yedep wep syeu eq neq Bees nyensas sequeEsUOyy eduuey yENSUOY eUTEKE EP ugar neve sor8q />7eI0% Q] BUNS wreHoM UMBUEqLION vjod yensas Sununssuous “yenquioyy uysdex wep seu0g uestap feq umyurouesuaus ‘naedos trey yeBuoK Top TeALUIOWY + ‘syedatiuour yoqoouou ‘seyo8uour indumfucut) sopy 1010 ueqeunsBuow Sues use) ueyeIO# neopEOIY ‘ypaur reBequog wejeunsBuous rasedrey9q myeiout up jsardsy uepinfunuout uwiuap yoruoouayy pout yeBequiog Uueyeuniiuser weBusp nu9q ins uesyseysusuyMUN “mmemyrerwus eespeso8 eNATUON seyjiures ning equres nara eisnueur requires lujep ueiBeq ¢ wesyequreuat ep “eum Bos edu rezesiiuy wep ‘wee (Py Buy SuropBuoy ‘peruozts04 epson sue? summuoy eof np wep wef ngy exer 261199 ‘ueBuap ysuod BureBourayy 1 sp bey Iv ‘09 yerbea 1 sO, snpen aHOIOW “a, ‘yeyosuep isioq dnpmy ureyeurous uep royeriediog “1 dnpry repequed wea ‘wep WEyEYDSON “O oypsn sunus ump ENNIO BUM yesOBIOG Oe, Fueusg wrorep (poy nde TUMBLE FexPTESOIN GT ‘pueysopas BuweUg “rein ‘omy sSunduzoy pep nyensos neTe epudg ANU ‘ST (sewossur‘unyarous “nuyouou ‘syedoStuour‘pjoouout ‘enpaBuaw ndumfuow) snpey 1030, Luoqeunsiuow: Buek ueduR UEyEOB UEsENsuOUOPUAR LT itp ‘ume weyeg ‘snp ‘vorod ures ‘se2q ueER, repuepduresoqan) wypou waeqoq ueyeuNBBusUE ase srextioq uetuop Ip uNNysaIdsySBUDN-OT (uyspseide ueBuop uyeutioq) ‘eipour yeSequog wayEUNABUOW! UeBLEP yMIUDG TENS ueqyseySuoun(run jNEMYTTOU WEIS MEATOAEION ST (02 wep 97e198 -yestun) yume Baws wesqero8 umMMyEToUE sqegun uediue1 wep ETeUE MERTSeUTPIOONSEDIN “PE nm usdersipyepnes dues yng aerdfuows “requTEBBUON ET soja rent 1p uourounod ree ueSeEEUIN, yenusod ensos nusyi9q uep HELIO, reuaq weBuap wTpUDs ur[2o “nfeq ‘riedos resyeuroW ef ueureuned mqersur reurof ueyero8 exes98 ‘weopeumsuou /mmey eq pnap@uour (ref meses suoY “eRuueRERNSSH BUTE, ueBuap rupyst estren94 sequied-requies arena ‘epaquog umeynuniod wedunduiour Sure epuaq-epuag sped eqEIoN vwisnrexsun yonsos wepeq 188un ansmnBuoW “asraeyfaun rensos twepeq 1194 SumquIEN (seuosou‘ujuan ‘spuyoour a 4 Hueniuout weresen re depedioy naeq ueureyesuod RIES UEAMUIDUOWY *S ——— ueuwoowoa geen noaaon ose ep jiseuioq yepn eunniod ep xeferoa “Vv resoposuuyoq Buvk swe ypaquuas wEATESoTOSUON “> * ceivo won img wse>-v89 ‘uoyppesutiod roensdepeysal jreusoye |snfos jHBUINpE weyNUSUTW “Ee npepuredeg /qeoveurueop perEN-UV "SO unjues wep uefepdip Sued euroy auriodsyssg “E (qns uefuap uerexiog mymaytp uisur Bowes peq-Te mymoxtp wer Sued Tey Tey {g wma-tv sO depeysn H 1 wep m4 ¢ weBu2p ekueog uetIaqey -z | AEPEHID eAurELIOG UOHEIOGIT “C eepaqiod eduserpfos wun +91 sqeaebea-1v Sd uep ueewesiod ueuop ueaojaifues wseunopiy | 1edepuoy Buk xmuog reseqsOq uvououirep epeysed ynuad weBuop meureBuoHN “1 ‘epuog mien eusHUoW “T snratox" ttt usBuyquing weap Burute UCL“ ‘eaeyoqogsurs yes ue urvsotepuag-epusg Hep tanp unpunous eum nan auesade aot unpurew e2esos Suyuren yoyo, “p | “eraduvso yeu nmBUON “¢ | — SuBA YeKE YequERID rpuexedoyequioa Buvs maensos rpqetea ump rifioq | (gp zeae nq v's petion mrgede esemap Sueso nugmESAUIDUE NeTe LEP soyos “ypszoqgueds uwueNEE tpdunpurour ueBuap eseyeq isedienue uous wedea °C sumstoyfaous BEEIIAL, “Z ueyeureosoH esoquep veys “ypsioq SUVs WOU YUN Z seyastnp uIss04q moored Simatmn pawosd snag FWBeqiag FUREY BUI ETN, sypquoy epuag mnperow (gp “Banger ‘qnonuay ‘sngns)) Isuaupe enawoss sImUDq TeUAsUA ‘upeuuiog mreppur o¢-Tepudg yeruRNe BuraMNsUO ‘no/ureuni9g mperour oz ~ 1 ueBuerg dosuoy eus8u9yy “ekusqegas neve ses9q Bure 95 19H Suyed usp uemsmueyzeseprog opuog UespRansuoyy ssxordeuorenot Buek dosuoy yowuos-qoruos umpngakuay, curemsey Suefued mmynuour ymaun En yoreq weyeUNsBuoUL jes nogeq Buek anojn yepe-aeTe wep wespNusd ume wey. wey UNyeUNBRUIU WEP HTL ‘umnyesox mresuerep wisnueu uEVENG new yeny weed epuog yerumnt uexingaduoyy, >qoumyepeanl ueBuap sans] YoREN! uesUVseMIONE Tesiprepusg 398 enpuesiiempuequiom ymyuN ‘ern jeBeqos mis oy nies uMBungny WeyCUNsIIoR, fémm-eyng “unsey-sp0u, ‘qmsear senyo% “93-0829 ) euequapos dasuoy reussusy -reSep Pures g [eUOBUON, sst/owryoauep ‘uoredsno9) “eure 299, “amsxoy Syruueg “wean, ‘este uesusp usfiungny9q Auek uediurpueqied erer-erey eeu ONY Sumnmyiuowmyefour pny weed ‘epuog yequnt yeuasUaIN redwoup /Sunundypuese ied pg sop ‘wuipsaq smsy ueBuop Buns ‘ey19s0q io] UesffueseurouE resp uot Bues wpuog 195 wped bpuag as nies unyueseUON 61g suerebegrty ‘sO yeLTeLVav sO. ep anqequy Iv "SO. Tanyiv sO, Teruonurty sO che ‘uerebe Et SO s8o7 sprys0a “a ‘urewog mrefour ereferadp sSfeOTUNETe SeUAME MENS urmjep nurequyes| wso% NEE nung yseuniojut uoydesou9y “yojoxee Ip wpe Buel wpsq-eptiag UPBUDP ‘yous Ip epe 8ues wpuoq-vptiog weNurpueqUIO und yoio umperduresyp «rojar Bums wyu9> BuepABUSW UND /seHluapyp Sued wureysOpes wnt ‘sToqSHpIOKL sey regs soHURTE uvduapreunyp Sued wpusy-epuey UEsEEsLOW poy -yeyos senunns uevergoy mens wenn runeyeCroy cnoqeq eppuEREs ueBuap yopuariun ‘usu: ye.9q ‘sopuad-Suehised ‘pypos-spesumng “Tooxy-resoq dosuoy, weySumpuequioy sppquON, BpHI9g / HeLa ‘Rod: jest] tnaUES ymUsquENEIdrouoUL ot et a (ap Seva rodas eéusqeog GePAP Burquiyjeq) yeue wesunysury uweBuap wnumsyepn wep tumuin Buk yow0sd syoatioquog Sues wptiog-PPLIDG ‘erenre wedungny 9EseUSHN ZT pemapo8 agrog repOqIIONN “TT ures fuk ey wrote eure9q wpuag e/¢ Suemsuen /yeBuFusW"OT (ip Beeg Buus ‘worwfeP Feresoy Bue) warm syepn ump wu Berek USHER ‘emp mating seqiog peussuoyy seyeuniog mrepoe OF -repuaq ypu Surarysuoy -e not ereusiog mrpjoar OF -rueBunyg dasuoy feusBuayy “1 ‘ouremnere wenn erueeuny| uexesep9q puog UBpRINsUIH “9 ‘mumysepas ‘undmySuojaduep vere wesyeunsfuour urepe eanstiod -emnstiad depeyioy vunysapas ureqooiod weyNAEIOW ‘eAwrqedurep ‘uvp [esos ‘ume Bmnstiod-emnstssd umspngasuoyy cures Ip ropepoq Buek wee Hoy SUSU LEP UTEYEUIOW suiunoySuyy weBuop Ep ‘ereiue umqymanquiaw Burpes opeyad wepINTUNOH qgasioiueeliaxed ureqep ueynA(EIIP Buwé sose-semy wep inquTe /wedeyBuopiod esuurepEP ip ymseuney uveLiosjeduep wesod-uesod raneyeUrayy ‘ehcreeuny@ayy ypope Burvs wre] Sues yeduioy unfusp yeduion mes exe uesBungnysuaN ‘Sun& wimp wpuoq-Ppusq iopurpoued uefeunssuout uvsuap neuresiuayy cuoumye eussu9y sundurogSruesusp psnueur uedungny [eus8UIIN -reypjastp wpesired Aurwso.Stres0 weelioyad uue8uop weBuqnH94 Bus nquye /uedexuaysod mys oBuour wep peussu2y cupepaed yeduin ay yedurmy mens Hep Isisod wep yeze mreYEUTOW Tere Ty SO er sueaiser-y “sO oci/eav-w SO WoroutoL up wreTy TeS0s weSuny(3uyT wepeuesued‘o ‘youn yp epe Buck ‘epung-epuog weEMNGaKUOW “FT “exuurefiued puog ueduop nyes 3ueA ‘epuog ezeyue “yepuas “un ‘ueBun-qe1aq ‘sjopued-Buelired ‘oppes syedtreg ‘To2>t-res9q, dostioy ueBupueauow “CL ‘BuRk isynsuOUENGAS unuequiour nee reuremoyy “6 “sredrepug ‘exuuvdiunsuy tp wedepio Sues uueypsenupsordarout yyssodsued nyensos (pjemout Bues tssynnsuoyyengas aynaum yngma texe338 unfuequiour nere sequiel ideyuoyous /sequieaBuoW “¢ -ueyeso8 neye nuBasuod gnqpsionreetioyad wepep UesETP ‘ppuog-epuoq weyeUNSHUOW “p Suek seBrn-seBm twp inqute /uedessuoprod wxuuETED ‘yousp ip ynseuioy ueefieyed uep uesed-uesod rureywaroy “p | merous yeToHas yseyOT /yPIONDS ‘yours wep YyeTOyas eyo] Kad HuIEYLUIOW, *E xp SueneSuens peussuW “E “sajoud /esequa3y ssojord /oBequa] Ont MLVAV SO. enqos uxBuop Zuvque] wexBunqnyBuey “Z| SuequrE,-Buequret reusBuW “Z oquits roquas myeyour smroqus: Infejurezens wep mMY weysHNUSU! ‘uesANGekuaW “1 rene wep juny peussusy “1 apndieg-a vexuuesunoySus] 1p yedupuay Buek yseursojur tuep WBojouyar reuaBuayy “Z -ekaryourns ‘uop yoronas “ure9q qemefsunssueri9q cuvsuns(fuq ep rpetin Huek Uuup sure exeos wAutsBuny rensosfBoIouy91 eisos euourousy eUaBION “9 wopfeUNBAuoU ueBUOp MEW UEP “L ‘eAuuresuroyBun| rp redepsor

You might also like