You are on page 1of 37

TUGAS INDIVIDU

KELOMPOK 3 ANGKATAN XXXV

Nama : Romdhan Feriyadi, S.KM.


Agenda : ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti
Korupsi)

1. Mereview materi Agenda II (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Kotmitmen


Mutu, dan Anti Korupsi)

Jawaban:

RANGKUMAN

AKUNTABILITAS
1. KONSEP AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-
nilai publik. Nilai-nilai publiK tersebut antara lain:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi,
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis,
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan public, dan

d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.

2. ASPEK-ASPEK AKUNTABILITAS
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan: Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua
pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Oleh sebab itu,
dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab
antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas berorietasi pada hasil: Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil,, dan inovatif. Dalam konteks
ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan: Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas. Dengan adanya laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan yang telah dicapai oleh individu atau kelompok.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi: Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban
menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi

e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja: Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk


memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. PENTINGNYA AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),
yaitu, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), untuk menyediakan kontrol
demokratis (peran demokrasi), untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaankekuasaan
(peran konstitusional), dan yang terakhir untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar). Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta
antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah
pihak tersebut memiliki ciri antara lain:
a. Akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung
jawabnya.
b. Akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut dan
yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan
sebagainya).

c. Hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan


publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban
(Mulgan 2003).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


a. Akuntabilitas vertikal
Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
b. Akuntabilitas horizontal

Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat


pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga
negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi
pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.

4. TINGKATAN DALAM AKUNTABILITAS


a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability),
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya,
yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber
daya serta menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara
bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
c. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini
tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”.
d. Akuntabilitas organisasi/institusi
Mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai atau akan dilakukan oleh
individu ke organisasinya.
e. Akuntabilitas Stakeholder

Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar
pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhhadap kinerjanya.

5. MEKANISME AKUNTABILITAS
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
diterapkan.
b. Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan untuk
menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
c. Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas ini dapat memberikan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai, dan Apakah ada alternative program lain yang memberikan hasil maksimal
dengan biaya minimal.
d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang


diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas

Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:


a. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D), dan
Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap
PNS.
b. Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari
2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap
tahun ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya.
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.

c. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran
dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.

6. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG AKUNTABEL


a. Kepemimpinan. Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi, Tujuan dari adanya transparansi adalah:
1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal dan
eksternal
2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi
dalam pengambilan keputusan
3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan- keputusan
4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
c. Integritas. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan
keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
d. Tanggungjawab (Responsibilitas). Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas
perorangan dan responsibilitas institusi.
1) Responsibiltas Perseorangan:
a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yang
telah dilakukan.
b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan.
c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan.
2) Responsibilitas Institusi
a) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
b) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
c) Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan
kompetensinya
3) Keadilan. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas.
4) Kepercayaan. Lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari hal- hal yang tidak
dapat dipercaya.
5) Keseimbangan.Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.Kejelasan
6) Kejelasan. Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
7) Konsistensi.

7. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN DALAM MENCIPTAKAN


FRAMEWORK AKUNTABILITAS
Lima langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di lingkungan
kerja PNS:
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
d. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.

e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatankegiatan yang bersifat korektif.

8. AKUNTABILITAS DALAM KONTEKS


a. Transparansi dan Akses Informasi: Dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP). Konteks lahirnya
UU ini secara substansial adalah memberikan jaminan konstitusional agar praktik
demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses pengambilan kebijakan terkait
kepentingan publik, yang bertumpu pada partisipasi masyarakat maupun akuntabilitas
lembaga penyelenggara kebutuhan publik.
b. Praktek Kecurangan (Fraud) dan Perilaku Korup: Tiga cabang utama dari fraud tree
adalah kecurangan tindak pidana korupsi, kecurangan penggelapan asset),
(assetmisappropriation) dan kecurangan dalam laporan keuangan (fraudulent statement).
c. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara: Untuk kelancaran aktivitas pekerjaan, hampir
semua instansi pemerintah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti telepon,
komputer, internet dan sebagainya. Kesemuanya itu dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
organisasi dalam melayani publik. Oleh karena itu disebut sebagai fasilitas publik.
d. Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah: Mulgan (1997)
mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel karena adanya kewajiban
untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan oleh masyarakat
atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan data pemerintah lainnya.

e. Konflik Kepentingan: Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana tugas
publik dan kepentingan pribadi bertentangan. Tipe-tipe Konflik Kepentingan Ada 2 jenis
umum Konflik Kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
(termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur) untuk keuntungan pribadi) dan
Non- Keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /
atau orang lain).

9. MENJADI PNS YANG AKUNTABEL


ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. Nilai dasar
b. Kode etik dan kode perilaku
c. Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik
d. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e. Kualifikasi akademik
f. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, dan
g. Profesionalitas jabatan

Personal Behaviour yang diharapkan dari PNS:

a. PNS bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku untuk perilaku mereka.
b. PNS tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasiterhadap rekan atau anggota
masyarakat.
c. Kebiasaan kerja PNS, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang nyaman dan produktif.
d. PNS memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan secara tepat untuk kepentingan mereka, hak-
hak, keamanan dan kesejahteraan.
e. PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan
untuk semua informasi yang tersedia, Undang-undang dan kebijakan dan prosedur
institusi tersebut
f. PNS melayani stakeholders (lingkup pemerintah, swasta atau masyarakat) setiap hari
dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan kebijakan.

Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and


Official Information Access)

a. PNS tidak mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain seperti
yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisasi yang diberikan oleh institusi.
b. PNS tidak menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi termasuk
spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan mengungkapkan isi dari surat-surat
resmi untuk orang yang tidak berwenang.
c. PNS mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang
sah lainnya mengenai komunikasi dengan pimpinannya di tingkat
kementrian/lembaga/daerah (menteri, kepala lembaga, kepala daerah),staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.

Menghindari Perilaku yang Curang dan Koruptif (Fraudulent and Corrupt Behaviour)

a. PNS tidak terlibat dalam penipuan atau korupsi.


b. PNS dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya.
c. PNS melaporkan setiap pelanggaran kode etik.
d. PNS dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual
atau potensial untuk setiap orang atau institusinya.
e. PNS melaporkan setiap perilaku curang atau korup.
f. PNS memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.

Perilaku Terhadap Penggunaan Sumber Daya Negara (Use of Public Resources)

a. PNS bertanggung jawab untuk pengeluaran yang resmi.


b. PNS menggunakan sumber daya yang didanai publik secara teliti dan efisien. Hal ini
termasuk fasilitas kantor dan peralatan, kendaraan, voucher biaya taksi, kredit korporasi
kartu dan pembelian barang dan jasa.
c. PNS hanya menggunakan pengeluaran yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. PNS tidak menggunakan waktu kantor atau sumber daya untuk pekerjaan partai politik
atau keuntungan pribadi atau keuangan.
e. PNS mematuhi kebijakan dan pedoman dalam penggunaan setiap instansi komputasi dan
komunikasi fasilitas, dan menggunakan sumber daya tersebut secara bertanggung jawab.
f. PNS berhati-hati untuk memastikan bahwa setiap perjalanan dinas yang dilakukan untuk
tujuan resmi dan benar-benar diperlukan.
g. PNS menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif
dan efisien.

Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi


Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information)

a. PNS bertindak dan mengambil keputusan secara transparan.


b. PNS menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia.
c. PNS mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan.
d. PNS diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas.
e. PNS menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara.
f. PNS memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
g. PNS tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.

Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan (Conflicts of Interest)

a. PNS harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan
dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas resmi mereka dengan tidak
memihak.
b. Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan
pribadi atau personal, maka PNS dapat memilih untuk kepentingan umum.
c. PNS memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi
ada di masa depan.
d. Jika konflik muncul, PNS dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk
mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat.
e. PNS dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.

Mengambil Keputusan yang Akuntabel

a. Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias.


b. Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process
c. Akuntabel dan transparan.
d. Melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien
e. Berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode
f. sektor publik etika sesuai dengan organisasinya.
g. Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan.
NASIONALISME
1. PENGERTIAN NASIONALISME
Nasionalisme adalah Suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian
masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap
bangsa itu sendiri.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme :


a. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.
b. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan
absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara.
c. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.
d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Prinsip – prinsip Nasionalisme :


a. Hasrat untuk mencapai kesatuan
b. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
c. Hasrat untuk mencapai keaslian
d. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2. NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN


a. Sila Ke 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
Implementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan tugas dan fungsi ASN:
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
6) menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
8) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
b. SILA Ke 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Implementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Ke dalam, pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi,
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
2) Keluar, pedoman politik luar negeri bebas aktif dalam rangka ‘ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial’

c. Sila Ke 3: Persatuan Indonesia


Implementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1) Mampu menempatkan persatuan , kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa, apabila
diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan indonesia atas dasar bhineka tunggal ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila Ke 4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan
Implementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari
1) Mau mendengar pendapat orang lain
2) Siap menang, tetapi juga siap kalah
3) Sportif
4) Selalu sesuai aturan main/mematuhi undang-undang yang berlaku
5) Bertanggung jawab
6) Tolong Menolong
7) Tidak anarkis

e. Sila Ke 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Pada sila ke lima sebagai jati diri bangsa yang menjungjung tinggi kebersamaan.
Implementasi sehari hari: Tidak serakah, Tepat waktu, Mau bekerja keras, Saling
membantu, Suka menabung & investasi.

3. ASN SEBAGAI PEMBUAT DAN PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK


a. Penegasan ASN sebagai pelaksana kebijakan publik : Pasal 10 Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara  salah satu fungsi ASN sebagai pelaksana
Kebijakan publik.
b. ASN sebagai eksekutor yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang
menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan
c. ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik dan
senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan
lainnya, mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan sektoral dan
golongan.
d. ASN harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat dan mampu
mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah pelaksanaan kebijakan publik.

4. ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK


a. ASN Profesional
b. ASN yang Melayani Publik
c. ASN Berintegritas Tinggi

Dimensi Kualitas Pelayanan Publik:


a. Ketepatan waktu pelayanan, Akurasi pelayanan, Kesopanan, keramhan dalam
memberikan pelayanan, Tanggungjawab, Kelengkapan, Kemudahan mendapatkan
pelayanan, Variasi model pelayanan, Pelayanan pribadi, Kenyamanan dalam
memperoleh pelayanan, Atribut pendukung pelayanan lainnya.
b. Kualitas layanan yaitu bagaimana pelayanan itu diberikan oleh anggota dan sistem yang
dipakai dalam organisasi

Delapan Karakteristik Pelayanan yang Memuaskan Pelanggan


a. Ketepatan Waktu Pelayanan
Kalau ada perjanjian, seharusnya sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Kalau
menunggu, seharusnya dalam batas waktu yang masuk akal Pelanggan tdk
diperhadapkan pada ketidak jelasan waktu penyelesaian
b. Akurasi Pelayanan
Pelayanan yang diterima Pelanggan, berupa perlakuan, barang atau jasa, haruslah
terbebas dari kesalahan.
c. Keramahan dalam Pelayanan
Diperoleh dari setiap orang dalam organisasi yang berhubungan langsung dengan
Pelanggan.
d. Kemudahan mendapatkan Layanan
Tidak berurusan dengan banyak orang dan banyak meja.
e. Kenyamanan Mendapatkan Pelayanan
Terbabas dari rasa takut dan rasa ditipu, mudah dijangkau, mudah didapat, ruang tunggu:
sejuk dan segar.
f. Pelayanan yang Bertanggungjawab
Berkaitan dengan penanganan keluhan pelanggan yang ramah dan sopan, dan hasilnya
memuaskan Pelanggan.
g. Pelayanan Spesifik
Berkaitan dengan permintaan spesifik Pelanggan di luar standar pelayanan umum, atau
pelayanan tambahan yang memberikan kepuasan, melebihi harapan pelanggan.
h. Kemudahan Diakses
Mudah dijangkau dan ditemukan, mudah mendapatkan informasi, mudah dihubungi.

ASN Sebagai Pelayan Publik haruslah:


a. Bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan.
c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel,
dan memuaskan publik.

5. ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA


a. Penegasan ASN sebagai perekat dan pemersat bangsa: UU no 5 Tahun 2014 psl 66 ayat
1, 2: PNS akan senantiasa etia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara
dan Pemerintah.
b. ASN pemersatu bangsa dan negara: memiliki jiwa nasionalisme dan wawasan
kebangsaan yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi
perekat bangsa dan mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan
menjaga keutuhan NKRI.

6. PERAN ASN DALAM MENCIPTAKAN KONDISI DAMAI


a. Bersikap netral dan adil
b. Mengayomi kepentingan kelompok minoritas serta tidak membuat kebijakan
diskriminatif
c. Menjadi figur teladan di lingkungan masyarakat.
ETIKA PUBLIK
1. KODER ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK
a. Pengertian Etika
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
b. Pengertian Kode Etik
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuanketentuan tertulis.
c. Kode Etik Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai
berikut:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.


2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif
dan efisien.
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN,
dan
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.

2. NILAI-NILAI DASAR ETIKA PUBLIK


Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
sebagai berikut
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem


karir.

3. DEFINISI DAN LINGKUP ETIKA PUBLIK


Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:

1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.


2. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan
sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

4. DIMENSI ETIKA PUBLIK


Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:

a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik


b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

5. TUNTUTAN ETIKA PUBLIK DAN KOMPETENSI

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai (kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain.

6. PERILAKU PEJABAT PUBLIK


a. Membutuhkan perubahan mindset
b. Penguasaan pelayanan
c. Wewenang peranan
d. Jabatan yang amanah

Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area perubahan yang harus dilakukan oleh seluruh
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia yakni
a. Manajemen Perubahan
b. Penataan Peraturan Perundang-undangan
c. Penataan dan Penguatan Organisasi
d. Penataan Tatalaksana
e. Penataan Sistem Manajemen SDM
f. Penguatan Akuntabilitas
g. Penguatan Pengawasan

h. Peningkatan Pelayanan Publik

7. BENTUK-BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA


a. Pentingnya Etika Dalam Urusan Publik

1) Kewaspadaan profesional : menaati kaidah kaidah teknis dan peraturan peraturan


yang terkait dengan kedudukannya sebagai pembuat keputusan

2) Kewaspadaan spiritual : penerapan nilai nilai kearifan ,kejujuran ,keuletan ,sikap


sederhana dan hemat,tanggung jawab serta akhlak perilaku yang baik.

b. Penggunaan Kekuasaan: Legitimasi Kebijakan

1) legitimasi berasal dari kata lex artinya hukum

2) legitimasi adalah kewenangan atas keabsahan

3) legistimasi kebijakan ada 3 yaitu:

a) Legistimasi kekuasaan : Masyarakat tunduk pada kekuasaan raja-raja karena


mereka percaya bahwa raja adalah satu-satunya manusia yang memegang amanat
Tuhan serta memiliki kekuatan kodrat yang besar

b) Legitimasi sosiologi : Proses interaksi di dalam masyarakat yang memungkinkan


sebagai besar kelompok sosial setuju bahwa seseorang patut memimpin mereka
dalam periode pemerintahan tertentu

c) Legitimasi etis : Norma etika menjadi penopang dari berbagai ideologi dan
aturan-aturan hukum yang terdapat di dalam masyarakat

c. Konflik Kepentingan
1) Konflik kepentingan akan mengakibatkan :

a) Penyalahgunaan kekuasaan
b) Pengerahan sumber daya publik yang kurang optimal
c) Peningkatan kesejahyeraan rakyat terabaikan
2) Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara rinci dapat dijelaskan dalam
berbagai bentuk perilaku sebagai berikut:

a) Aji mumpung (self-dealing); memanfaatkan Kedudukan politis untuk


kepentingan yang sempit dan sistem nepotisme
b) Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft). Berbagai bentuk
transaksi suap-menyuap biasanya terkait dengan digunakannya jabatan publik
oleh seorang pemegang kekuasaan secara tidak bertanggungjawab.
c) Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling); memanfaatkan
pengaruh untuk kepentingan karir atau bisnis yang sempit.
d) Pemanfaatan fasilitas organisasi / lembaga untuk kepentingan pribadi.
e) Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan
keuntungan yg diperoleh secara informal.
f) Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting); menggunakan kedudukan
dalam pemerintahan untuk investasi pribadi.

Beberapa tindakan yang harus dihindari karena termasuk di dalam kategori konflik
kepentingan, yaitu:
a) Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk
keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan.
b) Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta pada saat ia melaksanakan
transaksi untuk kepentingan kedinasan atau kepentingan pemerintah.
c) Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat ia berada
dalam tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah.
d) Membocorkan infrormasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasi kepada
pihak-pihak yang tidak berhak.
e) Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang
dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung kepada izin pemerintah

8. SUMBER-SUMBER KODE ETIK BAGI APARATUR SIPIL NEGARA

ASPA (American Society for Public Administration) menyebutkan 9 (sembilan) azas sebagai
sumber kode etik administrasi publik (1981) sebagai berikut:

a. Pelayanan kepada masyarakat adalah di atas pelayanan kepada diri-sendiri.


b. Rakyat adalah berdaulat dan mereka yang bekerja dalam lembaga pemerintah pada
akhirnya bertanggungjawab kepada rakyat.
c. Hukum mengatur semua tindakan dari lembaga pemerintah. Apabila hukum peraturan itu
dirasa bermakna ganda, kurang bijaksana atau perlu perubahan, kita akan mengacu
sebesar-besarnya kepada kepentingan rakyat sebagai rujukan.
d. Manajemen yang efisien dan efektif adalah dasar bagi administrasi publik. Subversi
melalui penyalahgunaan pengaruh, penggelapan, pemborosan, atau penyelewengan tidak
dapat dibenarkan. Para pegawaiModul Diklat Prajabatan 41 bertanggungjawab untuk
melaporkan jika ada tindak penyimpangan.
e. Sistem penilaian kemampuan, kesempatan yang sama, dan azas-azas itikad baik akan
didukung, dijalankan dan dikembangkan.
f. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah hal yang sangat penting. Konflik
kepentingan, penyuapan, hadiah, atau favoritisme yang merendahkan jabatan publik
untuk keuntungan pribadi tidak dapat diterima.
g. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri keadilan,
keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi, dan kasih-sayang. Kita menghargai sifat-
sifat seperti ini dan secara aktif mengembangkannya.
h. Hati nurani memegang peran penting dalam memilih arah tindakan. Ini memerlukan
kesadaran akan makna ganda moral dalam kehidupan, dan pengkajian tentang prioritas
nilai; tujuan yang baik tidak pernah membenarkan cara yang tak bermoral (good ends
never justify immoral means).
i. Para administrator negara tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang salah, tetapi juga
untuk mengusahakan hal yang benar melalui pelaksanaan tanggung-jawab dengan penuh
semangat dan tepat pada waktunya.

Berikut ini adalah sebagian dari sumber-sumber kode etik yang telah berkembang dalam
sistem administrasi publik sejak kemerdekaan.

a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri
Sipil dan Anggota Angkatan Perang
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil
d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

9. IMPLIKASI KODE ETIK DALAM PELAYANAN PUBLIK


Paham idealisme etik mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia adalah baik dan suka
hal-hal yang baik. Apabila ada orang-orang yang menyimpang dari kebaikan, itu semata-
mata karena dia tidak tahu norma untuk bertindak dengan baik atau tidak tahu cara-cara
bertindak yang menuju ke arah kebaikan. Hal yang diperlukan adalah suatu peringatan dan
sentuhan nurani yang terus-menerus untuk menggugah kesadaran moral dan melestarikan
nilainilai tersebut dalam kehidupan dan interaksi antar individu.
KOMITMEN MUTU
1. KONSEP EFEKTIVITAS, EFISIENSI, INOVASI, DAN MUTU
a. Efektivitas yaitu tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi berarti memberikan barang atau
jasa yang dihargai oleh pelanggan. (Ricard L. Daft).
b. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan
alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang ke luar alur. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk
menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber
daya yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. (Richard L.Daft).
c. Inovasi yaitu cara utama di mana suatu organisasi beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan. (Ricard L. Daft). Inovasi bisa muncul
karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga
muncul karena ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal, misalnya permintaan pasar
dan kebutuhan manusia.

d. Menurut pakar tentang pengertian mutu. (1) Menurut Edward Deming: “Mutu adalah
apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.” (2) Menurut Crosby: “Mutu
merupakan nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.” (3) Menurut
Juran: “mutumerupakan kesesuaian terhadap spefikasi.”

2. MANAJEMEN MUTU

TQM (Total Quality Management) merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi. Ada lima pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu Produk, Proses,
Organsiasi, Pemimpin dan Komitmen. Artina kelima pilar di atas memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang tinggi. Organisasi merupakan pilar tengah yang membuat kerangka
kerja berorientasi mutu. Produk yang bermutu sebagai hasil kerja organisasi diperoleh
melalui proses yang bermutu pula, dengan didukung komitmen tinggi dari seluruh komponen
organisasi. Organisasi tentu tidak akan dapat mencapai target kelembagaan secara efektif,
efisien, dan inovatif tanpa ada pemimpin yang kuat dan kredibel.

Ada sepuluh strategi yang mesti dijalankan organisasi agar pelaksanaan manajemen mutu
terpadu dapat berjalan baik, yaitu:
a. Menyusun program kerja jangka panjang yang berbasis mutu;
b. Membangun mindset pegawai terhadap budaya mutu;
c. Mengembangkan budaya kerja yang berorientasi mutu;
d. Meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan agar dapat menampilkan kinerja yang
lebih baik dari
e. Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang;
f. Membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran;
g. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal;
beradaptasi dengan tuntutan perubahan;
h. Menampilkan kinerja tanpa cacat (zero-defect) dan tanpa pemborosan (zero-waste), sejak
memulai
i. Setiap pekerjaan (doing the right thing right first time and every time);
j. Menjalankan fungsi pengawasan secara efektif untuk mengawal keterlaksanaan program
kerja.

Empat kriteria keberhasilan implementasi mutu,yaitu:

a. Program harus didasarkan pada kesadaran akan mutu dan berorientasi pada mutu dalam
semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
b. Program harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat untuk membawa mutu pada cara
karyawan diperlakukan, diikutsertakan, dan diberi inspirasi.
c. Program harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang
di semua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusias keterlibatan dan tujuan
bersama menjadi kenyataan, bukan hanya slogan kosong.

d. TQM haarus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebijaksanaan, dan
kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

3. BEBERAPA TEKNIK/METODE PERBAIKAN MUTU


a. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
1) Plan atau perencanaan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi berbagai permasalahan
yang dihadapi, penyebabnya dan solusinya.
2) Do (melaksanakan). Dalam tahap ini rencana aksi yang sudah disusun harus
dijalankan secara konsisten oleh semua orang.
3) Check (pemeriksaan). Tahap ini dilakukan pemeriksaan apakah rencana aksi yang
sudah dilakukan telah berjalan dengan semestinya, apakah target dan ukuran
keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dicapai? Jika belum tercapai apa saja yang
menjadi kendala atau sumber permasalahannya.
4) Act yaitu melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil sebagai tindaklanjut
dari tahap Check. Ada tiga tindakan/ keputusan terhadap hasil pemeriksaan. Yaitu:
a) Adopt (adopsi). Jika hasil dari pelaksanaan rencana aksi terbukti mampu
mencapai hasil yang direncanakan maka solusi yang sudah dilakukan perlu
kemudian diadopsi.
b) Adapt (melakukan adaptasi). Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa solusi
untuk memecahkan masalah kurang berjalan dengan baik maka perlu dilakukan
adaptasi dengan melakukan beberapa penyesuaian terhadap kegiatan yang sudah
direncanakan.
c) Abandon (membatalkan). Jika ternyata solusi yang dilakukan ternyata tidak
menghasilkan perbaikan yang diharapkan maka organisasi dapat membatalkan
solusi tersebut.
b. Diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram).
Diagram sebab dan akibat adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai factor yang menjadi akar permasalahan yang dianggap menjadi kendala dalam
mutu. Diagram tersebut bisa berbentuk tulang ikan sehingga biasa disebut dengan
fishbone diagram.
4. NILAI-NILAI DASAR ORIENTASI MUTU
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar
customers/clients tetap setia;
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan
tidak ada pemborosan;
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan
kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan;

f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain:
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.

5. IMPLEMENTASI MUTU DALAM LAYANAN PUBLIK

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa memperbaiki mutu layanan dari pegawai
ASN kepada publik. Misalnya: memahami fungsi, tugas pokok, dan peran masing-masing;
kompeten pada bidang pekerjaannya; memiliki target mutu layanan; memahami karakter
masyarakat yang membutuhkan layanan; menguasai teknik pelayani prima dengan
memberikan layanan prima dan bersedia menerima kritik untuk perbaikan ke depan.

Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level puncak (corporate level)
bertanggung jawab atas mutu layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung
jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai
dengan target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil
setiap layanan yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar
tanggung jawab mutu berkaitan dengan aktivitas/rencana aksi yang dilaksanakan di masing-
masing unit

kerja.

6. PENDEKATAN INOVASI
Inovasi dapat Diwujudkan dalam bentuk:
a. Produk
b. Layanan
c. Metode Kerja
d. Sumberdaya
Ada 4 Cara Berinovasi, yaitu:

a. Penemuan, yaitu dengan cara mengkreasikan suatu produk, jasa atau proses yang belum
pernah dilakukan sebelumnya.
b. Pengembangan, yaitu dengan cara mengembangkan produk, jasa atau proses yang sudah
ada.
c. Duplikasi, yaitu dengan cara menirukan suatu produk, jasa atau proses yang yang sudah
ada. Duplikasi di sini bukan semata-mata meniru, melainkan menambah seutuhnya
secara kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.

d. Dengan Cara Sintesis, yaitu dengan cara perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah
ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau produk
yang sudah ditemukan atau sudah dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat
diaplikasikan.

7. AKTUALISASI INOVASI DAN KOMITMEN MUTU


a. Mutu kinerja aparatur dalam memberikan layanan kepada masyarakat dewasa ini masih
banyak yang tidak mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Masih
banyak ditemui berbagai praktik penyimpangan yang dilakukan oleh “oknum” aparatur
yang tidak bertanggung jawab, ketika mereka memberikan layanan publik.
b. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas dari pemerintah selaku
penyedia layanan publik. Pelayanan publik yang bermutu akan menciptakan kepercayaan
publik kepada pemerintah.
c. Perubahan dalam bidang pelayanan, menuntut adanya perubahan pola pikir dan budaya
kerja aparatur (mind set and culture set), sehingga tuntutan akan adanya pembangunan
budaya mutu sudah mutlak.
d. Posisi pegawai ASN sebagai aparatur memiliki tanggung jawab utama untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aparatur bekerja untuk kesejahteraan dan
kepuasan masyarakat, melalui pelayanan yang adil dan bermutu.
e. Faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong sekaligus menghambat upaya untuk
meningkatkan kinerja aparatur yang kreatif, inovatif, dan komitmen terhadap mutu,
antara lain: perubahan pola piker (mindset) aparatur, pergeseran budaya kerja, perbaikan
tata kelola pemerintahan (good corporate governance).
f. Inovasi layanan akan membawa perubahan yang dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap institusi pemerintah.
g. Inovasi layanan akan berhasil dengan baik apabila dijalankan oleh aparatur yang
memiliki kompetensi sesuai syarat jabatan (knowledge worker) dan memiliki tanggung
jawab secara profesional.
h. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas pemerintah selaku
penyedia layanan publik. Pelayanan publik yang bermutu akan menciptakan kepercayaan
publik kepada pemerintah.
i. Mutu dalam pelayanan publik, meskipun penting dan harus dilakukan sebagai suatu
akuntabilitas ternyata tidak terlepas dari motivasi politis pembuat kebijakan dan kinerja
organisasi pemerintah. Untuk itu, penciptaan pertanggungjawaban kepada pelanggan
semakin menekan organisasi-organisasi pemerintah untuk memperbaiki hasil-hasil
mereka, tidak sekadar mengelola sumber daya mereka.
j. Inovasi dapat menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, menambah
keuntungan, memperkuat organisasi dalam meningkatkan daya saing di era ekonomi
global, meningkatkan kemampuan organsasi dalam beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Inovasi juga penting untuk keluar dari situasi pasar yang lambat dan stagnan
menjadi beralih kepada area operasional lain.
k. Co-production mengubah hubungan di antara pengguna jasa dan penyedia, yang
memungkinkan pengguna untuk mengambil lebih banyak kontrol dan kepemilikan. Hal
ini menjadi penting untuk menyelaraskan hasil dengan aspirasi dan kebutuhan warga.
Inovasi dalam pelayanan publik sangat terkait dengan kapasitas organisasi dan tuntutan
lingkungan eksternal untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh PBB Pelayanan Publik Awards PBB terdapat sejumlah prinsip
kunci dan strategi untuk inovasi dalam pemerintahan sebagai sesuatu penting, yaitu:
1) Mengintegrasikan layanan;
2) Desentralisasi pelayanan;
3) Memanfaatkan kemitraan;
4) Melibatkan warga negara;
5) Mengambil keuntungan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi

6) Inovasi dalam Pemerintahan dan Administrasi Umum.

8. BERPIKIR KREATIF
a. Aparatur yang kreatif akan tercermin dari perilakunya yang memiliki dorongan kuat
untuk senantiasa mencari kebaruan,menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah
ada, dan menciptakan keunikan yang berujung pada lahirnya karya inovatif.
b. Kreativitas dalam pelayanan merupakan aktualisasi hasil berpikir kreatif, untuk
memberikan layanan yang memuaskan bagi masyarakat sebagai customers. Layanan
yang diberikan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah yang sesuai dengan harapan
mereka.
c. Berpikir kreatif menunjukkan kemampuan orang untuk menghasilkan atau menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Proses berpikir kreatif membutuhkan daya imajinasi
yang tinggi, yangmampu ke luar dari rutinitas atau berbeda dari kebiasaan sehari-hari.
d. Inovasi bisa berbentuk karya hasil penemuan baru atau mengandung unsur kebaruan
(novelty), misalnya sebagai penyempurnaan atau perbaikan dari karya yang sudah ada,
produk imitasi (tiruan) yang memiliki nilai tambah, serta karya hasil sintesis.
e. Penyelenggaraan kerja yang kreatif, inovatif, dan berkomitmen terhadap mutu, akan
sangat bermanfaat baik bagi aparatur, institusi, maupun masyarakat yang dilayani.
Semua pihak akan merasakan kepuasan dan nilai tambah atas layanan yang diberikan.

9. MEMBANGUN KOMITMEN MUTU MELALUI INOVASI


Best practices atau contoh dan pengalaman terbaik sebenarnya merupakan hal yang sudah
biasa terjadi dalam ranah publik. Namun, pengalaman dan contoh yang dianggap baik itu
belum tentu cocok dipraktikkan secara utuh kepada suatu negara, daerah maupun institusi.
Perlu ada modifikasi dan penyesuaian lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik negara, daerah dan institusi yang akan diujicobakan. Terdapat beberapa kriteria
terhadap layanan publik yang dikategorikan sebagai best practices:
a. Pelayanan publik itu telah memberikan nilai tambah kepada masyarakat maupun
pemangku lainnya baik dalam hal ketepatan dan kecepatan layanan, dan bersifat inklusif
baik dari aspek harga maupun target group-nya;

b. Best practices itu dapat memberikan inspirasi terhadap kegiatan serupa yang sedang
dilakukan di suatu tempat baik dalam hal proses maupun hasil inovasi yang dilakukan.

Tujuan utama pelayanan berbasis nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah:


a. mengutamakan kepentingan sebagai pelanggan;
b. menumbuhkan kepercayaan terhadap institusi pemerintah;
c. meningkatkan kesetiaan dan kepuasan sebagai pelanggan;
d. menjalankan tugas, peran, dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan secara akuntabel, profesional, dan inovatif.
ANTI KORUPSI
1. DAMPAK NEGATIF KORUPSI
Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan
serta memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya :
a. Tata ekonomi, seperti: pemborosan sumber-sumber, larinya modal ke luar negeri,
gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal
b. Tata sosial budaya, seperti: revolusi sosial dan ketimpangan sosial
c. Tata politik, seperti: ketidakstabilan politik, pengambilalihan kekuasaan, hilangnya
bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah
d. Tata administrasi, seperti: tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya
keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, dan
pengambilan tindakan-tindakan represif.
2. PENGERTIAN KORPSI
a. Busuk; palsu; suap (kamus bahasa Indonesia)
b. Buruk, rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang milik
perusahaan atau negara; menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk
kepentingan pribadi (kamus hukum)
c. Kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari kesucian (The Lexicon
Webster Dictionary)
d. Penyuapan, pemalsuan (Kamus Bahasa Indonesia)
e. Penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang
bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain (Kamus Hukum).
f. Menurut Robert Klitgaard
C=M+D–A
C = Corruption/Korupsi M = Monopoly/Monopoli
D = Discretion/Diskresi A = Accountability/Akuntabilitas

g. Menurut Indriyanto Seno Adji berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai
kejahatan yang memiliki konteks pembangunan, pengertian korupsi tidak lagi
diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja. Tindakan bribery (penyuapan)
dan kickbacks (penerimaan komisi secara tidak sah) juga dinilai sebagai sebuah
kejahatan.

3. TINDAK PIDANA KORUPSI


a. Menurut SIMONS Tindak Pidana Korupsi adalah Tindakan melawan hukum yang telah
dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan
sebagai tindakan yang dapat dihukum.
b. Menurut POMPE Tindak Pidana Korupsi adalah Pelanggaran norma atau gangguan
terhadap tertib hukum yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh
seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku itu adalah penting demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum
c. Menurut Prof. MULJATNO Tindak Pidana Korupsi adalah Perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi
barang siapa yang melanggar aturan tersebut.cUnsur perbuatan pidana :
1) Adanya perbuatan
2) Memenuhi rumusan dalam UU (syarat formil)
3) Bersifat melawan hukum (syarat materiil)
d. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
1) Kerugian keuangan negara,
2) Suap-menyuap,
3) Pemerasan,
4) Perbuatan Curang,
5) Penggelapan dalam Jabatan,
6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,

7) Gratifikasi.

4. ANTI KORUPSI
a. Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu
ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa
seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat menjadi
benteng kuat untuk anti korupsi.
b. Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat yang baik dan
mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat
untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik, agar dapat
dipertanggungjawabkan juga secara publik.

c. Nilai dasar anti korupsi antara lain: Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung jawab,
Kerja keras, Sederhana, Berani dan Adil.

5. INTEGRITAS
a. Tunas Integritas berprinsip bahwa manusia sebagai faktor kunci perubahan.
b. Peran Tunas Integritas:
1) Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka menjadi kumpulan
orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi tercapai.
2) Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem
integritas hingga semua peluang korupsi dan berbagai penyimpangan lainnya dapat
ditutupi.
3) Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi.
4) Re-framing kultur atau budaya.
5) Utilisasi fenomena perilaku.
c. Internalisasi Integritas dapat dilakukan:
1) Pendekatan inside out (dari dalam keluar)
2) Pendekatan outside in (dari luar ke dalam)

d. Internalisasi integritas akan maksimal ketika kita mampu menggabungkan pendekatan


inside out dan outside in. Untuk terjadinya hal tersebut maka:
1) Lingkungan yang berintegritas, misalnya perbanyak hidup dalam lingkungan yang
positif. Misalnya:
a) Memperbanyak teman yang berperilaku positif.
b) Memperbanyak artefak/simbol dan Lingkungan Berintegritas sejarah yang
memberikan makna atau inspirasi untuk melakukan perilaku positif dan selalu
ingat akan kebaikan dan kebenaran.
c) Memperbanyak rutinitas atau ritual positif.
d) Membangun atau menjalankan sistem integritas, misalnya dalam Kepemimpinan,
Struktur Organisasi, Sistem Pengendalian, dll.
2) Proteksi Integritas, misalnya pastikan pengaruh lingkungan yang negatif tidak masuk
dalam pikiran (diri). Misalnya:
a) Melakukan simbolisasi yang dilengkapi dengan imajinasi, sugesti dan asosiasi
bahwa pengaruh tersebut hanya ada diluar diri kita dan tidak pernah masuk ke
dalam diri.
b) Melakukan dis-asosiasi, yaitu keluar dari lingkaran pengaruh negatif tersebut.
c) Melakukan Multi Protection of Integrity.
3) Perubahan Sistem Nilai, misalnya jika pengaruh sudah masuk dalam pikiran (diri)
segera lakukan teknik perubahan sistem nilai agar yang negatif dapat dihapuskan
dan diganti dengan yang positif.
e. Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan beragam cara,
diantaranya melalui: 1) Kesediaan, 2) Identifikasi dan 3) Internalisasi. Tingkat
permanensi penanaman ataupun perubahan sikap dan perilaku melalui pendekatan
internalisasi akan lebih permanen dibandingkan dengan identifikasi dan kesediaan.
f. Teknik-teknik khusus untuk bawah sadar dapat dilakukan apabila kemampuan
Anchoring, Utilisasi, Rileksasi, Amplifiying, Modality, Asosiasi dan Sugesti dikuasai
dengan baik, kemampuan tersebut disingkat menjadi AURA MAS.
g. Sistem integritas merupakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan dan penjagaan
integritas, sehingga terjadi penyelarasan antara rohani dan jasmani dalam diri,
penyelarasan jiwa, pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan dengan nurani dan
lingkungan (sistem dan budaya integritas). Sistem integritas yang kuat sebagai
pengendali dan penyelaras akan berjalan secara efektif ketika diikuti kesediaan seluruh
elemen organisasi.
h. Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu organisasi mencapai
tujuannya secara berintegritas, diantaranya: 1) Kebijakan perekrutan dan promosi, 2)
Pengukuran Kinerja, 3) Sistem dan Kebijakan Pengembangan SDM, 4) Pengadaan
Barang dan Jasa, 5) Kode Etik dan Pedoman Perilaku, 6) Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara, 7) Program Pengendalian Gratifikasi, 8) dan lain-lain.
i. Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai tujuannya dan menjaga
individu dalam organisasi, maka kematangan pelaksanaan programnya dilaksanakan
secara optimal lewat tahapan :1) Not Performance (belum ada kinerja), 2) Adhoc,
(sementara, reaktif, mendadak) 3) Planned (terencana dan teroganisasi dengan baik) 4)
Institutionalized (menyatu dengan sistem organisasi 5) Evaluated (telah dapat dievaluasi)
6) Optimized (dapat di optimalkan).
SOAL-SOAL

Akuntabilitas
1. Jelaskan pengertian Akuntabilitas dan pentingnya menerapkan Akuntabilitas dalam
kehidupan berorganisasi!
Jawaban:
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya.

Penerapan Akuntabilitas dalam kehidupan berorganisasi penting karena masih terdapat pola
pikir PNS yang bekerja lambat sehingga berdampak pada pemborosan sumber daya dan
memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah
citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk
membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial,
dan berintegritas. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu,
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), untuk menyediakan kontrol
demokratis (peran demokrasi), untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional), dan yang terakhir untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).

2. Sebutkan dan jelaskan aspek-aspek akuntabilitas!


Jawaban:
Aspek - Aspek Akuntabilitas terdiri dari:
a. Akuntabilitas Adalah Sebuah Hubungan (Accountability is a relationship).
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk
memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang
terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas Berorientasi Pada Hasil (Accountability is results-oriented). Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan
berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas Membutuhkan Adanya Laporan (Accountability requiers reporting).
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan
kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses
yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu
berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi
adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
d. Akuntabilitas Memerlukan Konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences). Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan
tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas Memperbaiki Kinerja (Accountability improves performance). Tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif
(proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses
yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan
sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap
individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat
dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
3. Bagaimana seharusnya perilaku diri seorang PNS sehingga dapat dikatakan
Akuntabilitas tinggi!
Jawaban:

PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat ketika terjadi
konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, melayani warga secara adil dan
konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya;

4. Jelaskan bagaimana seorang PNS yang akuntabel menghadapi terjadinya konflik


kepentingan!
Jawaban:
Seorang PNS yang akuntabel dalam menghadapi konflik kepentingan (Conflicts of Interest)
adalah:
a. PNS harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan
dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas resmi mereka dengan tidak
memihak;
b. Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan
pribadi atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk kepentingan umum;
c. PNS memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi
ada di masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
1) Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang
melampaui tingkat hubungan kerja profesional;
2) Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan
dengan kerabat seperti:
a) Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh PNS di suatu
perusahaan atau bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain
atau kemitraan, atau melalui kepercayaan; M
b) Memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah
dibayar atau tidak; dan
c) Menerima hadiah atau manfaat.
d. Jika konflik muncul, PNS dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk
mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat;
e. PNS dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
Nasionalisme
1. Bagaimana cara mengpimplementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan
tugas dan fungsi ASN?
Jawaban:
Nilai-nilai ketuhanan diimplementasikan dengan cara mengembangkan etika sosial di
masyarakat meliputi:
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2. Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-hari?
Jawaban:

Nilai-nilai kemanusiaan diimplementasikan dengan cara menghormati hak asasi orang lain
dalam bekerja, toleransi, tidak dzalim, sopan santun, dan saling tolong menolong.

3. Jelaskan apa yang harusnya dapat anda lakukan sebagai seorang ASN dalam
mengatasi konflik dalam lingkungan masyarakat!
Jawaban:
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ASN dalam mengatasi konflik di lingkungan
masyarakat antara lain:
a. Fokus pada penyelesaian konflik
Langkah pertama agar konflik sosial bisa segera teratasi adalah dengan fokus pada
penyelesaian konflik itu sendiri, tidak beradu argumen dengan lawan atau siapa yang
paling benar diantara orang yang berkonflik. Sehingga kita bisa mengetahui inti
permasalahan dan mencari pemecahan permasalahan terbaik.
b. Menggunakan kepala dingin
Hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian konflik adalah dnegan menggunakan
kepala dingin dan tidak memakai emosi. Ambil napas, berjalan-jalan sebentar, dan
meregangkan otot sejenak supaya pikiran tenang.
c. Melakukan diskusi
Membuka percakapan atau diskusi adalah langkah bijak untuk menyelsaikan konflik.
Secara umum ada tiga bentuk diskusi dalam pengendalian konflik sosial, yaitu:
1) Konsiliasi, didefinisikan sebagai bentuk pengendalian konflik yang dilakukan
melalui lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan diskusi dan pengambilan
keputusan yang adil diantara pihak-pihak yang bertikai.
2) Mediasi, dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk
menunjuk pihak ketiga sebgai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pendapat
mengenai cara terbaik dalam menyelesaikan konflik.
3) Arbitrasi, dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk
menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan
keputusan terbaik untuk menyelesaikan konflik.
d. Memperjelas pokok permasalahan yang ada
Dalam menghadapi konflik tertentu, kita bisa terbawa suasana ke masalah lainnya yang
sebenarnya tidak ada hubungannya dengan konflik yang sedang dibahas. Maka
memperjelas inti masalah dan hanya membahas masalah itu saja konflik tidak akan
melebar dan cepat teratasi.
e. Menjadi pendengar yang baik.
Sebagai ASN kita harus memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, berargumen,
dan mengemukakan pendapatnya tentang konflik yang terjadi. Jangan menyela ucapan
dan mendengarkan hingga orang lain selesai berbicara.
Etika Publik
1. Jelaskan dan berikan contoh-contoh konsekuensi dari pelayanan publik yang memiliki
kompentensi leadership dan kompentensi teknis tetapi minus kompetensi etika!
Jawaban:
Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknik dan
leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung
menjadi
tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah. Etika
publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai (kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan

tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

Contoh konsekuensi pelayanan publik tanpa kompetensi etika, antar lain:


a. Sukar Diakses. Unit pelaksana pelayanan publik terletak sangat jauh dari jangkauan
masyarakat, sehingga mempersulit mereka yang memerlukan pelayanan publik tersebut.
b. Belum informatif.Informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung lambat atau
bahkan tidak diterima oleh masyarakat.
c. Belum bersedia mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat.Biasanya aparat pelayanan
publik belum bersedia mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Sehingga,
pelayanan publik dilaksanakan semau sendiri dan sekedarnya, tanpa ada perbaikan dari
waktu ke waktu.
d. Belum responsif. Hal ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan publik,
mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan
penanggungjawab instansi. Tanggapan terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun
harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan tidak dihiraukan sama sekali.
e. Belum saling berkoordinasi. Setiap unit pelayanan yang berhubungan satu dengan
lainnya belum saling berkoordinasi. Dampaknya, sering terjadi tumpang tindih ataupun
pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain
yang terkait.
f. Tidak Efisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan
perijinan) seringkali tidak ada hubungannya dengan pelayanan yang diberikan.
g. Birokrasi yang bertele-tele. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya
dilakukan melalui proses yang terdiri dari berbagai tingkatan, sehingga menyebabkan
penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.
2. Perubahan minset aparatur pemerintah menjadi sangat penting dalam mewujudkan
reformasi birokrasi di Indonesia, jelaskan tiga aspek perubahan perilaku yang harus
dilakukan aparatur pemerintah!
Jawaban:
Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi

’peranan’; Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

3. Berikan contoh kasus adanya konflik kepentingan yang terjadi pada birokrasi kita!
Jawaban:
a. Pemanfaatan sumber daya publik dengan menggunakan mobil dinas untuk keperluan
keluarga. Misalnya untuk mudik atau pulang kampung saat hari libur peringatan hari-hari
besar.
b. Absen Sidik Jari dimana sejumlah PNS di lingkungan Pemprov Nusa Tenggara Barat ada
yang mengisi/menandatangani daftar hadir hingga satu bulan penuh ke depan. Padahal
jelas-jelas PNS tersebut tidak masuk kantor alias bolos.
c. Penerimaan tenaga honorer yang tidak lepas dari nepotisme sepanjang 2007 – 2009,
pemerintah mengangkat sekitar satu juta pegawai honorer tanpa seleksi dan tanpa
memerhatikan kebutuhan.
d. Pemberian Hadiah atau Cindera Mata. Misalnya, Sebagai guru yang sudah
berpengalaman lebih dari 20 tahun, Ibu Mawar S.Pd. (bukan nama sebenarnya) menjadi
salah satu guru favorit bukan hanya bagi murid-muridnya tetapi juga bagi orang tua
murid di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kota Bengkulu. Tidak mengherankan
apabila setiap kali penerimaan rapor kenaikan kelas, banyak orang tua murid yang
memberikan hadiah berupa kerudung, sarung, taplak meja atau peralatan dapur kepada
Ibu Mawar. Orang tua murid memberikan hadiah kepada Ibu Mawar secara sukarela dan
tulus hati sebagai ucapan terima kasih karena sudah mendidik anak-anak mereka dengan
sangat baik.
e. Konflik Kepentingan dalam Pengadaan.
Sebagai kepala Dinas Kesehatan di salah satu Kabupaten yang cukup jauh letaknya dari
ibukota provinsi, dr. X MPH, selalu merasa kesulitan memenuhi kebutuhan pengadaan
obat-obatan untuk seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang ada di
Kabupaten tersebut. Oleh karena itu, dr. X MPH memutuskan untuk membuka usaha
apotik tetapi mengatasnamakan istri dan anaknya yang kebetulan kuliah di fakultas
kedokteran. Dengan kewenangan yang dimiliki sebagai Kepala Dinas, dr. X, MPH
menghimbau kepada bagian pengadaan di Dinas Kesehatan yang dipimpinnya agar
pengadaan obat-obatan untuk kebutuhan seluruh Puskesmas di Kabupaten itu harus
dibeli dari apotek milik istri dan anak dr. X MPH.
Kotmitmen Mutu
1. Coba amati kegiatan keseharian PNS senior dilingkungan tempat kerja saat ini
kemukakan fenomena faktual yang mencermikan mutu kinerja mereka, baik yang
sudah sesuai harapan maupun yang menyimpang dari ketentuan. Bagaimana
komentar saudara terhadap fenomena tersebut?
Jawaban:
a. Pengelolaan keuangan yang tidak transparan, terlalu banyak dompet instansi.
Menurut saya hal tersebut merupakan contoh penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
efisien. Karena, laporan keuangan menjadi tidak jelas dan mengundang pegawai yang
lain untuk berpikir negatif ataupun mencontoh perbuatan tersebut dan mengarah ke
tindakan korupsi.
b. Banyaknya fasilitas-fasilitas fisik yang tidak terawat dan dibiarkan rusak.
Menurut saya hal tersebut merupakan contoh ketidak-efektifan roda pemerintahan.
Karena alat yang digunakan secara teratur dan dirawat dapat meminimalkan biaya
pengeluaran instansi. Namun jika dibiarkan rusak, maka fasilitas tersebut tidak
digunakan semestinya dan tidak siap digunakan ketika diperlukan. Sehingga harus
mengganggarkan fasilitas baru jika diperlukan.
c. Banyak pegawai yang sebatas menjalankan rutinitas kewajiban, ketika selesai santai-
santai ataupun pulang ke rumah.
Menurut saya perilaku tersebut merupakan contoh tidak adanya kreativitas untuk
berinovasi. Sehingga target dan sasaran program atau kegiatan tidak maksimal atau tidak
tercapai.
d. Masih adanya keluhan dari masyarakat terkait alur administrasi yang masih ruwet.

Menurut saya hal tersebut merupakan akibat dari penyelenggaraan layanan yang kurang
bermutu disebabkan kompetensi petugas yang kurang atau tidak sesuai dan usia petugas
yang kebanyakan sudah lanjut. Sehingga perlu adanya evaluasi dan mengganti petugas
lain yang lebih kompeten.

2. Mengapa best practices diperlukan dalam menciptakan invoasi dan memperkuat


pembangunan? Jelaskan sifat-sifat yang dimiliki pegawai yang berjiwa kreatif dan
inovatif ?
Jawaban:
Menurut Department of Economic and Social Affairs-United Nations (2006: 3), dalam
laporannya mengenai “innovations in Governance and Public Administration: Replicating
what works” menyebutkan bahwa pendokumentasian dan berbagi inovasi dalam administrasi
negara merupakan instrumen yang penting dalam pembinaan inovasi di pemerintahan dan
memperkuat pembangunan, lepas dari apakah tingkat kemakmuran suatu negara berpengaruh
terhadap implementasi dari contoh dan pengalaman terbaik ini.

Sifat kreatif pegawai ditandai oleh karakteristik berikut: (1) senantiasa merasa butuh untuk
terus mengembangkan kemampuannya; (2) dinamis dan berpikir kritis terhadap situasi yang
berkembang; (3) menjadikan keterbatasan sebagai sarana untuk melakukan kreativitas dan
inovasi. Sedangkan faktor pendorong yang memfasilitasi lahirnya kreatifitas dan inovasi
adalah: (1) Kepemimpinan yang memiliki visi dan misi untuk melakukan perubahan yang
lebih baik; (2) Lingkungan kerja yang mendorong terciptanya kreativitas kerja,; (3) Budaya
organisasi yang menfasilitasi terjadinya inovasi, seperti budaya kerja dinamis, kreatif, tidak
cepat puas, tidak cepat menyerah, pekerja keras, malu jika tidak berbuat lebih baik, dan
dapat mengapresiasi hasil karya orang lain.

3. Mengapa komitmen mutu harus melibatkan seluruh tingkatan oraganisasi?


Bagaimana mekanisme tersebut bekerja, khususnya dalam menghubungkan mutu
dnegan inovasi pelayaan publik?
Jawaban:
Pada dasarnya mutu ada dalam persepsi orang secara individual, yang diukur dari tingkat
kepuasan masing-masing terhadap produk/jasa yang diterimanya. sehingga produk/jasa yang
sama akan memiliki tingkatan mutu yang berbeda pula bagi para pelanggan. Demikian pula
halnya dengan penilaian masyarakat terhadap mutu layanan yang diterima dari berbagai
institusi penyelenggara pemerintahan yang beragam.
Berdasarkan definisi dari Goetsch dan Davis (2006: 6), manajemen mutu terpadu (Total
Quality Management / TQM) terdiri atas kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan
setiap orang dalam organisasi melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk
meningkatkan
kinerja pada setiap level organisasi. Sedangkan menurut Santosa dalam Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana (2002: 4) mendefinisikan:“TQM merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu harus dilaksanakan
secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa
melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan.
Anti Korupsi
1. Tuliskan 7 delik tindak pidana korupsi yang berlaku di Indonesia
Jawaban:
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi
yang terdiri dari :
1) Kerugian keuangan negara,
2) Suap-menyuap,
3) Pemerasan,
4) Perbuatan Curang,
5) Penggelapan dalam Jabatan,
6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
7) Gratifikasi.

You might also like