You are on page 1of 6

Nama : Endang Mujiati

NIM : 420 173 496


PENELITIAN Dosen : Sukesih, S.Kep, Ners, M.Kep
Progsus: Pati Kelas A
Terapi : Komplementer

PENURUNAN NYERI PASCABEDAH PASIEN TUR PROSTAT


MELALUI RELAKSASI BENSON

Gad Datak*, Krisna Yetti**, Rr. Tutik Sri Hariyati**

Abstrak
Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respons relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang
dapat mengurangi nyeri pascabedah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas relaksasi Benson dalam menurunkan
nyeri pascabedah pasien TUR Prostat. Metode penelitian quasi-eksperimental dengan pre test and post test design with
control group. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Jumlah sampel 14 orang, masing-masing 7 orang pada
kelompok intervensi yang diberikan kombinasi relaksasi Benson dan terapi analgesik serta kelompok kontrol yang hanya
diberikan terapi analgesik. Relaksasi Benson dilakukan setelah pemberian analgesik dengan durasi 15 menit selama dua hari.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi Relaksasi Benson dan terapi analgesik efektif menurunkan rasa nyeri pascabedah
pada pasien TUR Prostat (p = 0,019, α = 0,05). Penelitian ini menyarankan Relaksasi Benson digunakan untuk mengurangi
nyeri pasca bedah TUR Prostat elektif.
Kata kunci: nyeri pascabedah, relaksasi Benson, TUR prostat
Abstract
Benson Relaxation is the development of relaxation response method by involving patient is belief factor to relieve post-
operative pain. This research was aimed to explore the effectiveness of Benson Relaxation in relieving post-operative
pain of TUR prostate. The method used in this study was quasi experimental with pre test and post test design with control
group. A total of 14 consecutive samples were participated in this study by divided into the intervention and control
group, 7 participants respectively. Those in intervention group received Benson Relaxation combined with analgesic
therapy where as in control group took analgesic therapy alone. Benson Relaxation intervention given after analgesic
was taken, for 15 minutes each day for two days. The results revealed that combination between Benson Relaxation and
analgesic therapy was more effective than analgesic therapy alone (p = 0,019, α = 0,05). The Implication of this research
was Benson Relaxation can be applied to relieve post-operative pain of elective TUR Prostate.

Key words: Benson relaxation, post-operative pain, TUR prostate

PENDAHULUAN TUR Prostat merupakan prosedur pembedahan


dengan memasukkan resektoskopi melalui uretra
Giddens (2004) mengatakan bahwa Benigna
untuk mengeksisi dan mengkauterisasi atau
Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan penyebab
mereseksi kelenjar prostat yang obstruksi. Prosedur
gangguan dan sumbatan aliran kemih paling banyak
pembedahan TUR Prostat menimbulkan luka bedah
dijumpai pada pria lanjut usia. Sebagian pasien BPH
yang akan mengeluarkan mediator nyeri dan
mengalami penyakit ini ketika berusia di atas 50 tahun
menimbulkan nyeri pasca bedah (Purnomo, 2007;
dan lebih dari 80% yang mengalami penyakit ini pada
Smeltzer & Bare, 2002; Tan, 2007).
usia diatas 80 tahun (Lewis, Heitkemper, & Dirksen,
2004). Penatalaksanaan jangka panjang yang terbaik Penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang tidak
pada pasien BPH adalah dengan pembedahan, tepat dan akurat akan meningkatkan risiko
karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif komplikasi, menambah biaya perawatan,
lainnya membutuhkan waktu sangat lama untuk memperpanjang hari rawat, dan memperlambat
melihat keberhasilannya.Salah satu tindakan proses penyembuhan (Vaughn, Wichowski, &
pembedahan yang paling banyak dilakukan pada Bosworth, 2007). Intervensi keperawatan yang
pasien dengan BPH adalah pembedahan dilakukan perawat untuk mengurangi atau
Transurethral Resection of The Prostate (TUR menghilangkan nyeri pascabedah dilakukan dengan
Prostat) (Purnomo, 2007; Smeltzer & Bare, 2002). pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis.
Penurunkan nyeri pascabedah pasien TUR Prostat melalui relaksasi Benson(Gad Datak, Krisna Yetti, Rr. Tutik Sri Hariyati) 174

Intervensi nonfarmakologis merupakan terapi METODE


pelengkap untuk mengurangi nyeri pasca bedah dan
Desain penelitian ini adalah kuasi-eksperimen
bukan sebagai pengganti utama terapi analgesik yang
dengan pre test and post test design with control
telah diberikan.
group. Kelompok intervensi memperoleh kombinasi
The Agency for Health Care Policy and Relaksasi Benson dan terapi analgesik, sedangkan
Research/ AHCPR (1992) merekomendasikan kelompok kontrol hanya memperoleh pemberian
bahwa kombinasi intervensi farmakologis dan analgesik. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
nonfarmakologis merupakan cara terbaik untuk TUR Prostat elektif di sebuah RS di Jakarta. Teknik
mengontrol nyeri pascabedah (Roykulcharoen, sampling yang digunakan adalah consecutive
2003). sampling. Kriteria inklusi responden adalah pasien
TUR Prostat yang elektif, minimal dirawat 2 hari
Relaksasi Benson merupakan salah satu
pascabedah, kesadaran compos mentis dan
intervensi nonfarmakologis yang digunakan untuk
kooperatif, dengan usia di atas 50 tahun. Selain itu,
mengurangi nyeri pasca bedah. Relaksasi Benson
pasien mendapatkan terapi analgesik Nonsteroidal
merupakan pengembangan metode respons relaksasi
Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) yaitu Ketesse
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
(Dexketoprofen) dan bersedia melakukan Relaksasi
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga
Benson. Penelitian dilaksanakan selama bulan April
dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan
sampai dengan Juni 2008. Jumlah sampel penelitian
dan kesejahteraan lebih tinggi (Benson & Proctor,
sebanyak 14 pasien, masing-masing tujuh pasien
2000).
pada kelompok intervensi dan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Relaksasi
Relaksasi Benson diajarkan satu hari sebelum
Benson secara signifikan mengurangi distress dan
operasi dan setelah operasi dilakukan secara mandiri
sensasi nyeri pasca bedah abdominal
oleh pasien dengan didampingi peneliti. Kombinasi
(cholecystectomy) pada wanita (p= 0,011, α= 0,05)
Relaksasi Benson dan terapi analgesik dilakukan
(Levin, Malloy, & Hyman, 1987).
satu kali setiap harinya selama dua hari, yaitu pada
Data rekam medik sebuah RS di Jakarta dari hari operasi dan hari pertama pasca-operasi dengan
bulan Oktober-Desember 2007 menunjukkan durasi 15 menit. Relaksasi Benson dilakukan setelah
pasien BPH berjumlah 41 kasus diantaranya pada pasien diberikan terapi analgesik dan dua jam setelah
30 kasus (73%) dilakukan bedah TUR Prostat. makan. Pengukuran nyeri berupa lapor diri pasien
Penatalaksanaan nyeri pascabedah pada pasien TUR dengan menggunakan skala Numeric Rating Scale
Prostat di RS tersebut relatif sama dengan pelayanan (NRS) dengan skala nyeri 0-10 mm yang dilakukan
kesehatan rumah sakit lainnya. sebelum terapi analgesik. Pasien kembali 30 menit
sesudah diberikan kombinasi Relaksasi Benson dan
Intervensi farmakologis dilakukan dengan terapi analgesik atau dengan hanya terapi analgesik
pemberian analgesik sesuai dengan standar pelayanan saja. Pengukuran tingkat kecemasan pasien
medik. Selain itu, intervensi nonfarmakologis yang dilakukan satu hari sebelum operasi dan hari pertama
digunakan dan tertulis pada rencana perawatan, pasca-operasi dengan menggunakan skala
misalnya meliputi latihan napas dalam, distraksi, dan kecemasan Visual Analogue Scale (VAS) skala 0-
imajinasi terbimbing. Penelitian ini dilatarbelakangi 100 mm.
pertimbangan bahwa pasien TUR Prostat lebih
banyak dialami oleh pria lanjut usia yang memiliki
pemahaman spiritualitas relatif lebih baik.
HASIL
Selain itu, belum ada laporan penelitian di
A. Efektifitas Relaksasi Benson
Indonesia yang menunjukkan penggunaan Relaksasi
Benson untuk mengurangi nyeri pascabedah pasien Ada perbedaan rerata nyeri pascabedah TUR
TUR Prostat. Dengan demikian, perlu diketahui Prostat antara kelompok kontrol dan kelompok
efektifitas Relaksasi Benson untuk menurunkan nyeri intervensi sebelum diberikan terapi analgesik (pra
pasca bedah pasien TUR Prostat di sebuah RS di intervensi), setelah operasi (diberikan terapi
Jakarta. analgesik), dan pasca operasi hari pertama (tabel1).
175 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 3, November 2008; hal 173 - 178

Tabel 1. Rata-Rata Nyeri Pascabedah Tabel 2. Beda Nyeri Pascabedah TUR Prostat
pada pasien TUR Prostat Sesudah Penatalaksanaan Nyeri pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi
No Responden Mean SD Min-Max
1 Kel. Kontrol Variabel n Mean z p Value
HOPI 3,43 0,54 3-4 Rank
HO 2,43 0,54 2-3 Nyeri
POHP1 1,71 0,49 1-2 Kel.Kontrol 7 9,50 -2,082 0,019
2 Kel.Intervensi Kel.Intervensi 7 5,50
HOPI 3,57 0,79 3-5
HO 1,86 0,70 1-3
POHP1 1,14 0,38 1-2 B. Kontribusi Budaya dan Kecemasan
Keterangan : terhadap Nyeri Pascabedah pada Pasien
HOPI = hari operasi pra intervesi TUR Prostat
HO = hari operasi Tabel 3. Kontribusi Budaya dan Kecemasan terhadap
POHP1 = pasca operasi hari pertama Nyeri Pascabedah TUR Prostat pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Intervensi
Hasil penelitian ini lebih lanjut menunjukkan Kelp. Kontrol Kelp. Intervensi
bahwa pada responden yang menggunakan No Variabel N Mean p Value n Mean p
kombinasi Relaksasi Benson dan terapi analgesik Rank Rank Value
penurunan rasa nyeri pascabedah TUR Prostat lebih 1. Latar
tajam dibandingkan dengan pasien yang hanya Belakang
Budaya
memperoleh terapi analgesik (grafik 1). Jawa 2 5,00 4 4,38
Grafik 1. Perkembangan Rasa Nyeri Pascabedah Betawi 2 5,00 0,202 2 3,50 0,687
Pasien TUR Prostat Sunda 3 2,67 0 0,00
Batak 0 0,00 1 3,50
4

3.5
2. Cemas
Ringan 5 3,60 6 4,08
3
Sedang 2 5,00 0,327 1 3,50 0,683
2.5
Berat 0 0,00 0 0,00
Skala Nyeri

Kelompok Kontrol
2
Kelompok Intervensi
1.5

1
Tabel 3 menunjukkan bahwa analisis statistik
0.5
mean rank pada kelompok kontrol dengan latar
0
belakang budaya Jawa 5,00; Betawi 5,00; dan Sunda
1 2
Hari Intervensi
3
2,67. Sedangkan mean rank pada kelompok
intervensi dengan latar belakang Jawa 4,38; Betawi
dan Batak adalah sama yaitu 3,50. Hasil analisis lebih
Analisis lebih lanjut seperti pada tabel 2 lanjut menunjukkan tidak ada kontribusi budaya
memperlihatkan ada perbedaan yang bermakna rasa terhadap rasa nyeri pascabedah TUR Prostat pada
nyeri pascabedah TUR Prostat antara kelompok kelompok kontrol (p= 0,202, α= 0,05) maupun
kontrol dengan kelompok intervensi (p= 0,019; α= kelompok intervensi (p= 0,687, α= 0,05).
0,05). Mean rank kelompok kontrol (9,50) lebih Tabel 3 memperlihatkan juga variabel
besar dari mean rank kelompok intervensi (5,50). kecemasan pada kelompok kontrol dengan mean
Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri rank cemas ringan 3,60 dan cemas sedang 5,00.
pascabedah TUR Prostat pada kelompok intervensi Sedangkan pada kelompok intervensi dengan mean
lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol. rank cemas ringan 4,08 dan cemas sedang 3,50.
Oleh karena itu, pada pasien pasca TUR Prostat Analisis terhadap kecemasan responden terhadap
yang dilakukan kombinasi Relaksasi Benson dan nyeri pascabedah TUR Prostat memperlihatkan
terapi analgesik lebih efektif untuk mengurangi nyeri perbedaan mean rank kecemasan responden pada
pascabedah dibandingkan dengan hanya diberikan kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak
terapi analgesik. signifikan.
Penurunkan nyeri pascabedah pasien TUR Prostat melalui relaksasi Benson(Gad Datak, Krisna Yetti, Rr. Tutik Sri Hariyati) 176

Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada Hasil penelitian ini juga memperlihatkan
kontribusi kecemasan terhadap nyeri pascabedah perbedaan mean rank nyeri pascabedah pada
TUR Prostat pada kelompok kontrol (p= 0,327, α= pasien TUR Prostat dengan latar belakang budaya
0,05) maupun kelompok intervensi (p= 0,683, α= tidak signifikan baik pada kelompok kontrol maupun
0,05). Peneliti menyimpulkan bahwa nyeri pasca kelompok intervensi. Jadi nyeri pascabedah yang
bedah TUR Prostat yang dirasakan responden dirasakan responden dalam penelitian ini tidak
dalam penelitian ini tidak ditentukan oleh kecemasan. ditentukan oleh latar belakang budaya mereka.
Hasil ini berbeda dengan pendapat Weber
(1996) yang menyatakan budaya etnisitas
PEMBAHASAN mempengaruhi persepsi dan ekspresi terhadap nyeri
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (dalam Denino, 1998). Domisili responden yang
sebelumnya bahwa Relaksasi Benson efektif untuk umumnya di daerah Jakarta sebagai kota
mengurangi rasa nyeri pascabedah. Relaksasi Benson metropolitan dapat menjadi penyebab perbedaan
dikembangkan dari metode respons relaksasi tersebut.
dengan melibatkan faktor keyakinan (faith factor).
Menurut Suparlan (2004) bahwa kota
Pasien melakukan relaksasi dengan mengulang kata
metropolitan memungkinkan terjadi interaksi budaya
atau kalimat yang sesuai dengan keyakinan
dari berbagai suku bangsa sehingga mengakibatkan
responden sehingga menghambat impuls noxius pada
internalisasi budaya orang lain ke dalam diri
sistem kontrol descending (gate control theory) dan
responden dan menjadi bagian dari dirinya. Selain
meningkatkan kontrol terhadap nyeri.
itu, responden dilahirkan dari orangtua dengan
Hasil penelitian ini juga melaporkan bahwa budaya yang berbeda akan mempengaruhi karakter
setelah melakukan relaksasi Benson selama 15 individu dalam merespon nyeri (Anonimous, 2007).
menit, beberapa responden melaporkan rasa tenang
Menurut Leininger (1999) budaya dapat
dan nyaman. Benson dan Proctor (2000)
dipengaruhi oleh kondisi tertentu yang berhubungan
mengatakan selain mengurangi nyeri pascabedah,
dengan faktor lingkungan, bersifat dinamis, dan selalu
Relaksasi Benson menghambat aktifitas saraf
berubah (dalam Tomey & Alligood, 2006). Faktor-
simpatik yang mengakibatkan penurunan terhadap
faktor yang lain selain kemungkinan tersebut perlu
konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-
penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini didukung
otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan
pendapat Smeltzer dan Bare (2002) bahwa hasil-
perasaan tenang dan nyaman.
hasil riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang
Selain itu, Relaksasi Benson berfokus pada kata konsisten antara nyeri dan kecemasan. Walaupun
atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali kecemasan tidak berkontribusi terhadap nyeri
dengan ritme teratur dan disertai sikap yang pasrah pascabedah tetapi hasil penelitian ini juga
pada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai keyakinan memperlihatkan bahwa setelah intervensi dilakukan
pasien sehingga memiliki makna menenangkan. pasien tetap mengalami kecemasan.
Faktor lain yang diperkirakan oleh peneliti Kecemasan yang dialami responden bervariasi
mendukung responden menerima pelaksanaan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok
Relaksasi Benson adalah bahwa seluruh responden intervensi. Pada kelompok kontrol yaitu kecemasan
penelitian adalah lanjut usia yang diasumsikan ringan 5 orang (71,4%) dan kecemasan sedang 2
memiliki kematangan spiritual yang baik. orang (28,6%), sedangkan pada kelompok
intervensi, yaitu kecemasan ringan 6 orang (85,7%)
Gallup dan Jones (1989) melaporkan suatu
dan kecemasan sedang 1 orang (14,3%).
survei yang menunjukkan lanjut usia memiliki minat
yang kuat terhadap spiritualitas dan berdoa (Nice, Kecemasan yang terjadi direspon secara khusus
2008). Cupertino dan Haan (1999) menyatakan dan berbeda oleh setiap responden. Kecemasan yang
bahwa lanjut usia yang memilik orientasi religius yang dialami oleh responden dalam penelitian ini lebih
sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang banyak berupa cemas ringan dibandingkan cemas
lebih baik (Nice, 2008). sedang dan tidak ditemukan kecemasan berat.
177 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 3, November 2008; hal 173 - 178

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh karakteristik KEPUSTAKAAN


responden penelitian yang pada umumnya lansia.
Benson, H., & Proctor, W. (2000). Dasar-dasar
Responden lansia diasumsikan mempunyai
respon relaksasi: Bagaimana
kemampuan koping yang baik terhadap kecemasan
menggabungkan respon relaksasi dengan
seiring dengan perkembangan kepribadian dan
keyakinan pribadi anda (alih bahasa oleh
kematangan emosional sehingga lebih adaptif
Nurhasan). Bandung: Kaifa.
terhadap suatu stresor yang dihadapi (Direktorat
Kesehatan Jiwa Depkes RI, 1994). Journal of Denino, V. P. (1998). Patient satisfaction with
Personality and Social Psychology (2001) acute pain management. Diperoleh dari http:/
mengatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang /proquest.umi.com/pqdweb.
maka afek-afek positifnya akan lebih banyak. Hal
Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI. (1994).
tersebut dikarenakan adanya faktor pendewasaan,
Perawatan pasien yang merupakan kasus-
pengalaman hidup, dan lain-lainnya (Nice, 2008).
kasus psikiatri. Jakarta: Depkes RI.
Giddens, J.F. (2004). Nursing management: Male
KESIMPULAN reproductive problems, dalam Lewis, S. M.,
Heitkemper, M.M., Dirksen, S.R. (2004).
Hasil penelitian ini dapat digunakan langsung oleh
Medical surgical nursing: Assesment &
perawat medikal bedah dalam pengelolaan nyeri
management of clinical problems (volume 2,
pascabedah sebagai salah satu intervensi
6th edition) (hlm.1435-1461). St.Louis: Mosby.
keperawatan mandiri untuk mengurangi rasa nyeri
pada pasien setelah menjalani TUR Prostat. Lantas Metro. (2007). Dinamika dan potensi
konflik pada masyarakat kota metropolitan.
Penelitian ini merekomendasikan Relaksasi
Diperoleh dari http://www.lantas.metro.polri.
Benson sebagai bahan pertimbangan dan digunakan
go.id.
oleh institusi pelayanan keperawatan sebagai salah
satu standar operasional prosedur pada pasien yang Levin, R.F., Malloy,G.B., & Hyman, R.B. (1987).
dilakukan TUR Prostat. Nursing management of postoperative pain:
Use of relaxation techniques with female
Penelitian juga dapat dikembangkan dengan
choecystectomy patients, diunduh 10 Pebruari
membandingkan Relaksasi Benson dengan terapi
2008 dari http://www.blackwell-synergy.com.
nonfarmakologis yang lainnya dalam menurunkan
rasa nyeri pascabedah. Penelitian yang sama dengan Nice. (2008). Penyesuaian diri lansia:
jumlah sampel yang lebih besar dan penilaian terhadap Perkembangan emosi. Diperoleh dari http://
tanda-tanda objektif kecemasan perlu dilakukan, manejemen.blogspot.com.
karena keterbatasan sampel dan waktu.
Purnomo, B.B. (2007). Dasar-dasar urologi (Edisi
Selain itu, dipertimbangkan untuk mengkaji lebih kedua). Jakarta: Sagung Seto.
lanjut variabel-variabel lain yang diperkirakan akan
Roykulcharoen,V. (2003). The effect of systemic
berpengaruh terhadap nyeri pasca bedah seperti
relaxation technique on postoperative pain
pengalaman terhadap nyeri, faktor-faktor infeksi
in Thailand. Diperoleh dari ht tp://
pada pasien BPH, dan besarnya reseksi terhadap
proquest.umi.com.
massa prostat (TN, FH).
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.. (2002). Buku ajar
buku keperawatan medikal bedah Brunner
* Staf Akademik Jurusan Keperawatan Politeknik & Suddarth (Vol 1, Edisi 8, Alih bahasa Agung
Kesehatan Palangkaraya Waluyo, et al.). Jakarta: EGC.
** Staf Akademik Kelompok Keilmuan Dasar
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.. (2002). Buku ajar
Keperawatan dan Keperawatan Dasar FIK UI
buku keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth (vol 2, edisi 8, Alih bahasa
Kuncara, H.Y., et al). Jakarta: EGC.
Penurunkan nyeri pascabedah pasien TUR Prostat melalui relaksasi Benson(Gad Datak, Krisna Yetti, Rr. Tutik Sri Hariyati) 178

Tomey, A,M. & Alligood, M,R. (2006). Nursing Vaughn, F., Wichowski, H., & Bosworth,G. (2007).
theorists and their work. 6th edition. St. Does preoperative anxiety level predict
Louis: Mosby. postoperative pain. AORN Journal, 85 (3),
589-604.
Tan, J.K.N. (2007) Pulihkan prostat dengan laser
hijau, Majalah Senior, diunduh 10 Pebruari
2008 dari http://cybermed.cbn.net.id.

You might also like