You are on page 1of 10

ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK PENCAHAYAAN PADA

RUANG KELAS DAN LABORATORIUM BERDASARKAN INTENSITAS


PENERANGAN
1
Yakob Liklikwatil
2
Ngadiyono
Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Mandala

ABSTRACT
Classrooms and laboratory space is an educational facility that the use of time is
quite solid. In order to make the teaching and learning activities in the classroom
and laboratory room comfortable and running properly, the intensity of lighting is
designed according to the standard, from 11 (eleven) classrooms and 17
(seventeen) laboratory rooms, lamps are used less more 1,063 (one thousand
sixty three) lamps with TL lamp type TL-D36W / 54-765ISL. It certainly absorbs
large electrical energy if the lighting system design is not standardized, not
operated properly and maintenance of the lighting system is not done. In order to
consume the electrical energy of lighting in accordance with the standard, then in
this research is analyzed with 6 (six) ways of operation: (1) Operation according
to lecture schedule and number of lamps in accordance with the installed, (2)
Operation according to lecture schedule and number of lamps according to
standard (classroom 250lux, lab 350lux computer, laboratory 500lux), (3)
Operation according to lecture schedule and number of lamps according to
intensity of illumination of measurement result, (4) Operation from 08.00-18.00
WIB and number of lamps installed, (5) Operation from 08.00-18.00 WIB and
number of lamps according to standard (classroom 250lux, computer lab 350lux,
laboratory 500lux), (6) Operation from 08.00-18.00 WIB and number of lamps
according to intensity of illumination of measurement result. Keywords: electrical
energy; classroom; laboratory; the intensity of lighting

ABSTRAK

Ruang kelas dan ruang laboratorium merupakan fasilitas pendidikan yang


rentang waktu penggunaannya cukup padat. Supaya kegiatan belajar mengajar
di ruang kelas dan ruang laboratorium nyaman dan berjalan dengan baik
dibutuhkan intensitas penerangan yang cukup, yaitu intensitas penerangan yang
didesain sesuai dengan standar, dari 11 (sebelas) ruang kelas dan 17 (tujuh
belas) ruang laboratorium, lampu yang digunakan kurang lebih 1.063 (seribu
enam puluh tiga) buah lampu dengan jenis lampu TL tipe TL-D36W/54-765ISL.
Hal tersebut tentunya menyerap energi listrik yang besar apabila desain sistem
pencahayaan tidak sesusai standar, tidak dioperasikan dengan benar dan
pemeliharaan sistem pencahayaan tidak dilakukan. Supaya konsumsi energi
listrik pencahayaan sesuai dengan standar, maka dalam penelitian ini dilakukan
analisa dengan 6 (enam) cara pengoperasian: (1) Pengoperasian sesuai jadwal
perkuliahan dan jumlah lampu sesuai dengan yang terpasang, (2)
Pengoperasian seuai jadwal perkuliahan dan jumlah lampu sesuai standar
(ruang kelas 250lux, lab. Komputer 350lux, laboratorium 500lux), (3)
Pengoperasian sesuai jadwal perkuliahan dan jumlah lampu sesuai intensitas
penerangan hasil pengukuran, (4) Pengoperasian dari jam 08.00-18.00 WIB dan
jumlah lampu sesuai yang terpasang, (5) Pengoperasian dari jam 08.00-18.00
WIB dan jumlah lampu sesuai standar (ruang kelas 250lux, lab. Komputer

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 73
350lux, laboratorium 500lux), (6) Pengoperasian dari jam 08.00-18.00 WIB dan
jumlah lampu sesuai intensitas penerangan hasil pengukuran.

Kata Kunci: energi listrik; ruang kelas; laboratorium; intensitas penerangan

I. PENDAHULUAN Gedung dan fasilitas Sekolah


Kemajuan teknologi yang Tinggi Teknologi Tekstil Bandung
digunakan di dunia pendidikan beroperasi lima hari dalam satu
semakin pesat, diantaranya minggu dan satu harinya beroperasi
perkembangan alat bantu kegiatan kurang lebih 8-10 jam, apabila kita bisa
belajar mengajar seperti Projector, berperilaku bijak dalam penggunaan
OHP, Laptop, Komputer, fingerprint energi listrik tentunya akan banyak
dan sebagainya. Selain itu dalam penghematan energi yang dapat kita
kegiatan praktikum perkembangan peroleh. Namun karena biaya rekening
teknologi dapat kita lihat dari alat-alat energinya menjadi tanggungan
yang sebelumnya dioperasikan secara pemerintah sesuai dengan anggaran
manual kini dioperasikan secara yang tersedia, seringkali kesadaran
otomatis dan tentunya konsumsi untuk melakukan penghematan energi
energi listriknya semakin besar. Hal ini rendah. Hal ini disebabkan karena
juga kita temukan di Sekolah Tinggi tindakan penghematan atau
Teknologi Tekstil Bandung dimana pemborosan dalam penggunaan
konsumsi energi listrik secara energi tidak memiliki dampak terhadap
keseluruhan selalu meningkat setiap keuntungan atau kerugian dalam
tahunnya bahkan di tahun 2013 pengoperasian gedung, dari latar
mencapai Rp. 272.300.772,- naik belakang tersebut penulis akan
sebesar 35 % dari tahun 2012. melakukan analisa seberapa besar
Selain perkembangan alat bantu konsumsi energi listrik dari sistem
belajar mengajar peningkatan pencahayaan di Sekolah Tinggi
konsumsi energi listrik di Sekolah Teknologi Tekstil Bandung, sehingga
Tinggi Teknologi Tekstil juga terjadi Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
karena tidak adanya sistem sebagai salah satu gedung pemerintah
pengontrolan penggunaan energi. Hal bisa turut serta dalam mendukung
tersebut dapat kita lihat dalam penerapan program konservasi energi
pengoperasian peralatan sehari-hari nasional sesuai Instruksi Presiden
antara lain membiarkan lampu No.13 Tahun 2013 tentang
menyala tetapi ruang kelas tidak penghematan energi dan air.
digunakan, menggunakan AC dibawah
standar yang sudah ditetapkan, II. TINJAUAN PUSTAKA
meninggalkan projector dan komputer
dalam keadaan standby walaupun SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
tidak digunakan dalam jangka waktu PADA BANGUNAN GEDUNG
lama dan kondisi lampu penerangan Penerangan pada suatu
beserta armatur yang tidak dilakukan ruangan kerja pertama-tama harus
perawatan secara berkala. Selain itu, tidak melelahkan mata pengguna,
untuk gedung-gedung yang menjadi karena itu perbedaan intensitas
aset pemerintah, proses pengadaan penerangan yang terlalu besar antara
peralatan dilakukan melalui bidang kerja dan sekelilingnya harus
mekanisme APBN/D, dimana standard dihindari, karena akan memerlukan
efisiensi energi masih belum menjadi daya penyesusaian mata yang terlalu
acuan dalam pemilihan peralatan. besar sehingga melelahkan.
Akibatnya banyak menggunakan Perbandingan antara intensitas
peralatan-peralatan yang tidak atau penerangan minimum dan maksimum
kurang hemat energi. di bidang kerja sekurang-kurangnya

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 74
0,7. Perbandingan dengan Hotel dan
Restauran
sekelilingnya harus sekurang- Lobby, koridor 100 1
kurangnya 0,3. Selain itu harus juga Ballroom/ ruang
200 1
diperhitungkan usia orang-orang yang sidang.
Ruang makan. 250 1
akan menempati ruangan tersebut. Cafetaria. 250 1
Berdasarkan Standar Nasional Kamar tidur. 150 1atau2
Indonesia (SNI) No 03-6575-2001 Dapur. 300 1
Rumah Sakit/
tentang Tata cara perancangan sistem Balai
pencahayaan buatan pada bangunan pengobatan
gedung, ada beberapa kriteria yang Ruang rawat
250 1atau2
inap.
harus diperhatikan dalam perancangan Ruang operasi,
sistem pencahayaan agar sistem 300 1
ruang bersalin.
pencahayaan memenuhi syarat Laboratorium 500 1atau2
Ruang rekreasi
kenyamanan, kesehatan, keamanan dan rehabilitasi.
250 1
dan memenuhi ketentuan yang berlaku Pertokoan/
untuk bangunan gedung. Ruang pamer
Ruang pamer
dg obyek
1. Intensitas Penerangan 500 1
berukuran besar
Ditempat dimana pekerjaan (misal mobil).
Toko kue dan
akan dilakukan harus ditentukan makanan
250 1
intensitas penerangannya, bidang Toko buku dan
kerja umumnya diambil 0,8 m diatas alattulis/ 300 1
gambar.
lantai, bidang kerja ini bisa berupa Toko perhiasan,
500 1
meja atau bangku kerja, atau juga arloji.
bidang horisontal khayalan yang Toko Barang
500 1
kulit dan sepatu.
terletak 0,8 m diatas lantai. Toko pakaian. 500 1
Sifat pekerjaan yang dilakukan Pasar Swalayan. 500 1atau2
diruangan dan panjangnya waktu kerja Toko alat listrik
250 1atau2
(TV,Tape, dll)
mempengaruhi penentuan intensitas Industri (Umum).
atau tingkat pecahayaan yang Ruang Parkir 50 3
diperlukan. Gudang 100 3
Tingkat Kelompok Pekerjaan
100~200 2atau3
Fungsi ruangan Pencahayaan renderasi kasar.
(lux) warna Pekerjaan
200~500 1atau2
Rumah Tinggal: sedang
Teras 60 1atau2 Pekerjaan halus 500~1000 1
Ruang tamu 120~250 1atau2 Pekerjaan amat
1000~2000 1
Ruang makan 120~250 1atau2 halus
Ruang kerja 120~250 1 Pemeriksaan
750 1
Kamar tidur 120~250 1atau2 warna.
Kamar mandi 250 1atau2 Rumah ibadah.
Dapur 250 1atau2 Mesjid 200 1atau2
Garasi 60 3atau4 Gereja 200 1atau2
Perkantoran : Vihara 200 1atau2
Ruang Direktur 350 1atau2 Tabel 2. tingkat pencahayaan
Ruang kerja 350 1atau2 minimum dan renderasi warna yang
Ruang komputer 350 1atau2
Ruang rapat 300 1atau2
direkomendasikan
Ruang gambar 750 1atau2 (sumber : SNI 03-6575-2001)
Gudan garsip 150 3atau4 2. Efisiensi penerangan
Ruang arsip Yang harus diperhitungkan pada
300 1atau2
aktif.
Lembaga saat menentukan efisiensi penerangan
Pendidikan: yaitu:
Ruang kelas 250 1atau2
 Efisiensi atau rendemen
Perpustakaan 300 1atau2
Laboratorium 500 1 armaturnya(v)
Ruang gambar 750 1  Faktor refleksi dinding (rW), faktor
Kantin 200 1 refleksi langit-langit (rP) dan faktor

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 75
refleksi bidang pengukuran/
lantai(rm) 6. Faktor penyusutan atau faktor
 Indeks ruangan depresiasi
Faktor depresiasi disebut juga
3. Efisiensi armatur koefisien rugi- rugi cahaya atau
Efisiensi terbagi menjadi dua yaitu koefisien pemeliharaan, didefinisikan
bagian flux cahaya diatas dan dibawah sebagai perbandingan antara tingkat
bidang horisontal; misalnya dalam pencahayaan setelah jangka waktu
tabel 4. Masing- masing 38% dan tertentu dari instalasi pencahayaan
43%, yang menentukan efisiensi digunakan terhadap tingkat
sebuah armatur adalah konstruksi dan pencahayaan pada waktu instalasi
jenis bahan yang digunakan. baru.
Efisiensi atau rendemen armatur v
adalah:
= =

7. Penentuan jumlah lampu atau


armatur(n)
4. Faktor-faktor refleksi
Jumlah lampu atau armatur dapat
Faktor-faktor refleksi menyatakan
dihitung dari :
bagian yang dipantulkan dari fluk
cahaya yang diterima dinding(rW), fluk
ɸ
cahaya yang diterima langit-langit(rP), = =
dan faktor refleksi semu bidang ɸ ɸ
pengukuran atau bidang kerja(rm).
Dimana :
ɸ : Fluks cahaya yang dibutuhkan
5. Indeks ruangan atau indeks dalam satu ruangan
bentuk
Indeks ruangan atau indeks : Fluks cahaya lampu atau
bentuk menyatakan perbandingan armatur dilihat dari buku
antara ukuran- ukuran utama suatu katalog
ruangan berbentuk bujur sangkar :
E : Intensitas penerangan yang
. diperlukan di bidang kerja
=
ℎ( + )
A : Luas bidang kerja
Dimana :
p = panjang ruangan (m) Η : efisiensi penerangan
l = lebar ruangan (m)
h = tinggi sumber cahaya diatas d : faktor depresi (dilihat dari
bidang kerja (m) tabel efisiensi penerangan)
Nilai k hasil perhitungan III. HASIL PENELITIAN DAN
digunakan untuk menetukan niliai PEMBAHASAN
efisiensi penerangan lampu. Jika nilai
k angkanya tidak ada yang tepat pada A. ANALISIS DARI SISI
tabel, maka untuk menghitung efisiensi PERENCANAAN
(kp) dengan interpolasi : Tingkat pencahayaan minimum
pada ruang kelas dan laboratorium
− yang digunakan pada perhitungan
= + ( − ) kebutuhan lampu menggunakan acuan
− Standar Nasional Indonesia No. 03-

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 76
6575-2001 tentang Tata cara Ruang
6 No.306 24 pcs 20 pcs 20 pcs
perancangan sistem pencahayaan Ruang
buatan pada bangunan gedung. Pada 7 No.401 36 pcs 32 pcs 30 pcs
perhitungan kita akan menggunakan Ruang
8 No.402 24 pcs 20 pcs 22 pcs
tingkat pencahayaan minimum untuk Ruang
ruang kelas 250 lux, Laboratorium 500 9 No.403 24 pcs 20 pcs 22 pcs
lux, ruang gambar 750 lux dan ruang Ruang
10 No.404 12 pcs 18 pcs 12 pcs
komputer 350 lux. Ruang
11 No.406 18 pcs 18 pcs 16 pcs
222
Jumlah Lampu yang Digunakan Jumlah pcs 220 pcs 200 pcs

Ruang Intensitas
No Perhitu- penerang Tabel 3. Perbandingan jumlah lampu
Kelas Terpa-
ngan (std. an kondisi terpasang, sesuai standar
sang
250 lux) pengukur
an intensitas penerangan (250 lux) dan
Ruang sesuai intensitas penerangan hasil
1 No.301 24 pcs 20 pcs 22 pcs
Ruang
pengukuran pada ruang kelas.
2 No.302 18 pcs 18 pcs 16 pcs
Ruang
3 No.303 12 pcs 18 pcs 12 pcs
Ruang
4 No.304 12 pcs 18 pcs 12 pcs
Ruang
5 No.305 18 pcs 18 pcs 16 pcs
Jumlah Lampu yang Digunakan

No Ruang Laboratorium Perhitungan Intensitas penerangan


Terpasang
(std. 500 lux) pengukuran

Gedung A
Lab. Kimia
1
Analisa 64 pcs 132 pcs 64 pcs
2 Lab. Eval. Kimia Tekstil 70 pcs 146 pcs 68 pcs
Lab.
3 Desain
Tekstil 18 pcs 32 pcs 14 pcs
Eval. Serat 15 pcs 30 pcs 14 pcs
Lab. Eval.
Eval.
4 Fisika
Benang 22 pcs 44 pcs 20 pcs
Tekstil
Eval. Kain 24 pcs 44 pcs 20 pcs
Gedung Manunggal
5 Lab. Fisika dasar 30 pcs 52 pcs 30 pcs
6 Lab. Perajutan 36 pcs 66 pcs 32 pcs
7 Lab. Pertenunan 74 pcs 100 pcs 70 pcs
8 Lab. Desain Cad 12 pcs 18 pcs 12 pcs
9 Lab. Kimia Fisika Tekstil 30 pcs 34 pcs 22 pcs
10 Lab. Pencapan 90 pcs 94 pcs 82 pcs
11 Lab. Pencelupan 72 pcs 68 pcs 58 pcs
12 Lab. Komputer I 12 pcs 18 pcs 12 pcs
Gedung C
13 Lab. Pemintalan 66 pcs 160 pcs 64 pcs
14 Workshop Pemotongan 30 pcs 56 pcs 28 pcs
15 Workshop Garmen I 108 pcs 90 pcs 70 pcs

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 77
Jumlah Lampu yang Digunakan

No Ruang Laboratorium Perhitungan Intensitas penerangan


Terpasang
(std. 500 lux) pengukuran

16 Workshop Garmen II 32 pcs 46 pcs 32 pcs


17 Workshop Pola Manual 36 pcs 84 pcs 36 pcs
Jumlah 841 pcs 1314 pcs 748 pcs

Tabel 3.1 Perbandingan jumlah


lampu kondisi terpasang, sesuai
standar intensitas penerangan (350 lux
dan 500 lux) dan sesuai intensitas Grafik 5.2 Perbandingan intensitas
penerangan hasil pengukuran pada penerangan hasil pengukuran dengan
ruang laboratorium. intensitas penerangan standar pada
Pada penelitian ini dilakukan ruang laboratorium.
pengukuran intensitas penerangan
pada ruang kelas dan laboratorium Jumlah lampu yang terpasang
secara langsung, hal ini untuk apabila dibandingkan dengan hasil
mengetahui seberapa besar intensitas perhitungan berdasarkan standar dan
penerangan yang ada serta dibandingkan dengan hasil
mengetahui penyimpangan intensitas pengukuran intensitas penerangan
penerangan yang ada terhadap pada kondisi saat ini menunjukkan
standar intensitas penerangan adanya selisih jumlah lampu
yang digunakan, pengukuran penerangan untuk beberapa ruang
intensitas penerangan dilakukan kelas dan ruang laboratorium.

dengan menggunakan alat light meter


HS1010.

Grafik 5.3 Perbandingan jumlah lampu


penerangan ruang kelas kondisi lampu
terpasang dengan perhitungan sesuai
standar (250 lux) dan
berdasarkanintensitas penerangan
sesuai pengukuran.
Grafik 5.1 Perbandingan intensitas
penerangan hasil pengukuran dengan
intensitas penerangan standar pada
ruang kelas.

Grafik 5.4 Perbandingan jumlah lampu


penerangan ruang laboratorium

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 78
kondisi lampu terpasang dengan Cara ke 6: Pengoperasian dari jam
perhitungan sesuai standar (350 lux 08.00-18.00WIB dan jumlah lampu
dan 500 lux) dan berdasarkan sesuai intensitas penerangan hasil
intensitas penerangan sesuai pengukuran.
pengukuran. Kebutuhan energi listrik untuk
sistem pencahayaan pada ruang kelas
Perbandingan kebutuhan energi dan ruang laboratorium secara
akan dilihat pada sistem penerangan keseluruhan dapat dilihat pada tabel
yang dioperasikan sesuai jadwal dibawah ini.
perkuliahan dan yang dioperasikan
dari jam 08.00- 18.00 WIB. Jumlah Lampu pada
instalasi penerangan
Cara
Sesuai Sesuai
Ruang Pengop
Sesuai IP IP
erasian
terpas Stand pengu
ang ar kuran
Sesuai 212,9 204,9 191,5
R.Kelas
jadwal kWh kWh kWh
R.Labor perkulia 898,7 1381,0 808,3
atorium han kWh kWh kWh
Jumlah 1111,6 1585,9 999,8
kWh kWh kWh
R.Kelas Dari jam 390,9 383,0 351,4
Grafik 5.5 Kebutuhan energi listrik 08.00- kWh kWh kWh
ruang kelas dan laboratorium R.Labor 18.00 1338,1 2131,9 1204,6
atorium WIB
berdasarkan cara pengoperasian kWh kWh kWh
1729 2514,9 1556
Jumlah
kWh kWh kWh
Analisa konsumsi energi listrik
pencahayaan pada ruang kelas dan
 IP : Intensitas Penerangan
laboratorium apabila dilihat dari cara
Tabel 3.2 Kebutuhan energi listrik
pengoperasiannya dapat dibagi
sistem pencahayaan ruang kelas dan
menjadi 6 (enam) cara, yaitu :
ruang laboratorium secara menyeluruh
Cara ke 1: Pengoperasian sesuai
dalam waktu 1 minggu.
dengan jadwal perkuliahan dan jumlah
Dengan menggunakan standar
lampu sesuai dengan yang terpasang.
biaya tarif tenaga listrik untuk
keperluan sosial yang berlaku 1 Mei
Cara ke 2: Pengoperasian sesuai
2014 maka didapatkan perhitungan
dengan jadwal perkuliahan dan jumlah
biaya penggunaan energi listrik
lampu sesuai standar perhitungan (
penerangan pada ruang kelas dan
ruang kelas 250 lux, lab. Komputer
laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi
350 lux dan laboratorium 500 lux)
Tekstil adalah :
Cara ke 3: Pengoperasian sesuai
Data Pelanggan
dengan jadwal perkuliahan dan jumlah
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil :
lampu sesui intensitas penerangan
ID 535633505027
hasil pengukuran.
Tarif / Daya :
Cara ke 4: Pengoperasian dari jam
S3K/ 329.000 VA
08.00-18.00WIB dan jumlah lampu
sesuai dengan yang terpasang.
Biaya pemakaian :
Blok WBP = K x P x 735
Cara ke 5: Pengoperasian dari jam
Blok LWBP = P x 735
08.00-18.00WIB dan jumlah lampu
sesuai standar perhitungan ( ruang
Faktor pengali :
kelas 250 lux, lab. Komputer 350 lux
K = 1,4 ≤ K ≤ 2
dan laboratorium 500 lux)

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 79
Asumsi karena sebagai kampus maka Lampu yang rusak ada 35 buah,
P sosial komersial = 1,3 dengan perincian sebagai berikut:
Perhitungan biaya yang harus
dibayarkan apabila dihitung Jumlah lampu
No Nama Ruangan
rusak
berdasarkan 6 (enam) cara 1 R. 301 2 buah
pengoperasian diatas adalah : 2 R. 302 2 buah
3 R. 303 2 buah
4 R. 305 2 buah
Biaya konsumsi 5 R. 306 2 buah
Total 6 R. 401 5 buah
energi (Rp.)
Cara konsumsi 7 R. 403 2 buah
No
pengoperasian energi 8 R.406 2 buah
(kWh) 1 1 9 Lab Perajutan 8 buah
minggu bulan 10 Lab. Evaluasi 2 buah
1 Sesuai jadwal dan 1111,6 1.062.1 4.248. Serat
instalasi 33,- 535,- 11 Lab. Evaluasi 1 buah
penerangan Benang
sesuai terpasang 12 Lab. Evaluasi 2 buah
2 Sesuai jadwal dan 1585,9 1.515.3 6.061. Kain
instalasi 27,- 309,- 13 Lab. Komputer 3 buah
penerangan Tabel 3.4 Data lampu rusak
sesuai IP standar
3 Sesuai jadwal dan 999,8 955.30 3.821.
instalasi 8,- 235,-
penerangan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
sesuai IP
pengukuran
4 Dari jam 08.00- 1729 1.652.0 A.
KESIMPULAN
6.608.
18.00 WIB dan 59,- 238,-Dari
hasil pengamatan dan
instalasi
penerangan perhitungan dapat ditarik kesimpulan
sesuai terpasang sebagai berikut :
5 Dari jam 08.00- 2514,9 2.402.9 9.611.
1. Adanya Perencanaan yang tidak
18.00 WIB dan 86,- 947,-
instalasi tepat pada sistem pencahayaan
penerangan untuk ruang kelas dan Laboratorium
sesuai IP Standar
6 Dari jam 08.00- 1556 1.486.7 5.947.
di STT Tekstil dapat dilihat dari
18.00 WIB dan 58,- 032,- adanya selisih jumlah lampu kondisi
instalasi terpasang dengan jumlah lampu
penerangan
sesuai IP hasil perhitungan yang cukup
pengukuran banyak, diantaranya di Ruang 303,
 Ruang 304, Lab. Kimia Analisa,
 IP : Intensitas Penerangan Lab. Eval. Kimia Tekstil dan Lab.
Tabel 3.3 Perhitungan total konsumsi Pemintalan (dapat dilihat pada
energi dan biaya konsumsi energi grafik 5.3 dan 5.4).
berdasarkan cara pengoperasian. 2. Pengoperasian sistem
Pemeliharaan sistem penerangan pencahayaan sesuai jadwal
disekolah tinggi teknologi tekstil perkuliahan dan instalasi
dilakukan apabila bagian UPT penerangan sesuai standar dapat
Pemeliharaan gedung menerima menghemat konsumsi energi listrik
informasi bahwa ada kerusakan, tetapi sebesar 37% atau 929 kWh
tidak dilakukan pengecekan secara /minggu apabila dibandingkan
rutin sehingga pada saat pengambilan dengan pengoperasian dari jam
data ditemui beberapa lampu pada 08.00-18.00WIB dan instalasi
kondisi mati atau tabung lampu sudah penerangan sesuai standar.
terbakar. 3. Intensitas penerangan rata-rata
untuk ruang kelas adalah 93% dan
untuk ruang laboratorium hanya
58% dari standar yang
dipersyaratkan, yaitu rata-rata 233

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 80
lux untuk ruang kelas dan 290 lux
untuk laboratorium.
4. Tidak adanya jadwal perawatan
berkala sehingga ditemukan
beberapa lampu dalam kondisi
rusak, hal ini dapat menyebabkan
pencahayaan tidak dapat digunakan
secara maksimal.

B.
C. B. SARAN
Berdasarkan konsumsi energi
yang digunakan, maka penulis
memberikan saran bahwa:
1. Perlu dilakukan pengecekan rutin
untuk memantau sistem penerangan
dapat berjalan dengan maksimal,
seperti mengecek kondisi lampu yang
digunakan, mengecek penyusutan
tingkat pencahayaan yang dihasilkan
dan mengecek kebersihan armatur.
2. Perlu diadakan sosialisasi kepada
civitas akademik mengenai
pengoperasian peralatan listrik dengan
benar dan tepat sehingga dapat
mendukung program penghematan
energi yang dicanangkan oleh
pemerintah.

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 81
DAFTAR PUSTAKA

P.van harten, 1995, Instalasi listrik


arus kuat2, Bandung, Binacipta alih
bahasa Ir. E. Setiawan

Simpson S. Robert, 2003, Lighting


Control-Technology and applications,
Italy, Focal Press

Prih Sumihardjati dkk, 2008, Teknik


Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid I,
Departemen Pendidikan Nasional.

Gardina Daru Adini, 2012, Analisis


Potensi Pemborosan Energi Listrik
Pada Gedung Kelas Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Skripsi,
Program Sarjana Fakultas Teknik UI,
Depok

Sumarto, Anggi Rizki, Yadi Mulyadi,


2013, Analisis Audit Energi untuk
Pencapaian Efisiensi Penggunaan
Energi di Gedung FPMIPA JICA
Universitas Pendidikan Indonesia,
Elektrans, Vol.12, No.1, Hal 81-88
Badan Standarisasi Nasional, 2011,
SNI 6197:2011 : Konservasi Energi
pada Sistem Pencahayaan, Jakarta

Badan Standarisasi Nasional, 2001,


SNI 03-6575-2001 : Tata cara
Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan Gedung,
Jakarta

Badan Standarisasi Nasional, 2004,


SNI 16-7062-2004 : Pengukuran
Intensitas Penerangan di Tempat
Kerja, Jakarta

Kusmursaf Yudi MM, Memahami


Tagihan Biaya Listrik, PT.PLN Persero
Distribusi Jawa Barat dan Banten Area
Pelayanan dan Jaringan Bekasi.

ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.10 NO.2 DESEMBER 2015 – ISSN 1979-4819 82

You might also like