You are on page 1of 31
MAKALAH HASIL KEBUDAYAAN MASA PRAAKSARA. DISUSUN OLEH Muhammad Hakam Al-Asyam (22) Kelas : X MIPA-4 eT KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa schat fisik maupun akal pikiran, schingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan judul “Hasil Kebudayaan Masa Praaksara™. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasib. Bandung, 20 November 2020 Penulis OT DAFTAR ISI HALAMAN COVER. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISLI.. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.... 1 1.3. Tujuan Penulisan, Rumusan Masalah.. BAB II PEMBAHASAN. 2.1, Hasil Budaya Masa Praaksar 2.1.1 Zaman Batu Tua... 2.1.2 Zaman Batu Tengah... 2.1.3 Zaman Batu Muda.................. 2.1.4 Zaman Batu Besar... 2.1.5 Zaman Logam .. 2.2. Corak Kehidupan Pada Masa Praaksara .............. 2.2.1, Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food Gathering) 0.00016 2.2.2, Masa Bercocok Tanam (Food Producing} 2.2.3. Masa Perundagian... 2.3. Sistem Kepercayaan Pada Masa Praaksara....... 2.3.1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food Gathering)... 2.3.2. Masa Bereocok Tanam (Food Producing, 2.3.3. Masa Perundagian . BAB III PENUTUP.. 3.1, Kesimpulan .. 3.2. Saran............. vesvovonnensses sorcosensrrceevenNe 27 DAFTAR PUSTAKA... ETERS BABI PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mempelajari dan meneliti kehidupan pada masa lalu memang hal yang menarik, manusia hidup didunia selalu melakukan perubahan-perubahan baik itu dibidang sosial, budaya atau bahkan kepercayaan, Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimasa lalu sebagai contoh adalah masa prasejarah para peneliti atau ilmuan menggunakan fosil dan artefak untuk menggali informasi tentang Kehidupan dimasa alu. Kehidupan di masa prasejarah adalah kehidupan yang sangat sedethana, manusia purba selalu hidup berpindah pindah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka selalu berburu dan meramu, Masa prasejarah atau praaksara merupakan masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan, Pada masa ini, kehidupan manusia masih sangat primitif. Namun, manusia pada masa ini tetaplah makhluk hidup. Mereka hidup, bergerak, dinamis, berpikir, bahkan memiliki berbagai kebutuhan seperti halnya kita. Perbedaannya, mereka masih sangat primitif sehingga dengan segala keterbatasannya mereka melakukan segala aktivitas dengan sangat sederhana. Zaman praaksara sering juga disebut sebagai zaman prasejarah atau zaman, nirleka. Nir artinya tidak dan leka artinya tulisan. Jadi kesimpulannya, pada zaman ini manusia masih belum mengenal tulisan. Batas antara zaman prasejarah dan zaman sejarah adalah dengan ditemukannya tulisan dalam kebudayaan manusia. Dimulainya zaman sejarah pada setiap bangsa itu berbeda-beda, hal itu tergantung dati tingkat peradaban masing-masing bangsa. Bangsa yang pertama kali menggunakan tulisan dalam kebudayaan mereka adalah bangsa sumeria Sekitar 3000 tahun sebelum masehi, mereka terbukti telah membuat ukiran diatas tanah liat, yang dipercaya berisikan simbol-simbol yang merepresentasikan angka- angka. Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka zaman praaksara (prasejarah) di Indonesia menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi — ETERS dua masa, yaitu 1. Zaman batu Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi empat zaman, antara lain: © Zaman batu tua (Paleolithikum) © Zaman batu tengah (Mesolithikum) © Zaman batu muda (Neolithikum) © Zaman besar (Megalithikum) 2. Zaman logam Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah Tiat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan, Zaman logam ini dibagi atas © Zaman perunggu © Zaman besi 1.2, RUMUSAN MASALAT 1.2.1, Bagaimana kehidupan manusia purba pada masa praaksara? 1.2.2. Apa saja hasil kebudayaan masyarakat praaksara? 1.3. TUJUAN PENULISAN 1.3.1. Untuk mengetahui Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra aksara. 1.3.2. Untuk mengetahui hasil - hasil budaya masyarakat pra aksara. 1.3.3, Untuk mengetahui kehidupan pada masa praaksara ETT BABIL PEMBAHASAN 2.1. _Hasil Kebudaaan Masa Praaksara Meskipun manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah meninggalkan berbagai hasil kebudayaan Kehidupan manusia pra-aksara di Indonesia dibagi dalam beberapa tahap diantaranya, Zaman Batu Tua (Paleolithikum), Zaman Batu Madya (Mesolithikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum), dan Zaman Logam. Meskipun pada masa itu manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah mengenal berbagai teknologi sehingga dapat meninggalkan berbagai_macam_ hasil kebudayaan, Berikut ini penjelasan mengenai hasil kebudayaan masyarakat pra- aksara: 2.1.1, Zaman Batu Tua (Paleolithikum) Masa Paleolithikum berlangsung sekitar 600,000 tahun tahun yang alu. Masa ini adalah masa dimana manusia mulai ada di bumi. Pada masa paleolithikum ini manusia pra-aksara hanya bisa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia yang hidup pada zaman itu belum bisa melakukan kegiatan produksi. Mereka sangat bergantung pada alam sekitar. Mereka sering melakukan perburuan gajah, rusa, kerbau, dan bahkan binatang air seperti kerang dan ikan, Kegiatan perburuan itu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan adalah mengumpulkan makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun- daunan, dan buah-buahan serta mengolahnya agar bisa dimakan, Untuk melakukan kegiatan tersebut, para manusia pra-aksara menciptakan bermacam- ‘macam peralatan yang sifatnya masih kasar dan dan belum diasah halus. Alat-alat yang dibuat hampir tidak mengubah bentuk aslinya, karena teknologi yang di kua wasih sangat primitif dan sedethana seperti: ES a) Kebudayaan Pacitan Kebudayaan pacitan adalah hasil karya kebudayaan yang muncul atau diperkirakan berasal dari zaman pra aksara batu tua yang berkembang di daerah kabupaten/kota Pacitan. Dimana kebudayaan pacitan terletak di provinsi Jawa Timur, Kebudayaan ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1935. > Kapak Perimbas Kapak perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan tidak bertangakai. Teknik pembuatan kapak ini menggunakan teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini ditemukan pertama kali oleh Van Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia jenis Pithecantropus Erectus. Kapak ini berbentuk agak runcing dan bagian yang tajam hanya ada pada satu sisi saja. Alat ini sering digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong / menguliti hewan buruan, dsb. > Kapak Penetak (Chopper) Kapak Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas tetapi ukurannya lebih besar. Cara pembuatannya juga masih kasar. Kapak ini digunakan untuk menebang pohon, membelah kayu, atau untuk memotong benda lainnya. Wilayah persebarannya hampir di seluruh Nusantara. > Kapak Genggam Kapak Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih termasuk dalam peralatan yang kasar karena belum diasah. Kapak ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan Kapak Penetak, namun bentuknya lebih kecil ee | dan sederhana, Cara pemakaiannya adalah dengan digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat ini juga banyak ditemukan di daerah Nusantara. > Pahat Genggam Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian untuk dikonsumsi, S =z Alt Serpih (Flakes) Alat serpih adalah peralatan sederhana terbuat dari tulang dan tanduk, Biasanya alat ini berukuran 10-20 em. Diduga alat ini memiliki fungsi yang bermacam-macam seperti : Alat penusuk untuk mengupas, memotong, menggali tanah, pengganti pisau dan sebagai gurdi, Alat ini banyak ditemukan di daerah gua tempat tinggal para manusia purba. b) _Kebudayaan Ngandong Kebudayaan Ngandong adalah adalah kebudayaan yang berkaitan dengan penemuan di daerah Ngawi, Jawa Timur. Di wilayah ini banyak ditemukan berbagai peralatan dari batu dan tulang (bone culture). Yang digunakan oleh | ETT manusia jenis Homo Sooloensis dan Homo wajakensis. Diduga tulang yang ‘menjadi bahan peralatan itu berasal dari tulang dan tanduk rusa. Umumnya alat itu berfungsi untuk menusuk dan sebagai sangkur jika digunakan di zaman sekarang. Di wilayah Ngandong ini juga banyak ditemukan peralatan seperti tombak yang bergerigi. 2.1.2. Zaman Batu Madya (Mesolithikum) ‘Masa zaman batu madya adalah masa peralihan, yaitu suatu masa dimana pembuatan alat-alat kehidupan mulai maju, lebih halus, dan lebih baik. Pada masa ini, hasil kebudayaan zaman paleolithikum tidak punah tetapi makin maju dan berkembang. Manusia juga telah mulai mengenal kesenian, Diduga manusia yang hidup pada masa ini adalah bangsa Papua Melanesoide. Peninggalan-peninggalan sejarah pada masa ini adalah: > Abris Sous Roche Abris Sous Roche adalah gua gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada masa mesolithikum. Gua ini berfungsi untuk berlindung dari cuaca buruk serta binatang buas. Gua-gua ini biasanya dilindungi oleh batu karang, terletak di dekat sumber air, memiliki kesuburan tanah yang tinggi, pencahayaan cukup, sirkulasi udara lancar, dan memiliki kondisi yang baik. Pemilihan tempat tinggal ini berdasarkan pada kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan biologi. Kondisi ini memungkinkan manusia untuk bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya mereka tinggal di dalamnya secara berkelompok. Berdasarkan penelitian Dr.P.V van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Gua Lawa, Sampung, Ponotogo, peralatan hasil kebudayaan yang paling banyak ditemukan di tempat ini adalah peralatan dari tulang. Disamping itu, ada juga alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang diasah, dan tulang serta tanduk rusa, Disana juga ditemukan Pabble yang merupakan inti dari kebudayaan mesolithikum. ETT > — Kjokkenmoddinger Kjokkenmoddinger ditemukan ditemukan di Aceh Tamiang, gua Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan pada tahun 1925, Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kata Kjokken berarti dapur dan kata modding yang beratti sampah. Jadi Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang telah membatu dan berubah menjadi fosil (Timbunan atau tumpukan kulit, Kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 m). Di daerah pantai, sampah ini biasanya terlihat_ ~menggunung. Pembentukan Kjokkenmoddinger ini membutubkan waktu puluhan sampai ratusan tahun dan banyak ditemukan di daerah Sumatera, Pada awal penemuannya, kjokkenmoddinger sempat dikira sebagai lapisan bumi yang istimewa, Namun setelah diteliti, ini adalah sampah dapur yang berupa fosil Kerang. Diduga pada masa itu telah hidup manusia yang hidup di pinggir pantai dengan rumah bertonggak dengan makanan utama berupa kerang dan siput. Selain itu, Dr.P.V van Stein Callenfels juga menemukan sebuah kapak pendek (hachecourt). Kapak ini diduga dibuat dengan cara dipukul dan dipecahkan serta tidak diasah. Namun setelah penelitian mendalam, benda ini diragukan karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya pada ujung yang melingkar. > Lukisan-lukisan Lukisan inilah yang membuktikan bahwa manusia yang hidup pada zaman itu telah mengenal seni. Lukisan ini terletak di Goa Leang-leang dan merupakan salah satu bukti yang masih ada hingga kini. Pada zaman ini, manusia juga mulai mengenal api. Api ini diduga ditemukan pada 400.000 tahun yang lalu oleh manusia Homo Erectus. Api pada masa itu digunakan untuk memasak makanan, sumber penerangan, dan juga sebagai senjata. 24.3 Zaman Batu Muda (Neolithikum) Pada zaman Batu Muda ini, kehidupan mam pra-aksara_ meneapai puncaknya. Mereka mulai mengalami kemajuan, mereka telah bercocok tanam, timbul suatu perubahan dalam kehidupan para manusia pra-aksara jenis Homo sapiens. Mereka mulai bisa menternakkan hewan dan membudidayakan berbagai tanaman seperti padi, jagung, keladi, dan ketela, Pada masa ini mereka juga sudah mulai mempunyai rumah dan meninggalkan pola kehidupan berpindah- pindah (nomaden). Alat-alat yang digunakan pada masa itu juga sudah tergolong alat yang halus karena telah diasah sedemikian rupa. Alat-alat tersebut antara lain : > —— Kapak Persegi Nama kapak persegi ini berasal dari von Heine Geldern berdasar penampang dari alat-alatnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak ini berbentuk persegi panjang dengan bagian pangkal yang tidak tajam untuk mengikat tangkai, sedangkan sisi lainnya diberi tajaman dengan cara diasah. Selain berguna sebagai kapak, benda ini juga dapat digunakan untuk memotong kayu dan bahkan sebagai cangkul. Pendukung dari penyebaran kapak ini adalah bangsa Austronesia. ETT > Kapak Lonjong Kapak lonjong merupakan hasil kebudayaan zaman neolitikum, yang terbuat dari batu kali dan nefritDisebut kapak lonjong Karena bentuk penampangnya lonjong dan bentuk kapaknya sendiri bulat telur. Seluruh permukaan telah digosok dengan halus dengan sisi pangkal agak runcing serta sisi depan lebih lebar dan diasah sampai tajam. Kebudayaan zaman neolitikum jauh lebih maju dibandingkan dengan zaman sebelumnya, karena pada masa itu senjata seperti kapak lonjong sudah menggunakan pegangan yang terbuat dari kayu, dan bambu. Pendukung dati persebaran kapak ini adalah bangsa Melanesia > Mata Panah Mata panah mencerminkan alat_ yang digunakan berburu pada zaman praaksara, Ada dua tempat penemuan penting, berhubungan dengan mata panah pada zaman praaksara, yaitu Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, 2.1.4. Zaman Batu Besar (Megalithikum) Pada masa ini, para manusia pra-aksara telah mengenal kepercayaan dalam tingkat awal yaitu kepercayaan terhadap roh (Animisme) dan benda-benda keramat (Dinamisme).Oleh karena itu di Indonesia berkembang tradisi batu besar (Megalitikum). Benda-benda tradisi tersebut adalah > Dolmen Dolmen adalah sebuah meja batu yang sering digunakan dalah proses upacara adat sebagai pelinggihan roh atau tempat meletakkan sesaji. ee | a Menhir Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir sering digunakan dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau tempat ‘memuja mereka. Di Indonesia, menhir sering ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa. > ~— Waruga Waruga adalah sebuah peti kubur batu. atau tempat yang figunakan digunakan untuk meletakkan jasad orang yang sudah meninggal. Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa. > — Sarkofagus Sarkofagus adalah sebuah tempat jenazah yang terdiri dari dua batu besar yang ditangkupkan. Benda ini banyak ditemukan di daerah Bali dan Sumbawa, > Punden Berundak ETT Punden Berundak adalah susunan batu yang ditata dengan sedemikian rupa dan biasanya terdiri dari tujuh undak. Bangunan ini digunakan sebagai sarana pemujaan, > Arca Batu ‘Arca batu adalah batu yang dipahat, biasanya dibuat menyerupai manusia atau hewan.Area batu ini banyak ditemukan di daerah Lampung dan Sulawesi Selatan. 2.1.5. Zaman Logam Masa ini sering disebut juga masa perundagian. Pada masa ini bukan berarti. zaman batu telah berakhir, zaman batu juga ikut berkembang ditambah manusia telah pandai membuat berbagai peralatan dari logam, baik perunggu maupun besi. Disamping peralatan zaman batu yang berkembang, keterampilan manusia dalam membuat benda dari logam juga meningkat. Benda- benda hasil keterampilan tersebut diantaranya: a) Zaman Perunggu Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dilakukan oleh Deutero Melayu. Kebudayaan ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, Vietnam sekarang. Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di Asia. Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu. > Nekara Nekara adalah sebuah tambur besar dari perunggu yang berbentuk seperti berumbung yang berpinggang pada bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. — ETT Para manusia pra-aksara menganggap benda ini sebagai benda suci yang merupakan bagian dari bulan yang jatuh dari langit dan sering digunakan sebagai upacara mendatangkan hujan, memanggil arwah nenek moyang, dan sebagai gendering perang. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebrita (Bali), Sumatera, NTT, Weleri (Jawa Tengah), serta Banten, > Moko Moko adalah nekara dalam ukuran yang lebih kecil dan ramping. Moko banyak dibawa oleh pedagang Bugis dari daerah Gresik. Alat ini biasanya digunakan sebagai maskawin atau pusaka. > Bejana Perunggu Bejana perunggu ini memiliki bentuk seperti keranjang yang diikatkan ke badan para pencari ikan sebagai tempat ikan hasil tangkapan. Bejana ini ada yang polos dan ada yang bermotif. Bejana ini banyak ditemukan di daerah Madura dan Sumatera. ETT >» Kapak Corong Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu corong. Kapak ini disebut juga kapak sepatu (karena berbentuk seperti sepatu). Fungsinya sama seperti kapak sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau yentuknya seperti Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua. > Arca Perunggu Arca yang ditemukan pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu dan bentuknya sangat beragam, mulai dari manusia hingga binatang. salah satunya ditemukan di Bangkinang (Riau). AT > Perhiasan Perunggu Perhiasan perunggu ada bermacam-macam, Mulai dari gelang, cincin, kalung, dan bandulnya. Pada umumnya perhiasan dari perunggu ini memiliki motif hias. A > Candrasa Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya ada yang panjang dan bentuknya sangat indah. Kapak ini juga dilengkapi dengan hiasan. Benda ini berfungsi untuk tanda kebesaran kepala suku dan alat upacara adat. oo ETT E = > Kapak Upacara Kapak upacara adalah kapak berwarna hitam dengan hiasan di kedua sisinya. Pada sisi pertama, terdapat hiasan berupa hewan berkaki empat dan gambar flora, Sedangkan ujung pegangannya memiliki hiasan motif garis bergerigi, dan pada sisi lainnya terdapat hiasan topeng. b) Zaman Besi Zaman besi adalah zaman terakhir dari masa pra-aksara, Pada zaman ini, manusia telah mampu melebur besi dari bijihnya dan mengubahnya menjadi barang yang diinginkan, Barang-barang yang merupakan peninggalan dari zaman ini jumlahnya sangat terbatas dan jarang ditemukan karena diduga barang-barang ini telah hancur karena proses perkaratan. Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: > Mata Panah ‘Mata panah merupakan salah satu alat berburu yang dibuat pada zaman besi. Awalnya, mata panah dibuat dengan cara meruncingkan kayu dengan menggunakan tulang. Tetapi seiring perkembangan zaman hingga ke zaman logam besi, mata panah yang dibuat pun menjadi jauh lebih baik dan awet dibandingkan bahan sebelumnya. Alat ini sering digunakan untuk menangkap ikan ataupun berburu hewan lainnya. Penninggalan mata panah ini banyak ditemukan di gua-gua dekat sungai dan salah satunya berada di Maros dan Kalumpang (Sulawesi Selatan). Penemuan OO ETT adanya inovasi ini menandakan bahwa Indonesia juga pemah melewati zaman desi. > Mata Pisa ‘Mata pisau pada zaman besi dinilai sebagai alat yang bernilai tinggi karena memiliki beberapa kegunaan, Salah satunya adalah untuk melindungi diri dari serangan binatang buas yang masih banyak berkeliaran pada saat itu. Lalu, selain menjadi senjata, mata pisau juga dapat digunakan sebagai alat untuk ‘mengumpulkan makanan, Bahan makanan dari hasil buruan ataupun tanaman sekitarnya bisa dikumpulkan dan dapat diolah dengan lebih mudah juga. Hit Mata Sabit Mata sabit dapat dikatakan hampir sama dengan mata pisau. Hanya saja mata sabit memiliki ukuran yang lebih besar dan diduga digunakan_ untuk menyabit tumbuhan. Alat ini masih dipakai hingga sekarang sebagai alat pertanian. GA ai > Pethiasan Selain sebagai alat berburu, besi juga dapat dilebur menjadi perhiasan pada saat itu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan perhiasan yang diperkirakan telah dibuat pada zaman besi. Perhiasan seperti gelang dan manik- ‘manik merupakan salah satu benda zaman besi yang telah banyak ditemukan, 2.2, Corak Kehidupan Pada Masa Praaksara Berdasarkan penemuan-penemuan ciri kehidupan dan hasil kebudayaan yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan masyarakat praaksara (prasejarah) menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu 2.2.1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food Gathering) Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, manusia Indonesia saat itu hidup sangat sulit karena keadaan alam masih belum stabil. Letusan gunung berapimasih sering terjadi, aliran sungai kadang-kadang berpindah sejalan dengan perubahan bentuk bumi. Karena sulitnya untuk mencari makanan, pertumbuhan populasi Manusia Indonesia sangat sedikit dan banyak yang meninggal dan akhirnya punah, Manusia Indonesia pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan selalu berpindah-pindah mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup. Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai- sungai, danau atau sumber-sumber air yang lain, karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat sumber air. Di tempat-tempat yang demikian itu kelompok manusia praaksara menantikan binatang buruan mereka. Selain itu, sungai dan danau juga merupakan sumber makanan, karena terdapat banyak ikan di dalamnya. Lagi pula di sekitar sungai biasanya tanahnya subur dan ditumbubi tanaman yang buabnya atau umbinya dapat dimakan, Di danau mencari ikan dan kerang, ada pula yang memilih daerah pedalaman, Tumpukan bekas makanan berupa kulit kerang banyak ditemukan di pantai atau di tepi sungai. Selain di sumber-sumber air, ada juga yang memilih gua-gua sebagai tempat sementara berdasarkan penemuan kerangka manusia yang dikuburkan, rupanya mereka sudah mengenal semacam sistem kepercayaan. Lama kelamaan kelompok manusia berburu dan oo ETT mengumpulkan makanan menunjukkan tanda hidup menetap, suatu perkembangan ke arah masa bercocok tanam, Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, mereka telah mulai lebih lama tinggal di suatu tempat. Ada kelompok-kelompok yang bertempat tinggal di daerah pantai, ada pula yang memilih tempat tinggal di daerah pedalaman. Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya berupa kerang dan ikan laut. Bekas tempat tinggal mereka dapat ditemukan kembali, karena dijumpai sejumlah besar kulit-kulit kerang yang menyerupai bukit Kulit kerang serta alat-alat yang mereka gunakan. Sisa-sisa makanan yang berupa timbunan atau gugusan kulit kerang itu, yang artinya sampah dapur. Ada pun sisa alat-alat yang ditemukan dalam gugusan kulit kerang antara lain berupa anak panah atau mata tombak yang berbentuk khusus untuk menangkap ikan, Kelompok yang memilih bertempat tinggal di daerah pedalaman pada umumnya memilih tempat tinggal di tepian sungai-sungai. Selain dari binatang buruan, mereka juga hidup dari ikan di sungai. Kelompok yang bergerak lebih ke pedalaman lagi, sisa-sisa budayanya sering ditemukan di dalam gua-gua yag mereka singgahi dan untuk tempat tinggal sementara dalam pengembaraan mereka. Gua-gua ini letaknya pada lereng-lereng bukit yang cukup tinggi, schingga untuk ‘memasuki gua-gua itu diperlukan tangga-tangga yang dapat ditarik ke dalam gua, jika ada bahaya yang mengancam. Untuk menghadapi berbagai ancaman, manusia itu hidup berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Biasanya mereka berada agak Jama di daerah yang mengandung cukup banyak bahan makanan, terutama umbi-umbian dan dedaunan, dekat sumber ait, serta dekat dengan ‘tempat-tempat mangkal binatang buruan. Mereka kemudian akan melakukan pengembaraan atau berpindah ke tempat lain. Di tempat sementara ini, kelompok berburu biasanya tersusun dari keluarga kecil dengan jumlah kurang lebih 20 sampai 50 orang. Tugas berburu binatang dilakukan oleh orang laki-laki sedangkan orang perempuan bertugas mengumpulkan makanan, mengurus anak, dan mengajari anaknya dalam meramu makanan, Ikatan kelompok pada masa ini sangat penting untuk mendukung berlangsungnya kegiatan bersama. oO ETT 2.2.2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) Kelompok-kelompok kecil pada masa bercocok tanam makin bertambah besar, karena masyarakat telah mulai menetap dan hidup lebih teratur. Kelompok- kelompok perkampungan tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar misalnya klan, marga, dan sebagainya yang menjadi dasar masyarakat Indonesia sekarang. Kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks setelah mereka tidak saja tinggal di goa-goa, tetapi juga memanfaatkan lahan-lahan terbuka sebagai tempat tinggal. Dengan bertempat tinggal menetap mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan teknologi pembuatan alat dari batu. Perubahan cara hidup dari mengembara ke menetap akhirnya berpengaruh terhadap aspek- aspek Kkehidupan lainnya. Cara hidup berburu dan meramu secara berangsur- angsur mulai ditinggalkan, Mereka memasuki tahapan baru yaitu bercocok tanam ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban manusia. Dengan penemuan-penemuan baru, mereka dapat menguasai alam, terutama yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup mereka. Beragam jenis tumbuhan mulai dibudidayakan dan bermacam- macam binatang mulai dijinakkan. Dengan perkembangannya cara bercocok tanam dan bertani, berarti banyak hal yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang tidak mungkin dapat dipenuhi sendiri, Kondisi inilah yang kemudian mendorong munculnya kelompok-kelompok spesialis atau undagi, misalnya kelompok ahli pembuatan rumah, pembuatan gerabah, dan pembuatan alat-alat logam. Pada tahapan berikutnya, kegiatan pertanian membutubkan satu organisasi yang lebih Iuas yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut. Dari organisasi itu kemudian menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Dalam ‘masyarakat yang demikian itu sudah dapat dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin, Pengakuan terhadap pemimpin tidak sekadar karena faktor keturunan, tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan yang lebih dan berkedudukan tinggi. Para pemimpin tersebut sesudah meninggal arwahnya tetap dihormati Karena kelebihan yang dimilikinya itu. — ETT Untuk menghormati sang arwah, dibangunlah tempat-tempat pemujaan seperti tampak pada peninggalan-peninggalan pundek berundak. Selain dapat ‘menunjukan tempat pemujaan arwah, keberradaan punden berundak juga dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Punden berundak merupakan bangunan tempat melakukan upacata bersama. Dalam melaksanakan upacara itu, juga dipimpin oleh seorang pemimpin yang disegani oleh masyarakat. Pada masa itu ada kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil. Pada mulanya hanya bentuk rumah agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah seperti itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang dibangun di atas tiang penyangga. Rumah besar ini bentuknya persegi panjang, dihuni oleh beberapa keluarga inti, Di bawah tiang penyangga rumah digunakan untuk memelihara ternak. Apabila musim panen tiba mereka berpindah sementara di dekat Jadang-ladang dengan membangun rumah atau gubuk- gubuk darurat. Binatang-binatang piaraan mereka juga dibawa. Tidak menutup kemungkinan pada masa itu, mereka sudah menggunakan bahasa untuk komunikasi. Para ahli menduga bahwa pada masa bercocok tanam menetap ini, mereka sudah menggunakan bahasa Melayu-Polenesia atau rumpun bahasa Austronesia. Pada masa bercocok tanam mulai muncul kelompok- kelompok profesi, hubungan perdagangan, dan adanya kontak-kontak budaya yang menyebabkan kegiatan masyarakat semakin kompleks. Situasi semacam itu tidak saja telah menunjukkan adanya pelapisan masyarakat menurut kehlian dan pekerjaannya, tapi juga mendorong perkembangan teknologi yang mereka kuasai. 2.2.3, Masa Perundagian Pada masa perundagian, masyarakat telah hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai. Susunan masyarakatnya makin teratur dan terpimpin. Masyarakat dipimpin oleh ketua adat yang merangkap sebagai kapala daerah. Ketua adat dipilih oleh masyarakat, yaitu orang tua yang banyak pengetahuan dan pengalamannya mengenai adat dan berwibawa terhadap masyarakat. Kepala daerah yang besar wibawanya kemudian membawahi kepala- kepala daerah lainnya dan makin besar kekuasaannya. Ia bertindak seperti seorang raja dan itulah permulaan timbulnya raja-raja di Indonesia, — ETT Untuk menaikkan derajat dalam masyarakat, orang berusaha membuat jasa sebanyak-banyaknya, biasanya dengan melakukan hal-hal atau perbuatan- perbuatan luar biasa dan memperlihatkan keberaniannya sehingga mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh kedudukan sebagai pemimpin. Misalkan dalam perburuan binatang buas sepert harimau. Berdasarkan hasil penelitian tethadap Kebiasaan masyarakat pada masa perundagian yang sering melakukan upacara Khusus dalam acara penguburan mayat para pemimpin mereka, menunjukan bahwa masyarakat pada waktu itu telah memiliki norma-norma dalam kehidupan, terutama sikap menghargai kepemimpinan seseorang. Walau dapat kita dipastikan bahwa masyarakat pada masa itu didasarkan atas gotong royong, namun telah berkembang norma-norma yang mengatur hubungan antara lain yang dipimpin dan yang memimpin, Adanya norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat pada masa perundagian menunjukan bahwa pada masa ini terdapat hasil-hasil kebudayaan berupa norma-norma. Bila dilihat dari hasil kebudayaan yang berwujud peraturan. Pada masa perundagian masyarakat telah mengenal suatu peraturan yang harus ditaati oleh semuanya. Salah satunya adalah peraturan dalam penguburan mayat di empayan. Penguburan dalam tempayan ini hanya dilakukan tethadap orang-orang yang berkedudukan penting dalam masyarakat. Selain itu, terdapat juga aturan dalam penggunaan harta kekayaan. Penguasaan dan pengambilan sumber penghidupan diatur menurut tata tertib dan kebiasaan masyarakat. Pemakaian barang-barang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari- hati didasarkan atas sifat magis dari barang-barang tersebut. Pada masa perundagian, manusia purba sangat tat kepada adat diantaranya adat gotong-royong, tolong menolong, sambat-sinambat. Kebiasaan hidup berkelompok berkembang menjadi lebih luas dalam kehidupan masyarakat desa secara bergotong royong. Gotong royong merupakan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat. Hal ini dapat di lihat dalam pembuatan alat-alat, dimana semuanya dilakukan secara bergotong royong. 2.3. Sistem Kepercayaan Pada Masa Praaksara Kepercayaan Zaman Purba adalah sebuah sistem dari aspek baru kehidupan manusia purba yang telah berkembang menuju manusia modern oO ETT Sistem kepercayaan diduga sudah berkembang semenjak sub-periode terakhir dari zaman batu, yaitu zaman megalitikum, Pada masa ini, manusia purba yang telah menguasai dengan baik peralatan bebatuan dan menggunakannya untuk menopang aspek kehidupan dasar seperti pangan dan pertahanan diri telah berkembang menuju penciptaan gagasan- gagasan_yang bersifat abstrak. Salah satunya adalah pengembangan gagasan ‘mengenai adanya kekuatan dari luar diri yang tidak kasat mata (supranatural). Ini menjadi dasar dari perkembangan sistem kepercayaan bagi peradaban manusia. Sistem Kepercayaan masa praaksara dapat dibagi menjadi tiga periode antara lain: 2.3.1 Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat sedethana dan hanya bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Di masa ini, ‘manusia purba tinggal di alam terbuka secara berkelompok, tinggal di gua-gua, atau membuat tempat tinggal di atas pohon besar. Manusia yang tinggal di gua dikenal sebagai cavemen (orang gua). Sistem kepercayaan manusia diperkirakan bermula pada masa ini, hal itu dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan pada dinding gua, salah satunya di Sulawesi Selatan. Lukisan ini ada yang berbentuk cap tangan, ada pula yang berbentuk seekor babi rusa dengan panah di bagian jantungnya Lukisan cap tangan dan seekor babi di Gua Leang, Sulawesi Selatan (sumber: arkeologiindonesia.com) Lukisan cap tangan dilambangkan sebagai sumber kekuatan dan simbol pelindung untuk mencegah roh-roh jahat sedangkan lukisan ini mengisyaratkan adanya kepercayaan terhadap roh nenek moyang pada masa berburu dan — ETT mengumpulkan makanan. Jadi, pada masa ini kepercayaan ditunjukkan dalam simbol-simbol tertentu. 2.3.2, Masa Bercocok Tanam (Food producing) Masa bercocok tanam terjadi ketika manusia mulai hidup menetap di suatu tempat. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan beternak hewan dan ‘memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Pada masa ini, mereka mulai percaya jika ada kehidupan baru setelah kematian. Oleh karena itu, masyarakat mengadakan upacara-upacara untuk menyenangkan hati roh nenek moyang yang telah meninggal. Pemujaan tethadap roh nenek moyang dilakukan melalui upacara penguburan, terutama jika mereka yang dianggap sebagai orang terkemuka oleh masyarakat. Pada upacara penguburan, jasad dibekali berbagai macam benda, seperti perhiasan, gerabah, dan benda yang dimiliki semasa hidupnya. benda-benda tersebut kemudian dikubur dalam satu tempat yang sama. Tujuannya agar perjalanan jasad ke kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya. Menurut kepercayaan mereka, orang yang telah meninggal, lalu semasa hidupnya berjasa bagi masyarakat akan memiliki tempat khusus di akhirat Biasanya keluarga dan kerabat terdekat akan mengadakan pesta dan mendirikan batu-batu besar, Batu-batu tersebut dihias dengan ukiran atau lukisan yang melambangkan kehidupan roh semasa hidup. Penempatan penguburan jasad dan batu-batu besar tersebut berupa dolmen, sarkofagus, kubur batu, menhir, dan kubur peti batu yang digunakan untuk sarana penyembahan. 2.3.3, Masa Perundagian Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan, Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan — ETT rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu dibekali dengan barang- barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sedethana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah. Upacara kematian menjadi hal yang penting di masa perundagian. Seiring berjalannya waktu, hal itu membuat sistem penguburan mengalami perkembangan dan menghasilkan situs arkeologi yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Pada masa perundagian ini terdapat dua pola penguburan, yaitu: > Sistem Penguburan Langsung (Primary Burial) Sistem penguburan langsung dilakukan dengan cara mengubur langsung jasad ke dalam tempat yang sudah disiapkan. Penguburan langsung dilakukan di tempat arwah nenek moyang tinggal. Jasad dikuburkan dengan posisi membujur, terlipat, atau jongkok. Jasad pun membawa bekal kubur, seperti unggas dan anjing yang telah mati, periuk-periuk benda perunggu dan besi, manik-manik, dan perhiasan lain. Sistem penguburan ini pernah dilakukan di Sumatera, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Sumba, dan Flores. Penguburan langsung. (sumber: researchgate.net) > Sistem Penguburan Tidak Langsung (Secondary Burial) Penguburan tidak langsung dilakukan dengan mengubur mayat lebih dahulu dalam tanah atau kadang-kadang dalam peti kayu yang dianggap sebagai kuburan, Kemudian dalam jangka waktu tertentu sebagian/seluruh tulang akan diambil untuk dikuburkan kembali di tempat yang disediakan. Jadi, sistem penguburan sekunder ini menguburkan kembali tulang ke dalam sebuah wadah kubur yang terbuat dari batu, yaitu tempayan. oO ‘Tempayan batu (sumber: munas.kemdikbud.go.id) Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami_ perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan, Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan, Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kebidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. ‘Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan animisme dan dinamisme. > Animisme Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan — ETT menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan ‘memberi sesajen atau persembahan. > — Dinamisme Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme, Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua- gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak, keris, belati, anak pana, bersemayam kekuatan halus, schingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang. Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam, Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu-gugat, yakni hukum alam, Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme it kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu- Buddha dan kemudian Islam. a 2 BAB III PENUTUP 31 KESIMPULAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang luas di bidang perubahan. Perkembangan tersebut merupakan rangkaian dari perkembangan yang pernah terjadi sebelumnya. Dalam sejarah dijelaskan yang pada awalnya, kehidupan masyarakat dimulai dari masyarakat primitif yang hidup sederhana. Mereka hidup dari hasil berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat di alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia primitif berkembang dan beruhah menjadi beternak. Seiring dengan berkembangnya peradaban, kemudian muncul pertanian dalam bentuk yang sederhana yaitu dengan cara berladang, Jalu kemudian dengan semakin berkembangnya teknologi kemudian manusia mulai mengenal apa yang namanya industri Masa perundagian Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu, Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah_mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang- orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara lain nekara perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan_perhiasan, Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari ‘masa bercocok tanam, Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang Tainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme. — a 2 3.2 SARAN Sebagai_generasi muda kita seharusnya tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa pra-aksara ketika hidup di Indonesia. CEST DAFTAR PUSTAKA hittp://buibkata.blogspot.com/2012/1 I/ciri-ciri-zaman-batu-neolitikum-zaman. htm! |ttp://sejenisinfo.blogspot.com/2012/08/sejarah-api-mula-mula- ditemukan.htmlifixzz2iE44fWdE, hittp://escapefromstupidity. blogspot.com/2013/08/pola-hunian-man praaksara.html hup://blogzulkifly.blogspot.conv/2013/08/masa-berburu-dan- mengumpulkan- makanan.html hup://sejarahkelasx.blogspot.co.id/2014/06/benda-benda-yang-ihasilkan-pada- zaman.html http://www gurusejarah.com/2015/01/masa-perundagian. htm! hup://www.materisma.com/2014/11/kehidupan-manusia-purba-masa- perundagian. html http://www kopi-ireng.com/2015/02/corak-kehidupan-manusia- purba.html http://maruyamaimam.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-masa- perundagian-sejarah. htm! htip:/herydotus. wordpress.com/201 1/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis! /http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html http://www crayonpedia.org/mw/Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di _Indonesia_—_I_Wayan_Legawa_7.1 http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan- teknologi-pada.html |ttp://temukan-jawaban, blogspot.co.id/201.6/05/peralatan-manusia-purba-zaman- praaksara.himl http://haristepanus.files. wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa- praaksara.pdf Soekmono.R.1981.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia IY ogjakarta: Kanisius(anggota IKAPI) Djoened, Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.1993.Sejarah Nasional Indonesia I. Takarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid 1 Jakarta:Grafindo Media Pratama Drs.Prawoto.M.P4, seri IPS Sejarah; 2007, Jakarta: Yudisthira —

You might also like