You are on page 1of 5
Mencret - Covid-19 Anal swab Sudjoko KUSWADJI Pada suatu hari IGD Rumah Sakit ramai dikunjungi pasien banyak kasus Covid-19 dan ada beberapa karena penyakit biasa. Semua pasien dengan gejala Covid-19 sesudah diambil swab masuk ke kamar isolasi. Sementara Itu seorang pasien biasa dengan keluhan diare tanpa ada tanda Covid-19, masuk ruangan biasa. Tentu saja diswab juga karena sudah kontak pasien Covid-19 di UGD. Ternyata hasil swabnya positif. Semua awak IGD akhirnya diswab dan sebagian besar positif. Akibatnya terpaksa IGD ditutup selama 3 hari. Awak kesehatan baru sadar bahwa Covid-19 bisa masuk saluran pencernaan. Penelitian manca negara menunjukkan ada sekitar 10% Corona yang nyelonong masuk usus. Konon virus ini lebih lama bertahan dalam saluran cerna. Semalam saya terima telepon dari Mataram. Seorang ibu status karyawan tinggal di mess. Dia mencret. Di test PCR di laboratorium atas kemauan sendiri positif. Tak ada gejala lainnya. Saya bilang isoman. Protokol kesehatan tambah UVC dan disinfektans di kamar dan WC Tenggorokan kita memang menjadi persimpangan jalan antara udara dan makanan. Udara lewat hidung lalu masuk ke paru. Makanan dari mulut lewat masuk usus. Jika kita tersedak itu karena makanan salah masuk paru. Tapi udara masuk usus lewat terus. Paling tidak gelegekan. Udara terus nyelonong masuk yang akhirnya jadi kentut. Untuk cegah penularan virus ini kita perlu pelajari Transmission Dynamics. Lewat udara air borne, aerosol. Droplets lewat fomite, lantai, gagang pintu, dll. Lewat mana lagi, lewat mana lagi. Tinja . Saya baca kawan di RSCM meneliti anal swab. Kesimpulannya masih lebih baik swab hidung mulut. Titik. Memang anal swab tidak nyaman. Jepang protes Cina karena wisatawan Jepang dikorek duburnya. Dasar Cina dia tetap bandel. WC dan semua perabotan di RSnya diswab. Hasilnya positif. Dia lalu pasang UVC di WC dan disinfectants di wastafel. Kita hanya disuruh cuci tangan, namun kapan dan di mana tak pernah di kasih tahu. Cina awal asal virus Corona, namun dia ulet tangani virus ini. Dia bandel tak ikuti semua saran WHO. Pokoknya kemana nalar mereka pergi, ke situ mereka menuju. Rumah sakit memang biang kerok penularan. Di udara, di lantai, di gagang tempat tidur ada virus. Tak terkecuali di WC berderet virus. Saya belum pernah baca air sampling dan surface sampling di Rumah Sakit di Indonesia. Ada yang lucu. Kota Bangkalan mau disemprot disinfektans dari udara dengan pesawat terbang. Mereka belum baca Transmission Dynamics. Kita baru test swab hidung tenggorokan orang sekitar 300 000 per hari ketemu 60 000 an. Ada 1:5. Biasanya 1:10. Ada baiknya sudah mulai buat laporan udara dan lingkungan RS. Buat laporan gagang pintu. Dan laporan anal swab. Apapun yang kita lakukan pasti harus bermanfaat. Segila apapun tidakan kita perlu dipertimbangkan. Ingat, banyak beberapa usaha kita yang sia2. Kita tak perlu nengok ke belakang. Sudah berlalu. Tidak bisa kita apa2 kan. Ever onward never retreat. Maju terus pantang mundur. Mau pilih mana, air sampling, surface sampling, atau anal swab. ***

You might also like