You are on page 1of 348
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA AUSTRALIAN ® INTERNATIONAL DEVELOPMENT ASSISTANCE BUREAU SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN FEBRUARI 1993 a ' G@QsmMec SMEC - Kinhill Joint Venture KINHILL ‘SNOWY MOUNTAINS ENGINEERING CORPORATION LIMITED KINHILL ENGINEERS PTY LTD PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN Daftar Isi Bagian 1 - UMUM 1. PENDAHULUAN ‘Sub-bagian ini mengenalkan Panduan dengan menetapkan lingkup dan tujuannya, siapa yang harus menggunakan Panduan, kerangka Panduan, dan bagaimana menggunakannya. 1.1 UMUM WW 1.2 LINGKUP PANDUAN 1 1.3. TUJUAN PANDUAN ol 1.4 SIAPA HARUS MENGGUNAKAN PANDUAN, 1 1.5. KERANGKA PANDUAN 1-2 1.6 BAGAIMANA MENGGUNAKAN PANDUAN 1-2 2. UMUM . ‘Sub-bagian panduan ini menguraikan maksud dari, tahapan untuk, penyelidikan jembatan untuk suatu jembatan baru di lokasi baru atau lama. Ini juga memperinci pengkajian pendahuluan di kantor dan pelaporan penyelidikan yang perlu dibuat. 2.1. PENDAHULUAN 24 2.2. MAKSUD PENYELIDIKAN 2 2.3. TAHAPAN UNTUK PENYELIDIKAN 22 2.4 SURVAI PENGENALAN 23 2.4.1. Daftar Survai Pengenalan 23 2.4.2. Pengkajian Pendahuluan di Kantor 23 2.4.3 Pemeriksaan Lapangan 2:3 2.5 LOKASI DAN LAPANGAN DAERAH PENGALIRAN 24 2.5.1 Evaluasi Lapangan 24 2.5.2. Survai Topograti 24 2.6 PENYELIDIKAN ALUR SUNGAI 2-6 2.7 PENYELIDIKAN TANAH 214 2.8 PELAPORAN PENYELIDIKAN 214 2.8.1 Umum 214 2.8.2 Alasan untuk Membuat Laporan 244 2.8.3 Kelengkapan Laporan 215 2.8.4. Identifikasi Lokasi Jembatan 215 2.8.5 Data Faktual dan Pengertian 2415 2.8.6 Keterangan pada Gambar Konstruksi 2415 2.9 DAFTAR PUSTAKA 216 MSS. W.01- Pann Panta Jembatas «26 Janay 1993 0-1 3. SURVAI DAERAH JEMBATAN Pada bab ini menjelaskan lebih rinci kebutuhan akan survai pendahuluan dan topograti pada penyelidikan lokasi jembatan. Petunjuk diberikan pada tipe data yang harus dikumpulkan seperti juga kebutuhan akan besaran dan kebenaran data. 3.1. PENDAHULUAN 34 3.2. UMUM 34 3.3. SURVAI PENDAHULUAN JEMBATAN 34 3.3.1 Umum 34 3.3.2 Hal-hal Pokok Yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan Survai Pendahuluan 34 3.3.3 Laporan 33 3.4 SURVAI TOPOGRAPHI JEMBATAN 34 3.4.1 Umum 34 3.4.2 Pelaksanaan . 34 3.4.3 Laporan 37 3.5 DAFTAR PUSTAKA 38 4. PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN Sub-bagian ini dari Panduan membahas prinsip daser dalam pemilihan lokasi Jembatan yang sesuai, sebelum melangkah ke penyelidikan lokasi secara rin 4.1 PENDAHULUAN at 4.2 GEOMETRI JALAN DAN AS JEMBATAN at 4.3. SIFAT DASAR DARI PERSILANGAN 44 4.3.1. Kesesuaian Persilangan 44 4.3.2. Jenis Jembatan 44 4.3.3. Kondisi Lokasi 45 4.3.4 Susunan Kombinasi 48 4.3.5 Perhitungan Alur Sungai 49 4.4 PENYELIDIKAN TANAH ant 4.5 BIAYA DAN PERTIMBANGAN LAIN ant 4.6 PEMILIHAN LOKASI AKHIR 4-12 4.7 DAFTAR PUSTAKA 4-13 = oi Voubon > 6.1 6.2 63 6.4 Bagian 2 - PENYELIDIKAN JALAN AIR HIDROLOGI DAFTAR IS! Sub-bagian ini dari Panduan memperinci segi-segi hidrologi dari penyelidikan lokasi jembatan. Periode ulang banjir rencana yang disyaratkan diberikan untuk berbagai denis jembatan dan tahapan untuk perkiraan debit banjir dalam alur sungai jembatan diperinci. PENDAHULUAN TUJUAN PERIODE ULANG BANJIR RENCANA, PERKIRAAN BANJIR RENCANA KETINGGIAN AIR BANJIR RENCANA KEBEBASAN VERTIKAL BANJIR RENCANA DAFTAR PUSTAKA HIDROLIKA 54 0 —! Bagian Panduan ini meliputi prinsip-prinsip aliran dalam saluran terbuka sebagai latar belakang untuk perencanaan alur air. Perencanean alur air dari jembatan dan& 1}? gorong? juga dijelaskan termasuk cara perhitungan debit alur air, kurva arus R membalik dan perilaku aliran untuk susunan geometrik tipikal. PENDAHULUAN ALIRAN SALURAN TERBUKA, 2.1 Jenis Aliran 6.2.2 Lengkung Debit Sungai PERENCANAAN SUNGAI DI JEMBATAN Karakteristik Aliran Arus Balik Pengaruh Penggerusan Pada Arus Balik Bangunan Atas Terendam Sebagian Aliran Melewati Kedalaman Kritik (Jenis 11) Tahapan Perencanaan Contoh Perhitungan PERENCANAAN ALUR AIR GORONG-GORONG Lingkup Jenis Aliran Pengendali Masukan Pengendali Keluaran Kedalaman Muka Air Hilir Kecepatan Aliran Tahapan Perencanaan 6184> 61% 6-11 6-21 6-28 6-30 6-34 6-35 6-39 6-48 6-48 6-48 6-48 6-50 6-54 6-55 6-56 Oui DAFTAR Sst 6.5 6.6 PERENCANAAN ALUR AIR PELINTASAN BANJIR 6.5.1. Lingkup 6.5.2 Pendahuluan 6.5.3 Hidrolika 6.5.4 Pertimbangan Perencanaan 6.5.5 Proteksi DAFTAR PUSTAKA PERAMALAN GERUSAN 6-69 6-69 6-69 6-69 6-73 6-75 6-79 er ¥50 Sub-bagian Panduan ini meliputi jenis tipikal dari penggerusan alur sungai, faktor yang mempengaruhi penggerusan dan merinci cara perkiraan penggerusan dan merinci cara perkiraan penggerusan untuk tiap jenis penggerusan. 7.1 PENDAHULUAN zal 7.2. JENIS GERUSAN 7A 7.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GERUSAN 72 7.3.1, Umum 7-2 7.3.2 Penyempitan dan/atau Perubahan Alinyemen Aliran 7-3 7.3.3. Material Dasar 7-3 7.4 METODA-METODA UNTUK MEMPERKIRAKAN GERUSAN 14 7.4.1. Umum 74 7.4.2. Metoda Sederhana untuk Perencanaan Gerusan 74 7.4.3 Banjit Rencana 7-6 7.4.4 Penyelidikan Lapangan 76 7.4.5 Batas Keamanan Terhadap Gerusan 17 7.5 GERUSAN UMUM 78 5.1 Metoda G.1 - Metoda New Zealand Railways 78 5.2 Metoda G.2 - Metoda dari C.R. Neill 79 7.6 GERUSAN LOKAL TA2 7.6.1 Metoda L.1 - Metoda New Zealand Railways 712 7.6.2. Metoda L.2 - Metoda dari C.R. Neill 713 7.6.3 Metoda L.3 - Metoda dari Faraday & Charlton 718 7.7 GERUSAN KONTRAKS! 7-30 7.7.1, Metoda C.1 - Metoda New Zealand Railways 7-30 7.7.2 Metoda C.2 - Metoda dari C.R. Neill 7-30 7.8 DEGRADAS! DAN AGRADASI 7-38 O-iv EMSS. -Panaion Peovecien Jeroen - 20 Jans 1999, 7.9 7.10 2 8.3 8.4 eo DAFTAR ISI PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAIN 7-39 7.9.1. Perisai Alam yang Membatasi Gerusan pada Sungai-sungai dengan Dasar Kerikit 7-39 DAFTAR PUSTAKA 7-42 19 PERLINDUNGAN TERHADAP GERUSAN i Bagian ini memberikan arahan untuk perencanaan penanggulangan gerusan, termasuk cara-cara perhitungan parameter-parameter geometsi dari pengaturan erlindungan terhadap gerusan secara tipikal untuk fundasi, tembok pangkal, tanggul penutup, dasar jalan air dan pekerjaan- pekerjaan pengendalian jalan air. PENDAHULUAN 8-1 PILAR 8-1 8.2.1 Fundasi Telapak dalam Tanah 8-1 8.2.2 Fundasi pada Batuan yang Dapat Tererosi 8-1 8.2.3 Tiang Pancang + Bt 8.2.4 Lantai Batu 8-1 TEMBOK PANGKAL 8-3 8.3.1 Tanggul Pengarah 8-3 8.3.2 Perlindungan Batu 8-9 PERLINDUNGAN JALAN AIR DAN PEKERJAAN PENGENDALIAN 8-16 8.4.1 Pelindungan Tebing Sungai 8-16 8.4.2 Perkuatan Tebing dan Talud 8-16 8.4.3 Krib 8-19 8.4.5 Tanggul Pengarah 8-22 PROSEDUR PERENCANAAN UMUM 8-25 DAFTAR PUSTAKA 8-26 ws we 95.0 Fanon Panter Jemestan + 28 Janay 1993 ov DAFTAR IS! Bagian 3 - PENYELIDIKAN TANAH CARA EKSPLORAS! TANAH ‘Sub-bagian ini dari Panduan meliputi cara eksplorasi tanah, daftar parameter tanah yang diperlukan untuk perencanaan serta cara pengujian sesuai untuk memperoleh tiap parameter dan rincian format laporan untuk menyajikan hasil penyelidikan tanah 9.1 PENDAHULUAN 91 9.2 PROGRAM EKSPLORASI 91 9.3 CARA PENYELIDIKAN 91 9.4 CARA PENGUJIAN UNTUK PARAMATER TANAH 9-4 9.5 CARA EKSPLORASI 9-9 9.5.1 Cara Geofisik 9-9 9.5.2 Tes Pit 911 9.5.3 Lubang Bor 911 9.6 _LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH 913 9.6.1 Umum 9-13 9.6.2 Format Bagian 1 9-14 9.6.3 Format Bagian 2 9-15 9.6.4 Format Bagian 3 9-16 9.7 DAFTAR PUSTAKA 917 4h 10. PENGUJIAN LAPANGAN ‘Sub-bagian Panduan ini merinci cara pengujian lapangan yang diperlukan untuk memperoleh pendekatan kuantitatif dari tanah yang ditinjau. Perencana tidak diharapkan untuk mampu melaksanakan penyelidikan tersebut secara sendiri, tetapi mempunyai pengertian dasar mengenai cara-cara yang perlu untuk merancang eksplorasi tanah dan program pengujian lapangan. 10.1. PENDAHULUAN 10-1 10.2 TES PENETRAS! 10-1 10.2.1 Umum 10-1 10.2.2 Tes Penetrasi Konis Belanda 10-2 10.2.3 Tes Penetrasi Standar (SPT) 10-4 10.2.4 Tes Penetrasi Konis Dinamik 10-5 10.2.5 Penentuan Parameter Tanah 10-7 10.3. TES VANE 10-7 10.4 MUKA AIR 10-9 ovi DAFTAR IS! 10.5 TES BEBAN LAPANGAN 10-10 10.5.1 Umum 10-10 10.5.2 Tes Daya Dukung Pelat 10-11 10.5.3 Tes Pembebanan Tiang 10-12 10.5.4 Tes Lateral Tiang 10-13 10.6 TES PENGUKUR TEKANAN 10-14 10.7 TES TEKANAN UNCONFINED LAPANGAN 10-15 10.8 TES BERAT ISi TANAH SETEMPAT 10-16 10.9 DAFTAR PUSTAKA 10-16 ge 11. PENGUJIAN LABORATORIUM. Sub-bagian Panduan ini merinci jenis utama dari pengujian laboratorium yang tersedia untuk menentukan besaran tanah yang diperlukan untuk perencenaan, dengan khusus meninjau penentuan besaran tanah dinamik yang diperlukan untuk perencanaan tahan gempa. Perencana tidak diharapkan untuk mampu melaksanakan pengujian secara tersendiri, tetapi mempunyai pengertian dasar dari cara-cara yang perlu untuk merancang program pengujian tanah di laboratorium. 1.1 PENDAHULUAN Ww 1.2. TES KOTAK GESER (GESER LANGSUNG) WA 11.2.4 Umum 4 11.2.2 Cara Pengujian 41 11.2.3 Keuntungan dan Kerugian WA 11.2.4 Modulus Geser Dinamik 14-2 11.2.5 Parameter Lain 11-3 11.3. TES TRIAKSIAL 11-3 11.3.1 Umum 113 11.3.2 Cara Pengujian 11-4 14.33 keadaan Drainase 114 11.3.4 Keuntungan dan Kerugian 11-6 1.4 TES TEKANAN UNCONFINED 7 1.8 TES KONSOLIDAS! SATU DIMENS! W7 115.1 Mekanisme Konsolidasi 7 11.5.2 Cara Pengujian 117 11.5.3 Penggunaan 118 11.6 TES VANE GESER LABORATORIUM 11-10 11.7 TES PEMADATAN 11-10 174 Lengkung Pemadatan 11-10 7 Tes Berat Isi Relatif 14-10 DAFTAR SI 11.8 TES KLASIFIKAS| TANAH wt 11.8.1 Umum ww 11.8.2 Sistim Klasifikasi Tanah Unified wW44 11.9 DAFTAR PUSTAKA 11-15 12, PENURUNAN PARAMETER RENCANA ‘Sub-bagian Panduan ini merincicaraperhitungan parameter rencana yang diturunkan dari parameter yang diperoleh dari pengujian lapangan dan laboratorium. 12.1 PENDAHULUAN 124 12.2. PARAMETER RENCANA UNTUK GEMPA 124 12.2.4 Akselerasi Tanah Yang Disarankan . 12-4 12.2.2 Akselerasi Tanah Rencana Yang Disarankan 124 12.3 POTENSIAL LIQUEFACTION 124 12.3.1 Pendahuluan 124 12.3.2 Mekanisme Liquefaction 12-2 12.3.3 Pemilihan Nilai Akselerasi Tanah Horisontal 12-4 12.3.4 Pendekatan Potensial Liquefaction 12-6 12.4 POTENSIAL LONGSOR - SLUMP 12:12 12.4.1 Mekanisme Longsor 12-12 12.4.2 Longsor Dalam Tanah Tidak - Kohesif 12-12 12.4.3 Longsor Dalam Tanah Kohesif 12413 12.5 DAFTAR PUSTAKA 12-15 LAMPIRAN A ‘Tanya-Jawab Pengenalan Lokasi Lampiran ini mencakup tanya-jawab tipikal yang harus diisi oleh Perencana dalam melaksanakan pengenalan lokasi sehingga semua data yang diperlukan dapat dihimpun dengan jumlah kunjungan minimal ke lokasi jembatan. boa O-viil [M051 - Pavan Panyistan Jovan «20 Janvey 1999, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN BAGIAN 1 UMUM FEBRUARI 1993 DOCUMENT No. BMS5-M.1 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN BAB 1 PENDAHULUAN FEBRUARI 1993 DOCUMENT No. BMS5-M.1 1. PENDAHULUAN DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN PANDUAN 1.2 LINGKUP PANDUAN 1.3 KERANGKA PANDUAN 1.4 SIAPA HARUS MENGGUNAKAN PANDUAN 1.5 BAGAIMANA MENGGUNAKAN PANDUAN 14 Ww WW 1-2 1. PENDAHULUAN 11 TUJUAN PANDUAN Tujuan Panduan Penyelidikan Jembatan adalah untuk menyediakan tahapan untuk melakukan penyelidikan suatu jembatan baru pada lokasi baru atau lama, dan tahapan untuk pemeriksaan perilaku dari jembatan lama, seperti memperkirakan kecukupan banjir rencana dan merencanakan pekerjaan penanggulangan dan pengamanan penggerusan. 1.2 LINGKUP PANDUAN Panduan Penyelidikan Jembatan menjelaskan tahapan penyelidikan jembatan yang dilaksanakan sebelum perencanaan, pembangunan suatu jembatan baru. Panduan ini meliputi bidang = + penyelidikan pendahuluan * peninjauan lapangan + pemilihan jenis jembatan dan lokasi lapangan, dan + penyelidikan sungai dan tanah. Panduan ini meliputi daftar pertanyaan peninjavan lapangan tipikal untuk membantu perencana jembatan mengumpulkan semua data yang perlu untuk melengkapi penyelidikan pendahuluan. Cara dan tahapan yang diperinci dalam Panduan tidak memerlukan secara khusus penggunaan komputer. Bagaimanapun, bidang hidrologi dan hidrolik meliputi tahapan yang lebih cepat dilakukan dengan komputer. Bagian Penyelidikan sungai dari Panduan meliputi cara komputerisasi, 1.3 KERANGKA PANDUAN » Panduan Penyelidikan Jembatan dibagi dalam tiga Bagian * Bagian 1- Umum ” © Bagian 2- Penyelidikan Alur Sungai + Bagian 3- Penyelidikan Tanah Bagian 1, Umum, meliputi bidang penyelidikan pendahuluan, peninjauan lapangan, pemilinan jenis jembatan dan lokasi lapangan. Bagian 2, Penyelidikan Alur Sungai, meliputi bidang hidrologi, hidrolik, dan perkiraan penggerusan dan pengamanan pengggerusan. Bagian 3, Penyelidikan Tanah, meliputi eksplorasi tanah, pengujian lapangan dan laboratorium, dan penurunan parameter rencana tanah dari hasil pengujian. MS5.M.1 Panu Penyiaian Jembatan 10 Fabry 1993, 1 1. PENDAHULUAN Bagian 1 memperinci tahapan penyelidikan unum, termasuk penggunaan tahapan diperinci pada Bagian 2 dan 3 yang dilaksanakan selama pekerjaan penyelidikan jembatan. Bagian 2 dan 3 dari Panduan adalah berdi pada bagian lain dari Panduan. ;endiri dan dapat digunakan tanpa menunjuk 1.4 SIAPA HARUS MENGGUNAKAN PANDUAN Panduan Penyelidikan Jembatan dimaksudkan untuk digunakan oleh perencana untuk penyelidikan dan perencanaan jembatan baru dan sebagai pedoman untuk memeriksa kapasitas sungai dari jembatan lama dan merencanakan pekerjaan penanggulangan untuk Pengamanan penggerusan termasuk pengendalian sungai. 1.5 BAGAIMANA MENGGUNAKAN PANDUAN Bagian 2 dari Panduan memperinci tahapan untuk penyelidikan jembatan baru pada lokasi baru atau lama. Mengikuti tahapan yang dijelaskan dalam Sub-bagian 2, tiap Sub-bagian dari Panduan dapat ditinjau dalam urutan yang diuraikan untuk tiap jenis penyelidikan tertentu yang dilaksanakan. Bagian dan Sub-bagian tertentu dari Panduan dapat digunakan secara tidak saling tergantung sebagai berikut : * Bagian 2 dari Panduan digunakan bila perlu diperiksa kapasitas sungai atau harus direncanakan pekerjaan penanggulangan dan pengamanan Penggerusan. . Bagian 3 dari Panduan digunakan bila dilakukan program penyelidikan tanah, * Sub-Bagian 3 dari Panduan digunakan bila dilakukan peninjauan lapangan. 1-2 MSS.M11 Panauan Pangan Jenbstan 10 Feary 1989, - DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN BAB 2 Umum FEBRUARI 1993 DOCUMENT No. 8MS5-M.1 2. UMUM DAFTAR ISI 2. UMUM 24 2.1. PENDAHULUAN 24 2.2 MAKSUD PENYELIDIKAN 24 2.3 TAHAPAN UNTUK PENYELIDIKAN 22 2.4 SURVAI PENGENALAN 23 2.4.1. Daftar Survai Pengenalan 23 2.4.2 Pengkajian Pendahuluan di Kantor 23 2.4.3 Pemeriksaan Lapangan 23 2.5 LOKASI DAN LAPANGAN DAERAH PENGALIRAN 24 2.5.1. Evaluasi Lapangan 24 2.5.2 Survai Topografi 24 2.6 PENYELIDIKAN ALUR SUNGAI 26 2.7 PENYELIDIKAN TANAH 214 2.8 PELAPORAN PENYELIDIKAN 214 2.8.1 Umum 214 2.8.2 Alasan untuk Membuat Laporan 214 2.8.3 Kelengkapan Laporan 215 2.8.4 Identifikasi Lokasi Jembatan 215 2.8.5 Data Faktual dan Pengertian 215 2.8.6 Keterangan pada Gambar Konstruksi 215 2.9 DAFTAR PUSTAKA 216 US5.A.2-Panun Pnyidan deronan 34 Jaa 1883 2 2. UMUM, DAFTAR TABEL Tabel 2.1 - Tahapan untuk Penyelidikan Alur Sungai 26 Tabel 2.2 - Pengaruh Jembatan pada Saluran Meander Dinamik Stabil 212 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 - Diagram Alir untuk Perencanaan Hidrolik Alur Sungai dari Jembatan 2-5 ii OM. 21 Panu Fs 2. UMUM 2.1 PENDAHULUAN Sub-bagian panduan ini menguraikan maksud dari, tahapan untuk, penyelidikan jembatan untuk suatu jembatan baru di lokasi baru atau lama. Ini juga memperinci pengkajian pendahuluan di kantor dan pelaporan penyelidikan yang perlu dibuat. 2.2 MAKSUD PENYELIDIKAN 2.2.1. Umum Keperluan untuk jembatan jalan raya terjadi bila suatu jalan atau jalan raya menghadapi penghalang alam atau buatan manusia seperti saluran, sungai, jurang, kanal, jalan kereta api atau jalan lain dimana diperlukan pemisahan bidang jalan. Jembatan terdiri dari bangunan atas dan bangunan bawah yang terdiri dari pangkal atau kepala jembatan den pilar. Bangunan atas atau jalan kendaraan dari jembatan terletak pada tiap ujung diatas bangunan bawah yang disebut pangkal atau kepala jembatan. Bangunan bawah antara disebut piler. Bangunan atas umumnya dibuat dari baja, baja dan beton komposit, beton bertulang atau prategang atau kayu. Bangunan bawah umumnya dibuat dari beton bertulang. Bangunan bawah didukung pada pondasi yang dapat berupa pondasi langsung, tiang atau sumuran. Penyelidikan lapangan adalah aktivitas pendahuluan yang penting sebelum pelaksanaan semua pekerjaan jembatan dengan maksud yang diuraikan dibawah. 2.2.2 Maksud Maksud penyelidikan jembatan adalah : + Kesesuaian Untuk mendekati kesesuaian umum dari lokasi lapangan dan lingkungan untuk pekerjaan yang diusulkan. © Rencana Untuk memungkinkan agar dipersiapkan rencana memadai dan ekonomis, termasuk perencanaan pekerjaan sementara, © Pelaksanaan Konstruksi Untuk merancang cara terbaik untuk pelaksanaan dan untuk memperkirakan dan menanggulangi kesulitan dan keterlambatan yang terjadi selama pelaksanaan akibat keadaan-keadaan tanah dan setempat yang lain. BMSS-ML21 Panu Penyichan Jerbatan«& Janay 1983 241 2. umuM * Pengaruh Perubahan-perubahan Untuk menentukan perubahan-perubahan yang dapat terjadi dalam keadaan tanah dan lingkungan, dari alam atau sebagai hasil pekerjaan, dan pengaruh perubahan demikian pada pekerjaan, pada pekerjaan disekitar, dan lingkungan pada umumnya. + Pemilihan Lokasi Bila terdapat alternatif, untuk menyarankan kesesuaian relatif dari lokasi berbeda, atau bagian berbeda dari lokasi yang sama. 2.3 TAHAPAN UNTUK PENYELIDIKAN ‘Tahapan untuk mencapai rencana akhir untuk pelintasan jembatan melewati sungai adalah ‘sesuatu yang rumit padamana faktor struktural, geoteknik dan hidrolik disesuaikan secara ji coba untuk mencapai konfigurasi jembatan yang memadai secara fungsional, ekonomis dan estetis. ingkup penyelidikan terutama tergantung pada ukuran dan sifat pekerjaan jembatan yang diusulkan dan sifat lokasi lapangan jembatan. Penyelidikan lokasi jembatan umumnya mencakup tahapan berikut : 2. survai pengenalan, termasuk : i, pengkajian pendahuluan di kantor yang mencakup pengumpulan dan pengkajian keterangan yang tersedia ii, peninjauan lapangan &. —__ketentuan rinci untuk perencanaan, termasuk : i, lapangan dan luas daerah pengaliran + evaluasi lapangan + survai topografi ii, penyelidikan alur sungai + pengkajian hidrologi + pengumpulan data hidrolo: - Penggambaran luas daerah pengaliran : perkiraan banjir rencana * pengkajian hidrolik : Perkiraan debit maksimum, ketinggian air dan kecepatan aliran untuk banjir rencana 22 2. MUM ‘+ pengkajian penggerusan alur sungai + perkiraan penggerusan alur sungai jembatan = perencanaan pekerjaan pengamanan penggerusan iii, penyelidikan tanah pengkajian geogoli penyelidikan dan pengambilan contoh tanah dasar pengujian lapangan penguijian laboratorium 2.4 SURVAI PENGENALAN 2.4.1 Daftar Survai Pengenalan ‘Semua keterangan yang dikumpulkan selama survai pengena/an harus dicatat pada daftar yang serupa dengan yang diberikan dalam Lampiran A dari Panduan ini. 2.4.2 Pengkajian Pendahuluan di Kantor Tahap pertama dalam penyelidikan lokasijembatan adalah pengkajian pendahuluan dikantor yang menetapkan pengumpulan dan pemeriksaan semua keterangan yang tersedia. Bila terdapat pilihan lokasi, keterangan yang diperoleh dari pengkajian tersebut dapat mempengaruhi pilihan tersebut. Banyak keterangan mengenai lokasi jembatan mungkin telah tersedia dalam rekaman catatan yang ada. Keterangan berdasarkan pengalaman setempat, termasuk penggunaan lokasi jembatan yang terdahulu, dapat diperoleh dari yang berwenang setempat dan catatan arsip lokal atau daerah. Kadang-kadang, mungkin untuk memperoleh hasil dari penyelidikan tanah terdahulu yang dilakukan pada, atau dekat, lokasi jembatan. Penggalian pada, atau dekat, lokasi jembatan mungkin telah dibuat dalam waktu baru lalu oleh yang berwenang atau dengan ‘sepengetahuannnya. Keterangan dapat juga diperoleh dari industri lokal dan lainnnya. Salinan peta lama sering tersedia di perpustakaan umum dan museum setempat. Makalah untuk proyek setempat yang disajikan pada badan profesional dan perkumpulan setempat dan majalah teknik dapat merupakan sumber keterangan yang lain. Pembicaraan dengan penduduk setempat, walaupun dengan kebenaran yang berubah, kadang-kadang memberikan suatu petunjuk. Keterangan yang membantu dapat diperoleh dari foto udara. 2.4.3. Pemeriksaan Lapangan Maksud pemeriksaan lapangan adalah untuk memperoleh pengertian lebih baik dari perilaku sungai dengan memeriksa batas-batas saluran, terutama pada tingkat aliran rendah. Keterangan yang terkumpul akan membantu perkiraan perilaku sungai akibat perubahan keadaan yang terdapat sekarang, identifikasi karakteristik hidrolik yang akan mempunyai Pengaruh pada pilinan rencana umum jembatan, dan penentuan pekerjaan pengendalian sungai dan perlindungen tebing. MSS. M2 Pandan Paylin sa ey 1993 23 Pemeriksaan lapangan harus menetapkan yang berikut : + jenis dan kelandaian bahan dasar sungai * _terdapatnya kelompok ikan dan susunannya + bahan yang membentuk tebing sungai © tumbuh-tumbuhan pada tebing sungai * _terjalnya tebing sungai dan gejala erosi tebing * __kantong erosi dan teluk dalam tebing sungai * _ terdapatnya batuan yang tidak mungkin tererosi * tanda hanyutan pada semak-semak, pohon atau tebing yang dapat Mmenunjukkan ketinggian air dari banjir yang baru terjadi * - tanda bekas air pada tembok, dermaga dan pilar yang menunjukkan ketinggian air dari banjir yang baru terjadi Bila pendekatan keterangan survai pengenalan telah selesai, dapat di memadai untuk pelintasan jembatan ditinjau dari aspek morfologi sungai. in lokasi yang 2.5 LOKASI DAN LAPANGAN DAERAH PENGALIRAN 2.5.1 Evaluasi Lapangan Evaluasi lapangan pendahuluan dapat dilakukan di kantor dengan menggunakan : . peta kontur dari luas daerah pengaliran umum . foto udara dalam pasangan stereoskopik Peninjauan ke daerah dapat memeriksa kebenaran evaluasi lapangan dari peta kontur dan/atau foto udara, 2.5.2 Survai Topografi Pada tiap lokasi mungkin dari jembatan. yang akan diselidiki, diperlukan survai topografi ‘Sebelum penyelidikan rinci selanjutnya dapat dilakukan. Persyaratan untuk survai topografi diberikan dalam Sub-bagian 3 dari Panduan ini. 2. MUM Rage ‘igen ie tn ag ia =e ——— —— Pergo one mame + } aS pica monitor aaa — — — a ot | {renner seaman 4 4 basen Torsone ptr 4 4 4 Gambar 2.1 - Diagram Alir untuk Perencanaan Hidrolik Alur Sungai dari Jembatan MSE. -PancuanPanyeltan Jambaan 4 January 9999 25 2. MUM, 2.6 PENYELIDIKAN ALUR SUNGAI Tahapan untuk melakukan penyelidikan alur sungai jembatan mencakup penyesuaian uj coba dari berbagai faktor hidrolik dan digambarkan secara tipikal dalam diagram alir dari Gambar 2.1 dan dibahas lebih lanjut dalam Tabel 2.1 dibawah. Tabel 2.1 - Tahapan untuk Penyelidikan Alur Sungai Tahap ‘Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) Tahap 1 Survai pengenalan dan tinjauan dan analisa dari data sungai yang tersegia akan membantu pembuatan pilihan lokasi jembatan yang mungkin dan sesuai dengan lintasan jalan yang diusulkan. Tahap 2 Pada tiap lokasi jembatan yang mungkin akan dilakukan survai | Tahap 3 Dari data tersedia akan diperkirakan parameter berikut : aliran banjir rencana ketinggian banjir maksimum hambatan pelayaran pada tinggi jembatan dan lokasi pilar kecepatan aliran pendekat dan arah lebar dataran banjir karakteristik meander sungai Bila perlu dibuat perkiraan dari akibat dan biaya oleh debit rencana yang terlampaui, diukur terhadap pertambahan biaya utama jembatan yang girencanakan untuk banjir dengan periode ulang lebih panjang, tahapan Perencanazn dapat diulang dari tahap debit banjir untuk berbagai periode ulang. 2-6 2. UMUM Tahap Tahap 4 Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) Yang berikut akan ditentukan dalam tahapan rencana ini a. Lebar alur sungai Untuk pelintasan jembatan melewati dataran banjir, harus dipertimbangkan kemungkinkan untuk membatasi lebar sungai.. Sungai yang dibatasi adalah yang pada debit rencana, mengalir pada lebar yang sama, atau kurang dari, lebar regime. Sungai yang tidak dibatasi ‘mempunyai aliran tambahan dataran banjir pada debit rencana. Pada sungai dengan saluran meander umumnya lebih murah untuk membatasi bukaan alur sungai dan membuat pelintasan kombinasi dari timbunan dan konstruksi jembatan dibanding dengan jembatan selebar penuh dari dataran banjir. Bukaan alur sungai percobaan dapat diperoleh seperti diuraikan dalam Sub-bagian 6, Hidrolika, dari Panduan ini. Bentang total jembatan dapat diperoleh dari lebar alur sungai dengan membuat tambahan untuk terhambatnya aliran karena pilar dan kemiringan jembatan terhadap arah utama dari aliran. Suatu tambahan perkiraan untuk terhambatnya aliran karena pilar dapat dibuat pada tahap ini yang akan dibuat bila bukaan alur sungai diukur tegak lurus terhadap arah utama dari aliran. Pengaruh pengurangan bukaan alur sungai akan meningkatkan kedalaman dan kecepatan aliran dan membuat pengaruh arus balik lebih parah. Panjang bentangan akan menjadi lebih pendek tetapi pondasi mungkin perlu diperdalam dan harus mampu menahan gaya hidrodinamik lebih besar, dan perlindungan pasangan betu dari tebing pengarah akan perlu diperkuat. Juga, tergantung pada pengarah arus balik, tanggul atau konstruksi kolam penampung untuk mencegah meluapnya air pada tebing sungai di atas arus mungkin akan diperlukan. Dengan demikian jelas bahwa penghematan yang diperoleh dengan mengurangi bukaan alur sungai dan mengecilkan panjang bentang dapat menjadi hilang karena peningkatan biaya untuk pekerjaan pondasi dan pengendalian, dan mungkin karena kerusakan yang bertambah akibat kenaikan muka air banjir. b. Kedalaman gerusan umum Kedalaman rata-rata dari gerusan umum dalam alur sungai yang dibatasi dapat dihitung dari Sub-bagian 7, Prediksi Penggerusan, dari Panduan ini sesuai apakah dasar saluran dari pasir atau kerikil, atau dari bahan kohesif. Untuk alur sungai yang tidak dibatasi dapet digunakan debit dominan atau debit penuh untuk menentukan kedalaman gerusan umum. ‘Sebagai alternatif, pengukuran lapangan dari geometri saluran sungai dapat digunakan untuk pendekatan kedalaman gerusan umum. (55.0.2 - Pandan Paylin Jembstan «Janay 1993 27 2. MUM Tahap Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) Tahap 4 | c. Arus membalik (anjt.) Pengaruh arus balik akibat bukaan alur sungei yang berkurang dapat dihitung pada tahap ini dan disesuaikan untuk pengaruh gerusan umum dengan cara yang diberikan dalam Sub-bagian 6, Hidrolika, dari Panduan ini. Perhitungan lebih teliti, yang menggunaken geometri pilar dan lokasi yang diperoleh dari rencana pendahuluan jembatan, akan dilakukan kemudian dalam Tahap 9. d. Kecepatan aliran Kecepatan aliran untuk sungai yang dalam dan tidak dibatasi telah diperkirakan dengan pengukuran lapangan yang dijelaskan dalam tahap sebelumnya. Untuk alur sungai yang dibatasi, kecepatan rata-rata dapat dihitung dari aliran rencana, lebar alur sungai dan kedalaman gerusan umum rata-rata. Kecepatan saluran maksimum dapat diperoleh dengan memberi faktor pengali pada kecepaten rata-rata sesuai nilai yang diberikan dalam Tabel 8.4, Sub-bagian 8, Proteksi Penggerusan, dari Panduan ini €. Pekerjaan pengendalian Keperluan untuk pekerjaan pengendalian akan tergantung pada stabilites saluran pendekat, pada apakah bukaan alur sungai dibatasi dan pada sifat bahan tebing sungai. Dalam keadaan dimana diperlukan bangunan Pengendalian atau tebing pengarah, mereka akan memerlukan erlindungan dalam bentuk pasengan batu. Tersedienya batuan yang sesuai dengan demikian merupakan faktor penting bila mempertimbangkan biaya pekerjaan pengendalian. Dalam daerah dimana tidak terdapat batuan, lokasi pelintasan yang memerlukan pekerjaan pengendalian minimum akan mempunyai banyak keuntungan dan, dalam keadaan ekstrim, pelintasan yang membentangi lebar penuh dari dataran banjir dapat menjadi lebih murah untuk dilaksanakan dibanding dengan yang membatasi bukaan alur sungai dan memerlukan tebing pengarah. Sub-bagian 8.4 (Sub-bagian 8, Proteksi Penggerusan) dari Panduan ini memberikan pedoman untuk pekerjaan pengendalian. Tahap 5 Pada tahap ini dapat ditinjau kedalaman gerusan umum dan pengaruh arus balik, Bila kedalaman gerusan umum sedemikian sehingga kedalaman pondasi untuk pekerjaan jembatan dan pengendalian menjadi terlalu besar, atau terjadi Kolam air banjir yang tidak tersalurkan, atau Sungai tidak dapat ditampung antara tebing yang ada oleh jumlah ekerjaan pengendalian yang wajar, maka akan perlu untuk menyelesaikan bukaan alur sungai dan kembali ke Tahap 4. 28 uS5.4.21 Pandan Par Tahap ‘Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) Tahap 6 a. Faktor pengaruh Pada tahapan rencana ini, berbagai jenis alternatif dari konstruksi lokasi pelintasan yang mungkin akan dipertimbangkan. Pengaruhnya Pada regime sungai akan dipertimbangkan dan persyaratan perencanaan yang diakibatkan, seperti dijelaskan dalam Tabel 2.2, akan ditinja Tabel 2.2 adalah untuk pelintasan melalui saluran meander dinamik stabil, tetapi dapat digunakan juga sebagai pedoman dalam perencanaan pelintasan juga sebagai pedoman dalam perencanaan pelintasan melalui saluran sungai lurus dan melilit. Jenis konstruksi yang tidak sesuai untuk keadaan yang berlaku akan diabaikan, dan mereka yang sesuai akan dikembangkan sampai tingkat padamana biaya mereka dapat dievaluasi untuk maksud perbandingan. p Banyak dari faktor yang akan diambil dalam pertimbangan perencanaan pelintasan jembatan melalui sungai akan menjadi umum untuk jenis pelintasan jembatan yang lain. Mereka akan mencakup : pembebanan struktural (berat mati, angin dsb) keadaan tanah ekonomisnya konstruksi tersedianya peralatan, bahan dan pekerja trampil cuaca yang berlaku jalan ke lapangan pengaruh lingkungan pemeliharaan yang akan datang persyaratan khusus dari Propinsi Faktor-faktor tertentu khusus berlaku untuk pelintasan melalui sungai, dan dapat mempengaruhi konfigurasi jembatan. Mereka dibahas dibawah . b. Tinggi jembatan Dalam kasus selain dari jembatan terrendam, yang khusus direncanakan akan terrendam untuk jumiah hari terbatas selama tahun, jarak bebas antara tepi bawah jembatan dan ketinggian banjir maksimum akan ditentukan oleh persyaratan pelayaran atau, pada sungai tanpa lalu lintas air, oleh jarak bebas yang diperiukan untuk menjamin lewatnya hanyutan dengan aman. Besaran jarak bebas yang diambil akan sangat tergantung pada pertumbuhan pohon dan tanaman pada tebing sungai di atas arus. Di Indonesia diperlukan jarak bebas 1.0 meter terhadap tepi bawah balok lantai. Dalam kasus dimana jarak bebas dibatasi pada minimun, mungkin perlu untuk memeriksa pada ketinggian banjir untuk banjir dengan periode ulang lebih panjang. Bila jembatan terrendam pada keadaan tersebut maka pengarun gaya angkat dan hidrodinamik pada lantai jembatan harus diperiksa. NSS.AL21Pandoan Panyedcan Jovan <4 Jonny 1983 29 2. Mum Tahap ‘Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) | Tahap 6 | Perlu diperhatikan bahwa dalam beberapa kasus, hambatan geometrik (anjt.) | akibat jalan pendekat ke jembatan akan memerlukan suatu ketinggian minimum dari jembatan yang dapat berada diatas ketinggian minimum yang ditentukan dari pertimbangan jarak bebas. ¢. Geometri Pilar Geometri pilar harus dipilih setelah dipertimbangkan yang berikut : . Pembebanan bangunan atas (berat mati, angin dsb) . beban angin . jenis pondasi . gaya hidrodinamik . gaya tumbuk (hanyutan, kapal) : arah aliran sungai terhadap alinemen pilar . gerusan iokal . Pengaruh arus balik . estetika Geometri harus demikian sehingga pengaruh arus membalik dan gerusan menjadi sekecil mungkin. Pilar dengan demikian harus searah dengan arah utama dari aliran dan mempunyai luas proyeksi sekecil mungki terhadap aliran selama pertimbangan struktural dan estetik mengijinkan. d. Lokasi Pilar Lokasi pilar akan tergantung pada . persyaratan untuk pelayaran aman dan tingkat perlindungan yang diperlukan terhadap tumbukan kapal . Panjang bentang ekonomis untuk jenis konstruksi jembatan yang ditinjau . keadaan tanah . cara konstruksi pondasi . geometri saluran . Pengaruh arus balik . estetika Pada keadaan tertentu geometri saluran dapat mempunyai pengaruh besar pada jenis konstruksi jembatan yang dipertimbangkan dan demikian pada lokasi pilar. Dimana, sebagai contoh, jenis konstruksi jembatan dapat dipilih agar membentangi seluruh saluran dalam, Sehingga menghindari konstruksi mahal dan sulit dalam saluran dan masalah yeng mungkin terjadi akibat pengaruh gerusan lokal. 210 SEA. -Pandn Posen duets <4 muy 1993 Tahap 2 UMM ‘Tahapan Penyelidikan Alur Sungai - (Tabel 2.1) Tahap 7 Konfigurasi jembatan yang diusulkan akan digunakan dalam tahap ini dalam perhitungan kedalaman gerusan umum dan lokal dan pengaruh arus balik. Tahap 8 Pengaruh kombinasi deri gerusan umum dan lokal dalam alur sungai pada perencanaen pondasi piler akan diperiksa dalam tahap ini. Bila pengurangan relatif kecil dalam gerusan diperlukan untuk memperbaiki persyaratan pondasi, maka gerusan lokal (dan pada pelintasan sungai dalam, juga pengurangan kecil untuk gerusan umum) dapat dikurangi dengan menyesuaikan geometri pilar atau jumlah pilar, yaitu kembali ke Tahap 6. Bila diperlukan pengurangan gerusan lebih besar, maka pengaruh gerusan lokal dan umum perlu dikurangi dengan menyesuaikan bukaan alur sungai, yaitu kembali ke Tahap 4. Tahap 9 Pengaruh arus balik akibat hambatan aliran oleh pilar akan dihitung dalam tahap ini. Untuk pelintasan sungai dalam ini akan menjadi perhitungan arus balik yang pertama. Untuk pelintasan dataran banjir ini akan menjadi penyempurnaan perhitungan yang dilakukan dalam Tahap 4, Bila pengaruh arus balik ternyata terlalu besar, maka dalam kasus sungai dalam, akan diperlukan penyesuaian geometri pilar dan jumlah pilar yang menghambat arus, yaitu kembali ke Tahap 6 dan dalam kasus pelintasan dateran banjir, akan diperlukan penyesuaian bukaan alur sungai, yaitu kembali ke Tahap 4. Tahap 10 Pada tahap ini perencanaan telah cukup maju untuk memperkirakan biaya tiap rencana pendahuluan jembatan. Untuk pelintasan dataran banjir yang dibatasi, biaya total akan termasuk biaya timbunan jalan pendekat yang berada dalam dataran banjir, dan juga biaya pekerjaan pengendalian dan struktur jembatan. Tahap 11 Biaya dari rencana-rencane alternatif untuk tiap lokasi pelintasan akan diutamakan dalam tahap ini. Bila biaya rencana berada di atas alokasi pendanaan, maka mungkin diadakan penghematan dengan mengubah konstruksi jembatan dan kembali ke Tahap 5, atau membuat penyesuaian bukaan alur sungai dan kembali ke Tahap 4. Tahap 12 Bila terdapat lokasi alternatif untuk pelintasan jembatan, maka tahapan perencanagn diulang dari Tahap 3. Tahap 13 Rencana alternatif jembatan untuk tiap lokasi pelintasan alternatif jembatan akan ditinjau dan rencana terbaik akan dipilih untuk perencanaan terperinci, shan Jeroatan 4 ery 199 214 Tabel 2.2 - Pengaruh Jembatan pada Saluran Meander Dinamik Stabil ce Stee Stereo 2-12 OMS5-M.21 2. UNUM Pilar Mengalihkan pola aliran dan menaikan intensitas| aliran lokal Mengurangi lebar alur sungai dan menaikan intensitas aliran melalui bbukaan ‘Gerusan lokat di pilar Menaikan gaya hidrodinamik pada pilar Menaikan gerusan di ilar, pangkal dalam alur sungai ‘Menaikan ketinggian air di atas arus dan trekwensi baniir i atas arus ‘Menaikan ukuran pilar dan pondasi atau pelantaian/matras untuk membatasi kedalaman gerusan Menaikan ukuran pilar dan ondasi atau pelantaian/matras ‘untuk, membatasi kedalaman gerusan Menaikan ukuran pilar dan pondasi atau pelantaianimatras Untuk membatasi kedalaman, gerusan Konstruksi tanggul atau penampung air bani 2. UMM 2.7 PENYELIDIKAN TANAH Sekali lokasi jembatan akhimye dipilih, harus dilaksanakan program lengkap untuk eksplorasi dan pengujian tanah seperti diuraikan dalam Sub-bagian 9-12 dari Panduan ini, Bagaimanapun, bila terdapat keraguan mengenai keadaan tanah dasar selama perkiraan lokasi alternatif jembatan maka dapat dilakukan suatu penyelidikan tanah pendahuluan pada tiap lokasi yang diragukan. 2.8 PELAPORAN PENYELIDIKAN 2.8.1 Umum Maksud dasar untuk penyelidikan lokasi jembatan adalah untuk memperoleh keterangan Mengenailokasilapangan seperti topografi, geologi, parameter rencana tanah, hidrologi dan Karakteristik alur sungai agar Perencana dapat merencanakan, menghitung’ dan melaksanakan suatu jembatan baru. Setelah penyelidikan lokasi jembatan selesia, harus dibuat laporan lengkap dan jelas yang menempatkan pekerjaan yang telah dilakukan dalam urutan dan secara efektif menyampaikan hasil dari penyelidikan, Walaupun semua laporan penyelidikan lokasi jembatanharus memenuhi cara Penulisan yang lajim dan baik, terdapat beberapa masalah yang sulit dilaporkan pada penye ikan lapangan dan mereka harus diberikan perhatian khusus. Masalah tersebut diuraikan secara singkat dibawah, 2.8.2 Alasan untuk Membuat Laporan Alasan untuk membuat laporen penyelidikan lokasi jembatan adalah ; * Menyampaikan hasil dari penyelidikan lokasi jembatan. * Susunan sistimatik dari bahan laporan akan menjamin bahwa tidak terdapat segi penting dari lapangan yang terlupakan. * Laporan terperinci umumnya adalah keperluan utama untuk perencanaan dan pelaksanaan jembatan secara rinci. * —_ Laporen akan menjadi rekaman untuk penggunaan di masa akan datang untuk : ~ data dasar yang memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dalam hal terjadi kerusakan atau keadaan tidak terduga selama perkembangan umur jembatan. : Pendekatan ulang dari kebenaran pekerjaan jembatan ditinjau dari perkembangan teknologi akan datang. > merencanakan tigp perkembangan akan datang untuk jembatan den lokasi lapangan jembatan, 214 BMSS-0.21 Panu Penyeaian deren = 4 Janey 193 2. MUM 2.8.3 Kelengkapan Laporan Semua segi dari penyelidikan lokasi jembatan harus dilaporkan secara sistimatik. Harus berhati-hati agar mencegah kecenderungan untuk hanya melaporkan masalah tidak umum_ yang diketemukan selama penyelidikan. Khususnya, bila bencana atau kerusakan yang mungkin terjadi harus diselidiki dan ternyata tidak tercantum maka hal tersebut harus dilaporkan atau nilai pekerjaan yang telah dilakukan akan hilang karena pihak lain yang tidak yakin, akan memeriksa butir yang sama. Akibat dari banjir adalah suatu contoh. Cukup uraian mengenai alasan untuk penyelidikan lokasi jembatan, pekerjaan yang dihadapi pada waktu tersebut, siapa yang minta penyelidikan lapangan, dan siapa yang melaksanakannya harus termasuk dalam laporan. Sebagai tambahan untuk menyediakan latar belakang yang perlu untuk Perencana, keterangan tersebut sering bernilai dalam masa akan datang untuk pendekatan kebenaran penggunaan keterangan yang tercantum dalam laporan, untuk maksud yang tidak disadari oleh penyelidikan semula dan demikian tidak memberikan pertimbangan. 2.8.4 — Identifikasi Lokasi Jembatan Dalam kebanyakan kasus dapat diharapkan bahwa tidak lama setelah penyelidikan lokasi jembatan selesei, lokasi lapangan akan banyak berubah oleh pekerjaan pelaksanaan. Dengan demikian perlu bahwa lokasi yang diselidiki telah ditetapkan secara memad dengan patokan terhadap bangunan yang disurvai, garis tetap, atau ikatan koordinat tetap, dan bukan patok yang dapat dihilangkan. 2.8.5 Data Faktual dan Pengertian Didalam seluruh laporan harus diadakan perbedaan jelas antara apa yang disebut data faktual, seperti pengamatan, hasil pengujian, dsb., dan apa yang merupakan pengertian dan pendekatan yang dibuat dari data. 2.8.6 | Keterangan pada Gambar Konstruksi Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan selama penyelidikan lokasijembatan, Perencana dari pekerjaan jembatan yang akan dilaksanakan di lokasi lapangan akan menganggap bahwa terdapat keadaan tertentu dalam tanah. Bila keadaan aktual yang diketemukan selama penggalian adalah berbeda dengan yang diperkirakan tersebut, perlu agar Perencana jembatan segera diberitahu mengenai perbedaan tersebut. Untuk memungkinkan agar pegawai lokasi lapangan jembatan sadar bahwa terdapat perbedaan-perbedaan, dianjurkan agar cukup penjelasan mengenai susunan lapisan yang diharapkan selama penggalian harus tercantum pada gambar dan dokumen yang digunakan di lokasi jembatan selama pelaksanaan. BMSS-ML.21 Panduan Panylkan Junbaan 8 Janay 1993 2415 2.9 DAFTAR PUSTAKA Pustaka-Pustaka Bahasa Inggris Pustaka Publikasi 2.1 BRITISH STANDARDS INSTITUTION, Code of Practice for Site Investigations - BS 5930 : 1981. 2.2 BRITISH STANDARDS INSTITUTION, Code of Practice for Foundations - 8S 8004 : 1981. 2.3 STANDARDS ASSOCIATION OF AUSTRALIA, SAA Site Investigation Code - AS 1726 - 1981 2.4 AMERICAN ASSOCIATION OF HIGHWAY AND TRANSPORTATION OFFICIALS (AASHTO), Manual on Subsurface Investigations, 1988. 2.5 FARADAY R.V, & CHARLTON F.G., Hydraulic Factors in Bridge Design, Published by Hydraulics Research Station Limited, Wallingford, Oxfordshire, Produced by Thomas Telford Ltd, London, 1983. 2.6 NEILL C.R. (Editor), Guide to Bridge Hydraulics, Published for Roads and Transport Association of Canada by University of Toronto Press, 1973. Ce) 2-16 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PENYELIDIKAN JEMBATAN BAB 3 SURVAI DAERAH JEMBATAN FEBRUARI 1993 DOCUMENT No. BMS5-M.1 3. SURVAI DAERAH JEMBATAN DAFTAR ISI 3. SURVAI DAERAH JEMBATAN 34 3.1. PENDAHULUAN 34 3.2 UMUM 34 3.3. SURVAI PENDAHULUAN JEMBATAN 34 3.3.1 Umum 34 3.3.2. Hal-hal Pokok Yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan Survai Pendahuluan 34 3.3.3 Laporan 3:3 3.4 SURVAI TOPOGRAPHI JEMBATAN 34 3.4.1 Umum 34 3.4.2 Pelaksanaan 34 3.4.3. Laporan 37 3.5 DAFTAR PUSTAKA 38 M531. Panuan PenyeanJembatn January 1989 ai 3. SURVAI DAERAH JEMBATAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan lebih rinci kebutuhan akan survai pendahuluan dan topografi pada Penyelidikan lokasi jembatan. Petunjuk diberikan pada tipe data yang harus dikumpulkan seperti juga kebutuhan akan besaran dan kebenaran data. 3.2 umum Perencanaan sebuah jembatan diatas aliran sungai membutuhkan perincian pada lokasi rute, potensi arus lalu lintas, kebutuhan akan struktural dan pondasi seperti juga karakteristik arus aliran sungai dibawahnya. Oleh sebab itu adalah penting untuk mengumpulkan informasi tentang topografi lokasi jembatan, geologi, parameter perencanaan tanah, hidrologi dan karakteristik aliran sungai. Informasi terkumpul yang dimaksud adalah Survai Pendahuluan dan Survai Topografi. Perincian tentang kebutuhan akan survai tersebut dijelaskan pada bab berikut ini 3.3 SURVAI PENDAHULUAN JEMBATAN 3.3.1 Umum ‘Survai Pendahuluan adalan tinjauan ke lokasi/lepangan dimana jembatan akan dibangun, dan dilaksanakan sebagai tahap awal guna mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan teknis jembatan secara lengkap sehingga dapat ditetapkan langkah selanjutnya yaitu : survai topographi, survai penyelidikan tanah dan survai perhitungan hidrowater / hidrologi untuk memperoleh perencanaan jembatan yang baik. 3.3.2 Hal-hal Pokok Yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan Survai Pendahuluan Berikut ini diuraikan hal-hal pokok yang harus dilakukan dalam pelaksanaan survai pendahuluan jembatan. Pemilihan Lokasi Menetapkan lokasi dimana jembatan baru akan dibangun dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, sosial, estetika yang mencakup alignmen jalan, kecepatan rencana dan konstruksinya sehingga lokasi jembatan baru sedapat mungkin terletak pada lokasi yang ideal. Dalam hal perlu diadakan relokasi, harus ditinjau masalah yang berkaitan dengan pembebasan tanah, keadaan lingkungan dan apakah ada timbunan atau galian yang akan terjadi terhadap kondisi tanah dasar yang ada serte masalah-masalah lainnya. b. Bentang, Lebar Dan Tipe Jembatan Menetapkan panjang bentang, lebar kélas dan tipe jembatan baru dengan memperhatikan stabilitas tebing, profil sungai, arah aliran, sifat-sifat sungai, bahan-bahan bawaan sungai, scouring vertikal dan horisontal, kepadatan dan pembebanan lalu-lintas. [1554.31 Pansan PnylcianJamastan nus 1883 34 3._SURVAI DAERAH JEMBATAN Rencana oprit jembatan dan apabila oprit jembaten terletak pada daerah rawe-rawa, diatas Yanah lembek, dan tanah kompresibel yang akan menimbulkan persoalan stabilitas dan Penurunan, maka dapat disarankan penambahan panjang bentang jembatan, perbaikan tanah tau kemungkinan cara penanggulangen lainnya. c. Hidrolika/Hidrologi Melakukan pemeriksaan data-data mengenai morfologi sungai yang telah ada dengan kondisi lapangan pada saat ini. Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan langsung untuk perencanaan dan mencatat keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi rencana letak pondasi. Memperkirakan kondisi hidrologi dan hidrolika serta sifat-sitat morphologi sungai. Perlu diketahui juga kapan banjir terbesar yang pernah terjadi dan perkiraan periode ba didapat dari data curah hujan yang ada. yang Untuk menentukan banjir secara umum dapat ditanyakan lebih lanjut kepada Dinas Pekerjaan Umum setempat. da. Penyelidikan Tanah Menetapkan perkiraan lokasi untuk penyelidikan tanah dan jenis penyelidikan tanah yang diperiukan (sondir, bor, SPT, testpit, stabiltas). Dalam menentukan jenis konstruksi bangunan bawah diperkirakan juga jenis pondasi yang akan Gipakai untuk jembatan baru ini, antara lain dengan referensi pondasi jembatan lama. e. Data Jembatan Lama Data dan kondisi jembatan lama perlu dicatat dalam form pemeriksaan detail jembatan guna menetapkan urutan prioritas penggantian jembatan dan jika jembatan tersebut akan diganti maka harus diperkirakan kekuatan jembatan lama yang mungkin akan dipergunakan sebagai darurat bila diperlukan. Sehubungan dengan sifat_sungai, agar diberikan saran-saran terhadap jembatan lama (dibongkar/difungsikan/dibiarkan) bila jembatan baru sudah selesai dibangun. Material Untuk menghindari harga material yang tinggi diperlukan adanya data/tempat pengambilan ‘material (quarry) yang dekat dengan tokasi jembatan yang akan dibangun. Dalam hal ini pertu ditentukan/gicarikan lokasi pengambilan material dengan perkiraan mutunya Sedapat mungkin sesuai dengan muty material yang digunakan/disyaratken. Biasenya peta Quarry dapat diperoleh di DPUP setempat. 9. Tenaga Lapangan Untuk mendapatkan hasil survai pendahuluan yang baik diperlukan tenaga yang berpengalaman dalam perencanaan teknis jembatan maupun pelaksanaan jembatan. 3-2 MSS. - Pandan Parveen Janbaten Jay 1993 3, SURVAI DAERAH JEMBATAN h. Photo-Photo Sangat diperlukan photo mengenai keadaan jembatan lama, sungai, lokasi jembatan baru secara lengkap sehingga photo tersebut dapat dipergunakan pula sebagai data dalam Perencanaan jembatan selanjutnya. Photo-photo tersebut terdiri dari © Photo rencana lokasi jembatan baru : Dari hulu ke arab hil 5 Dari hilir ke arah hulu. 5 Dari jalan masuk ke arah jalan keluar (rencana lokasi kepala jembatan). : Dari jalan keluar ke arah jalan masuk (rencana lokasi kepala jembatan). : Photo perspektif rencana lokasi jembatan. : Photo-photo lainnya yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan. Pada photo-photo tersebut diatas agar dicantumkan, tanda-tanda antara lain arah aliran sungai, rencana as jembatan, rencana lokasi kepala jembatan, dan lain-lain. . Photo jembatan lama. 3.3.3. Laporan Semua hasil survai pendahuluan harus dibuat dalam bentuk laporan survai pendahuluan jembatan secara lengkap dengan photo-photo asli dan ditanda-tangani. Bentuk laporan harus sesuai dengan bentuk dalam Standar Produk Survai Pendahuluan Jembatan. MSS 1.31 Pansan Penyaan Jemsstan 6 nus 1993 33 3._SURVAI DAERAH JEMBATAN 3.4 SURVAI TOPOGRAPHI JEMBATAN (PENGUKURAN JEMBATAN) 3.4.1. Umum Survai Topographi Jembatan adalah merupakan salah satu kegiatan dari proses perencanaan jembatan yang akan menghasilkan gambar detail pengukuran pada daerah jembatan dan sekitarnya yang pelaksanaannya dilakukan setelah Survai Pendahuluan. Tyjuan dari Survai Topographi ini adalah mengumpulkan data pengukuran lokasi jembatan dan sekitamya untuk mendapatkan detail pengukuran yang cukup untuk keperluan perencanaan teknik jembatan yang baik. 3.4.2 Pelaksanaan Survai Topographi dilakukan sepanjang rencana lokasi as jalan jembatan baru dengan mengadakan tambahan dan pengukuran detail pada tempat yang diperlukan untuk penempatan jembatan baru sehingga memungkinkan realinyemen untuk mendapatkan as jalan jembatan yang sesuai dengan keperluan. Pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut a Pengukuran Lokasi Jembatan + Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal + Pengukuran situasi jembatan * Pengukuran penampang memanjang dan melintang + Pemasangan patok-patok tetap * Perhitungan dan penggambaran peta * Pengukuran ditempat realinyemen jembatan b Daerah Pengukuran Sekitar Sungai * — Kekiri dan kekanan sungai sepanjang jalan masing-masing sepanjang 200 meter, dengan lebar pengukuran kekiri dan kekiri as jalan masing-masing selebar 50 meter, . Kekiri dan kekanan as jalan pada daerah sungai masing-masing sepanjang 100 meter, dengan lebar pengukuran kekiri dan kekanan tepi sungai masing- masing selebar 50 meter. 34 euss..1- Pncuan 3. SURVAI DAERAH JEMBATAN c, Cara Pengukuran L Pengukuran Titik Kontrol = Pengukuran Titik Kontrol Horizontal = Pengukuren kontrol dapat berupa jaring-jring poligon atau rangkaian segitiga. Pemilnan jenis tt kontrol tersebut tergantung pada lebar sungai, untuk sungai-sungai yang mempunyai lebar lebih dari 100 (seratus) meter dipakai rangkaian segitiga. : Titik Kontrol tersebut diletakan 50 - 100 meter. : Untuk rangkaian poligon dipakai alat ukur tingkat I, begitu pula untuk rangkaian segitiga, : Patok beton dipasang minimum 6 buah pada daerah pengukuran sungai (2 buah pada 500 meter dikiri kanan sungai, 4 buah disekitar jembatan). - Pengukuran azimut matahari dilakukan didaerah ini. © Pengukuran k Kontrol Vertikal : Pengukuran berupa pengukuran waterpass tingkat ke Il. : Pengukuran tinggi melintasi sungai dilaksanakan melintasi methode double line crossing untuk sungai-sungai yang lebih besar dari 75 meter. Titik kontrol untuk jarak 50 m dibuat dari beton. : Titik tinggi harus diikat_ dengan titik yang telah diketahui ketinggiannya. : Ketelitian pengukuran adalah sebagai berikut : + Pengukuran beda tinggi harus dilakukan dengan pengukuran pergi dan pulang. Ketinggian titik poligon harus divkur dengan mempergunakan alat ukur tinggi yang sesuai dengan pengukuran tingkat ke Il (GK 2, NA 2, NI 2). Pengukuran tinggi tersebut harus diikat pada titik tinggi yang ada yang telah diketahui ketinggiannya diatas muka air laut rata-rata, + Kesalahan menengah dari sifat dasar yang diperoleh tidak boleh lebih besar dari 1.5 - 2.5 km; jumlah panjang strekking jalan yang diukur, MSS. Mt PancuanPaoybian Jombaten- 4 Jon 1995, 35 3._SURVAI DAERAH JEMBATAN d Pengukuran Situasi Jembatan Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua keterangan yang ada idaerah sepanjang jalan jembatan, misainya : rumah-rumah, pohon-pohon, pinggit bahu jalan, pinggir selokan, gorong-gorong, serta dimensinya, tiang-tiang listrik, tiang-tiang telepon, jembatan-jembatan, batas sawah, batas kebun, batas desa, sungai-sungai, saluran irigasi, arah aliran air dan lain-tain. Untuk itu pengukuran dapat dilakukan dengan cara tachymetri. © Tugu-tugu Km dan Hm yang ada ditepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini dimaksud untuk memperbanyak titik-titk referensi pada Penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan. . Pada tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat disekitar jalur jalan perlu diberi tanda diatas peta (jenis dan lokasi material) e Pengukuran Penampang i. Pengukuran Penampang Melintang Sungai Di daerah sungai dibuat penampang untuk setiap 25 meter ‘sampai pada jarak 100 meter kiri- kanan sumbu jalan. Lebar penampang dibuat 50 meter kiri-kanan ujung sungai atau kepala jembatan. Pengukuran Penampang Memanjang Dan Melintang Pada Jalan Masuk Jembatan * Pengukuran Penampang Memanjang Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu jalan yang telah ‘ada, kecuali pada tempat-tempat kemungkinan diadakan realinyemen harus diadakan tambahan. Untuk pengukuran penampang memanjang peralatan yang dipergunakan sama dengan yang dipergunakan untuk pengukuran kontrol vertikal. * Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang melintang diambil pada setiap jarak 50 meter pada bagian jalan yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 meter untuk daerah- daerah tikungan dan bergelombang. Lebar pengukuran harus meliputi daerah masing-masing sejauh 50 meter sebelah kanan dan sebelah kiri sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 meter ke sisi luar dan 75 meter ke sisi dalam pada bagian jalan yang menikung, Titik-titik yang periu diperhatikan ialah tepi perkerasan, dasar dan atas Qorong-gorong, tepi bahu, dasar dan permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaraan jembatan dan tebing sungai. 3-6 ENS tat - Panam PenyactanJambatan 4 Jaay 1989 3._SURVAI DAERAH JEMBATAN Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran situasi dapat dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang ini. t Patok-Patok Patok beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm harus ditanam sedemikian rupa sehingga bagian atok yang diatas tanah kira-kira adalsh 10 cm, Patok-patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm. Patok beton maupun patok kayu harus diberi tanda BM dan nomor urut. Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempatkan titik-titik tinggi referensi pada pokok-pokok pohon atau tempat-tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan kembali. Baik patok poligon meupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran. Khususnya untuk profil memanjang, titik-titik yang terletak disumby jalan diberi paku dengan difingkari cat kuning sebagai tanda. 9. Perhitungan Dan Penggambaran Peta Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan titiktitk ikat yang dipergunakan. Perhitungan harus berdasar pada methode kwadrat terkecil. Penggambaran titik-tiik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat. Penggambaran titik-titik poligon tersebut sama sekali tidak diperkenankan secara grafis. 3.4.3 Laporan Laporan hasil survai topographi jembatan terdiri dari : + Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertas milimeter dengan skala 1:500 dan garis tinggi dengan interval 0.25 meter. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serte thuik-titik ikat baru harus dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian -titik tersebut perlu juga dicantumkan © Daftar koordinat beserta ketinggian dari titik-titik poligon utama harus dilampirkan pada penyerahan hasil pekerjaan. MSS... Penuan Panyetan Jamba 4 Jani 1999 37

You might also like