You are on page 1of 11

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 41, NO. 2, DESEMBER 2014: 218 – 228

Model Motivasi Trisula: Sintesis Baru


Teori Motivasi Berprestasi
Edy Purwanto1
Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang

Abstract. The purpose of this study was to find out a comprehensive model of achievement
motivation appropriate for Indonesian students. Specifically, this study examined the
contribution of task-value, self-efficacy and goal orientation in influencing students’
achievement motivation. The subjects of this research were 393 high school students, 219 of
them are female and 174 are male. 46% of them were senior high school and 54% junior, high
school students. 45% were from public schools and 55% from religion-based private schools.
The task-value, self-efficacy, goal orientation and achievement motivation as scaling
instruments used in this study were developed from Motivated Strategies for Learning
Questionnaire Manual. The instruments had been tested and proved valid and reliable.
Analysis of model testing data was done using technique of confirmatory factor analysis. The
results showed that the trisula model of achievement motivation was reliable. The task-value,
self-efficacy and goal orientation are significant loading factors for achievement motivation.
The self-efficacy also is a significant loading factor for the task-value and goal orientation.
Keywords: achievement motivation, goal orientation, self-efficacy, task-value

Abstrak. Penelitian ini bertujuan menemukan model motivasi berprestasi yang komprehensif
dan cocok untuk siswa Indonesia. Secara spesifik, penelitian menguji kontribusi tiga elemen
esensial pembentuk motivasi berprestasi: nilai-tugas, efikasi-diri, dan orientasi tujuan. Subjek
penelitian ini adalah 393 orang siswa, terdiri atas 219 perempuan dan 174 laki-laki, 46% siswa
SMA dan 54% siswa SMP, 45% siswa dari sekolah negeri dan 55% siswa sekolah swasta
berbasis agama. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
skala nilai-tugas, skala efikasi-diri, skala orientasi tujuan, dan skala motivasi berprestasi yang
digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari Motivated Strategies for Learning
Questionaire Manual. Sebelum digunakan, instrumen tersebut telah diuji dan terbukti valid
serta reliabel. Analisis data pengujian model dilakukan dengan teknik analisis faktor
konfirmatori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model trisula motivasi berprestasi
merupakan model yang andal. Nilai-tugas, efikasi-diri, dan orientasi tujuan, memiliki faktor
loading signifikan terhadap motivasi berprestasi. Efikasi-diri juga memiliki faktor loading
signifikan terhadap nilai-tugas dan orientasi tujuan.
Kata kunci: efikasi-diri, nilai-tugas, motivasi berprestasi, orientasi tujuan

Sebagian siswa di Indonesia telah


1 tisi akademik seperti lomba karya ilmiah,
mampu mengembangkan motivasi yang olimpiade fisika, olimpiade matematika,
tinggi. Mereka terbiasa mengatur aktivitas dan semacamnya. Namun secara keselu-
belajarnya secara disiplin, senang bersi- ruhan, motivasi berprestasi siswa umum-
buk-diri dalam berbagai aktivitas akade- nya masih rendah. Sangat banyak dijum-
mik, terlibat dalam berbagai ajang kompe- pai siswa yang ingin memperoleh nilai
rapor bagus, lulus ujian dan masuk pergu-
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat
ruan tinggi tetapi usaha belajarnya tidak
dilakukan melalui: edy.purwanto21@yahoo.com serius, tidak memiliki kebiasaan belajar

218 JURNAL PSIKOLOGI


MOTIVASI TRISULA, MOTIVASI BERPRESTASI

yang teratur, mudah bosan ketika melaku- istilah-istilah yang tumpang-tindih satu
kan belajar. Kondisi rendahnya motivasi dengan yang lain tentu menimbulkan
itu membawa akibat pada rendahnya kesulitan bagi guru ketika harus menerap-
kompetensi yang dikuasai siswa, yang kan lebih dari satu teori guna mendapat-
pada gilirannya mengundang munculnya kan efek peningkatan motivasi berprestasi
praktik-praktik curang dalam ujian. Feno- yang lebih kuat. Oleh karena itu teori-teori
mena ini mengungkapkan kegagalan guru motivasi berprestasi yang ada perlu diana-
di berbagai satuan pendidikan dalam lisis dan selanjutnya disintesiskan ke
mengembangkan motivasi berprestasi sis- dalam sebuah model motivasi berprestasi
wa. Sumber permasalahan bukan karena yang bersifat komprehensif, yakni sebuah
tidak adanya teori motivasi hebat melain- model motivasi berprestasi yang menga-
kan kesulitan para guru untuk memilih komodasi elemen-elemen esensial motiva-
teori motivasi apa saja yang perlu diterap- si berprestasi
kan secara terpadu untuk mengembang- Schunk, Pintrich, dan Meece (2008)
kan motivasi siswa. mengajukan definisi motivasi sebagai
Hingga saat ini, banyak teori motivasi “proses di mana aktivitas yang terarah
berprestasi yang dikembangkan oleh para pada suatu tujuan tertentu didorong dan
ahli. Namun belum ada satupun teori dipertahankan.” Motivasi berprestasi atau
yang komprehensif yang dapat diterapkan motivasi untuk berprestasi dengan demi-
guru guna meningkatkan motivasi ber- kian adalah motivasi yang tujuannya
prestasi siswa dengan hasil yang memuas- adalah meraih prestasi. Definisi tersebut
kan. Untuk menghasilkan peningkatan sejalan dengan yang diajukan Nicholl
motivasi berprestasi yang lebih kuat, guru (1984) bahwa motivasi berprestasi adalah
harus mengkombinasikan penerapan be- motivasi yang ditujukan untuk mengem-
berapa teori motivasi berprestasi. Perso- bangkan ataupun mendemonstrasikan
alan yang muncul kemudian adalah kemampuan yang tinggi. Seseorang dika-
bahwa masing-masing teori motivasi yang takan berprestasi jika ia berhasil mengem-
telah ada pada umumnya memfokuskan bangkan atau mendemonstrasikan ke-
pada salah satu elemen atau faktor moti- mampuan yang tinggi. Singkatnya,
vasi, dan tidak jarang ditemui bahwa motivasi berprestasi adalah motivasi yang
suatu teori membuat asumsi meta-teori bertujuan untuk mengejar prestasi yaitu
sendiri-sendiri serta memunculkan istilah- untuk mengembangkan ataupun mende-
istilah yang berbeda untuk sebuah kons- monstrasikan kemampuan yang tinggi.
trak psikologis yang sama. Sebagai contoh,
dalam beberapa literatur motivasi dijum- Indikator Motivasi Berprestasi
pai bahwa konstrak harapan dikonsep-
Schunk, dkk. (2008); Wigfield dan
tualisasikan dengan beragam istilah. Ada
Eccles, (2002) mengemukakan bahwa indi-
ahli yang menyebutnya sebagai perceived
kator dari motivasi berprestasi, khususnya
control, self-efficacy, attribution style, dan
dalam setting akademik, meliputi, (1)
control belief, padahal konstrak dasarnya
Choice atau memilih terlibat dalam tugas
(the basic construct) dari sejumlah atribut
akademik daripada tugas-tugas non-aka-
psikologis tersebut adalah sama yaitu
demik. Perilaku memilih tugas prestasi ini
mencakup keyakinan akan kemampuan
misalnya memilih mengerjakan tugas
mereka untuk mengerjakan suatu tugas
sekolah daripada menonton TV, menele-
(Pintrich & De Groot, 1990). Munculnya
pon teman, bermain game, ataupun aktivi-

JURNAL PSIKOLOGI 219


PURWANTO

tas-aktivitas lainnya yang dapat dipilih untuk mengerjakan tugas yang dihadapi.
untuk mengisi waktu luang; (2) Persistence Bandura (1997) mengemukakan bahwa
atau persisten (ulet) dalam tugas prestasi, perilaku orang diarahkan oleh keyakinan-
terutama pada waktu menghadapi nya tentang seberapa tinggi peluang untuk
rintangan seperti kesulitan, kebosanan, sukses dalam mengerjakan suatu tugas,
ataupun kelelahan; dan (3) Effort atau yang dinamakan efikasi-diri. Untuk ber-
mengerahkan usaha baik berupa usaha hasil dalam mengerjakan suatu tugas,
secara fisik maupun usaha secara kognitif selain dituntut memiliki pengetahuan dan
seperti misalnya menerapkan strategi keterampilan untuk mengerjakan tugas
kognitif ataupun strategi metakognitif. secara berhasil, orang juga harus memiliki
Perilaku yang mencerminkan usaha ini keyakinan bahwa sukses akan berhasil
misalnya berupa mengajukan pertanyaan diraih. Siswa dengan efikasi-diri tinggi
yang bagus ketika di kelas, mendiskusikan dalam matapelajaran yang diikuti, mem-
materi pelajaran dengan teman sekelas perlihatkan perjuangan yang gigih untuk
atau teman lain di luar jam sekolah, memi- meraih sukses. Sebaliknya siswa dengan
kirkan secara mendalam meteri pelajaran efikasi diri-rendah cenderung menghin-
yang sedang dipelajari, menggunakan dari tugas-tugas akademik, persistensinya
waktu yang memadai untuk memper- dalam berusaha rendah, ketika mengha-
siapkan ujian, merencanakan aktivitas dapi kesulitan mudah menyerah (Pajares,
belajar, menerapkan mnemonic dalam 2003; Schunk, 1981).
belajar. Sejumlah konstrak psikologi yang
secara substansial memiliki makna serupa
Identifikasi elemen-elemen esensial motivasi dengan efikasi-diri. meliputi harapan
berprestasi untuk sukses, keyakinan kontrol (control
Masing-masing teori motivasi ber- belief), gaya atribusi, dan sebagainya. Pene-
prestasi berbeda dalam menjelaskan ele- litian yang dilakukan Kirsh (1985) mene-
men atau komponen yang menyebabkan mukan bahwa konstrak efikasi-diri dan
tinggi/rendahnya motivasi berprestasi. harapan mempunyai substansi yang sama.
Muncul sejumlah konstrak berbeda yang Kirsh memberi judul artikel yang
diajukan oleh masing-masing ahli terkait ditulisnya dalam Journal of Social Psycho-
pertanyaan: “Mengapa beberapa siswa logy dengan “efikasi-diri dan harapan,
mampu tetap persisten dalam menger- anggur lama dengan label baru.” Konstrak
jakan suatu tugas atau aktivitas akademik gaya atribusi yang diajukan Weiner (1992)
yang penuh tantangan sementara siswa- secara substansial berkesesuaian dengan
siswa yang lain cepat sekali menyerah konstrak efikasi-diri. Bahwa gaya atribusi
dalam tugas tersebut meski mereka individu yang memandang sukses yang
memiliki kemampuan untuk mengerjakan diraihnya disebabkan oleh faktor kemam-
tugas tersebut?” Hasil analisis terhadap puan dirinya dan usaha yang dikerahkan,
sejumlah teori motivasi berprestasi dite- sedang gagal diatribusikan pada kurang
mukan tiga elemen esensial yaitu efikasi beruntung atau kurang usaha, pada
diri, nilai-tugas, dan orientasi tujuan. hakekatnya merupakan pengejawantahan
dari individu dengan efikasi-diri tinggi.
Efikasi Diri Sebaliknya individu yang mengatribusi-
kan sukses kepada faktor eksternal seperti
Efikasi-diri menunjuk pada keyakinan
keberuntungan dan mengatribusikan ga-
individu atas kapabilitas yang dimilikinya

220 JURNAL PSIKOLOGI


MOTIVASI TRISULA, MOTIVASI BERPRESTASI

gal kepada kurangnya kemampuan, meru- melaporkan bahwa keberhasilan mencapai


pakan pengejawantahan dari individu standar yang menjadi tujuan dalam suatu
dengan efikasi-diri rendah. tugas menghasilkan efek meningkatknya
Dalam konteks pendidikan, efikasi- motivasi intrisik terhadap tugas tersebut.
diri terdiri ada dua aspek: (1) Efikasi-diri Tobias (1995) dalam penelitiannya mene-
akademik, sebuah penilaian diri seorang mukan bahwa semakin akrab terhadap
individu atas kemampuannya untuk suk- suatu materi pelajaran (prior knowledge)
ses dalam mencapai tujuan-tujuan akade- akan semakin tinggi motivasi intrinsik
mik; dan (2) Efikasi-diri untuk regulasi- siswa terhadap pelajaran tersebut. Untuk
diri, sebuah penilaian diri seorang indi- menguasai suatu materi baru seringkali
vidu akan kemampuan dirinya untuk dibutuhkan penguasaan atas materi-ma-
mengatur kognisi, afeksi, dan tindakan teri yang berada pada tingkat di bawah-
guna meraih sukses akademik. nya. Oleh karena itu untuk mempercepat
tumbuhnya motivasi terutama pada tahap
Nilai-tugas awal, dapat ditempuh melalui rancangan
pembelajaran yang mengkaitkan antara
Ketika individu dihadapkan pada materi pelajaran dengan minat siswa,
suatu tugas, salah satu pertanyaan yang sebagai contoh, dalam pembelajaran
muncul dalam benaknya adalah mengapa bahasa Inggris, dapat dilakukan dengan
saya mau mengerjakan tugas ini. Jawaban mendayagunakan musik yang berbahasa
atas pertanyaan tersebut berkaitan dengan Inggris.
nilai atau harga dari tugas yang dikerjakan
Tentang seberapa tinggi individu me-
tersebut bagi individu. Konstrak psikologi
mandang penting terhadap suatu tugas,
yang diajukan oleh para peneliti terkait
biasanya berkaitan dengan nilai-nilai religi
konsep nilai-tugas meliputi nilai atau
atau budaya yang telah dihayatinya. Bell
motivasi intrinsik, nilai ekstrinsik atau
dan Smith (2003) menyebutnya sebagai
nilai guna atau motivasi ekstrinsik. Satu
motivasi personal bersumber religi. Peneli-
lagi nilai yang penting bagi orang Indo-
tian Purwanto dan Sutoyo (2007) menemu-
nesia yaitu nilai spiritual, yaitu nilai yang
kan bahwa pemberian intervensi berupa
berkaitan dengan penghayatan dirinya
internalisasi nilai-nilai spiritual-qur’ani
sebagai makhluk religius.
merupakan sumber motivasi yang kuat
Eccles (1983); Wigfield dan Eccles, bagi motivasi berprestasi siswa. Siswa
(1992) mendefinisikan nilai-tugas secara yang menemukan adanya nilai spiritual
operasional dalam; attainment value, intrin- dari serangkaian aktivitas akademik yang
sic motivasit, dan utility value atau extrinsic dilakukan, menunjukkan persistensi yang
value. Maksudnya, keyakinan tentang nilai lebih tinggi dalam belajar.
yang diletakkan siswa terhadap suatu
Singkatnya, elemen nilai-tugas terdiri
tugas akan meningkat seiring dengan
atas tiga aspek: (1) nilai guna atau nilai
meningkatnya keyakinannya bahwa tugas
ekstrinsik, ada reward atau benefit yang
akademik itu penting baginya (attainment
bakal diperoleh individu melalui serang-
value), menyenangkan untuk dilakukan
kaian aktivitas yang dilakukan individu
(intrinsicmotivasit), memiliki kegunaan
dalam suatu tugas. Dengan kata lain
atau manfaat bagi dirinya (utility value).
serangkaian tindakan yang dilakukan
Nilai tugas juga dapat terbangun me- individu merupakan instrumen atau alat
lalui pengalaman sukses serta keakraban untuk memperoleh sesuatu yang bernilai
dengan tugas. Bandura dan Schunk (1981)

JURNAL PSIKOLOGI 221


PURWANTO

bagi individu; (2) nilai intrinsik, ada kei- Elemen orientasi tujuan terdiri atas
ngintahuan (curiosity) yang hendak dicari- dua aspek yaitu: (1) Tujuan masteri,
tahu jawabnya melalui tugas yang diker- individu memiliki tujuan yang jelas serta
jakan, ada perasaan senang (enjoy) yang komitmen yang tinggi untuk menguasai
diperoleh melalui serangkaian aktivitas atau memperbaiki kompetensi tertentu,
yang dikerjakan, ada kompetensi tertentu untuk mengembangkan keterampilan atau
yang hendak dikuasai melalui serangkaian kecakapan baru melalui tugas-tugas aka-
aktivitas yang dilakukan; dan (3) nilai demik yang dilakukan. (2) Tujuan perfor-
spiritual. Melalui serangkaian aktivitas mansi, individu memiliki tujuan yang jelas
yang dilakukan individu yakin akan mem- serta komitmen yang tinggi untuk meng-
peroleh benefit spiritual (keberkahan, ungguli performansi orang lain, untuk
kasih sayang) dari Tuhan. memperoleh pengakuan publik atas suk-
ses yang dicapai. Aspek tujuan menghin-
Orientasi tujuan dari performansi (performance-avoid goal),
yaitu bertujuan menghindari penilaian
Orientasi tujuan berkaitan dengan
tidak kompeten, tidak dimasukkan seba-
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
gai aspek tersendiri dari orientasi tujuan,
individu dalam suatu tugas. Terem atau
sebab performansi merupakan pola
konstrak psikologi yang diajukan para
maladaptive dari tujuan performansi.
peneliti terkait orientasi tujuan meliputi
Individu yang memiliki tujuan menghin-
tujuan masteri (mastery goal orientation),
dari performansi, orientasinya ketika
tujuan performansi (performance goal orien-
menghadapi tugas prestasi adalah agar
tation). Penerapan konsep tersebut berupa
tergolong dalam kelompok kompetensi
goal-setting. Locke dan Latham (1990)
rendah. Model utuh model trisula moti-
melaporkan temuan penelitian bahwa
vasi berprestasi dapat dilihat pada
pemilihan suatu tujuan dan komitmen
Gambar 1.
terhadap tujuan yang terkait dengan suatu
tugas dipengaruhi oleh efikasi-diri dalam
tugas tersebut.

Ekstrinsik Intrinsik Spiritual


Pilihan tugas
Regulasi-diri

Nilai-Tugas
Persisten

Motivasi
Efikasi-Diri
Berprestasi
Akademik

Orientasi Tujuan
Usaha

Tujuan masteri Tujuan performansi

Gambar 1. Model Trisula Motivasi Berprestasi

222 JURNAL PSIKOLOGI


MOTIVASI TRISULA, MOTIVASI BERPRESTASI

Metode reliabilitas 0.761. Analisis data pengujian


model dilakukan dengan bantuan Pro-
Subjek penelitian ini adalah 393 orang gram Lisrel versi 8.51.
siswa, terdiri atas 219 perempuan dan 174
laki-laki, 46% siswa SMA dan 54% siswa
SMP, 45% siswa dari sekolah negeri dan Hasil
55% siswa sekolah swasta berbasis agama. Data hasil analisis menunjukan
Skala nilai-tugas, skala efikasi-diri, skala bahwa sejumlah besar kriteria model fit
orientasi tujuan, dan skala motivasi ber- (RMSEA= 0.053; NFI=0.97; GFI=0,97>0,90;
prestasi yang digunakan dalam penelitian ECVI for Saturated Model=0.28<for Indepen-
ini dikembangkan dari Motivated Strategies dence Model=3.82; NFI=0,96>0,90) terpe-
for Learning Questionaire Manual (MSLQM) nuhi. Itu berarti bahwa model fit, artinya
yang disusun oleh Pintrich, Smith, Garcia, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dan McKeachie (2006). Hasil analisis faktor antara matrik kovarian dari model teoritik
konfirmatori dan uji reliabilitas alfa de- dengan matrik kovarian data. Dengan
ngan SPSS for Windows versi 20 menun- demikian dapat disimpulkan bahwa mo-
jukkan bahwa skala efikasi-diri, indeks del teoritik yang terdiri atas nilai-tugas,
validitas bergerak antara 0.412 sampai efikasi-diri, orientasi tujuan sesuai untuk
dengan 0.849 dan reliabilitas alfa sebesar menjelaskan tinggi-rendahnya tingkat
0.836. Skala nilai-tugas, indeks validitas motivasi berprestasi siswa.
bergerak antara 0.535 sampai dengan
Gambar 2 adalah gambar koefisien
0.780, dan reliabilitas 0.794. Skala orientasi
jalur hasil analisis persamaan struktural
tujuan, validitas 0.808 sampai dengan
antar variabel model trisula motivasi
0.887, dan reliabilitas 0.895. Untuk skala
berprestasi dengan menggunakan metode
motivasi berprestasi, indeks validitas anta-
LISREL.
ra 0.488 sampai dengan 0.705, dengan

Gambar 2. Koefisien jalur model trisula motivasi berprestasi

JURNAL PSIKOLOGI 223


PURWANTO

Berdasarkan Gambar 2 tampak bahwa belajaran yang diikuti, ditambah lagi


semua variabel yang dimodelkan memiliki adanya keyakinan bahwa aktivitas belajar-
hubungan kausal yang bermakna dalam nya itu mendatangkan ridho/keberkahan
menjelaskan model motivasi berprestasi. dari Tuhan, akan memiliki motivasi
Efikasi-diri memiliki faktor loading signi- berprestasi yang tinggi. Ini sesuai dengan
fikan terhadap motivasi berprestasi, demi- expectacy value model dari Wigfield (1994);
kian juga terhadap nilai-tugas dan terha- Wigfield dan Eccles (2002) bahwa nilai-
dap orientasi tujuan. Nilai-tugas dan tugas atau seberapa tinggi suatu tugas
orientasi tujuan juga memiliki faktor load- diyakini mampu memenuhi kebutuhan
ing signifikan terhadap motivasi berpres- individu, akan menentukan performansi-
tasi. nya dalam melakukan tugas terkait.
Indikator dari tiap-tiap variabel juga Konsep nilai-tugas memiliki kesesuai-
memiliki faktor loading yang sigifikan an dengan konsep motivasi ekstrinsik dan
terhadap variabel yang dibentuknya. Pilih- motivasi intrinsik. Keunggulan pengguna-
an tugas, persistensi, dan usaha, memiliki an konsep nilai-tugas dibanding motivasi
faktor loading signifikan terhadap kons- intrinsik dan ekstrinsik sedikitnya ada
trak motivasi berprestasi. Nilai guna, nilai dua, pertama adanya gambaran yang lebih
spiritual, dan nilai intrinsik, memiliki fak- jelas tentang benefit yang hendak diper-
tor loading signifikan terhadap konstrak oleh terkait dengan tugas yang dikerjakan,
nilai-tugas. Efikasi-diri akademik dan dan ke-dua, adanya nilai spiritual yang
efikasi-diri untuk regulasi-diri memiliki bagi masyarakat dengan budaya relijius
faktor loading signifikan terhadap kons- tinggi memiliki arti penting sebagai dasar
trak efikasi-diri. Tujuan masteri dan tujuan berperilaku. Nilai-tugas secara spesifik
performansi juga memiliki faktor loading merupakan jawaban atas pertanyaan: apa
yang signifikan terhadap konstrak orien- kegunaan atau manfaat dari materi
tasi tujuan. pelajaran dan aktivitas belajar yang saya
lakukan bagiku? Semakin jelas nilai-nilai
yang ditemukan individu dalam tugas
Diskusi
akademik yang dijalaninya maka perfor-
Nilai-tugas mencakup nilai guna atau mansi akademiknya akan semakin tinggi.
nilai ekstrinsik, nilai intrinsik, dan nilai Efikasi-diri merupakan penilaian indi-
spiritual, merupakan faktor-faktor yang vidu tentang seberapa tinggi kapabilitas
menentukan tingginya motivasi berpres- dirinya untuk melakukan tugas yang diha-
tasi siswa. Siswa yang meyakini bahwa dapinya, berkontribusi signifikan terhadap
materi pelajaran dan aktivitas belajar yang motivasi berprestasi. Ini sejalan dengan
dijalaninya dalam kegiatan pembelajaran hasil-hasil penelitian yang dirangkum
yang diselenggarakan guru berguna bagi Bandura (1997) bahwa siswa dengan efika-
dirinya untuk mendapatkan capaian lain si-diri tinggi seringkali mengerahkan usa-
di waktu yang akan datang, baik dalam ha lebih banyak, persisten ketika meng-
jangka pendek (untuk menguasai materi hadapi kesulitan dalam belajar, menerap-
atau tugas akademik yang lain, untuk kan banyak strategi untuk membuat
ujian kelulusan) ataupun untuk jangka belajar lebih bermakna.
panjang (dalam kaitannya dengan karir
Dalam kaitan dengan perilaku bermo-
pekerjaan yang diidamkan), merasakan
tivasi, Schunk, dkk. (2008) menyatakan
keasyikan ketika menjalani aktivitas pem-
bahwa efikasi-diri mempengaruhi akti-

224 JURNAL PSIKOLOGI


MOTIVASI TRISULA, MOTIVASI BERPRESTASI

vitas memilih perilaku prestasi, usaha, dan menggunakan waktu lebih panjang untuk
persisten atau ulet dalam tugas prestasi. mempelajari materi pelajaran dan materi
Orang dengan efikasi-diri rendah ketika lain yang relevan.
menghadapi suatu tugas sulit dimung- Efikasi-diri tinggi dalam suatu tugas
kinkan akan menjauhinya, sedang mereka yang cukup sulit mampu menghasilkan
yang yakin memiliki kemampuan akan keasyikan (motivasi intrinsik) dalam mela-
berpartisipasi dengan senang hati. kukan suatu tugas. Hasil ini sejalan de-
Khususnya ketika menghadapi kesulitan, ngan penelitian Bandura (1997) bahwa
siswa dengan efikasi-diri akademik tinggi efikasi-diri memiliki pengaruh penting
akan bekerja lebih keras, persisten lebih pada perkembangan motivasi intrinsik.
lama. Penelitian lain (Klassen, Krawchuk, Sesuai teori kognisi sosial, pertumbuhan
& Rajani, 2008) melaporkan bahwa dalam motivasi intrinsik dibangun melalui reaksi
studi eksplorasi terhadap prokrastinasi afektif dan mekanisme efikasi-diri. Orang
pada 436 mahasiswa ditemukan bahwa menampilkan motivasi yang menonjol da-
efikasi-diri akademik merupakan predik- lam suatu aktivitas di mana mereka mera-
tor yang signifikan bagi prokrastinasi sa memiliki kemampuan dalam melaku-
(mahasiswa mengulur-ulur waktu penye- kan aktivitas tersebut dan dengan itu
lesaian tugas akademik, sehingga tidak mereka merasa puas. Meski perilaku terse-
bisa lulus tepat waktu). Temuan ini but tidak mendapat reward dari ling-
menunjukkan bahwa tingkat prokrastinasi kungan sosial, perasaan berhasil dalam
yang tinggi berkaitan dengan lemahnya melaksanakan sutu aktivitas dapat menja-
efikasi-diri akademik pada mahasiswa. di reward baginya. Standar personal
Sementara itu, Zimmerman, Bandura, dan memiliki peranan dalam meningkatnya
Martinez-Pons (1992) melaporkan peneli- motivasi terhadap suatu aktivitas atau
tian yang mereka lakukan terhadap siswa suatu tugas. Jika seseorang memiliki
kelas 9 dan 10 menemukan adanya pe- standar tingkat performansi tertentu yang
ngaruh efikasi-diri akademik pada prestasi ingin dicapai, dan akhirnya berhasil
akademik. Mereka juga mengungkapkan mencapai standar performansi tersebut,
bahwa sejumlah studi menunjukkan bah- mereka akan mendapatkan kepuasan.
wa siswa dengan efikasi-diri akademik Kepuasan yang diperoleh dari pencapaian
tinggi memperlihatkan persistensi, usaha, tujuan tersebut membangun motivasi
dan motivasi intrinsik yang lebih besar intrinsik terhadap tugas atau aktivtas yang
dalam performansi akademik mereka. dilakukan, hingga terjadinya flow atau
Temuan ini mendukung hasil-hasil hanyut dalam tugas.
penelitian terdahulu yang dilakukan Siswa dengan efikasi-diri yang tinggi
Graham dan Weiner (1996), Pajares (2003), cenderung menetapkan tujuan-tujuan
bahwa efikasi-diri siswa merupakan pre- yang lebih menantang (cukup sulit untuk
diktor yang bagus untuk motivasi akade- dicapai), baik tujuan masteri maupun
mik dan prestasi akademik. Penelitian ini tujuan performansi. Hasil penelitian ini se-
juga mendukung temuan penelitian Durik, jalan dengan penelitian Locke dan Latham
Vida, dan Eccles (2006) yang melibatkan (1990) bahwa orang dengan efikasi-diri
606 responden siswa kelas X dan kelas XII, tinggi cenderung menetapkan tujuan yang
menemukan bahwa competence beliefs cukup tinggi untuk diraih, dan efikasi-diri
mampu mepredik motivasi, subjek dengan yang tinggi juga berpengaruh penting
keyakinan bahwa dirinya kompeten pada tingginya komitmen untuk mencapai

JURNAL PSIKOLOGI 225


PURWANTO

tujuan yang telah ditetapkan. Hasil pene- usaha lebih banyak, berupa penerapan
litian ini juga sejalan dengan penelitian strategi kognitif dan strategi metakognitif.
Potosky dan Ramakrishna (2002) bahwa Peranan orientasi tujuan bagi motivasi
efikasi-diri berperan signifikan sebagai dijelaskan oleh Locke dan Latham (2013)
mediator antara dukungan organisasi bahwa tujuan merupakan motivasi poten-
untuk melakukan inovasi dengan perfor- sial yang melandasi performansi. Sekali
mansi kerja karyawan. Karyawan yang orang berkomitmen dengan tujuan ter-
merasa tidak memiliki kemampuan me- tentu, mereka akan mencari kepuasan-diri
madai merasa terancam dan menunjukkan melalui pencapaian tujuan yang telah
performansi kerja yang rendah. Sebaliknya ditetapkan dengan cara mengerahkan
karyawan dengan efikasi-diri tinggi usaha secara intensif. Indikator perilaku
menunjukkan performansi kerja tinggi. pilihan tugas, persistensi, dan pengerahan
Hasil penelitian ini agak berbeda usaha memiliki faktor loading signifikan
dengan penelitian Phillip dan Gully (1997), terhadap motivasi berprestasi. Hasil ini
yang menemukan hasil bahwa efikasi-diri mengukuhkan konsep yang diajukan
berkorelasi positif dengan orientasi tujuan Schunk, dkk. (2008) bahwa konstrak moti-
masteri (learning goal orientation), tetapi vasi berprestasi terdiri atas empat indi-
berkorelasi negatif dengan orientasi tujuan kator pilihan tugas (task-choice), persistensi
performansi (performance goal orientation). (persistence), usaha (effort), dan prestasi
Orientasi tujuan berupa sasaran- (achievement). Dalam penelitian ini prestasi
sasaran yang dimiliki siswa, terdiri atas tidak diambil sebagai indikator motivasi,
tujuan masteri (penguasaan suatu kompe- sebab prestasi merupakan hasil dari
tensi) dan tujuan performansi (memper- perjalanan panjang perilaku berprestasi,
oleh peringkat tinggi dikelas) untuk dan prestasi dipengaruhi oleh banyak
diujudkan melalui tugas-tugas akademik faktor termasuk kemampuan atau kapabi-
berkontribusi signifikan terhadap motivasi litas diri. Indikator perilaku nilai guna,
berprestasi. Ini sejalan dengan hasil pene- nilai spiritual, dan nilai intrinsik memiliki
litian Lee, Sheldon, dan Turban (2003) faktor loading yang signifikan terhadap
pada 284 mahasiswa prgram sarjana, konstrak nilai-tugas. Hasil ini mengukuh-
bahwa orientasi tujuan berupa tujuan kan konsep yang diajukan Wigfield dan
masteri dan tujuan performansi merupa- Eccles (2002) bahwa nilai-tugas terdiri atas
kan prediktor yang baik bagi penggunaan nilai-guna (utility value), dan nilai intrinsik
strategi-strategi ketika bekerja dalam tugas (intrinsic value). Nilai capaian (attainment
prestasi. value), dan biaya (cost), tidak dimasukkan
dalam konstrak nilai-tugas sebab operasio-
Temuan ini juga sejalan dengan pene-
nalisasinya tidak bisa spesifik. Satu nilai
litian Barzegar (2012) pada 260 mahasiswa
lagi yang ditambahkan ke dalam konstrak
tahun pertama, bahwa tujuan masteri dan
nilai-tugas yaitu nilai spiritual sebagai-
tujuan performansi memberi efek positif
mana diajukan Purwanto dan Sutoyo
terhadap motivasi berupa penerapan
(2007) serta Bell dan Smith (2003).
strategi kognitif dan strategi metakognitif
untuk mewujudkan tujuan yang telah Dibanding dua indikator perilaku
ditetapkan. Mahasiswa yang memiliki tu- nilai-tugas yang lain (nilai spiritual dan
juan masteri ataupun tujuan performansi nilai intrinsik) nilai-ekstrinsik atau nilai
yang jelas, memperlihatkan pengerahan guna merupakan nilai yang paling lemah.
Terhadap hasil ini dapat dijelaskan bahwa

226 JURNAL PSIKOLOGI


MOTIVASI TRISULA, MOTIVASI BERPRESTASI

subjek penelitian, dengan dukungan guru maka dapat disimpulkan bahwa Model
dan orang dewasa lain di lingkungan di Trisula Motivasi Berprestasi, yang terdiri
mana siswa tinggal, telah mampu me- atas nilai-tugas, efikasi-diri, dan orientasi
ngembangkan nilai spiritual dan nilai tujuan merupakan model yang andal.
intrinsik terkait aktivitas akademik mere- Model Trisula Motivasi Berprestasi menje-
ka, sehingga nilai spiritual dan nilai laskan bahwa, seorang siswa akan memi-
intrinsik telah menjadi hal penting yang liki motivasi berprestasi tinggi jika memi-
dapat mereka raih terkait dengan aktivitas liki nilai-tugas tinggi (meyakini bahwa
akademik mereka. Indikator perilaku efi- pelajaran dan aktivitas belajarnya merupa-
kasi-diri akademik dan efikasi-diri untuk kan hal berharga yang penting bagi diri-
regulasi-diri memiliki faktor loading signi- nya), dengan efikasi-diri tinggi (siswa
fikan terhadap konstrak efikasi-diri. Hasil meyakini bahwa dirinya memiliki kemam-
ini sejalan dengan konsep yang diajukan puan akademik dan mampu meregulasi
Bandura (1997) serta Klassen, dkk. (2008), perilakunya untuk mencapai keberhasilan
bahwa kontrak efikasi-diri terdiri atas dua dalam belajar), serta dengan orientasi
indikator yaitu efikasi-diri akademik dan tujuan tinggi (memiliki sasaran yang jelas
efkasi-diri regulasi diri. Indikator tujuan untuk dicapai dalam belajarnya).
masteri dan tujuan performansi memiliki Motivasi berprestasi siswa berpeluang
faktor loading signifikan terhadap kons- lebih besar untuk dikembangkan oleh para
trak orientasi tujuan. Hasil ini mengukuh- guru melaui praksis pembelajaran yang
kan konsep yang diajukan Schunk, dkk. diselenggarakan, melalui peningkatan
(2008), Elliot dan Church (1997), bahwa nilai-tugas, efikasi-diri, dan orientasi
konstrak orientasi tujuan terdiri atas dua tujuan. Jika siswa mampu menemukan hal
aspek yaitu tujuan masteri dan tujuan berharga dari kegaiatan belajar dan hasil
performansi. belajar yang dicapai, jika siswa memiliki
Dari dua tipe tujuan prestasi sebagai pengalaman berharga yang memupuk
indikator orientasi tujuan tersebut, tujuan efikasi-diri dalam belajar, serta didorong
performansi memiliki faktor loading lebih untuk menerapkan goal-setting dalam be-
besar ketimbang tujuan masteri. Terhadap lajar, maka pada saat itulah pembelajaran
hasil ini dapat dijelaskan dari dua sisi, yang diselenggarakan guru berkontribusi
pertama bahwa memperoleh pengakuan bagi penguasaan materi belajar sekaligus
dari pihak lain merupakan hal penting bagi penumbuhan motivasi berprestasi
bagi subjek penelitian. Hal ini sejalan de- siswa.
ngan karakteristik budaya masyarakat
Indonesia yang memberi nilai tinggi pene-
Kepustakaan
rimaan sosial. Bahwa seseorang akan
merasa berharga terkait dengan sejauh Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The
mana ia diterima atau diakui kelompok- Exercise of Control. New York: WH.
nya. Kedua, dibanding tujuan masteri, Freeman.
tujuan performansi lebih mudah mengu- Bandura, A., & Schunk, D.H. (1981).
kur ketercapaiannya. Cultivating Competency, Self-Efficacy,
and Intrinsic Interest Through Proxi-
Kesimpulan mal Self-Motivation. Journal of Persona-
lity and Social Psychology, 41, 586-589.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan seperti dipaparkan di atas

JURNAL PSIKOLOGI 227


PURWANTO

Barzegar, M. (2012). The Relationship Academic Performance. Journal of


Between Goal Orientation and Acade- Educational Psychology. 82(1), 33-40.
mic Achievement-The Mediation Role Pintrich, P. R., Smith, D. A. F., Garcia, T., &
of Self-Regulated Learning Strategies McKeachie, W. J. (1991). A Manual for
– A Path Analysis. International Confe- the Use of the Motivated Strategies for
rence on Management, Humanity and Learning Questionaire (MSLQ). Eric
Economics, August 11-12, 2012, Phuket Institute of Education Science.
Thailand.
Potosky, D., & Ramakrishna, H. V. (2002).
Bell, A. H., & Smith, D. M. (2003). Motivat- The moderating role of updating
ing Yourself For Achievement. New climate perceptions in the relationship
Jersey: Prentice Hall. between goal orientation, self-effi
Durik, A. M., Vida, M., & Eccles, J. S. cacy, and job performance. Human
(2006). Task Values and Ability Beliefs Performance, 15 , 275 – 297.
as Predictors of High School Literacy Purwanto, E., & Sutoyo, A. (2008). Pening-
Choices: A Developmental Analysis. katan Motivasi Berprestasi Melalui
Journal of Educational Psychology, 98, Pelatihan Atribusi Kausal Spiritual-
382-393. Qur’ani. Laporan Penelitian. Semarang:
Elliot, A. J., & Church, M. M. (1997). A LP2M Universitas Negeri Semarang.
Hierarchical Model of Approach and Schunk, D. H. (1981). Modeling and
Avoidance Achievement Motivation. Attributional Effect on Children’s
Journal of Personality and Social Psycho- Achievement: A Self-Efficacy Analy-
logy, 72, 218-232. sis. Journal of Educational Psychology,
Klassen, R. M., Krawchuk, L. L., & Rajani, 73, 93-105.
S. (2008). Academic Procrastination of Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J.
Undergraduate: Low self-efficacy to L. (2008). Motivation in Education,
self-regulate predicts higher level of Theory, Research, and Applications.
procrastination. Contemporary Edu- Third Edition. New Jersey: Pearson
cational Psychology, 33, 915-931. Educatuon, Inc.
Locke , E. A., & Latham, G. P. (1990). A Slavin, R. E. (2009). Educational Psychology,
Theory of Goal Setting and Task Perfor- Theory Into Practice. New Jersey: Pren-
mance. New York: Printice Hall. tice Hall Inc.
Locke, E. A., & Latham, G. P. (2013). New Tobias, S. (1995). Motivasit And Metacog-
Developments in Goal Setting and Task nitive Word Knowledge. Journal of
Performance. New York: Routledge. Educational Psychology, 87(3), 399-405.
Nicholls, J. G. (1984). Achievement Moti- Wigfield, A., & Eccles, J. S. (2002). Deve-
vation: Conception of Ability, Subjec- lopment of Achievement Motivation. San
tive Experience, Task Choice, and Diego, CA: Academic Press.
Performance. Psychological Review, 91,
Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. (2002).
328-346.
Acquiring Writing Revision and Self-
Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). regulatory Skill Through Observation
Motivational and Self-Regulated and Emultion. Journal of Educational
Learning Component of Classroom Psychology, 94(4), 660-668.

228 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like