Professional Documents
Culture Documents
c
alah satu bidang ilmu yang sangat berbahaya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan eksperimentasi manusia adalah bidang ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan jiwa dan raga manusia, karena manusia telah dijadikan allah
sebagai pemeran peradaban di muka bumi. ehingga apabila baik urusan manusia
di muka bumi, maka peradaban mereka pun akan berdiri kokoh diatasnya. Namun,
jika urusan manusia rusak, maka rusak pulalah peradabannya.
Maka dari itu, salah satu masalah penting yang perlu mendapat perhatian
dalam pembahasan ilmiah secara mendasar, yang hingga saat ini masih tetap
hangat diperbincangkan dan dikembangkan, adalah bidah kedokteran. emoga
melalui pembahasan di bidang ini, akan dapat mengantarkan kita kepada dasar ±
dasar pengetahuan yang benar tentang manusia, sehinnga hasilnya dapat
memberikan sumbangan ilmiah bagi perbaikan kehidupan manusia di masa
mendatang.
Karena islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk meluruskan
kehidupan manusia, baik dari gerak ± gerik maupun kegiatan ± kegiatannya, maka
Islam berperan pula dalam mengatur segala sesuatu yang ditemukan oleh
manusia, baik yang berkaitan dengan hukum ± hukum, cara ± cara mengambil
manfaat darinya, maupun cara ± cara berinteraksi dengannya. Maka tidak
diragukan lagi, para ulama hukum ( ahli fikih ) juga bertanggung jawab untuk
mengambil hukum ± hukum dan membahas masalah ± masalah tersebut dengan
tujuan dan dasar ± dasar syariat Allah secara umum, serta dengan metodologi para
salafush-shalih yang mereka gunakan dalam mengambil hukum ketika bertemu
dengan suatu permasalahan yang baru.
Masalah utama yang dibahas didalam buku ini adalah mengenai berbagai
macam masalah kedokteran yang semuanya dikemas dalam tinjauan fikih Islam.
Dimulai dari kapankah hidup seorang manusia dimulai? Dan kapan seseorang
dinyatakan meinggal? iapakah yang mengendalikan anggota badan kita, otakkah
atau roh? Kenapa mesti ada gerakan refleks, padahal otak tidak memerintahkan?
ë
Pertanyaan ± pernyataan ini menurut syariat, sangat besar pengaruhnya dalam
kaitannya dengan dunoa kedokteran.
Buku ini terdiri dari kumpulan artikel yang membahas tentang masalah ±
masalah yang dimaksud, guna meletakkan dasar ± dasar hukum syariat dan akhlak
bagi pengembangan ilmu kedokteran. Buku ini, dapat dikatakan cukup obyektif
dan tidak ada nuansa fanatisme madzhab ataupun radikalisme pendapat disana.
emuanya dibahas secara detail, sistematis dan moderat, disertai dengan dalil ±
dalil shahih dari Al ± quran dan sunnah Rasulullah.
Manfaat dari makalah ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk
menambah pengetahuan untuk penulis khususnya dan untuk pembaca umunya.
Buku ini merupakan kumpulan artikel ± artikel dari pendapat para ulama dan para
dokter yang membahas tentang berbagai masalah kedokteran dan semuanya
dikemas didalam tinjauan fikih islam sehingga memberikan pengetahuan bagi
pembaca dan penulis dalam menelaah berbagai kesehatan yang dilihat dari segi
kedokteran dan islam.
u
Ê Ê
%&
Kerangka teori terdiri dari unsur ± unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur
ekstrinsik merupakan segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra
dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. edangkan unsur Inrinsik
adalah segala sesuatu yang terkandung di dalam karya sastra dan mempengaruhi
karya sastra tersebut.
Buku ini berjudul Fikih Kedokteran yang dikarang oleh Prof. Dr. M.
Nu¶aim Yasin yang merupakan seorang ahli fikih berasal dari Universitas
Yordania Fakultas yariah ± Jurusan Fikih. Buku ini merupakan buku terjemahan
yang diterbitkan di Darus ± alam, Cairo. Yang kemudian diterjemahkan oleh
Munirul Abidin.M.Ag. Tema dari buku ini adalah masalah kedokteran yang
dikemas dalam tinjauan fikih Islam. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini
adalah percampuran antara bahasa dengan ditambahkan bahasa arab.
Latar belakang dari alasan penulis membuat buku ini karena penulis
berpendapat bahwa ada perbedaan antara pengobatan dan kedokteran. Dalam
kitab pengobatan ala Nabi, Imam Ibnul Qayyim banyak sekali menyebutkan
berbagai macam penyakit berikut cara ± cara pengobatannya. elain itu, memang
pada masa Imam Ibnul Qayyim, tidak sekompleks zaman sekarang ini. Pada masa
itu, mungkin orang harus menahan rasa sakit ketika akan di operasi. Adapun kini,
rasa sakit itu sama sekali sudah tidah terasa lagi karena pengaruh obat bius.
º
'
berjudul, Êatasan Awal dan Akhir Kehidupan Manusia
Dalam Perspektif Nash-Nash Syariat dan Ijtihad Para Ulama Muslim.
Titik tolak pada pembahasan ini terdapat dalam dua macam, yaitu;
1. Nash-Nash syariah dari Kitabullah dan unnah Rasul Nya serta Ijtihad
para ulama dalam masalah ini
2. Beberapa pertimbangan ilmiah dalam ilmu kedokteran.
A. Awal Kehidupan Manusia
alah satu dalil syariat yang membahas tentang masalah ini adalah sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas¶ud1, yang artinya;
1
Lihat Fath Al-Êari, yang merupakan syarah dari Shahih Al-Êukhori, Juz XI, 405, Penerbit Al-
Bahiyyah Al-Mishriyyah, 1348 H. Shahih Muslim yang disyarah oleh An-Nawawi, Juz XVI, h.
190, Al-Mathba¶ah Al-Misriyyah di Al-Azhar, cet,1, tahun 1349 H/1930M.
·
kemanusiaan tidak diberikan oleh Allah kepada makhluk yang diciptakan di
dalam perut seorang ibu sebelum memasuki usia tersebut. Hadits tersebut juga
menunjukkan bahwa maksud peniupan roh itu adalah masa-masa transisi dimana
Allah meningkatkan kualitas kehidupan janin tersebut dari masa kehidupan
hewani kepada masa kehidupan yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Ë
Tidak ada Nash yang bisa dijadikan acuan untuk pembahasan tenang
berakhirnya hidup manusia ini, maka acuan dalam hal ini adalah dasar-dasar yang
diperoleh dari pembahasan sebelumnya, yaitu awal mula hidup manusia.
Dasar Kedua, bahwa roh adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah,
yang memungkinkan bagi manusia untuk membahas ciri-ciri, sigat-sifat, aktivitas,
pengaruhnya terhadap jasad, perannya di dalam jasad, waktu bertemunya dengan
jasad dan juga waktu berpisahnya.
Berikut adalah tabel kesimpulan tentang gambaran antara roh dan jasad:
â
antar roh dan jasad adalah adanya rasa dan keterkaitan antar roh
adalah adanya rasa dan aktivitas berkehendak dan jasad adalah
gerakan berkehendak sehatnya otak
Tanda adanya perpisahan Tanda kematian otak adalah Tanda berpisahnya roh
antar roh dan jasad tidak adanya rasa dan dengan jasad adalah
4 adalah hilangnya rasa aktivitas berkehendak sama matinya otak sama
dan gerakan berkehendak sekali sekali
sama sekali
Gerakan refleksi tidak Gerakan refleks tidak Gerak refleks tidak
menunjukkan adanya menunjukkan sehatnya otak, menunjukkan hidup
5
hubungan antara roh dan baik sebagian ataupun atau matinya manusia
jasad seluruhnya
Roh dan jasad tidak Memungkinkan untuk Kehidupan hampa
bertemu kecualisetelah memisahkan sebagian badan jasad tidaklah sama
janin berusia empat bulan dari jasad dengan tetap dengan kehidupan roh,
menjaga kehidupan hampa dan memungkinkan
6
yang ada pada anggota itu untuk menyambung
ataupun memisahkan
antara anggota badan
satu dengan yang lain
# berjudul, makikat Janin dan mukum Memanfaatkannya
untuk Pencangkokan dan Eksperimentasi Ilmiah.
c
Al ± Kindi, Al ± Mishbah Al ± Munir, Juz II, hal 171, dan Tafsir Al ± Qurthubi, juz XVII, hal,
110.
o
sebagian dari mereka membatasinya pada kehamilan yang dikandung oleh
manusia, sedangkan makhluk ± makhluk lainnya tidak disebut demikian.1
Janin telah diciptakan oleh Allah pada masa kehamilan mengalami dua
masa perkembangan :
( perkembangan materi yang bisa dilihat dan
disaksikan oleh para ahli. Obyeknya adalah unsur ± unsur materi yang telah
membentuk janin tersebut, serta perubahan yang telah terjadi setelah itu, seperti
pertumbuhan, perkembangan, pembentukan, dan sebagainya. #(
perkembangan yang tidak bersifat materi, tidak dapat diindera, disaksikan ataupun
dieksperimentasikan. Obyeknya adalah makhluk rohani.
Jika manusia adalah salah satu dari seluruh alam wujud yang senantiasa
mencari akhlak terpuji dan perbuatan yang mendapat ridha, maka kita tidak boleh
melihatnya dari karateristik dan perilaku yang juga dimiliki oleh makhluk ±
makhluk lainnya, karena itu adalah wewenang dari ilmu alam. Adapun karateristik
yang khusus dimiliki oleh manusia adalah masalah kehendak yang kepadaNya lah
kekuatan berfikir dan membedakan itu bergantung.3
Adapun bagi orang ± orang yang tidak percaya adanya roh, karena bagi
mereka janin yang sudah dianggap manusia ketika terjadi pertemuan antara sel
c
Al ± Kasani, Êadai¶u Ash ± shanai, juz VII, hal 325, Al ± Maushu¶ah Al ± Fiqhiyyah, juz XVI
hal 117
ë
Muhyiddin Thabu, Tathawwur Al ± janin wa Shihhah Al maml, hal 12.
u
Tahdzib Al ± akhlak, hal 10
sperma dan sel telur. Jasad janin mampu berkembang sedikit demi sedikit, hingga
akhirnya sempurnalah penciptaanya hingga lahir. Beberapa pendapat ulama
mengenai peniupan roh pada janin :
c
Tafsir Al ± Qurthubi, juz XII, hal. 6
ë
Al ± Mughni, juz II, hal. 398
c
tidak dalam keadaan terpaksa, sehingga menjadi harta yang bisa diperjual ±
belikan.1
Jasad hidup berkaitan dengan dua macam hak yaitu hak Allah dan hak
manusia. Pendapat ini ditegaskan secara langsung oleh para ulama. Diantaranya
Al ± Izz bin Abdissalam berkata, ³ Begitu juga penganiayaan manusia terhadap
anggota badannya sendiri, dosanya bertingkat ± tingkat sesuai dengan manfaat
anggota badan yang dianiayanya dan sesuai dengan pengaruh keadilan dan
kepekaannya terhadap manusia. Tidak seorangpun boleh merusak dirinya sendiri,
karena hak dalam masalah ini, berhubungan antara dirinya dengan Allah.4
Keterkaitan hak manusia dengan jasad dan anggota tubuhnya ini tampak
juga didalam beberapa hukum syariat berikut :
1. Hak untuk menuntut qishah bagi orang yang dianiaya salah satu anggota
tubuhnya dan bagi ahli warisnya jika dia terbunuh karena disengaja.
c
Al ± Furuq wa Tahdzib Al ± Furuq, juz III, hal. 240 ± 241
ë
Ibid, dan Al ± Êada¶i, juz V, hal. 145
u
masyiyah asy ± syirwani, juz II, hal. 125-126.
Qawa¶id Al ± Ahkam, juz I, hal. 130
º
cc
2. Jika seseorang berkata kepada orang lain ³ Bunuhlah aku,´ lalu dia
membunuhnya, maka dia tidak bisa diqishas menurut Abu Hanifah dan
dua sahabatnya.
c
Êada¶i ush ± shanai¶i, jiz VII, hal. 127
ë
Qawa¶id Al ± Ahkam, juz I, hal. 167
u
Al ± muwafaqat, juz II, hal.348
cë
D. Hukum Pendonoran Anggota Badan ecara Umum.
1. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi terhadap hal ± hal
yang akan menimpa pendonor, akibat pemotongan anggota badannya
berdasarkan ukuran ± ukuran ilmiah yang tepat.
2. Kemampuan para ahli kedokteran untuk melakukan prediksi yang tepat
terhadap hal ± hal yang akan menimpa pendonor, dengan melihat keadaan
sakitnya, berdasarkan ukuran ± ukuran ilmiah yang tepat.
3. Kemampuan para ahli kedokteran untuk melakukan prediksi yang tepat
terhadap hal ± hal yang akan menimpa pendonor, setelah dilakukan
pemindahan anggota badannya kepada yang didonor, berdasarkan ukuran
± ukuran ilmiah yang tepat.
4. Perbandingan antara kemashlahatan dan kerusakan yang diakibatkan oleh
praktik pendonoran.
5. Pendonoran anggota badan hanya untuk menyelamatkan orang yang
didonor dari kerusakan.
6. Pendonoran tidak menghilangkan hak Allah atas anggota badan pendonor.
7. Orang yang didonor adalah orang ± orang Islam.
8. Pendonoran itu tidak boleh menyebabkan adanya pelecehan terhadap
kehormatan manusia.
9. ang pendonor haruslah orang yang mengerti tentang pendonoran.
10.Pelaksanaan pencangkokan anggota badan yang didasarkan pada
pendonoran harus dibawah pengawasan yayasan resmi, yang diakui secara
keilmuan dan moral.
cu
roh dan tidak boleh dibunuh tanpa sebab yang jelas, sehingga tidak ada pula sebab
± sebab yang syar¶i yang memperbolehkan pengguguran janin pada fase ini.1
begitupun dengan pendapat para ulama lainnya. Tidak ada teks ± teks fikih yang
berbeda pendapat dalam masalah ini, karena hukum dasarnya adalah bahwa
membunuh jiwa yang diharamkan secara syariat tidak boleh hukumnya dengan
alasan apapun. Jadi tidak boleh membunuh jiwa yang suci untuk menyelamatkan
jiwa orang lain, dan tidak halal bagi orang yang tidak mau mati lalu mebunuh
orang lain, walaupun dalam keadaan yang terpaksa.
(tidak diwajibkan qishash bagi asal ( ibu ) bila menyuruh cabang
( janin ) , walaupun disengaja dan direncanakan. Dasar hukumnya adalah karena
asal telah dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mewujudkan cabang, maka
tidak layak jika cabang menjadi sebab kematian asalnya.3
c
masyiyah Ibnu Abidin, juz I, hal. 602, juz VI, hal. 591
ë
Al ± Mausu¶ah Al ± Fiqhiyyah, juz II, hal. 57
u
Ibnu Qudamah, Al ± Mughni, juz IX, hal. 359
º
Ibid, hal. 22, At ± Tasyri¶ Al ± Islami, juz II , hal. 14
cº
Dari kedua hum ini dapat disimpulkan bahwa kehormatan ibu lebih tinggi
daripada kehormatan janin jika keduanya bertemu. Maka tidak ada jalan lain
kecuali mengorbankan salah satu jiwa untuk menyelamatkan jiwa yang lain.
c
Ibnu Qudamah di dalam kitab Al ± Mausu¶ah Al ± Fiqhiyyah, juz II, hal. 59
c·
#)**) )-.
A. Manfaat dan Mudharat yang Mungkin Timbul Akibat Operasi elaput
Dara
1. Penipuan
2. Mendorong perbuatan keji
B. Menimbang isi Positif dan Negatif Dilihat dari sisi Penyebab Hilangnya
Keperawanan
Pertama, sebab yang tidak dianggap maksiat. Misalnya karena jatuh dan
tabrakan. Dalam rangkamenyebarkan prasangka baik, operasi untuk
menghilangkan bekas kecelakaan, karena tindakan itu akan menghapuskan sebab
± sebab samar, yang bisa mendorong masyarakat untuk berprasangka buruk
apabila dibiarkan.
cË
Dari segi fiqih, hampir semua fuqaha sepakat bahwa tiadanya
keperawanan tidak dianggap aib yang mengharuskan batalnya pernikahan jika hal
itu tidak disyaratkan oleh suami secara jelas.1
Dari pembahasan ini sisi positif dari tindakan ini jauh lebih besar darpada
sisi negatifnya. Dapat pula dikatakan bahwa operasi selaput dara hukumnya boleh
untuk menutupi aib gadis yang disebabkan karena kecelakaan atau ketidak
sengajaan.
Kedua, sobeknya selapu dara karena zina. Dalam kondisi ini tidak akan
terwujud manfaat apapun dari pengembalian keperawanan. Operasi keperawanan
untuk wanita jenis ini tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan akan membawa
sisi negatif yang lebih besar, sehingga mengharamkannya jauh lebih dekat pada
tujuan syariat daripada memperbolehkannya.
c
Êadai¶ush ± shanai, juz II, hal. 327
câ
Ê Ê
! $ Ê
ecara umum buku ini membahas tentang lima persoalan pokok dalam
dunia kedokteran modern, yaitu tentang batasan awal dan akhir kehidupan,
transplantasi janin dan penggunaannya untuk eksperimentasi ilmiah, pengguguran
kandungan, donor anggota badan, dan oprasi selaput dara.
Dalam buku ini kajian tentang batasan awal dan akhir kehidupan, sangat
penting karena akan dijadikan pijakan bagi penetapan hukum dalam masalah-
masalah lainnya, seperti masalah transplantasi janin dan penggunaannya untuk
eksperimentasi ilmiah, masalah aborsi, dan masalah donor anggota badan.
Menurut Nu¶aim Yasin, dari hasil kajiannya, bahwa awal dan akhir
kehidupan manusia ditetapkan berdasarkan ada dan tidaknya ruh pada badan.
Menurutnya, kehidupan manusia bermula, ketika ruh sudah ditiupkan ke dalam
jasad, yaitu ketika janin berusia empat bulan (120 hari) setelah pertemuan sel
sperma dan ovum. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits Nabi :
co
segala sesuatu yang terjadi pada janin sebelum peniupan ruh, tidak dihukumi
seperti hukum manusia.
Dari pembahasan tentang batasan awal dan akhir kehidupan itu, Nuaim
Yasin mencoba untuk mengelaborasi masalah-masalah lain, seperti penggunaan
janin untuk eksperimentasi ilmiah, pencangkokan sel janin pada tubuh manusia,
dan masalah menggugurkan kandungan.
c
hukumnya boleh, tetapi jika mudharatnya lebih besar, baik bagi pendonor maupun
yang didonor, maka hukumnya haram. Di samping itu, donor boleh dilakukan jika
mendapat persetujuan dari orang yang mendonorkan dan tidak melanggar syariat,
karena pada anggota tubuh manusia itu ada dua hak yang saling terkait, yaitu hak
manusia dan hak Allah. Hak manusia gugur manakala mendapatkan izin dari
pemiliknya dan hak Allah gugur manakala dipergunakan untuk hal-hal yang tidak
bertentangan dengan syariat.
edangkan hukum oprasi selaput dara, juga dilihat dari sisi kemaslahatan
dan mudharat yang ditimbulkannya, serta dilihat dari sebab robeknya selaput dara
tersebut. Bila selaput dara robek karena kecelakaan, diperkosa, atau sebab-sebab
yang tidak disengaja lainnya, maka diperbolehkan bahkan dianjurkan demi
menjaga nama baik dan kelangsungan hidup sang gadis yang malang itu. Tetapi
bila robeknya selaput dara itu karena perbuatan keji, seperti zina, maka hukumnya
dilarang dan haram. Namun jika dia bertobat dan ingin menjaga kesuciannya
setelah bertobat serta tidak akan mengulanginya lagi, maka diperbolehkan
melakukan oprasi selaput dara demi kelangsungan hidupnya di masa mendatang.
Dari uraian Nu¶aim Yasin dalam buku Fikih Kedokteran ini dapat
disimpulkan beberapa catatan penting bagi pengembangan ilmu dan praktek
kedokteran yang islami di masa mendatang:
ë
bahkan banyak di antara praktek kedokteran yang selama ini dianggap amoral dan
tidak sesuai dengan syariat, seperti pengguguran kandungan dan penggunaan janin
untuk eksperimentasi ilmiah, sebelum janin berusia empat bulan, ternyata
legitimated menurut syariat Islam. Kedua, pengembangan ilmu dan praktek
kedokteran harus senantiasa memperhatikan norma-norma syariat Islam, sehingga
diharapkan nantinya tidak terjebak dalam kegelapan ilmiah yang mungkin
menguntungkan dari sisi material, tetapi bertentangan dengan hukum-hukum
syariat.
ëc
Ê Ê/
$$
Kita tidak bisa menempatkan bahwa hasil yang dicapai dalam menetapkan
akhir kehidupan manusia itu bersifat sesuatu yang tidak bisa dibantah lagi,
melainkan hasil itu dasarnya hanyalah prasangka ± prasangka yang paling
memungkinkan, karena premis ± premis yang dijadikan untuk mencapai hasil itu,
walaupun ada sebagian yang bersifat qahti¶i, namun sebagian lainnya adalah
bersifat zhanni, yaitu bahwa tentang penetapan lemahnya otak secara total, seperti
yang ditemukan oleh para ilmuwan modern, kadang masih kemasukan unsur
keraguan.
ementara itu, tidak ada dalil syariat dan bukti ilmiah yang qahti¶i, yang
menyatakan bahwa roh lah yang memimpin anggota badan itu, bukan yang
lainnya. Berhentinya otak menyebabkan berbagai macam penyakit tertentu dan
setiap penyakit yang ada atau akan ada, baik yang telah ditemukan maupun yang
belum ditemukan obatnya. Para dokter saat ini menemukan tentang kematian otak
secara total,
ëë
Berdasarkan pemikiran diatas, sangatlah mungkin bagi kita membuat
hukum ± hukum terapan yang diperlukan berdasarkan hasil yang telah kita capai.
Hanya saja, setiap kali hasil pembahasan seperti ini dijadikan sebagai pijakan
untuk membuat hukum terapan, maka semua persyaratan yang diperlukan untuk
mencegah adanya hambatan dan kesalahan, harus sudah dipersiapkan, seperti
adanya keputusan dari para dokter ahli bahwa orang itu benar ± benar telah mati.
ebelum memindahkan otak haruslah mendapat persetujuan dari pemiliknya
terlebih dahulu pada saat dia masih hidup dan dia tidak membatalkan persetujuan
itu sebelum mati.
Dasar ± dasar teoritis yang kita jadikan sebagai dasar untuk menetapkan
kerusakan dan nilai kepentingannya adalah pengetahuan yang kita dapatkan
tentang hakikat janin sebelum peniupan roh, bahwa dia bukan manusia dan dia
adalah makhluk yang didalamnya ada kehidupan yang berbeda dengan kehidupan
yang disebabkan oleh bertemunya roh dengan jasad, sehingga menjadi manusia.
Pertemuan antara jasad dan roh manusia ini diciptakan oleh Allah setelah
janin berumur seratus dua puluh hari. Maka dari itu dari sudut pandang teoritis,
maka objek kajian dalam penetapan hukum secara global ini adalah janin yang
hidup dengan kehidupan alami, yang umurnya belum mencapai seratus dua puluh
hari, dan ini akan diketahui secara pasti bahwa janin itu belum mencapai umur
tersebut.
Akan tetapi semua cara yang dikenal pada saat ini untuk menetapkan umur
janin masih perkiraan, baik yang didasarkan pada pengakuan orang yang hamil
ëu
tentang awal kehamilannya dan terjadinya pembuahan, melalui penanggalan,
ataupun yang didasarkan pada perhitungan medis, semuanya itu masih
mengandung unsur ± unsur kesalahan, maka dari itu haruslah berhati ± hati dalam
menetapkan umur janin ini, sebelum berusia seratus dua puluh hari, sehingga kita
bisa memperlakukannya sesuai dengan hukum yang berlaku pada janin yang
belum ditiupkan roh itu.
Alasannya, bahwa janin sebelum peniupan roh adalah makhluk hidup yang
sedang bersiap ± siap untuk menerima roh manusia, maka segala sesuatunya
dipersiapkan untuk orang lain, sehinnga semakin dekat kepada kesempurnaan,
semakin tinggi pula nialinya. eperti rumah yanh dipersiapkan untuk
penghuninya, dipersiapkan berdasarkan tahap ± tahap tertentu. emakin dekat
masa persiapan itu dengan masa kesempurnaa, maka akan semakin mahal pula
nilainya.
ëº
pengecualian yang mungkin bisa memperbolehkannya. Diantara ulama yang
paling keras dalam hal ini adalah madzhab Hanafi, mereka tidak memberikan
pengecualian sama sekali terhadap hukum dasar tersebut, selain yang
diriwayatkan dari Abu Hanifah mengenai pendapatnya tentang bolehnya
membedah perut wanita yang mati untuk mengeluarkan janinnya yang diharapkan
kehidupannya. Adapun ulama yang paling banyak memberikan pengecualian
dalam amsalah ini adalah fuqaha dari madzhab yafi¶i, walaupun mereka tidak
sampai keluar dari kehati ± hatian yang ketat dalam masalah ini.
Makna dari kehati ± hatian mereka, yang selalu dijaga oleh para fuqaha di
dalam ijtihad mereka dalam masalah ini adalah kehormatan yang telah ditetapkan
oleh islam pada manusia. ebagian fuqaha berpendapat, bahwa makna
kehormatan diatas berbeda antara manusia yang hidup dengan manusia yang mati.
Menurut mereka kehormatan orang yang hidup lebih besar daripada kehormatan
mayat.
Akan tetapi dalam masalah ini mereka melupakan makna yang mereka
senantiasa berhati ± hati terhadapnya, ketika mereka membahas tentang maslah
penjualan air susu manusia, sehingga mereka memperbolehkannya dan mereka
tidak melihat bahwa memperjual ± belikan air susu manusia ini bertentangan
dengan kehormatan manusia manapun.
ë·
kaidah tentang keharusan mengambil resiko paling kecil untuk menolak bahaya
yang lebih besar. Adapun jika mereka berselisih pendapat dalam pengecualian
yang mereka ambil dari hukum dasar itu, bukan karena perbedaab mereka dalam
menetapkan unsur ± unsur praktis dalam masalah tersebut dan penerapan kaidah
itu dalam praktik, karena dalam penerapannya harus ada bahaya yang lebih ringan
dan lebih berat, serta tidak memungkinkan untuk menolak dua bahaya itu
sekaligus. Untuk menetapkan besar kecilnya bahaya itu, perlu ditetapkan dengan
ukuran ± ukuran yang didasarkan pada kaidah, sehingga unsur ± unsur yang ada
pada maslah ± masalah itu, menimbulkan perbedaan diantara ulama dan
menetapkan ukurannya.
alaupun hasil kajian para fuqaha itu dapat memberikan arah bagi
keselamtan ilmiah dalam bidang fikih, akan tetapi masih sangat jauh dari
kenyataan yang mungkin dicapai oleh dunia kedokteran berdasarkan hasil yang
meyakinkan atau mendekati keyakinan dalam menetapkan bahaya penyakit yang
diperkirakan dan kepentingan pengobatannya atau menetapkan pengaruh yang
diakibatkan oleh praktek operasi. ebaliknya, kebenaran diagnosa kedokteran
pada masa mereka, telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kebenaran
hasil kajian para fuqaha dan sebagian dari mereka mengatakan secara terus terang
bhwa prasangka yang diambil dari diagnosa itu berada pada derajat pertengahan
antara yakin dan ragu.
ëË
hukum ± hukum baru, yang terilhami dari kaidah ± kaidah syariat yang dijadikan
pegangan oleh mereka. Lalu melakukan pengukuran baru terhadap karakteristik
pencangkokan anggota badan manusia yang berbeda ± berbeda itu, baik
karakteristik dari aspek kerusakan maupun kepentingannya, yang diambil dari
unsur ± unsur yang baru didapatkan.
Perbedaan antara kedua fase perkembangan itu sangat jelas bagi orang ±
orang yang memperbolehkan pengguguran janin sebelum peniupan roh dan
mengharamkannya sesudahnya. Adapun bagi orang ± orang yang mengharamkan
kedua fase itu ( sebelum dan sesudah peniupan roh ), menunjukkan tingkat
keharaman pengguguran kandungan itu menurut mereka, berbeda ± beda sesuai
dengan tingkat umur janin yang telah berumur empat bulan pertama dianggap
sebagai pembunuhan terhadap manusia, sedangkan sebelum itu tidak dianggap
pembunuhan.
ëâ
bahwa perlunya mensyaratkan pengharaman yang dipegang oleh madzhab, agar
diperbolehkan menggugurkan janin, jika kehamilan itu disebabkan karena
perbuatan zina, khususnya jika wanita itu takut pada dirinya sendiri apabila
kehamilannya diketahui orang banyak.
Pada saat ini, dimana ilmu kedokteran sudah maju pesat, seorang dokter
bisa mengetahui berbagai macam bahaya pada janin jika ada didalam perut ibunya
dan berbagai macam bahaya yang akan menimpa ibu yang hamil jika janin
dibiarkan hingga bulan ± bulan terakhir kehamilan. Yaitu alasan ± alasan yang
tidak kalah pentingnya dengan alasan ± alasan yang disebutkan oleh para fuqaha,
sehingga sebaiknya madzhab ± madzhab itu perlu memperhatikannya.
ëo
sisi negatif yang diperkirakan akan terjadi. Karena pada saat itu tidak ada artinya
menutupi aub, menangkis prasangka buruk, dan mewujudkan keadilan antara
lelaki dan perempuan, yang pada dasarnya syariat tidak membedakan antara
keduanya, dan tidak ada pula makna pendidikan yang ingin dicapai.
Pendapat yang ada dalam kasus ini adalah tujuan yang ingin dicapai dalam
hal ini, tidak cukup kuat untuk memperbolehkan dibukannya aurat wanita didepan
dokter. Para fuqaha sepakat bahwa robeknya selaput dara saja tidak dianggap
sebagai dalil atas perbuatan zina. Kita lihat bahwa mayoritas fuqaha berpendapat
bahwa wanita yang selaput daranya tidak utuh tidak wajib untuk dihukum dera.
Meskipun disaksikan oleh empat orang saksi atau lebih.
ë
Ê Ê/
0
'
Buku ini terdiri dari kumpulan artikel yang membahas tentang masalah
masalah kedokteran, dengan meletakkan dasar ± dasar hukum syariat dan akhlak
pengembangan ilmu kedokteran .
Dalam hal ini ada dua permasalahan pokok:
(batasan waktu awal
kehidupan manusia. #(batasan tentang kapan kehidupan manusia berakhir.
u
Para fuqaha memperbolehkan pengguguran kandungan yang merupakan
akibat dari pengetahuan yang baru tentang keadaan janin dalam berbagai macam
fase perkembangannya.
Artikel terakhir berjudul, Mengembalikan Keperawanan dalam Perspektif
Tujuan Syariat.
Pada dasarnya setiap orang berhak memperbaiki bagian dari anggota
tubuhnya yang rusak. Akan tetapi khusus masalah keperawanan ini, kadang ±
kadang menjadi tanda kesucian bagi seorang gadis dan kadang menjadi syarat
utama dalam suatu pernikahan.
0 $
Didalam buku ini banyak menggunakan istilah atau bahasa dari bahasa
arab, sehingga orang awam kurang dapat memahami kata ± kata yang dibuat oleh
penulis tersebut. arannya adalah supaya penulis menggunakan kata ± kata yang
umum digunakan atau jika mau menggunakan kata ± kata tersebut sebaiknya
disertakan arti atau maksud dari istilah tersebut.
uc
1 $
alid.2008.Fikih Kedokteran.Jakarta:Fahima.
uë