You are on page 1of 9

SISTEM SAMBUNGAN MOMEN TAHAN GEMPA PADA STRUKTUR

BAJA BANGUNAN GEDUNG


Andi Saputra Siregar1), Iskandar Romey Sitompul2), Reni Suryanita3)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode 28293
Email : andi.saputrasiregar@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Based on SNI 1729 2015, there are two concepts in steel structure analysis and design, namely
the concept of Load and Resilience Factor Design (LRFD) and Allowable Strength Design
(ASD). The design of steel structures has to take into account the safety against earthquake
loads according to the 2017 earthquake hazard map which is an update to the previous
earthquake map published in 2010. This study aims to obtain the most effective type of steel
structure connection in resisting earthquake loads by comparing 3 types of flexural
connections between beam and column. The type of connection examined with study were
bolted flange plate moment connection and end plate moment connections using stiffeners with
four bolts and eight bolts. In this research a 10 floors building with steel structure is modelled.
The dimensions of the building are 20 m x 15 m and the height of each story is 3.5 m except for
the first story which is 4.5 m. The structure is analyzed by using SAP2000 version 21 software
with LRFD and ASD methods. The building is located in the city of Pekanbaru with soft soil
conditions. Based on the design result, it was found that the most suitable type of moment
connection on the model is end plate moment connection using a stiffener with eight bolts, with
a bearing capacity of the end plate of 4403.59 kN. From the structural analysis using the Direct
Analysis Method (DAM) it is found that the internal forces in the structure are smaller when
using a new earthquake hazard map. Finally, the connection design for this model by using
ASD method is about 40% less efficient than by using the LRFD method.

Keywords : LRFD, ASD, moment connections, earthquake hazard map 2017


A. PENDAHULUAN Dalam kaitannya dengan rekayasa
Indonesia merupakan negara yang dan perancangan bangunan konstruksi
sebagian besar wilayahnya terletak pada gedung bertingkat, struktur baja merupakan
daerah dengan tingkat kerawanan terhadap salah satu bahan konstruksi yang sangat
gempa yang tinggi. Gempa bumi yang baik. Perencanaan struktur rangka baja
terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir yang tahan terhadap beban gempa, salah
banyak mengakibatkan kerusakan sarana satunya di bagian sambungan didesain
dan prasarana fisik. Kementerian Pekerjaan untuk bisa menjalani deformasi jauh
Umum dan Perumahan (PUPR) melampaui batas elastis bahan tanpa
meluncurkan Peta Sumber dan Bahaya kehilangan kapasitas kekuatan yang cukup
Gempa Indonesia Tahun 2017. Peta ini signifikan.
merupakan pemutakhiran dari peta gempa Sambungan merupakan bagian
sebelumnya yang terbit pada tahun 2010. penting dalam sistem struktur bangunan
Perubahan intensitas gempa di suatu gedung yang tidak dapat diabaikan. Banyak
wilayah akan berdampak pada desain dan bangunan memiliki elemen struktur yang
perencanaan struktur bangunan tahan berukuran besar dan memiliki kapasitas
gempa di wilayah tersebut. Semakin besar daya dukung yang besar, namun ketika
beban gempa yang terjadi, maka respon terjadi bencana gempa mengalami
struktur akan semakin besar. keruntuhan disebabkan kegagalan pada

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 1


sistem sambungan. Penelitian terkait Sehubungan dengan perubahan peta
dengan kinerja sistem sambungan pada gempa, dari peta gempa 2010 diperbaharui
bangunan gedung dengan menggunakan menjadi peta gempa 2017 menjadi acuan
konstruksi baja masih sedikit dilakukan bagi perencana dalam mendesain struktur
hingga saat ini. Sehubungan dengan hal ini, bangunan syarat aman terhadap gempa.
maka dirasakan perlu untuk meneliti sistem
sambungan seperti apa yang paling efektif B.2 Koefisien Modifikasi Respon
untuk diaplikasikan pada gedung dengan Tabel 1. Koefisien Modifikasi Respon (RSNI3
material konstruksi baja di kota pekanbaru. 1726, 201X)
Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural telah ditetapkan berdasarkan
(SNI 1729 2015). Analisis struktur baja
memiliki dua konsep perhitungan yaitu
konsep Desain Faktor Beban dan
Ketahanan (DFBK) dan konsep Desain
Kekuatan Izin (DKI). Analisis struktur baja
harus memperhitungkan keamanan
terhadap beban gempa yang telah
ditentukan. Sehubungan dengan perubahan
peta gempa tersebut di atas berpengaruh
terhadap hasil perencanaaan struktur Berdasarkan Tabel 1, sistem struktur yang
termasuk desain sambungan. Sejauh mana digunakan adalah SRPMK (Sistem Rangka
perubahaan hasil desain terkait perubahan Baja Pemikul Momen Khusus) dengan
peta bahaya gempa tersebut di atas dapat koefisien modifikasi respon adalah 8.
dilihat pada studi dan kajian di dalam
penelitian ini. B.3 Ketentuan Pembebanan
Beban-beban yang diperhitungkan di dalam
B. TINJAUAN PUSTAKA analisis penelitian ini adalah:
B.1 Peta Gempa Indonesia a. Beban mati, total beban mati tambahan
Kementrian PUPR bersama para ahli yang digunakan adalah 3,41 kN/m2 yang
gempa melakukan pemutakhiran peta mencakup Mechanical & Electrical,
gempa Indonesia dan diberi nama Peta plesteran, keramik, dinding pasangan bata
Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia merah 1/2 batu, plafon dan penggantung.
2017. Peta gempa 2017 ini mengacu pada b. Beban hidup, bangunan struktur
analisis PSHA (Probabilistic Seismic difungsikan sebagai apartemen dengan
Hazardm Analysis) yang merupakan peta beban hidup sebesar 1,92 kN/m2 dan atap
0,96 kN/m2 menurut SNI 1727 2013.
percepatan puncak di batuan dasar PGA
c. Respon spektrum gempa, peta gempa
(Peak Ground Acceleration). PGA
yang digunakan adalah peta gempa tahun
memiliki delapan periode ulang, periode
2010 dan tahun 2017 dengan nilai
ulang yang dipergunakan, yaitu 50, 100, percepatan spektrum respons pada peta
200, 500, 1000, 2500, 5000, dan 10000 2017 untuk S1 dan Ss sebesar 0,299 dan
tahun. Analisis terhadap hasil perhitungan 0,236, sedangkan pada peta gempa 2010
PSHA oleh Tim Pusat Studi Gempa (2017) untuk S1 dan Ss sebesar 0,441 dan 0,274.
menunjukkan akan muncul guncangan Gambar 1 memperlihatkan grafik respon
yang semakin bertambah tinggi di suatu spektrum gempa rencana sesuai RSNI3
area seiring dengan semakin bertambah 1726 201X yang digunakan pada
panjang rentang waktu penghitungan. Hal penelitian ini, dimana terdapat perbedaan
ini terjadi karena semakin panjang waktu untuk nilai Sa dan Perioda (T) antara peta
maka semakin banyak gempa dengan gempa 2017 dan 2010.
magnitudo lebih besar yang muncul.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 2


0.600 Ru  Rn (1)
0.500

0.400
Keterangan,
Ru = kekuatan perlu menggunakan
SA

0.300 Peta

0.200
Gempa
2017
kombinasi beban DFBK
Rn = kekuatan nominal (nominal
0.100
strength)
 = faktor ketahanan (resistance
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000
Perioda ( T )
factor), faktor reduksi kekuatan
Gambar 1. Perbandingan Respon Spektra
umumnya nilai ϕ < 1
Berdasarkan RSNI31726 201X Menggunakan Peta Rn = kekuatan desain (design strength)
Gempa Tahun 2010 dan Tahun 2017 untuk Lokasi
Pekanbaru dengan Kondisi Tanah Lunak
b. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain
Berdasarkan grafik pada Gambar 1 di atas Kekuatan Izin (DKI)
persentase selisih perbandingan Peta
Desain berdasarkan Kekuatan Izin
bahaya gempa 2017 mengalami penunuran
(DKI) mensyaratkan kekuatan izin dari
sebesar S1 (g) 32% dan Ss (g) 13%.
setiap komponen struktur sama atau
Sehingga analisis struktur menghasilkan
melebihi kekuatan perlu yang ditentukan
respon struktur yang lebih kecil jika
berdasarkan kombinasi beban DKI. Desain
menggunakan peta gempa 2017
harus dilakukan sesuai dengan persamaan
B.4 Kombinasi Pembebanan berikut,
R
Kombinasi beban yang dilakukan dalam Ra  n (2)

analisis struktur baja dengan menggunakan
Keterangan,
metode DFBK dan DKI adalah sebagai
Ra = kekuatan perlu menggunakan
berikut: kombinasi beban DKI
a. Desain Faktor Beban dan Ketahanan Rn = kekuatan nominal (nominal
(DFBK) strength)
1) 1,4D Ω = faktor keamanan (safety factor),
2) 1,2D + 1,6L + N umunya nilai Ω > 1
Rn /Ω = kekuatan izin (allowable
3) 1,2D + 1,0E +l L + N
strength)
4) 0,9D +1,0E + N
B.6 Perencanaan Sambungan Baja
b. Desain Kekuatan Izin (DKI) Struktur Tahan Gempa
1) D Perencanaan struktur baja harus
2) D + L sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural SNI 1729
3) D + (0,6W or 0,7E) + N
2015 yang mengadopsi AISC 2010, dengan
4) D + 0,75L + 0,75(0,7E) + N ketentuan seismik untuk bangunan gedung
baja struktural SNI 7860 2015 yang
B.5 Persyaratan Desain
mengadopsi AISC 341-10 dan sambungan
a. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain
terprakualifikasi untuk rangka momen
Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK)
khusus dan menengah baja pada aplikasi
DFBK mensyaratkan dalam kekuatan
seismik SNI 7972 2013 yang mengadopsi
desain setiap komponen struktural sama
AISC 358-16. Sambungan yang ada dalam
atau melebihi kekuatan perlu yang
standar ini dirancang menurut ketentuan
ditentukan berdasarkan kombinasi beban
desain faktor beban (DFBK) dan ketahanan
DFBK. Desain harus dilakukan sesuai
(DKI). Tipe sambungan yang sudah
dengan persamaan berikut,
Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 3
terprakualifikasi dalam SNI 7972 2013 lantai. Tinggi lantai dasar 4,5 m dan lantai
untuk digunakan dalam penyambungan 2-10 mempunyai tinggi yang sama (tipikal),
balok ke sayap kolom pada Rangka Momen yaitu 3,5 meter dan lebar arah x 4 m dan y
Khusus (RMK) dan Rangka Momen 5 m. Profil baja yang digunakan yaitu,
Menengah (RMM) di dalam batas yang 1. Kolom: Profil IWF 478 x 447 x 60 x 60
disyaratkan. Berikut tipe sambungan tahan 2. Balok : Profil IWF 406 x 403 x 24 x 16
gempa: Sebelum melakukan pemodelan
a. Pelat Ujung Diperpanjang menggunakan software SAP2000, perlu
menggunakan pengaku dengan empat- diatur mengenai analisis yang digunakan.
baut. ( Gambar 2. (a) ) Analisis yang digunakan pada penelitian ini
b. Pelat Ujung Diperpanjang adalah konsep DFBK dan DKI. Tahapan
menggunakan pengaku dengan penggunaan analisis DFBK dan DKI
delapan-baut. ( Gambar 2. (b) ) sebegai berikut:
1. Pada lembar kerja yang telah disiapkan
c. Pelat Sayap Berbaut. (Gambar 3.)
pilih Tool Design – Steel Frame Design
– View/ Revise Preference.
2. Mengubah Design Code menjadi AISC
360-10. Kemudian pilih Design
Provision menjadi LRFD atau ASD,
Selanjutnya tekan “ok” pada tool revise
(a) (b) preference.
Gambar 2. Sambungan momen plat ujung 3. Setelah mengubah code pada software
dengan atau tanpa perkuatan (SNI 7972, 2013) SAP2000, kemudian mendesain struktur
gedung baja dengan empat pemodelan,
yaitu dengan menggunakan ketentuan
desain DFBK (LRFD) dan DKI (ASD)
untuk peta bahaya gempa tahun 2017
dan peta bahaya gempa tahun 2010.
4. Merencankan sambungan balok-kolom
tahan gempa di momen terbesar balok
pada sumbu utama kolom di lantai dasar.
Gambar 3. Sambungan Momen Pelat Sayap
Berbaut (SNI 7972, 2013)
C.2 Model Struktur
C. METODOLOGI PENELITIAN
C.1 Data Struktur
Analisis desain struktur baja yang
dilakukan pada penelitian mengacu pada
Pemodelan struktur mengacu pada SNI
1729 2015 tentang spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural, RSNI3
1726 201X (Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung), SNI
1727 2013 (Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur), dan PPPURG 1987 (Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung). Pemodelan struktur dalam
tiga dimensi dengan tinggi bangunan 10
Gambar 4. Struktur Baja 10 Lantai 3D

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 4


Berdasarkan Gambar 6 di atas dari
hasil analisis struktur didapatkan nilai
masing-masing momen maksimum balok
dan kolom tiap lantai menggunakan konsep
desain DFBK dan konsep desain DKI
dengan peta bahaya gempa tahun 2010 dan
tahun 2017.
Hasil perbandingan konsep desain
adalah nilai momen maksimum pada kolom
konsep DFBK dengan peta gempa tahun
2017 adalah 528,253 kNm, sedangkan
konsep DKI dengan peta gempa tahun 2017
adalah 369,388 kNm. Hasil perbandingan
nilai momen maksimum kolom
menggunakan konsep DFBK diperoleh
43 % lebih besar dibandingkan konsep
Gambar 5. Perencanaan Sambungan Balok-Kolom DKI.
Tahan Gempa Hasil perbandingan konsep peta
bahaya gempa adalah nilai momen
Perencanaan sambungan balok-kolom
maksimum pada kolom dengan peta gempa
tahan gempa berdasarkan Gambar 4 dan
tahun 2010 konsep desain DFBK adalah
Gambar 5 di atas dapat dijelaskan bahwa
577,039 kNm, nilai momen maksimum
sambungan yang direncanakan pada balok
pada kolom dengan peta gempa tahun 2017
ke sumbu utama kolom dengan momen
konsep desain DFBK adalah 528,253 kNm.
terbesar, yaitu balok 418 di lantai dasar.
Hasil perbandingan diperoleh 9,24 % nilai
D. HASIL DAN PEMBAHASAN momen maksimum pada kolom konsep
D.1 Rekapitulasi Momen Maksimum peta gempa tahun 2010 lebih besar
pada Kolom dan Balok dibandingkan peta gempa tahun 2017.

700
577.0378 D.2 Hasil Perhitungan Sambungan
Momen Maksimum (kN)

600 528.2525
500 403.5376
Balok-Kolom Tahan Gempa
369.3879
400
300 Tabel 2. Hasil Perhitungan Sambungan 8ES
200 Konsep DFBK dengan Peta Bahaya Gempa Tahun
100 2017
0 No Langkah Hasil Keterangan
DFBK Peta Gempa 2017 DKI Peta Gempa 2017 Perencanaan Perencanaan
DFBK Peta Gempa 2010 DKI Peta Gempa 2010 Momen
maksimum Mpr =
(a) Momen Maksimum pada Kolom 1 -
pada sendi 1095,20 kNm
plastis
400 340.5461 Lokasi sendi
2 Sh = 298 mm
Momen Maksimum (kN)

313.735
plastis -
300 239.8044
221.0366 Gaya geser
Vh = 623,71
200 3 pada lokasi
kN
sendi plastis -
100 Momen
maksimum Mf = 1281,06
0 4 -
DFBK Peta Gempa 2017 DKI Peta Gempa 2017 pada muka kNm
kolom
DFBK Peta Gempa 2010 DKI Peta Gempa 2010 Diameter
baut yang
(b) Momen Maksimum pada Balok db req’d = 30
5 dibutuhkan -
mm
dengan mutu
Gambar 6. Perbandingan Momen Maksimum baut A325

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 5


No Langkah Hasil Keterangan No Langkah Hasil Keterangan
Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
6 Kekuatan kNm Memenuhi las pada
baut akibat ≥ Mf badan balok
efek ungkit ke plat ujung
(prying) (Rnw )
dalam Kekuatan
menahan sayap kolom
gaya tarik 17 tanpa 8928,57 kN ≥ Memenuhi
dari plat pengaku Ffu
(Mnp) (Rn )
Baut ASTM Kuat leleh
A325 lokal badan
fnt = 620 kolom yang
Mpa dan fnv tidak kN ≥
= 372 Mpa 18 Memenuhi
diperkuat Ffu
7 Ketebalan 38 ≥ tp ≥ 13 Memenuhi pada posisi
pelat ujung tp req’d = 29 sayap balok
yang mm (Rn)
disyaratkan Kuat tekuk
Fyp = 240 badan kolom
Mpa dan Fup yang tidak
= 370 Mpa kN
19 diperkuat Memenuhi
Gaya pada posisi ≥ Ffu
terfaktor Ffu = 2204,93 sayap desak
8 -
pada sayap kN balok (Rn)
balok Kekuatan
Dimensi lipat badan
ts = 12 mm
pengaku kolom tanpa
9 hst = 172 mm - kN
pada pelat 20 pengaku Memenuhi
Lst = 298 mm ≥ Ffu
ujung pada sayap
Kuat runtuh tekan balok
geser dari (Rn)
1577,71 kN ≥
10 baut pada Memenuhi
Vh
sayap desak
(nRn)
Tabel 3. Hasil Perhitungan Ratio Desain
Kegagalan
tumpu/sobek 4403,59 kN ≥ Sambungan 8ES Konsep DFBK dengan Peta
11 Memenuhi Bahaya Gempa Tahun 2017
pada plat Vh
ujung Rn) No Cek Desain D/C Keterang Referensi
Ratio an
Kegagalan 1 (No prying bolt)
tumpu/sobek kN ≥ Kekuatan baut
12 Memenuhi Hal. 20-3.9
pada sayap Vh akibat efek
Memenu Muraay dan
kolom Rn) ungkit (prying) 0,8278
hi Sumner,
Tebal las w = dalam menahan
2003
Tebal dan 10 mm gaya tarik dari
panjang las Lw = 836 mm plat
2 Kuat patah
13 rencana pada (total panjang - J3-1 hal.
geser dari baut Memenu
sayap balok las) 0,3953 129. SNI
pada sayap hi
ke plat ujung Lw eff = 836 1729, 2015
desak
mm 3 Kegagalan J3-6a hal.
Memenu
Tebal las w = tumpu/sobek 0,1416 132. SNI
hi
Tebal dan 8 mm pada plat ujung 1729, 2015
panjang las Lw = 1132 4 Kegagalan
J3-6a hal.
14 rencana pada mm (total - tumpu/sobek Memenu
0,0685 132. SNI
badan balok panjang las) pada sayap hi
1729, 2015
kolom
ke plat ujung Lw eff =
5 Kekuatan yang
1038,04 mm tersedia
Kekuatan J2-4 hal.
diizinkan, Memenu
sambungan 0,4865 121. SNI
sambungan las hi
1729, 2015
las pada 1281,99 kN ≥ sayap balok ke
15 Memenuhi plat ujung
sayap balok Vh
ke plat ujung 6 Kekuatan yang
J2-4 hal.
tersedia Memenu
(Rnw ) 0,4898 121. SNI
diizinkan, hi
Kekuatan kN ≥ sambungan las
1729, 2015
16 Memenuhi
sambungan Vh

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 6


No Cek Desain D/C Keterang Referensi pelat-ujung dengan pengaku dengan
Ratio an
badan balok ke delapan-baut 8ES yang memiliki daya
plat ujung dukung pelat-ujung 4403,59 kN. Dari
7 Kekuatan sayap
kolom yang 6.10-15 hal. kedua tipe sambungan tersebut dipilih salah
Memenu
tidak diperkuat 0,2470
hi
37. SNI satu tipe sambungan yang memiliki
terhadap leleh 7972, 2013
lentur kapasitas daya dukung yang lebih kuat
8 Kekuatan yaitu tipe sambungan momen pelat-ujung
pelelehan badan
kolom lokal dari 6.10-16 hal. dengan pengaku dengan delapan-baut 8ES
Memenu
badan kolom 0,2710
hi
37. SNI dipilih untuk model gedung baja beraturan
tanpa pengaku 7972, 2013
pada sayap 10 lantai pada kajian studi penelitian ini.
balok
9 Kekuatan tekuk
bp = 229 mm
badan kolom 6.10-18 hal.
Memenu g = 152 mm
tanpa pengaku 0,0214 38. SNI
hi
pada sayap 7972, 2013
tekan balok de = 41 mm
10 Kekuatan lipat Pb = 90 mm
badan kolom 6.10-21 hal. Pfo = 41 mm
Memenu
tanpa pengaku 0,1208 38. SNI tf = 15 mm
hi Pfi = 41 mm
pada sayap 7972, 2013
tekan balok Pb = 90 mm

tw = 10 mm
Tabel 4. Rekapitulasi Perbandingan Kapasitas
Daya Dukung Tipe-tipe Sambungan Momen
Konsep DFBK beban gempa tahun 2017.
No Tipe Kapasistas Syarat Keterangan
Sambung Daya Memenuhi
an Dukung Tipe
Momen Sambungan
1 Tipe Daya Perbandinga Memenuhi
Sambung Dukung n gaya geser untuk model
an Pelat-Ujung pada lokasi gedung baja
Momen 4ES Rn) sendi plastis beraturan 10
Pelat- yaitu (Vh) 589,561 lantai
Ujung 3120,88 kN kN: Gambar 7. Geometrik Sambungan Momen
4ES Rn) ≥
(Vh)
Seismik Pelat Ujung Yang Diperpanjang
2 Tipe Daya Perbandinga Memenuhi Menggunakan Pengaku Dengan Delapan Baut
Sambung Dukung n gaya geser untuk model (8ES) Konsep DFBK dan DKI dengan Peta Bahaya
an Pelat-Ujung pada lokasi gedung baja
Momen Rn) 8ES sendi plastis beraturan 10 Gempa Tahun 2017 dan Tahun 2010
Pelat- yaitu (Vh) 623,71 lantai
Ujung 4403,59 kN kN, Analisis perhitungan data geometrik
8ES Rn) ≥
(Vh) pada Gambar 7 di atas tipe sambungan
3 Tipe Gaya dalam Pelat Tidak momen seismik pelat-ujung yang
Sambung Pelat Sayap penyambung Memenuhi
an yaitu Rn) untuk untuk model diperpanjang menggunakan pengaku
Momen 910,20 kN keruntuhan gedung baja
Pelat tarik pecah beraturan 10 dengan delapan-baut 8ES menghasilkan
Sayap (Fpr) lantai data geometrik sebagai berikut,
Berbaut 2787,70 kN,
Rn) ≥ d = 596 mm (tinggi penampang balok
(Fpr) penyambung)
tbf = 15 mm (tebal badan balok)
Berdasarkan penjelasan pada Tabel bp = minimum dari tabel prakuliafikasi nilai
3 di Atas menghasilkan perbandingan, yaitu lebar pelat ujung untuk 8ES = 229 mm
tipe-tipe sambungan momen tahan gempa g = 152 mm (jarak horizontal antara baut-
yang memenuhi persyaratan untuk model baut)
gedung baja beraturan 10 lantai yaitu, tipe pfi = 49 mm (jarak vertikal dari bagian
sambungan momen pelat-ujung dengan dalam dari suatu sayap tarik balok ke baris
pengaku dengan empat-baut 4ES yang baut bagian dalam terdekat)
memiliki daya dukung pelat-ujung Rn)
3120,88 kN dan tipe sambungan momen

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 7


pfo = 49 mm (jarak vertikal dari bagian luar pengaku dengan delapan baut (8es) konsep
dari suatu sayap tarik balok ke baris baut DFBK dan DKI dengan peta bahaya gempa
bagian luar terdekat) tahun 2017 dan tahun 2010 diperoleh
pb = 90 mm (jarak vertikal antara baris baut diameter baut (db) 30 mm, tebal plat-ujung
sebelah dalam dan sebelah luar dalam (tp) 29 mm, dimensi pengaku untuk tinggi
sambungan 8ES) (hst) 172 mm, panjang pengaku (Lst) 298
mm dan tebal pengaku (ts )12 mm.

tf = 60 mm E. KESIMPULAN DAN SARAN


E.1 Kesimpulan
Perubahan peta gempa berdasarkan
peta gempa yang terbaru berdampak pada
analisis struktur dan desain sambungan.
Tipe sambungan tahan gempa menurut SNI
db = 30 mm (M30)
7972 2013 ada 3 yaitu 4ES, 8ES dan PSB.
db = 596 mm Metode analisis yang digunakan menurut
SNI 1729 2015 yaitu metode DFBK dan
DKI. Berdasarkan studi yang dilakukan
terhadap model gedung baja beraturan 10
lantai maka didapat beberapa kesimpulan
berikut ini:
a) Nilai parameter peta bahaya gempa
dc = 478 mm tp = 29 mm tahun 2017 lebih kecil dibandingkan
peta bahaya gempa tahun 2010 khusus
(a) Dimensi untuk kota Pekanbaru dengan kondisi
tanah lunak. Hal ini disebabkan pada
peta bahaya gempa 2017 percepatan
tanah dasar S1 sebesar 0,299 dan Ss
sebesar 0,236, sedangkan pada peta
gempa 2010 S1 sebesar 0,441 dan Ss
sebesar 0,274. Peta bahaya gempa
2017 mengalami penunuran sebesar S1
(g) 32% dan Ss (g) 13%. Sehingga
analisis struktur menghasilkan respon
struktur yang lebih kecil jika
menggunakan peta gempa 2017.
b) Berdasarkan perubahan peta gempa
berpengaruh pada perencanaan
sambungan tahan gempa, yaitu pada
peta gempa tahun 2010 menghasilkan
momen maksimum lebih besar
(b) Gambar 3D dibandingkan peta gempa tahun 2017.
Gambar 8. Hasil Desain Sambungan Momen c) Hasil perbandingan konsep desain
Seismik Pelat Ujung Yang Diperpanjang adalah nilai momen maksimum pada
Menggunakan Pengaku Dengan Delapan Baut kolom konsep DFBK dengan peta
(8ES) Konsep DFBK dan DKI dengan Peta Bahaya
Gempa Tahun 2017 dan Tahun 2010
gempa tahun 2017 adalah 528,253
kNm, sedangkan konsep DKI dengan
Berdasarkan Gambar 8 di atas hasil peta gempa tahun 2017 adalah 369,388
desain sambungan momen seismik pelat kNm. Hasil perbandingan nilai momen
ujung yang diperpanjang menggunakan maksimum kolom menggunakan

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 8


konsep DFBK diperoleh 43 % lebih momen khusus dan menengah baja
besar dibandingkan konsep DKI. Maka pada aplikasi sesimik.
berdasarkan hasil dari penelitian ini Badan Standar Nasional (2013). SNI
desain DFBK lebih efisien 1727:2013. Beban minimum untuk
dibandingkan metode DKI. perancangan bangunan gedung dan
d) Tipe sambungan momen seismik pelat struktur lain.
ujung yang diperpanjang Badan Standar Nasional. (2015). SNI
menggunakan pengaku dengan empat 1729:2015. Spesifikasi untuk
baut (4ES) menurut metode DFBK bangunan gedung baja struktural.
menghasilkan kapasitas daya dukung Badan Standar Nasional. (2015). SNI
pelat-ujung 3120,88 kN dan metode 7860:2015. Ketentuan Seismik untuk
DKI 1871,90 kN sedangkan unutk Bangunan Gedung Baja Struktural
delapan baut (8ES) metode DFBK Badan Standar Nasional. (201X). RSNI3
menghasilkan kapasitas daya dukung 1726:201X. Tata Cara Perencanaan
pelat-ujung 4403,59 kN dan metode Ketahanan Gempa untuk Struktur
DKI 2935,73 kN. Dari penjelasan Bangunan Gedung dan Non Gedung).
tersebut maka tipe sambungan yang Pusat Studi Gempa Nasional. (2010). Peta
paling kuat untuk model gedung baja Hazard Gempa Indonesia 2010.
beraturan 10 lantai pada penelitian ini Pusat Studi Gempa Nasional. (2017). Peta
yaitu sambungan momen seismik pelat Sumber dan Bahaya Gempa
ujung yang diperpanjang Indonesia Tahun 2017
menggunakan pengaku dengan
delapan baut (8ES).

E.2 Saran
a. Menambah variasi kondisi tanah
lainnya yaitu batuan, tanah keras dan
tanah sedang untuk melakukan analisis
serupa.
b. Menambah variasi model dengan
jumlah tingkat yang lebih banyak dan
berbeda tiap model.
c. Menambahkan variasi model
sambungan struktur baja tahan gempa
berdasarkan peraturan yang telah
ditetapkan.
d. Untuk penelitian selanjutnya dapat
menggunakan profil kolom yang
berbeda, seperti profil King Cross,
profil Box, dan lain-lain.
e. Untuk penelitian selanjutnya lebih baik
menggunakan skala gempa di daerah
rawan seperti Aceh, Padang, dan
Yogyakarta.

F. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional. (2013). SNI
7972:2013. Sambungan
terprakualifikasi untuk rangka

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 9

You might also like