You are on page 1of 10

Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013

Hal. 25-34

PREFERENSI BERTELUR NYAMUK Aedes aegypti L. BERDASARKAN


JARAK PENEMPATAN OVITRAP BERMEDIA AIR DOMESTIK TERHADAP
OVITRAP BERMEDIA AIR RENDAMAN JERAMI

Wahyu Nur Hidayah, Jafron Wasiq Hidayat, Rully Rahadian

Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang,


Semarang 50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690

Abstract
Ovitrap is one of the environmentally friendly equipment of controlling Aedes aegypti
which causes dengue fever. The utilization of ovitraps by adding attractant substances which
are placed in certain distances can stimulate the mosquitoes’ sense of smell in order to lure
them. The objective of this study were to determine the effective placing distance of ovitrap’s
domestic water media on ovitrap’s hay-soaked water medium in order to lure Ae. aegypti on
laying eggs, and to understand the oviposition preferences of Ae. aegypti based on the
placing distance of ovitrap’s domestic water media on ovitrap’s hay-soaked water medium.
This research design was factorial experiment by using Split Plot. The water medium used
was hay-soaked water as the control. The domestic water media used were well water, tap
water, and rain water which were placed with the distance of 0 meter, 1 meter, 3 meters, and
5 meters from the hay-soaked water by using 3 replications. The independent variable were
the placing distance and water media, while the dependent variable was the number of eggs
trapped. The data were analyzed by using two-way ANOVA with the significance level of 95%.
The findings showed that the placing of ovitrap’s well water and tap water with the distance
of 5 meters is still effective to distract the oviposition preferences of Ae aegypti on hay-soaked
water, while in the well water was only effective up to 3 meters. The water media has no
effect on oviposition preferences of Ae aegypti when they are placed up to 5 meters away
from the hay-soaked water. This happens due to the high concentration of ammonia in the
hay-soaked water which attract the mosquitoes to choose compared to other water media to
lay eggs.

Keywords: Aedes aegypti, ovitrap, attractant, hay-soaked water, ammonia

Abstrak

Ovitrap merupakan salah satu alat pengendalian nyamuk Aedes aegypti penyebab
demam berdarah yang ramah lingkungan. Pemanfaatan ovitrap dengan menambahkan zat
aktraktan yang diletakkan pada jarak tertentu dapat merangsang indra penciuman nyamuk
dalam upaya meningkatkan daya tarik nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jarak efektif penempatan ovitrap bermedia air domestik terhadap air rendaman jerami
sebagai daya tarik bertelur Ae. aegypti dan untuk mengetahui preferensi bertelur Ae. aegypti
pada ovitrap bermedia air domestik yang diletakkan pada berbagai jarak terhadap air
rendaman jerami. Penelitian ini termasuk percobaan faktorial dengan menggunakan metode
Rancangan Petak Terbagi. Media air yang digunakan berupa air rendaman jerami sebagai
kontrol. Media air domestik yang berupa air sumur, air PDAM dan air hujan ditempatkan pada
jarak 0 meter, 1 meter, 3 meter dan 5 meter dari air rendaman jerami dengan menggunakan
3 ulangan. Variabel bebas yang diuji ialah jarak penempatan dan media air, sedangkan
variabel terikatnya ialah jumlah telur yang terperangkap. Data yang diperoleh diolah dengan
analisis statistik Uji Sidik Ragam dua arah dengan taraf signifikan 95%. Hasil penelitian
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

menunjukkan bahwa penempatan media air PDAM dan air hujan hingga jarak 5 meter
terbukti masih efektif, sedangkan air sumur hanya efektif hingga jarak 3 meter saja. Media
air yang digunakan tidak berpengaruh terhadap preferensi bertelur Ae. aegypti ketika
diletakkan sampai pada jarak 5 meter terhadap air rendaman jerami. Hal ini karena tingginya
kadar amoniak pada air rendaman jerami yang menyebabkan nyamuk lebih memilih air
rendaman jerami daripada media air lainnya untuk meletakkan telur.

Kata kunci : Aedes aegypti, ovitrap, atraktan, air rendaman jerami, amoniak

Pendahuluan Ovitrap dengan menambahkan


Demam Berdarah Dengue (DBD) zat atraktan dapat meningkatkan
yang dibawa oleh Aedes aegypti jumlah telur yang terperangkap. Zat
merupakan masalah yang menyangkut atraktan umumnya menghasilkan
kesehatan masyarakat di negara senyawa seperti amoniak dan
beriklim tropis termasuk Indonesia. Ae. karbondioksida yang mudah dikenali
aegypti merupakan vektor dari dan merangsang saraf penciuman
beberapa seperti demam kuning, nyamuk (Kawada et al., 2007).
demam dengue dan demam berdarah Nyamuk dewasa ketika mencari
dengue (Ndione et al., 2007). Data makan, selain terdorong oleh rasa
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah lapar juga dipengaruhi oleh beberapa
menunjukkan jumlah kasus DBD di factor seperti bau yang dipancarkan
Jawa Tengah pada tahun 2010 inang, temperatur, kelembaban, dan
mencapai 19.362 jiwa dengan warna. Untuk jarak yang lebih jauh,
peringkat tertinggi yaitu Semarang. faktor bau memegang peranan lebih
Terhitung dari 177 kecamatan di kota penting dibandingkan faktor lainnya,
Semarang, 161 wilayah merupakan karena nyamuk bereaksi positif
endemis DBD dengan peringkat atas terhadap bau karbondioksida dan
berupa Tembalang, Ngaliyan dan amoniak yang dikeluarkan oleh inang
Semarang Barat (Pramudita, 2011). (Clements, 1999).
Umumnya upaya pengendalian Adanya sensitivitas reseptor
Ae. aegypti yang dilakukan masyarakat terhadap bau menyebabkan tingkat
ialah menggunakan insektisida sebagai kesukaan nyamuk untuk memilih
larvasida. Insektisida yang sering bertelur pada suatu media air tertentu
digunakan Abate®, dan fogging akan muncul ketika jarak dekat.
(Daniel, 2008). Namun, Penggunaan Namun sampai saat ini, sebagian besar
insektisida kimiawi yang berulang penelitian mengenai media air sebagai
dapat menambah permasalahan baru, media peletakan telur belum ada yang
yaitu resiko kontaminasi residu pada mengaitkan dengan jarak penempatan
lingkungan serta munculnya resistensi ovitrap dalam mengefektifkan
berbagai spesies nyamuk penyebab fungsinya sebagai perangkap telur.
penyakit (Ndione et al., 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan
Dampak negatif penggunaan penelitian mengenai pengaruh jarak
insektisida ini membutuhkan upaya penempatan ovitrap bermedia air
lain dalam mereduksi sumber larva. rendaman jerami terhadap tingkat
Salah satu metode pengendalian Aedes kesukaan Ae. aegypti untuk bertelur
tanpa insektisida yaitu dengan pada berbagai media air. Hal ini untuk
menggunakan perangkap telur mengetahui pada jarak berapakah
(ovitrap). ovitrap bermedia air rendaman jerami
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

efektif digunakan di lingkungan Penelitian ini dilakukan selama 5


masyarakat. hari berturut-turut. Adapun telur
Tujuan penelitian ini adalah nyamuk yang terperangkap pada kain
mengetahui jarak efektif penempatan jebakan di empat media air diambil dan
ovitrap bermedia air domestik dikeringanginkan kemudian dilakukan
terhadap air rendaman jerami sebagai perhitungan dengan menggunakan lup
daya tarik bertelur Aedes aegypti dan dan hand counter.
mengetahui preferensi bertelur Ae.
aegypti pada ovitrap bermedia air c. Pengukuran Faktor Lingkungan
domestik yang diletakkan pada Pengukuran suhu, kelembaban,
berbagai jarak terhadap ovitrap DO dan pH berbagai media air yang
bermedia air rendaman jerami digunakan dalam penelitian dilakukan
langsung di lapangan selama 2 hari
Bahan dan Metode sekali. Pakan alami berupa protista
Penelitian dilakukan di Kelurahan pada media air diidentifikasi di
Sumurboto, Tembalang, Jawa Tengah. Laboratorium Ekologi dan
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Biosistematika, Jurusan Biologi,
Mei hingga Juni 2013. Peralatan yang Fakultas Sains dan Matematika. Kadar
digunakan ialah ovitrap modifikasi, amoniak diteliti ke Laboratorium
hand counter, lup, mikroskop, Jurusan Teknik Lingkungan,,
higrometer, pH meter DO meter dan Universitas Diponegoro.
termometer.
d. Analisis Data
Bahan Penelitian Penelitian ini termasuk percobaan
Bahan yang digunakan berupa empat faktorial dengan menggunakan
air domestik berupa air rendaman Rancangan Petak Terbagi (Split Plot
jerami, air sumur, air PDAM dan air Design) RAKL. Data yang diperoleh dari
hujan. perhitungan jumlah larva disajikan
dalam bentuk rerata dan selanjutnya
Metode Penelitian dianalisis secara statistik
a. Persiapan Alat, Bahan dan Tempat menggunakan Uji Sidik Ragam dua
Penelitian arah (two way ANOVA).
Penelitian ini menggunakan
ovitrap yang diletakkan pada 3 Hasil dan Pembahasan
halaman rumah. Penempatan ovitrap
dilakukan di tempat terpilih agar tidak Preferensi Bertelur Aedes aegypti
terganggu dengan gangguan yang Berdasarkan Jarak Peletakkan
mungkin terjadi tersentuh hewan Ovitrap
ataupun anak-anak. Berdasarkan jarak penempatan
Setiap halaman rumah ovitrap media air terhadap air
diletakkan media air rendaman jerami rendaman jerami, diketahui rerata
sebagai pusat, sedangkan air hujan, air jumlah telur terperangkap mengalami
tanah dan air PDAM diletakkan pada penurunan dari jarak 0 meter hingga
jarak 0 meter, 1 meter, 3 meter dan 5 jarak 5 meter kecuali pada air sumur
meter terhadap air rendaman jerami. (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa
b. Pengamatan Telur Nyamuk sampai jarak 5 meter, air rendaman
jerami masih efektif mengalihkan
preferensi bertelur Ae. aegypti. Analisis
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

statistik menunjukkan rerata jumlah jarak 1 meter, akan tetapi berbeda


telur yang terperangkap pada jarak 0 nyata terhadap jarak 3 meter dan 5
meter tidak berbeda nyata terhadap meter.

Tabel 1. Rerata telur Aedes aegypti pada berbagai ovitrap media air yang ditempatkan
pada berbagai jarak terhadap air rendaman jerami

Media Air Rerata Telur yang Terperangkap Rerata


butir/ovitrap*
0 meter 1 meter 3 meter 5 meter
Air Sumur 64,7 36,0 32,0 40,0 43,25
Air PDAM 81,3 39,0 27,3 25,0 43,00
Air Hujan 59,0 50,7 36,3 10,7 39,25
Rerata** 68,3x 41,9xy 31,9y 25,2y
* Rata-rata dari tiga ulangan
** Huruf yang berbeda pada baris menunjukkan berbeda nyata secara statistik (p ≤ 0,05)

Hasil penelitian menunjukkan menyebabkan nyamuk tertarik


jumlah telur yang terperangkap pada mendekati air rendaman jerami.
media air rendaman jerami adalah Berdasarkan penelitian dari
170,7 butir. Adapun pada media air Baskoro dkk (2011), air rendaman
lainnya jarak 0 meter dari air jerami dengan konsentrasi yang
rendaman jerami, mengalami semakin pekat dapat meningkatkan
penurunan dibandingkan dengan air jumlah nyamuk yang hinggap
rendaman jerami. Begitu pula pada dikarenakan kadar amoniak yang
jarak 1 meter, 3 meter dan 5 meter tinggi. Hal ini yang menyebabkan
yang juga mengalami penurunan nyamuk lebih menyukai mendekati air
secara beruntun dari jarak 0 meter. Hal rendaman jerami dan bertelur disana
ini diduga karena adanya kandungan dibandingkan media air lainnya. Pada
senyawa amoniak yang sangat tinggi penelitian ini, amoniak yang
pada air rendaman jerami sedangkan terkandung dalam air rendaman jerami
terbatas pada media air lainnya diduga masih efektif memancarkan bau
sehingga nyamuk lebih tertarik hingga jarak 5 meter sehingga dapat
mendekati dan bertelur di air mengalihkan preferensi nyamuk untuk
rendaman jerami. Menurut Jacquin and bertelur ke air rendaman jerami. Hal ini
Jolly (2004), air rendaman jerami dibuktikan pada Tabel 1, dimana
mengandung amoniak dan semakin jauh jarak media air lain dari
karbondioksida yang dapat air rendaman jerami yaitu 5 meter,
menimbulkan bau khas dan berfungsi semakin menurun jumlah telur nyamuk
sebagai aktraktan bagi nyamuk. Bau yang terperangkap.
tersebut akan ditangkap oleh alat
sensor nyamuk, sehingga
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

Gambar 1. Jumlah telur Aedes aegypti berdasarkan media air terhadap air
rendaman jerami

Prerefensi Bertelur Aedes aegypti berbeda nyata (Gambar 1). Hal ini
Berdasarkan Media Air Ovitrap menunjukkan bahwa ketika media air
Berdasarkan analisis statistika lain ditempatkan bersama air
jumlah telur Ae. aegypti yang rendaman jerami, maka Ae. aegypti
terperangkap pada air rendaman akan lebih memilih air rendaman
jerami berbeda nyata terhadap media jerami dibandingkan media air lainnya
air lainnya. Sedangkan antara air sebagai tempat bertelur.
sumur, air PDAM dan air hujan tidak

Tabel 2. Kandungan Amoniak dan Oksigen Terlarut pada Berbagai Media Air

Media*) Amoniak DO
ARJ 8,48 mg/l 0,19
AS 1,74 mg/l 1,58
AP 0,004 mg/l 3,52
AH 0,19 mg/l 3,17
*) ARJ : Air rendaman jerami; AS: Air sumur; AP: Air PDAM; AH: Air Hujan

Berdasarkan pada Tabel 2, termasuk manusia. Amoniak ialah


diketahui bahwa air rendaman jerami salah satu aktraktan nyamuk yang
memiliki kandungan amoniak yang merupakan daya tarik tersendiri bagi
paling tinggi yaitu 8,49 mg/l reseptor sensoris nyamuk Aedes.
dibandingkan media air lainnya. Hal Tingginya kandungan senyawa
inilah yang menyebabkan nyamuk amoniak pada air rendaman jerami
lebih tertarik pada air rendaman jerami menyebabkan bau khas yang cukup
dibandingkan air lainnya. Menurut kuat pada air tersebut. Hal ini
Weinzierl et al (2005) amoniak mengindikasikan bau tersebut
merupakan senyawa yang berasal dari dipancarkan hingga jarak tertentu
bahan organik atau merupakan hasil sehingga dapat mengalihkan
proses metabolisme makhluk hidup, ketertarikan nyamuk dari media air
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

lainnya. Selain itu, rendahnya amoniak dari air rendaman jerami


kandungan amoniak pada air sumur, menjadi lebih dominan dibandingkan
air PDAM dan air hujan dibandingkan bau amoniak dari media air lain.
air rendaman jerami menyebabkan bau

Gambar 2. Jumlah telur Aedes aegypti pada berbagai ovitrap media air
yang ditempatkan tiap jarak terhadap air rendaman jerami

Gambar 2 menunjukkan adanya perlakuan menggunakan air sumur,


perbedaan jumlah telur yang ovitrap air rendaman jerami mampu
terperangkap pada berbagai media air mengalihkan ketertarikan nyamuk
terhadap air rendaman jerami yang untuk meletakkan telur hanya sampai
diletakkan pada jarak tertentu. Jumlah pada jarak 3 meter dari air rendaman
telur Aedes aegypti yang terperangkap jerami saja. Adapun pada jarak 5
pada media air ovitrap dari jarak 0 meter dari air rendaman jerami,
meter hingga 5 meter dari air pengaruh air rendaman jerami makin
rendaman jerami memiliki berkurang. Hal ini karena bau khas
kecendurungan semakin menurun. Hal amoniak pada air sumur jarak 5 meter
ini terlihat pada air PDAM dan air hujan kemungkinan lebih kuat daripada bau
dimana jumlah telur nyamuk dari jarak amoniak yang dipancarkan air
0 meter hingga jarak 5 meter dari air rendaman jerami dari jarak tersebut.
rendaman jerami mengalami Akibatnya, ketika nyamuk berada
penurunan. Namun demikian, hal dekat pada air sumur jarak 5 meter,
tersebut tidak terjadi pada air sumur. nyamuk dapat teralihkan dari bau
Pada air sumur, jumlah telur amoniak air rendaman jerami yang
mengalami penurunan pada jarak 0 menyebabkan jumlah telur
meter sampai jarak 3 meter dari air terperangkap meningkat pada jarak 5
rendaman jerami. Selanjutnya, pada meter di air sumur. Hal ini dibuktikan
jarak 5 meter dari air rendaman jerami pada pengujian kadar amoniak (Tabel
mengalami peningkatan. Hal ini 2) dimana air sumur memiliki
kemungkinan mengindikasikan pada kandungan amoniak terbanyak kedua
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

setelah air rendaman jerami yaitu, aegypti berupa protista yang


1,74 mg/l. terkandung pada suatu media air.
Nyamuk memilih suatu media air Menurut Wardoyo dkk (2003), tinggi
sebagai tempat perkembangbiakan rendahnya kandungan suatu bahan
selain berdasarkan bau amoniak, juga organik pada media air dipengaruhi
berdasarkan kandungan bahan oleh adanya aktivitas penguraian
organik. Banyaknya kandungan mikroorganisme pada air. Banyaknya
amoniak pada suatu media air mikroorganisme yang merupakan
dipengaruhi oleh bahan organik. Hal ini pakan alami larva nyamuk pada suatu
sesuai dengan pernyataan Hadi dkk. media air adalah faktor lain yang
(2006) yang menyatakan bahwa bahan menyebabkan nyamuk memilih media
organik akan menghasilkan senyawa air tertentu untuk bertelur (Tabel 3).
amoniak atau karbondioksida yang Hal ini sesuai dengan yang
dapat memengaruhi saraf penciuman dikemukakan Sunaryo (2001) bahwa
Ae. aegypti. Maka dari itu, semakin larva nyamuk memakan pakan alami
tinggi bahan organik pada suatu media serta partikel lain dalam air. Dengan
air, semakin tinggi pula kadar demikian larva nyamuk akan
amoniaknya. membutuhkan air yang mengandung
Tingginya kandungan bahan bahan organik yang cukup untuk
organik juga memengaruhi banyak makanannya.
tidaknya pakan alami nyamuk Ae.

Tabel 3. Pakan alami berupa protista pada berbagai media air ovitrap

Media Pakan alami Ket


AP Euglena acus Sedikit
AS Euglena acus Sedikit
Nitzchia sp Sangat sedikit
AH Euglena acus Sedikit
Arcella sp Sangat sedikit
ARJ Paramecium sp Sedikit
Cryptomonas sp Banyak
Phacus caudatus Sedikit
Euglena viridis Sedikit
Stylonychi mytilus Sedikit

Pakan alami yang terkandung dibandingkan media air yang memiliki


pada media air akan memengaruhi mikroorganisme sedikit. Hal ini dapat
kandungan oksigen terlarut (DO) air. dilihat pada Tabel 2. dimana DO pada
Menurut Jeffries dan Milss (1996), air rendaman jerami paling sedikit
oksigen dimanfaatkan untuk respirasi yaitu 0,19 mg/l sedangkan pada air
dan dekomposisi oleh organisme PDAM adalah tertinggi yaitu 3,52 mg/l.
perairan. Adanya pemanfaatan oksigen Berdasarkan analisis statistika,
ini menyebabkan media air yang tidak ditemukan adanya interaksi
memiliki mikroorganisme tinggi antara jarak penempatan ovitrap
cenderung memiliki DO lebih sedikit dengan berbagai media air yang
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

digunakan terhadap jumlah telur Ae. diletakkan pada berbagai jarak sama-
aegypti yang terperangkap. Tidak sama dipengaruhi oleh senyawa
adanya interaksi ini kemungkinan amoniak.
karena jumlah telur yang terperangkap
pada berbagai media air yang
Tabel 5. Data Analisis Faktor Lingkungan

Perlakuan Suhu Udara Kelembaban


Rumah I 27ºC 69%
Rumah II 28ºC 69%
Rumah III 28ºC 65%

Tabel 6. Data Analisis kualitas air


Parameter Media*)
ARJ AS AP AH
Suhu Air (ºC) 28,6 28,5 28,5 28,7
pH 6,8 6,7 6,7 6,7

Faktor Lingkungan yang Mempe- masih termasuk normal untuk


ngaruhi Kehidupan Nyamuk pertumbuhan nyamuk.
1. Suhu 3. Derajat Keasaman
Secara umum, apabila suhu tidak Apabila pH tidak sesuai dengan
sesuai dengan suhu normal untuk kebutuhan perkembangan nyamuk,
hidup nyamuk, maka dapat maka akan menghambat
menghentikan pertumbuhan nyamuk. pertumbuhan nyamuk. Menurut Kordi
Menurut Sugito (1989) dan Sungkar dan Tancung (2007) bahwa pH air
dan Lestari (2005) suhu udara dan air yang disenangi Aedes aegypti untuk
yang optimum untuk pertumbuhan perkembangan telurnya antara 5,8-
nyamuk adalah 25ºC - 28ºC. 8,6. Berdasarkan data pada Tabel 6,
Berdasarkan data yang didapat, suhu air pada lingkungan pebelitian masih
udara dan air (Tabel 5 dan 6) masih dalam batas normal untuk
dalam kisaran normal yang disukai perkembangan nyamuk dari telur
oleh nyamuk untuk meletakkan hingga menjadi dewasa.
telurnya dan berkembang.
Kesimpulan
2. Kelembaban
Kelembaban lingkungan dapat 1. Penempatan berbagai media air
memengaruhi metabolisme nyamuk. hingga jarak 5 meter terbukti masih
Nyamuk biasanya lebih menyukai efektif mengalihkan daya tarik
lingkungan yang lebih lembab bertelur Aedes aegypti ke air
dibandingkan lingkungan yang rendaman jerami.
kering. Menurut Jumar (2000), 4. Media air sumur, air PDAM dan air
kelembaban yang sesuai untuk hujan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan nyamuk ialah 70% - preferensi bertelur Aedes aegypti
89% dengan kelembaban optimal ketika diletakkan sampai jarak 5
45% - 83%. Berdasarkan data yang meter terhadap air rendaman
di dapat (Tabel 5), kelembaban ini jerami. Hal ini karena tingginya
kadar amoniak pada air rendaman
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

jerami yang menyebabkan nyamuk Kordi, M.G. dan Tancung, A.B., 2007,
lebih memilih air rendaman jerami Pengelolaan Kualitas Air dalam
daripada media air lainnya untuk Budidaya Perairan. PT Rineka
meletakkan telur. Cipta, Jakarta.
Ndione R.D., Faye O., Ndiaye M., Dieye
Daftar Pustaka A., and Afoutou J.M. 2007. Toxic
effects of neem products
Baskoro, A.D., Endharti, A.T., dan (Azadirachta indica A. Juss) on
Airlangga, A. 2011. Pengaruh Air Aedes aegypti Linnaeus 1762
Rendaman Jerami (Hay Infusion) larvae. African Journal of
Sebagai Atraktan Nyamuk Aedes Biotechnology Volume 6 (24), pp.
sp. Skripsi. Fakultas Kedokteran. 2846 – 2854.
Universitas Brawijaya Pramudita, A. 2011. Analisis
Clements A.N. 1999. The Biology of Implementasi Kebijakan
Mosquitoes Volume 2 Sensory Pengendalian Penyakit Demam
Reception and Behavior. USA: Berdarah Dengue (P2DBD) di
CAB I Publishing Dinas Kesehatan Kota
Daniel. 2008. Ketika Larva dan Semarang. Jurnal Kesehatan
Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Masyarakat. Volume 1, No 2,
Terhadap Insektisida. FARMACIA Tahun 2012
– Volume 7 / No.7. Sugito, R. 1989. Aspek Entomologi
Hadi, U. K, Singgih H. Sigit, dan E. Demam Berdarah Dengue.
Agustina. 2006. Habitat Jentik Prosiding Seminar dan Lokakarya
Aedes aeypti (Diptera: Culicidae) Berbagai Aspek demam Berdarah
pada Air Terpolusi di Dengue dan Penanggulangannya.
Laboratorium. Fakultas Universitas Indonesia. Jakarta
Kedokteran Hewan. Institut Sunaryo. 2001. Bionomik Vektor
Pertanian Bogor. Bogor. Malaria di Kabupaten
Jacquin and Jolly. 2004. Insect Banjarnegara. SLPV.
Olfactory Receptors : Contribution Banjarnegara.
of Molecular Biology to Chemical Sungkar, S dan Lestari S. 2005. Upaya
Ecology. Mengatasi Faktor-Faktor
http://www.science.uva.nl. Penghambat Pemberantasan
diakses pada tanggal 25 Agustus Demam Berdarah Dengue.
2013 Majalah Kedokteran Indonesia
Jeffries DS and Mills D. 1996. Volume 55 / No. 11 hal 686-690.
Freshwater ecology, principles, Jakarta
and applications. John Wiley and Wardoyo, S.E., Krismono, dan Radiarta
Sons. Chichester, UK. 285 p. I.N. 2003. Karakterisasi dan
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Penelitian daya dukung lahan
Rineka Cipta. Jakarta perairan bekas galian pasir
Kawada H, Honda S, and Takagi M. untuk pengembangan budidaya
2007.Comparative laboratory ikan. Laporan akhir. Sainteks,
Study on the Reaction of Aedes Jurnal Ilmiah Pengembangan
aegypti and Aedes albopictus to Ilmu Pertanian Vo. XI No. 1 Des
Different Attractive Cues in a 2003, Fakultas Peternakan Univ.
Mosquito Trap. J Med Entomol 44 Semarang, p. 46 – 54.
(3) : 427 – 432
Jurnal Biologi, Volume 2 No 4, Oktober 2013
Hal. 25-34

Weinzierl, R., Henn T, Koehler P.G, and Entomologi Pertanian,


Tucker C.L. 2005. Insect Universitas Illionis).
Attractants and Traps. ENY277 http://edis.ifas.ufl.edu. diakses
(dipublikasikan oleh Kantor 20 Agustus 2013.

You might also like