You are on page 1of 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENEGAKAN HUKUM BERDASARKAN

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG


PERIKANAN PADA PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH
WARGA NEGARA ASING DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
INDONESIA

Oleh : Martha Purba


Pembimbing I : Dr. Emilda Firdaus S.H.,M.H.
Pembimbing II : Elmayanti S.H.,M.H.
Alamat : Jalan Merak Sakti Ujung, Pekanbaru
Email : martha.des@yahoo.com. Telepon : 082283631889

ABSTRACT

Indonesia is one country that has at the same time two geographical forms of a country
characteristic, namely the archipelagic state and the mainland state. Sharing the State in the
world requires the existence of legal certainty, the realization of legal certainty in the
jurisdiction of a country will bring about justice, unless the law provides different regulations.
Law Number 45 of 2009 concerning Fisheries is one form of concern for the state in protecting
Indonesia's territorial waters in the form of all crimes and violations that occur at sea. But in
reality this violation still often occurs in the Indonesian Exclusive Zone. The purpose of writing
this thesis, namely: First, Juridical Review of Law Enforcement Based on the provisions of
Law Number 45 Year 2009 concerning Perpetrators of Criminal Acts of Fisheries by Foreign
Citizens in Indonesia's Exclusive Economic Zone, Constraints in Law Enforcement Against
the Provisions of Law Number 45 of 2009 against Foreign Criminals in Fisheries in the
Indonesian Exclusive Economic Zone.
This type of research can be classified in this research is normative juridical and
supported by empirical data which sources data from primary and secondary legal materials,
and the method of data collection is done by library research. Furthermore, the data were
analyzed descriptively qualitatively conducted by means of the data obtained which will be
systematically compiled through a normative juridical approach then an in-depth analysis is
related to the object of research and continued with conclusions.
The results of the research and discussion can be concluded that the judicial review of
law enforcement against fisheries criminal offenses by foreign nationals in the Indonesian
Exclusive Economic Zone cannot be imposed with a substitute for criminal penalties before
there is a bilateral agreement between Indonesia and the country of origin of the offender. Then
the inhibiting factor in law enforcement is the factor of the law itself which causes legal
uncertainty and law enforcement officials such as investigators, public prosecutors and judges
who are less professional in handling cases.

Keywords: Law enforcement, Illegal Fishing, Exclusive Economic Zone


I. PENDAHULUAN Ketentuan pengelolaan perikanan di
A. Latar Belakang Masalah Wilayah Pengelolaan Perikanan Repulik
Hukum adalah agen perubahan dalam Indonesia berdasarkan Undang-Undang
masyarakat.1 Berbagi Negara di belahan dunia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan
menghendaki adanya kepastian hukum, perwujudan terhadap kapal asing dalam melakukan
kepastian hukum pada yurisdiksi suatu negara akan pengeloalan perikanan wajib memiliki izin dari
mewujudkan keadilan, kecuali undang-undang pemerintah indonesia. Izin yang diperlukan
tersebut memberikan peraturan berbeda. 2 pada prinsipnya ada 2 (dua) macam, yaitu izin
UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi lingkungan dan izin usaha perusahaan, yang
Indonesia pada tanggal 31 Desember 1985 melalui terdiri dari SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan)
pembentukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun yang diatur dalam Pasal 26 Ayat (1), SIPI
1985 tentang Ratifikasi Indonesia Terhadap (Surat Izin Penangkapan Ikan) yang diatur
UNCLOS (selanjutnya disebut UU Ratifikasi dalam Pasal 27 , dan SIKPI (Surat Izin Kapal
UNCLOS) memberikan hak dan kewajiban yang Pengangkut Ikan) diatur dalam Pasal 28
lebih bagi Indonesia untuk memanfaatkan serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Jo
mengatur segala aspek mengenai kekayaan laut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
sampai pada wilayah perairan Zona Ekonomi tentang Perikanan. Namun dalam kenyataannya
Eksklusif (yang selanjutnya disingkat ZEE).3 ini masih sering terjadi pelanggaran yang
Pada wilayah ZEE berlaku hak berdaulat terjadi di Zona Eksklusif Indonesia. Salah
(sovereign rights) bagi negara pantai, yang mana satunya ialah pelanggaran dibidang perikanan.
artinya negara pantai memiliki hak untuk Baik dalam segi pelanggaran administrasi dan
melakukan kegiatan berupa eksplorasi, eksploitasi juga penggunaan alat tangkap.
dan konservasi tidak hanya terbatas pada sumber
Penegakan hukum terhadap illegal
daya alam atau kekayaan laut, melainkan juga
fishing di wilayah ZEEI diatur dalam Pasal 97
meliputi penerbangan, pendirian pulau buatan
ayat (2), Pasal 102, dan Pasal 104 ayat (1).
(reklamasi), penggunaan riset-riset ilmiah serta
Pasal-pasal ini merupakan pengadopsian dari
penanaman kabel. 4 Sebagai konsekuensi dari
ketentuan-ketentuan mengenai ZEE yang
diratifikasinya UNCLOS 1982 ke dalam bentuk
terdapat pada UNCLOS 1982. Adapun bunyi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang
dari isi pasal tersebut:
Pengesahan United Nations Convention on The Law
of the Sea (UNCLOS 1982), maka Undang-Undang Pasal 93 ayat (2)
perikanan sebagai landasan yuridis penegakan
Setiap orang yang memiliki dan/atau
praktek perikanan di Indonesia akan secara otomatis
mengoperasikan kapal penangkap ikan
menyesuaikan substansi dari UNCLOS 1982.
berbendera asing melakukan penangkapan

1
Widia Edorita, “Menciptakan Sebuah Sistem http://I.next.westlaw.com/Document/. Pada tanggal 31
Hukum Yang Efektif:Dimana Harus Dimulai?” Jurnal Agustus 2019 dan diterjemahkan oleh Google
Ilmu Hukum Universitas Riau, Vol 1, No.1 Agustus Translate.
2010, hlm.116. 3
Marhaeni, R.S, Hukum Perikanan Nasional dan
2
St. Paul Mercury Indem, “Suprem e Court of the Internasional. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 2010,
United States”, U.S. Govermment Works.1983, Jurnal hlm. 95-96.
4
Westlaw, Thomson Reutest, diakses melalui Pasal 56 UNCLOS
ikan di wilayah pengelolaan perikanan bersangkutan. Ketika warga negara asing
Republik Indonesia, yang tidak memiliki melakukan illegal fishing di wilayah perairan
SIPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Indonesia, maka permasalahannya langsung
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara dirasakan Negara Indonesia, tetapi dalam
paling lama 6 (enam) tahun dan dena paling pemberian sanksi dan penegakan tindak pidana
banyak Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh perikanan belum memberikan efek jera bagi
miliar rupiah). pelaku tindak pidana perikanan maupun
perusahan yang turut serta melakukan tindak
Pasal 102
pidana perikanan (illegal fishing) di wilayah
Ketentuan tentang pidana penjara dalam perairan Indonesia.
Undang-Undang ini tidak berlaku bagi tindak
Berdasarkan permasalahan inilah peneliti
pidana dibidang perikanan yang terjadi di
tertarik untuk melakukan penelitian yang akan di
wilayah pengelolaan Perikanan Republik
tuangkan dalam bentuk skripsi nantinya dengan
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
berjudul “ Tinjauan Yuridis Terhadap
ayat (1) huruf b, kecuali telah ada perjanjian
Penegakan Hukum Berdasarkan Ketentuan
antara pemerintah Republik Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
pemerintah negara yang bersangkutan.
tentang Perikanan terhadap Pelaku Tindak
Keberadaannya dipertegas melalui Pidana Perikanan oleh Warga Negara Asing di
dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia”.
Nomor 3 Tahun 2015 mengenai Pemberlakuan
B. Rumusan Masalah
Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah
1. Bagaimanakah Penegakan Hukum
Agung Tahun 2015 sebagai Pedoman Pelaksanaan
Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang
Tugas Bagi Pengadilan (selanjutnya disingkat
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
SEMA 3/2015), yang pada huruf A angka 3
terhadap Pelaku Tindak Pidana Perikanan
menyatakan “mengenai perkara illegal fishing di
oleh Warga Negara Asing di Zona Ekonomi
wilayah ZEEI, terhadap terdakwa hanya dapat
Ekslusif Indonesia?
dikenai pidana denda tanpa dijatuhi kurungan
2. Apakah kendala-kendala dan upaya dalam
pengganti denda.” Dikeluarkannya SEMA ini
Penegakan Hukum berdasarkan Ketentuan
tentunya untuk dapat dijadikan sebagai acuan dalam
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
setiap putusan pengadilan yang berkaitan dengan
tantang Perikanan terhadap Pelaku Tindak
tindak pidana illegal fishing di wilayah Zona
Pidana Perikanan oleh Warga Negara Asing
Ekonomi Ekslusif Indonesia.
di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia?
Penegakan hukum tindak pidana C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
perikanan di wilayah ZEEI diatur dalam Pasal 97 1. Tujuan Penelitan
ayat (2), 102 UU Perikanan, dan Pasal 104 ayat a. Untuk mengetahui Penegakan Hukum
(1). Pasal 102 UU Perikanan mengatur mengenai Terhadap Ketentuan Undang-Undang
tidak berlakunya pidana penjara di wilayah ZEEI Nomor 45 Tahun 2009 tentang
kecuali telah ada perjanjian antara pemerintah Perikanan terhadap Pelaku Tindak
Indonesia dengan pemerintah negara yang Pidana Perikanan oleh Warga Negara
Asing di Zona Ekonomi Ekslusif dikenakannya penderitaan berupa pidana
Indonesia. terhadap seseorang. 6 Tujuan yang ingin
b. Untuk mengetahui kendala kendala dicapai dari suatu pemidanaan ternyata tidak
dalam Penegakan Hukum berdasarkan terdapat suatu kesamaan pendapat di antara
Ketentuan Undang-Undang Nomor 45 para ahli hukum. Pada dasarnya terdapat tiga
Tahun 2009 tentang Perikanan pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin
terhadap Pelaku Tindak Pidana dicapai dengan suatu pemidanaan, yaitu :
Perikanan oleh Warga Negara Asing untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu
di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. sendiri, untuk membuat orang menjadi jera
2. Kegunaan Penelitian dalam melakukan kejahatan-kejahatan, untuk
a. Penelitian ini diharapkan memperluas dan membuat penjahat tertentu menjadi tidak
menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi mampu melakukan kejahatan yang lain, yakni
penulis dalam bidang hukum pidana, penjahat yang dengan cara-cara yang lain
khususnya mengenai penegakan hukum sudah tidak dapat di perbaiki lagi. 7
terhadap tindak pidana perikanan di Zona Tujuan pemidanaan menurut
8
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Wirjono Prodjodikoro yaitu :
b. Sebagai sumber informasi dan data pelengkap a. Untuk menakuti-nakuti orang jangan
bagi rekan-rekan mahasiswa lainnya dalam sampai melakukan kejahatan baik secara
penyelesaian tugas-tugas perkuliahan yang menakut-nakuti orang banyak (generals
berhubungan tindak pidana illegal fishing di preventif) maupun menakut-nakuti orang
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesi. tertentu yang sudah melakukan kejahatan
c. Sebagai bahan perbandingan bagi rekan-rekan agar dikemudian hari tidak melakukan
mahasiswa dan para pembaca umumnya yang kejahatan lagi (speciale preventif); atau
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang b. Untuk mendidik atau memperbaiki orang-
ketentuan hukum bagi pelaku tindak pidana orang yang melakukan kejahatan agar
perikanan oleh warga negara asing di Zona menjadi orang-orang yang baik tabiatnya
Ekonomi Ekslusif Indonesi. sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
D. Kerangka Teori
Teori relatif secara prinsip teori
1. Teori Tujuan Pemidanaan mengajarkan bahwa penjatuhan pidana dan
Pemidanaan adalah penjatuhan pelaksanaannya setidaknya tidak harus
hukuman kepada pelaku yang telah berorientasi pada upaya mencegah terpidana
melakukan perbuatan pidana.5 Adapun teori (special preventif) dari kemungkinan
mengenai tujuan pidana dikenal sebagai teori mengulangi kejahatan lagi dimasa mendatang,
pidana, yaitu teori tentang pembenaran serta mencegah masyarakat luas pada umumnya
dari kemungkinan melakukan kejahatan baik

5 7
H. Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum
Hukum, Rajawali Pers, Jakarta: 2012, hlm. 149. Pantensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2017,
6
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan hlm. 11.
Tertulis di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, 8
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Tindak Pidana
Jakarta,2012, hlm, 231. Tertentu Di Indonesia, PT Eresco, Jakarta , 1980, hlm.
3.
seperti kejahatan yang telah dilakukan terpidana peraturan hukum) menjadi kenyataan.11
maupun lainnya. Teori ini menekankan Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil
kemampuan pemidaanaan sebagai suatu upaya atau tidaknya penegakan hukum bergantung
mencegah terjadinya kejahatan (preventif of pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum, dan
crime) khususnya bagi terpidana. 9 Adapun Budaya Hukum. Dalam teori Lawrence Meir
karakterirstik teori relatif ini sebagai berikut : 10 Friedman hal ini disebut sebagai sistem
substansial yang menentukan bisa atau tidaknya
a. Tujuan pemidanaan adalah pencegahan;
hukum itu di laksanakan. Hukum tidak dapat
b. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya
berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
sebagai sarana untuk mencapa tujuan yang
penegak hukum yang kredibilitas dan
lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat;
independen. Seberapa bagusnya suatu
c. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang
peraturan perundang-undangan bila tidak di
dapat dipersalahkan kepada si pelaku saja
dukung dengan aparat penegak hukum yang
yang mememuhi syarat untuk adanya pidana;
baik maka keadilan hanya angan-angan.
d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan
Budaya Hukum: Kultur hukum Lawrence Meir
tujuannya sebagai alat untuk pencegahan
Friedman adalah sikap manusia terhadap
kejahatan;
hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai,
e. Pidana melihat kedepan (bersifat
pemikiran, serta harapannya. Semakin tinggi
prospektif); pidana dapat mengandung unsur
kesadaran hukum masyarakat maka akan
pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan
tercipta budaya hukum yang baik dan dapat
maupun unsur pembalasan tidak dapat
merubah pola pikir masyarakat mengenai
diterima apabila tidak memberantas
hukum selama ini. Sederhananya tingkat
pencegahan kejahatan untuk kepentingan
kepatuhan masyarakat terhadap hukum
kesejahteraan masyarakat.
merupakan salah satu indikator berfungsinya
2. Teori Penegakan Hukum
hukum. 12
Secara umum penegakan hukum
Dalam menegakkan hukum ada tiga
dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan
unsur yang selalu harus diperhatikan: kepastian
perangkat sarana hukum tertentu untuk
hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan
memaksakan sanksi hukum guna menjamin
(Zweckmassigkeit) dan keadilan
penataan terhadap ketentuan yang ditetapkan
(Gerechtigkeit). Hukum harus dilaksanakan
tersebut, sedangkan menurut Satijipto Raharjo,
dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan
penegakan hukum adalah suatu proses untuk
dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi
mewujudkan keinginan-keinginan hukum
peristiwa konkrit.13 Menurut Soejono Soekanto
(yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-
undang yang dirumuskan dalam peraturan-

9 12
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Lawrence M.Friedman, Sistem Hukum, Nusa
Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 191. Media, Bandung, 2009, hlm. 15.
10
Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori dan 13
Nurmin K. Martam, “Tinjauan Yuridis Tentang
Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Rechtvinding (Penemuan Hukum) Dalam Hukum
Bandung,1992, hlm.17. Perdata Indonesia” Jurnal Cahaya Keadilan, Fakultas
11
Satijipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Universitas Gorontalo, Vol. 5. No. 2, hlm.41.
Hukum, Sinar Baru, Bandung: 1983, hlm. 84.
faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan melaksanakan tugas dan kewenangannya
hukum adalah:14 sebagai seorang penegak hukum dengan baik.
a) Faktor Hukum
c) Faktor sarana dan fasilitas
Mengenai berlakunya undang-
Dengan dukungan sarana dan
undang, terdapat beberapa asas yang
fasilitas yang memadai penegakan hukum
tujuannya adalah agar undang-undang
akan dapat terlaksana dengan baik. Sarana
tersebut mempunyai dampak positif. Asas-
dan fasilitas yang dimaksud, antara lain,
asas tersebut antara lain:
sumber daya manusia, organisasi yang baik,
- Undang-undang tidak berlaku surut;
peralatan yang memadai, keuangan yang
- Undang-undang yang dibuat oleh
cukup. Bila sarana dan fasilitas tersebut dapat
penguasa yang lebih tinggi, mempunyai
dipenuhi maka penegakan hukum akan
kedudukan yang lebih tinggi pula;
berjalan maksimal.
- Undang-undang yang bersifat khusus
d) Faktor masyarakat
menyampingkan undang undang yang
Masyarakat yang sadar hukum
bersifat umum, apabila pembuatnya
tentunya telah mengetahui hal mana yang
sama;
merupakan hak dan kewajiban mereka,
- Undang-undang yang belakangan,
dengan demikian mereka akan
membatalkan undang-undang yang
mengembangkan kebutuhan-kebutuhan
berlaku terdahulu;
mereka sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Undang-undang tidak dapat diganggu
e) Faktor kebudayaan
gugat;
Kebudayaan pada dasarnya
- Undang-undang merupakan suatu
mencakup nilai dasar yang mendasari
sarana untuk mencapai kesejahteraan
keberlakuan hukum dalam masyarakat, yang
spiritual dan material bagi masyarakat
menjadi patokan nilai yang baik dan buruk.
maupun pribadi, melalui pelestarian
ataupun pembaharuan.Oleh karena itu,
E. Kerangka Konseptual
upaya penanggulangan kejahatan bukan
Kerangka konseptual merupakan
hanya tugas aparat penegak hukum,
kerangka yang menggambarkan hubungan
tetapi juga aparat pembuat undang-
antara konsep-konsep khusus yang ingin
undang (aparat legislatif). 15
diteliti. Kerangka konseptual ini diperlukan
b) Faktor penegak hukum
untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
Aparat penegak hukum yang penafsirannya. Dalam penulisan ini, penulisan
professional adalah mereka yang dapat mencantumkan pengertian-pengertian agar
berdedikasi tinggi pada profesi sebagai aparat dapat memudahkan penulis dalam melakukan
penegak hukum, dengan demikian seorang peneltian sebagai berikut:
aparat penegak hukum akan dapat

14 15
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Barda Nawawi Arif, Masalah Penengakan
Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam
Persada, Jakarta: 2011, hlm. 5. Penaggulangan Kejahatan, Kencana Media Group,
Jakarta, 2007, hlm. 81.
a. Penegakan hukum adalah suatu proses peraturan yang ada, atau aktivitasnya tidak
untuk mewujudkan keinginan-keinginan dilaporkan kepada suatu institusi atau
hukum menjadi kenyataan.16 lembaga pengelola perikanan yang tersedia. 20
b. Pelaku adalah orang yang melakukan f. Warga negara asing adalah warga negara lain
tindak pidanan yang bersangkutan, dalam yang bertempat tinggal atau bermukim di
arti orang yang dengan suatu kesengajaan negara lain dalam beberapa waktu atau hanya
atau suatu tidak sengajaan seperti yang sementara atau dengan kata lain orang yang
diisyaratkan oleh Undang-Undang, baik itu bukan warga negara Indonesia dan sedang
merupakan unsur-unsur subyektif maupun berada di Indonesia. 21
unsur-unsur objektif, tanpa memandang g. Zona Ekonomi Ekslusif adalah suatu daerah
apakah keputusan untuk melakukan tindak di luar dan berdampingan dengan laut
pidana tersebut timbul dari dirinya teritorial yang tunduk pada rezim hukum
sendiriatau tidak karena gerakan oleh pihak khusus yang ditetapkan berdasarkan hak-hak
ketiga. 17 yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta
c. Tindak pidana adalah perbuatan yang kebebasan-kebebasan negara lain. Luas dari
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan zona ini tidak boleh melebihi 200 mil dari
mana disertai ancaman (sanksi) yang garis pangkal dari mana lebar laut teritorial
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa diukur.22
melanggar larangan tersebut.18 F. Metode Penelitian
d. Perikanan adalah semua kegiatan yang 1. Jenis Penelitian
berhubungan dengan pengelolaan dan Jenis penelitian yang akan peneliti
pemanfaatan sumber daya ikan dan lakukan adalah dalam penelitian hukum
lingkungannya mulai dari praproduksi, normatif (legal research) atau disebut juga
produksi, pengolahan sampai dengan dengan penelitian kepustakaan, yaitu
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu penelitian yang dilakukan dengan pendekatan
bisnis perikanan. 19 yuridis normatif yang diteliti adalah bahan
e. Ilegal Fishing adalah pengertian dari kata pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari
illegal, unreported, dan unregulated (IUU) bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
fishing yang secara harafiah dapat diartikan dan bahan hukum tersier.23 Adapun jenis
sebagai kegiatan perikanan yang tidak sah, penelitian ini berfokus pada penerapan asas-
kegiatan perikanan yang tidak diatur pleh asas dan norma-norma dalam hukum positif.

16 20
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum, Nunung Mahmudah, Ilegal Fishing
Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan Pembina Hukum Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Wilayah
Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1983. Perairan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm.
17 80.
Barda Nawawi Arif, Sari Kuliah Hukum Pidana
21
II, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,Semarang, Gatot Supramono, Hukum Orang Asing di
1984, hlm. 37. Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 4.
18 22
Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Maria Maya Lestari, Hukum Laut Internasional
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1992, hlm. 130 (Konvensi Hukum Laut 1982 & Studi Kasus),
19
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Pekanbaru, hlm. 39.
23
Jo Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum,
Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta.
Penelitian ini akan mengkaji pokok pendidikan, atau lembaga hukum lainnya,
permasalahan sesuai dengan ruang lingkup buku-buku serta pendapat para ahli dalam
dan identifikasi masalah melalui pendekatan bidang berbagai literature yang
undang-undang (Statue approach) dilakukan berhubungan dengan materi penelitian
dengan menelaah peraturan perundang- ini. 25
undangan dan regulasi yang bersangkut paut c. Bahan Hukum Tersier
dengan isu hukum yang sedang diteliti. 24 Bahan hukum tersier
2. Sumber Data merupakan bahan hukum yang
a. Bahan Hukum Primer memberikan informasi, petunjuk,
Bahan hukum primer merupakan maupun penjelasan dalam bahan
sumber utama yang dijadikan pembahasan hukum primer dan bahan hukum
dalam penelitian ini, yaitu aturan-aturan sekunder seperti Kamus Besar
hukum yang mengikat. Peraturan- Bahasa Indonesia, kamus hukum,
peraturan tersebut dapat diuraikan sebagai yang akan dibahas dalam penelitian
berikut: ini. 26
1) Kitab Undang-Undang Hukum 3. Teknik Pengumpulan Data
Pidana; Dalam pengumpulan data untuk
2) Kitab Undang-Undang Hukum penelitian hukum normatif digunakan
Acara Pidana; metode kajian kepustakaan atau studi
3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun dokumenter. Peneliti yang hendak
2004 Jo Undang-Undang Nomor melakukan studi kepustakaan harus
45 Tahun 2009 Tentang memperhatikan bahanatau data yang
Perikanan. akan dicari. Bahan pustaka dapat berupa
4) United Nations Conventions on bahan primer atau bahan sekunder,
The Law of The Sea (UNCLOS) dimana kedua bahan tersebut mempunyai
1982 karakteristik dan jenis yang berlainan. 27
5) Surat Edaran Mahkamah 4. Analisi Data
Agung Nomor 3 Tahun 2015 Dalam penelitian hukum normatif
b. Bahan Hukum Sekunder ini setelah data yang diperlukan
Bahan hukum sekunder merupakan terkumpul, selanjutnya peneliti
bahan hukum yang mempunyai fungsi menganalisis data yang telah diperoleh
untuk menambah atau memperkuat dan tersebut. Adapun metode analisa data
memberikan penjelasan terhadap bahan yang digunakan adalah deskriptif
hukum primer. Adapun bahan hukum kualitatif yaitu data yang telah terkumpul,
primer dalam penelitian diantara lain kemudian diolah dengan cara data
adalah skripsi, jurnal atau majalah ilmiah diseleksi, diklasifikasi secara sistematis,
yang terakreditasi diterbitkan oleh lembaga logis dan yuridis, guna mendapatkan

24 27
Ibid Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dan
25
Ibid Praktek, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta: 2002,
26
Ibid hlm. 50.
gambaran umum untuk mendukung hayati di zona ekonomi eksklusif
materi skipsi melalui analisa data secara mengambil tindakan sedemikian,
kualitatif. termasuk menaiki kapal, memeriksa,
menangkap dan melakukan proses
III .PEMBAHASAN DAN HASIL
pengadilan, sebagaimana diperlukan
PEMBAHASAN
untuk menjamin ditaatinya peraturan
A. Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum
perundang-undangan yang ditetapkannya
Berdasarkan Ketentuan Undang- Undang-
sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awaknya
Perikanan Pada Pelaku Tindak Pidana
harus segera dibebaskan setelah diberikan
Perikanan Oleh Warga Negara Asing di
suatu uang jaminan yang layak atau
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
bentuk jaminan lainnya.
Hukum pada dasarnya bertujuan untuk 3. Hukuman negara pantai yang dijatuhkan
memastikan munculnya aspek-aspek positif terhadap pelanggaran peraturan
dan menghambat aspek negatif kemanusian perundang-undangan perikanan di zona
serta memastikan terlaksananya keadilan untuk ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup
semua warga Negara tanpa memandang dan pengurungan, jika tidak ada perjanjian
membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, sebaliknya antara negara-negara yang
maupun gender. Soetjipto Raharjo, mengatakan bersangkutan, atau setiap bentuk
penegakan hukum merupakan suatu usaha hukuman badan lainnya.
untuk mewujudkan ide-ide tentang keadilan, 4. Dalam hal penangkapan atau penahanan
kepastian hukum dan kemanfaatan sosial kapal asing negara pantai harus segera
menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide memberitahu kepada negara bendera,
itulah yang merupakan hakikat dari penegakan melalui saluran yang tepat, mengenai
hukum. 28 tindakan yang diambil dan mengenai
setiap hukuman yang kemudian
Dalam penegakan hukum tindak
dijatuhkan.
pidana perikanan yang terjadi di Wilayah
Pengelolaan Perikanan di Zona Ekonomi Oleh karena itu berdasarkan
Ekslusif Indonesia Ketentuan penegakan ketentuan pasal 73 UNCLOS 1982, jika kapal
hukum di ZEEI dalam konvensi hukum laut asing tidak mematuhi peraturan perundang-
yang baru dapat diperincikan yaitu Pasal 73 undangan perikanan negara pantai di ZEE,
UNCLOS 1982 mengatur:29 negara pantai dapat menaiki, memeriksa,
menangkap dan melakukan proses pengadilan
1. Negara pantai dapat, dalam
atas kapal tersebut dan memberitahu negara
melaksanakan hak berdaulatnya untuk
bendera kapal. Akan tetapi kapal dan awak kapal
melakukan eksplorasi, eksploitasi,
yang ditangkap tersebut harus segera dilepaskan
konservasi dan pengelolaan sumber daya

28
Venny Humairah, Emilda Firdaus, Erdiansyah Resor Kota Pekanbaru” Jurnal Online Mahasiswa
Erdiansyah, “Penegakan Hukum Tindak Pidana Fakultas Hukum Universitas Riau, Oktober 2016
Prostitusi Secara Online Di Wilayah Hukum Polisi 29
Pasal 73 UNCLOS
dengan reasonable bond (uang jaminan yang tertuang dalam Surat Edaran Mahkamah Agung
layak) yang diberikan kepada negara pantai. Nomor 3 Tahun 2015(SEMA 3/2015) tertanggal
Hukuman terhadap kapal asing tersebut juga 29 Desember 2015. Dalam poin 3 SEMA
tidak boleh dalam bentuk hukuman badan yaitu tersebut, disebutkan bahwa “Dalam Perkara
penjara. Dengan demikian bentuk hukuman bagi Illegal Fishing di wilayah ZEEI terhadap
kapal dan awaknya berbeda jika terjadi di Terdakwa hanya dapat dikenai pidana denda
kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda”.
dengan di ZEE. Kewenangan negara pantai SEMA adalah salah satu bentuk peraturan yang
terhadap pelanggaran di ZEE terbatas hanya dikeluarkan oleh Mahkamah Agung. SEMA
untuk menegakan hukum yang bertalian dengan dibuat untuk kontrol peradilan. SEMA berkaitan
perikananan. Perbedaan ini dikarenakan di ZEE, dengan peringatan, menegur petunjuk yang
negara pantai hanya mempunyai hak berdaulat diperlukan dan berguna ke pengadilan di bawah
(sovereign rights), bukan kedaulatan, sehingga Mahkamah Agung. SEMA berfungsi sebagai hal
terbatas pada hal-hal yang terkait dengan hak beleidsregel dari bentuk fuction formal.30 Hal ini
berdaulat yang dimiliki oleh negara pantai atau berarti penegakan hukum terhadap tindak pidana
negara kepulauan. Ketentuan pasal 73 Ayat (2) yang terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
mewajibkan negara pantai untuk segera dalam penjatuhan pidana melalui pengadilan,
melepaskan kapal yang ditangkap dan awaknya terdakwa hanya dapat dikenai pidanan denda
setelah diberikan suatu uang jaminan yang layak tanpa dijatuhi kurungan pengganti denda.
atau bentuk jaminan lainnya. Prosedur pelepasan
Pandangan ini sejalan dengan
segera diatur dalam Pasal 292. Prosedur
pendapat salah seorang Hakim ad hoc
pelepasan segera kapal dan awaknya yang
Perikanan yang saat ini bertugas di Pengadilan
ditahan adalah sebuah inovasi dalam hukum laut
Perikanan pada Pengadilan Negeri Medan,
internasional. Akan tetapi, meskipun Pasal 292
Hamzah Lubis. Dalam tulisannya yang
Ayat (1) mensyaratkan bahwa uang jaminan atau
berjudul “Tinjauan Hukum: Penahanan,
jaminan keuangan lainnya harus “masuk
Pidana Penjara dan Subsider Kurungan di
akal/layak (reasonable)”, namun UNCLOS 1982
ZEE Indonesia”31 , beliau berpendapat bahwa
justru tidak memberikan rincian tentang jaminan
pidana perikanan di wilayah ZEE Indonesia
keuangan tersebut.
tidak dapat dilakukan: (1) pidana penjara, (2)
Selain Undang-Undang Nomor 45 pidana kurungan, dan (3) setiap bentuk pidana
Tahun 2009 terdapat ketentuan khusus lain yang badan lainnya kepada pelaku illegal fishing.
mengatur ketentuan penjatuhan hukuman
Khusus mengenai pidana kurungan
terhadap pelaku tindak pidana perikanan yang
pengganti denda, beliau berpendapat bahwa
terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
dalam pelaksanaannya, pidana kurungan
yaitu Mahkamah Agung merumuskan ke dalam
pengganti denda tetap berupa “pidana badan”,
salah satu hasil rapat pleno kamar pidana yang
walaupun lebih ringan dari pidana penjara, dan

30 31
Irwan Adi Cahyadi, Kedudukan Hukum Surat Hamzah Lubis, Tinjauan Hukum: Penahanan,
Edaran Mahkamah Agung Dalam Hukum Positif Di Pidana Penjara dan Subsider Kurungan di ZEE
Indonesia, jurnal , Fakultas Hukum Brawijaya, Indonesia, Varia Peradilan Majalah Hukum Tahun
Malang, 2014, hlm.1. XXIX, No. 341, 2014, hlm. 66.
hal tersebut melanggar UNCLOS (setiap bentuk pidana denda. Pasal 102 UU Perikanan mengatur
pidana badan lainnya). Beliau menyatakan mengenai tidak berlakunya pidana penjara di
bahwa dikarenakan UNCLOS telah diratifikasi wilayah ZEEI kecuali telah ada perjanjian antara
sebagai hukum pidana internasional, maka pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara
hukum nasional (KUHP, KUHAP, dll) di ZEE yang bersangkutan. Pasal ini merupakan adopsi
Indonesia “harus tunduk”, “harus sesuai”, “harus dari Pasal 73 ayat (3) Unclos. Dengan tidak
relevan”, “tidak bertentangan” dengan diberlakukannya pidana penjara maka penerapan
UNCLOS, walaupun di bagian lain, beliau ketentuan tersebut akan mengalami kesulitan
menyatakan “Kendati pidana perikanan bilamana Terpidana tidak mau membayar denda
merupakan Extra Ordinary Crime, atau tidak mampu membayar vonis denda yang
transnasionalis dan sistematik, namun diberikan kepadanya, hal ini tentunya akan
penanganannya harus tetap sesuai peraturan berakibat tidak terwujudnya kepastian hukum.
perundang-undangan.”
b. Faktor Penegakan hukum
B. Kendala-Kendala dan Upaya dalam
Akibat tidak adanya pidana penjara bagi
Penegakan Hukum berdasarkan Ketentuan
warga Negara asing yang melakukan tindak pidana
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
di perairan Indonesia, akan menimbulkan tidak
terhadap Pelaku Tindak Pidana Perikanan
adanya kepastian hukum, hal ini berakibat warga
oleh Warga Negara Asing di Zona Ekonomi
asing sipelaku tindak pidana perikanan akan terus
Ekslusif Indonesia
menerus melakukan kegiatan ilegal fishing di
Faktor-faktor Penghambat atau
Indonesia secara besar-besaran dan terangterangan
kendala-kendala dalam Penegakan Hukum
karena tidak adanya upaya paksa hukum yang jelas
Terhadap Ketentuan Undang-Undang Nomor
serta tidak adanya tanggung jawab negara bendera
45 Tahun 2009 Tentang Perikanan Pada Pelaku
dalam instrumen hukum internasional.
Tindak Pidana Perikanan Oleh Warga Negara
Asing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Kejaksaan selaku institusi eksekutor
adalah sebagai berikut: putusan pidana denda tanpa disertai pidana
kurungan akan menghadapi tunggakan perkara
a. Faktor hukum itu sendiri (Perundang-
utang denda kepada Badan Pemeriksaan
Undangan)
Keuangan (BPK). Praktek di lapangan tidak
Penegakan hukum tindak pidana perikanan
jarang hingga akhirnya para Terpidana tersebut
di wilayah ZEEI diatur dalam Pasal 97 ayat (2),
terpaksa dipulangkan dengan mengisi surat
102 UU Perikanan, dan Pasal 104 ayat (1). Pasal-
pernyataan tidak sanggup membayar, dengan
pasal ini merupakan adopsi dari ketentuan-
mempertimbangkan faktor sosial ekonomis,
ketentuan yang ada dalam UNCLOS. Pasal 97 ayat
diantaranya biaya akomodasi selama
(2) mengatur mengenai Nakhoda kapal yang
penahananan dan dampak sosial dari
mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera
keberadaan mereka diantara penduduk daerah
asing yang telah memiliki izin penangkapan ikan
setempat dimana mereka ditampung.
dengan 1 (satu) jenis alat penangkapan ikan
tertentu di bagian tertentu di ZEEI yang membawa Penyidik (kepolisian), penuntut umum
penangkapan ikan lainnya dapat dipidana dengan dan hakim yang kurang profesional, sehingga
penanganan kasus sering terlambat dan bahkan munculnya Surat Keputusan tersebut masih
karena ketidakcermatan dalam penanganan banyak kapal asing yang melakukan tindak
kasus dapat berakibat kegagalan dalam pidana Illegal Fishing di negara pantai sejumlah
penuntutan di pengadilan. Pembiayaan para 7.000 unit kapal. Sedangkan strategi keluar,
awak kapal asing dan Terpidana Asing yang bahwa dengan adanya kesepakatan regional
masih dalam Rumah Penampungan Sementara /internasional antara Negara diperoleh
Ditjen PSDKP menimbulkan beban biaya yang keuntungan yang didapat negara Indonesia
tidak sedikit, dalam kurun waktu dari tahun yaitu Negara pantai bisa menerapkan peraturan
2014 sampai dengan 2017 diperlukan anggaran hukum di bidang perikanan, terhadap kapal
sekitar 5 Milyar untuk membiayai 2.353 jumlah asing yang melakukan penangkapan ikan secara
awak kapal asing untuk keperluan makanan illegal fishing. Sehingga dari komitmen yang
sehari-hari, kesehatan, pengamanan dan biaya tertera di atas, dalam hal penangkapan ikan
pemulangan ke negara asal. menurun dratis. Sehingga secara nyata dapat
menghilangkan pelanggaran tindak pidana
Dengan memperhatikan permasalahan
perikanan (illegal fishing) yang terjadi selama
yang muncul dari penangkapan ikan di perairan
dalam pratek dilapangan. Dalam penegakan
ZEEI yang telah dijabarkan di atas, maka
hukum tentang tindak pidana perikanan
Negara Pantai melakukan beberapa cara upaya
dilakukan dengan 2 (dua) cara. Berdasarkan
dalam penegakan hukum di Zona Ekonomi
bentuk kegiatan yang dilakukan di lapangan,
Indonesia antara lain internal strategy dan
kegiatan prefentif dibedakan atas :
external strategy. Strategi ke dalam
menyatakan, bahwa tata cara dan bentuk 1. Operasi Teklis, yaitu kegiatan atau upaya
pengesahan penangkapan ikan, harus di mencegah dan menindak pelaku
sesuaikan dengan banyaknya kapal yang pelanggaran secara langsung di lapangan
melakukan penangkapan ikan di Negara Pantai melalui kegiatan patroli, penyitaan barang
tidak boleh melewati batas yang diijinkan yaitu bukti, penitipan barang bukti, pengamanan
80%. Terutama masalah pembuatan metode KTP, penyelesaian administrasi dan laporan.
pengesahan yang terbuka. Dan yang terpenting 2. Operasi Hukum adalah, suatu tindakan dan
untuk menanggulangi persoalan kapal ikan pemberlakuan pada setiap orang agar
asing yang melaksanakan penangkapan ikan seseorang tersebut insaf atau kapok.
yang harus mematuhi peraturan hukum yang
BAB IV PENUTUP
berlaku pada suatu Negara pantai dan kegiatan
penangkapan ikan yang harus terlapor dan A.Kesimpulan
terkoordinir, adapun cara yang bisa di pakai
yaitu proses perijinan bagi pemilik kapal asing Berdasarkan hasil penelitian dan
sesuai dengan “ Surat Keputusan Menteri No. pembahasan sebagaimana diuraikan dalam
60/Sept/2011”. Cara ini tercapai dengan baik, bab-bab terdahulu maka dapat ditarik
terbukti banyaknya kapal asing yang tidak kesimpulan sebagai berikut :
menggunakan surat ijin di ZEEI berkurang. 1. Penegakan hukum terkait tindak
Terbukti dari petunjuk Dinas Kelautan dan pidana perikanan oleh warga negara asing
Perikanan menerangkan bahwa sebelum di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif
Indoneisa berdasarkan ketentuan Undang- B. Saran
Undang Nomor 45 Tahun 2009 hanya 1. Perlu adanya perjanjanjian bilateral
boleh dikenakan pidana denda saja yang dilakukan oleh negara Indonesia
berdasarkan Pasal 102 Undang-Undang dengan negara asal pelaku tindak
Nomor 45 Tahun 2009. Hal ini di pertegas pidana perikanan. Sehingga dalam
oleh Surat Edaran Makhamah Agung penegakan hukum dalam penerapan
Nomor 3 Tahun 2005 pada butir 3. sanksinya terjadi suatu kepastian
Penjatuhan pidana pengganti kurungan hukum berdasarkan unsur yang
atau subsider boleh di di jatuhkan ketika terkandung dalam setiap pasal
negara Indonesia telah melakukan tersebut, sehingga tujuan dari politik
perjanjian Bilateral dengan negara asal hukum tindak pidana perikanan
pelaku tindak pidana mengenai tersebut dapat tercapai.
penyelesaian kejahatan tindak pidana 2. Perlu diterbitkannya Surat Edaran
perikanan yang di lakukan di Zona Mahkamah Agung yang baru memuat
Ekonomi Ekslusif Indonesia. diberlakunya pidana pengganti denda,
2. Faktor Penghambat dalam Penegakan sehingga dalam penjatuhan sanksi oleh
Hukum Undang-Undang Nomor 45 Tahun hakim melalui pengadilan tidak
2009 tentang perubahan atas Undang- menimbulkan perbedaan penafsiran.
Undang No 31 Tahun 2004 tentang Sehingga apabila pelaku tindak pidana
Perikanan adalah melalui faktor hukum itu tidak mampu membayar denda, maka
sendiri (Perundang-Undangan). Tindak dapat di ganti dengan kurungan
pidana yang dilakukan oleh warga negara dengan melalui adaya perjanjian
asing tersebut hanya dikenakan pidana bilateral negara Indonesia dengan
denda, terjadi ketidak efektifan terhadap negara asal pelaku tindak pidana.
penegakan hukum tindak pidana perikanan
tersebut terutama mengenai pemidanaan DAFTAR PUSTAKA
pidana denda yang tidak disertai dengan
A. BUKU
alternatif pidana pengganti denda, sehingga
tidak memberikan efek jera terhadap warga Ali, Mahrus, 2012, Dasar-Dasar Hukum
negara asing yang melakukan tindak Pidana, Sinar Grafika, Jakarta.
pidana perikanan di wilayah Zona Arif, Nawawi, Barda, 2007, Masalah
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Lalu yang Penengakan Hukum dan Kebijakan
kedua ialah faktor penegak hukum melalui Hukum Pidana Dalam
penyidik, penuntut umum dan hakim yang Penaggulangan Kejahatan,
kurang profesional, sehingga penanganan Kencana Media Group, Jakarta.
kasus sering terlambat dan bahkan karena
ketidakcermatan dalam penanganan kasus _______, 1984, Sari Kuliah Hukum Pidana
dapat berakibat kegagalan dalam II, Fakultas Hukum Universitas
penuntutan di pengadilan. Diponegoro,Semarang.
Ashofa, Burhan, 2010, Metode Penelitian Pembina Hukum Nasional
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Kehakiman, Jakarta.

Lamintang, dan Theo Lamintang, 2017, Salim, H, 2012, Perkembangan Teori


Hukum Pantensier Indonesia, Sinar dalam Ilmu Hukum, Rajawali
Grafika, Jakarta. Pers, Jakarta.
Lestari, Maya, Maria, Hukum Laut Soekanto, Soerjono, 2011, Faktor-Faktor
Internasonal (Konvensi Hukum Yang Mempengaruhi Penegakan
laut 1982 & Studi Kkasus, Pusat Hukum, PT Raja Grafindo
Pengembanagan Pendidikan Persada, Jakarta.
Universitas Riau, Pekanbaru.
Supramono, Gatot Hukum, 2012, Orang
Friedman, Lawrence M, 2009, Sistem Asing di Indonesia, Sinar Grafika,
Hukum, Nusa Media, Bandung. Jakarta.

Mahmudah, Nunung, 2015, Ilegal Fishing B. JURNAL/SKRIPSI/TESIS


Pertanggungjawaban Pidana
Cahyadi, Adi, Irawan, 2014, Kedudukan
Korporasi di Wilayah Perairan Hukum Surat Edaran
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Mahkamah Agung Dalam
Hukum Positif Di Indonesia,
Maramis, Frans, 2012, Hukum Pidana
jurnal , Fakultas Hukum
Umum dan Tertulis di Indonesia, Brawijaya, Malang.
PT Raja Grafindo Persada, Edorita, Widia, 2010, “Menciptakan
Jakarta. Sebuah Sistem Hukum Yang
Efektif:Dimana Harus
Marhaeni, Ria, Siombo, 2010, Hukum Dimulai?” Jurnal Ilmu Hukum,
Perikanan Nasional dan Fakultas Hukum, Universitas
Internasional, Gramedia, Jakarta. Riau, Vol 1, No.1
Humairah, Venny, Emilda Firdaus,
Muladi, dan Arif, Narwawi, Barda, 1992, Erdiansyah Erdiansyah,
Teori dan Bunga Rampai Hukum “Penegakan Hukum Tindak
Pidana, Alumni, Bandung. Pidana Prostitusi Secara Online
Di Wilayah Hukum Polisi Resor
Prodjodikoro, Wirjino,1980, Tindak Kota Pekanbaru” Jurnal Online
Tindak Pidana Tertentu Di Mahasiswa, Fakultas Hukum
Indonesia, PT Eresco, Jakarta. Universitas Riau . Oktober 2016.
Purnomo, Bambang, 1992,Asas-Asas Lubis, Hamzah, 2014, Tinjauan Hukum:
Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Penahanan, Pidana Penjara dan
Jakarta. Subsider Kurungan di ZEE
Indonesia, Varia Peradilan
Raharjo, Satjipto, 1983, Masalah Majalah Hukum Tahun XXIX,
Penegakan Hukum, Suatu No. 341
Tinjauan Sosiologis, Badan
Martam, K, Nurmin, “Tinjauan Yuridis
Tentang Rechtvinding (Penemuan
Hukum) Dalam Hukum Perdata
Indonesia” Jurnal Cahaya
Keadilan, Fakultas Hukum,
Universitas Gorontalo, Vol. 5. No.
2.

St. Paul Mercury Indem, 1938, “Suprem e


Court of the United States”, U.S.
Govermment Works, Jurnal
Westlaw, Thomson Reutest,
diakses melalui
https://I.next.westlaw.com/Docu
ment/. Pada tanggal 24 April 2019
dan diterjemahkan oleh Google
Translate.

You might also like