You are on page 1of 60

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA
---------------------

RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 66, 71, 79/PUU-VIII/2010

PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18
TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT
TERHADAP
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN SAKSI/AHLI
DARI PEMOHON DAN PIHAK TERKAIT
(VI)

JAKARTA

KAMIS, 31 MARET 2011


MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 66, 71, 79/PUU-VIII/2010

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat terhadap Undang-Undang


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 [Pasal 28 ayat (1), Pasal 30 ayat (2) dan Pasal 32 ayat
(4)], [Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (3) dan (4)], serta [Pasal 28 ayat (1)]

PEMOHON PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010

- Frans Hendra Winarta - Murad Harahap - David Abraham


- Bob P. Nainggolan - Lelyana Santosa - Firman Wijaya
- Maruli Simorangkir - Nursyahbani Katjasungkana - SF. Marbun

PEMOHON PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010

- H.F. Abraham Amos - Harisan Aritonang


- Djamhur - Edi Prastio
- Togar Efdonat Sormin

PEMOHON PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010

- Husen Pelu - Nasib Bima Wijaya - Joni Irawan


- Andrijana - Siti Hajijah - Supriadi Budisusanto
- Abdul Amin Monoarfa - R. Moch. Budi Cahyono

ACARA

Mendengarkan Keterangan Saksi/Ahli dari Pemohon dan Pihak Terkait (VI)

Kamis, 31 Maret 2011 Pukul 09.59 – 12.22 WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Moh. Mahfud MD (Ketua)


2) Achmad Sodiki (Anggota)
3) Harjono (Anggota)
4) Muhammad Alim (Anggota)
5) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)
6) M. Akil Mochtar (Anggota)
7) Maria Farida Indrati (Anggota)

Cholidin Nasir
Panitera Pengganti

i
Pihak yang Hadir/Berbicara:

Pemohon (Perkara Nomor 66/PUU-VIII/2010)

- Frans Hendra Winarta

Kuasa Hukum Pemohon (Perkara Nomor 66/PUU-VIII/2010)

- Firman Wijaya

Ahli dari Pemohon (Perkara Nomor 66/PUU-VIII/2010)

- H. A. S. Natabaya
- Maruarar Siahaan
- Todung Mulya Lubis

Pemohon Perkara Nomor (71/PUU-VIII/2010)

- H. F. Abraham Amos
- Harisan Aritonang

Kuasa Hukum Pemohon (Perkara Nomor 79/PUU-VIII/2010)

- Taufik Basari -
- Suhardi Somomoeljono
- Ronggur Hutagalung

Ahli dari Pemohon (Perkara Nomor 79/PUU-VIII/2010)

- Saldi Isra

Saksi dari Pemohon (Perkara Nomor 79/PUU-VIII/2010)

- Desmaniar

ii
Pemerintah

- Mualimin Abdi (Direktur Litigasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi


Manusia)
- Heni Susila Wardaya (Kasubdit Penyiapan Pendampingan Persidangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Pihak Terkait

- Otto Hasibuan (Peradi)


- Humphrey Djemat (AAI)
- Machtiar Siwa (Dewan Kehormatan IPHI)
- Ropaun Rambe (DPP Peradin)
- Indra Sahnun Lubis (Presiden KAI & Ketua Umum IPHI)
- Leonard Simorangkir (Peradi)
- Elza Syarief (Peradi)
- Victor Nadapdap (Peradi)
- Sutrisno (Peradi)
- Happy Sihombing (Peradi)
- Hasanuddin Nasution (SPI)
- Abdurrahman Tarjo (HAPI)
- Susilo Lestari (Ikadin)
- Petrus Balapationa (KAI)
- Erman Umar (KAI)
- Gatot (KAI)

Saksi dari Pihak Terkait

- Achiel Suyanto
- Tazman Gultom
- Thomas Edison Tampubolon
- Dr. H. Fauzie yusuf Hasibuan
- Dr. Lintong Oloan Siahaan
- Denny Kailimang
- H. M. Lutfie Hakim
- Tamsil Syoenoer
- Fred Tumbuan

iii
SIDANG DIBUKA PUKUL 09.59 WIB

1. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Sidang Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan Ahli


dan para Saksi dalam Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 66,
Nomor 71, dan Nomor 79 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Pemohon Nomor 66.

2. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Selamat siang, nama saya, Pemohon Nomor 66, Firman Wijaya.

3. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Kami hari ini, Ketua Majelis dan Mejelis Yang Terhormat, sudah
mem…, ada 3 orang Saksi Ahli yang hadir dan saya harap supaya bisa
ditanya hari ini karena waktu yang sangat singkat, mereka…, karena
mereka hampir semuanya adalah dosen, sehingga waktunya itu terbatas
sekali. Jadi kami mohon supaya bisa ditanya Ahlinya, ada 3 orang, Sudah
hadir semuanya, yaitu Prof. Natabaya, Pak Maruarar Siahaan, dan Dr.
Todung Mulya Lubis. Saya sendiri adalah Frans Winarta, Pemohon
Pertama dari Perkara Nomor 66.
Terima kasih.

4. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan, berikutnya.

5. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): H. F.


ABRAHAM AMOS

Assalamualaikum wr. wb.


Salam sejahtera untuk kita semua. Saya Pemohon 1, Abraham
Amos untuk Perkara Uji Materiil Nomor 71. Terima kasih.

2
6. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): HARISAN
ARITONANG

Saya Pemohon 4, Nomor Perkara 71, Harisan Aritonang.

7. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): TAUFIK BASARI

Saya Taufik Basari, Kuasa Hukum Pemohon 79.

8. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): RONGGUR HUTAGALUNG

Saya Ronggur Hutagalung, Kuasa Pemohon 79.


Terima kasih, Yang Mulia.

9. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): SUHARDI SOMOMOELJONO

Suhardi Somomoeljono, Yang Mulia. Kemudian, pada sidang pada


hari ini kami juga sesuai dengan surat yang sudah masuk melalui
Mahkamah Konstitusi, akan menghadirkan Pihak Terkait dari DPP HAPI,
yang diwakili nanti oleh Saudara Suherman Kartadinata atau
Abdurrahman Tarjo, dan Saksi Fakta Saudara Desmaniar yang dari Riau
sudah juga datang pada hari ini.
Terima kasih.

10. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, baik. Berikutnya Pihak Terkait…, Pemerintah dulu, Pemerintah.

11. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI (DIREKTUR LITIGASI


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA)

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah hadir
saya sendiri Mualimin Abdi dan Heni Susila Wardaya dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Terima kasih, Yang Mulia.

12. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya. Silakan Pihak Terkait.

3
13. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Otto Hasibuan dari Peradi. Saya
memanfaatkan kesempatan ini juga untuk memohon kepada Majelis
Hakim Yang Mulia bahwa sebagaimana kita dengar dalam persidangan
ini, cukup banyak dibicarakan tentang keberadaan daripada International
Bar Association, baik oleh Pemohon, baik para Saksi Ahli. Oleh karena itu
kami telah mencoba menghubungi President of the International Bar
Association dan berkenan Presidennya itu sendiri adalah Mr. Akimura…,
Akira Kawamura berkenan akan hadir menjadi Saksi dalam persidangan
ini, namun karena jadwalnya dia seluruh dunia terus berkeliling, mohon
dijadwalkan untuk kesaksiannya itu pada tanggal 25, itu kita kan sidang
setiap minggu, jadi minggu ketiga nanti tanggal 25 berkenan hadir di
sini. Jadi 25 April sebagai Saksi Ahli. Ya, pagi hari, karena malamnya dia
harus pergi ke Dubai lagi. Dan untuk itu juga sekali lagi kami mohon,
apakah penterjemahnya nanti disiapkan oleh…, oleh Mahkamah
Konstitusi atau kami yang menyiapkannya? Mohon, Yang Mulia.

14. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Penterjemah nanti disiapkan oleh MK.

15. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Ya, terima kasih.

16. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Tanggal 25 itu hari Senin, ya?

17. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Ya.

18. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Nanti kita (…)

19. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Di samping itu juga kami juga (…)

4
20. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Bahasanya Bahasa Inggris apa Bahasa Jepang?

21. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Bahasa Inggris.

22. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Bahasa Inggris.

23. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Biasanya kami juga meminta juga kesediaan daripada President of


Law Asia, sedangkan kolega kami sekarang berada di Hongkong untuk
membicarakannya, tapi saya belum confirmed. Kalau memungkinkan,
kami akan datangkan pada tanggal yang sama nantinya.

24. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya.

25. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Terima kasih.

26. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik (…)

27. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Apabila ini bisa dipenuhi, agar kami bisa memberi kabar kepada
beliau untuk datang.

28. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, boleh, silakan.

29. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Terima kasih, Yang Mulia.

5
30. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Kita jadwal tanggal 25. Silakan, Pihak Terkait berikutnya.

31. PIHAK TERKAIT (AAI): HUMPHREY DJEMAT

Ya, Majelis Hakim Yang Mulia, saya Humphrey Djemat dari


Asosiasi Advokat Indonesia.

32. PIHAK TERKAIT (DEWAN KEHORMATAN IPHI): MACHTIAR


SIWA

Terima kasih, Bapak Majelis Hakim Yang Terhormat, saya Dr.


Machtiar Siwa dari IPHI Dewan Kehormatan.
Terima kasih.

33. PIHAK TERKAIT (PRESIDEN KAI & KETUA UMUM IPHI): INDRA
SAHNUN LUBIS

Majelis Hakim Yang Terhormat, saya Indra Sahnun Lubis,


Pimpinan dari Kongres Advokat Indonesia. Hari ini kami akan
menambahkan Saksi Fakta sebanyak 2 orang, Majelis Hakim.
Terima kasih.

34. PIHAK TERKAIT (PERADIN): ROPAUN RAMBE

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Ropaun Rambe dari Dewan


Pimpinan Pusat Peradi.
Terima kasih.

35. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan yang di belakang.

36. PIHAK TERKAIT (PERADI): LEONARD SIMORANGKIR

Saya…, Yang Mulia, saya Leonard Simorangkir dari Peradi.

37. PIHAK TERKAIT (PERADI): ELZA SYARIEF

Saya Elza Syarief dari Peradi.

38. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Saya Victor Nadapdap dari Peradi.

6
39. PIHAK TERKAIT (PERADI): SUTRISNO

Saya Sutrisno dari Peradi.

40. PIHAK TERKAIT (KONGRES ADVOKAT INDONESIA): ERMAN


UMAR

Saya dari Kuasa Hukum Kongres Advokat Indonesia, 3 orang,


saya Erman Umar, yang hadir yang lain Saudara Petrus Balapationa dan
Saudara Gatot. Seperti yang sudah disampaikan oleh Ketua KAI, kami
hari ini menghadirkan 4 orang Saksi Fakta.
Terima kasih.

41. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya.

42. PIHAK TERKAIT (SPI): HASANUDDIN NASUTION

Yang Mulia, saya Hasanuddin Nasution dari Serikat Pengacara


Indonesia, Pihak Terkait.

43. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya.

44. PIHAK TERKAIT (IKADIN TEGUH SAMUDRA): SUSILO LESTARI

Yang Mulia, kami dari Ikadin (…)

45. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Mana Ikadin?

46. PIHAK TERKAIT (IKADIN TEGUH SAMUDRA): SUSILO LESTARI

Yang Mulia (…)

47. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Oh, situ.

48. PIHAK TERKAIT (IKADIN TEGUH SAMUDRA): SUSILO LESTARI

Kami dari Ikadin, terima kasih.

7
49. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, ada lagi?

50. PIHAK TERKAIT (HAPI): ABDURRAHMAN TARJO

Yang Mulia, saya Abdurrahman Tarjo, Pihak Terkait dari HAPI.


Terima kasih.

51. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (PERADI): HAPPY SIHOMBING

Yang Mulia, saya Happy Sihombing dari Kuasa Hukum Peradi.

52. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ada lagi? Cukup? Oke baik, lengkap ya. Baik, sekarang kita akan
mendengar…, jadi begini tadi ada…, dulu ada Saksi/Ahli…. ada Ahli yang
sudah memberikan keterangan di depan sidang ini yaitu Prof. Natabaya,
Dr. Maruarar, dan Dr. Mulya Lubis dan pada waktu itu belum ditanya.
Nah, untuk itu kita setujui saja sekarang usul permohonan dari
Pemohon. Kalau ada yang ingin mendalami kepada 3 orang ini kita
dahulukan, agar nanti beliau bertiga ini selesai. Tetapi sebelum itu kita
undang Ahli yang baru datang hari ini untuk mengambil sumpah, Prof.
Saldi Isra, maju, Pak. Kemudian ya, kemudian ada Saksi…, ya Ahli saja
dulu disumpah, Pak. Diambil sumpah, Pak.

53. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Silakan diikuti lafal sumpah yang saya tuntunkan.


Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai
Ahli, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan
keahlian saya.

54. SAKSI-SAKSI YANG BERAGAMA ISLAM

Silakan diikuti lafal sumpah yang saya tuntunkan.


Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai
Ahli, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan
keahlian saya.

55. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Terima kasih.

8
56. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan duduk. Kemudian Saksi dari Pihak Terkait yang diajukan


oleh KAI hari ini ada Musidah, Erwin, Amon Beroperay, kemudian Tommy
Sihotang. Kemudian yang diajukan oleh HAPI Pihak Terkait, Desmaniar.
Ya, Terkait Peradi sudah kan, sudah diambil..., yang Terkait Peradi dulu
sudah disumpah Saudara Achiel, Tazman, Fauzie Yusuf, Lintong, Denny
Kailimang, Lutfie Hakim, dan Tamsil Syoenoer. Sudah dulu ya, sudah
disumpah semua kan ini kan?

57. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): SUHARDI SOMOMOELJONO

Lutfie Hakim belum, Yang Mulia.

58. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Lutfie Hakim, silakan maju. Ada lagi yang belum disumpah? Baik.
Silakan, Pak. Yang muslim dulu silakan, Pak Alim.

59. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Ikuti lafal sumpah yang saya tuntukan, yang Muslim. Luruskan


tangannya ke bawah, Pak. Ya.
Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai
Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari
yang sebenarnya.

60. SAKSI-SAKSI YANG BERAGAMA ISLAM

Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai


Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari
yang sebenarnya.

61. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Terima kasih.

62. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ibu Maria. Yang lain duduk.

9
63. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI

Ya, ikuti laFal janji yang saya ucapkan.


Saya berjanji sebagai Saksi, akan menerangkan yang sebenarnya,
tidak lain dari yang sebenarnya, semoga Tuhan menolong saya.

64. SAKSI-SAKSI YANG BERAGAMA KRISTEN

Saya berjanji sebagai Saksi, akan menerangkan yang sebenarnya,


tidak lain dari yang sebenarnya, semoga Tuhan menolong saya.

65. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI

Terima kasih.

66. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, sekarang kita fokuskan dulu ketiga Ahli ini, Pak Natabaya,
Pak Maruarar, dan Pak Mulya Lubis. Saya persilakan apa ada yang ingin
mendalami dari keterangan ketiga Ahli ini yang pernah disampaikan di
depan sidang ini?

67. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): TAUFIK BASARI

Yang Mulia, dari Pemohon, kalau berkenan kalau saya boleh usul
agar nanti bisa pertanyaannya kepada keempat Ahli, apakah tidak
diberikan kesempatan dulu untuk Ahli yang baru sehingga
pertanyaannya bisa ke semuanya.

68. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Begitu? Karena tadi katanya mau segera pergi ini. Baik, begitu ya,
satu saja didengarkan dulu sehingga nanti 4 Ahli.
Silakan, Prof. Saldi.

69. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


SALDI ISRA

Terima kasih, Majelis Hakim yang saya hormati, saya diminta


untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya, hukum tata
negara, yang mendalami isu-isu legislasi, saya diminta untuk
menjelaskan frasa ‘satu-satunya’ di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Pertama, saya akan menjelasakan dari teori legislasi, mengapa
sering dan acap kali ada norma yang menimbulkan problem di tingkat

10
praktik. Nah, pembahasan pertama ini menjadi penting untuk kasus yang
kita hadapai ini, apakah yang terjadi hari ini di asosiasi advokat…,
asosiasi-asosiasi advokat itu, masalah konstitusional atau itu masalah
yang terjadi dalam praktik.
Ahli berpandangan, masalah yang terjadi dalam praktik itu bisa
bermula dari norma yang ada di dalam ketentuan undang-undang.
Makanya Ahli berpendirian, kalau norma menimbulkan masalah dalam
praktik…, norma-norma yang ada dalam undang-undang menimbulkan
masalah dalam praktik, maka Ahli beranggapan bahwa itu adalah
problem konstitusional yang harus diselesaikan. Apalagi karena problem
yang timbul dalam praktik itu kemudian berpotensi mengurangi hak-hak
warga negara dalam apa pun bentuknya. Itu yang pertama.
Yang kedua, di dalam buku yang ditulis oleh seorang Ahli
Legislasi, ia menyebutkan…, dalam buku yang ditulis oleh Frank B. Cross,
dalam bukunya The Theory and Practice of Statutory Interpretation, dia
menganggap ada 2 problem munculnya masalah-masalah dalam norma
pada perumusan legislasi.
Pertama, ia mengatakan ada problem di latar belakang
pembentuk undang-undang itu sendiri. Ini bisa dipahami bahwa
pembentuk undang-undang kadang-kandang tidak semuanya memahami
problem hukum yang sedang mereka rumuskan. Nah, karena tidak
semuanya memahami, makanya kemudian potret dari norma yang
dihasilkan itu potensial menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
Yang kedua, B. Cross mengatakan ada kesengajaan atau by
design para pembentuk undang-undang kadang-kadang dia tahu ada
masalah, tapi gagal menemukan solusi yang tepat untuk masalah yang
dihadapi. Lalu kemudian dia berpikir yang penting norma selesai dulu,
nanti kalau ada problem bisa dibawa ke proses lebih lanjut. Dalam hal ini
Cross mengatakan bahwa biasanya pembentuk undang-undang
memikirkan masalah itu, kemudian bisa diselesaikan oleh hakim yang
membenahinya. Kalau dibawa ke konteks kita, tentu ini ada di
Mahkamah Konstitusi. Jadi itu yang ditulis oleh Frank Cross di dalam
bukunya tersebut, yang ia memang bicara soal bagaimana menafsirkan
undang-undang. Nah, itu yang pertama.
Yang kedua, sebagai Ahli, saya akan menjelaskan konstruksi
hukum dengan adanya frasa ‘satu-satunya’ di dalam Pasal 28 ayat (1)
Undang-Undang Advokat itu.
Majelis Hakim yang saya hormati, kalau kita baca ketentuan Pasal
28 ayat (1), lalu kita hubungkan dengan tujuan pembentukan undang-
undang yang ada di Undang-Undang Advokat itu sendiri, saya akan
jelaskan. Pertama, di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004,
salah satu yang harus diperhatikan dalam pembentukan undang-undang
atau norma itu adalah kejelasan tujuan. Yang dimaksud dengan
kejelasan tujuan itu adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan dalam konteks ini undang-undang, harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

11
Saya akan kaitkan ketentuan itu dengan Pasal 28 ayat (1) itu
kemudian dikaitkan dengan konsideran menimbang huruf c dalam
Undang-Undang Advokat. Dalam konsideran huruf c Undang-Undang
Advokat disebutkan bahwa advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri,
dan bertanggung jawab dalam menegakkan hukum, perlu dijamin dan
dilindungi oleh undang-undang demi terselenggaranya upaya penegakan
supremasi hukum.
Berdasarkan hal itu, sebagai Ahli, saya melihat bahwa ketentuan
yang terdapat dalam Pasal 28 ayat (1) itu dapat dikatakan mengancam
tujuan pembentukan Undang-Undang Advokat itu kalau kemudian dalam
praktik hanya dibenarkan satu organisasi saja di tengah banyaknya
organisasi-organisasi advokat yang lain. Nah, dengan ada upaya
penyebutan satu organisasi saja, maka kemudian tujuan pembentukan
Undang-Undang Advokat, yang ada di dalam konsiderans menimimbang
huruf c bisa terabaikan dengan prektik yang terjadi seperti itu. Makanya
saya kembali ke konteks awal saya menganggap problem yang terjadi
dalam praktik sebetulnya menjadi problem konstitusional karena ia
berpotensi menegasikan hak-hak konstitusional seseorang yang mau
menjadi advokat atau tergabung dalam organisasi advokat tertentu.
Yang keempat, saya akan menjelaskan keterkaitan Pasal 28 ayat
(1) dengan Pasal 28 huruf j ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
Pasal..., dalam Pasal 28 huruf j ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,
memang ada kewenangan para pembentuk undang-undang untuk
membatasi HAM warga negara, tapi itu ada klausul penting yang harus
diperhatikan, kalau kemudian ada HAM yang berpotensi melanggar HAM
orang lain, jadi itu bisa dibatasi oleh pembentuk undang-undang. Tapi
Ahli berpendapat, untuk hal organisasi profesi termasuk organisasi
advokat, untuk orang menjadi advokat kalaupun ia terbelah terbagi-bagi
menjadi banyak organisasi, menurut pemahaman Ahli itu tidak
melanggar hak asasi manusia, sehingga tidak perlu dibatasi menjadi satu
organisasi tunggal. Kalau ada organisasi A, lalu ada orang mau
mendirikan organisasi B, mau mendirikan organisasi C, dalam
pemahaman saya pendirian organisasi A, organisasi B, atau organisasi C
itu sama sekali tidak melanggar hak-hak orang yang ada dalam
organisasi yang lain itu.
Dalam konteks itu sebetulnya saya mau mengaitkan bahwa
selama tidak ada penafsiran yang berbeda dari Mahkamah Konstitusi
terhadap frasa satu-satunya dalam iklim organisasi advokat kita yang
ada hari ini, sepanjang pemahaman Ahli, ketentuan itu berpotensi
‘membunuh’ dalam tanda petik organisasi-organisasi advokat, yang
kemudian tidak diberikan pengakuan di dalam praktik.
Oleh karena itu, di kesimpulan Ahli mengatakan bahwa ketentuan
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat, di dalam praktik telah
menimbulkan potensi dan bahkan sudah ada yang dilanggar hak-hak
asasinya, saya menganggap ada pelanggaran konstitusional serius di
situ, oleh karena itu Mahkamah Konstitusi sebagaimana dikatakan oleh

12
B. Cross tadi, menjadi tempat untuk memutus bagaimana agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia untuk bisa aktif
dalam profesi sebagai advokat. Terima kasih.
Assalamualaikum wr. wb.

70. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, kalau begitu kita dalami dulu dari 4 Ahli yang sudah di
tengah kita ini, kalau bisa dipersingkat saja, baik pertanyaan maupun
jawaban-jawabannya. Saya persilakan kepada (…)

71. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Baik, terima kasih. Apakah saya bisa mulai dengan Prof.


Natabaya, dulu. Terima kasih. Silakan, Prof.
Baik Prof. Natabaya. Siap, saya bisa mulai tanya?

72. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Boleh.

73. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Baik, terima kasih. Terima kasih, Majelis. Prof, mohon pendapat


dan penjelasan kenapa Pasal 28 ayat (1), yang menyatakan adanya
satu-satunya organisasi advokat yang Prof katakan waktu itu semula
ditafsirkan sebagai federasi, kemudian dalam praktik timbul menjadi
wadah tunggal atau single bar association, sehingga ini menimbulkan
ketidakpastian hukum karena ini multi-interprestasi. Dalam Sidang sini
saja…, sini saja…, di sini saja, seingat saya Prof. Natabaya dan Pak
Maruarar Siahaan mengatakan ‘federasi’, saya ingat Pak Buyung
Nasution mengatakan ‘wadah tunggal’ dan beberapa orang lagi Ahli
mengatakan ‘wadah tunggal’, bukankah kesimpangsiuran ini
menimbulkan ketidakpastian hukum, sehingga ini yang merupakan objek
konstitusional dari Mahkamah Konstitusi?
Terima kasih.

74. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Hakim Ketua dan Anggota yang saya hormati. Menjawab


pertanyaan daripada Pemohon Frans Winarta, izinkanlah kami menjawab
sebagai berikut, sebagaimana kita ketahui di dalam bab ke 10 daripada

13
organisasi advokat itu memang diatur mengenai yang berbunyi,
“Organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah profesi advokat
yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan
undang-undang dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi advokat.”
Nah, memang kata ‘satu-satunya’ ini menjadikan persoalan
konstitusional, khususnya ini berkaitan masihkah ada kebebasan untuk
melakukan asosiasi, ya. Jadi di dalam Pasal 28E ayat (3), “Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.” Nah, sekarang orang yang berkumpul. Nah, apakah dalam
kaitannya ini, satu-satunya ini menimbulkan pelanggaran konstitusional?
Nah, dalam hal ini, Hakim Ketua dan para Anggota, izinkanlah
saya menyampaikan suatu Putusan daripada Mahkamah Konstitusi
Spanyol, yang mengatakan demikian, karena kata satu-satunya ini
merupakan sesuatu hal yang dianggap compulsory, sehingga
menimbulkan persoalan yang saya katakan tadi. Saya katakan…, saya
bacakan di dalam buku Judicial Application of Human Rights Law:
National and Regional and International Jurisprudence yang dikarang
oleh…, yang disusun oleh Nihal Jayawickrama, mengatakan demikian,
“Three criteria had been identified by the Constitutional Court of Spain
in order to determine where the compulsory membership of an
association is constitutionaly exceptable in the sense of being consistent
with the freedom of association.” Jadi, apakah ketentuan yang
compulsory membership itu sesuai dengan harkat atau marwahnya
freedom of association.
Satu, the compulsory membership of body representing sectoral
or professional intrust must not in till at prohibition on…, or impediment
to the freedom of association. Jadi apabila ada ketentuan sebagai satu-
satunya, ini merupakan compulsory membership, harus di situ, dan ini
tidak boleh melanggar, sesuai mengenai daripada ketentuan-ketentuan
yang menghalangi atau mem-prohibition in till of prohibition or
impediment to the freedom of association.
Kedua, compulsory membership requirement must be the
exception, not the rule. Sedangkan Pasal 28 ini adalah rule.
Sebagaimana juga saya dengar dari keterangan ini tadi merupakan suatu
norma.
Ketiga, compulsory membership of an association representating
sectoral of professional interest must not be justified…., must be justified
either by conventional profession or by the nature or the public interest
which the association serve. Artinya, kalau ini harus dapat dibenarkan
atau tidak bertentangan dengan konstitusi, khususnya dalam hal ini
adalah konstitusi kita, yang saya katakan tadi Pasal 28 ayat (3) tadi…,
28E ayat (3), “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
Demikian.

14
75. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS
HENDRA WINARTA

Terima kasih, Ahli.

76. KETUA: MOH. MAHFUD M.D.

Cukup? Masih?

77. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Apakah bisa satu lagi atau dua lagi pertanyaan mengenai pasal-
pasal, yaitu Pasal 32 ayat (4) dan Pasal 30 ayat (2), yaitu mengenai
bahwa di dalam waktu 2 tahun harus dibentuk organisasi advokat, yang
dimaksud oleh Pasal 28 ayat (1) tadi, dan Pasal 30 ayat 2, yang
menyatakan bahwa semua advokat haruslah menjadi anggota organisasi
ini, maksudnya adalah organisasi satu-satunya yang tadi dalam Pasal 28
ayat (1). Mohon pendapat dari Ahli, apakah pasal-pasal ini tidak
menggiring bahwa semua advokat haruslah masuk ke dalam suatu
organisasi? Padahal di dalam instrumen internasional, sebagai bangsa
beradab dan negara beradab ditentukan di Pasal 17 IBA Standard on The
Legal Profession, dan Pasal 24 UN Basic Principles on the Role of
Lawyers dikatakan bahwa every lawyer is entitled to form an association
and to be a member of the association in which the center of board of
executive will be elected by member of the organization without any
interference from any branch of power. Dengan kenyataan itu dokumen
internasional itu, dan satu lagi dengan Singfi, doktrin juga, itu dikatakan
bahwa lawyer mutlak harus mempunyai kebebasan untuk masuk menjadi
anggota satu organisasi atau membentuk satu organisasi di setiap
yurisdiksi di seluruh dunia ini. Mohon penjelasan dan pendapatnya.
Terima kasih.

78. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Bapak Hakim Ketua dan Anggota yang saya muliakan, menjawab


pertanyaan daripada Pemohon, Pak Frans, bahwasanya memang betul
Pasal 30 ayat (2) ini sudah mengkerangkeng, karena ada kaitannya
memang dengan pasal sebelumnya karena ini ada kata ‘wajib.’ “Setiap
advokat yang diangkat berdasarkan undang-undang ini wajib menjadi
anggota organisasi advokat.”
Nah, kalau ini ditafsirkan ‘wajib’ menjadi organisasi advokat
dengan tidak melanggar freedom of association, betul. Tapi kalau ini
dikatakan ‘wajib’ kepada merujuk satu-satunya yang ada, maka ini
adalah bertentangan dengan konstitusi, ya. Nah, mengenai ketentuan

15
dalam ayat (4) Pasal 32, ini untuk menunjukkan bahwasanya karena
pada waktu undang-undang ini dibuat kan belum ada organisasi advokat
menurut undang-undang ini. Dan menurut undang-undang ini diberikan
kepada beberapa organisasi untuk menjalankan kewenangan-
kewenangan sesuai dengan undang-undang ini. Tetapi ini dibatasi dalam
waktu 2 tahun sebab dikatakan, “Dalam waktu paling lambat 2 tahun
setelah berlakunya undang-undang ini, organisasi advokat telah
terbentuk.”
Dengan kata lain, apabila dalam waktu lebih 2 tahun ataupun
lebih 2 tahun dibentuk undang-undang…, apa namanya…, pengurus
advokat, maka itu pengurus itu adalah pengurus yang bertentangan
dengan undang-undang ini. Karena apa? Jikapun akan dilaksanakan
maka menurut ketentuan Pasal 28 ayat (2), kedaulatan organisasi
advokat itu adalah di tangan anggota. Dikatakan, ketentuan mengenai
susunan organisasi advokat ditetapkan oleh para advokat dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sehingga ini, kewenangan
yang diatur oleh Pasal 3…, 28 ayat (2) ini tidak bisa dihisap oleh
organisasi-organisasi advokat yang bernama umpamanya AAI, Ikadin,
HAPI mereka membentuk sendiri, ini adalah sesuatu yang bertentangan
dengan undang-undang sendiri.
Terima kasih.

79. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Ya ini satu lagi pertanyaan. Sebagai Ketua Rancangan Undang-


Undang Advokat pada waktu itu, yang kemudian menjadi Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003, sebagai ketua dan pada waktu itu
mohon dijelaskan bagaimana suasana kebatinan pada waktu itu,
suasana politik dan sosial pada waktu pembentukan undang-undang
dilakukan? Apakah terhadap Ahli ada saran-saran, tekanan-tekanan
politik atau tekanan-tekanan lainnya yang mengharuskan pasal…, yang
menjadi sekarang ini persoalan di dalam praktik karena menimbulkan
perseteruan di antara organisasi advokat dan multi-interpretasi tentang
‘satu-satunya’ organisasi ini. Mohon dijelaskan suasana kebatinan waktu
itu.
Terima kasih.

80. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Bapak Ketua dan Hakim Anggota yang saya muliakan, izinkanlah


saya flashback di dalam Rancangan Undang-Undang Advokat ini.
Undang-Undang Advokat ini lahir dengan begitu susah sebetulnya.
Karena sudah beberapa kali dicoba untuk diadakan Undang-Undang
Advokat tapi tidak pernah berhasil. Dari mulai beberapa Dirjennya tidak

16
pernah berhasil dan pada waktu itu maka dicoba dikumpulkan lagi, dan
terus terang pada waktu ini, ini banyak orang yang hadir daripada…, apa
namanya itu…, di sini…, ada Pak Sahnun Lubis dari apa namanya ini…,
IPHI, ada dari IKADIN Pak…, beliau itu…, Leo…, Wajarang…, itu yang
adil…, Leo Sudjono tidak hadir…, Leo apa itu tuh…, singa kita…, kalau
sekarang saya menjadi singa di sini. Lantas ada dari…, ini…, AAI…,
Pak…, apa namanya itu…, Denny Kailimang…, Yan Apul enggak pernah
datang? Sebab saya adalah saksi hidup dan saya disumpah di sini. Dan
lagi ada beberapa dari juga yang…, siapa namanya…, pokoknya yang
berkantor dengan Gani Lubis ini. Satunya itu siapa..., yang Gani Lubis,
siapa nama..., law firm itu, dia tapi dari ini..., ya bukan, Gani Lubis
dan..., dia dari tapi waktu itu dia bukan sebagai pengacara tapi dari
konsultan bursa.
Nah, dan itu terus terang..., wah begitu hebat itu, cuma
alhamdulillah karena saya punya pengalaman juga bekas advokat dan
saya birokrat dan saya menguasai hukum acara, jadi apa yang mereka
mau ini kan..., ya saya..., dan kebetulan itu ada abang Buyung juga. Dan
kita berusaha untuk bagaimana menyatukan sebetulnya advokat ini, ya.
Maka inilah usaha kita itu dalam rangka untuk itu, supaya..., tetapi tidak
berarti mematikan sebetulnya, mematikan organisasi advokat yang ada
itu, ya. Karena kita mengetahui bahwa juga di dalam..., di dalam
konvensi mengenai hak asasi manusia, di dalam International Covenant
on Economic Social and Cultural Rights, ini juga kita mengenakan analog
bahwasanya di dalam asosiasi union trade itu juga ada masalah
konfederasi dan federasi.
Saya bacakan demikian Bapak Hakim Ketua dan Anggota yang
saya muliakan. The Right of Trade Union to establish National Federation
or Confederation and The Right of The Lette to form or join International
Trade Union Organization, artinya itu adalah sesuatu hal yang wajar saja
kalau mau ada konfederasi atau federasi, tapi yang penting sebetulnya
adalah mereka ini diikat oleh satu kode etik yang sama, itu yang harus di
(suara tidak terdengar jelas) Karena di situlah menunjukkan bahwa dia
itu adalah suatu hal yang profesional.
Bapak Hakim Ketua dan Anggota yang saya muliakan, saya akan
menambahkan sesuatu praktik yang dilakukan oleh American Declaration
of Right and Duties dalam kerangka melaksanakan mengenai
International Governance and Economic Rights khususnya mengenai
association ini, dikatakan dengan demikian, every person has the right
to associate with others to promote exercise and protect his legitimate
interest of political, economic, religious, social, cultural, and
professionals. Artinya di sini organisasi advokat itu dikualifikasi sebagai
professionals termasuk asosiasi yang diatur oleh konvensi PBB. Jadi
pengertian right to association itu adalah merupakan sebagaimana
dikatakan…, merupakan the basic human desire daripada manusia.
Sekian.

17
81. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Cukup? Masih ada?

82. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Satu lagi, satu lagi saya.

83. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

84. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Terima kasih. Wah menurut Ahli apakah (...)

85. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ini sama dengan ujian ini.

86. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Menurut Ahli, apakah 8 organisasi yang diakui secara formal


dalam Undang-Undang Advokat ini, kalau kita lihat pasal-pasalnya,
apakah bisa ditafsirkan bahwa 8 organisasi advokat ini eksis? Apakah
harus melebur ke dalam satu-satunya organisasi advokat? Karena kalau
saya terjemahkan secara etimologis ”satu-satunya” berarti one and the
only organization.
Terima kasih.

87. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ya, memang kalau kita baca ketentuan ini, maka ini kan harus
berurut, maka tentu yang dimaksudnya itu Ikatan Advokat Indonesia
(Ikadin), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum
Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),
Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia
(AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKPM), dan Asosiasi
Pengacara Syariah Indonesia..., ini belakangan sebetulnya, ini
belakangan pada waktu mau disahkan ini jadi masuk. Nah, ini
memang..., inilah yang harus membentuk organisasi advokat itu, dan

18
mereka ini diberikan kewenangan sementara sebelum ada undang-
undang ini dan mereka harus membentuk sesuatu organisasi sesuai
dengan itu.

88. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Organisasi atau para anggota organisasi ke 8 organisasi itu?

89. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ya, para anggota ini.

90. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Terima kasih. Sekian, terima kasih.

91. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, cukup, silakan duduk.


Pak Maruarar.

92. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Yang Mulia, mungkin kami langsung ada juga pendalaman


tentang (...)

93. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Oh ya ada pertanyaan Pak anu..., Pak Natabaya.

94. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Siapa?

95. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Terima kasih, Yang Mulia, dan terima kasih kepada Ahli Prof.
Natabaya. Ahli tadi telah menjelaskan dan membaca tentang Pasal 28. Di
sana disebutkan, ”Organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah
profesi advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini dengan maksud..., saya ulangi dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat.”

19
Pertanyaan saya adalah bagaimana Saksi menafsirkan dan mengaitkan?
Karena ini kan tidak boleh dibaca secara terputus, bahwa di sini
disebutkan, organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah profesi
yang dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi advokat. Bagaimana Ahli bisa men…, bagaimana Ahli menafsirkan
bahwa advokat berorganisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas advokat Indonesia? Mohon dijelaskan.

96. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ya, artinya undang-undang ini, dengan dibentuknya satu…, apa..,


satu-satunya wadah advokat, diharapkan dia dengan tujuan untuk
meningkatkan profesi advokat ini, ya.
Nah itu, jadi tugas daripada organisasi advokat itu adalah untuk
bertujuan meningkatkan kualitas profesi advokat.

97. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Jadi undang-undang…, jadi organisasi itu dibentuk dengan tujuan


meningkatkan profesi advokat (…)

98. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ya betul (…)

99. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Baik. Kedua, tadi Saudara Ahli menjelaskan tentang putusan yang


di Spanyol. Pertanyaan saya adalah sehubungan dengan pernyataan di
sana, di sana ada suatu organisasi yang cumpulsory, yang oleh
keterangan dari Ahli tadi katakan, ini bertentangan dengan konstitusi.
Pertanyaan saya adalah karena ini hanya putusan yang dibacakan,
apakah Ahli punya data yang lengkap bahwa cumpulsory yang
dimaksudkan di Spanyol itu adalah organisasi tersebut hanya satu-
satunya dan tidak boleh lagi ada organisasi lain yang boleh berdiri selain
cumpulsory itu? Apakah ada data yang lengkap dari ini (…)

100. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Saya (...)

20
101. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Sebab ini sebagai memahaminya, sebab ada yang disebut


namanya single bar, tetapi meskipun dia single bar tidak berarti
organisasi lain tidak boleh berdiri. Sama dengan di Indonesia, meskipun
ada satu-satunya, katakanlah itu Peradi, maka tidak berarti organisasi
lain itu tidak bisa didirikan. Buktinya sekarang ini, di sebelah kita ini ada
Peradin, ada Ikadin 1, Ikadin 2, semua bebas berserikat. Tetapi sebagai
regulator terhadap peningkatan kualitas advokat Indonesia,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 ini, hanya satu.
Tadi…, tadi, Ahli sudah menjelaskan bahwa organisasi advokat itu
dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas advokat Indonesia.
Jadi kembali pertanyaan tadi itu, punya…, apakah Ahli punya data
bahwa putusan itu di Spanyol, itu adalah cumpulsory di situ adalah
melarang oraganisasi-organisasi yang lain dan tidak boleh yang lain ada
kecuali yang satu itu?

102. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Jadi putusan ini adalah menjelaskan mengenai freedom of


association. Artinya, saya katakan tadi…, di bidang-bidang mana di
asosiasi itu, termasuk juga dalam bidang yang profesional, maka ini ada
kasus di Spanyol, maka Mahkamah Konstitusinya itu memutuskan
demikian, “Kalau ada …, ada compulsory membership itu tidak bisa
karena itu bertentangan,” dikatakannya.
Jadi jikapun itu ada, itu hanya adalah bukan merupakan rule, ya.
Merupakan eksepsi, ya.
Nah, dan ketiga, dia tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan konstitusi yang ada kaitannya dengan freedom of association
ini.
Nah, jika kalau ini sejalan dengan ini kalau kita lihat dalam kasus
a quo ini, maka keputusan ini bisa menjadikan cermin, ini namanya
perbandingan ya, Rechtsvergelijking, ya. Oleh karena itu kita dapat
menggunakan dari mana saja sumber ya, karena sumber hukum itu
adalah juga doktrin dan ajaran, maka kita dapat menggunakan melihat
keluar, sebagaimana juga Mahkamah Konstitusi ini sering juga melihat
karena banyak persoalan-persoalan di dalam Mahkamah Konstitusi ini
yang dihadapi belum ada persoalan-persoalan sebelumnya, sehingga kita
melihat bagaimana ketentuan-ketentuan yang ada di negara lain di
dalam rangka melaksanakan mengen…, dari deklarasi human rights ini.
Ini maksud saya, dalam saya memberikan ini.

103. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Oke? masih?

21
104. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Masih ada. Tadi Pemohon juga menanyakan tentang bahwa


Saudara sebagai…, Ahli sebagai ketua dari para pembuat undang-
undang ini, saya ingin menanyakan, berdasarkan informasi yang saya
peroleh dari Saudara…, Pak Yusril, yang kebetulan dia men…, kalau saya
ikut juga di dalam hal ini, dan juga melihat…, apa…, isi daripada
Undang-Undang Advokat ini, naskah akademisnya ini kan terlihat banyak
bercermin kepada Undang-Undang Advokat yang di Belanda, dimana di
Belanda sendiri juga ada cumpulsory juga, seluruh advokat Indonesia
wajib menjadi anggota daripada Nederlandse Orde van Advocaten.
Kemudian juga, para Pemohon dan Saksi Ahli, termasuk Todung
Mulya Lubis juga, menjelaskan bahwa contoh-contoh yang ada di Jepang
dengan bentuk federasi. Pertanyaan saya adalah bahwa bagaimana
pemahaman Ahli, dengan yang dimaksud dengan federasi itu,
dibandingkan dengan juga dengan single bar? Artinya begini, yang saya
dapatkan informasi dan saya baca di dalam undang-undang dan
peraturan daripada federasi Japan Federation Bar Association juga, nanti
kami akan ajukan bukti-buktinya, bahwa meskipun itu bentuknya
federasi, di Jepang itu ada 52 organisasi advokat di Jepang, tetapi
semuanya itu bergabung di dalam satu yang namanya satu federasi,
yaitu Japan Federation Bar Association. Jadi seperti di Jepang, 52
organisasi advokat ini wajib menjadi anggota daripada Japan Federation
Bar Association. Dan seluruh advokat di Jepang menjadi…, wajib menjadi
anggota dari yang 52, tetapi yang anggota dari Jepang ini juga…, semua
advokat ini juga…, wajib menjadi dan otomatis menjadi anggota
daripada Japan Federation Bar Association.
Jadi khusus mengenai soal peningkatan kualitas advokat dan hal-
hal lainnya, itu kewenangan itu tetap diberikan kepada satu organisasi,
yaitu namanya satu federasi namanya Japan Federation Bar Association.
Jadi, pengerti…, itu ingin saya tanyakan agar jangan sampai salah
paham, seakan-akan kalau federasi, seakan-akan banyak organisasi yang
punya kewenangan, sedangkan dari semua negara yang saya melihat
bahwa meskipun itu adalah satu…, banyak organisasi, mereka tetap
berhimpun di dalam satu federasi namanya Japan Federation Bar
Association, dan satu namanya presidennya itu Federation Bar
Association.
Pertanyaan saya, bagaimana pemahaman Ahli sebenarnya
tentang federasi dan single bar ini? Gitu saja.

105. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Kalau masalah federasi dan itu nanti itu ada yang…, nanti ada
Saksi/Ahli yang lain, nanti akan apa namanya itu…, tetapi akan saya

22
katakan bahwasanya undang-undang ini tidak menganut federasi.
Undang-undang ini adalah single bar. Justru karena itulah yang satu-
satunya itu, ini yang menjadi permasalahan.
Nah, oleh karena itu maka dia kalau…, apa namanya…, single bar
itu hanya satu saja, enggak ada yang lain. Yang lain itu sebetulnya
hilang, ya.

106. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Pertanyaan terakhir, Yang Mulia. Kalau demikian halnya,


bagaimana pendapat Ahli bahwa kalau ada di sini kata-kata ‘satu-
satunya’, apakah menurut Ahli ada satu…, ada aturan di dalam undang-
undang itu yang melarang orang lain untuk mendirikan organisasi yang
lain selain yang satu itu? Karena tadi Ahli sudah mengatakan bahwa
organisasi ini dibentuk untuk tujuan meningkatkan kualitas advokat
Indonesia sebagai regulator. Nah, apakah ada di dalam undang-undang
ini yang melarang orang lain untuk mendirikan organisasi advokat?
Karena faktanya pun kita lihat di sini banyak organisasi advokat.

107. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Baik interpretasi, kata ‘satu-satunya’ tidak ada lain, gitu. Baik


interpretasi…, memang tidak ada dikatakan. Tapi, oleh karena itu…, coba
kalau kamu mau…, mau…, mau…, mau baca, baca Pasal 32 ayat (3), ini
karena saya sendiri yang merumuskannya, saya tahu betul, hafal. Untuk
sementara, tugas dan wewenang organisasi advokat sebagai dimaksud
dalam undang-undang ini hanya satu, untuk sementara. Siapa yang
menjalankan? Dijalankan bersama oleh Ikatan Advokat Indonesia
(Ikadin), asosiasi AAI, IPHI, HAPI, SPI, AKHI, HKPM, dan APSI. Apa
artinya? Apabila ini sudah dilaksanakan ini, maka seluruh ini hilang,
menyatu karena dia single bar. Ini by interpretasi.
Oleh karena itu tidak perlu tertulis. Oleh karena undang-undang
itu, itulah harus kita interpretasi. Nah, baca ini, artinya ini habis, Ikadin
habis, IPHI habis, kalau sudah terbentuk sebagaimana undang-undang
ini. Nah, di sinilah karena ini menimbulkan menjadi persoalan, dimulai
dengan Pasal 28 itu satu-satunya itu tadi, ya. Sekian untuk (…)

108. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, silakan duduk Bapak. Masih ada yang tanya lagi? Yang
singkat-singkat saja.

23
109. PIHAK TERKAIT (PRESIDEN KAI & KETUA UMUM IPHI): INDRA
SAHNUN LUBIS

Ya, singkat. Pak Prof., kita sama-sama dulu ikut menyusun


daripada Undang-Undang Advokat. Di dalam hasil daripada penyusunan
Undang-Undang Advokat itu kan dijelaskan Pasal 28 bahwa diberi jangka
waktu 2 tahun harus bermusyawarah. Tolong digarisbawahi
‘bermusyawarah’, ke-8 organisasi advokat, bukan begitu Prof.?
Jadi, bagaimana organisasi yang sudah bermusyawarah, kongres,
hadirnya seluruh advokat se-Indonesia, dan belum pernah advokat
berkumpul selama negara ini berdiri, belum perlu…, belum pernah
advokat berkumpul sebegitu banyaknya untuk melakukan musyawarah
atau kongres sebagaimana yang disebutkan di dalam Undang-Undang
Advokat. Setelah kongres, terbentuklah organisasi advokat yang
diinginkan oleh Undang-Undang Advokat Pasal 28 tadi. Tetapi setelah itu
ada lagi organisasi advokat membuat kesepakatan yang…, yang
dikatakan bukan…, bukan kongres atau musyawarah, lahir yang direstui
oleh Ketua Mahkamah Agung, yang mungkin ada notabene apa-apa di
belakangnya.
Yang ingin saya tanyakan, kongres advokat tadi yang dihadiri
seluruh advokat se-Indonesia apakah itu yang dimaksud di dalam
undang-undang bahwa advokat itu bersatu bermusyawarah, sehingga
lahirlah organisasi advokat yang diinginkan daripada Undang-Undang
Advokat itu sendiri. Sekian, terima kasih.

110. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, sekaligus mungkin Pak Pationa.

111. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (KAI): PETRUS BALAPATIONA

Ada, Pak. Sekaligus (...)

112. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

113. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (KAI): PETRUS BALAPATIONA

Terima kasih, Majelis.

114. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya.

24
115. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (KAI): PETRUS BALAPATIONA

Pertanyaannya mengenai frasa ‘Meningkatkan kualitas profesi


advokat yang bergabung dalam suatu wadah tunggal’ mohon pendapat
Ahli.
Wadah tunggal yang dibentuk yang tidak sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Advokat antara lain harus melalui
musyawarah para advokat dan hanya dibentuk oleh pengurus-pengurus
yang 8 organisasi itu. Pertanyaannya, apakah dalam rangka
meningkatkan kualitas advokat, pembentukan organisasi yang sub…,
mengaku sebagai satu-satunya wadah tunggal, apakah sah atau tidak?
Sekian pertanyaannya.

116. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Ini sebetulnya (…)

117. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Majelis, Majelis Hakim, ada satu lagi pertanyaan.

118. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Masih satu lagi?

119. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Ya.

120. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

121. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Terima kasih. Saya Victor Nadapdap dari Peradi, Kuasa Hukum


Nomor 71. Kepada Ahli, saya ingin mempertanyakan kepada Ahli tadi
Saudara Ahli juga menyebut Ketua Tim Perumus dari Pemerintah,
bagaimana cara pelaksanaan menurut Ahli..., pelaksanaan dari Pasal 28
ini dan pelaksanaan daripada Pasal 32 daripada undang-undang ini?
Terima kasih.

122. PIHAK TERKAIT (PERADI): LEONARD SIMORANGKIR

Yang Mulia, Yang Mulia…. mohon Yang Mulia, masih ada satu.

25
123. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Masih ada lagi, silakan.

124. PIHAK TERKAIT (PERADI): LEONARD SIMORANGKIR

Terima kasih, Yang Mulia. Saudara Ahli, terima kasih Saudara Ahli
tadi menyinggung tentang..., dalam rangka pembentukan undang-
undang yang kita bersama-sama di dalam rangka perumusan mewakili
pemerintah, tentu kalau kita bersama-sama tidak ada dusta di antara
kita. Ahli, pada saat perumusan rancangan undang-undang ini, Saudara
Ahli bersama-sama dengan rekan Bapak Buyung Nasution, sebagai ketua
dan juga sebagai..., Pak Buyung sebagai wakil. Tolong Saudara Ahli
menjelaskan tetang rencana pemikiran yang Ahli sampaikan pada saat
itu dan oleh Buyung pada saat itu tentang rencana untuk adanya satu
organisasi advokat yang satu-satunya. Bahwa pada saat itu tidak
membicarakan apakah federasi ataupun lain, tetapi ada wadah advokat,
organisasi advokat yang satu-satunya. Dan kemudian saya tambahkan,
tentu sebagaimana tadi Ahli mengatakan bahwa Pasal 32 ayat (3) ini
pasti luar kepala bagi Ahli karena Ahli lah yang menyodorkan ini.
Dihubungkan dengan ayat (4), di sana tidak ada yang mengatur dan
juga tidak ada istilah tentang musyawarah, tentang kongres, dan
sebagai, dan sebagainya.
Yang ketiga Saudara Ahli, apakah yang Ahli sampaikan tadi adalah
bagian daripada penafsiran dan implementasi daripada undang-undang
ini, adanya harus federa..., misalkan itu soal federasi, soal satu-satunya,
soal dan lain-lain. Apa..., apakah itu adalah bagian daripada soal
penafsiran dan implementasi atas Undang-Undang Advokat?
Terima kasih, Ahli. Terima kasih, Yang Mulia.

125. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, silakan dijawab, Pak.

126. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


H. A. S. NATABAYA

Satu, dari Pak Hasibuan Otto. Undang-undang ini tidak ada


naskah akademik, tidak ada. Jadi, tidak pakai naskah akademik, hanya
ada…, draf tidak ada, tidak ada draf. Jadi, ada ini kita susun dengan
masukan daripada para penambah anggota. Jadi, tidak ada…, tidak ada
naskah akademik apa namanya. Bahwasanya pernah ada kita lihat
Rancangan Undang-Undang Advokat yang sebelumnya ada, tapi itu
bukan naskah akademik daripada undang-udnang ini. Nah, dari ketiga

26
pertanyaan ini tadi semuanya ada kaitannya saya lihat, akan saya
satukan saja. Ini dimulai dari Pak Petrus Bala…, bukan bala bantuan, ya.
Jadi memang undang-undang ini mengharuskan dalam waktu 2
tahun setelah berlakunya undang-undang ini…, Undang-Undang Advokat
ini terbentuk. Bagaimana terbentuk dalam waktu 2 tahun? Tentu kita
mau melihat ke depan, bagaimana undang-undang itu. Siapa yang
mempunyai kedaulatan yang paling tinggi? Yang punya kedaulatan
paling tinggi adalah anggota, bukan organisasi advokatnya, ya. Itu yang
harus diperhatikan.
Jadi…, nah, jadi masalah ini…, jadi ini saya hubungkan dengan
Pak Leo ini bukan saya tafsir-tafsirkan tapi inilah seluruh, apa nama…,
ketentuan ini, ini berurut ini…, apa namanya itu. Nah, dan ada kaitan
dengan Pak Sahnun juga, jadi ini yang berserikat ini, yang membikin…,
apa…, organisasi ini anggotanya ini, anggota advokat sesuai dengan
anggaran dasar. Bahwa yang melaksanakan, melaksanakan musyawarah
itu, ya tentulah apa nama…, sebab ayat (3) ini menyatakan tugas untuk
sementara tugas dan wewenang organisasi advokat dimaksud dalam
undang-undang dijalankan bersama. Mereka yang melaksanakan,
menjalankan dunia organisasi itu. Tapi dia tidak bisa mengatakan
mereka sudah bla-bla…, kumpul-kumpul, musyawarah…, inilah yang
jadi…, enggak bisa. Harus organisasi advokat itu yang apa namanya itu.
Nah, jika yang melaksanakan ini adalah organisasi advokat yang tidak
sesuai dengan ini maka organisasi advokat itu tidak ada legal basis untuk
melaksanakan…, apa namanya itu. Itu, jadi kira-kira saya rampungkan
sekaligus, apa namanya itu…, satu tinjau saja, terima kasih.

127. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, berikutnya Pak Maruarar.


Yang mau bertanya ke Pak Maruarar?

128. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Tapi sebelum dimulai, Pak Ketua yang kami hormati, kalau boleh
saya menggunakan untuk mengingatkan apa yang telah saya katakan,
saya menggunakan power point saya. Yang kedua, kalau boleh secara
umum dirumuskan pertanyaan itu barangkali nanti jawaban yang kita
ajukan sangat berhubungan satu dengan yang lain.
Terima kasih, Pak.

129. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Jadi sekaligus, ya, pertanyaannya, ya?


Oke sekarang dicatat saja, mulai dari Bapak. Ada yang mau
ditanyakan, Pak?

27
130. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS
HENDRA WINARTA

Ada.

131. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

132. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Apakah Ahli, Pak Maruarar Siahaan, bisa menjelaskan di forum ini


sehubungan dengan penjelasan dalam sidang yang lalu, adalah
bagaimana menurut Undang-Undang Advokat itu kewenangan dari
organisasi yang dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), itu bisa berkiprah
untuk melaksanakan wewenangnya? Saya pikir Undang-Undang Advokat
ini harus sifatnya ada regulation atau sebagai regulatory body sebagai
supervisory body maupun juga sebagai authorized body untuk
melaksanakan ujian kursus-kursus bar examination, iuran anggota,
melaksanakan seminar, continuous legal education dan sebagainya.
Apakah ini semua termaktub dan tertuang di dalam Undang-Undang
Advokat ini? Kewenangan tersebut yang tadinya adalah dipegang oleh
Menteri Kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung yang
ujiannya dilakukan oleh para…, Pengadilan Tinggi diseluruh Indonesia.
Apakah kewenangan ini sudah jelas di dalam Undang-Undang Advokat
ini? Dan apakah Pasal-Pasal 28 ayat (1), Pasal 32 ayat (4) dan Pasal 30
ayat (2) sudah konstisional menurut Ahli kalau dilihat dari pasal-pasal
tersebut?
Kemudian, apakah pasal-pasal tersebut itu menciderai hak
konstitusional para Pemohon, para justicia belen dan para advokat
Indonesia? Khususnya mengenai hak berserikat, dan tentunya hak
berserikat tidak bisa dipaksakan sebagai doctrine of unity dengan hak
mengeluarkan pikiran dan pendapat.
Saya mohon penjelasan mengenai itu semua (…)

133. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Oke.

134. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Dan perbandingan dengan negara-negara Inggris dan Amerika


Serikat, apakah di situ ada keterlibatan negara? Misalnya dalam

28
mengesahkan pengangkatan pengurus, mengesahkan ujian, serfikasi
dan sebagainya.
Terima kasih.

135. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, silakan.

136. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Terima kasih, Pak Ketua.

137. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya.

138. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Saya akan jawab dulu pertanyaan (…)

139. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Bukannya mau ditampung dulu semua? Katanya biar ada kaitan-


kaitan…, silakan, langsung saja.

140. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Ya, karena saya diajukan oleh Peradin, saya kira tadinya saya
tampung pertanyaannya secara menyeluruh. Saya persilakan, Pak.

141. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ditampung saja dulu, Pak. Silakan.

142. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): H. F.


ABRAHAM AMOS

Terima kasih, Majelis Yang Mulia. Dan terima kasih kepada Pak
Maruarar Siahaan sebagai Ahli dan juga mantan Hakim Mahkamah
Konstitusi. Pertanyaan kami, nanti intinya hanya ada 3, penggabungan
dalam Pasal 28, khususnya bab IX dan bab X. Barangkali hematnya saya
bahwa Pasal 28 ini kita harus kaji tekstual dan kontekstualnya
menyangkut kaitan akademis maupun praktik. Nah, dalam kaitan ini saya

29
menangkap bahwa dalam Pasal 28 ayat (1), (2), itu ada konteks dengan
pasal sebelumnya. Namun saya tidak akan bicarakan itu.
Kepada Ahli saya tanyakan bahwa ada 2 norma, yang pertama
dalam ketentuan Pasal 28 itu adalah…, yang pertama norma unifikasi,
yang kedua adalah norma uniformitas. Nah, norma uniformitas ini sudah
dimanifestasi secara keliru, sehingga mana yang harus autonomous dan
mana yang harus heteronomous, dan kaitannya secara kontekstual
pemberlakuan hukum nasional, maupun tunduk kepada norma-norma
hukum internasional, yang diatur dalam kovenan maupun juga konvensi
internasional yang sudah dijelaskan terlebih dahulu.
Pertanyaan kami, sebenarnya di sini ada flashdisk yang kami
sudah singkatkan, jadi kami rangkum dari keterangan kemarin itu hanya
5 lembar, jadi sudah masuk dalam norma-norma, yang saya maksudkan
adalah tipologi dari 3 norma dasar ini.
Menurut Ahli, apakah Pasal 28 ini memenuhi kriteria dalam arti
kata normologi unifikasi atau uniformitas?
Kemudian yang kedua, pemenuhan dari Pasal 28 ayat (1) dan (2),
tentu kontekstualnya itu di dalam teks undang-undang adalah Pasal 26,
Pasal 27. Pasal 26 ayat (1) sampai (7), Pasal 27 ayat (1) sampai (5),
pelaksanaan daripada Pasal 33 yang sudah disinggung oleh para Ahli
sebelumnya, bahwa ada penggabungan 8 organisasi. Menurut saya itu
bukan delapan karena Peradi itu tidak ada, ya. Yang ada di sini adalah
apa yang sudah disebutkan secara tegas dalam Pasal 33 dan Pasal 32.
Namun di dalam Pasal 32, ada satu yang tidak terbawa ke Pasal 33,
kalau kita perhatikan yaitu APSI (Asosiasi Pengacara Syariat Indonesia).
Nah, pertanyaan kami menurut Ahli ini, apakah dalam perbedaan
2 norma pertama, yaitu unifikasi dan uniformitas, bertentangan atau
tidak dengan…, dengan asas ke 3 untuk pemenuhan pasal-pasal yang
sudah saya sebutkan, yaitu union, berkaitan dengan Pemohon Nomor
66?
Terima kasih.

143. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

144. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): SUHARDI SOMOMOELJONO

Ya. Mohon pendapat Saksi Ahli, ini terkait dengan norma


bagaimana pembentuk undang-undang memberikan perintah kepada
para advokat dalam rangka mewujudkan suatu wadah tunggal,
katakanlah misalnya Peradi. Kemudian, norma para advokat itu ternyata
menimbulkan suatu akrobatik di lapangan karena semuanya telah
menafsirkan dengan beberapa teori masing-masing.

30
Untuk itu pertanyaan saya kepada Ahli, apabila para advokat tadi
misalnya di dalam suatu kongres kemudian sudah berhasil membentuk
suatu wadah tunggal, mengingat ini perintah undang-undang diberikan
kewenangan kepada para advokat melalui implementasi organisasi
advokat, sejauh mana sebenarnya ini nanti pertanggungjawaban
organisasi ini kepada negara, terutama terkait dengan norma-norma
yang menyangkut misalnya, kelembagaan tinggi negara, administrasi
negara, keuangan negara?
Jadi, ini menurut saya penting karena ini merupakan kegelisahan
saya juga, apakah misalnya nanti uang yang sudah saya tarik puluhan
miliar dari rakyat saya…, dari anggota saya, kemudian nanti tahu-tahu
secara akrobatik KPK minta mengaudit, misalnya. Ini mumpung belum
terlalu panjang, makud saya. Ini mohon maaf kalau saya mungkin terlalu
polos bicaranya, karena ini kegelisahan hati, tentu terkait dengan
konstitusi. Untuk itu mohon Ahli menerangkan sejauh mana sebenarnya
pertanggungjawaban kewenangan yang diberikan oleh pembentuk
undang-undang ini kepada anggotanya terkait dengan hal-hal itu tadi?
Saya kira itu saja. Terima kasih, Ahli.

145. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, dijawab saja dulu.

146. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Ya terima kasih, Pak. Dari Pemohon dulu ya Pak, ya. Pendekatan


saya sebenarnya sebagaimana saya kemukakan di…, yang lalu, harus
kita tetapkan dulu sekarang sebenarnya jenis kelamin daripada
organisasi advokat ini, yang sudah dikatakan oleh Peradi, Peradi lah itu
organisasi advokat tunggal, ditentukan dulu. Menurut saya, apakah dia
ini jenis kelaminnya organ negara atau sebenarnya ini sejenis organ
profesi yang merupakan Ormas sebenarnya.
Di sini yang tampaknya inti persoalan pokok, sehingga kalau saya
mau…, untung Pak Natabaya sudah berangkat, mau berbeda pendapat
sedikit, memang seperti dikatakan Pak Yamin dulu di dalam sidang-
sidang BPUPKI tentang kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pembentukan undang-undang, tapi waktu itu dia bicara Undang-Undang
Dasar. Akan besar dosa kita kalau kesalahan-kesalahan yang terjadi kita
tidak perbaiki karena beribu atau jutaan orang sekarang berharap
terhadap Undang-Undang Advokat ini. Jenis kelaminnya, di sini keraguan
atau kekurangan di dalam pengaturan ini.
Menurut saya, kalau kita pakai kriteria yang ada memang
sebagian tugas pemerintahan sudah diserahkan kepada organisasi
advokat, ya menguji, ya menarik iuran, ya menentukan anggota sebagai
tunggal, dan lain sebagainya. Tetapi di dalam praktiknya, apakah itu

31
sudah Peradi? Di masa persidangan pertama saya hadir, saya
mengatakan suatu organ negara itu, kalau dia memang organ negara
tentu tidak bisa secara langsung mengambil saja power itu demikian
rupa, tanpa suatu apa yang disebutkan…, karena constituent power-nya
ada di undang-undang, Constituent Act-nya harus ada. Apakah Peradi itu
ketuanya itu sudah ada SK-nya dari Pemerintah? Campur tangan negara
ada enggak? Ada, Pak.
Pak Otto bicara tentang Undang-Undang Advokat di Belanda.
Barangkali saya sudah meminta siapa yang memasukkan saya di sini
untuk langsung akses di internet. Staatsblad 440 di Belanda itu jelas
campur tangan negara sangat besar. Untuk melamar menjadi advokat itu
kita ajukan kepada ketua pengadilan dulu. Itu jelas di Pasal 1, Pasal 2.
Pengujian yang dilakukan organisasi advokat oleh apa yang
disebutkan board of governors, 3 di antaranya diangkat oleh Menteri
Kehakiman, dari yang diangkatnya kemudian 2, saya tidak tahu
bagaimana sistem di Belanda, 2 dikatakan delegasi dari advokat.
Nah, di sini campur tangan sudah ada. Padahal kita melihat sistem
daripada Indonesia di dalam Undang-Undang Dasar 1945, tentu saja
bukan mengikut Belanda yang sistemnya liberal. Pasti dalam satu
welfare state, organisasi yang memiliki kewenangan publik tidak bisa
lepas dari campur tangan negara. Itu yang tidak nampak di dalam
organisasi advokat yang sekarang ini. Ke mana, ke mana dia
bertanggung jawab? Tadi pertanyaan kita rangkum keseluruhan, Pak.
Keuangan negara, semua kewenangan publik yang kita pakai
untuk memungut, itu keuangan negara. Barangkali problem yang ada di
Departemen Kehakiman kan sudah bisa menjadi acuan ini. Kalau saya
mengutip atas nama negara, membuat jalan tol sendirian saya, diberi
oleh negara, pasti ada bagian negara di sana. Oleh karena itu, yang
terjadi sekarang praktiknya itu dengan kewenangan itu semua, ini
sepertinya Peradi itu organisasi yang disebutkan organisasi advokat
tunggal, seperti Ormas, begitu. Lepas dia karena masih dikatakan oleh
Bang Buyung juga, self governing, self organizing. Apakah mungkin
suatu Ormas mengelola kewenangan publik tanpa suatu kaitan dengan
negara? Kalau saya mengambil posisinya begini, Pak, kita bisa
mengatakan, “Di mana dalam struktur ini?”
Pak Hadjon mengatakan, di dalam keterangan yang saya baca itu,
advokat itu sudah seperti polisi, jaksa. Kalau demikian, kalau dalam
struktur yang ada ini, di mana dia? Tentu Peradi itu bisa berdiri kira-kira
di samping…, kalau dia mendukung Badan Kehakiman, ya di samping
Ketua Mahkamah Agung ini. Saya enggak tahu apa benar begitu? Tapi
mereka tidak punya kaitan apa-apa, dengan menteri pun tidak punya
kaitan apa-apa. Kalau dia komisi independen, tentu dia tersendiri yang
bertanggung jawab daripada DPR.
Setiap komisi yang dibentuk negara, tentu harus ditentukan juga
bagaimana organisasinya sampai ke bawah, dan kemudian cara
menentukan pengurus, dan ini yang saya sebutkan Constituent Act,

32
harus ada semacam Keppres kah bahwa memang Peradi itu…, itulah
yang dimaksud oleh undang-undang. Bahwa memang ditentukan
pengurusnya, ketuanya si ini…., jadi maaf ini…, KAI pun belum juga itu,
Peradi pun belum. Ini belum tahu, siapa sebenarnya yang dimaksud oleh
organisasi advokat dalam undang-undang. Harus ditentukan dengan satu
Constituent Act. Tidak bisa kewenangan negara beralih demikian saja,
karena sudah dibentuk menurut Pasal 32, 2 tahun, dengan akta notaris
mengambil alih sudah lewat.
Ada bahayanya gejalanya yang disebutkan, mempublikan hukum
privat dan memprivatkan hukum publik. Saya agak kaku mengatakan itu
dalam bahasa Belanda tetapi itu ajar yang kita sangat fasih
mendegarnya itu dulu, “verprivatering van het publicrecht” dan
verpublicering van het privaat recht”. Itu gejalanya terjadi sekarang,
sehingga timbul kekacauan ini. Oleh karena itu besar dosanya, Pak,
kalau kita tidak menata ini kembali. Tidak usah kita terlalu banyak teori
lagi tentang ini.
Hak berserikat dan hak berkumpul itu, dalam seluruh instrumen
HAM, selalu dalam satu rangkaian dengan freedom of expression itu, hak
untuk menyatakan pendapat. Dan itu karena memang logika daripada
hak menyatakan pendapat itu akan diwujudkan dalam organisasi. Tapi
Undang-Undang Dasar 1945 juga menentukan bahwa hak menyatakan
pendapat itu salah satu yang non derogable right. Menjadi persoalan,
apakah memang yang kita anut nanti undang-undang ini bahwa ada
kaitan hak berkumpul, berserikat, dengan hak menyatakan pendapat
yang non derogable, sehingga Undang-Undang Advokat boleh
menyisihkan hak berserikat, itu saya kira tergantung kepada penilaian
Mahkamah. Tetapi kami telah menyatakan 3 langkah dalam menentukan
bolehkah satu hak itu…, yang hak HAM itu yang unggul dikesampingkan
ada 3 langkah, tetapi langkah terakhir itu adalah apa yang disebutkan
proportionality test. Apakah kalau tujuan organisasi advokat untuk
meningkatkan standar profesi itu sesuatu yang bisa dicapai dengan cara
lain tanpa menyisihkan HAM, itu ukurannya untuk menyatakan bahwa itu
konstitusional. Kalau masih bisa dicapai suatu tujuan yang disebutkan
undang-undang itu tanpa menyisihkan HAM, maka undang-undang itu
sudah jelas inkonstitusional, sudah jelas, Pak. Itu langkah yang dianut
dalam Mahkamah-Mahkamah Konstitusi di Eropa juga, European
Constitutional…, European Human Rights…, European Court of Human
Rights. Ada 3 proses seperti itu.
Nah, mengenai keuangan tadi yang dikatakan itu, ya benar itu
keuangan negara. Paling tidak sebagian apa yang disebutkan PNBP itu,
seluruh kewenangan kita yang diserahkan kepada organisasi-organisasi
manapun, di Indonesia banyak sekali ini sekarang, Pak, terutama karena
ada Kadin misalnya. Dulu di sini juga Kadin dinyatakan seperti Undang-
Undang Advokat ini, itu disebutkan sudah organ publik. Saya
menyatakan tidak bisa, ini tolak ukur sudah kita tentukan. Dan asosiasi-
asosiasi sekarang memberi…, memperoleh sedikit wewenang yang dulu

33
dijalankan negara dan melakukan kutipan juga yang itu ada unsur PNBP-
nya.
Oleh karena itu, kalau misalnya ditanyakan bagaimana itu
kerisauannya saya kira kita serahkan bagaimana mereka
mengimplementasikan itu sekarang. Tetapi jelas kalau memang itu
memang organ publik dan melakukan kutipan, persoalannya apakah ada
dalam seluruh ujian juga, delegated rule making power di dalam
undang-undang ada enggak tentang itu? Saya kira belum. Oleh karena
itu peraturan pelaksanaan juga Bang Nata tadi ini tentu diperlukan.
Karena kewenangan publik yang diterima langsung diterapkan begitu
saja tanpa ada cantelan di dalam undang-undang, menurut saya
menunjukkan bahwa…, yang melaksanakan itu bukan organ negara,
seharusnya mereka semua paham itu. Kalau Ormas dia, kutipan itu
dianggap merupakan dona…, sumbangan dari anggota. Tetapi kalau
organ publik dia, dia merupakan pungutan yang menurut Undang-
Undang Keuangan Negara merupakan hak negara, dan itu memiliki
aturan-aturan. Tentu saja rekening harus dibuka kepada Menteri
Keuangan, melakukan pertanggungjawaban kepada kantor
perbendaharaan negara dan bisa diaudit oleh BPK.
Saya kira secara umum saya mengatakan, Bapak Ketua dan
Majelis, 3 pasal ini satu rangkaian yang tidak bisa dipisah; 28, 30, 32 itu
dan betul-betul kita harus mengakui seperti dikatakan Yamin, “Besar
dosanya kalau kita tidak mengakui kekurangan-kekurangan.”
Lepas daripada itu itikad baik atau tidak, apalagi naskah akademis
tadi dikatakan oleh Pak Natabaya belum ada waktu itu karena memang
ini masih tahun 2002, barangkali 2003. Tetapi jelas undang-undang itu
sendiri, perubahan Undang-Undang Dasar sudah ada waktu itu Pasal 24
ayat (3) yang menjadi cantelan daripada harusnya kalau menjadi logika
daripada Undang-Undang Advokat tentu harus menjadi suatu dasar
untuk membuat ini. Kalau memang sekiranya dari keseluruhan-
keseluruhan permasalahan ini terjadi, memang di dalam campur tangan
negara ini apakah benar dia masuk dari sudut Undang-Undang Advokat
atau mungkin sekarang ada yang dibicarakan mengenai Undang-Undang
RUU Undang-Undang Bantuan Hukum, menjadi permasalahan bagi kita
untuk memikir kembali ke depan yang mana yang lebih tepat campur
tangan negara. Tetapi kalau lepas dari campur tangan negara dalam
satu welfare state, sedangkan negara liberal Belanda juga
mencampurinya, saya kurang tahu di mana letak kita sekarang.
Rechtsidee Undang-Undang Dasar 1945 itu bagaimana menata seluruh
sistem organisasi yang tadi kita sudah tunjukkan di mana letak
organisasi advokat kalau dia organisasi publik. Kalau dia ormas menjadi
soal kenapa ada larangan-larangan untuk muncul hak berserikat yang
lain.
Saya kira demikian secara umum, Pak Ketua (…)

34
147. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, tadi ada saya (…)

148. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Bisa saya lanjutkan, Pak? Untuk penegasan karena hubungan


dengan negara, campur tangan dengan negara, bisa saya hubungkan?

149. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, boleh, silakan.

150. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Ahli, saya mau mengulang pertanyaan saya bagaimana campur


tangan negara di Belanda dan Inggris yang kita bicarakan selama ini,
khususnya di Pasal 9D dari Advocaten Wet yang menyatakan, “Board of
governors shall supervise the study program and the exam,” maksudnya
bar examination, “The board of governors shall have five members,
three of it are to be appointed by the Minister of Justice…, jadi ada
campur tangan Minister of Justice..., And two by the assembly of
delegates. The Minister of Justice shall also elect the chairman from
among the members. The members of the board of governors shall
retired after four years of office and maybe re-appointed once…dan
kalau saya lihat Solicitor Act di Inggris, di sini dinyatakan bahwa semua
orang yang jadi solicitor hanya boleh praktik kalau dia admitted by the
society dan kemudian harus ada pengesahan dari pengadilan. Saya
bacakan part 1 dari Pasal 2 ayat (1) the society…, maksudnya law
society…, with the concurrent of The Lord Chancellor, The Lord Chief
Justice and The Master of The Rolls may regulation, make regulation and
this Act refer to training regulation, kursus advokat about education and
training for person seeking to be admitted or to practice as solicitor, jadi
untuk solicitor harus ada pengakuan negara, tidak bisa begitu saja
organisasi. It shall be the society duty before submitting training
regulation to The Lord Chancellor, The Lord Chief Justice and The Master
of The Rolls for their concurrent on the subsection one to consult the
security of state…, pemerintah…, if so direct any person, or body, or
person specified in the direction. Jadi, di sini jelas campur tangan negara
tidak bisa kita nafikan.
Terima kasih.

35
151. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):
MARUARAR SIAHAAN

Ya, saya kira saya tadi secara umum barangkali tidak…, tidak
begitu jelas bahasa saya. Sudah jelas di negara liberal seperti Inggris…,
Belanda terutama yang dirujuk oleh Pak Otto dalam pertanyaannya
kepada Pak Buyung tapi Pak Buyung tidak sempat menjawab. Staatsblad
440, saya kira itu sudah jelas termuat di sana, board of governor itu
diangkat oleh Menteri Kehakiman. Ketuanya itu kemudian itu diangkat
oleh Menteri Kehakiman. Tapi, kita sudah dinyatakan tadi dengan tolok
ukur yang saya berikan, organisasi advokat itu sudah organ publik tapi
perilaku ormas.
Bayangkan, kekacauan ini akan terjadi berlanjut. Apa pun yang
akan kita perdebatkan tadi, apakah itu sah apa tidak. Akan tidak
berujung pangkal kalau ini tidak diperbaiki. Karena Constituent Act
daripada penyandang organisasi advokat tunggal itu harus ada.
Katakanlah itu semacam sertifikatlah bahwa sudah…, advokat sudah
kumpul, “Oke, ini dia Pak.” Siapa yang akan menentukan itu? “Itu, di
undang-undang tidak ada, Pak Nata.” Seharusnya kalau zaman dulu itu,
Menteri Kehakiman lah, tapi, supervisor…, supervisory authority-nya ada
pada Mahkamah Agung. Sekarang itu semua hilang karena adanya
konsepsi self governing, self regulating dari organisasi advokat. Ini dia
sumber malapetaka itu Pak. Oleh karena itu menurut saya undang-
undang ini meskipun 3 pasal menurut saya sudah jelas inkonstitusional,
keseluruhan undang-undang harus dinyatakan inkonstitusional dan
menugaskan DPR untuk membentuk yang baru kembali. Saya kira itu
pandangan saya, mudah-mudahan sudah merangkum keseluruhan.
Terima kasih, Pak.

152. PIHAK TERKAIT (PERADI): ELZA SYARIEF

Saya, Pak. Terima kasih, Majelis Konstitusi Yang Terhormat.


Ahli, saya didasarkan pada Putusan MK Nomor 14/PUU-IV/2006
yang pada saat itu Pemohonnya adalah Alm. Sudjono dan kawan-kawan
yang antara lain melakukan judicial review atas Pasal 28 ayat (1)
Undang-Undang Advokat. Saya ingin mendapatkan suatu penjelasan
karena di dalam pertimbangan dari putusan tersebut bahwa…,
dinyatakan bahwa Peradi berfungsi sebagai organ negara dalam arti luas
yang dapat diartikan bahwa Peradi menjalankan fungsi sebagai regulator
untuk mening…, berkaitan dengan advokat untuk meningkatkan kualitas
advokat.
Saya ingin mendapatkan suatu pemikiran terhadap pertimbangan
putusan tersebut dan mendengar penjelasan dari Ahli bahwa masalah
publik itu tidak ada suatu mekanisme yang dilakukan, jadi tidak setuju
terhadap ya…, bisa diartikan tidak setuju dalam arti organ negara dalam
arti luas. Yang saya ingin tanyakan…, yang pertanyaan kedua, apakah

36
pada saat itu Ahli sebagai salah satu anggota Majelis Konstitusi dalam
pertimbangan putusan ini melakukan suatu dissenting opinion terhadap
pertimbangan tersebut? Itu, pertanyaan saya…, jadi, 2 pertanyaan saya
yang itu.
Kemudian bagaimana menyikapi atau suatu pertimbangan di
dalam putusan itu menyatakan bahwa Peradi berdiri di…, tetap tidak
melanggar sesuatu tentang kebebasan berserikat dimana faktanya
organisasi-organisasi advokat tetap eksis. Sehingga di sini ada suatu
pembedaan…, suatu organisasi profesi advokat dan organisasi advokat.
Itu saya mohon penjelasan.
Kemudian yang terakhir saya ingin mendapatkan penjelasan,
bahwa di dalam Pasal 5 Undang-Undang Advokat menjelaskan bahwa
advokat adalah penegak hukum. Ingin saya mendapatkan suatu
penjelasan tentang penegak hukum…, se…, advokat tersebut, berkaitan
dengan Catur Wangsa untuk menegakkan supremasi hukum di peradilan.
Terima kasih, itu pertanyaan saya.

153. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

154. PIHAK TERKAIT:

Baik, terima kasih, Ketua Majelis Hakim Yang Mulia. Saudara Ahli
yang kami hormati, pertanyaan kami adalah berkenaan dengan
penajaman terhadap keterangan yang telah Ahli berikan pada sidang
tanggal 8 Maret 2011. Kami mencatat berdasarkan risalah sidang pada
halaman 132, Ahli pada saat itu mengatakan, “Ketentuan peralihan
memang di masa lalu sudah kita uji Pak, tetapi saya paham betul ini.
Pada masa lalu juga saya agak keberatan dengan pertimbangan itu,
tetapi tidak saya buatkan suatu dissenting waktu itu. Suatu ketentuan
peralihan tidak boleh dianggap selesai dengan berlakunya waktu yang
disebut.”
Khusus tentang keterangan Ahli tadi, ini kami kaitkan dengan
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2006 tentang
Pemberlakuan Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi, dimana
pada bagian kedua prinsip ketidakberpihakkan dikatakan sebagai berikut,
“Hakim Konstitusi dilarang memberikan komentar terbuka atas perkara
yang akan sedang diperiksa atau sudah diputus, baik oleh Hakim yang
bersangkutan atau Hakim Konstitusi lain.”
Yang menjadi konsen dan pertanyaan kami, bagi kami ini suatu
peristiwa yang langka, di mana suatu proses persidangan mengajukan
Ahli adalah seorang mantan hakim, dimana mantan hakim itu tersebut
pernah memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang sedang kita
persoalkan sekarang.

37
Yang menjadi pertanyaan kami adalah apakah…, pertama…, Ahli
menyadari bahwa Ahli masih terikat kepada Peraturan Mahkamah
Agung…, eh…, Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2006 tadi. Itu
pertama.
Kedua, sekiranya Ahli karena sekarang sudah tidak lagi menjadi
Hakim Mahkamah Konstitusi, apakah menurut Ahli…, menurut Ahli, etis,
sikap dan perbuatan Ahli mengomentari, malahan memberikan
keterangan yang bertentangan dengan putusan yang telah diambil oleh
Mahkamah Konstitusi sebelumnya, dimana Ahli adalah salah seorang
Anggota Majelis, itu saja.
Demikian, terima kasih.

155. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Satu lagi, silakan.

156. PIHAK TERKAIT:

Terima kasih, Yang Mulia. Saya mau menanyakan kepada Ahli,


untuk para rekan-rekan advokat, yang ingin saya tanyakan hanyalah
kepada…, bahwa kita semuanya adalah lupa, apa yang ada di depan kita
itu adalah lambang negara kita, itu ada disebutkan di situ juga Bhinneka
Tunggal Ika. Artinya apa? Bahwa kita merupakan satu jati diri bangsa
kita bahwa jati diri bangsa kita sebenarnya kita juga bisa untuk
mengalahkan yang lain. Tapi sebagai pembanding dari berbagai macam,
itu mana…, itu Jepang, itu Spanyol, dan lain sebagainya, itu bahasa
polos saya, artinya apa? Bahwa mari kita kembalikan bahwa posisinya
adalah kita sebagai para advokat untuk menjadi pembela keadilan atau
penegak keadilan, artinya banyak rakyat yang kita butuhkan untuk
mencari kedilan itu, sedangkan kita yang sudah kumpul di sini adalah…,
saya artikan adalah balung pisah, artinya balung pisah apa? Mempunyai
kepentingan yang sama. Artinya…, artinya apa? Di sila ke lima sudah
dijelaskan, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Artinya, ‘ Adil’
itu tepatnya ada di mana? ‘Adil’ itu artinya kalau menurut saya adalah
menempatkan suatu pada tempatnya. Kalau semua ada berkaitan
dengan syarat, dengan kepentingan-kepentingan atau yang lain, apakah
itu atau mau single bar atau itu multi bar, semuanya itu mesti ada satu
proses atau mekanisme yang mengatur dimana pengawasan itu semua
itu bisa dilakukan dan bisa dipertanggungjawabkan.
Cuma yang ingin saya tanyakan kepada Saudara Ahli bahwa
apakah tepatnya yang di mana, kira-kira itu mau dijadikan di mana.
Karena apa? Yang jelas dengan wadah tunggal yang sekarang ini
terbentuk, artinya apa? Bahwa kita duduk bersama di sini bahwa wadah
tunggal yang sedang terbentuk ini sarat dengan apa…, syarat dengan

38
kepentingan sehingga kita juga ada salah satu komplain atau salah satu
yang berkaitan di sini tidak setuju akan adanya hal itu.
Mohon dengan itu Bapak Yang Mulia, juga saya sampaikan bahwa
saya mohon maaf apabila dari kelancangan saya, artinya apa…,
sedangkan di sini merupakan suatu problem hukum (…)

157. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Yang ditanyakan saja!

158. PIHAK TERKAIT:

Pertanyaannya 1 hal untuk Para Ahli ya, kira-kira yang mana yang
kira-kira dari berbagai fungsi itu tadi, 3 itu, apakah di KAI itu merupakan
kita merujuk adanya satu musyawarah atau kongres itu sudah mendekati
pada pasal-pasal yang dimaksud apa tidak?
Terima kasih.

159. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, silakan.

160. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Ya, terima kasih, Pak Ketua. Terima kasih juga pertanyaannya.


Yang pertama kepada Ibu Elza Syarief barangkali, memang betul saya
ikut juga di dalam putusan-putusan terdahulu yang juga sudah saya
catat itu, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi kalau saya tampilkan
di sini, memang sudah saya singgung bahwa suatu Putusan Mahkamah
Konstitusi menurut Pasal 60…, kalau sudah diperiksa ya tidak bisa lagi,
tetapi itu adalah suatu prinsip saja. Kalau keadaan berkembang yang
merupakan kondisi yang tadinya tidak terdapat pada waktu putusan itu
diambil dan itu mendasar maka Mahkamah Konstitusi bukan hanya di
Indonesia, di seluruh dunia dia akan melakukan perubahan-perubahan
itu. Barangkali Ibu Elza dulu enggak hadir waktu saya membacakan itu,
bagaimana di Amerika ada yang disebutkan constitutional revolution
karena keadaan sangat mendasar, sehingga meskipun mereka menganut
preseden, mereka beralih karena memang keadaan sudah tidak cocok.
Nah, ini di Mahkamah Konstitusi barangkali dalam soal Undang-
Undang Pemerintah Daerah Pasal 58 itu berapa kali itu diuji. Bahkan
juga tidak begitu sedramatis Undang-Undang Advokat pun atau undang-
undang mengenai perseorangan menjadi wakil kepala daerah, tapi itu
boleh kalau keadaan itu sudah berubah sedemikian rupa, sehingga perlu
lagi MK menempatkan posisinya tepat. Karena negara berkembang
seperti kita dan juga baru menganut Mahkamah Konstitusi, pasti

39
dinamika perubahan itu cepat terjadinya dalam penyesuaian dari negara
otoriter menjadi demokrasi diperlukan penyesuaian posisi MK itu.
Saya kira advokat sebagai penegak hukum saya kira di dalam
masa-masa Orde Baru jelas sudah diakui juga itu, dan menjadi bagian
yang disebut Catur Wangsa. Paling tidak secara retorika, dan menurut
saya juga di dalam penegakan hukum tidak salah bahwa advokat itu
sebagai penegak hukum. Tetapi kalau dia menjadi pejabat publik, ya
kan, menjadi pejabat publik yang memiliki hak-hak dan kebebasan yang
Hadjon bilang, ‘setara dengan jaksa’, jaksa itu satu dan tidak terbagi,
tentu bertentangan dengan hakikat daripada advokat yang memiliki
kebebasan sendiri. Penegak hukum itu memiliki ciri-ciri masing-masing.
Polisi itu lain dengan jaksa, apalagi lain dengan hakim. Dia juga memiliki
independency, tetapi juga memiliki suatu…, suatu sikap yang bisa
dikatakan turun dari pihak atasan itu, tetapi kebijakan dalam arti
yurisprudensi tetap. Tetapi kalau advokat kita katakan penegak hukum,
di satu sisi tetapi dia juga memiliki kebebasan menjadi persoalan besar,
bagaimana organisasi advokat menata itu sebagai organ publik. Apakah
organisasinya yang independent atau advokatnya? Itu jadi soal yang
harus dijawab sendiri dan saya kira sudah kita tahulah jawabannya.
Nah, mengenai persoalan saya dalam soal kode etik, memang
lama ini saya pikirkan. Kode etik itu kita renungkan betul apakah boleh.
Tetapi di dalam pembicaraan kita kalau itu untuk lebih menjelaskan dan
itu kepentingan publik, tentu saja politik itu adalah untuk menata sikap
lebih baik, itu boleh. Jangan dulu dikomentari, Pak. Ya kan?
Kenapa saya tidak membuat dissenting? Karena saya sudah
memiliki dissenting di dalam Pengujian Undang-Undang Kadin, dan saya
barangkali bersama beberapa rekan lain, sehingga saya tidak
mengulangi lagi dalam masalah organisasi advokat. Itu barangkali bisa
diperiksa nanti di situs MK.
Jadi memberikan komentar dalam arti mengurangi suatu
kredibilitas atau percaya kepada Mahkamah Konstitusi, saya tafsirkan itu
yang dilarang seorang hakim memberikan comment. Dalam rangka
bagaimana trust daripada publik menjadi berkurang karena saya
melakukan itu. Tetapi di dalam soal ini saya kira ini masalah yang
terbuka. Saya tidak mendiskreditkan putusan itu, tetapi saya
mengatakan, “Saya tidak sependapat.” Dan kenyataan perkembangan
kemudian, setelah menemukan situasi dan berubah, kita menjumpai
inilah faktanya. Anda sendiri satu sama lain memiliki tafsiran yang
berbeda, manusiawi saya kira bahwa Hakim Konstitusi juga demikian.
Tetapi Mahkamah Konstitusi harus memberikan satu putusan yang
merupakan pilihan-pilihan daripada seluruh posisi yang telah
diungkapkan di sini.
Ini yang bisa saya jawab, kalau mau dijawab apakah etis atau
tidak, etika itu adalah bagaimana berperilaku yang sebaik-baiknya, tentu
untuk masyarakat dan bangsa, dan saya menafsirkan inilah yang terbaik

40
untuk bangsa. Kita melihat, kita memberi tahu, mudah-mudahan dengan
itu ada perubahan. Masyarakat demokrasi saya kira demikian maknanya.
Nah mengenai fungsi tadi, wa…, wadah tunggal yang ditanyakan
ini, ini tergantung. Mau wadah tunggal, mau tidak tunggal, yang penting
bagaimana sebenarnya konstitusi mengaturnya, bagaimana. Tetapi
konstitusi bukan hanya teks. Dalam pembukaan sudah jelas, moralitas
konstitusi ada di sana, melindungi segenap bangsa, sudah jelas.
mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan seluruhnya, bukan
hanya mereka yang sudah mendapat kartu misalnya, mensejahterakan.
Saya ingin mengutip satu pasal lagi, Pasal 34 di Undang-Undang
Advokat itu, “Segala peraturan yang telah ada dulu harus juga dianggap
masih berlaku.” Barangkali yang tertulis dan tidak tertulis. Inventarisasi
ini juga harus dilakukan. Bagaimana sih sikap dia di masa lalu, tentang
institusi negara dalam hubungannya dengan organisasi advokat. Saya
kira ini yang bisa saya kemukakan, Pak Ketua. Saya mohon maaf kalau
kurang jelas karena suara saya agak kurang mantap.
Terima kasih, Pak.

161. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, sekarang Pak Mulya Lubis (...)

162. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Dari Pemohon, terakhir, Yang Mulia.

163. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Apa lagi?

164. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Ya, terakhir saja, Yang Mulia. Satu saja pada Pak Maruarar.

165. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Pak Maru, Pak Maru, masih ada lagi satu.

166. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Terakhir, Pak, dari Pemohon 66. Ini pertanyaan terakhir ya, Pak.
Saya ingin bertanya kepada Ahli, kalau melihat pada rentetan sejarah
proses uji judicial review tentang Undang-Undang Advokat ini, mulai dari

41
019 Tahun 2003, 06 Tahun 2004, 09/2006, 014/2006, 015/2006,
101/2009, dan 66/2010.
Pertanyaan saya kepada Ahli, ketika Ahli melihat persoalan batu
uji yang diajukan sebagai constitutional review di dalam…, atau judicial
review di dalam persoalan Undang-Undang Advokat, yang saya ingin
tanyakan, apakah Ahli ada melihat dari berbagai kasus yang muncul
diajukan dalam perkara di Mahkamah Konstitusi ini, ada tidak jaminan
ketika teks ini secara virtual hanya melahirkan sebuah konflik atau
ambiguitas di dalam materi muatannya? Kemudian ketika ini dikonversi
di dalam pelaksanaannya terjadi berbagai kesesatan pola pikir seperti
yang Ahli sampaikan tadi, lantas bagaimana Ahli bisa memberikan
sebuah pendapat di dalam forum konstitusi ini terhadap teks yang
tertulis tadi, yang bisa memberi space, memberi ruang secara judicial
constitutional bahwa persoalan ini bisa diakhiri. Itu pertanyaan yang
paling inti merangkum dari semua pertanyaan yang tadi ditujukan
kepada Ahli sebagai pernah menjadi Hakim. Tetapi yang saya tanyakan
kehadiran sebagai Ahli di sini dan itu yang kita mintakan untuk Ahli hadir
pada kesempatan hari ini.
Terima kasih.

167. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, silakan singkat, Pak Maru.

168. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


MARUARAR SIAHAAN

Ya, saya jadi teringat tadi ada juga pertanyaan yang dari dulu
sudah Pak Sudjono sudah menguji begitu. Banyak ini kasus ini saya
hanya sebutkan 3, tetapi saya bisa mengatakan bahwa pada waktu yang
lalu…, Pak Nata juga hadir di sini, permohonan-permohonan itu
sebenarnya tidak begitu, begitu serius. Apalagi ketika Pak Sudjono di sini
menumpahkan air mata yang menunjukkan suatu rasa sakit hatinya,
maka kawan-kawan melihat ini ada semacam constitutional irrelevant, air
mata dibawa di Mahkamah Konstitusi. Saya kurang tahu apa sakit
hatinya sama Pak Otto begitu sedemikian rupa, apakah ada tidak ikut
karena tidak ikut pengurus Peradi.
Jadi pada saat itu tidak begitu serius sebenarnya, karena air mata
sudah tumpah, mungkin yang paling tepat waktu itu N.O. saja itu. Kalau
di dalam yurisprudensi Mahkamah Agung ada itu bahwa Pemohon atau
Penggugat tidak sungguh-sungguh, N.O. Ini barangkali sejarahnya
begitu.
Nah, kalau ditanya sekarang bagaimana mengakhiri? Saya kira
inilah kita berharap kepada Mahkamah Konstitusi, yang sudah dikutip
tadi Pak Nata barangkali, “Di sinilah tempatnya.” Tetapi teori daripada
Kelsen yang mengatakan, “MK itu negative legislator,” tidak lagi

42
sebenarnya, sudah ditinggalkan. Positive legislator dan MK barangkali
akan memberi petunjuk bagaimana cara membuat Undang-Undang
Advokat yang sedikit banyak…, atau bukan sedikit banyak…, yang pasti
mengacu kepada konstitusi. Tentu Konstitusi Republik Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 dengan segala jiwa, spirit, moralitas yang
ada di dalamnya, itulah yang bisa mengakhiri saya kira. Dan kemudian
dengan arah, petunjuk, dan rumusan yang disampaikan kepada DPR
barangkali ini akan bisa diakhiri.
Terima kasih, Pak Ketua.

169. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, silakan Pak Mulya Lubis, sekarang.

170. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Baik, Pak Mulya Lubis, saya mulai pertanyaan. Permisi Majelis,


Ketua Majelis. Apakah Dr. Mulya Lubis bisa menjelaskan mengenai
masalah non derogable rights khususnya mengenai right for assembly
atau freedom of assembly yang kemudian kaitannya dengan 3 instrumen
internasional, khususnya Pasal 17 dari International Bar Association on
the Standard in the Freedom of the Legal Professions dan kemudian
United Nation Basic Principles on the Role of Lawyers. Dan satu lagi
dokumen Singfi barangkali yang barangkali tidak disebutkan tapi saya
tambahkan, khususnya dalam freedom of association and freedom of
assembly itu, bagaimana perdebatan di sidang ini mengenai derogable
dan non-derogable. Singkat kata saya ingin penjelasan, apakah pada
waktu tahun 2000-an ketika RUU Advokat disusun pada waktu itu, yang
tadi saya baru tahu tidak ada naskah akademiknya, apakah keadaan itu
waktu itu negara dalam keadaan darurat? Apakah ada pelanggaran hak
asasi manusia yang tadi oleh Prof. Saldi Isra dikatakan, sehingga
menyebabkan batasan-batasan terhadap hak-hak berserikat dan
assembly tadi. Saya mohon penjelasannya mengenai itu semua.
Terima kasih.

171. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Masih ada lagi? Sekaligus ditampung. Kalau tidak ada, silakan


dijawab.

172. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


TODUNG MULYA LUBIS

Terima kasih, Yang Mulia. Memang dalam hak asasi manusia, kita
mengenal apa yang disebut derogable right dan non derogable right.

43
Apakah kebebasan berserikat atau berkumpul itu masuk dalam kategori
non derogable right atau tidak?
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 kita bisa membaca dengan
sangat jelas yang mana saja yang masuk dalam non derogable human
right, dan hak beserikat atau berkumpul ini memang tidak dikategorikan
sebagai non derogable human right. Nah, tetapi apakah ya,
pelaksanaannya bisa dibuat sedemikian rupa dan tanpa ada batu uji
yang jelas.
Dalam konteks ini, saya ingin singkat saja, ada 2 batu uji yang
memang haru dipenuhi kalau ingin membatasi non derogable human
right itu, yaitu apa yang disebut sebagai in time of public emergency.
Kalau memang ada public emergency, keadaan darurat, memang hak
berserikat itu bisa dibatasi. Kalau keadaan sama sekali tidak emergency,
tidak ada yang bisa membatasi kebebasan berserikat karena itu adalah
hak konstitusional yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar dan dijamin
juga oleh Kovenan Hak Sipil dan Politik, dijamin juga oleh UN Declaration
of Human Right.
Nah, batu uji yang kedua adalah kalau tadi saya sebutkan sebagai
public emergency. Nah, public emergency itu dalam artian apa, dia
mengharuskan ada pembatasan? Dalam bahasa…, penjelasan dari
International Covenant on Civil And Political Rights dikatakan to the
extent straightly required by the accidences of the situation, dalam hal
dimana keadaan-keadaan itu membutuhkan ada pembatasan-
pembatasan hak berserikat. Nah, ini yang dijadikan sebagai batu uji
untuk mengatakan, apakah dia bisa dilanggar atau tidak? Apakah dia
bisa dibatasi atau tidak?
Nah, dalam konteks ini, tadi Saudara Kuasa…, Saudara Pemohon
menga…., menga…, mengajukan pertanyaan, “Bagaimana non derogable
human right ini dikaitkan dengan Pasal 17 International Bar
Association?” yang saya kutip dalam penjelasan saya, karena dalam
penjelasan saya, saya mengatakan dalam…, dengan mengutip ini “There
shall be established in jurisdiction one or more independent self-
governing associations of lawyers, recognized in law.” Nah, kalau kita
perhatikan, ini adalah principles yang diatur dalam IBA Standard
(International Bar Assosiation Standard). Dan kalau kita melihat secara
harfiah rumusan pasal ini, dia menyebutkan tidak dalam konteks
singular, tapi dia menyebutkan dalam konteks plural atau majemuk. “In
jurisdiction there shall be established one or more independent self-
governing associations.” Jadi ada kata ‘s’ sebagai tambahan dari
association di sini.
Jadi, kemajemukan itu adalah konsekuensi logis dari diakuinya
kebebasan berserikat tersebut. Nah, tadi disebutkan juga Pasal 24 dari
UN Basic Principles. Nah, Pasal 24 dari UN Basic Principles juga
mengakui hal yang sama. Karena dikatakan dengan sangat tegas di sini
bahwa lawyer shall be entitled to form and join self-governing
professional associations.” Sekali lagi, saya ingin menggaris bawahi,

44
perkataannya adalah “Self-governing professional associations” dalam
konteks majemuk…, dalam konteks plural, bukan dalam konteks
singular. Dalam bahasa yang harfiah, ini dikat…, diartikan sebagai
kemajemukan.
Nah…, Yang Mulia Ketua Majelis dan Hakim Anggota Majelis
Mahkamah Konstuitusi. Penjelasan ini adalah penjelasan yang tidak perlu
dijelaskan. Dan saya kira, saya tidak ingin menambah kerumitan ini
dengan memberi contoh-contoh di tempat lain. Walaupun dalam
penjelasan saya…, dalam keterangan saya sebelumnya saya sudah
mengambil contoh apa yang terjadi di Jepang dan apa yang terjadi di
Jerman. Sebagai tambahan kecil saja, saya mungkin bisa menjelaskan
karena saya hadir dalam banyak pertemuan International Bar Assosiation
di beberapa tempat. Dan dalam pertemuan International Bar Assosiation
yang saya hadiri, memang persoalan ini selalu mengemuka, selalu
muncul, karena ketika saya bicara dengan Executive Director dari
International Bar Assosiation Sudara Jim Ellis dalam suatu IBA
Conference di Argentina pada waktu itu, nah dia menjelaskan bahwa ada
beberapa negara yang memang mempersoalkan dan mengeluh karena
ada campur tangan negara terlalu banyak dalam kebebasan berserikat
dalam mengatur profesi advokat ini.
Nah, ini yang saya alami dan saya ikut diskusi dengan Direktur
Eksekutif Jim Ellis pada waktu itu…,yang sekarang karena sudah ada
kepengurusan yang baru dari International Bar Association dia tidak lagi
menjabat sebagai Executive Director. Ini mungkin penjelasan singkat
saya, Yang Mulia.

173. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Satu lagi (…)

174. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Masih ada? Silakan.

175. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Saudara Ahli, mohon dijelaskan sehubungan dengan Pasal 28 ayat


(1) yang kita tadi kita jelaskan mengenai satu-satunya organisasi itu,
apakah di dalam keadaan sekarang ini apa benar 8 organisasi dan lain-
lainnya barangkali sebelumnya sudah berdiri, antara lain Peradin, dapat
berkembang dan tumbuh, berkompetisi dengan organisasi yang katanya
satu-satunya diakui oleh undang-undang dan Mahkamah Agung Republik
Indonesia, melakukan fungsi-fungsi seperti regulator body function,
supervisi function, kode etik dan lain-lainnya, ujian bar exam, apakah

45
juga bisa punya authorized function untuk melakukan pelantikan dan lain
sebagainya, apakah itu sama semuanya, apakah ada equality before law
dalam hal ini, dan apakah betul ada freedom of expression kepada
semua organisasi advokat yang ada, setara dengan apa yang dinamakan
Peradi dan barangkali KAI yang mengaku wadah tunggal itu?

176. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


TODUNG MULYA LUBIS

Ya, secara faktual kita bisa membuktikan bahwa memang ada


inequality atau ketidaksamaan hak. Nah, tadi sudah cukup banyak Ahli
menjelaskan…, Ahli-Ahli yang lain maksud saya, menjelaskan mengenai
keberadaan kemajemukan organisasi ini. Dan kalau bicara mengenai
fungsi regulasi, regulator function dari satu organisasi advokat misalnya,
saya tidak ingin mengulangi apa yang dikatakan oleh Pak Ahli Maruarar
Siahaan…, Dr. Maruarar Siahaan karena menurut saya sudah sangat
clear dan saya hanya ingin mengatakan bahwa saya ingin melihat
persoalan kebebasan berserikat ini dalam konteks the living constitution
sebagai sebuah konstitusi yang hidup.
Dan Pasal 28 ayat (1), yang tadi dipertanyakan oleh Saudara
Pemohon, memang bisa dilihat secara sempit, tapi saya lebih memilih
melihat ini secara dinamis, sesuai dengan penafsiran the living
constitution itu dan dalam konteks ini memang banyak persoalan
konstitusional yang bisa diurut karena persolannya bukan semata-mata
persoalan organisasi advokat yang ditengarai sebagai wadah tunggal itu
sendiri, tapi turunan pelanggaran-pelanggaran hak-hak konstitusional
yang terjadi akibat imposisi dari wadah tunggal tersebut.
Nah, pembajakan beberapa hak publik yang tadi dikatakan, yang
menimbulkan inequality itu adalah fakta yang tidak bisa dipersoalkan dan
menurut saya kita semua tahu tidak ada equality itu, tidak ada
persamaan itu. Jadi, ini…, ini jawaban singkat saya.
Terima kasih.

177. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Terima kasih.

178. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Cukup, silakan duduk.

179. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Ya, Majelis. Ada pertanyaan dari Pihak Terkait, bisa?

46
180. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

181. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Ya, terima kasih Majelis Hakim. Saudara Saksi, Saudara Saksi dari
awal-awal persidangan, Saudara Ahli, Ahli dari awal-awal persidangan ini
mengutarakan tentang di luar negeri. Ada banyak federasi dan segala
macamnya itu, saya…, yang menjadi pertanyaan saya, apakah dari suatu
organisasi di luar negeri ini bisa loncat kalau tidak senang dalam
organisasi tersebut atau karena ditindak di situ karena melanggar
sesuatu pindah ke tempat lain bahkan mendirikan yang baru, apakah ini
yang dimaksud dengan hak asasi manusia? Itu yang pertama.
Kedua, juga di luar negeri, apakah yang diangkat…, telah
diangkat menjadi pejabat negara itu bisa masih berpraktik dalam praktik
advokat? Kalau di Indonesia sesuai dengan pasal berapa itu…, Pasal 20
ayat (3) itu tidak diperbolehkan, termasuk Yang Mulia Akil Mochtar ini
sudah tidak meninggalkan baju advokat, dia sekarang sudah pakai toga
Mahkamah, Patrialis Akbar dan banyak itu. Tapi di kita ini dan di ruangan
ini ada, saya tunjuk saja bahwa Pemohon ini juga demikian bahwa saya
tahu beliau ini telah diangkat menjadi Komisi Hukum Nasional, tetapi itu
ada pejabat negara saya baca apanya…, tapi masih bisa berprakrik.
Apakah ada di luar negeri yang demikian?
Terima kasih.

182. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Bu Elza.

183. PIHAK TERKAIT (PERADI): ELZA SYARIEF

Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Saya ingin penjelasan


dari Ahli yang kaitan dengan tujuan pembentukan Undang-Undang
Advokat, yang…, karena kita perlu penjelasan itu dikaitkan dengan
penjelasan dari Ahli yang mengatakan bahwa kebebasan berserikat dan
berkumpul yang masuk dalam bab warga negara dan penduduk.
Sedangkan sesuai dengan keterangan dari DPR RI waktu itu diwakili oleh
Bapak Hamdan Zoelva dan Bapak Akil Mochtar, memberikan penjelasan
tentang advokat merupakan bagian di dalam kehakiman yaitu Pasal 24
Undang-Undang Dasar 1945, yang mana merupakan badan-badan atau
lembaga-lembaga yang mendukung terhadap penegakan hukum. Karena
itu di dalam Pasal 5 Undang-Undang Advokat, advokat dinyatakan
sebagai penegak hukum.
Dari melihat tujuan pembentukan Undang-Undang Advokat, yang
dikaitkan dengan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, tujuannya

47
adalah berkaitan dengan penegakan hukum dan dalam kaitan Catur
Wangsa, untuk meningkatkan kualitas advokat, bukan untuk bertujuan
membuat perserikatan, berkumpul seperti yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang berkaitan dengan bab warga negara dan
penduduk. Karena ini profesi, dan itu adalah yang bersifat umum,
sedangkan ini bersifat khusus. Mohon penjelasan dari Ahli.

184. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan, Pak Todung.

185. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):


TODUNG MULYA LUBIS

Terima kasih, Yang Mulia. Saya tidak tahu pengalaman di semua


negara tentunya, tapi dari apa yang saya dapatkan, dari beberapa
kehadiran saya di beberapa pertemuan internasional, kemungkinan
dalam sebuah keadaan dimana ada kemajemukan organisasi advokat ya,
berpindah dari satu organisasi ke organisasi yang lain itu tidak dilarang,
itu dimungkinkan. Dan apakah yang bersangkutan pindah atau tidak, itu
pertanyaan kedua. Tapi juga sangat mungkin bahwa ada yang tidak
membolehkan untuk berpindah dari satu organisasi ke organisasi yang
lain. Tapi pengalaman saya, dari apa yang saya tahu, bahwa
kemungkinan untuk pindah di beberapa tempat itu dimungkinkan,
karena itu tidak pernah dilarang, tapi juga mungkin di tempat lain bisa
saja ada yang tidak membolehkan itu ketika dia akan pindah ke tempat
yang lain.
Nah, apakah seorang yang menjadi pejabat…, ya ini memang
persoalan etika yang saya kira harus dilihat dalam konteks, ya. Apakah
menjadi pejabat itu betul-betul absolut, tidak bisa menjalankan fungsi
sebagai advokat pada waktu-waktu dan kondisi-kondisi tertentu. Saya
tidak ingin membuat suatu generalisasi dalam hal ini. Karena kalau
ditanyakan kepada saya apakah mantan Hakim Agung misalnya, bisa
menjadi advokat, saya akan dengan sangat tegas mengatakan, “Mantan
Hakim Agung seharusnya tidak boleh menjadi advokat.” Itu ada satu…,
apa…, satu etika yang sudah menjadi semacam hukum kebiasaan
internasional di manapun juga. Saya tidak pernah melihat, misalnya
Ketua Mahkamah Agung Amerika misalnya, menjadi advokat atau
menjadi konsultan. Tapi ketika menjadi pejabat dalam sebuah komisi
yang tugasnya lebih misalnya sebagai menjadi fact finding atau lebih
sebagai policy making atau policy formulations, pembuatan formulasi
kebijakan, nah tidak ada ketentuan yang melayani itu, apalagi lembaga
semacam ini lebih sifatnya sebagai lembaga yang Ad Hoc misalnya. Jadi
mesti dilihat juga dalam konteks lembaga yang mana, komisi yang
mana. Jadi garis pisah yang begitu tegas seperti itu harus dilihat juga
secara kontekstual dalam konteks apa kita mempertanyakan ini.

48
Nah, soal tujuan Undang-Undang Advokat, saya sekali lagi tidak
ingin mengulangi, karena memang kita tadi sudah mengatakan bahwa
harus ada perbaikan kualitas profesi advokat ini. Karena profesi advokat
ini dianggap sebagai aparat penegak hukum, the officer of the court’.
Nah, ketika dia bicara mengenai posisi advokat sebagai the officer of the
court, memang kualitas profesi itu menjadi sangat penting. Nah,
pertanyaan Pemohon tadi menjadi sangat penting mengenai ujian untuk
menjadi profesi advokat ini. Karena di sinilah saya kira persoalan-
persoalan ujian dan pelaksanaan kode etik itu menjadi hal yang sangat
krusial, strategis, dalam menentukan profesi advokat. Di negara seperti
Australia, itu pelaksanaan kode etik diatur dengan sangat tegas, dimana
tidak mungkin advokat yang masih aktif, masih punya potensi
kepentingan atau konflik kepentingan, menjadi Anggota Majelis Kode
Etik.
Dengan demikian, pelaksanaan kode etik itu bisa jalan dengan
cukup berwibawa, dan putusannya bisa dihormati, dan tidak ada
benturan kepentingan. Nah, ujian advokat di Amerika juga tidak
diadakan oleh American Bar Associations. Diada…, dia diadakan oleh
suatu badan otonom, misalnya, Badan otonom yang melakukan ujian
seperti TOEFL untuk bahasa Inggris, dan betul-betul independent, gitu.
Jadi tidak ada vested interest dalam pelaksanaan ujian ini. Nah ini
mungkin yang perlu juga dipikirkan kalau kita mengatakan…,
meningkatkan kualitas profesi advokat. Dan pertanyaannya adalah,
apakah tujuan Undang-Undang Advokat yang tadi dikaitkan dengan
posisi advokat sebagai aparat penegak hukum atau the officer of the
court itu akan jauh lebih terjamin kalau ada ketentuan yang jelas
mengenai standar pofesi dan pelaksanaan kode etik. Saya tidak
sepenuhnya menolak keterlibatan pemerintah dalam hal semacam ini.
Karena di Amerika, di beberapa negara bagian, Mahkamah Agung dan
wakil dari pemerintah duduk dalam Majelis Pelaksanaan Kode Etik. Di
California, dimana saya telah belajar…, wakil dari Mahkamah Agung
California, dan wakil dari Pemerintah Daerah California, ikut dalam
Majelis Kode Etik semacam ini. Jadi ini bagian dari upaya untuk
meningkatkan kualitas profesi yang mungkin akan lebih acceptable, lebih
bisa diterima ketimbang dia tidak jelas aturan mainnya.

186. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Baik, terima kasih, Pak. Silakan duduk.

49
187. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010):
TODUNG MULYA LUBIS

Terima kasih.

188. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Yang terakhir…, cukup, Pak.


Pak Saldi, jadi Saudara..., karena kami punya sidang lagi, jadi Pak
Saldi untuk hari ini yang terakhir tampil, nanti sisanya yang belum ini…,
untuk Saksi-Saksi ini pada sidang berikutnya. Silakan, Pak Saldi. Apa ada
yang akan ditanyakan kepada Saldi, silakan.

189. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): TAUFIK BASARI

Baik, singkat saja. Saudara Ahli, dalam permohonan kami, kami


menyebutkan setidaknya tujuan hukum itu adalah keadilan, kepastian,
dan kemanfaatan. Nah pertanyaannya, apabila suatu norma yang
mungkin awalnya ketika dirumuskan bermaksud untuk suatu hal yang
ideal dan baik, namun, ketika norma tersebut berlaku malah
menimbulkan kemudharatan, keburukan, ketidakpastian hukum, bahkan
juga menghalang-halangi hak asasi seseorang, maka, apakah terdapat
persoalan inkonstitusionalitas di dalam norma tersebut?
Yang kedua, terkait dengan pertanyaan pertama, apakah keadaan
yang demikian itu dapat dikatakan telah melanggar Pasal 28D ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945?
Itu saja, terima kasih.

190. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


SALDI ISRA

Terima kasih, Ketua Majelis dan Majelis Hakim Konstitusi Yang


Mulia, Hadirin sekalian yang saya hormati. Dalam filsafat hukum itu
memang ada 3 hal yang saling tarik-menarik dan saling berkejaran:
kepastian, kemanfaatan, dan keadilan. Kalau ditanya, ketiga-tiganya
diupayakan untuk diwujudkan tapi suatu yang tidak masuk di akal
mewujudkan ketiga-tiganya. Kalau ada tarik-menarik diantara ketiganya,
lalu yang mana yang paling harus dipikirkan dan didorong bersama-sama
adalah bagaimana mendorong kemanfaatan dari pemberlakuan hukum
itu sendiri. Kepastian menjadi tidak ada gunanya kalau kemudian
‘membunuh’ kemanfaatan dari hukum itu sendiri. Dalam konteks itu Ahli
berpendapat bahwa kehadiran Pasal 28 ayat (1) sebagaimana
disebutkan tadi, itu dapat dianggap bertentangan dengan apa yang
hendak dituju oleh Undang-Undang Advokat itu sendiri adalah

50
mewujudkan profesi advokat dan undang-undang ini tujuannya
memberikan perlindungan kepada advokat. Kalau kemudian dalam
praktik ternyata ada yang tidak terlindungi, tujuan dari pembentukan
undang-undang ini menurut saya tidak tercapai.
Oleh karena itu, Majelis Hakim Konstitusi harusnya melihat
kemanfaatan dari hukum itu sendiri. Saya meyakini bahwa keadilan
substantif itu kuncinya ada pada kemanfaatan yang diperoleh dari tujuan
penegakan hukum itu sendiri.
Nah, oleh karena itu, menurut saya, saya beranggapan dengan
ada praktik yang menunjukkan pengabaian terhadap keadilan seseorang,
keadilan advokat, orang yang berniat menjadi advokat, kemudian
terganjal karena adanya klausul atau frasa ‘satu-satunya organisasi,’
menurut saya itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

191. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Lagi?

192. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Bisa, Majelis?

193. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan.

194. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Satu pertanyaan, saja. Prof. Saldi Isra, saya mau tanyakan, kalau
saja Pasal 28 ayat (1) dari Undang-Undang Advokat itu melanggar hak
berserikat (freedom of assembly) apakah itu juga berpotensial
melanggar hak untuk mengemukakan pikiran dan pendapat (freedom of
expression) atau mungkin juga hak-hak asasi atau hak konstitusional
lainnya dari para Pemohon maupun advokat pada umumnya dan paling
penting adalah para justicia belen di Republik Indonesia ini?
Terima kasih.

51
195. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):
SALDI ISRA

Terima kasih. Melarang orang berkumpul, berasosiasi, itu menurut


saya menjadi inti awal orang untuk bisa berekspresi. Kalau berkumpul
dibatasi oleh batasan-batasan tertentu, pada ujungnya orang akan
kehilangan kesempatan untuk berekspresi. Dalam konteks posisi
advokat, menurut saya, kalau kemudian ada larangan-larangan seperti
itu akan jelas berpengaruh terhadap proses penegakan hukum yang
diinginkan sendiri oleh Undang-Undang Advokat ini.

196. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Cukup? Ada? silakan.

197. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Saudara Prof. Saldi yang amat terpelajar, Saudara Ahli tadi di


dalam melihat persoalan ini Saudara mengkaitkan dengan persoalan
kemanfaatan. Memang…, bisa dibenarkan bahwa ada persoalan
rechtmatigheid, doelmatigheid, dan wetmatigheid di dalam problem
kosntitusi.
Tetapi yang ingin saya tanya dari pandangan Ahli, saya ada
melihat ada problem legal semiotik yang muncul, ada segi
ketatabahasaan, ada problem linguistik di samping problem legalistik.
Nah, yang saya ingin tanyakan kepada Ahli, bagaimana pisau analisis
Saudara Ahli ini bisa gunakan di dalam merumuskan…, di dalam proses
uji judicial review ini sebagai sebuah tanggapan terhadap problem ya,
pasal-pasal yang diajukan ketika will be slid pembentuk…, kehendak
pembentuk undang-undang ini menimbulkan bias di dalam
implementasinya atau katakanlah tidak ada jaminan di dalam
pelaksanaannya.
Terima kasih.

198. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


SALDI ISRA

Terima kasih, Majelis Hakim yang saya homati. Problem yang


timbul dalam praktik, kemudian kalau itu diperdebatkan ini bukan
problem konstitusionalitas, menurut saya harus dilihat norma mana yang
menimbulkan problem itu. Kalau norma yang menimbulkan problem itu
kemudian berpotensi melanggar aturan-aturan yang ada di konstitusi,
kemudian rujukannya harus ke konstitusi. Nah, kalau ini kita dudukkan
kepada Teori Kelsen misalnya, norma yang paling tinggi itu, itu yang
menjadi standar penilai yang di bawahnya.

52
Terima kasih.

199. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Sekarang sayap kiri. Pak Otto sama Elza Syarief, silakan.

200. PIHAK TERKAIT (PERADI): OTTO HASIBUAN

Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia.


Saudara Ahli, saya ingin menanyakan beberapa hal. Tadi Ahli
menyatakan bahwa Pasal 28 tersebut mempunyai potensi bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar dengan mengaitkan tujuan dibuatnya
Undang-Undang Advokat ini. Tetapi Ahli hanya mengutip satu saja
daripada tujuan dibuat Undang-Undang Advokat itu yaitu hanya di butir
C, sedangkan di butir A dan B Saudara Ahli tidak mengutipnya. Oleh
karena itu supaya jelas saya mengutip apa yang disebutkan dalam
pasal..., di butir A. Di bagian menimbang disebutkan bahwa Negara
Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan
bangsa..., saya ulangi di sini tata kehidupan bangsa yang sejahtera,
aman, tenteram, tertib, dan berkeadilan. Yang B, disebutkan bahwa
kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur tangan dan
pengaruh dari luar memerlukan profesi advokat yang bebas, mandiri,
dan bertanggung jawab..., sekali lagi di sini bertanggung jawab, untuk
terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki kepastian
hukum bagi semua pencari keadilan, dalam menegakkan hukum,
kebenaran, keadilan, dan hak-hak asasi manusia.
Di C tadi yang Ahli sudah bacakan adalah disebutkan begini,
bahwa advokat sebagai profesi yang bebas dan mandiri bertanggung
jawab dalam menegakkan hukum, perlu dijamin dan dilindungi oleh
undang-undang demi terselenggaranya upaya penegakan hukum. Kalau
di bagian..., di butir C di sini adalah perlindungan terhadap advokat,
maka jelas di bagian A dan B itu adalah perlindungan terhadap pencari
keadilan. Sehingga linier dengan apa yang dikatakan oleh Saudara Ahli
Abdul Hakim Nusantara, tujuan undang-undang ini adalah perlindungan
kepada pencari keadilan dan perlindungan terhadap pencari keadilan itu
adalah merupakan tanggung jawab negara untuk melindunginya. Oleh
karena itu diperlukan suatu organisasi profesi yang kuat, sebab kalau
tidak ada suatu organisasi yang kuat, tidak ada standarisasi organisasi
yang kuat, maka berpotensi pulalah para advokat itu menjadi
mempermainkan para kliennya, mempermainkan para pencari keadilan,
sehingga tidak terlaksanalah tujuan daripada kemakuran dan keadilan
tersebut.
Oleh karena itu kalau Pasal 28 itu dikaitkan dengan pasal...,
bagian butir C ini, yaitu perlindungan terhadap pencari keadilan,
tercapainya peradilan yang jujur, bagaimana pola keseimbangannya?

53
Kalau tadi kan Ahli mengatakan hanya perlindungan terhadap advokat,
sementara di sini ada perlindungan terhadap para pencari keadilan dan
juga perlindungan kepada keadilan daripada masyarakat tersebut.
Terima kasih.

201. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Elza Syarief, ditampung…, terus, terakhir ya ini. Silakan.

202. PIHAK TERKAIT (PERADI): ELZA SYARIEF

Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia.


Mohon dijelaskan oleh Ahli, di dalam kebebasan berserikat,
berkumpul yang masuk dalam bab warga negara dan penduduk dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dimana kebebasan itu masuk di dalam
pembentukan organisasi massa dan lain-lain itu masuk dalam
Departemen Dalam Negeri. Nah, sedangkan profesi advokat itu masuk
dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 yang mana tentang
kehakiman, itu dinyatakan..., adalah organisasi yang dimaksud ini bukan
organisasi massa, bukan organisasi warga negara, tetapi organisasi
profesi advokat, yang mana sebagai penegak hukum. Itu saya ingin
penjelasan dan korelasi yang pada saat sebelum adanya undang-undang
advokat ini dibentuk itu tentang masalah regulasi ini dipegang oleh
Departemen Hukum dan HAM. Sehingga saya ingin menjelaskan apa bisa
disamakan yang kedua posisi ini? Yang satu dulu dibentuk oleh
departemen..., diatur oleh Departemen Dalam Negeri dan sekarang...,
waktu dulu diatur dalam Departemen Hukum dan HAM yang dialihkan
kepada organisasi profesi advokat..., saya enggak mau ini profesinya
dihilangkan ya, profesi advokat, yang akhirnya dipegang oleh..., itu
untuk mengambil regulatornya.
Nah, yang tidak membatasi atau mematikan organisasi-organisasi
yang dibentuk oleh advokat yang dikaitkan dengan warga negara. Terus
kemudian saya ingin juga menjelaskan..., mohon penjelasan tentang
keadilan, dimana semua warga negara itu bebas..., mempunyai hak
untuk mendapatkan pencarian atau mendapatkan mata pencahariannya.
Itu sifatnya yang umum. Tetapi jika ingin masuk menjadi tentara,
ataupun menjadi hakim, ataupun menjadi apa pun ya, di situ dibatasi
oleh suatu syarat-syarat. Apakah itu suatu yang tidak adil atau itu suatu
melanggar HAM, itu mohon penjelasan.

54
203. PIHAK TERKAIT (PERADIN): ROPAUN RAMBE

Satu lagi (...)

204. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Masih?

205. PIHAK TERKAIT (PERADIN): ROPAUN RAMBE

Masih, Pak.

206. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, silakan.

207. PIHAK TERKAIT (PERADIN): ROPAUN RAMBE

Saudara Ahli, tadi dari awal telah menjelaskan tentang rumusan


pembuatan Undang-Undang Advokat. Tadi pendapat Ahli ada
menerangkan bahwa Undang-Undang Advokat ini non akademis, tentu
berpengaruh kepada aturan-aturan norma beriktunya terhadap undang-
undang itu sendiri. Mohon kepada Ahli menjelaskan, kalau yang
demikian terhadap rumusan undang-undang non akademis.
Terima kasih.

208. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Silakan dipersingkat, Pak Saldi.

209. AHLI DARI PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010):


SALDI ISRA

Terima kasih, Ketua Majelis dan Majelis Hakim yang saya


muliakan. Izinkan saya untuk tidak menjawab pertanyaan nomor 1
Ibu Elza Syarief karena itu tidak bagian saya kemukakan dalam
keterangan sebagai Ahli. Saya tidak menjelaskan struktur, tapi lebih
kepada hal-hal lain di luar itu, Bu Elza. Saya mohon maaf tidak
menjelaskan itu.
Saya akan menjawab pertanyaan Bu Elza, berbarengan dengan
pertanyaan Pak Otto Hasibuan.
Di konsiderans menimbang huruf a dan huruf b, itu memang tidak
eksplisit perlindungan terhadap profesi advokat atau para…, kepada
advokat itu sendiri, tapi ini perlindungan kepada pihak atau rakyat.
Nah, menurut saya memberikan keluasan kepada rakyat untuk
menentukan kelompok advokat yang mau ia percayai di pengadilan, itu

55
bagian juga dari memberikan kepuasan kepada masyarakat. Nah, kalau
ia terfokus pada satu institusi saja, atau satu-satunya organisasi, itu
menyediakan keterbatasan juga kepada rakyat untuk mencari keadilan
itu sendiri. Jadi menurut saya…, saya memahaminya, semakin ada
pilihan, itu menjadi semakin lebih baik. Karena proses pelayanan itu kan
menyangkut pilihan orang yang mau dilayani, nah itu. Jadi menurut
saya, kalau orang mau menentukan organisasi lain ada pilihan, itu
menjadi lebih baik. Jadi, kalau dia hanya satu organisasi saja, itu ada
batasan orang untuk memilih, karena ini menyangkut kepercayaan.
Nah, Bu Elza, tadi juga terkait dengan bagaimana memberikan…,
apa…, memberikan perlindungan kepada rakyat, dalam proses
penegakan hukum. Saya menganggap Ibu Elza, ini problem kalau orang
mencari dokter itu sebetulnya adalah kalau ibarat mencari dokter, atau
mencari dukun misalnya, itu kan ada keyakinan orang kepada dokter itu.
Kalau hanya ada satu-satunya dokter, lalu tidak yakin kan tidak ada
punya pilihan lain di luar itu.
Nah, yang terakhir soal…, saya sebetulnya tidak pernah menyebut
non akademis, Pak. Tapi kalau tadi Ahli yang sebelumnya menyebut
tidak ada naskah akademiknya, mungkin itu bisa diklarifikasi lagi kepada
Ahli yang sebelum saya. Tapi menurut saya soal naskah akademik itu
memang baru tren yang muncul dalam beberapa tahun belakangan, dulu
memang tidak ada kewajiban undang-undang punya naskah akademik.
Jadi banyak sekali undang-undang dulu yang lahir tanpa naskah
akademik, dan kewajiban itu baru muncul kemudian, terutama setelah
ada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
Terima kasih, Majelis Hakim yang saya muliakan.

210. PIHAK TERKAIT (PERADI): VICTOR NADAPDAP

Majelis Hakim, kalau bisa sedikit saja.


Tadi, supaya dijelaskan bahwa Ahli ini menyatakan, jangan
disamakan lembaga dengan orangnya, gitu ya. Kalau Advokat itu hampir
30.000 di seluruh Indonesia, gitu ya. Jadi tergantung masyarakat
memilihnya, jangan satu-satunya lembaga disebut, karena tidak lembaga
itu yang langsung kepada..., membela kepentingan klien, gitu.

56
211. KETUA: MOH. MAHFUD MD

Ya, saya kira tidak usah dijawab. Kan Saudara mau menyatakan
dibedakan. Nanti, dicatat oleh Majelis Hakim, oleh Panitera. Baik, silakan
duduk, Pak.
Sidang berikutnya, khusus untuk berikutnya ya, untuk para Saksi
yang sudah diambil sumpah, biar kalau mau mendatangkan Ahli lagi
sidang berikutnya lagi saja. Ya, ini Saksi sudah ada 12 Saksi disumpah
belum pernah tampil, ditanya. Jadi sidang berikutnya hari Selasa 5 April
2011, jam 10.00 di ruangan ini. Sidang dinyatakan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 12.22 WIB

Jakarta, 31 Maret 2011


Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah,

t.t.d.

Mula Pospos
NIP. 19610310 199203 1 001

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah
Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

57

You might also like