You are on page 1of 23

LAPORAN HASIL

ANALISIS STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN IMT


(INDEKS MASSA TUBUH) DI KABUPATEN BLITAR DAN TRENGGALEK
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Gizi dan Kesehatan Anak
Yang Dibina Oleh Ibu Esti Untari, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
OFFERING F8
KELOMPOK D

Agung Indra Setiawan (180151602279)


Amartya Wahyuningtyas (180151602318)
Devita Lutfi Laili Agustin (180151602102)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

MEI 2021
ANALISIS STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR
BERDASARKAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) DI KABUPATEN
BLITAR DAN TRENGGALEK

Agung Indra Setiawan, Amartya Wahyuningtyas, Devita Lutfi Laili Agustin, Esti Untari
Jurusan Pendidkan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Universitas Negeri Malang
Jl. Ir Soekarno No. 01
Email : devita.lutfi.1801516@students.ac.id

Abstrack : This research aims to analyze the nutritional status of elementary school children based on BMI (Body
Mass Index) in Blitar and Trenggalek Districts. Nutritional status is a measure of a person's body condition which
can be seen from the ratio of food consumed and the use of nutrients in the body. This study used a descriptive
survey research method that was carried out using a cross-sectional design. This research was conducted in several
SD / MI in the Blitar Regency and also in Trenggalek. The population in this study were children of primary school
age grades 1 to 6. From the total population, it was found that the sample size who attended and were willing to be
respondents was 20 students and female students. The research instrument used in this research to measure
nutritional status, among others, is a measuring instrument for body height and a measuring instrument for body
weight. From the data that has been obtained, it can be concluded that the 20 elementary school children that we
took samples were 9 children who were in the normal category, 6 were in the thin category, and 5 were in the obese
category.

Keywords : BMI, Nutritional Status, Elementary School Age

Abstrak : Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis status gizi pada anak sedolah dasar
berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) di Kabupaten Blitar dan Trenggalek. Status gizi adalah suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari perbandingan makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi di dalam tubuh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei deskriptif yang dilakukan dengan
menggunakan desain cross- sectional. Penelitian ini dilakukan dibeberapa SD/MI wilayah Kabupaten Blitar dan juga
Trenggalek. Populasi dalam penilitian ini merupakan anak- anak usia Sekolah Dasar kelas 1 sampai 6. Dari jumlah
populasi yang terdapat, didapatkan besar sampel yang hadir serta bersedia untuk jadi responden sebesar 20 siswa
dan siswi. Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian pengukuran status gizi ini antara lain yaitu alat ukur
tinggi badan dan alat ukur berat badan. Dari data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa 20 anak SD yang
telah kami ambil sampel ada 9 anak yang memiliki kategori normal , 6 yang termasuk kategori kurus, dan 5 dengan
kategori gemuk.

Kata Kunci : IMT, Status gizi, Usia Sekolah Dasar


Pendahuluan
Status gizi adalah suatu ukuran anjuran kebutuhan individu (Wardlaw dalam
mengenai kondisi tubuh seseorang yang Khairina, 2008, hlm. 11).
dapat dilihat dari perbandingan makanan
Status gizi lebih (overnutrition)
yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
merupakan keadaan gizi seseorang dimana
gizi di dalam tubuh. Seperti yang dijelaskan
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh
oleh Istiany dan Rusilanti (2014, hlm. 5)
lebih besar dari jumlah energi yang
bahwa “Status gizi merupakan ekspresi dari
dikeluarkan (Nix dalam Khairina, 2008,
keadaan keseimbangan dalam variabel
hlm. 11). Hal ini terjadi karena jumlah
tertentu atau perwujudan dari nutriture
energi yang masuk melebihi kecukupan
dalam bentuk variabel tertentu”. (Firdaus,
energi yang dianjurkan untuk seseorang,
2016).
akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam
Status gizi normal merupakan suatu bentuk lemak yang dapat mengakibatkan
ukuran status gizi dimana terdapat seseorang menjadi gemuk (Apriadji dalam
keseimbangan antara jumlah energi yang Khairina, 2008, hlm. 11).
masuk ke dalam tubuh dan energi yang
Menurut Almatsier (dalam Khairina,
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan
2008, hlm. 11) ‘Status gizi dibagi menjadi
kebutuhan individu. Energi yang masuk ke
tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat,
normal, dan gizi lebih’. Status gizi normal
protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix
merupakan suatu ukuran status gizi dimana
dalam Khairina, 2008, hlm. 11). Status gizi
terdapat keseimbangan antara jumlah energi
normal merupakan keadaan yang sangat
yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang
diinginkan oleh semua orang.
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan
Status gizi kurang atau yang lebih sering kebutuhan individu. Energi yang masuk ke
disebut undernutrition merupakan keadaan dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat,
gizi seseorang dimana jumlah energi yang protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix
masuk lebih sedikit dari energi yang dalam Khairina, 2008, hlm. 11). Status gizi
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena normal merupakan keadaan yang sangat
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari diinginkan oleh semua orang. Status gizi
kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi
seseorang dimana jumlah energi yang masuk Status gizi pada anak disebabkan oleh
lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. beberapa faktor, diantaranya pola makan,
Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi gaya hidup, status sosio-ekonomi keluarga
yang masuk lebih sedikit dari anjuran dan lingkungan di mana anak tersebut
kebutuhan individu (Wardlaw dalam tinggal. Lebih gamblang Jelliffe (dalam
Khairina, 2008, hlm. 11). Alatas, 2011, hlm. 6-7) menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Kondisi saat ini mengenai status gizi
anak terdiri dari penyebab langsung dan
anak sekolah di Indonesia bisa kita lihat
tidak langsung.
pada hasil Riset Kesehatan Dasar
1. Penyebab langsung terdiri dari :
(Riskesdas) pada tahun 2013. Di situ
Asupan Makanan, penyakit yang mungkin
dijelaskan bahwa indikator status gizi yang
diderita dan kurangnya aktivitas jasmani. 2.
digunakan untuk kelompok umur ini
Penyebab tidak langsung terdiri dari:
didasarkan pada hasil pengukuran
Ketahanan pangan keluarga, pola
antropometri berat badan (BB) dan tinggi
pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan
badan (TB) yang disajikan dalam bentuk
sanitasi lingkungan.
Indeks Massa Tubuh menurut umur
Pemantauan status gizi pada anak
(IMT/U). Berdasarkan baku antropometri
sekolah penting dimulai pada saat anak baru
WHO 2007 untuk anak umur ini, status gizi
masuk sekolah. Hal ini dapat menjadi
ditentukan berdasarkan nilai yang
deteksi awal gangguan gizi pada anak usia
dikategorikan sebagai berikut :
sekolah. Faktor wilayah juga dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya perubahan pola
konsumsi makanan.
Pendidikan gizi melibatkan siswa dan
terutama orang tuanya. Orang tua
mempunyai peran penting dalam
memperhatikan status gizi anaknya, karena
Klasifikasi Status Gizi dengan Indikator IMT bagaimanapun mereka memiliki peran
menurut Umur (IMT/U) (WHO 2007 dalam strategis dalam mendidik dan membantu
Balitbang Kemenkes RI, hlm. 216) pertumbuhan dan perkembangan anak
(depkes.go.id, 2014). Salah satu peran orang obsrvasi. Populasi dalam penilitian ini
tua yang penting adalah memenuhi merupakan anak- anak usia Sekolah Dasar
kebutuhan anak akan makanan yang kelas 1 sampai 6. Dari jumlah populasi yang
memenuhi standar, dengan demikian maka terdapat, didapatkan besar sampel yang
orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan hadir serta bersedia untuk jadi responden
tentang gizi yang bagus dan juga gaya hidup sebesar 20 siswa dan siswi.
yang baik, karena merekalah yang akan Subjek penelitian yang akan dibahas
sering berinteraksi dengan anak di rumah. pada penelitian ini yaitu tentang “Analisis
Sehingga, secara garis besar penelitian Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Dasar
ini memiliki tujuan yang ingin diperoleh Berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) Di
berdasarkan permasalahan-permasalahan Kabupaten Blitar dan Trenggalek”.
yang ada. Tujuan umum penelitian ini Pengukuran status gizi dilakukan dengan
adalah untuk mengetahui hasil katergori cara mengukur berat badan serta tinggi
status gizi pada anak lingkungan sekitar. badan siswa (Nuzrina et al., 2016). Setelah
Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai itu dilakukan perhitungan menggunakan
berikut: rumus IMT dan disesuaikan dengan baku
1. Untuk mengetahui IMT (Indeks Massa standar World Health Organization. Data
Tubuh) pada anak lingkungan sekitar. yang telah didapatkan kemudian dianalisis
2. Untuk mengetahui kategori status gizi menggunakan bantuan software Microsoft
pada anak lingkugan sekitar. Excel. Instrument penelitian yang digunakan
Metode pada penelitian pengukuran status gizi ini
Penelitian ini menggunakan metode antara lain yaitu alat ukur tinggi badan dan
penelitian survei deskriptif yang dilakukan alat ukur berat badan.
dengan menggunakan desain cross- Alat ukur yang digunakan untuk
sectional. Penelitian ini dilakukan membantu mengukur tinggi badan siswa
dibeberapa SD/MI wilayah Kabupaten Blitar yaitu dengan menggunakan alat ukur berupa
dan juga Trenggalek. Waktu penelitian pita ukur (meteran) dengan skala 150 cm
dilakukan pada bulan Mei 2021. Jenis data dan dengan ketelitian 0,1 cm. Sedangkan
yang digunakan pada penelitian iniyaitu data alat ukur yang digunakan untuk membantu
primer karena pengambilan data dilakukan mengukur berat badan siswa yaitu dengan
secara langsung dengan cara wawancara dan menggunakan timbangan injak. Timbangan
berat bada yang digunakan adalah Analog
Bathroom Scale dengan skala 300 kg dan Lalu untuk mengetahui anak dalam
ketelitian 0,1 kg. kondisi yang normal dan sehat, peneliti
menghitung data yang sudah diperoleh
Hasil dan Pembahasan diatas menggunakan rumus IMT (Indeks
Hasil Massa Tubuh) dengan klasifikasi
Setelah dilakukan survei secara (Permenkes No. 41 Tahun 2017): 1). Kurus
langsung kepada 20 anak usia sekolah di berat, apabila IMT anak < 17.0, 2). Kurus
peroleh data berat badan dan tinggi anak ringan, apabila IMT anak dalam rentang
sebagai berikut : 17.0-18.4, 3). Normal, apabila IMT anak
Tabel 1. Data Nama serta Berat dan dalam rentang 18.5-25.0, 4). Gemuk
tinggi Badan Anak ringan, apabila IMT anak dalam rentang
TB 25.1-27.0, 5). Gemuk berat, apabila IMT
Nama BB (kg)
(cm)
anak > 27. Sehingga diperoleh IMT dari
Amalia Gustina 58,9 kg 153 cm
Aira Zulia masing-masing anak sebagai berikut:
31,0 kg 135 cm
Zahrani
Tabel 2. Data IMT Anak Usia Sekolah.
Olivia Septi
41,7 kg 142 cm
Rahmadani
Faleria Maza 60 kg 150 cm
Satria Putra
57,2 kg 146 cm
Pradana
Richi Ilham
57,0 kg 140 cm
Bagaskara
Khusnul Fajri
26,2 kg 128 cm
Fitriani
Ais Saputri 28 kg 130 cm
Nando Deska 35 kg 140 cm
Kimora 23 kg 119 cm
Akbar Dzaki 35 kg 131 cm
Bintang 30 kg 125 cm
Sima Kurnia 19 kg 110 cm
Lintang Dewi 27 kg 120 cm
Jordan
47 kg 150 cm
Marvelino
Adam Montana 40 kg 147 cm
Rully Anjarwati 32 kg 134 cm
Dilyas Ulhaq 50 kg 141 cm
Kategori
Nama IMT Status
Gizi
Amalia
25,1 Gemuk
Gustina
Aira Zulia
17,03 Kurus
Zahrani
Olivia
Septi 20,7 Normal
Rahmadani
Faleria
26,6 Gemuk
Maza
Satria Putra
26,8 Gemuk
Pradana
Richi Ilham
29 Gemuk
Bagaskara
Khusnul
Fajri 16 Kurus Narasumbe
Fitriani r Penyebab
Ais Saputri 16,5 Normal Orang Tua
Anak yang kurang akan zat gizi
Nando 1
17,8 Kurus Anak tidak suka sarapan,
Deska Orabg Tua
Kimora 16,2 Kurus 2 waktu makan tidak teratur
Akbar Anak tidak terbiasa sarapan,
20,3 Normal Orang Tua
Dzaki
3 sering makan ciki
Bintang 19,2 Normal
Orang tua sibuk bekerja,
Sima Orang Tua
15,7 Kurus
Kurnia 4 Kurang memperhatikan makanan anak
Lintang Suka makanan instan,
18,7 Normal Orang Tua
Dewi 5 makanan cepat saji
Jordan Orang Tua
20,8 Normal Anak tidak terbiasa sarapan pagi
Marvelino 6
Adam
18,51 Normal
Montana
Rully
17,8 Kurus
Anjarwati
Dilyas
25,2 Gemuk
Ulhaq
Galng
20,8 Normal
Pamungkas
Tectona
17,9 Normal
Anka
Terdapat hubungan yang bermakna antara
pola makan dengan status gizi anak di SDN
43 Kota Pekanbaru yang ditunjukkan oleh p
Dari perolehan data IMT diatas dapat value 0,000 < alpha 0,05, dimana peneliti
kita lihat, bahwa ada sekitar 6 anak yang tersebut berasumsi bahwa adanya hubungan
masuk dalam kategori kurus baik ringan pola makan dengan status gizi anak
maupun berat. Lalu untuk disebabkan sebagian besar anak berpola
menindaklanjuti penyebab anak ada pada makan cukup, namun masih ada anak yang
kategori itu, kami melakukan observasi memiliki pola makan kurang sehingga status
sekaligus wawancara ke anak yang gizi anak menjadi lebih banyak kategori
bersangkutan serta kepada orang tua kurus. Sedangkan menurut Waldow (2010)
anak yang bersangkutan. Hasil berjudul Hubungan Pola Makan dengan
wawancara serta observasi peneliti dari Status Gizi pada Anak Usia 3-5 Tahun di
keenam anak tersebut akan dijelaskan Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso
pada deskripsi dibawah ini. Kecamatan Tompaso. Hasil penelitian
Tabel 3. Faktor Penyebab Berdasarkan data yang diperoleh, masih
Kekrusan Pada Anak banyak terdapat status gizi kurang pada anak
usia 3-5 tahun diwilayah kerja Puskesmas
Tompaso bahwa hasil uji hipotesis
Dari perolehan data tersebut mayoritas chisquare dengan tingkat kesalahan (alpha)
penyebabnya adalah dari kebiasaan anak 0,5 diperoleh yang signifikan (p= 0,000)
yang tidak terbiasa sarapan pagi dan juga lebih kecil dari α (0,000< 0,05) disimpulkan
karena kesibukan orang tua yang kurang ada hubungan yang kuat antara pola makan
memantau dan mencukupi kebutuhan gizi dengan status gizi pada anak usia 3-5tahun.
anak. Selain itu juga pola makan anak yang Dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat
kurang teratur. bahwa mereka setuju, adanya hubungan
antara pola makan dengan status gizi anak
pada usia sekolah.
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Menurut penelitian yang telah Kesimpulan
dilakukan oleh Sapira dan Ariani (2016:13),
Berdasarkan hasil penelitian yang makanan di kantin dan sekitar sekolah
telah dilakukan, maka dapat diambil mengenai higiene dan sanitasi makanan serta
kesimpulan bahwa status gizi tersebut untuk menyediakan makanan jajanan yang
dipengaruhi oleh beberapa factor bergizi seimbang sehingga turut
diantaranya yaitu factor makanan dan berpartisipasi terhadap perbaikan status gizi
penyakit. Status gizi merupakan suatu para siswa. Bagi siswa, sebaiknya memilih
manifestasi dari keadaan tubuh yang makanan yang bersih dan sehat serta bergizi
mencerminkan hasil dari setiap makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan. Bagi
yang dikonsumsi. Asupan makanan yang orang tua, diharapkan untuk selalu
tidak memenuhi kecukupan dalam waktu memperhatikan dan menyediakan
yang lama akan mengakibatkan terjadinya pemenuhan kebutuhan gizi anak yang sesuai
kekurangan gizi yang berdampak terhadap dengan umur anak tersebut.
pertumbuhan anak. Dari data yang
Kami sebagai penulis artikel
didapatkan dari 20 siswa karakteristik umur
menyadari bahwa artikel ini banyak
responden yang paling banyak adalah umur
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
7-13 tahun serta kebanyakan adalah siswa
penulis sangat mengharapkan kritik dan
laki-laki. Status gizi berdasarkan
saran tentang pembahasan dan penulisan
perhitungan menggunakan Indeks Massa
dalam artikel agar penyusunan artikel ini
Tubuh (IMT) didapatkan kesimpulan bahwa
menjadi lebih baik lagi.
20 anak SD yang telah kami ambil sampel
ada 9 anak yang memiliki kategori normal 6
Daftar Rujukan
yang termasuk kategori kurus, dan 5 dengan
Firdaus, I. R. (2016). Ivan Rivan Firdaus,
kategori gemuk.
2016 Pengaruh Program Aktivitas
Saran Jasmani Dengan Prndidikan Gizi
Bagi sekolah, disarankan untuk Terhadap Status Gizi AnakUniversitas
mengadakan program pemantauan status Pendidikan Indonesia. 1–13.
gizi dan kesehatan secara rutin serta
Kesehatan, F. I., & Jenderal, U. (2016).
memberikan penyuluhan atau edukasi terkait
STATUS GIZI BERDASAR INDEKS
konsumsi makanan yang bergizi seimbang
IMT/U DAN TB/U PADA ANAK
dalam mata pelajaran penjaskes. Selain itu,
BARU MASUK SEKOLAH DASAR
menyeleksi dan mengedukasi para pedagang
DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN (http://hukor.kemkes.go.id/uploads/p
NUTRITIONAL. Jurnal Kesmas
roduk_hukum/PMK%20No.
Indonesia, 8, 81–94.
%2041%20ttg%20Pedoman%20Gizi
Nuzrina, R., Melani, V., & Ronitawati, P.
%20Seimbang.pdf) diakses pada 21
(2016). Penilaian Status Gizi Anak
Sekolah Dasar Duri Kepa 11 Mei 2021.
Menggunakan Indeks Tinggi Badan
Status, D., Pada, G., & Sekolah, S. (2012).
Menurut Umur dan Indeks Massa
Determinan Status Gizi Pada Siswa
Tubuh Menurut Umur. Jurnal Abdimas,
Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan
3(1), 62–67.
Masyarakat, 7(2), 122–126.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 41 https://doi.org/10.15294/kemas.v7i2.28
07
Tahun 2014.
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari
perbandingan makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Seperti
yang dijelaskan oleh Istiany dan Rusilanti (2014, hlm. 5) bahwa “Status gizi merupakan
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu”. (Firdaus, 2016)
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh
sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari
karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix dalam Khairina, 2008, hlm. 11). Status
gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang.
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi
seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal
ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan
individu (Wardlaw dalam Khairina, 2008, hlm. 11).
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi
yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix dalam
Khairina, 2008, hlm. 11). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi
kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan
dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Apriadji dalam
Khairina, 2008, hlm. 11).
Menurut Almatsier (dalam Khairina, 2008, hlm. 11) ‘Status gizi dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih’. Status gizi normal merupakan
suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke
dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
lainnya (Nix dalam Khairina, 2008, hlm. 11). Status gizi normal merupakan keadaan yang
sangat diinginkan oleh semua orang. Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk
lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw dalam Khairina, 2008, hlm. 11).
Kondisi saat ini mengenai status gizi anak sekolah di Indonesia bisa kita lihat pada hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013. Di situ dijelaskan bahwa indikator
status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada hasil pengukuran
antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk Indeks
Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 untuk
anak umur ini, status gizi ditentukan berdasarkan nilai yang dikategorikan sebagai berikut :

Klasifikasi Status Gizi dengan Indikator IMT menurut Umur (IMT/U) (WHO 2007 dalam Balitbang
Kemenkes RI, hlm. 216)

Status gizi pada anak disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pola makan, gaya
hidup, status sosio-ekonomi keluarga dan lingkungan di mana anak tersebut tinggal. Lebih
gamblang Jelliffe (dalam Alatas, 2011, hlm. 6-7) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi anak terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. 1.
Penyebab langsung terdiri dari : Asupan Makanan, penyakit yang mungkin diderita dan
kurangnya aktivitas jasmani. 2. Penyebab tidak langsung terdiri dari: Ketahanan pangan
keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.
Pemantauan status gizi pada anak sekolah penting dimulai pada saat anak baru masuk
sekolah. Hal ini dapat menjadi deteksi awal gangguan gizi pada anak usia sekolah. Faktor
wilayah juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan pola konsumsi makanan.
Pendidikan gizi melibatkan siswa dan terutama orang tuanya. Orang tua mempunyai
peran penting dalam memperhatikan status gizi anaknya, karena bagaimanapun mereka
memiliki peran strategis dalam mendidik dan membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak (depkes.go.id, 2014). Salah satu peran orang tua yang penting adalah memenuhi
kebutuhan anak akan makanan yang memenuhi standar, dengan demikian maka orang tua
sebaiknya memiliki pengetahuan tentang gizi yang bagus dan juga gaya hidup yang baik,
karena merekalah yang akan sering berinteraksi dengan anak di rumah.

1.2 Tujuan Penelitian


Sehingga, secara garis besar penelitian ini memiliki tujuan yang ingin diperoleh
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengetahui hasil katergori status gizi pada anak lingkungan sekitar. Sedangkan tujuan
khususnya adalah sebagai berikut:
3. Untuk mengetahui IMT (Indeks Massa Tubuh) pada anak lingkungan sekitar.
4. Untuk mengetahui kategori status gizi pada anak lingkugan sekitar.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)


Pengertian Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah,
mudah dan sederhana untuk menilai status gizi pada seorang individu, namun tidak dapat
mengukur lemak tubuh secara langsung. Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT
berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi. Gizi kurang dapat meningkatkan
risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan akumulasi lemak tubuh berlebihan
meningkatkan risiko menderita penyakit degeneratif. (Kesehatan & Jenderal, 2016)
Pengertian Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah,
mudah dan sederhana untuk menilai status gizi pada seorang individu, namun tidak dapat
mengukur lemak tubuh secara langsung. Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT
berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi. Gizi kurang dapat meningkatkan
risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan akumulasi lemak tubuh berlebihan
meningkatkan risiko menderita penyakit degeneratif.
Pengertian Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah,
mudah dan sederhana untuk menilai status gizi pada seorang individu, namun tidak dapat
mengukur lemak tubuh secara langsung. Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT
berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi. Gizi kurang dapat meningkatkan
risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan akumulasi lemak tubuh berlebihan
meningkatkan risiko menderita penyakit degeneratif.
IMT merupakan rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Penggunaan rumus ini hanya dapat
diterapkan pada seseorang berusia antara 19 hingga 70 tahun, berstruktur tulang belakang
normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil atau menyusui. Pengukuran IMT
ini dapat digunakan terutama jika pengukuran tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau
nilai bakunya tidak tersedia. Interpretasi IMT pada anak tidak sama dengan IMT pada orang
dewasa. IMT pada anak disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin anak 10 11 karena anak
lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda.
Rumus untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus metrik berikut :
Berat badan(Kg)
IMT=
[Tinggi badan( m)]2

2.2 Komponen Indeks Massa Tubuh (IMT)


 Tinggi Badan
Tinggi badan diukur dengan keadaan berdiri tegak lurus, tanpa menggunakan alas kaki,
kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding serta
pandangan di arahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan.
Bagian pengukur yang dapat bergerak disejajarkan dengan bagian teratas kepala (vertex)
dan harus diperkuat pada rambut kepala yang tebal.
 Berat Badan
Penimbangan berat badan terbaik dilakukan pada pagi hari bangun tidur sebelum makan
pagi, sesudah 10-12 jam pengosongan lambung. Timbangan badan perlu dikalibrasi pada
angka nol sebagai permulaan dan memiliki ketelitian 0,1kg. Berat badan dapat dijadikan
sebagai ukuran yang reliable dengan mengkombinasikan dan mempertimbangkannya
terhadap parameter lain seperti tinggi badan, dimensi kerangka tubuh, proporsi lemak,
otot, tulang dan komponen berat patologis (seperti edema dan splenomegali).
BAB III
METODE PENILAIAN STATUS GIZI

3.1 Metode Penilaian Status Gizi


Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei deskriptif yang dilakukan dengan
menggunakan desain cross- sectional. Penelitian ini dilakukan dibeberapa SD/MI wilayah
Kabupaten Blitar dan juga Trenggalek. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021.
Populasi dalam penilitian ini merupakan anak- anak usia Sekolah Dasar kelas 1 sampai 6.
Dari jumlah populasi yang terdapat, didapatkan besar sampel yang hadir serta bersedia untuk
jadi responden sebesar 20 siswa dan siswi.
Pengukuran status gizi dilakukan dengan cara mengukur berat badan serta tinggi badan
siswa(Nuzrina et al., 2016). Setelah itu dilakukan perhitungan menggunakan rumus IMT dan
disesuaikan dengan baku standar World Health Organizatio. Instrument penelitian yang
digunakan pada penelitian pengukuran status gizi ini antara lain:
1. Alat ukur tinggi badan

Alat ukur yang digunakan untuk membantu mengukur tinggi badan siswa yaitu dengan
menggunakan alat ukur berupa pita ukur (meteran) dengan skala 150 cm dan dengan
ketelitian 0,1 cm.
2. Alat ukur berat badan
Alat ukur yang digunakan untuk membantu mengukur berat badan siswa yaitu dengan
menggunakan timbangan injak. Timbangan berat bada yang digunakan adalah Analog
Bathroom Scale dengan skala 300 kg dan ketelitian 0,1 kg.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Dari data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa 20 anak SD yang telah kami ambil
sampel ada 9 anak yang memiliki kategori normal , 6 yang termasuk kategori kurus, dan 5 dengan
kategori gemuk.
Status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi terhadapa kebutuhan dalam sehari, bukan dari jumlah
berapa kali sarapan tetapi setelah dilihat dari asupan energi perhari ternyata juga tidak berhubungan
dikarenakan perhitungan asupan energi yang tidak tepat. Diduga terdapat pula pengaruh faktor
perancu seperti keberadaan penyakit yang turut mempengaruhi status gizi namun tidak dapat
ditentukan pada penelitian ini.
Penyebab lainnya adalah perbedaan metode pengukuran asupan gizi, perbedaan kelompok usia
subyek penelitian, serta faktor lain yang berbeda antara satu penelitian dengan penelitian lainnya.
Pengaruh sarapan terhadap satatus gizi yaitu melalui pemenuhan kebutuhan zat gizi karena sarapan
dapat memberikan sumbangan zat gizi perharinya. Anak yang tidak sarapan maka akan berisiko
defisiensi zat gizi. Jika hal ini berlangsung lama akan berpengaruh terhadap status gizinya. Sarapan
yang baik akan memberikan sumbangan energi sebanyak 20%.
Status gizi yang baik atau optimal akan berpengaruh bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak,
kemampuan kerja otak.
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang
dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake gizi yang dikonsumsi dalam
bentuk makanan. Cadangan energi yang rendah dan tinggi lemak akan berdampak pada penurunan
produktivitas dan prestasi belajar pada anak sekolah sebagai akibat kekurangan dan kelebihan zat
gizi. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan mempengaruhi status gizi anak.1,9 Gizi kurang dan gizi
lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang
ditambahkan dan kurang mengandung serat) juga akan berpengaruh pada keseimbangan energi. Gizi
kurang disebabkan karena kurangnya asupan makanan sumber kalori protein dalam waktu yang lama
secara terus – menerus, yang biasanya disertai dengan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makanan
mengakibatkan daya tahan tubuh sangat lemah sehingga mudah terkena penyakit infeksi.(Status et al.,
2012)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa status gizi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu factor makanan
dan penyakit. Status gizi merupakan suatu manifestasi dari keadaan tubuh yang
mencerminkan hasil dari setiap makanan yang dikonsumsi. Asupan makanan yang tidak
memenuhi kecukupan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya kekurangan
gizi yang berdampak terhadap pertumbuhan anak. Dari data yang didapatkan dari 20 siswa
karakteristik umur responden yang paling banyak adalah umur 7-13 tahun serta kebanyakan
adalah siswa laki-laki. Status gizi berdasarkan perhitungan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) didapatkan kesimpulan bahwa 20 anak SD yang telah kami ambil sampel ada 9
anak yang memiliki kategori normal , 6 yang termasuk kategori kurus, dan 5 dengan kategori
gemuk.

5.2 Saran
Bagi sekolah, disarankan untuk mengadakan program pemantauan status gizi dan
kesehatan secara rutin serta memberikan penyuluhan atau edukasi terkait konsumsi makanan
yang bergizi seimbang dalam mata pelajaran penjaskes. Selain itu, menyeleksi dan
mengedukasi para pedagang makanan di kantin dan sekitar sekolah mengenai higiene dan
sanitasi makanan serta untuk menyediakan makanan jajanan yang bergizi seimbang sehingga
turut berpartisipasi terhadap perbaikan status gizi para siswa. Bagi siswa, sebaiknya memilih
makanan yang bersih dan sehat serta bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhan. Bagi orang
tua, diharapkan untuk selalu memperhatikan dan menyediakan pemenuhan kebutuhan gizi
anak yang sesuai dengan umur anak tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Firdaus, I. R. (2016). Ivan Rivan Firdaus, 2016 Pengaruh Program Aktivitas Jasmani Dengan
Prndidikan Gizi Terhadap Status Gizi AnakUniversitas Pendidikan Indonesia. 1–13.

Kesehatan, F. I., & Jenderal, U. (2016). STATUS GIZI BERDASAR INDEKS IMT/U DAN
TB/U PADA ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN
PEDESAAN NUTRITIONAL. Jurnal Kesmas Indonesia, 8, 81–94.

Nuzrina, R., Melani, V., & Ronitawati, P. (2016). Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Duri Kepa 11 Menggunakan Indeks Tinggi Badan Menurut Umur dan Indeks Massa Tubuh
Menurut Umur. Jurnal Abdimas, 3(1), 62–67.

Status, D., Pada, G., & Sekolah, S. (2012). Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 122–126. https://doi.org/10.15294/kemas.v7i2.2807
DATA HASIL PERHITUNGAN IMT

Jenis Tanggal BB Kategori Status


No Nama Umur TB (cm) IMT
Kelamin Lahir (kg) Gizi
1 Amalia 15/08/2008 12 th 9 bln 58,9 kg 153 cm 25,1 Gemuk
P
Gustina
2 Aira Zulia 3/07/2009 11 th 10 bln 31,0 kg 135 cm 17,03 Kurus
P
Zahrani
3 Olivia Septi 11/09/2009 11 th 9 bln 41,7 kg 142 cm 20,7 Normal
P
Rahmadani
4 Faleria 17/07/2009 11 th 10 bln 60 kg 150 cm 26,6 Gemuk
P
Maza
5 Satria Putra 07/12/2010 10 th 5 bln 57,2 kg 146 cm 26,8 Gemuk
L
Pradana
6 Richi Ilham 30/08/2010 10 th 9 bln 57,0 kg 140 cm 29,0 Gemuk
L
Bagaskara
7 Khusnul 18/08/2013 7 th 9 bln 26,2 kg 128 cm 16,0 Kurus
P
Fajri Fitriani
8 Ais Saputri P 01/02/2011 10 th 28 kg 130 cm 16,5 Normal
9 Nando
L 28/06/2009 12 th 35 kg 140 cm 17,8 Kurus
Deska
10 Kimora P 05/09/2014 7 th 23 kg 119 cm 16,2 Kurus
11 Akbar Dzaki L 11/03/2012 9 th 35 kg 131 cm 20,3 Normal
12 Bintang L 09/11/2013 8 th 30 kg 125 cm 19,2 Normal
13 Sima Kurnia P 19/04/2015 6 th 19 kg 110 cm 15,7 Kurus
14 Lintang
P 12/09/2014 7 th 27 kg 120 cm 18,7 Normal
Dewi
15 Jordan 10/08/2012 9 th 9 bulan 47 kg 150 cm 20,8 Normal
L
Marvelino
16 Adam 29/09/2007 13 th 8 bulan 40 kg 147 cm 18,51 Normal
L
Montana
17 Rully 20/05/2012 9 tahun 32 kg 134 cm 17,8 Kurus
P
Anjarwati
18 Dilyas 10/06/2009 11 th 11 bulan 50 kg 141 cm 25,2 Gemuk
L
Ulhaq
19 Galng 23/09/2013 8 th 8 bulan 39 kg 137 cm 20,8 Normal
L
Pamungkas
20 Tectona 09/06/2013 8 th 1 blan 28 kg 125 cm 17,9 Normal
L
Anka

You might also like