You are on page 1of 34
4. Pengertian Imu Mawaris Mawaris adalah bentuk jamak dari kata “Mirats” yang artinya “hata yang, ditinggal- kan oleh orang yang meninggal dunia”. Sedang kan menurut is lah ialah: jay Sa Ss Artinya: “Tle untuk mengetal hak menerima warisan, ora berhak menerimanya, bag! alili waris dan cara pembagiannya.” ‘Atau juga didefinisikan dengan: seest Sas HIG 5 hui orang-orang yang ber- ng-orang yang tidak ian masing-masing ghali ba SH oe oth Ab Bd) peel B SsJS Artinya: wore “Pengetahuan yang berkaitan dengan harta warisan dan perkitungan untuk’ mengetahui kadar harta pusaka yang wajib diberikan kepada tiap orang yang berhak.” Ilmu mawaris disebut juga dengan 33”, bentuk jamak dari “435 3” yang artinya “bagian tertentu”, atau “ketentuan”. Disebut dengan ilmu mawaris karena dalam ilmu ini dibicarakan hal-hal yang ber- kenaan dengan harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia. Dinamakan ilmu faraidh karena dalam ilmu ini dibicara- kan bagian-bagian tertentu yang telah di- tetapkan besarnya bagi masing-masing abli waris. Kedua istilah tersebut prinsipnya sama yaitu ilmu yang, membicarakan tentang, ‘ , berkenaan dengan a sesuatu yang berks on Fan) orang yang me- segal: y tharta penings tirkah ninggal. 2. Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris_ at hadis Nabi saw. yang Jajari ilmu mawaris, adalah wajib Kalau melihi memerintahkan mempelaj elajarinya maka hukum memp Artinya: : real huakuene pecivtealt aciatalt coajid Pengertian wajib di sini adalah wajib kifayah, Jika di suatu tempat tertentu ada yang memipelajarinya, maka sudah ter- ntutan rasul. Tapi jika tidak ada nya, maka semua orang penuhi yang mempeleiai berdosa Permasalahan yang mun‘ adalah banyak orang yang tidak memahami jlmu mawaris, sehingga sangat sulit mencari orang-orang yang benar-benar menguasat ilmu ini. Di sisi lain banyak anggota masya- rakat yang tidak mau tahu dengan ilmu ma- waris, sehingga akibatnya mereka membagi harta warisan menurut kehendak mereka sendiri dan tidak berpijak pada cara-cara yang benar menurut Islam. Misalnya, pem- bagian harta warisan sama rata antara semua anak. Bahkan anak angkat memperoleh bagian, cucu mendapat bagian walaupun ada anak almarhum (yang meninggal) dan lain-lain. Kenyataan ini terutama akibat ti- dak memahaminya aturan yang digariskan dalam ilmu mawaris. a. Secara umum tujuan mempelajari ilmu mawaris adalah agar dapat melaksana- kan pembagian harta warisan kepada abli waris_ yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam. cul sekarang 3. Tajuan mu Mawaris Dipindai dengan CamScanner b. Agar diketahui secara jelas siapa orang yang berhak menerima harta warisan dan berapa bagian masing-masing, c. Menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar, schingga tidak terjadi perselisihan di antara manusia yang dikarenakan harta yang ditinggal- kan orang yang meninggal. Allah swt. berfirman: Relee ‘peas OY de cs wn 52 ab 2rht, POW GSS Ge 535 3b tg Sab Spall cuss “Ys reece a eo pdt Ley “Aad al ass 7 ay Sie 5 Gs ab 9G (ge = Welt) Sage Artinya: ° “Htulah batas-batas (Inukum) Alla, Barang siapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia akan me- masukkannya ke dalam surga-surga yang me- ngalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung. Dan barang siapa mendurhakai Alla dan rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum- Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’ ‘4: 13-14) Timu mawaris adalah ilmu yang sangat penting dalam Islam, karena dengan iim mawaris harta peninggalan seseorang, fapat disalurkan kepada yang berhak, sekaligus dapat mencegah kemungkinan adanya pee selisihan karena memperebutkan bagian dari harta peninggalan tersebut. Dengan ilmu mawaris ini, maka tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Karena pembagian harta warisan ini adalah yang terbaik dalam pandangan Allah dan manusia. mu mawaris ini benar-benar harus di- pahami, agar dapat dilaksanakan sebagai- mana mestinya. Rasulullah saw. bersabda: JG te Bh N35 eee ee ee CN ER sit 3! (hd MWh ale opt oly) Axtinya: “Dari Abu Hurairah berkata, ‘Rasulullah sae. bersabda, ‘Hai Abu Hurairah, pelajarilah faraidh + dan ajarkanlah kepada orang lain, karena masa- lol ini adalah separuh ilmu, dan mudah dilupa- kan, serta ilmu itu yang pertama-tama akan di- cabut dari umatku’.” (HR. Tbnu Majah dan Daruqutni) a. Al-Qur’an Ketentuan-ketentuan tentang ilmu ma- waris, khususnya yang berkaitan de- ngan pembagian harta warisan, pokok- pokoknya telah ditentukan oleh Al- Qur’an. Al-Qur’an telah menjelaskan- nya dengan jelas dan tegas. Bahkan ti- dak ada hukum-hukum yang dijelaskan secara terperinci seperti hukum mawaris ini, antara lain dijelaskan dalam QS, An-Nisa'/4: 7-14, 176, Al-Ahzab/33: 6, dan surah-surah lainnya. er Dipindai dengan CamScanner b. Al-Hadis sosrd ee 3 AS 4 { ae { Al-Hadis adalah sumber hukum yang Eiji tet 8 9 kedua setelah Al-Qur’an. Sesuai dengan (Y : Lui) kedudukannya, Al-Hadis memberikan 4 tinya: dorongan dan motivasi mengenai pe- “tei Vaki-laki ada hak bagian dari harta pening. laksanaan mawaris. 1g tua dan kerabatnya, dan bagi Rasulullah saw. bersabda: perempuan ada hak bagian (pula) dari harta pe- toy meee pee gee, - Minggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik he ail S25 JE dG AMS onl GF sedikit atau banyak menurut bagian yang telah 7 7 ditetapkan.” (QS. An-Nisa‘/4: 7) galan kedua oran; Sl Jha 8 cs aint Bi ts Se (2512 ely pln al) Artinya: } “Dari Ibnu Abbas ra,, ia berkata, ‘Rasulullah © savv, telalt bersabda, “Bagilah harta pusaka antara ahli-ahli waris menurut (ketentuan) kitab Allah’.” (HR. Muslim dan Abu Daud) es Sib geet gt Se +c. Tjma’ dan ijtinad Jjma’ dan jjtihad para ulama ba- nyak berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan de- ngan mawaris terutama menyangkut masalah teknisnya. Bes. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan de- ngan mawaris adalah QS. An-Nisa'/4: 7-14 dan 176. Sedangkan yang langsung ber- kaitan dengan ketentuan pembagian warisan ( adalah ayat 7, 11, 12, dan 176. Artinya: “Allah mensyari‘atkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anaknm, SU (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama de- 7 ngan bagian dua orang anak perempuan, Dar vibe neh eee fe gee cee ek anak itu semuanya perempuan yang jum te Fly bli DS Os Loa LMG ny lebih dari dua, maka bagian mereka dua per- ome tiga dari harta yaig ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) ittt seorang saja, maka dia memper- Ayat-ayat tersebut adalah: “op BNb oll U5 4 es Je rN Dipindai dengan CamScanner oleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-mbsing soperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meningeal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia dicoarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang me- ninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pem- imgian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utang- nya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebiht banyak manfaatnya bagimu, Ini ada- inh ketetapan Allah, Sungguh, Allah Maha Me- ngetalnci, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa' /4: 11) 5 8s CB Gl O31 285 il Sie BS Ce GO HG I 25 ths uo 2 ok oe eee es eee gels SB ERY cl 5 2 Fists HEA AB is FEN! waa ty tre Gebel (yy: ell) “a> Artinya: “Dan bagianniu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggal- kannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kanut tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memper- oleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggal- kan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dart tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai se- orang saudara Iaki-laki (seibu), atau seorang sau- dara perempuan (seibu), maka bagi masing- masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wa- siat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Al- Iah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.” (QS. An-Nisa’ /4: 12) “Kg peas Gu 8° a5 38e%5 é31 ah SOS ble B21 Dipindai dengan CamScanner wea) Me 2 ehcp t os (i rela) “Sale sce DY ails Vlas Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlai, “Allah memberi fatwa ke- padamu tentang kalalah (yaitu), jika sescorang mati, dan dia tidak mempunyai anak tetapi mem- punyai saudara perempuan, maka bagiannya (sauidara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki- laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi ka saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jike mereka (ali waris itu terdiri dari) saudara-sau- dara laki-laki dan perempuan, maka bagian se- orang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamiu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’/4: 176) 7, Hikmah Mempelajari IImu Mawaris a. Dapat memahami hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan pembagian harta peninggalan. b. Tethindar dari adanya kelangkaan orang yang faham dalam pembagian harta warisan di suatu tempat. c. Dapat dilaksanakannya pembagian harta warisan dengan benar. d. Terhindar dari adanya perselisihan di antara manusia dalam hal pembagian harta warisan karena ketidaktahuan dalam pembagian harta warisan. 1. Sebab-sebab Waris-mewarisi Sebab-sebab mewarisi dalam ketentuan syari‘at Islam adalah Karena empat sebab, yaitu: ‘a. Karena hubungan keluarga (nasab) Hubungan keluarga dalam hal ini biasa disebut dengan niasab hakiki, yakni hubungan darah atau keturunan atau kerabat, baik leluhur si mayit (ushul), keturunan (furu’) atau kerabat menyam- ping (Iawasyi), yang tidak memandang laki-laki maupun perempuan, orang tua ataupun anak-anak, lemah maupun kuat. Semuanya menerima warisan se- suai ketentuan yang berlaku, sebagai- mana ditegaskan dalam QS. An-Nisa'/ 4: 7. Waris-mewarisi karena hubungan ini baik ke bawah, ke atas maupun ke samping. Dilihat dari penerimaannya, hu- bungan kekerabatan ini dapat dibagi kepada tiga kelompok: 1) Ashabul furudh nasabiyah Yaitu orang-orang yang karena hubungan darah berhak mendapat bagian tertentu. 2) Ashabah nasabiyah Yaitu orang-orang yang karena hubungan darah berhak menerima bagian sisa dari ashabul furudh. Jika ashabul furudh tidak ada, maka mereka dapat menerima seluruh harta warisan, tetapi jika harta warisan habis dibagi, maka tidak mendapat apa-apa, 3) Dzavwil arham Yaitu kerabat yang agak jauh nasabnya. Golongan ini tidak tet Dipindai dengan CamScanner~ masuk ahli waris yang mendapat bagian tertentu, tapi mereka men- dapat warisan jika abli waris yang dekat tidak ada, Karena hubungan perkawinan yang sah (mushaharah) Perkawinan yang sah menurut syari'at, Islam menyebabkan adanya saling mewarisi antara suami istri, se- lama hubungan perkawinan tersebut masih utuh. Jika statusnya sudah cerai, maka gugurlah saling mewarisi di antara keduanya, kecuali masa iddah pada talak raj’i Karena hubungan wala’ Wala’ adalah hubungan kekeluargaan yang timbul karena memerdekakan hamba saliaya. Para ahli figih sering menyebut- nya dengan nasab hukmi. Orang yang memerdekakan memperoleh hak wala’ yakni berhak menjadi ahli waris dari budak tersebut. Rasulullah saw. bersabda: (slo gies) SSIS Axtinya: “Sesungguhnya hak wala’ itu untuk orang yang memerdekakan budak.” (Muttafaq ‘alaih) Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda: EG 9 ath cele tad eof La3 95 (pS y Oke exily Ma op ely) Artinya: “Hubungan wala’ itu adalah hubungan ke- rabat seperti hubungan turunan, tidak di- jual dan tidak diberikan.” (HR. Tbnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim) Dengan hak wala’ ini, maka orang yang memerdekakan hamba, jika orang yang dimerdekakan tersebut meninggal dunia, maka ia memperoleh warisan. Akan tetapi, tidak sebaliknya, jika orang yang memerdekakan meninggal dunia, maka orang yang dimerdekakan tidak mendapat warisan. Karena hubungan agama Jika orang Islam meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris, baik Karena hubungan kerabat, pernikahan maupun wala’, maka harta peninggal- annya diserahkan ke baitul mal untuk kepentingan kaum muslimin. Itulah yang disebut hubungan agama dalam waris-mewarisi. Rasulullah saw. bersabda: NV Sb (Aas oylo gl ols) Artinya: “Saya menjadi ahli’varis orang yang tidak mempunyai ahli waris,” (AR. Abu Dawud dan Ahmad) Yang dimaksud Rasulullah men- jadi ahli waris adalah bahwa Rasulullah itu menerima dan menyalurkannya ke- pada kaum muslimin, atau digunakan untuk kemaslahatan umat Islam. |. Halangan Waris-mewarisi dan Dasar Hukumnya Abli waris gugur haknya untuk men- dapatkan warisan karena sebab-sebab di bawah ini: a. Hamba sahaya Hamba sahaya tidak mendapatkan warisan, baik dari tuannya maupun dari orang tua kandungnya. Kecuali hamba tersebut sudah merdeka, ia mendapat Dipindai dengan CamScanner warisan sebagaimana orang merdeka Jainnya. Tapi ia tidak mendapat warisan dari orang yang memerdekakannya. Allah swt. berfirman: foe ec Ue ja I GLE Se (vo: jul) Artinya: “Hama sahaya di bawah Kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu.” (QS. An-Nahl/16: 75) Pembunuh Orang yang membunuh keluarga- nya tidak mempunyai hak menerima warisan dari orang yang dibunuh. Arti- nya hak menerima warisan menjadi gugur karena membunuh. Misalnya, anak yang membunuh orang tuanya, maka ja tidak berhak mendapat warisan dari ayahnya. Rasulullah bersabda: seh wth & yal ( slot aly) Artinya: "Yang membunuih tidak mewarisi dari yang dibunulinya.” (HR. An-Nasa’i) Dalam hadis lain ditegaskan: 4 ey fe ah Ky Hs Se ee 8 Sid BASE Ss Be Baye Bee ee Bee ve at Fi 2dg Sow by tee OG 4 (aabolyy Ett, Jo) (2B 3H; Artinya: . “Barang siqpa yang membunuh seorang, maka ia tidak dapat mewarisinya, twalau- pun orang yang dibuinuh tidak mempunyai aki waris selain dirinya, dan jika yang ter- bunuh itu ayah atau anaknya, maka bagi pembunuh tidak ada hak untuk mewarisi.” (HR. Ahmad) “>~ 7 : . opal artinya Keluar dari agama Islam. Orang YB murtad gugur hak mewarisinya, ik itu dari atas, bawah maupun dari samping- Demikian pula sebaliknya, ia tidak dapat mewariskan hartanya kepada keluarganya yang muslim. . d. Berlainan agama Antara orang Islam dengan orang non islam (Kafir) tidak ada hak saling mewarisi, meskipun ada hubungan kerabat yang sangat dekat. Keduduk- annya sama dengan orang murtad. Rasulullah saw. bersabda: A 4 ey 2 et 8g ail Joo Sal gb 5 on Mle oF pS A gd JG ploy ge (doled ayy) pad [tS % Artinya: “Dari Usamah bin Zaid, dari Nabi saw. ber- sabda, ‘Tidak mewarisi orang Islam dari orang kafir. Demikian pula orang kafir tidak pula mewarisi dari orang Islam’.” (HR. Jamaah) Abli aris is Ahli waris ialah orang-orang yang bi ig-orang yang bisa memperoleh warisan dari Sera meninggal dunia. Ahli waris dapat dilihat ari dua segi; Pertama, dari jenis kelamin, ae terdiri dari laki-laki dan perempuan. ua dari segi haknya atas warisan, yaitt terdiri dari dzawil furudh dan ashabah. Dipindai dengan CamScanner a, Ahtli waris laki-laki, terdiri dari: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 2) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) Bapak. Kakek (ayahnya bapak) dan se- terusnya ke atas dari garis laki-laki. Anak laki-laki. Cucu lakidaki (anak laki-laki dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah dari garis laki-laki. Saudara laki-laki kandung. Saudara laki-laki seayah. Saudara laki-laki seibu. Anak laki-laki dari saudara laki- laki sekandung. Anak laki-laki dari saudara laki- laki seayah. Paman sekandung (saudara laki- laki bapak sekandung). Paman sebapak (saudara laki-laki seayah). Anak laki-laki paman sekandung. Anak laki-laki paman seayah. Suami. Laki-laki yang memerdekakan budak. Untuk memudahkan it gatan ter- hadap ahli waris laki-laki lihat bagan berikut: +H} {0 a »] fis 6-47 LL asf [3 9 4 v Alli waris perempuan, terdiri dari: 1) Ibu. 2) Nenek dari pihak ibu terus ke atas. 3) Nenek dari pihak bapak (tidak terus ke atas). 4) Anak perempuan. 5) Cucu perempuan dari anak laki- aki, dan seterusnya ke bawah dari garis laki-laki. 6) Saudara perempuan sekandung. 7) Saudara perempuan seayah. 8) Saudara perempuan seibu. 9) Istri. 10) Perempuan yang memerdekakan hamba sahaya. Apabila semua abli waris perem- puan masih hidup, maka yang berhak menerima warisan adalah anak perem- puan, ibu, dan nenek. Keterangan: M: yang mati. AL: Anak laki-laki. Bila semua ahli waris baik yang laki-laki maupun perempuan masih Dipindai dengan CamScanner ada (hidup) semua, maka yang me warisi adalah: 1) Anak laki-laki. 2) Anak perempuan. _ 3) Ayah. 4) Ibu. 5) Suami/istri. yrudh Muq Furudh artinya bagi artinya ditentukan. Jadi, furudht mugaddarah artinya ahli waris yang bagian-bagian besar- nya telah ditentukan_ di dalam AL ur/an. Furudh al-mugaddarah ada enam: a. 2/3 (dua pertiga) 1/2 (setengah) 1/3 (sepertiga) 1/4 (seperempat) 1/6 (seperenam) 1/8 (seperdelapan) Masing-masing, bagian di atas adalah untuk ahli waris sebagai berikut: a. 213 (dua pertiga) ‘Ahli waris yang mendapat dua pertiga adalah: 1) Dua orang anak perempuan atau lebih, apabila tidak ada anak laki- Jaki. 2) Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada ahli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- an dan mugaddaralt ro pos laki. d) Saudara laki-laki kandung. e) Bapak. f) Kakek dari pihak bapak. b. \ 1/2 (setengal) memperoleh se. Ahli waris yang hi: tengah adala pee erempuan unggal, apa- 1) aia ‘ada anak Jaki-laki. tunggal, apa- Cucu perempuan ics 2) bila tidak ada ahli waris: a) Anak Jaki-laki. b) Cucu Jaki-laki dari anak laki- laki. c) Anak perempuan- saudara perempuan kandung 2) ianeeall apabila tidak ada ahli waris: a) Anak laki-laki. b) | Anak perempuan. ©) Cucw laki-laki dari anak lak laki. a) Bapak. e) Kakek dari pihak bapak. 4) Saudara perempuan sebapak tunggal, apabila tidak ada abli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. d) cu perempuan dari anak aki-laki. e) Saudara laki-laki kandung. f) Saudara laki-laki sebapak. f a perempuan kandung. japak. i) Kakek dari pihak bapak. 5) Suami, apabila tidak ada ahli waris: a) Anak laki-laki, b) Anak perempuan. c) Cucu laki-laki : eee dari anak @ ) ere prempuan dari anak Dipindai dengan CamScanner «. 113 (sepertiga) Abli waris yang memperoleh se- pertiga adalah: yy 2) Ibu, apabila tidak ada ahli waris: a) Anak laki-laki, b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 4) Cucu perempuan dari anak laki-laki. e) Dua orang saudara atau lebih: baik laki-laki maupun perem- puan, baik saudara sekandung, sebapak, maupun seibu. Dua orang saudara atau lebih se- ibu, baik laki-laki maupun perem- puan, apabila tidak ada ali waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- taki. 4) Cucu perempuan dari anak Jaki-laki. ©) Bapak. f) Kakek dari pihak bapak. d. 1/4 (seperempat) Ahli waris yang memperoleh se- perempat adalah: ) 2) Suami, apabila ada abli waris: a) Anak Jaki-laki. b) Anak perempuan. c) Cucu laki-laki dari anak laki- Jaki. d) Cucu perempuan dari anak laki-laki. . Istri, apabila tidak ada abli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ¢) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. d) Cucu perempuan dari anak laki-laki. 116 (seperenam) Ahli waris yang memperoleh se- perenam adalah: 1) 2) 3) 4) 5) Bapak, jika ada ahli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. d) Cucu perempuan dari anak Jaki-laki. Ibu, apabila ada ahli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki d; laki. d) Cucu perempuan dari anak laki-laki. e) Dua orang saudara atau lebih, baik laki-laki maupun perem- puan, baik saudara sekan- dung, sebapak maupun seibu. jari-anak laki- Nenek, baik dari pihak ibu atau bapak, apabila tidak ada ahli waris: a) Ibu. b) Bapak (khusus nenek dari pihak bapak). Cucu perempuan dari anak laki- aki, apabila tidak ada abli waris: a) Anak laki-laki. b) Cucu laki-laki dari anak laki- Jaki. ©) Anak perempuan lebih dari satu orang. Artinya, jika hanya ada satu orang anak perem- puan kandung, maka cucu pe- rempuan memperoleh bagian seperenam. Saudara perempuan sebapak, baik seorang atau lebih, dengan syarat Sa Dipindai dengan CamScanner bersamanya ada seorang saudara perempuan sekandung. Ttu pun dengan syarat apabila tidak ada ahli waris: . a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki- Jaki (cucu laki-laki). d) Cucu perempuan dari anak laki-laki (cucu. perempuan). fe) Saudara laki-laki kandung. {) Saudara laki-laki sebapak. 6) Saudara seibu tunggal, baik laki- laki maupun perempuan, apabila tidak ada abli waris: a) Anak Jaki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak Jaki- laki. d) Cucu perempuan dari anak laki-laki. ‘e) Bapak. ) Kakek dari pihak bapak. 1/8 (seperdelapan) ‘Abli waris yang memperoleh se- perdelapan adalah istri, apabila ada salah seorang abli waris: a) Anak laki-laki. b) Anak perempuan. ©) Cucu laki-laki dari anak laki-laki. d) Cucu perempuan dari anak laki- laki. Hijab artinya penutup atau penghalang, Maksudnya adalah penutup atau Penge lang ahli ‘waris yang, semestinya men japat bagian menjadi tidak mendapat bagian atau tetap menerima warisan, tapi jumlahnya ber- kurang karena ada ahli waris yang Jebih dekat pertalian kekerabatannya. Hijab ada dua macam: 1. Hijab Nugshan Hijab Nugshan, dapat menguran yaitu penghalang yang i bagian yang, seharus- nya diterima oleh ahli waris. Misalnya, istri bisa mendapat 1/4 warisan, karena ada anak maka ia mendapatkan 1/8. 2. Hijab Hirman, Hijab Hirman, yaitu penghalang yang menyebabkan ahli waris tidak men- dapatkan warisan sama sekali karena ada ahli waris yang lebih dekat per- talian kekerabatannya. ‘Ada abli waris yang, tidak bisa terhijab oleh ahli waris yang lainnya, yaitu anak laki-laki dan anak perempuan. Uraian ahli waris yang dapat terhijab adalah sebagai berikut: Beep , 1. Ahli Waris yang Terhijab Nugshan a. Ibu, tethijab oleh anak, cucu, dua orang saudara atau lebih. b. Bapak, terhijab oleh anak atau cucu. ¢, Suami atau istri, terhijab oleh anak atau cucu. 2. Ahli Waris yang Terhijab Hirman Dipindai dengan CamScanner b. ce Kakek dari bapak terhijab oleh bapak. Saudara laki-laki_sekandung ter- hijab oleh: g 1) Anak lakitlaki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. Saudara laki-laki sebapak, terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. 4) Saudara laki-laki sekandung. 5) Saudara perempuan sekan- dung bersama dengan anak/ cucu perempuan. Saudara laki-laki_ seibu terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. i 2) Anak perempuan. 3) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 4) Cucu perempuan dari anak laki-laki. 5) Bapak. 6) Kakek dari pihak bapak. ‘Anak laki-laki dari saudara laki- laki kandung (keponakan), ter- ib oleh: 04 ‘Anak laki-laki. Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) Saudara laki-laki sebapak. 7) ‘Saudara perempuan sekan- dung atau sebapak bersama anak/cucu perempuan. con” V Anak lakiclaki dari saudara_laki- _ Taki sebapak, terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) “Gucu lakislaki dari anak laki- laki 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) -Saudara laki-laki sebapak. 7) Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama anak/ cucu perempuan (dari anak laki-laki). 8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. Paman kandung (saudara laki-laki bapak, sekandung), terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. eth 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) Saudara laki-laki sebapak. 7) Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama anak/ cucu perempuan (dari anak lakiaki). 8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. Paman (saudara laki-laki bapak sebapak) sebapak terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) Saudara laki-laki sebapak. Cpl - Dipindai dengan GamScanner 7) Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama anak/ cucu perempuan (dari anak laki-laki). 8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. 10) Paman sekandung Anak laki-laki dari paman sekan- dung, terhijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) Saudara laki-laki sebapak. 7) Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama anak/ cucu perempuan (dari anak laki-laki). 8) Anak laki-taki dari saudara lakilaki kandung. 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. 10) Paman sekandung. 11) Paman sebapak. Anak laki-laki paman sebapak, tethijab oleh: 1) Anak Jaki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. ye 3) Bapak. 4) Kakek dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki kandung. 6) Saudara laki-laki sebapak. 7) Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama anak/ cucu perempuan (dari anak laki-laki).. ki-laki dari saudara Jaki-laki kandung- ; 9) Anak Jaki-laki dari saudara Jaki-laki sebapak- 40) Paman sekandung. 11) Paman sebapak- 12) Anak Jaki-laki paman kandung. Cucu _perempuan dari anak laki- Jaki, terhijab oleh: 1) Anak Jaki-laki. Dua anak perempuan atau 8) Anak Jal a ) Febih jika tidak ada cucu lak jaki dari anak laki-laki. | Nenek dari pihak bapak terhijab oleh bapak. Nenek dari pihak ibu, terhijab oleh ibu. Saudara perempuan kandung, ter- hijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- laki. 3) Bapak. Saudara perempuan sebapak ter- hijab oleh: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki- Taki. 3) Bapak. 4) Saudara perempuan kandung dua orang atau lebih, jika ti dak ada saudara laki-laki se- bapak. 5) Seorang saudara perempuan bersama anak/cucu perem- puan (dari anak Jaki-laki). Saudara perempu: i - hijab olehe Puan seibu, ter 1) Anak laki-laki. 2) Anak perempuan. Dipindai dengan CamScanner Cucu laki-laki dari anak laki- Jaki. 4) Cucu perempuan dari anak laki-laki. 5) Bapak. 6) Kakek dari pihak bapak. Demvil furudh artinya yang mempunyai bagian tertentu. Maksudnya abli waris yang bagiannya sudah tertentu, sebagaimana sudah dijelaskan dalam fasal furudh muqad- darah. Sedangkan ‘ashabah menurut bahasa “pembela atau penolong”. Dan menurut istilah syar‘i adalah ahli waris yang tidak ditentu- kan bagiannya dengan kadar tertentu. Ia menerima bagian setelah ahli waris dzawil furudh menerima bagiannya. Oleh karena itu, ashabah ini mungkin saja menerima se- mua sisa, atau sebagian sisa, atau bahkan tidak menerima sama sekali, karena harta yang dibagikan. telah habis diberikan ke- pada dzawil furudh. 1. Dzawil Furudh dan ‘Ashabah Pembagian dzawil furudh dan ‘ashabah ini dapat diklasifikasikan kepada empat kelompok: a. Ahli waris yang menerima sebagai dzawil furudh saja dan tidak akan me- nerima ‘ashabah, yaitu: 1) Suami. 2) Istri. 3) Saudara laki-laki seibu. 4) Saudara perempuan seibu. 5) Ibu. b. Vern ungbinay, Como Cure dar 6) Nenek dari pihak bapak. 7) Nenek dari pihak ibu. Ahli waris yang menerima bagian se- bagai ‘ashabah saja, Dengan kemung- kinan bisa menerima seluruh harta warisan, menerima sisa harta atau mungkin sama sekali tidak menerima- nya. Mereka adalah: 1) Anak laki-laki. 2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki. 3) Saudara laki-laki sekandung. 4) Saudara laki-laki sebapak. 5) Anak laki-laki dari saudara laki- aki sekandung. 6) Anak laki-laki dari saudara laki- laki sebapak. 7) Paman sekandung. 8) Paman sebapak. 9) Anak laki-laki paman sekandung. 10) Anak laki-laki paman sebapak. Ahli waris adakalanya sebagai dzawil furudh dan adakalanya sebagai ‘asha- bah, yaitu: 1) Anak perempuan. 2) Cucu perempuan dari anak laki- Jaki. 3) Saudara perempuan kandung. 4) Saudara perempuan sebapak. Ahli waris yang adakalanya menerima bagian sebagai dzavil furudh, adakala- nya sebagai ‘ashabah dan adakalanya sekaligus sebagai dzawil furudh dan ‘ashabah. Mereka adalah: 1) Bapak. 2) Kakek dari pihak bapak, Drow! Arbor ey Let \apos Ver diday A Vato\an 2 a ‘Ashabah | Se are . ‘Adapun tentang ‘ashabah terbagi ke- pada tiga bagian, yaitu: ‘ \ dowd “Ashabah binafsih ‘Ashabal_binafsilt, yaitu menerima sisa harta karena dirinya sendiri, bukan arena sebab lain. Yang termasuk asha- bah binafsih adalah semua ahli waris laki-laki kecuali saudara laki-Jaki seibu. Rasulullah saw. bersabda: be 53325 46 IGE al sa ealt soy ole sr po HNB (ale ae) Artinya: “Dari Ibn Abbas, ia berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ‘Berikanlah ketentuan-ke- tentuan warisan itu kepada yang berhak, kemudian jika masih sisa untuk ahli waris laki-laki yang lebiht dekat’.” (HR. Muttafaq ‘alaih) “Ashabah bil ghairi “Ashabah bil ghairi, yaitu ahli waris yang menerima sisa harta karena ber- sama dengan ahli waris laki-laki yang setingkat dengannya. Yang termasuk ‘ashabah ini adalah abli waris perem- puan yang bersamanya ahli waris laki- Jaki, yaitu: 1) Anak perempuan, jika bersama- nya anak laki-laki. 2) Cucu perempuan, jika bersama- ya cucu laki-laki. 3) Saudara perempuan kandung, jika bersamanya Saudara laki-laki kan- dung. 4) Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya saudara laki-laki se- bapak. maval giiaire , ee airi, yaitt. menjadi ‘en re a et ‘ashabah kare puan dalam garis lain abi waris pere™hg menerima harta se yak meri furudh. Jadi, bersama de- agai dzawil fain yang tidak seting. "Achabah ini adalah " Yang termasuk ‘2: rH wan perempuan yang bersama- abi faa ahi wavis,perempuan Yang rye sogaris/setingkat, yaitu: kandung, jika saudara perempuan kandu 1) Persamanya ada ahli waris: ‘Anak perempuan (satu orang atau lebih), atau b) Cucu perempuan (satu orang atau lebih). 2) Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya ada ahli waris: a) Anak perempuan (satu orang atau lebih), atau b) Cucu perempuan (satu orang atau lebih). Rasulullah saw. bersabda: “ashabalt a) ese ng ples ce a Le 3525 os KS LAL NIxyj Kath gy ot slutlly pled Vi delat! oly) Artinya: Rasulullah saw. menetapkan untuk anak Perempuan setengah bagian, cucu perem- puan (dari anak Iaki-laki) seperenam bagian untuk mencukupi dua pertiga bagian, dan sisanya untuk saudara perempuan.” (HR. Jamaah, kecuali Muslim dan Nasa‘i dari Ibnu Mas‘ud) (agree oy! 7 Dipindai dengan CamScanner 1. Bagian Masing-masing Ahli Waris Di bawah ini akan dijelaskan tentang pembagian masing-masing ahli waris, de- ngan kemungkinan-kemungkinan kadar bagiannya, atau kemungkinan memperoleh atau tidaknya, a. b. Anak laki-laki Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Mendapatkan semua harta warisan, apabila tidak ada anak perempuan, ibu bapak, suami/istri. 2) Sebagai ‘ashabah binafsih, setelah diambil bagian dzawil furudh, Dan akan memperoleh seluruh sisa jika tidak ada anak perempuan. Bila ada anak perempuan, maka bagian- nya adalah dua kali bagian perem- puan. Cucu laki-laki dari anak laki-laki Kemungkinan memperoleh warisan: 1) _ Jika tidak terhijab, ia sebagai asha- bah binafsih; bisa memperoleh se- luruh sisa: warisan, jika tak ada cucu perempuan dari anak laki-laki; jika ada cucu perempuan (dari laki- laki), bagiannya dua kali bagian cucu perempuan. 2) Tidak memperoleh warisan (ter- hijab), bila, ada anak laki-laki. Bapak @) We Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Dapat terhijab nugshan. 2) 1/6 bagian, jika ada abli waris anak atau cucu laki-laki. 3) 1/6 bagian ditambah ‘ashabah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan. 4) ‘Ashabah, jika tidak ada anak atau cucu baik laki-laki maupun pe- rempuan. d. _Kakek dari pihak bapak Ly e ‘f & a eure Cae ScIene vv, Kemungkinan memperoleh warisan: Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Bisa terhijab hirman, jika ada bapak. 2) 1/6 bagian jika ada anak atau cucu laki-laki. 3) 1/6 bagian ditambah ‘ashabah, jika ada anak atau cucu. perempuan. 4) Sebagai ‘ashabah, apabila tidak ada anak/cucu laki-laki maupun perempuan. Saudara laki-laki sekandung Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Bisa terhijab hirman, jika ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki atau bapak. 2). ‘Ashabah binafsih, bisa memper- oleh seluruh sisa warisan. 3) 1/3 bagian jika lebih dari satu orang saudara baik laki-laki mau- pun perempuan. Saudara laki-laki sebapak Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Bisa terhijab hirman, jika ada anak Jaki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, saudara laki-laki sekandung atau saudara perem- puan sekandung. 2) ‘Ashabah binafsih. 3) 1/3 bagian jika lebih dari satu orang saudara sebapak baik laki- aki maupun perempuan. Saudara laki-laki seibu \ 'V) 1) Bisa terhijab hirman, jika ada anak lakilaki atau perempuan, cucu laki- Dipindai dengan CamScanner ie k. \ n / t \y V3 Jaki atau perempuan dari anak laki- Jaki, bapak, kakek dari pihak bapak. 2) 1/3 bagian jika terdiri dari dua ca orang atau lebih. (\ 0! 3) 1/6 bagian jika hanya satu orang. . Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung, anak laki-laki dari saudara se- bapak, paian kandung, paman sebapak, anak laki-laki paman sekandung, anak laki-laki paman sebapak Kemungkinan memperoleh warisan: 1) _ Bisa terhijab hirman. 2) Bisa ‘ashabah binafsih. Suami., Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Bisa terhijab nugshan, jika ada anak atau cucu. 2) 1/2 bagian jika tidak ada anak atau cucu. “ 3) 1/4 bagian jika ada anak atau cucu. Anak perempuan Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Tidak dapat terhijab. 2) 1/2 bagian jika hanya seorang dan tidak ada anak laki-laki. 3) 2/3 bagian jika lebih dari satu orang dan tidak ada anak laki- laki. 4) ‘Ashabah bil ghairi jika ada anak laki-laki. Cucu perempuan dari anak laki-laki Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Dapat terhijab hirman, jika ada anak laki-laki, dua anak perem- puan atau lebih. . 2) 1/2 bagian, jika hanya seorang, tidak ada cucu laki-laki, atau se- orang anak perempuan. or orang 3) aka dua orang atau bagian jika atau con "ak tidak ada anak laki-laki atau seorans, anak perempuan, jika ada anak perem- \ 4) 1/6 bagions ws laki-laki ») ) puan tapi tidak ada cuc' i. 1) Lie : eh warisan: Kemungkinan memperoreh WANS 1) Bisa terhijab nuqshan, jika ada anak, cucu: atau dua orang saudara atau lebib. 2) 1/3 bagian jika tidak ada anak, cucu, atau dua orang saudara atau lebih. 3) 1/3 dari sisa, jika termasuk ghara- wain, Gharawain adalah jika ahli weris terdiri dari suami, ibu dan bapak, atau istri, bu dan bapak. 4) 1/6 bagian jika ada anak, cucu atau dua orang saudara atau lebih. m,_Nenek, \2) Kemungkinan memperoleh warisan 1) Bisa terhijab hirman, jika ada anak, ibu atau bapak. 2) 1/6 bagian (untuk seorang atau dua orang nenek) jika tidak ada anak, ibu atau bapak). n._Saudara perempuan kandung Kemungkinan memperoleh warisan: 0) 2) 3) 4) Bisa terhijab hirman, jika ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak. 1/2 bagian, jika hanya seorang atau tidak ada anak, cucu perem- puan atau sdudara laki-laki se- kandung, aki-laki se 2/3 bagian, jika dua orang atat lebih dan tidak ada anak, cucu pe- rempuan, atau saudara laki-laki sekandung. Bisa ‘ashabah bil ghairi, jika ad: saudata laki-laki Snduad = Dipindai dengan CamScanner Bisa ‘ashabah ma’al ghaiti, jika tidak ada saudara laki-laki kan- dung, tapi ada ahli waris anak pe- Tempuan, atau cucu perempuan, atau anak, dan cucu perempuan, o._Sandara perempuan sebapak Kemungkinan memperoleh warisan: 1) _ Bisa terhijab hirman, jika ada anak laki-laki, cucu laki-laki, bapak, dua orang atau lebih saudara pe- Tempuan kandung atau saudara perempuan kandung bersama anak/cucu perempuan. 1/2 bagian, jika seorang dan tidak ada saudara laki-laki, bapak, anak, cucu perempuan atau sau- dara perempuan kandung. 2/3 bagian, jika terdiri dari dua orang atau lebih dan tidak ada ali waris anak, cucu perempuan, saudara laki-laki sebapak atau saudara perempuan kandung. 2) 3) 4) 1/6 bagian, jika ada seorang sau- dara perempuan kandung tetapi tidak ada anak, cucu perempuan atau saudara laki-laki sebapak. 5) ‘Ashabah bil ghairi jika ada sau- dara laki-laki sebapak. ‘Ashabah ma‘al ghairi, jika tidak ada saudara laki-laki sebapak, atau saudara perempuan kandung. Te- tapi ada ahli waris anak perem- puan atau cucu perempuan. 6) p. Saudara perempuan seibu Kemungkinan memperoleh warisan: 1) _ Bisa terhijab hirman, jika ada anak laki-laki atau perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, bapak, atau kakek dari pihak bapak 2) 1/3 bagian jika terdiri dari dua orang atau lebih. 3) 1/6 bagian jika hanya seorang. cae Istri Kemungkinan memperoleh warisan: 1) Bisa terhijab nugshan, jika ada anak atau cucu. 2) 1/4 bagian, jika tidak ada anak atau cucu, baik laki-laki maupun perempuan. 3) 1/8 bagian jika ada anak atau cucu baik laki-laki maupun perempuan. jan Warisan Dalam pembagian harta warisan ini, selain harus mengetahui hukum-hukumnya, juga kita perlu mengetahui ilmu berhitung atau cara menghitung harta warisan. Ada kaidah-kaidah perhitungan yang harus di- ketahui, sehingga selain memudahkan cara pembagiannya, juga dapat membagi harta warisan dengan benar. Di antara cara menghitung bagian masing-masing ahli waris adalah dengan cara dicari dahulu asal masalah, yaitu bi- langan bulat yang digunakan untuk mem- bagi harta warisan. Caranya adalah sebagai berikut: a. Jika ahli waris hanya terdiri dari ahli waris ‘ashabah binafsih, maka asal masalahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada: Misalnya: Ahli waris terdiri dari 5 orang anak laki- Jaki, Maka asal masalahnya adalah lima. Cara pembagian warisannya langsung dibagi 5, dan masing-masing ahli waris mendapat satu bilangan. ion “oo Dipindai dengan CamScanner Jika ahli waris hanya terdiri dari ahli waris ‘ashabah laki-laki dan perem- puan, maka untuk laki-laki dua kali Upet perempuan, dengan cara dikalikan ua. Misalnya: Abii waris terditi dari 4 orang anak laki- laki dan tiga orang anak perempuan. Cara mencari asal masalahnya: (4x2)+3=11. Cara pembagian harta warisnya: Harta dibagi 11; untuk anak laki-laki masing-masing dua bagian dan masing- masing anak perempuan satu bagian. Jika ahli waris hanya satu orang ahli waris dzawil furudh, maka asal masa- lahnya adalah angka “penyebut” bagian ali waris yang, bersangkutan. Misalnya: Ahli waris hanya seorang anak perem- puan. Bagian seorang anak perempuan adalah 1/2. Maka asal masalahnya adalah 2. Cara pembagian harta warisnya adalah: Harta warisan : 2 = bagian anak perem- puan. Ahli waris hanya seorang saudara pe- rempuan seibu. Bagiannya adalah 1/6. Maka asal masalahnya adalah 6. Cara pembagian harta warisannya ada- ah: harta warisan : 6 = bagian saudara perempuan seibu. d. Jika ahli waris terdiri dari ahli waris dzawil furudh dua orang atau lebih, baik ada ahli waris ‘ashabah atau tidak, maka mencari asal masalahnya dengan cara mencari “kelipatan persekutuan terkecil (KPK)” dari angka penyebut bagian masing-masing ahli waris. Misalnya: ing meninggal, ahli warisnya: se. a Bak perempuan, suami, dan bapak. Bagian anak perempuan 1/2, suami 1/4, dan bapak ‘ashabah/sisa, ‘Asal masalah KPK dari 1/2 dan 1/4 adalah 4. Anak perempuan = 1/2x4 Suami = 1/4x4 Bapak = 4-(2+1)= Cara pembagian akhir harta warisan- nya adalah: Anak perempuan = 2/4x 4 =2 Suami = 1/4x4 =1 Bapak = 1/4x4 =1 Seseorang meninggal dunia, mening- galkan harta Rp. 48.000.000,00. Abii warisnya terdiri dari istri, ibu, dan dua anak laki-laki, Berapa bagian masing- masing? Jawab: Bagian istri 1/6, bagian ibu 1/8, dua anak laki-laki adalah ‘ashabah/sisa. ‘Asal masalahnya KPK dari 1/6 dan ' 1/8 adalah 24 Istri =1/6x24 =4 Ibu =1/8x24 =3 anak laki-laki = 24 - (4 +3)=17 Langkah akhir pembagian harta waris- anya: Istri = 4/24 x Rp. 48.000.000,00 = Rp. 8.000.000,00 Ibu = 3/24 x Rp. 48,000.000,00 = Rp. 6.000.000,00 2 anak laki-laki = 17/24 x Rp. 48.000,000,00 = Rp. 34.000.000,00 Jumlah = Rp. 48.000.000,00 Dipindai dengan CamScanner 1, Al-Aul PH AST. Al-Aul artinya bertambah. Dalam ilmu faraidh aul diartikan bagian-bagian yang harus diterima oleh ahli waris lebih banyak daripada asal masalahnya, sehingga asal masalahnya harus ditambah atau diubah. » Misalnya: a._.Ahli waris terdiri dari suami dan 2 orang saudara perempuan kandung. Bagian suami 1/2 dan dua saudara perempuan kandung 2/3. Asal masa- lahnya adalah 6. Suami = 1/2x6 =3 2 saudara (perempuan) kandung = 2/3x6 =4 Jumlah bagian =7 Asal masalah 6 sedangkan jumlah bagian 7, ini berarti tidak cocok. Agar harta warisan dapat dibagikan kepada ahli waris dengan adil, maka asal masalah dinaikkan menjadi 7, se- hingga penyelesaiannya. Suami = 3/7 x harta warisan 2 saudara (perempuan) kandung = 4/7 x harta warisan b. Abli waris terdiri dari istri, ayah, ibu, dan dua anak perempuan. Harta pe- ninggalan sebesar Rp. 81.000. Bagian masing-masing adalah istri 1/8, ayah 1/6, dan 2 anak perempuan 2/3. Asal masalahnya 24. Cara menghitungnya adalah: Istri = 1/8x24=3 Ayah =1/6x%=4 Ibu = 1/6x2%=4 2 anak perempuan = 2/3 x 24 = 16 Jumlah bagian =27 ‘Asal masalahnya 24 sedangkan jum- lah menjadi 27, sehingga cara perhi- tungan akhirnya adalah: Istri. = 3/27 x 81.000- = 9.000,- Ayah 4/27 x 81.000, Ibu = 4/27 x 81.000,- .2 anak perempuan = 16/27 x 81.000,- Jumlah bagian Abli waris terdiri dari istri, bu, dua saudara perempuan kandung dan se- orang saudara seibu. Harta pening- galan Rp. 45.000.000,- Istri 1/4, ibu 1/6, dua saudara perem- puan kandung 2/3 dan seorang sau- dara seibu 1/6. Asal masalahnya 12. Istei = /4xis =3 Ibu = 16x12 =2 2 saudara (perempuan) kandung = 2/3x12 =8 Seorang saudara seibu = 16x12 =2 Jumlah =15 Asal masalahnya 12, sedangkan jum- lah bagian 15, maka asal masalah di- naikkan menjadi 15. Cara perhitungan akhirnya: Istri = 3/15 x 45.000.000,- = 9.000.000,- Dipindai dengan CamScanner 2 eating te Ibu 2/15 x 45,000.000,- 6.000.000,- 2 saudara (perempuan) kandung = 8/15 x 45,000.000- WW 24,000.000,- 1 saudara seibu = 2/15 x 45,000.000,- = 6,000.000,- Jumlah = 45.000.000,- 2. Ar-Radd Ar-Radd (ar-raddu) yaitu: “Mengembali- kan”. Menurut istilah faraidh ialah “Mem- bagi sisa harta warisan kepada abli waris me- nurut masing-masing bagiannya”. ArRadd ini dilakukan karena setelah harta diperhitungkan untuk ahli waris, ter- nyata masih ada sisa harta. Sedangkan ahli waris tidak ada ‘ashabah. Maka sisa harta tersebut dibagikan kepada ahli waris yang ada, kecuali suami/istri. Contoh penyelesaian dengan radd: Ahli waris terdiri dari seorang anak perem- puan dan ibu: Bagian anak perempuan 1/2 dan ibu 1/6. Asal masalahnya ber- arti 6. Anak perempuan = 1/2x6 =3 Tbu = 1/6x6=1 Jumlah =4 ‘Asal masalah (KPT/KPK) adalah 6, sedang- kan jumlah bagian 4, maka penyelesaian dengan radd asal masalahnya dikembali- kan kepada 4. Sehingga cara penyelesaian akhirnya: Anak perempuan = 3/4 x harta warisan Ibu = 1/4 x harta warisan aian di atas adalah apabj), ara les ne : Bae yeti ata istri. Apabila ady tidak ada suami suami atau istri. Cara penyelesaiannya kan harta sebesar Rp. 18.000.000,-. Ahj; waris terditi dari istri, dua orang saudar, seibu dan ibu. Bagian istri 1/4, dua orany saudara seibu 1/3 dan ibu 1/6. Asal mass. lahnya adalah 12. adalah sebaga; Istri = 1/4x12 =3 Dua saudara seibu = 1/3x 12 =4 Ibu = 1/6x12 =2 Jumlah bagian =9 Karena ada istri, maka sebelum sisz warisan dibagikan, hak untuk istri diambil dulu dengan menggunakan asal masalah sebagai pembagi. Maka untuk istri = 3/12 x Rp. 18.000.000,- = Rp. 4.500.000,-. Sisa warisan setelah diambil istri berarti Rp. 18.000.000,- - Rp. 4.500.000; = Rp. Rp. 13.500.000, Dibagi untuk dua orang saudara seibu dan ibu, yaitu dengan cara bilangan pembagi- nya adalah jumlah perbandingan kedua pihak abli waris yaitu 4 + 2 = 6. Maka bagian masing-masing adalah: Dua saudara seibu “= 4/6 x Rp. 13.500.000; Rp. 9.000.000, Tbu = 2/6 x Rp. 13.500.000- = Rp. 4.500.000,- Jumlah Rp. 13.500.000,- Dipindai dengan CamScanner

You might also like