You are on page 1of 19

Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ...

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 10 Nomor 1, Juni 2013

MANAJEMEN LABA DENGAN CLASSIFICATION SHIFTING:


PENGUJIAN LABA USAHA DAN POS LUAR BIASA
(STUDI EMPIRIS DI NEGARA-NEGARA ASEAN)

Soliyah Wulandari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
soliyah.wulandari@gmail.com
Indra Wijaya Kusuma
Universitas Gadjah Mada
indra.kusuma@gadjahmada.edu

Abstract

Earnings management using classification shifting is interesting because many previous researches
have shown that analyst and investors pay more attention to core earnings (investors give low weight on
transitory earnings). Extraordinary items are transitory items or irregular items and their allocation require
management subjectivity, thus allowing management to exercise classification shifting using extraordinary
items to increase core earnings. This research aims to detect earnings management through classification
shifting by classifying core expenses as extraordinary items to increase core earnings. Samples of this
research obtained with purposive sampling from all companies listed in the capital markets of Indonesia,
Malaysia, Singapore, Philippines, Thailand, and Vietnam. Final samples are 126 observations from 2004
until 2008. Data analysis was performed using multiple regressions. Results show that extraordinary items
current year are positively associated with unexpected core earnings this year, but extraordinary items this
year are also positively associated with unexpected change in core earnings in the following year. This
research does not provide empirical support for classification shifting by companies listed in the capital
markets of Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines, Thailand, and Vietnam. An unexpected increase in
core earnings is more consistent with real economic improvements.
Keywords: earnings management, extraordinary items, classification shifting

Abstrak

Manajemen laba menggunakan classification shifting menarik karena banyak penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa analis dan investor lebih memperhatikan lebih laba usaha (investor memberikan bobot
rendah pada laba transitori). Pos luar biasa merupakan pos transitori atau pos luar biasa dan pengalokasiannya
memerlukan subjektivitas manajemen, yang memungkinkan manajemen untuk melakukan classification
shifting dengan menggunakan pos luar biasa untuk meningkatkan laba usaha. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeteksi manajemen laba melalui classification shifting dengan mengklasifikasikan beban usaha
sebagai pos luar biasa untuk meningkatkan laba usaha. Sampel penelitian ini dihasilkan dengan purposive
sampling dari seluruh perusahaan yang terdaftar di pasar modal Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
Thailand, dan Vietnam. Sampel akhir sebanyak 126 observasi dari tahun 2004 sampai dengan 2008. Data
dianalisis dengan menggunakan regresi berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa pos luar biasa tahun ini
secara positif berhubungan dengan unexpected core earnings tahun ini, tetapi pos luar biasa tahun ini juga
secara positif berhubungan dengan unexpected change in core earnings tahun yang akan datang. Penelitian
ini tidak memberikan dukungan secara empiris classification shifting oleh perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di pasar modal Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Peningkatan
unexpected core earnings konsisten dengan real economic improvement.
Kata kunci: manajemen laba, pos luar biasa, classification shifting
2 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

PENDAHULUAN yang akan datang karena bukan berasal dari


kegiatan operasi normal perusahaan sehingga
Salah satu bentuk pertanggungjawaban tidak diperhatikan oleh analis dan investor.
manajemen kepada masyarakat, khususnya McVay (2006) menjelaskan perbedaan
para pemegang saham, adalah berupa laporan classification shifting dengan dua alat mana-
keuangan. Laporan keuangan memberikan jemen laba lain, yaitu manajemen akrual
gambaran mengenai posisi keuangan, ki- dan manipulasi aktivitas ekonomi riil.
nerja perusahaan, dan perubahan posisi Classification shifting tidak mengubah laba
keuangan. Manajemen merupakan pihak yang GAAP (Generally Accepted Accounting
memberikan informasi laporan keuangan, Principle), namun hanya mengubah klasi-
yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi fikasinya saja sehingga kelebihan mengakui
kinerjanya berdasarkan laporan keuangan ter- (overstates) laba usaha. Hal ini berbeda dengan
sebut. Oleh karena itu, manajemen perusahaan kedua alat manajemen lainnya yang mengubah
bisa saja menggunakan dasar akrual (accrual laba GAAP. Selain itu, jika manajemen laba
basis) untuk tujuan tertentu yang bersifat akrual dan manipulasi aktivitas riil bertujuan
mengurangi laba masa lalu atau laba periode
oportunistik, yang pada akhirnya tindakan
masa depan untuk meningkatkan laba masa
manajemen laba lebih dimaksudkan pada usaha
kini, classification shifting tidak mengurangi
untuk memperoleh bonus dan kompensasi
laba periode masa depan (atau masa lalu)
lainnya.
sehingga laba periode selanjutnya sama
Penelitian mengenai manajemen laba
dengan laba aktual.
telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian Nelson et al. (2002) menemukan bahwa
tersebut berfokus pada manajemen laba auditor KAP (Kantor Akuntan Publik) Big
sebagai kesalahan penyajian (mispresentation) 5 lebih efektif mencegah manajemen laba
atau menyembunyikan kinerja ekonomi yang oportunis hanya ketika manajemen memilih
sebenarnya (Roychowdhury 2006; Jones untuk meningkatkan laba (income-increasing
1991). Dua alat manajemen laba umum yang accruals). Classification shifting tidak mening-
digunakan adalah manajemen akrual dan katkan laba akhir hanya overstates pada laba
manipulasi aktivitas ekonomi riil. usaha sehingga membatasi ketelitian (scrutiny)
Penelitian ini fokus pada manajemen laba auditor dan regulator. Auditor mungkin terbatas
sebagai kesalahan klasifikasi (misclassification) pada kemampuannya untuk memverifikasi
item yang disengaja dalam laporan laba rugi, klasifikasi yang tepat karena pengalokasian
dalam hal ini disebut sebagai pengubahan beban tertentu yang menggunakan subjektivitas
klasifikasi (classification shifting). Alat dan laba akhir yang tidak berubah. Kemudian,
manajemen laba ini menarik karena banyak auditor mungkin memberikan perhatian yang
penelitian, misalnya Lipe (1986), Elliot dan sedikit untuk mengidentifikasi dan melakukan
Hanona (1996), Burgstahler et al. (2002), penyesuaian dari akun tersebut.Manajer ingin
serta Bradshaw dan Sloan (2002), yang telah memaksimalkan kinerja yang dilaporkan
menunjukkan bahwa analis dan investor lebih dengan memindahkan beban ke bawah atau
memperhatikan core earnings (laba usaha) memindahkan pendapatan ke atas yang tidak
daripada laba non operasi yang artinya analis sesuai dengan realitas ekonomi. Memindahkan
dan investor memberikan bobot yang rendah beban ke bawah dilakukan dengan memindah-
pada laba transitori. Hal ini dikarenakan kan item yang tergolong core expenses menjadi
laba usaha memiliki persistensi yang tinggi extraordinary items (kerugian). Sedangkan
karena berasal dari kegiatan operasi normal memindahkan pendapatan ke atas dilakukan
perusahaan. Sementara itu, laba non operasi dengan memindahkan item yang tergolong
mengandung pos tidak biasa (irregular items) extraordinary items (keuntungan) menjadi core
yang bersifat tidak berulang (nonrecurring) revenue. Penelitian ini menguji apakah manajer
atau tidak diharapkan terjadi lagi di masa melakukan classification shifting dengan
menggunakan pos luar biasa (extraordinary
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 3

items) untuk meningkatkan laba usaha. Untuk di dalam FRS 101 (revisi 2009) tentang
membuktikan classification shifting, penelitian Presentation of Financial Statements. FRS
ini berfokus pada pengalokasian beban 101 (revisi 2009) ini efektif 1 Januari 2010.
antara core expenses (harga pokok penjualan, Sebelum terbitnya FRS 101 (revisi 2009) dan
beban penjualan, serta beban umum dan FRS 108 (revisi 2009), akun pos luar biasa
administratif) dan pos luar biasa. Pos luar biasa diatur di dalam FRS 108 (2004) tentang Net
termasuk ke dalam kategori irregular items Profit or Loss for the Period, Fundamental
yang tidak diperhatikan oleh pengguna laporan Errors and Changes in Accounting Policies.
keuangan (Lipe 1986; Elliot dan Hanna 1996; Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Burgstahler et al. 2002; Bradshaw dan Sloan sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan
2002). Pelaporan pos tersebut melibatkan akun pos luar biasa untuk membuktikan
subjektivitas manajer sehingga memungkinkan adanya manajemen laba dengan menggunakan
manajer untuk menggunakan pos luar biasa classification shifting. Dalam penyajiannya,
untuk meningkatkan laba usaha dengan meng- pos luar biasa telah menimbulkan kontroversi.
klasifikasikan core expenses sebagai pos Namun, hanya sedikit penelitian yang meneliti
luar biasa. Misalnya, perusahaan mengalami dan membuktikan penyalahgunaan akun ter-
kerugian dari peristiwa gempa bumi. Hal ini sebut, diantaranya adalah Ronen dan Sadan
membuat manajer melibatkan subjektivitasnya (1975) dan Barnea et al. (1976). Ronen dan
untuk menilai jumlah kerugian yang dialami Sadan (1975) menemukan bukti bahwa
dari peristiwa tersebut. Manajer mungkin saja manajer menggunakan pos luar biasa untuk
menambahkan jumlah kerugian yang dialami meratakan laba sebelum pos luar biasa. Barnea
yang sebenarnya merupakan core expenses et al. (1976) memperluas penelitiannya dengan
sehingga ada sebagian core expense yang menyediakan bukti bahwa manajer juga
dipindahkan klasifikasinya menjadi kerugian menggunakan pos luar biasa untuk meratakan
akibat pos luar biasa. laba operasi. Oleh karena itu, penelitian ini
IAS No. 1 yang diterbitkan setelah tahun ingin melihat apakah terdapat penyalahgunaan
1997 tidak lagi memperbolehkan pencatatan pos luar biasa yang dilakukan oleh manajer
akun Pos Luar Biasa dalam laporan keuangan atau perusahaan dalam hal manajemen laba
perusahaan. PSAK No. 1 (revisi 2009) mengenai dengan menggunakan classification shifting
Penyajian Laporan Keuangan menegaskan untuk mencapai tujuan oportunistisnya.
tidak diperbolehkannya lagi pencatatan akun Selain ingin membuktikan adanya perilaku
pos luar biasa. Dalam paragraf 84 diatur bahwa manajemen laba melalui classification
entitas tidak diperkenankan menyajikan pos- shifting dengan menggunakan pos luar biasa,
pos penghasilan dan beban sebagai pos luar penelitian ini juga ingin memberikan dukungan
biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, secara empiris atas tidak diperkenankannya
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), entitas untuk menyajikan pos-pos penghasilan
atau catatan atas laporan keuangan. Pada saat dan beban sebagai pos luar biasa, karena
peluncuran Exposure Draft (ED) PSAK No. 1 menghapuskan pos luar biasa berarti meng-
(revisi 2009) di atas, terdapat pro dan kontra hapuskan subjektivitas yang diperlukan untuk
berkaitan dengan dihilangkannya pengaturan mengestimasi kejadian luar biasa.
mengenai pos luar biasa dalam laporan
keuangan. Menghapuskan akun pos luar TELAAH LITERATUR DAN
biasa menghilangkan pemisahan sewenang- PERUMUSAN HIPOTESIS
wenang yang diperlukan dari efek peristiwa
yang berulang dan tidak berulang terhadap Manajemen Laba
laba atau rugi suatu entitas selama satu Manajemen laba dapat didefinisikan
periode. Misalnya, alokasi sewenang-wenang sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja
diperlukan untuk mengestimasi efek keuangan dalam proses penentuan laba, biasanya untuk
dari peristiwa gempa bumi terhadap laba atau memenuhi tujuan pribadi” (Schipper 1989).
rugi entitas. Di Malaysia, IAS No. 1 diadopsi Seringkali proses ini mencakup mempercantik
4 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

laporan keuangan, terutama angka yang paling kerugian luar biasa pada akun yang terbakar.
bawah, yaitu laba. Manajemen laba dapat Sedangkan berdasarkan IAS No. 1 dan 8, jika
berupa “kosmetik” jika manajer memanipulasi terjadi kebakaran selanjutnya, perusahaan
akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus tidak boleh lagi mengakui hal tersebut sebagai
kas. Manajemen laba juga dapat “murni” jika kerugian luar biasa, namun jika aset masih
manajer memilih tindakan dengan konsekuensi tersisa maka aset tersebut diturunkan nilainya
arus kas dengan tujuan mengubah laba (impairment), tetapi jika aset tidak tersisa lagi
(Subramanyam dan Wild 2009). maka dicatat sebagai kerugian di luar usaha
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai pokok. Hal ini juga berlaku untuk kejadian
pelaporan keuangan yang tidak netral yang di bencana alam lainnya seperti gempa bumi atau
dalamnya manajer secara intensif melakukan lain sebagainya.
campur tangan untuk menghasilkan beberapa Di Indonesia, IAS No. 1 diadopsi dalam
keuntungan pribadi. Manajer dapat melakukan PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian
campur tangan dengan memodifikasi tentang Laporan Keuangan. Di dalam PSAK No. 1
bagaimana mereka menginterpretasikan ber- tersebut dijelaskan bahwa entitas menerapkan
bagai standar akuntansi keuangan dan data
pernyataan ini untuk periode tahunan yang
akuntansi (Healy dan Wahlen 1999).
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2011.
Pos Luar Biasa (Extraordinary Items)
Di Malaysia, IAS No. 1 diadopsi di dalam
Pos luar biasa adalah peristiwa material
FRS 101 (revisi 2009) tentang Presentation of
serta tidak biasa dan jarang terjadi (tidak
berulang). Contohnya adalah keuntungan Financial Statements. FRS 101 (revisi 2009)
atau kerugian yang dihasilkan dari bencana, ini efektif 1 Januari 2010. Sebelum terbitnya
penyitaan oleh pemerintah, atau larangan FRS 101 (revisi 2009) dan FRS 108 (revisi
menurut undang-undang baru. Pos ini disajikan 2009), akun pos luar biasa diatur di dalam FRS
dalam bagian terpisah pada laporan laba rugi 108 (2004) tentang Net Profit or Loss for the
dengan judul “Pos luar biasa (Extraordinary Period, Fundamental Errors and Changes in
items)” dan diperlihatkan setelah pajak (Kieso Accounting Policies.
et al. 2004).
Basis for Conclusions (BC) dalam IAS Perumusan Hipotesis
No. 1 tentang Presentation of Financial McVay (2006) menguji klasifikasi pos
Statements, BC 60, menyatakan bahwa IAS dalam laporan laba rugi sebagai alat manajemen
No. 8 (1997) tentang Net Profit or Loss for the laba. McVay (2006) berfokus pada penggunaan
Period, Fundamental Errors and Changes in special items, yaitu menguji apakah manajer
Accounting Policies mengharuskan pos luar mengklasifikasikan core expenses sebagai
biasa disajikan secara terpisah dari laba atau special items untuk meningkatkan laba usaha.
rugi aktivitas operasi. Berdasarkan standar Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tersebut, definisi dari pos luar biasa adalah manajer secara oportunis mengubah core
sebagai berikut: expenses menjadi special items.
Extraordinary items as income or expenses Fan et al. (2010) melanjutkan penelitian
that arise from events or transactions that are McVay (2006), dimana fokus penelitiannya
clearly distinct from the ordinary activities of adalah special items. Aspek pokok dari analisis
the enterprise and therefore are not expected yang dilakukan oleh Fan et al. (2010) adalah
to recur frequently or regularly. menggunakan data kuartalan, bukan data
IAS No. 1 yang diterbitkan setelah tahun tahunan. Hasil penelitiannya menunjukkan
1997 tidak lagi memperbolehkan pencatatan bahwa classification shifting lebih lazim
akun Pos Luar Biasa dalam laporan keuangan (prevalent) dalam kuartal keempat daripada
perusahaan. dalam interim quarters (interim). Berbeda
Dahulu sebelum keluarnya IAS No. 1 dengan penelitian yang dilakukan Fan et al.
dan 8, kejadian kebakaran dicatat sebagai (2010), penelitian ini menggunakan data
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 5

tahunan. Hal ini dilakukan mengingat tidak pemisahan sewenang-wenang yang diperlukan
tersedianya data kuartalan di dalam OSIRIS dari efek peristiwa yang berulang dan tidak
database untuk perusahaan yang terdaftar di berulang terhadap laba atau rugi suatu entitas
Pasar Modal negara-negara tersebut. selama satu periode. Oleh karena itu, perlu
Barua et al. (2010) meneliti apakah manajer melakukan penelitian ini untuk melakukan
menggunakan classification shifting untuk pembuktian secara empiris penggunaaan akun
mengelola laba ketika melaporkan operasi pos luar biasa untuk melakukan manajemen
dihentikan (discontinued operations). Barua laba dalam hal ini melalui classification
et al. (2010) menggunakan metode yang sama shifting.
dengan McVay (2006). Hasil penelitiannya Ronen dan Sadan (1975) menemukan bukti
menemukan bahwa perusahaan menggunakan bahwa manajer menggunakan pos luar biasa
operasi dihentikan untuk meningkatkan laba untuk meratakan laba sebelum pos luar biasa.
usaha. Lebih lanjut, Barua et al. (2010) juga Barnea et al. (1976) memperluas penelitian
membuktikan bahwa classification shifting Ronen dan Sadan (1975) dengan menyediakan
terjadi ketika perusahaan melaporkan kerugian bukti bahwa manajer juga menggunakan pos
dari operasi dihentikan. luar biasa untuk meratakan laba operasi. Hal
Untuk membuktikan classification shifting, ini berarti memungkinkan juga manajer untuk
penelitian ini fokus pada pengalokasian beban melakukan classification shifting dengan
antara beban usaha (core expenses) dan pos menggunakan pos luar biasa.
luar biasa. Hal ini dikarenakan penelitian- Hasil penelitian dan penjelasan di atas
penelitian di atas telah membuktikan bahwa menunjukkan bahwa manajer mungkin
classification shifting terjadi ketika perusahaan akan melakukan classification shifting
melaporkan kerugian dari pos-pos transitori. dengan menggunakan pos luar biasa untuk
Selain itu, Kinney dan Trezevant (1997) telah meningkatkan laba usaha, yaitu manajer
membuktikan bahwa manajer lebih menyoroti mengklasifikasikan beban usaha (core ex-
sifat transitori daripada beban bukan dari laba. penses) sebagai pos luar biasa. Berdasarkan
Ada beberapa alasan penelitian ini meng- hal tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai
gunakan pos luar biasa. Pertama, pos luar biasa berikut:
termasuk ke dalam kategori irregular items, H1: Manajer mengklasifikasikan beban
sama seperti special items dan discontinued usaha sebagai pos luar biasa untuk
operations dimana para pengguna laporan meningkatkan laba usaha.
keuangan tidak menganggap penting pos-pos
tersebut. Kesalahan klasifikasi core expense Untuk dapat menyimpulkan hipotesis 1
menjadi pos luar biasa ini mengubah persepsi (H1), perlu dilakukan pengujian hipotesis 1a
pengguna laporan keuangan karena klasifikasi (H1a). H1 akan terjawab jika H1a dan H1b
laporan laba rugi yang berbeda memiliki terbukti. Jika manajer melakukan classification
kandungan informasi yang berbeda untuk shifting, indikasinya adalah unexpected core
memprediksi laba masa depan, sehingga me- earnings dalam tahun t diekspektasikan me-
motivasi manajer melakukan classification ningkat ketika extraordinary items diakui
shifting dengan menggunakan pos luar dalam tahun t tersebut (McVay 2006). Ber-
biasa untuk meningkatkan laba usaha. Selain dasarkan McVay (2006), unexpected core
itu, pelaporan pos-pos tersebut melibatkan earnings merupakan core earnings yang tidak
subjektivitas manajemen sehingga memberi diprediksi, yaitu perbedaan antara laba usaha
kesempatan kepada manajemen untuk mela- yang dilaporkan (reported core earnings)
kukan manajemen laba. Kemudian, IAS No. 1 dan core earnings prediksian (predicted core
menegaskan untuk tidak memperbolehkan lagi earnings). Pengakuan atau penambahan pos
penyajian akun pos luar biasa di dalam laporan luar biasa akan mengakibatkan penambahan
laba rugi komprehensif. Menghapuskan
unexpected core earnings dalam tahun berjalan.
penyajian akun pos luar biasa menghilangkan
6 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

Dengan demikian, pos luar biasa tahun t diduga Penelitian ini menggunakan tiga variabel
berhubungan positif dengan unexpected core kontrol, yaitu ukuran perusahaan (firm size),
earnings tahun t. Hal ini terjadi karena tujuan akrual operasi (operating accruals), dan
manajer adalah ingin meningkatkan laba tingkat pengembalian aset (return on assets)
usaha dengan mengklasifikasikan beban usaha yang digunakan oleh penelitian terdahulu
sebagai pos luar biasa. Berdasar hal tersebut (Barua et al. 2010).
dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ukuran perusahaan akan berkaitan dengan
H1a: Pos luar biasa tahun ini secara positif laba operasi yang dihasilkan oleh perusahaan.
berhubungan dengan unexpected core Ukuran perusahaan diprediksi berhubungan
earnings tahun ini. positif dengan unexpected core earnings dan
unexpected change in core earnings (Barua
Berdasarkan McVay (2006), untuk 2010). Semakin besar ukuran perusahaan
dapat menyimpulkan hipotesis 1 (H1) juga diharapkan akan menghasilkan unexpected
perlu dilakukan pengujian hipotesis 1b core earnings dan unexpected change in
(H1b). Peningkatan laba usaha yang lebih core earnings yang semakin besar. Hal ini
dikarenakan ukuran perusahaan di dalam
besar daripada yang diprediksi mungkin juga
penelitian ini diproksikan dengan natural
kare-na perusahaan mengalami efficiency
logaritma (ln) total aset, dimana aset merupakan
gains yang dihasilkan dari aliran operasi
sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk
mereka (misalnya, perubahan lay out pabrik)
melakukan aktivitas operasinya, perusahaan
atau karena adanya pelepasan lini bisnis
yang memiliki sumber daya yang besar
yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu,
diharapkan akan menghasilkan laba usaha
untuk membedakan antara real economic yang lebih besar pula daripada perusahaan
improvement dan perilaku oportunistik mana- yang memiliki sumber daya yang lebih kecil,
jemen, perlu menguji apakah peningkatan dan hal ini akan menyebabkan laba usaha
laba usaha pada tahun t tersebut berkebalikan dan perubahan laba usahanya akan melebihi
(reverse) pada tahun t+1 ketika beban usaha prediksi laba usaha dan perubahan laba
yang dipindahkan ke pos luar biasa pada tahun perusahaan. Laba usaha dan perubahan laba
t terjadi kembali pada tahun t+1. Apabila usaha yang besar itu mungkin bisa disebabkan
peningkatan laba usaha tersebut terjadi karena karena aset yang dimiliki digunakan untuk
real economic improvement maka diharapkan melakukan perluasan usaha (ekspansi).
laba usaha akan tetap mengalami peningkatan. Ekspansi tersebut dapat mengakibatkan pe-
Namun, apabila laba usaha tersebut meningkat nambahan laba atau malah penambahan
karena classification shifting, maka pos kerugian bagi perusahaan, dan ini akan
luar biasa pada tahun t diekspektasi akan menyebabkan terjadinya laba usaha yang tidak
berhubungan dengan penurunan laba usaha diprediksi. Oleh karena itu, perusahaan yang
dari tahun t ke tahun t+1, karena beban memiliki aset yang besar maka unexpected
usaha yang dipindahkan ke pos luar biasa core earnings dan unexpected change ini core
pada tahun t akan terjadi lagi pada tahun t+1. earnings juga semakin besar.
Dengan demikian, unexpected change in core Akrual operasi juga berkaitan dengan laba
earnings pada tahun t+1 diekspektasikan operasi yang dihasilkan perusahaan. Akrual
menurun dengan dilaporkannya pos luar biasa operasi diprediksi berhubungan negatif dengan
pada tahun t. Berdasarkan hal tersebut, dapat unexpected core earnings dan unexpected
disusun hipotesis sebagai berikut: change in core earnings (Barua 2010),
H1b: Pos luar biasa tahun ini secara semakin besar akrual operasi maka unexpected
negatif berhubungan dengan un- core earnings dan unexpected change in core
expected change in core earnings earnings semakin kecil. Hal ini dikarenakan
tahun berikutnya. akrual itu memungkinkan manajemen untuk
mengakui suatu transaksi berdasarkan ter-
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 7

jadinya, bukan berdasarkan kas masuk atau tahun 2009, maka periode penelitian
kas keluar, sehingga memungkinkan pengguna hanya sampai 2008. Hal ini dikarenakan
laporan keuangan untuk dapat memprediksi setelah 2008 tidak ada lagi pos luar
laba yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, biasa, kemudian karena penelitian ini
jika akrualnya lebih besar maka laba yang akan membutuhkan data t+1 untuk mengukur
dihasilkan lebih dapat diprediksi daripada jika unexpected change in core earnings
akrualnya lebih kecil. Maka akrual yang lebih periode sampel yang digunakan sampai
besar akan semakin memperkecil kemungkinan dengan tahun 2008, bukan 2009. Penelitian
laba usaha yang tidak terprediksi (unexpected ini menggunakan periode sampel dimulai
core earnings), artinya laba usaha akan dari tahun 2004 karena data terlama yang
mendekati atau sesuai dengan yang diprediksi. tersedia di OSIRIS database adalah tahun
Tingkat pengembalian aset yang meru- 2002 (data tahun 2001 ke belakang tidak
pakan salah satu alat untuk mengukur tersedia), kemudian karena penelitian ini
profitabilitas perusahaan tentu saja akan membutuhkan data t-2 untuk mengukur
berkaitan dengan laba operasi yang dihasilkan laba usaha pada periode t-1 jadi periode
perusahaan. Tingkat pengembalian aset dipre- sampel yang digunakan dimulai tahun
diksi berhubungan positif dengan unexpected 2004 bukan 2002.
core earnings dan unexpected change in 2. Perusahaan yang termasuk ke dalam
core earnings (Barua 2010), semakin tinggi industri manufaktur.
tingkat pengembalian aset maka akan semakin Alasan memilih industri manufaktur adalah
tinggi pula unexpected core earnings dan karena perusahaan-perusahaan dalam in-
unexpected change in core earnings. Jika dustri yang sejenis memiliki karakteristik
suatu perusahaan memiliki rasio tingkat yang sama, misalnya dalam hal penjualan
pengembalian aset yang besar, itu artinya dan harga pokok penjualan, yang di dalam
profitabilitas atau kemampuan perusahaan penelitian ini terdapat pengukuran variabel
untuk menghasilkan laba juga besar, dengan yang membutuhkan data-data tersebut.
demikian akan membuat perusahaan tersebut Selain itu, banyak penelitian-penelitian
mampu untuk menciptakan laba yang tidak terdahulu (Aji dan Mita 2010; Anggraini et
diprediksi semakin besar atau melebihi dari al. 2010; Hastuti dan Hutama 2010; Sanjaya
yang diprediksi. Hal ini dikarenakan tingkat 2010; Subekti et al. 2010; Wulandari
pengembalian aset yang tinggi memungkinkan dan Ayu 2010) tentang manajemen laba
perusahaan untuk memperluas usahanya. Aki- (income smoothing) yang menggunakan
bat dari perluasan usaha (ekspansi) tersebut sampel perusahaan manufaktur saja.
adalah menambah laba atau malah menambah 3. Perusahaan yang melaporkan pos luar
kerugian. biasa
Penelitian ini ingin menguji manajemen
METODE PENELITIAN laba melalui pengakuan pos luar biasa
sehingga perusahaan yang menjadi sampel
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data adalah perusahaan yang melaporkan pos
Teknik pengambilan sampel yang digunakan luar biasa.
dalam penelitian ini adalah purposive sampling 4. Perusahaan yang konsisten memberikan
yang merupakan teknik pengambilan sampel laporan keuangan minimal 4 (empat) tahun
dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. secara berturut-turut dan datanya lengkap
Penentuan sampel berdasarkan pertimbangan- sesuai dengan yang dibutuhkan. Alasannya
pertimbangan berikut: adalah karena penelitian ini membutuhkan
1. Periode sampel adalah dari tahun 2004 data t-1, t-2, dan t+1.
sampai dengan tahun 2008. Sumber data yang digunakan dalam
Alasannya adalah karena IAS No. 1 di penelitian ini adalah berupa data sekunder,
semua negara sampel sudah berlaku yaitu laporan keuangan perusahaan-perusahaan
8 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

yang terdaftar di pasar modal Indonesia, Predicted CEt adalah laba usaha pre-
Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan diksian dalam tahun t, dihitung dengan
Vietnam tahun 2002 sampai dengan 2009, menggunakan koefisien dari persamaan 1 di
karena penelitian ini membutuhkan 1 tahun bawah ini untuk mengontrol kinerja ekonomi
dari data lead, 1 tahun dari data lag, dan 2 (economic performance) seperti ekonomi
tahun dari data lag. Data laporan keuangan makro (macroeconomic) dan industry shocks
tersebut diperoleh dari OSIRIS database. (McVay 2006). Persamaan 1 ini diestimasi
Pemilihan negara-negara tersebut karena berdasarkan tahun fiskal dan industri untuk
Indonesia berada di wilayah Asia Tenggara, setiap negara.
sama dengan 5 (lima) negara lainnya, dan
juga untuk mendapatkan sampel penelitian CEt = β0 + β1 CEt-1 + β2 ATOt + β3
yang lebih banyak sehingga menghasilkan ACCRUALSt-1 + β4 ACCRUALSt
generalisasi yang lebih luas. Selain itu, negara- + β5 ACCRUALSt + β6 NEG_
negara tersebut merupakan negara-negara D SALESt + et
yang menerapkan IFRS. Penelitian ini tidak
Keterangan:
memasukkan negara Brunei Darussalam, Laos, CEt = laba usaha periode t diska-
dan Kamboja karena Laos dan Kamboja baru lakan dengan penjualan pe-
memiliki pasar modal masing-masing tahun riode t.
2011 dan 2012. Sedangkan Brunei Darussalam CEt-1 = laba usaha periode t-1 di-
belum memiliki pasar modal, yang ada hanya skalakan dengan penjualan
pengembangan pasar modal syariah dari tahun periode t-1
2000. ATOt = Asset Turnover Ratio pe-
riode t. ATO dihitung dari
Definisi Operasional Variabel operating revenue dibagi
shareholders funds ditambah
non current liabilities. Rumus
Variabel Dependen ATO tersebut sesuai dengan
Unexpected Core Earnings perhitungan yang terdapat di
Berdasarkan McVay (2006), unexpected dalam OSIRIS database.
core earnings (UE_CEt) merupakan core ACCRUALSt-1 = Operating Accruals periode
t-1 diskalakan dengan pen-
earnings yang tidak diprediksi, yaitu perbedaan
jualan periode t-1
antara laba usaha yang dilaporkan (reported ACCRUALSt = Operating Accruals periode
core earnings) dan core earnings prediksian t. ACCRUALSt dihitung dari
(predicted core earnings). laba bersih sebelum pos luar
UE_CEt = reported – predicted CEt biasa – kas dari operasi/
penjualan.

∆SALESt = p e r u b a h a n p e r s e n t a s e
Reported CEt Reported CEt adalah laba usaha dalam penjualan periode t
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi pada diskalakan dengan pen-jualan
periode t, yang dihitung dari penjualan – HPP periode t-1. ∆SALESt dihitung
– beban penjualan, umum, dan administrasi/ dari:
penjualan. HPP, beban penjualan, umum, dan
administrasi yang dimaksud tidak termasuk
beban depresiasi dan amortisasi (McVay
2006). Beban depresiasi dan amortisasi tidak NEG_∆SALESt = persentase perubahan dalam
dimasukkan ke dalam perhitungan karena penjualan (∆SALESt) jika
beban tersebut hanya merupakan alokasi ∆ S A L E S t k u ran g d ari 0 ,
beban karena penggunaan aset tetap atau aset d an 0 s eb al i k n y a, y ai t u
tidak berwujud. jika perubahan dalam pen-
jualannya positif.
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 9

Unexpected Change in Core Earnings


Unexpected change in core earnings
(UE_∆CEt+1) adalah perubahan core earnings
yang tidak diprediksi yaitu perbedaan antara NEG_∆SALESt = persentase perubahan dalam
perubahan laba usaha yang dilaporkan (re- penjualan (∆SALESt) jika
ported change in core earnings) dalam tahun ∆SALESt kurang dari 0,
t ke tahun t+1 dan perubahan core earnings dan 0 sebaliknya, yaitu
yang diprediksi (predicted change in core jika perubahan dalam pen-
earnings) dalam tahun t ke tahun t+1 (McVay jualannya positif.
2006).
dan menambahkan variabel:
∆CEt-1 = perubahan laba usaha dari
UE_∆CEt+1 = reported ∆CEt+1 – predicted periode t-1 ke periode t,
∆CEt+1 dihitung dari CE t-1 –CE t-2 ,
dimana CEt-1 merupakan laba
Reported ∆CEt+1 adalah perubahan core usaha periode t-1 diskalakan
earnings dari tahun t ke tahun t+1 yang dengan penjualan periode
dilaporkan, yang dihitung dari reported CEt+1 t-1, dan CEt-2 merupakan laba
– reported CEt usaha periode t-2 diskalakan
Predicted ∆CEt+1 adalah perubahan laba dengan penjualan periode t-2.
usaha dari tahun t ke tahun t+1 prediksian, ∆ATOt = p eru b ah an p ad a A s s e t s
TurnoverRatio, dihitung dari
dihitung dengan menggunakan koefisien dari
ATOt – ATOt-1
persamaan 2 di bawah ini untuk mengontrol
kinerja ekonomi (economic performance) Variabel Independen
seperti ekonomi makro (macroeconomic) dan Pos luar biasa EIt adalah keuntungan luar
industry shocks. Persamaan 2 ini diestimasi biasa (extraordinary income). Pos luar biasa
berdasarkan tahun fiskal dan industri untuk diskalakan dengan penjualan. Jika pos luar
setiap negara. biasa merupakan kerugian luar biasa, maka
perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
Jika pos luar biasa merupakan keuntungan
Model predicted ∆CE diestimasi pada periode t+1.
luar biasa, maka diberi nilai 0 (nol). Jumlah
Model predicted ∆CEt+1 (persamaan 2) tetap
memasukkan variabel kerugian luar biasa dalam rumus di atas
CEt-1, = Core Earnings periode t-1 dikalikan dengan -1 dimaksudkan untuk me-
diskalakan dengan penjualan nangkap hubungan positif antara pos luar biasa
periode t-1. dan unexpected core earnings, karena di dalam
ACCRUALSt-1 = Operating Accruals periode data OSIRIS kerugian luar biasa ditulis dengan
t-1 diskalakan dengan pen- notasi negatif (minus).
jualan periode t-1.
ACCRUALSt, = Operating Accruals periode t. Variabel Kontrol
ACCRUALSt dihitung dari laba
Variabel kontrol di dalam penelitian ini
bersih sebelum extraordinary
items – kas dari operasi/ terdiri atas ukuran perusahaan, Operating
penjualan. Accruals, dan Return on Assets. Alasan pe-
∆SALESt, = p e r u b a h a n p e r s e n t a s e milihan variabel kontrol ini mengacu pada
dalam penjualan periode t penelitian yang dilakukan oleh Barua (2010)
diskalakan dengan penjualan yang juga meneliti tentang manajemen laba
periode t-1. Dihitung dari: melalui classification shifthing.
10 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan (SIZEt) menggunakan
pengukuran logaritma natural total aset.
Operating accruals
Operating accruals (ACCRUALSt) dihi-
tung dari laba bersih sebelum pos luar Keterangan:
biasa – kas dari operasi/penjualan (Barua, UE_∆CEit+1 = Unexpected change in core
2010). earnings dalam tahun it+1
Return on assets
Return on assets (ROAt) dihitung dari laba Manajer melakukan classification shifting
sebelum pajak/rata-rata total aset. jika a1 bernilai positif dan h1 bernilai negatif.
Pengujian dengan menggunakan persamaan
Metode Analisis Data 4 dilakukan jika hasil pengujian persamaan 3
Pengujian setiap hipotesis dilakukan terbukti (jika a1bernilai positif).
dengan uji regresi berganda dengan terlebih
dahulu melakukan analisis diskriptif statistik HASIL PENELITIAN DAN
data dan uji asumsi klasik. Penggunaan uji PEMBAHASAN
regresi mensyaratkan pemenuhan uji asumsi
klasik regresi, yaitu: uji normalitas, uji Deskripsi Umum Sampel
heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji Penelitian ini menggunakan periode es-
multikolonieritas. timasi selama 8 tahun, yaitu tahun 2002
sampai 2009. Periode pengamatan (t) dan
Pengujian Hipotesis 1a periode sampel adalah 5 tahun, yaitu tahun
Hipotesis 1a ditujukan untuk menguji 2004 sampai 2008. Pengelompokkan industri
hubungan positif pos luar biasa tahun ini menggunakan klasifikasi NAICS 2007 dalam
dengan unexpected core earnings tahun ini. OSIRIS database. Penelitian ini menggunakan
Pengujian hipotesis 1a menggunakan model subsektor yang termasuk ke dalam industri
persamaan 3 di bawah ini. manufaktur.
Dari total 105 perusahaan yang memenuhi
kriteria pemilihan sampel, jumlah pengamatan
UE_CEit = α0 + α1EI it + α2SIZE it
adalah 176, yaitu perusahaan yang melaporkan

+ α3 ACCRUALSit + α4ROAit akun pos luar biasa. Dari total pos luar biasa yang
+ αit .................. (3) dilaporkan tersebut, sebanyak 50 pengamatan
Keterangan: perusahaan tidak konsisten melaporkan
UE_CEit = Unexpected core earnings dalam laporan keuangan minimal 4 (empat) tahun
tahun it atau ada data yang tidak tersedia (data tidak
EIit = Pos luar biasa dalam tahun it lengkap) sehingga pengamatan atau data
SIZEit = Ukuran perusahaan dalam tahun it tersebut dikeluarkan dari sampel. Jumlah akhir
ACCRUALSit = Operating accruals dalam tahun it sampel penelitian adalah 126 pengamatan
ROAit = Return on Assets dalam tahun it dengan jumlah perusahaan 105 dari seluruh
negara. Tabel 1 menyajikan distribusi sampel
Pengujian Hipotesis 1b berdasarkan negara.
Hipotesis 1b ditujukan untuk menguji Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa dari
hubungan negatif pos luar biasa tahun ini 126 pengamatan, pengamatan terbanyak
dengan unexpected change in core earnings ditemukan di negara Indonesia, yaitu 50
tahun berikutnya. Pengujian hipotesis 1b pengamatan atau sebesar 40% dari total
menggunakan model persamaan 4 di bawah pengamatan yang digunakan. Thailand se-
ini: banyak 27 pengamatan atau 21%, kemudian
diikuti oleh negara Malaysia dengan jumlah
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 11

pengamatan 21 atau 17% dari total pengamatan kerugian luar biasa yang disajikan adalah
yang digunakan. Vietnam, Singapuran, dan sebesar 2.161,67% dari penjualan. Untuk
Filipina yang berturut-turut memiliki jumlah keuntungan luar biasa, nilai minimumnya
pengamatan 16, 9 dan 1 atau 13%, 9%, dan 1% adalah 0,0003 yang berarti jumlah terkecil
dari jumlah pengamatan yang digunakan. keuntungan luar biasa yang disajikan sebesar
0,03% dari penjualan, dan nilai maksimumnya
Statistik Deskriptif adalah 103,1135 yang berarti jumlah terbesar
Tabel 2 menyajikan statistik deskriptif keuntungan luar biasa yang disajikan sebesar
variabel-variabel utama dalam sampel 10.311,35% dari penjualan.
perusahaan yang terdaftar di 6 (enam) Nilai minimum dari unexpected core
negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, earnings adalah sebesar -21,27 yang berarti
Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam jumlah terkecil perbedaan antara reported
secara keseluruhan. core earning dengan predicted core earnings
Kerugian luar biasa memiliki nilai mini- adalah -21,27 atau jumlah reported core
mum 0,0027 yang berarti jumlah terkecil earning lebih kecil daripada predicted core
kerugian luar biasa yang disajikan oleh earnings. Selanjutnya, nilai maksimumnya
adalah sebesar 30,08 yang berarti jumlah
perusahaan yang menjadi sampel dalam
terbesar perbedaan antara reported core
penelitian ini adalah sebesar 0,27% dari
earning dengan predicted core earnings adalah
penjualan. Kemudian, nilai maksimumnya
30,08 atau jumlah reported core earning lebih
adalah 21,6167 yang berarti jumlah terbesar
besar daripada predicted core earnings. Nilai
Tabel 1
Sampel Akhir Penelitian

Jumlah Pengamatan
No. Negara
2008 2007 2006 2005 2004 Total %
1 Indonesia 8 7 5 13 17 50 40%
2 Malaysia 8 6 5 0 2 21 17%
3 Singapura 1 0 5 4 1 11 9%
4 Filipina 0 1 0 0 0 1 1%
5 Thailand 3 3 3 9 9 27 21%
6 Vietnam 6 10 0 0 0 16 13%
Total 26 27 18 26 29 126 100%

Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel Utama

Std.
Variabel N Min Max Mean
Deviation
Kerugian Luar Biasa (%) 44 0,0027 27,6167 1,6603 4,4878
Keuntungan Luar Biasa (%) 82 0,0003 103,1135 6,6359 14,5362
Ukuran Perusahaan (USD) 126 2.188 11.635.939 662.972 1.783.798
Accruals (%) 126 -50,48 35,99 -2,92 14,54
ROA (%) 126 -33,10 58,19 4,59 10,12
Unexpected core earnings (%) 126 -21,27 30,08 0,26 7,73
Unexpected change in core
126 -41,85 26,11 0,78 8,29
earnings (%)
12 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

Tabel 3
Hasil Regresi Hipotesis 1a

Prediksi
Variabel Koefisien Std. Error t-tabel p.value Sign
Konstanta -0,072 0,042 -1,733 0,086  
Pos luar biasa 0,577 0,243 2,378 0,019** Positif
Ukuran Perusahaan 0,004 0,004 1,220 0,225 Positif
Accruals -0,195 0,046 -4,239 0,000*** Positif
ROA 0,003 0,001 4,778 0,000*** Positif
Nilai F 8,561 dengan signifikansi 0,000
***, **, dan * menunjukkan berturut-turut signifikan pada tingkat 1%, 5%, dan 10%.
UE_CEt adalah unexpected core earnings dalam tahun t; EIt adalah pos luar biasa dalam tahun t; SIZEt adalah
ukuran perusahaan dalam tahun t; ACCRUALSt adalah operating accruals dalam tahun t, dan ROAt adalah
Return on Assets dalam tahun t.
minimum dari unexpected change in core peningkatan unexpected core earnings di
earnings adalah sebesar -41,85 yang berarti tahun t. Namun, untuk dapat menyimpulkan
jumlah terkecil perbedaan antara reported apakah manajer melakukan classification
change in core earning dengan predicted shifting, perlu dibuktikan apakah peningkatan
change in core earnings adalah -41,85 atau unexpected core earnings tersebut berasal
jumlah reported change in core earning lebih dari aktivitas operasi normal perusahaan atau
kecil daripada predicted change in core earnings perilaku classification shifting yang dilakukan
dari penjualan, kemudian nilai maksimumnya manajer. Oleh karena itu perlu dilakukan
adalah sebesar 26,11 yang berarti jumlah pengujian hipotesis 1b.
terbesar perbedaan antara reported change in Variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu
core earning dengan predicted change in core
ACCRUALS, secara negatif berhubungan
earnings adalah 26,11 atau jumlah reported
dengan unexpected core earnings dengan
change in core earning lebih besar daripada
p-value sebesar 0,000. ROA secara positif
predicted change in core earnings.
berhubungan dengan unexpected core earnings
dengan p-value sebesar 0,000. Variabel kontrol
Hasil Pengujian Hipotesis 1a
lainnya, yaitu ukuran perusahaan (SIZE)
Hasil uji asumsi klasik yang telah dila-
kukan menunjukkan bahwa seluruh asumsi tidak berpengaruh terhadap unexpected core
klasik telah terpenuhi. Hasil pengujian regresi earnings. Untuk ROA, hasilnya konsisten
berganda disajikan di Tabel 3. dengan dugaan, yaitu bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap unexpected core earning.
Hasil analisis yang disajikan dalam Tabel 3 Hal ini berarti semakin tinggi ROA suatu
menunjukkan bahwa pos luar biasa berhubungan perusahaan, semakin tinggi pula unexpected
positif dengan unexpected core earnings dengan core earnings. ROA merupakan alat untuk
p-value sebesar 0,019. Hal ini berarti hipotesis
mengukur profitabilitas, yaitu kemampuan
1a didukung, yang berarti bahwa data empiris
perusahaan untuk menghasilkan laba, arti-
yang ada sesuai dengan prediksi, yaitu pos luar
nya adalah semakin tinggi kemampuan
biasa tahun ini berhubungan positif dengan
perusahaan untuk menghasilkan laba, maka
unexpected core earnings tahun ini. Hubungan
semakin tinggi pula unexpected core earnings.
positif tersebut menunjukkan ketika pos luar
biasa diakui, maka unexpected core earnings Operating accruals hasilnya sesuai dengan
meningkat. Artinya, ada kemungkinan manajer dugaan. Operating accruals berpengaruh
melakukan classification shifting karena dari negatif terhadap unexpected core earnings,
hasil tersebut terlihat bahwa adanya pengakuan yaitu semakin tinggi operating accruals
pos luar biasa di tahun t yang diikuti dengan semakin rendah unexpected core earning
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 13

(Barua 2010). Hal ini dikarenakan jika disimpulkan bahwa peningkatan laba usaha
perusahaan mengakui akrual atas laba operasi yang lebih besar daripada yang diprediksi (telah
(laba sebelum pos luar biasa dikurangi kas dibuktikan dalam hipotesis 1a) kemungkinan
dari operasi) lebih besar, maka akan semakin merupakan peningkatan ekonomis riil (real
memperkecil kemungkinan laba usaha yang economic improvement), bukan karena
tidak terprediksi (unexpected core earnings). classification shifting yang dilakukan oleh
Sedangkan ukuran perusahaan hasilnya manajer. Peningkatan ekonomis riil tersebut
tidak sesuai dugaan. Ukuran perusahaan dapat dikarenakan perusahaan mengalami
tidak berpengaruh terhadap unexpected core efficiency gains yang dihasilkan dari aliran
earnings. Hal ini kemungkinan dikarenakan operasi mereka (misalnya, perubahan lay
perilaku classification shifting tidak berkaitan out pabrik) atau karena adanya pelepasan
dengan besar kecilnya perusahaan yang
lini bisnis yang tidak menguntungkan.
diproksikan dengan total aset, tetapi lebih
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kepada konsistensi atau kestabilan dalam
tidak terdapat indikasi bahwa manajer
menghasilan laba usaha perusahaan.
melakukan classification shifting dengan
Hasil Pengujian Hipotesis 1b mengklasifikasikan beban usaha sebagai pos
luar biasa untuk meningkatkan laba usaha
Hasil uji asumsi klasik yang telah dila- di negara-negara ASEAN. Menurut McVay
kukan menunjukkan bahwa seluruh asumsi (2006), jika terdapat pengakuan pos luar
klasik telah terpenuhi. Hasil pengujian regresi biasa tahun t yang diikuti dengan peningkatan
berganda disajikan dalam Tabel 4 di bawah ini: unexpected core earnings tahun t, namun
Hasil analisis yang disajikan dalam tidak diikuti dengan penurunan unexpected
Tabel 4 menunjukkan bahwa pos luar biasa change in core earning di tahun t+1 tetapi
berhubungan positif dengan unexpected peningkatannya, ini berarti perusahaan
change in core earnings dengan p-value mengalami efficiency gains. Oleh karena itu,
sebesar 0,009. Hal ini berarti hipotesis 1b perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
tidak didukung, yang berarti bahwa data dalam penelitian ini berarti mengalami
empiris yang ada tidak sesuai dengan prediksi, efficiency gains. Hal ini terbukti dari hasil
yang semula diduga pos luar biasa secara pengujian H1b, yaitu peningkatan unexpected
negatif berhubungan dengan unexpected core earnings perusahaan di tahun t diiringi
change in core earnings. Berdasarkan hasil juga peningkatan unexpected change in core
pengujian terhadap hipotesis 1b tersebut, dapat earnings di tahun berikutnya (t+1). Perusahaan
Tabel 4
Hasil Regresi Hipotesis 1b

Std.
Variabel Koefisien t-tabel p.value Prediksi Sign
Error
Konstanta -0,019 0,045 -0,431 0,668
Pos luar biasa 0,683 0,258 2,646 0,009*** Negatif
Ukuran Perusahaan 0,000 0,004 0,061 0,951 Positif
Accruals -0,230 0,46 -4,971 0,000*** Positif
ROA 0,003 0,001 4,584 0,000*** Positif
Nilai F 9,095 dengan Signifikansi 0,000
***, **, dan * menunjukkan berturut-turut signifikan pada tingkat 1%, 5%, dan 10%.
UE_∆CEt+1 adalah unexpected core earnings dalam tahun t+1; EIt UE_∆CEt+1 adalah pos luar biasa dalam
tahun t; SIZEt adalah ukuran perusahaan dalam tahun t; ACCRUALSt adalah operating accruals dalam tahun
t; dan ROAt adalah Return on Assets dalam tahun t.
14 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

tidak perlu melakukan manajemen laba dengan Analisis Tambahan


menggunakan classification shifting untuk Analisis tambahan menyajikan hasil
meningkatkan core earnings. Namun, karena pengujian untuk setiap negara, dalam hal ini
penelitian ini membuktikan secara empiris hanya Indonesia. Alasan hanya Indonesia yang
bahwa adanya pengakuan pos luar biasa dianalisis secara parsial adalah karena di negara-
tahun ini secara positif berhubungan dengan negara lain selain Indonesia, jumlah perusahaan
unexpected core earnings tahun ini, perlu yang memenuhi kriteria dalam pengambilan
dicermati lagi secara hati-hati kemungkinan sampel hanya sedikit, misalnya perusahaan
adanya penyalahgunaan akun pos luar biasa yang melaporkan pos luar biasa sedikit. Alasan
untuk tujuan oportunistik dengan cara yang lainnya adalah adanya keterbatasan data yang
lain, misalnya manajemen laba akrual dan riil. tersedia di dalam OSIRIS untuk tahun 2001
Variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu ke belakang (seperti yang sudah dijelaskan
ACCRUALS, berhubungan negatif dengan di dalam kriteria pemilihan sampel bagian
unexpected change in core earnings dengan periode sampel penelitian) yang menyebabkan
p-value sebesar 0,000. ROA secara positif hanya bisa menggunakan data mulai tahun
berhubungan dengan unexpected change 2002. Hal ini membatasi pengambilan sampel
in core earnings dengan p-value sebesar dalam penelitian. Tabel 5 menyajikan statistik
0,000. Variabel kontrol lainnya, yaitu ukuran deskriptif variabel-variabel utama dalam sam-
perusahaan (SIZE), tidak berhubungan dengan pel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
unexpected change in core earnings. Untuk Indonesia (BEI).
ROA, hasilnya konsisten dengan dugaan, yaitu Kerugian luar biasa memiliki nilai
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap minimum 0,0027 yang berarti jumlah ter-
unexpected change in core earning. Hal ini kecil kerugian luar biasa yang disajikan oleh
berarti semakin tinggi ROA suatu perusahaan perusahaan yang menjadi sampel dalam
semakin tinggi pula unexpected change in penelitian ini adalah sebesar 0,27% dari
core earnings. ROA merupakan alat untuk penjualan, sementara nilai maksimumnya
mengukur profitabilitas, yaitu kemampuan adalah 2,8213 yang berarti jumlah terbesar
perusahaan untuk menghasilkan laba. Artinya kerugian luar biasa yang disajikan sebesar
adalah semakin tinggi kemampuan perusahaan 282,13% dari penjualan. Untuk keuntungan
untuk menghasilkan laba, semakin tinggi luar biasa, nilai minimumnya adalah 0,0013
pula unexpected change in core earnings. yang berarti jumlah terkecil keuntungan
Sedangkan operating accruals dan ukuran luar biasa yang disajikan sebesar 0,13% dari
perusahaan tidak sesuai dengan dugaan, yaitu penjualan, sementara nilai maksimumnya
berpengaruh positif terhadap unexpected adalah 57,4004 yang berarti jumlah terbesar
change in core earnings, dimana untuk keuntungan luar biasa yang disajikan sebesar
operating accruals hasilnya berpengaruh 5.740,04% dari penjualan.
negatif terhadap unexpected change in core Nilai minimum dari unexpected core
earnings, yaitu semakin tinggi operating earnings adalah sebesar -20,75 yang berarti
accruals maka semakin rendah unexpected jumlah terkecil perbedaan antara reported core
change in core earning. Sedangkan ukuran earning dan predicted core earnings adalah
perusahaan hasilnya tidak berpengaruh ter- -20,75 atau jumlah reported core earning
hadap unexpected change in core earnings. lebih kecil daripada predicted core earnings,
Hal ini dikarenakan perilaku classification sementara nilai maksimum sebesar 40,90
shifting tidak berkaitan dengan besar kecilnya yang berarti jumlah terbesar perbedaan antara
perusahaan yang diproksikan dengan total aset, reported core earning dengan predicted core
tetapi lebih kepada konsistensi atau kestabilan earnings adalah 40,90 atau jumlah reported
dalam menghasilkan laba usaha perusahaan. core earning lebih besar daripada predicted
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 15

Tabel 5
Statistik Deskriptif Variabel Utama – Indonesia
Std.
Variabel N Min Max Mean Deviation
Kerugian Luar Biasa (%) 13 0,0027 2,8213 0,7486 1,0063
Keuntungan Luar Biasa (%) 37 0,0013 57,4004 8,9792 14,6835
Ukuran Perusahaan (USD) 50 2.242 5.376.270 448.359 973.268
Accruals (%) 50 -105,35 15,36 -6,48 18,08
ROA (%) 50 -10,93 25,80 3,24 6,95
Unexpected core earnings (%) 50 -20,75 40,90 -0,29 9,65
Unexpected change in core
50 -15,40 17,68 -0,43 6,67
earnings (%)

Tabel 6
Hasil Regresi Hipotesis 1a – Indonesia

Prediksi
Variabel Koefisien Std. Error t-tabel p value
Sign
Konstanta -0,016 0,075 -0,212 0,833
Pos luar biasa 3,735 1,649 2,265 0,028** Positif
Ukuran
-0,003 0,006 -0,043 -0,411 Positif
Perusahaan
Accruals -0,369 0,056 -6,629 0,000*** Positif
ROA 0,004 0,001 2,817 0,007*** Positif
Nilai F 13,381 dengan Signifikansi 0,000

***, **, dan * menunjukkan berturut-turut signifikan pada tingkat 1%, 5%, dan 10%.
UE_CEt adalah unexpected core earnings dalam tahun t; EIt adalah pos luar biasa dalam tahun t; SIZEt adalah
ukuran perusahaan dalam tahun t; ACCRUALSt adalah operating accruals dalam tahun t; dan ROAt adalah
Return on Assets dalam tahun t.
core earnings. Nilai minimum dari unexpected Penelitian ini menunjukkan bahwa
change in core earnings adalah sebesar -15,40 hipotesis 1a didukung, yaitu pos luar biasa
yang berarti jumlah terkecil perbedaan antara berpengaruh positif terhadap unexpected core
reported change in core earning dengan earnings. Oleh karena itu, perlu dilakukan
predicted change in core earnings adalah -15,40 pengujian hipotesis 1b. Tabel 7 menyajikan
atau jumlah reported change in core earning hasil regresi untuk menguji hipotesis 1b:
lebih kecil daripada predicted change in core Tabel 7 menunjukkan bahwa pos luar
earnings dari penjualan, dan nilai maksimum biasa tidak berhubungan dengan unexpected
adalah sebesar 17,68 yang berarti jumlah change in core earnings. Hal ini dikarenakan
terbesar perbedaan antara reported change in pos luar biasa hanya berkaitan dengan
peningkatan unexpected core earning, bukan
core earning dengan predicted change in core
pada perubahannya yaitu unexpected change in
earnings adalah 17,68 atau jumlah reported
core earnings. Adanya peningkatan terhadap
change in core earning lebih besar daripada
unexpected core earnings karena pengakuan
predicted change in core earnings.
pos luar biasa di tahun tersebut bukan
Hasil uji asumsi klasik yang telah dila- dikarenakan adanya perilaku manajemen laba
kukan menunjukkan bahwa seluruh asumsi melalui classification shifting. Hal tersebut
klasik telah terpenuhi. Hasil pengujian mungkin dikarenakan manajer hanya berfikir
regresi berganda untuk hipotesis 1a disajikan untuk meningkatkan laba usaha di tahun itu
di Tabel 6.
16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

Tabel 7
Hasil Regresi Hipotesis 1b – Indonesia

Std. Prediksi
Variabel Koefisien t-tabel p.value
Error Sign

Konstanta 0,004 0,083 0,047 0,963


Pos luar biasa 1,914 1,653 1,158 0,253 Negatif

Ukuran Perusahaan -0,001 0,007 -0,132 0,896 Positif

Accruals 0,040 0,056 0,719 0,476 Positif


ROA 0,000 0,001 0,434 0,666 Positif
Nilai F 0,623 dengan Signifikansi 0,649
UE_∆CEt+1 adalah unexpected core earnings dalam tahun t+1; EIt adalah pos luar biasa dalam tahun t; SIZEt
adalah ukuran perusahaan dalam tahun t; ACCRUALSt adalah operating accruals dalam tahun t; dan ROAt
adalah Return on Assets dalam tahun t.
saja tanpa mempertimbangkan perubahan laba Hasil dari penelitian ini menunjukkan
usaha di masa yang akan datang. Untuk dapat tidak ditemukannya manajemen laba melalui
menyimpulkan bahwa manajer melakukan classification shifting dengan menggunakan
classification shifting dengan menggunakan pos luar biasa untuk studi empiris di negara-
pos luar biasa, tidak hanya harus dapat negara ASEAN. Berdasarkan hal tersebut,
membuktikan bahwa adanya pengakuan pos maka penelitian ini tidak mendukung adanya
luar biasa tahun berjalan akan meningkatkan penyalahgunaan akun pos luar biasa melalui
unexpected core earning tahun berjalan (sudah classification shifting di negara-negara ASEAN.
terbukti di hipotesis 1a - Indonesia), tetapi Namun, karena penelitian ini membuktikan
juga pengakuan laba usaha tahun berjalan secara empiris bahwa adanya pengakuan pos
menurunkan unexpected change in core luar biasa tahun ini secara positif berhubungan
earning tahun berikutnya (tidak terbukti di dengan unexpected core earnings tahun ini, perlu
hipotesis 1b – Indonesia). Dengan demikian, dicermati lagi secara hati-hati kemungkinan
dapat disimpulkan bahwa di Indonesia adanya penyalahgunaan akun pos luar biasa
tidak terdapat indikasi bahwa manajer untuk tujuan oportunistik dengan cara yang
melakukan classification shifting dengan lain, misalnya manajemen laba akrual dan
mengklasifikasikan beban usaha sebagai pos riil. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
luar biasa untuk meningkatkan core earnings. hal tersebut, keputusan untuk menghapuskan
Peningkatan core earnings yang lebih besar akun pos luar biasa (IAS No. 1) sudah tepat,
daripada yang diprediksi (telah dibuktikan akun pos luar biasa memberikan kesempatan
dalam hipotesis 1a) merupakan real economic kepada manajer untuk melakukan manajemen
improvement, bukan karena classification laba karena pengakuannya melibatkan sub-
shifting yang dilakukan oleh manajer. jektivitas.

Implikasi terhadap IFRS SIMPULAN


IAS No. 1 telah tidak memperbolehkan
penyajian akun pos luar biasa di dalam laporan Hasil penelitian ini tidak memberikan
keuangan perusahaan. Hal ini dimaksudkan dukungan empiris mengenai dilakukannya
untuk menghapuskan pemisahan sewenang- manajemen laba dengan menggunakan
wenang yang diperlukan dari efek peristiwa classification shifting oleh perusahaan-
yang berulang dan tidak berulang terhadap perusahaan yang terdaftar di pasar modal
laba atau rugi entitas. Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 17

Thailand, dan Vietnam. Hal ini dibuktikan tahun pengamatannya, karena data lengkap
dengan bukti empiris bahwa adanya pengakuan yang tersedia di dalam OSIRIS mulai dari
pos luar biasa secara positif berpengaruh tahun 2002 sampai 2009, sehingga tidak
terhadap unexpected core earnings dan tidak dapat menambah tahun pengamatan.
terbukti bahwa adanya pengakuan pos luar Penelitian yang akan datang dapat me-
biasa di tahun ini berpengaruh terhadap nambahkan tahun pengamatan untuk
unexpected change in core earnings di dapat memperoleh jumlah sampel yang
tahun berikutnya. Pihak manajemen dapat lebih besar sehingga generalisasi dari hasil
dikatakan melakukan manajemen laba dengan penelitiannya akan lebih luas.
menggunakan classification shifting jika kedua c. Keterbatasan di atas menyebabkan tim-
hal tersebut terbukti, yaitu adanya pengakuan bulnya keterbatasan ruang lingkup pene-
pos luar biasa secara positif berpengaruh litian, yaitu pengujian dalam penelitian ini
terhadap unexpected core earnings dan ada- tidak menyajikan hasil pengujian secara
nya pengakuan pos luar biasa di tahun ini terpisah untuk masing-masing negara
berpengaruh terhadap unexpected change in kecuali Indonesia, karena data di negara-
core earnings di tahun berikutnya. negara lainnya hanya tersedia sedikit,
Penelitian ini memiliki beberapa keter- sehingga tidak memungkinkan penelitian
batasan yang dapat dijadikan bahan untuk ini untuk menguji secara parsial untuk
perbaikan di dalam penelitian berikutnya negara-negara tersebut.
dan menjadi peluang penelitian masa depan. d. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi
Berikut ini disajikan beberapa keterbatasan manajemen laba melalui classification
dan sekaligus peluang penelitian di masa shifting dengan menggunkan akun pos
mendatang. luar biasa. Penelitian yang akan datang
a. Kriteria yang ditetapkan untuk jenis dapat menggunakan pos-pos transitori
industri yang terpilih sebagai sampel lainnya atau pos-pos yang memerlukan
hanyalah industri manufaktur sehingga subjektivitas manajemen yang mungkin
membatasi jumlah sampel yang digunakan dapat digunakan oleh pihak manajemen
dan membatasi lingkup penelitian se- untuk melakukan manajemen laba melalui
hingga tidak dapat diketahui hasil pem- classification shifting.
buktian secara empiris dilakukannya
classification shifting di industri lain. DAFTAR PUSTAKA
Dengan menambahkan jenis industri yang
lain, dapat dilakukan perbandingan hasil Aji, D. Yudho dan A. F. Mita. 2010. Pengaruh
penelitian antara jenis industri yang satu Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai
dan industri yang lainnya. Penelitian yang Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan
akan datang dapat menggunakan klasifikasi terhadap Praktek Perataan Laba: Studi
industri lainnya untuk dapat memperoleh Empiris Perusahaan Manufaktur yang
jumlah sampel yang lebih besar dan Terdaftar di BEI. Paper dipresentasikan
menguji konsistensi hasil temuan dalam pada acara Simposium Nasional
penelitian ini. Akuntansi XIII Purwokerto.
b. Tahun pengamatan hanya dari tahun 2004 Anggraini, F. R. R., Y. Nurim, dan N. Harjanto.
sampai tahun 2008. Hal ini dikarenakan 2010. Pengujian Peran Perlindungan
penelitian ini membutuhkan dua tahun Investor dan Kultur terhadap Perilaku
lag (t-1 dan t-2) dan satu tahun lead (t+1) Managemen Laba pada Perusahaan
sehingga membutuhkan periode estimasi Keluarga: Studi Internasional. Paper
yang lebih panjang, yaitu tahun 2002 dipresentasikan pada acara Simposium
sampai tahun 2009. Penelitian ini dibatasi Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
18 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 1 - 19

Barnea, A., J. Ronen, dan S. Sadan. 1976. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Classificatory Smoothing of Income Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
with Extraordinary Items. The Empat.
Accounting Review, 51 (1), 110–122. International Accounting Standard Board.
Barua, A., S. Lin, dan A. M. Sbaraglia 2009. International Accounting
2010. Earnings Management Using Standard No. 1 & 8.
Discontinued Operations. The Jones, J. 1991. Earnings Management during
Accounting Review, 85 (5), 1485-1509. Import Relief Investigations. Journal
Bradshaw, M. dan R. Sloan. 2002. GAAP of Accounting Research, 29 (2), 193–
Versus the Street: An Empirical 228.
Assessment of Two Alternative Kieso, D. E., J.J. Weygandt, dan T.D. Warfield.
Definitions of Earnings. Journal of 2004. Intermediate Accounting
Accounting Research, 40 (1), 41–66. Eleventh Edition International Edition.
Burgstahler, D., J. Jiambalvo, dan T. Shevlin. John Wiley & Sons: United States of
2002. Do Stock Prices Fully Reflect America.
the Implications of Special Items __________. 2011. Intermediate Accounting
for Future Earnings? Journal of IFRS Edition Vol. 1. John Wiley &
Accounting Research, 40 (3), 585-612. Sons: United States of America.
Elliot, J. dan J. Hanna. 1996. Repeated Kinney, M. dan R. Trezevant. 1997. The Use of
Accounting Write-offs and The Special Items to Manage Earnings and
Information Content of Earnings. Perceptions. The Journal of Financial
Journal of Accounting Research, 26 Statement Analysis, Fall, 45–53.
(Supplement), 135-155.
Lipe, R. 1986. The Information Contained
Fan, Y., A. Barua, Cready, M. William, dan in the Components of Earnings.
W.B. Thomas. 2010. Managing Using Journal of Accounting Research, 24
Classification Shifting: Evidence (Supplement), 37–64.
from Quarterly Special Items. The
Accounting Review, 85 (4), 1303-1323. McVay, S.E. 2006. Earnings Management
Using Classification Shifting: An
Financial Accounting Standards Board. 1978. Examination of Core Earnings and
Statement of Financial Accounting Special Items. The Accounting Review,
Standard No. 1. 81 (3), 501-531.
Hastuti, S. dan P.Y S. P. Hutama. 2010. Nelson, M., J. Elliott, dan R. Tarpley. 2002.
Perbedaan Perilaku Earnings Evidence From Auditors about
Management Berdasarkan pada Managers’ and Auditors’ Earnings
Perbedaan Life Cycle dan Ukuran Management Decisions. The
Perusahaan. Paper dipresentasikan Accounting Review, 77 (Supplement),
pada acara Simposium Nasional 175–202.
Akuntansi XIII Purwokerto.
Ronen, J. dan S. Sadan. 1975. Classificatory
Healy dan J.M. Wahlen. 1999. A Review of the Smoothing: Alternative Income
Earnings Management Literature and Models. Journal of Accounting
Its Implications for Standard Setting. Research, 13 (1), 133–149.
Accounting Horizons, 13 (4), 365–383.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Through Real Activities Manipulation.
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Journal of Accounting and Economics,
Empat. 42 (3), 335-370.
Soliyah Wulandari, Manajemen Laba dengan Classification Shifting ... 19

Sanjaya, I P. S. 2010. Efek Entrenchment dan


Alignment pada Manajemen Laba.
Paper dipresentasikan pada acara
Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto.
Schipper, K. 1989. Commentary on Earnings
Management. Accounting Horizons, 3,
91-102.
Subekti, I., A. Wijayanti, dan K. Akhmad.
2010. The Real and Accruals Earnings
Management: Satu Perspektif dari
Teori Prospek. Paper dipresentasikan
pada acara Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto.
Subramanyam, K. R. dan J. J. Wild. 2009.
Financial Statement Analysis Tenth
Edition. Mc Graw Hill: New York.
Wulandari, R.A. 2010. Pengaruh Sistem
Hukum terhadap Manajemen Laba
dengan Kepemilikan Institusional
sebagai Variabel Pemoderasi: Studi
Perbandingan Inggris dan Perancis.
Paper dipresentasikan pada acara
Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto.

You might also like