nb I
Sejarah dan Tinjauan
Keamanan Pangan
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan secars singkat sejarah awal penyakic yang ditularkan melalui
makanan, dan mengenali peristiwa serra saat penting dalam sejarah yang
‘memberikan kontribusi terhadap keamanan pangan.
2. Menjelaskan bagaimana industri pengalengan merevolusi pengaweran
makanan, dan menerangkan bahaya baru yang muncul di dalam penyediaan
makanan pada masa-masa awal pengalengan.
3. Menggambarken sejarah Konsurasi susu dan menjelaskan mengapa susu
menjadi sumber urama dari beberapa penyakit pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20. :
4, Membuat daftar upaya untuk mengendalikan bahaya dari makanan ee
industri pengalengan dan susu, dan menjelaskan bagaimana rlahanan
Jaaleng dan produk olahan susu yang cerbarukan telah menjadi salah.sara
makanan paling aman di pasaran dewasa ini. s
5. Membuat daftar dan menggambarkan hal urama yang mengarah pada'pe-
ngembangan industi pengemasan daging dan regulasi oleh pemerintah
federal
6 Menggambarkan metode urama yang digunakan oleh inspelaorat daging
pada abad ke-20, dan menjelaskan keterbatasan metode ini
7, Menjelaskan begaimana kebanyakan bahaya yang ditularkan melalui ma-
Janan berkaitan dengan konsumsi kerang-kerangan yang bethubungan erat
dengan lingkungan.
8, Membuat daftar peristiwa penting dan menerangkan sejarah peraturan
jaan bahan kimia dalam pasokan pangan di AS.
9, Menjelaskan peristiwa yang melarar belakangi terbentuknya regulasi yang
[ebih menyeluruh terhadap paparan pestisida, cerutama dalam makanan.
10. Memberikan contoh praktik keamanan pangan yang diterapkan pada
seluruh rancai pasokan makanan yang membuat perbedaan dalam tingkat
penyakit yang diakibakan oleh makanan.idan Praktik Keamanan Pangan
EL. Menggamabarkan peran historis dan masa kini dori epidemiol
pa ae dan pengendalian penyakic yang ditutarkan melalui aie
12. Menjelaskan bagaimana surveilans penyakit berkontribusi pada
pangan.
13, Menjeaskan mengapa jumlah penyakit yang ditularkan melalui makanan
yang dilaporkan hanya mewakili sebagian ecil dari jumlah tou dalamy
popalasi.
4, Membuat daftar dan menjelaskan langkah-langkah dasar uncuk menyelidiki
.n peryyakit yang ditularkan melalui makanan. :
ar Kategori yang berbeda dari pe
Jalui makanan, dan mengenali jenis agens penyebab vany m
<:jadinya penyakit yang ditularkan melalui makanan yang berbeda.
Lo. Mengingat kembali perkiraan jumlah total penyakie yang ditularkan melalui
nan di AS dan menjelaskan mergapa sult uncuk mendapatkan angka
1 tepat.
ingat kembali perkiraan beban ekonomi atas beban penyakic yang di-
cularkan melalui makanan,
18. Menjelaskan pentingnya perkiraan beban penyakit yang ditularkan melalui
makanan dalam hal angka kesakitan, angka kematian dan beban.
Mendafiar dan menjelaskan kecenderungan masa kini dan znasa depan yang
akan memengaruhi praktik keamanan pangan. -
20. Mendcfinisikan keamanan pangan, dan menjelaskan peran dari berbagai di-
‘splin ilmu yang terlibat dalam keamanan pangan,
keamanan
akit yang ditularkan
balla
ASPEK HISTORIS KEAMANAN PANGAN
i bawah Federal Meat Inspection Act, inspel hoa
Di bang akan disembelh dan untuk tp es eee
sonata jut memberikan wewenang kepada Bureau of Anima Industry
Keren apkan stands federal bagi opera santas di tempat motos,
tne Mpastikan adanya akses olch pengavas bio uncuk mengawa dan mele
mremndar inj Tahun 1907, Bureau of Animal Industry tdah zi
sanaks sh dati 2.200 ora ty telah berkembang
memiliki lebih da ng pengawas dan bertanggung jawab untuk
memanciu Kuring: lebih 700 tempat (FSIS, 2006). Akhirnya bito ini menjadi
men Gyeey and Inspection Service (FSIS) di bawah Departemen Peranian AS
(USDA). .
‘pada 1906, hampir semua tes yang diuji rethadap dagi ‘i
adalah scars organoleptik (Hinderlicer, 2006), Dengan Deca sonics
iuap daging berdasarkan kepekaan penglihatan, penciuman, dan perabaan dar
wpgawas, Sacu-satunya merode ilmiah untuk surveilans daging adalah uj mik-
Petopi tethadap keberadzan tricina pada daging babi, namun prakik invelah
Seinggalkan pada tahun 1907 (Wade, 1991). Pengabaian praktik ini dilakulkan
alasan bahwa melalui pemasakan, daging dipastikan telah aman s
ji ini ddak perlu lagi dilakukan. Uji organoleptik mampu mengidentifikasi be-
berapa penyakit hewan dan mendeteksi beberapa jen's parast, namun tidak
easien untuk mendeteksi kontaminasi oleh mikroba parogen dan kimia, Walau
Gemikian, uji organoleptik tetaplah merupakan metode andalan yang, dipakai
untuk surveilans daging selama abad-20. Oleh karena masilah hewan yang
berpeayakit makin berkurang selama bertahun-tahun, fokus surveilans bergeser
kepada deteksi kotoran dan konvaminasi tinja selama proses pemorongan
(Inseirute of Medicine (OM), 2003). Pada saat bersamaan, persoaln penyakit
imum yang dibawa oleh susti dan air mengalami penurunan, penyakit yang
dituiarkan melalui makanan, terkait produkdaging dan unggas sepertisalmondosis
mulai muncul (Foster, 1997).
Titik balik: utama dalam proses surveilans daging terjadi menvusul peristiwa
wabah besar penyakit yang ditularkan melalui makanan di tahun 1993, neenye-
babkan racusan kasus dan dirawat inap, termasuk beberapa kematian (Bell et all,
1994). Pelacakan tethadap penyakif ini berawal pada canto restoran cepat sii
yang menyediakan hamburger yang telah terkontaminasi baktei E coi
O157:H7. Sumber kontaminasi dipastikan berasal dari daging sapi itu serdii,
dan kontaminasi tersebar saat operasi pencampuran dan penggilingan, Sebdum
wwabah, surveilans daging secara cradisional gagal mengidentifilasi E. cli
0157:H7 di dalam daging sapi, dan baktericersebuc tidak dapac rusk di dalam
hamburger karena pemasakan yang tidak memadai. Kejadian ini menyoroti ba-
gaimana kombinasi praktik penanganan rantai suplai makanan yang tidak aman
danat beruiung pada terjadinya wabah yang besar dan terdistribusi luas. Pada
tahun 1996, USDA mengajukan proposal yang mensyaratkan pengolah daging
menerapkan alat manajemen keamanan pangan Yang disebut sistem Hazard
Analysis and Critical Control Point (HACCP). Sebagai cumbahan, beberapa
pengolah daging dan unggas tertentu hharus melakukan uji faboracorium erhadapSejarah don Tinjauan Keamanan Pangan 13
deceksi bakteri tinja (mis, E. coli generik), E. coli 0157:H7, dan Salmonella,
sckaligus untuk memastikan efektivitas dari sistem HACCP.
i sepanjang abad-20, surveilans terhadap infeksi yang ditularkan melalui
produk daging menekankan pada sisi memasak. Sesungguhnya, risiko dari ke-
banyakan infeksi ini dapat ditekan melalui persiapan dan praktik merasak
makanan yang baik. Namun strategi keamanan pangan yang paling efektif harus
ditekankan pada selurnihrantai pasokan makanan. Ini dicontohkan oleh surveilans
tethadap tricinellosis (atau teichinosis) selama abad terakhir. Beberapa species
dari tichinae dapat menyebabkan trichinellosis, namun yang paling umum
dikaitkan dengan produk daging babi adalah Trichinelle spiriis. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, tichinae adalah cacing parasit yang larvanya mendekam
di dalam jaringan otct babi, Ketika daging babi yang kurang matang dan me-
ngandung larva ini dikonsumsi oleh manusia, larva ini akan rerbebaskan oleh
adanya asam lambung dan pepsin, kemudian menyerang mulosa usus halus, dan
setelah beberapa kali meranggasakan menjadi cacing dewasa (National Agriculture
Library (NAL) 2010). Cacing ini kemudian bermigrasi ke dalam lumen usus
halus untuk kawin, dan kembali bercokol pada mukosa usus. Setelah beberapa
hari, cacing betina ini benelur mengeluarkan larva dan memasak sistem limfa.
Dari sistem limfa, larva akan memasuki aliran darah dan melewati beberapa
jaringan, menyebabkan berbagai gangguan, Larva yang mencapai jaringan orot
lurik akan menjadi encyt di otot. Berbagai tanda dan gejala akan muncul setelah
beberapa minggu, dan kornplikasi jancung dan neurologis akan terjadi, kadang
sampai terjadi kematian akibat gagai jantung. Berton Roueche menyajikan
gambaran literatur yang menarik dari wabah trichinellosis dalam cerita pendck-
nya A Pig fom lercy (1988).
Babi di Amerika terinfeksi trichinae di tahun 1900 pada tingkat melebihi
2,5% (Namminga. 1998). Hal ini menjelaskan mengapa banyak negara di Eropa
mengeluarkan larangan impor produk daging babi dari Amerika sampai pemerin-
tah federal menyatakan bahwa daging babi yang dikirimnya bebas dari tichinae
(Wade, 1991). Banyak penduduk Amerika terinfeksi akibat mengonsumsi produk
daging babi yang kurang matang selama awal abad ke-20. Akhir tahun 1940,
diperkirakan 16% popula AS terkena trichincllosis (Wright, Ker, Jacobs, 1943).
Usaha untuk mengurangiinfeksicrichinae dengan memecah daur hidup parasit
di perernakan, perlakuan tethadap produk daging bat, surveilansreraadap kasus
trichineilosis pada manusia. Produsen daging babi, bckerja sama dengan USDA
smembentuk program bebasrichinae yang menekankan perubahan dalam prakrik
pemberian pakan dan peternakan, Cara pencegahan yang paling penting adalah
babi tidak diizinkan diberi pakan mentah dan membersihkan area pemeliharaan
babi dari hewan pengerat (inang dari tichinae): Peraturan federal juga mensya-
ratkan perlakuan terhadap produk rerrentu yang mengandung babi urcuk meng-
hancurkan srichinae (9 CFR 318.10). Laporan kasus orang terkena tichinellosis
meniarun selama abad ke-20, dan dalam kurun wake 2002-2007, hanya 66
asus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control and Prevension (Kennedy
et all, 2009). Dari Kasuskasus cersebut kerika sumber trichinse telah éapst
ditdencifkasi, hanya 19% yang terkait dengan konsumsi daging babi. Sisanya Teoridan Praktik Keamanan Pangan
sa dengun suber a aging babi ebony lsh el fons
terkait denga
aging beruang:
ae |, Pencemaran Lingkungan, dan Bahan
Saar pangan/Pemalsuan Pangan
- gianggap suatu hidangan nan Tezat di dunia Barat, dan sumber proc
Kerang oi banyak belahan dunia, terutama di daerah pesir dan home
yang eeanat Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pejabat keschatan
nits ne perka dan Eropaprihatin ais banyakaya wabsh penyak sd
tumor ums ram, Kerang, dan remis mentah, Keprihatinan ini menjadi soroe
meta publik di tahun 1924 ketika wabah besar demam tfoid melanda
Ab di antara penduduk yang mengonsumsitiram mentah yang diambil dar air
‘rang erkonraminasilimbah (Tauxe dan Esteban, 2007). Dengan lebih dar 1.500
Jeasis yang dilaporkan dan 150 kemavian di 12 kota, wabah ini mengguncang
ublik dan Konsumen kehilangan kepercayzan teshadap Kerang yang aman,
Sebaga tndak lanjus, Surgeon General of the US Public Health Service meng.
adakan Conference on Sellfish Sanitation di tahun 1925, dan menghasilkan ke-
potusan prinsip pencegahan dan survelans dicumuskan dan dituangkan kedalam
National Shellfish Certification Program (Interstate Shellfish Sanitation
Conference (ISSC}/FDA, 2007). Tujuan dati program ini adalah pencegahan pe
snyakic yang ditulakat, melalui kerang-kerangan yang segar dan dsegarbekukan
(iran, kerang, remis, dan scalop) melalui diberlakukanoy peraturan standar
dan prektik dalam industri di negara-negara bagian, Progtam ini dinamai National
Shellfish Sanitation Program (NSSP), dan di tahun 1982, Interstate Shellfish
Sanitation Conference (ISSC) dibakukan oleh negara bagian yang be-partsipasi,
perwakilan industri, FDA, dan agen federal lainnya. [SSC texap berungs sampai
sekarang, menyiapkan forum peraturan tesmi bagi negara bagian yang befungsi
sebagai panduan yang seragam untuk keamanen pangan jenis kerang (I$SC/
FDA, 2007)
Penyakie yang ditularkan melalui kerang,kerangan mclambangkan hubungan
sntara lingkungan, polusi, dan keamanan pangan. Kerang moluska merupakan
pengumpan filter yang aktif memompa ait melalui cubuh untuk plaakron dan
partikel, Bersamaan dengan penumpukan plankton, kerang moluska juga dapat
menangkap mikroorganisme patogen dari ai. Jka kerang ditempatkan ke dalam,
airyang eerpolusi imbah, patogen dalam jumlah yang signifikan akan terakumlast
dan berkonsentrasi, Risiko terkena infeksi akan meningkac beberapa kal lipac
bila kerang ini dikonsumsi mentah atau secengah matang. Oleh karenanya, ba-
yak wabah penyakit infeksi yang dihubungkan dengan konsumsi kerang mentah
atau setengah matang (Huss, Ababouch, Gram, 2004: IOM, 1991). Patogen di-
ketahui dapat ditularkan melalui kerang, termasuk beberapa bakteri akuatik
(omis., species Vibrio), bakteri patogen enterik, dan virus. Pada tahun 1988 di
Shanghai, China, lebih dari 290.000 penduduk terkena hepatitis A setelah meng-
Konsumsi remis yang dipanen dari air yang terkontaminasilimbah, ini merupa-
kan wabah penyakit yang ditularkan melalui makanan cercatat sebagai yang
terbesar (CDC, 1990; Huss et al, 2004).
TuasSejarah dan injauan Keamanan Pangan 15
Pengendalian ukuran penyakic infeksi yang dicularkan melalui kerang tcr-
masuk survei sanitasidan uji bakteri tethadap air panenan kerang, bersamaan
dengan penanganan sanitasi dan prosedur pengolahan (ISSC/FDA, 2007).
Uneuk bakteri akuatik seperti spesies Vibrio, survei sanitasi terhadap air panenan
Kerang kurang efektif karena bakteri tersebut hidup bebas dalam lingkungan,
Oleh karenanya, rencana pengelolaan berdasarkan suhu air dan parameter
lainnya, bersamaan dengan pengendalian terhadap kasus timbulnya penyakit
Pada manusia, digunakan unzuk meminimalisasi rsiko infeksi dari Vibrio.
Kerang juga termasuk sumber yang terpapar oleh berbagai varieras racun,
Ganggang tertentu dalam lingkungan akuatik mampu memproduksi bermacam
racun fut. Racun ini bisa terakumulasi sepanjang rantai makanan laut dan
memasuki rantai pasokan makenan bagi manusia sebagai makanan laut. Kerang
moluska terutama sangat efisien dalam menumpuk gangeang beracun dan racun
yang dibasilkannya. Bergntung pada tipe dan jumlah racun dalam jaringan
kerang, sindrom intoksikasi bervariasi, mulai dari gangguan pencemaan sampai
gangguan saraf atau neurotoksisiras—termasuk “kchilangan daya ingac, kelum-
puhan, bahkan kematian” (Huss et al, 2004). Tidak seperti agen biologis pe-
nyebab infeksi, pemasikan kerang hanya sedikit pengaruhnya terhadap racun
Jaut. Welaupun sindroma intoksikasi kerang telah dikenal ribuan tahun, frekuensi
racun marine dalam kerang dan ikan lainnya telah meningkac dalam kurun
puluban tzhun ini, terucama karena akcivitas manusia yang meningkatkan pa:
sokan zat gizi di perairan lokcl. Sumbangan ini menyuburkan ganggang beracun
dan dikenal sebagai “bersemir.ya ganggang berbahaya" (Glibert et a, 2005), yang
dicirikan dengan peningkatan tajam populasi ganggcng bersamaan dengan pe-
nurunan secara signifikan kualitas air (mis.. eutronikasi, red tide), Pencegahan
tethadap sindroma intolsikasi kerang dari aspek lingkungan sungguh menan-
tang, Di bawah NSSP EDA dan ISSC merekomendasikan Marine Biotoxin
Contigeac’ Plan yang berisikan sistem peringatan dini dan larangan atau batasan
panen kerang, disertai dengan intervensi lainnya (ISSC/FDA, 2007),
Pencemaran lingkungan oleh industri kimia dan Iegam adalah salah satu se-
bab yang memengaruhi keamanan dari pasokan pangan manusia secara umum,
terutama kerang-kerangan. Banyak ali lingkungan meyakini bahan kimia se-
sungguhnya menjadi bagian dari endapan di jalan air dan area karang. Karena
kerang moluska adalah organisme benthic, artinya mereka tinggal di dalam
lingkungan samudra, mereka secara langsung terpapar dengan zat kimia dan
logam dalam endapan sedimen, Selain kedekatannya dengan polutan kimia,
kerang-kerangan juga rentan mengakumulasi bahan kimia dan logam di dalam
Jingkungan dalam jaringan tubuh mereka, suatu proses yang disebut bioakumu-
Jasi, Kasus keracunan kerang dan makanan laut yang paling menghebohkan
akibat polutan industi adalah yang menimpa warga di kota pemancingan di
Jepang yang mengalami keracunan merkuri, yang dikenal dengan Minima.
Dari tahun 1938 sampai 1968, pabrik membuang limbah air yang mengandung
metilmerkuri ke teluk lokal, yang kemudian terbisakumulasi dalam kerang 42”
finfish loka). Warga mengonsumsi makanan laut tercemar sclama berah veal
tahun, mengakibatkan ribuan bayi lahir cacat dan sedikienya 1.784 men!8
16. Teoridan Proktik Keamanan Pangan
Keracunan permanen memengaruhi setidalenya 10.000 orang (Imamura, Ide,
Yasunaga, 2007). Tragedi ini mengingatkan akan pentingnya peraturan pen.
‘cemaran lingkungan untuk melindungi pasokan pangan bagi manusia,
Pengaturan Bahan Kimia dalam Pangan
Bahan kimia yang masuk ke dalam bahan pangan bisa karena dsengaja,tanpa
lsengaj, tau karena tidak bisa dihindari. Penambahan bahan Kina yang die.
igaj ke dalam bahan pangan telah dilakukan ribuan tahun hu. Alasan yang
terutama dikemukakan adalah untuk pengaweran, menambah aroma, menam.
bah citarasa, atau demi efek tampilan sajian yang diinginkan. Seperti peanah
dijetaskan sebelumnya, penambahan bahan kimia ke dalam buhan pangan ini
bisa juga uncuk tujuan penipuan perdagangan. Dalam kasus ini, konsumen
‘umumnya tidak mengetahui bahan apa sesungguhnya yang tah ditambahkan
ke dalam makanan, sedangkan pabrik atau pedagang tentu tidakakan menyebut-
kan jenis bahan di luar standar tersebut (peralsuan). Selama abad ke-19, ketika
pengolahan pangan menjadi industri, pemalsuan makanan dan minuman me-
rupakan praktik yang lumrah dilakukan banyak orang. Pada masa itu di AS,
undang-undang federal yang mengatur soal ini sangatah terbatas, dan masing.
masing negara bagian bertanggung jawab uncuk mengawasi kuahtas dan pe-
malsuan pangan (Satin, 2007). Hal ini mulai berubah sekiear tahun 1870 dengan
merebaknya kekuatiran warga atas pemalsuan makanan ini dan adanya keinginan
untuk mekanan yang murni, Pabrik makanan yang legal juga kuatir mengenai
pemalsuan ini karena pabrik yang tidak bertanggung jawab akan lebih berdaya
scing karena dapat menjual produknya dengan harga lebih muah. Seluruh per-
hatian ini mengawali uji kontaminasi pangan oleh Bureau of Chemistry of the
USDA pacla tahun 1883 (Tauxe dan Esteban, 2007). Kerua daribiro dan program
pengujian ini adalah profesor kimia, Dr, Harvey W. Wiley,
Di bawah pimpinan dan arahan Dr. Wiley, Bureau of Chemistry menjalan-
kan pengujian bahan tambahan kimia di dalam bahan makanan tanpa pandang
bulu, Dr. Wiley memiliki asumsi pribadi bahwa bahan tambshan kimia mera-
pakan bahan tambahan yang tidak peflu (FDA, 2009b). Beliau babkan bergerak
Jebih jauh dengan memiliki ketompok relawan anak muda yang mengonsumsi
berbagai bahan tambahan kimia untuk mengetahui dampaknya, Pers menjululi
kelompok ini “Poison Squad” (Satin, 2007). Meski bila dikaickan dengan standar
kemanusiaan masa kini hal tersebut terkesan tidak etis, Dr. Wiley menyelesaikan.
pekerjaannya dan Poison Squad telah mencuri perhatian publik dan Kongres
tentang persoalan akdbat pemalsuan makanan. Bagai badai yang sempuma, karya
dan perang salib Dr. Wiley demi makanan yang murni, besamaan dengan
novel “The Jungle” karya Upon Sinclair, memuncak dalam aksi kongres pada awal
abad ke-20,
Dimulai pada tahun 1879, hampir 100 RUU (Rancangan Undang-Unding?
sudab diajukans kepada Kongres untuk pengaturan makanan dan obat-oboran
bare fi ‘ute Fuod and Drug Act tahun 1906 yang merupal
pertam:: diloloskan (FDA, 20094. iru a
any disebus pula sebagai Wiley Act, Selair jasanya verhadap pers
der
indSejarah dan Tinjauan Keamanan Pangan 17
. Wiley juga berperan dalam Keamanan Pangan
ahli mikrobiologi yang menabantu mengubah wajah,
industri pengalengan, tclur, dan pendinginan (Meadow, 2006). Sayangnya, Dr.
Wiley menghadapi banyak konflik kepentingan komersial dan pertikaian biro-
krasi (Satin, 2007). Beliau mengundurkan diti pada tahun 1912 dengan mening.
galkan biro yang telah memiliki pegawai dan anggaran besar. Namun karenta
adanya kererbatasan sejak 1906 Pure Food and Drug Act, biro ini menemui
banyak kesulitan, Pada tahun 1913, UU ini diubah dengan persyaratan mencan-
tumkan komposisi bahan yang cerkandung daiam makanan pada kemasan luar,
sebagai label. Namun demikian tetap terbuka celah dalam peraturan ini yang
‘memungkinkan perusthaan bermain dengan standar pemalsuan. Sebagai contoh,
produk yang bernama BRED-SPRED dipasarkan menyerupai jam atau jelly,
walaupun sesungguhnya dibuat dari tar bacu bara, benih rumput, dan bahan-
bahan lainnya (Mcadows, 2006). Oleh karena produk tidak secara eksplisie
sebut jam atau jelly dan memiliki nama khas sendiri, secara hukum tidak bisa
dianggap sebagai pemalsuan atau penyimpangan merek.
‘Melalui perubahan lingkup misi, pada tahun 1927 Bureau of Chemistry ber-
ganti nama dan berubsh lagi pada tahun 1930 menjadi nama yang sckarzng, US
Food end Drug Administration (FDA). Pada tahun 1933, setelah bertahun-tahun
menghadapi kesulitan penegaian standar hukum untuk melindungi masyarakat
dari produk makanan dan obat-obatan yang tidak aman, FDA baru mereko-
mendasikan kepada Kongres untuk memperbaiki UU 1906 yang telah usang
(Meadow, 2006), Pectemuan tingkat legislatif ini memerlukan waicu 5 tahun
sebelum meloloskan UU yang baru. Fakor pencetus Jahirnya hukum baru ini
adalah terjadinya wabah paralisis—hilangnya fungsi ocot atau kelumpuhan- dan
kkematian akibat suatu obat mujarab dicampur dahan kimia industri dengan
nama dagang Lindol, dikenal sebagai TCOP (tri-ortho-cresyl phosphate). Sckitar
107 orang, kebanyakan adalah arak-anak, meninggal akibat obat ini, dan se-
banyak 50.000 sampai 100.900 orang menderita parilisis dengan beberapa
tingkatan (Meadows, 200%; Satin, 2007). Hukum yang baru diluncurkan pada
tahun 1938 bernama Federal Food, Drug, and Cosmetic (FD&¢C) Act. Hukum
ini memberkan wewenang yang belum pernah tejadi sebelumnya untuk meng-
avur obat obatan dan menucup rapat celah yang memungkinkan terjadinya pe-
nyimpangan tethadap kemasan dan kualitas pangan (FDA, 2009b). Selanjutnya,
FD&C Act menentukan mandat yang sah untuk penegakan standar makanan,
dan izin menentukan peraturan batas ambang yang aman untuk racun tertentu
atau zat yang beracun. Ketentuan penting lain dari peraruran itu adalah hak
untuk mengawasi pabrik dan mengeluarkan larangan sebagai alat penegakan.
Selama heater or hal itu berlaku pertama kali, FD&C Act sudah
diamandemen berkali-kali. Akhirnya, agensi yang bertanggung jawab atas admi-
nistrai hukum (FDA) dipindahlan dari USDA ke lot organisa saat ini di
bawali U.S. Deparment of Health and Human Services (DHHS).
Oleh Karena kasus penyakit kanker meningkar tajam dalam hun 1930 dan
1940-an, kekhawariran masyarakat menjadi meningkat pula terhadap bahan
tambahan makanan kimia yang baru dan bahan campuran lainnya atau kon-
dengan mempekerjakan pa18 Teoridan Proktik Keamanan Pangan
taminasi dalam makanan, yang memicu aksi kongres (Fortin, 2009), Federal
Insecticide, Fungicide, and Rodenticide Act (FIFRA) diluncurkan tahun 1947,
Di antara pasal-pasal dalam FIFRA, terdapat persyaratan pendaftaran produk
berlabel pestisida, dan pabrik pestisida bertanggung jawab mendokumentasikan
keamanan dan manfaat dari produk yang dihasilkan. Beberapa tahun kemudian,
pada tahun 1950, Delaney Committee memulai penyelidikan kongres terhadap
keamanan dari aneka bahan kimia dalam pangan dan kosmetik. Laporan komite
ini, diterbitkan pada tahun 1952, menyebutkan bahwa jumlah bahan kimia yang
jprocuksi kian_meningkat dan hukum yang ada tidak memadai lagi untuk
melindungi masyarakat dari bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan,
Laporan itu mengakui banyaknya bahan kimia yang diperlukan sepanjang jalur
pasokan pangan (Hutt, 2002). Laporan Delaney Committee ini memiliki penga
ruh besar terhadap perundang-undangan yang dikeluarkan Kongres 8 hun
kemudian.
Selama ini, ada 3 macam perundang-undangan yang penting mengevaluasi
dan memberikan persetujuan tethadap zac kimia yang berdampak terhadap
pasokan pangan (Hutt, 2002). Pertama adalah Miller Pesticide Amendment,
tahun 1954 Perandang-undangan ini memberikan wewenang penetapan batas
ambang pemakaian pestisida yang aman tethadap komoditas pertanian segar dan
beberapa makanan yang telah diproses. Termasuk pula adanya syarat keamanan
prapasar dan efekcivitas uji pestisida.
Perundang-undahgan kedua yang penting adalah Fooa Additives Amendnient
tahun 1958, Dengan amendemen ini, keamanan zat tambahan pangan yang baru
harus ditetapkan oleh pabrik selama pemasaran, dan FDA harus memberikan
persetujuan prapasar untuk zat ini. Walau pun demikian, untuk zat yang dsetujui
dan digunakan sebelum amendemen (1938-1958), dan zat yang memiliki iwayat
aman digunakan, persetujuan premarket dianggap tidak diperlukan. Resminya,
zat ini tidak dianggap sebagai bahan cambahan pangan iru sendiri, meinkan
dikenal sebagai zat prior-sanctioned dan zat GRAS (generally recognized as safe)
Amendemen ini juga membuat perbedaan antara zat tambahan pangan langsung
dan tidak langsung; yang langsung adalah zat ditambahkan atau dicampurkan
secara langsung dalam makanan; seddngkan yang tidak langsung adalah berupa
kontaminasi makanan akibat kontak dengan permukaan kemasan, peralatan, dan
benda lainnya. Bila ditinjau kembali, ketentuan dari amendemen yang paling
konteoversial adalah yang disebut Delaney Clause. Ketentuan ini pada dasirnya
mensyaratkan pelarangan terhadap semua zat yang berpocensi menycbabkan
kanker dalam laboratorium hewan. Ketika uji analisis kimia semakin peka, dan
kompleksitas dari biologi kanker semakin dipahami, Delancy Clause rai
anakronisme. Sebagai conto, jejak terperinci dari bahan kimia yang berifat
i i manusia) mungkin terdeteksi didalam
karsinogenik terhadap hewan (tidak harus ing bastnogee sam
Pangan, namun zat tersebut berisiko lebih rendah dibanding karsinogce
hainnya, . ;
Perundang-undangan ketiga yang pening untuk evaluat pap’ G9 et
sctujuan subsansi kimia dalam makapan adalah Color Additives Soe any
tuhun 1960. Tidak seperti adatif makanan, adatif pewarna dan penSejarah dan Tiniauan Keamanan Pangan 19
diatur di Amerika Serikat sejak 1900, ketika kongres mengeluarkan Color and
Preservatives Act tahun 1900 (Hutt, 2062). Kebanyakan karena alasan histori
dan kepurusan Supreme Court, amendemen 1900 tidak mencakup pengeluaran
‘umum untuk aditif pewania sama dengan substansi GRAS. Dengan kata lain,
pabrik pewarna makanan harus menunjukkan keamanan semua aditif pewarna
dan petisi FDA untuk perserujuan prapasar. Pasal pada Delaney juga berlaku
untuk aditif pewarna, yang berarti aditif pewarna apapun sccara umum dilarang,
jika menunjukkan penyebab kanker pada hewan laboratorium
Mulai awal hun 1940 dan berlangsung hingga akhir tahun 1970-an, terjadi
peningkatan tak-terduga dari produktivitas pertanian yang dikenal sebagai Green
Revolution (Parayil, 2003). Hal ini dicapai melalui peneiitian dan pengembangan
yang menghasilkan pestsida, penyubur, bibit unggul baru, beserta metode dan
‘eknologi ainnya. Dengan Green Revolution, tingkar penemuan, pengembangan,
dan penggunaan pestisida diibaratkan meledak selama tahun 1940-an dan 1950-
an (Klass, 2005). Namun pemakaian pestisida yang lebih banyak juga menuai
kkritikan. Pada ahun 1962, buku karangan Rachael Carson, Silent Spring, mem-
bangkitkan hemdaran masyarakat tentang risiko penggunaan pestisida dan di-
tahen, kepedufian masyarakat dan aktivis lingl:ungan membantu meadororg
federal bertindak untuk mengawasi paparan baban kimia beracun, teretama
pestisida. FIFRA diamendeinen pada tahun 1954 untuk menucup beberapa cedlah
dari_undang-undang yang asli. Melalui Executive Order yang dikeluarkan
Presiden Nixon, US Environmental Protection Agency (EPA) diterbitkan pada
chun 1970, dan hampir seluruh peraruran aktivitas lingkungan federal dari AS
diganti menjadi EPA. Pads tahun 1972, tanggung jawab untuk program pestisida
dialihkan dari USDA, FDA, dan agen lainnya ke EPA dengan perubahan lebih
Janjut menjadi FIFRA dan FD&C Act. Sampai sekarang, tiga biro federal (EPA,
USDA, dan FDA) melznjutisan pembagian tingkat tangpung jawab untuk resida
Tonggak peraturan berikumnya yang memengaruhi peraturan residu bahan
kimia dalam makanan adalah Food Quality Protection Act (FQPA) pada tahun
1996. Di bawah peraruran ini, EPA dimunjuk uncak mengembangkan dan me-
nerapkan peraturan untuk melindungi pasokan pangan dari rsiko residu pestsida
yang tidak masuk akal. Tidak seperti undang-undang sebelurnya, FQPA men-
syaratkan pemerikszan menyeluruh terhadap pestisida dan hukum keamanan
Pangan. Beberapa ketentuan mencakup standar keamanan yang ketat, rerucama
untuk bayi dan anak, dan evaluasi terhadap akumulasi risiko seumur hidup dari
pestisida dengan mekanisme keracunan yang umum. Lebih jauh, FQPA mensy2-
‘atkan seluruh pesisida yang dapat ditoleransi dalam makanan diealuasi
Ppestsida, termamuk antisipasi paparan semua makanan dan paparaa lainny2 Yang
‘merapakan informasi yang dapat diperay’ (Public Lew 104-170, exanez 5
‘Agustus 1996). Pada dascaya, FPA yang mengilaiti Delaney Cause of 19)20 Teori dan Praktik Keamanan Pangan
telah usang. Untuk membancu EPA melakukan pena
rm tisiko residu pestisida,
OSD A tatgsung mengadakan survel konsumsi pang: on ise
sertennu, Kata lain y
+ mengumy
penggunaan pets lam praia AS an mengumpalkan oo ‘peibirn peng
Peshodap residu pestsida yang tcrkandung dalam komoditas pertanian yang sat m
mraupam yang tah diproses. meee eernebe be hiss
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIK DAN Surveilans eae ace
Asalusul dan Kontribusl Epidemiclogi dan anal cide
sak peradaban awal, orang-orang tertentu merupakan pengamat yang jeli tet- lrlatkan meal
Seik Pena Yang betkatan dengan kermakmuran su Reneane de seni ba rans
syarakat ‘mereka, termasuk pengamatan terhadap terjadinya penyakit dan ke: Mentifikasi
atian akibat perilaku, tempat dan kontak dengan elemen dalam lingkunganaya, Jarkan melalui n
Hippocrates (460-377 SM) dari jaman Yunani Kuno adalah orang perama yang epidemiologi. N
renvatat teorinya tentang tejadinya penyakit, menghentikan penjelaan supe faktor umum da
natural; beliau juga menciprakan istilah endemik dan epidemik untuk membe- penyebab. Pada
cdakan antara penyakit yang sering timbul dalam populasi (Nelson dan Williams, epidemiologi m
3007). Penyakir erdemik adalah yang selalu ccrjadi dalam populasi dan menciap dari penyakit,
dari wekcu ke wakcu di suaru daerah atau wilayah tercentu, sedangkan penyaki pan mereka
cpidemik mungkin bisa terdereksi dalam populasi, dan jumlah penderivrays ‘Williams, 200
melebihi dari keadaan biasa selama beberapa waktu tertentu. Sclama berabad- dan teknologi
abad sebelumnya, teori penyebab penyakit yang berlaku berakar pads budays dan meal maka
kepercayaau saat itu. Metode ilmiah harus diadopsi sebelum muaculaya disilin, membedakan
ilmu baru yang disebut epidemiologi cee
Epidemiologi modern sebagai disiptin ilu tersendisi dikembangkan pada ‘memahami |
pertengahan abad ke-19 di tengah-tengah wabah penyakitinfeksi yang meluas di penyaki (di
Eropa dan Amerika Utara, Masyarakat epidemiologis terbentuk pada tahun 1850 ‘pemchamar
di London, dan buku pertama yang menggunakan istlah epidemiologiiterbitkan akibat mak
tahun 1873 (Rosen, 1973). Awalnya, fokus utama epidemiologi adalah pada pe- dan atau ¢
nyakit infeksi, namun meluas pada akhir abad ke-20 hingga mencakup penyakic enya y
kronis dan kaitan antara faktor deverminan kesehatan dengan faktor sosial dan agens per
perilaku, seperti ilmu tentang pencegahan tethadap cedera, Menurut American dibenarka
Epidemiological Society, epidemiologi didefinisikan sebagai “ilmu tentang, pe- (penyakic
nyebaran penyakit dan faktor determinan kesehatan dan risiko penyakit dalam Hal
populasi manusia” (2011). Saat ini, para ahli epidemiologi berperan serta di penyakit
hampir semua upaya untuk mempelajari dan mengendalikan penyakit dan cedera, pertama
termasuk menghitung keuntungan dan analisis beban dari dilakukanaya inter~ bernam
vensi tethadap penyakit dan cedera. Akhirnya, definisi epidemiolgi yang lebih, Ddagai ju
luas diajukan oleh CDC (Centers for Disease Control) sebagai: “Ilmu tentang tifoid t
distribusi dan faktor determinan kesehatan atau masalah yang bethubungan de- (eavi
gan keschatan yang terjadi pada suatu populasi tertentu, dan penerapanaya awal
untuk mengendalikan masalah keschatan’” (Dicker et al, 2007).
Seperti tersirat dalam istlah epidemiologi, cikal bakal dsiplin ilmu ini berakar
dari ilmu tentang epidemi, yakni peningkatan penyakit yang jumlah pendesita- peny
nya melebihi jumlah yang diperkirakan dalam populasi tertentu seteah period tanSejarah dan Tnjauon Keamanan Pangan 21
serrentu. Kata lain yang sering digunakan epidemi lokal adalah wabah (Dicker,
2007), Penyelidikan epidemiflerusan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
‘melahirkan pengetahuan dan pemahaman yang berkembang secara cepat tentang
penularan penyakit infeksi. Epidemiologi secaa sistematis mengidentifikasi fak-
tor risiko dan faktor determinan penyakit infeksi dalam suatu populas. Dengan
tambahan pengetahuan patogen yang diperoleh pada era keemasan mikrobiolog,
para abli keschatan mampu mendiagnosis lebih tepat pasien berpenyakie infe
dan para ahli cpidemiologi dapat menyusun kerangka teoretis penyebab penya
Penyakit kemudian dapat dikelompokkan berdasarkan cara penularan (mis.,
icularkan melalui air, makanan, vektor, dan orang ke orang), dan tindakan inter-
vensi bisa dirancang dengan cara memutus mata rantai penularan,
Tentifikasi etiologik (penyebab penyakit) dari letusan penyakit yang ditu-
larkan melalui makanan membuahkan pengertian yang lebih mudah centang
epidemiologi. Namun demikian, para ahli epidemiologi mampu_ mengidentifikasi
faktor umum dalam suaru kejadian wabah tanpa harus melalui identifikasi agens
penychab. Pada kenyataannya, sebelum teori kuman penyakit merebak, para abli
pidemiologi mengembangkan wawasan yang mendalam mengenai sift menular
dari penyakit, meskipun pcngetahuan yang belum lengkap membatasi kemam-
puan mereka mengendalikan berbagai penyatit secara efektif (Nelson dan
Williams, 2007). Namun sampai awal abad ke-21, dengan segala pengetaliuan
den teknologi, agens penycbab dari banyak wabah penyakit yang dicularkan
melalui makanan tetap belum teridentifikasi. Hal itu merupakan satu alasan yang
membedakan antara sakt(illnes)akibat makanan dengan penyakit(diease) yang,
dlirularkan melalui makanan. Sakic (ines) adalah kondisi tidak sehattanpa perlu
memahami kondisi penyebab dan kondisi biologis (Helman, 1981). Sebaliknya,
penyakit (disease) adalah kondisi yang telah didiagnosis oleh dokter dengan
pemchamar. mengenai penyebab dan kondisi biologis. Karenanya, wabah sakic
akibat makanan adalah kasus yang agens penyebab sakic belum teridentifikasi
dan atau dasar biologi yang belum sepenuhnya dipahami, sedangkan wabah
penyaki yang diruarkan melalui makenan melibatkan kasus terdiagnosis dengan
agens yang teridentfilasi. Walaupun secara teknis tidak dapat
dibenatkan, istilah foodborne ills (sakitakibat makanan) dan foodborne diene
(penyakit bawaan-makanan) sering digunakan secara bergantian,
Hal penting dari penyelidikan awal epidemiologi adalah peran pembawa
penyakit manusia dalam penularan penyakit melalui makanan, Penemuan kasus
pertama tanpa geala yang sehat dari demam tifoid di AS adalah seorang wanita
bernama Mary Mallon. Slama tahun 1900-1907 dan 1915, ketika bekerja se
bagai juru masak, Ms, Mallon bertanggung jawab atas terinfeksinya demam
tifoid terhadap paling sedikit 47 orang, dan menyebabkan sedikitnya 3 kematian
(Leavie, 1996). Demam tifoid adalah pembunuh terkenal pada abad ke-19 dan
wal abad ke-20. Dengan pengenalan techadap sanitasi urban dan penyaringan/
klorinasi air, demam tifoid mulai menurun namun tetap merupakan ancaman
Scrius terhadap keschatan masyarakat. Menyusul wabah demam tfoid di rempat
penyewaan rumab musim panas di Long Isand, New York, pemilik mendatang-
kan seorang doktor ahi saitasi bermama George Soper unruk menyeidiki pe22 fownistan Prakuih Keamanan Pangan
ily wabish ink, Menpgunakan proses ctininasi dan big renye
Mallon, bevtanuging awa terhadap seranghsian’ scsbar demary tifvid yang
teyjadi pada tamab-sumah yang berbeda, yng,
Dr, Soper memilild reputash yang ku any bersahabat, dan setelah Ny Mallon
menolak menyediakan sampel tinja, urine, dan daruh untak Uji laboratorium, dia
merekrutasiaten dari New York City Health Depart nt (Leavitt, 1996), Dokter
«lan pengawas Kesehatan bernama Dr, §, Josephine Baker memohon Ny. Mallon,
untuk menyediakan spesimen untuk uji labor onium, dan ketika dia menolak
lagi, Ny, Mallon dibawa secara paksa oleh polisi ke fumah sakit, Setelah mene-
tnukan se)unlah besar bakteri yang merupakan penyehab fod dalam tinjanya,
Ny. Mallon dilsolasi dati masyarakat, ditempatkan delam bungalow untuk bebe.
‘apa tahun lsinanya, Selama dalam masa penahanan, Ny, Mallon menjadi sasaran
Pengumpulan spesinen untuk yji laboratorium, narmun tidak seal konsisten
inenjadi guslang bakteritifoid, Dia dibebaskan tahun 1910 seeclsh menyecujui
untuk tidak bekerja lagi sebagai juru masak Sayangnya, setelah wabah demam
tifoid terjadi di ancara pegawai rumah sckit pada tahun 1915. Ny. Mallon
dlitemukan bekerja di bawah samaran sebagai juru masak di rumah wah tersebut,
Setelah insiden ini, Ny, Mallon diisolasi sampai abhie hayatnya pada tahun 1928.
Seluma periode pertama penahanan dan isolasi Ny, Mallon, artikel bergaya
tabloid diterbitkan oleh surat kabar pada tahun 1909 menjulukinya “Typhoid
Mary” (Leavitt, 1996), Pemberitaan yang kurang berimbang memosisikzn Mary
Mallon sebagai penjahat, dan itilah “Typoid Mary" a‘d.inys beskonotass seorang
Perempuan yang jorok dan mematixan, Kenyataannya, Ny, Mallon adalah korbs
dari prasangka don keputusan buruk oleh semua pihak yang teribat dalam hance
ini, Banyak pembava tifoid lainnya telah ditdentifikasi selama penahanan dan
isolasi Ny. Mallon, namun dia satu-satunya yang dicahan begitu lama, Setlah
beberapa tahun seiak merebaknya kasus Ny. Mallon hingga abad ini, penyelidik-
an epidemiologs telah menemukan penjamah makanan yang terinfeks! sebagai
sumber wabak banyak penyakit yang ditularkan melalui makanan, terutama yang
discbabkan oleh virus enterik. Besbekal pengetahuan yang didapatkan da, poe
nyelidikan ini dan penelitian mikfobiologi, sanicasi dan praktik higenis tdah di.
kembangkan untuk minimalisasi risike penyebaran penyakie dari para penjamah
makanan, Walaupun demikian, penjamah makanan tetap merupakan sumber
Penting infeksi penyaki yang dicularkan melalui makanan (Grieg etal, 2007)
Kesehatan Masyarakat dan Survellans Penyakit
Manfaat yang paling jelas dari perkembangan epidemiologi selama beberapa
tahon etre ne dan surellant keschacan masyarakat, Menurut CDC,
turveilans adalah “proses terus-mencrus dari pengumpulan data secarasstematis,
analisis, interprerasi, dan desiminasi data schubungan dengan kejadian terkait
dengan keschatan untuk digunakan dalam incervensi masalah keschatan ma-
syarakac dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian serta untuk
meningkatkan derajat keschatan masyarakat” (German ct al, 2001). Aad wul
“urveilans penyakit dapat dilacak mundur pada wabah acau “Black Death” padaSejarat don Tinjauan Keamanan Pangan 23
dea Led da 15, aia kaa lu diprits unr mendes kas wabsh,
dan karantina dibetakukan bagi Pengembara yang bersal dari dsctah yang
wabah (Dedich dan Canter, 1994). Serelah 400 tahun kemudian,
vaseneengumpulan dan tabulasi data kesckitan dan kematian di,
implementasikan. Pada abad ke-19, para pemimpin seperti Sir Edwin Chadwick
dan William Farr dari Inggris dan Lemuel Shane ase Massachusetts sepenuh-
ya mengakui nilai dari men surveilans terhadap kebijakan kesehatan
masyarakat, Pada sind 20, konsep surveilans sungguh berkembang, dan me.
Fe inp data, analss, dan penyebarannya mengalami kemsjuan esat
(Declich dan Carer, 1994; Thacker, 2010). Saat nr pada awal abad ke-2
nologi informasi dan intemet telah memudahlen pelaporan penyakit, an
desiminasi dengan cara yang tak terbayangkan 100 tahun silam.
Sebelum tahun 1925, laporan mengenai angka kesakitan di AS sangat terbatas
Pada masing-masing negara bagian. Laporan national’ tentang angka kesakitan
dipacu oleh epidemi poliomelitis Pada tahun 1916 dan pandemik influenza pada
tahun 1918-1919 (Thacker, 2010), Surveilans atas penyakit yang ditularkan me-
lalui Seperti demam tifoid dan botulisme dimulai pada awal abad ke.
21, dan pengumpulan data nasional atas infekes salmonella nontifoid dimulai
pada tahun 1942 (Tauxe dan Esteban, 2007). Pada tahun 1949, National Office
of Vital Statistics menerbitkan laporan statistik tingkat nasional mingguan, dan
merupakan awal dari yang diterbitkan sekarang Morbidity and Morcality Weekly
Report (MMWR) dimulai pada tckun 1952 (Thacker, 2010), CDC bertanggung
imiah yang berguna sebagai pedoman bagi isu keschatan masyarkat, carne
laporawabeh jae diculatiea mela makanan dan informasi
Persyaratin hukum untuk melaporkan penyakic dan kondsilainnya ber-
porns pas standar masing-masing negarn, dan perbedaan muncul di antara
afar penysict dan kondis yang dilaporkan olch masing-masing negara. Teapi,
mulai tahun 1950, Association of State and Terizorial Health Officals (ce,
belumnya Officers, ASTHO) mensahkan konferensi thunan atau dewan abii