You are on page 1of 22
MEMAHAMI MASYARAKAT MADANI DALAM RANGKA PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK Oleh : Drs. Kristiawan, MSi Widyaiswara Madya pada Badan Dikiat Provinsi Jateng BAB |. PENDAHULUAN Dalam proses globalisasi ekonomi, dunia mengalami perubahan penting dalam perdagangan internasional dengan adanya Free trade. Dalam perdagangan bebas, dunia menjadi borderless atau tanpa batas. Atas barang, jasa, modal, dan manusia, mengalir tanpa hambatan administrasi (administrative barrier) dati satu negara ke negara yanglain. Dalam perekonomian dunia yang semakin terbuka, peranan atau komunikasi private to private semakin tinggi. Swasta lebih berperan daripada pemerintah. Pada saat yang sama persaingan produk antar negara juga meningkat seirama dengan terbukanya pasar internasional. Maka citi utama globalisasi adalah transparansi, profesionalitas, kualitas, dan kompetisi (John Naisbitt, 1999). Proses pembangunan politk juga melahirkan perubahan penting pada sistem politik. Pemilinan pemimpin nasional dan lokal metalui direct democracy bukan representative democracy. Rakyat memainkan peranan penting dalam pemilihan pemimpin mereka. Penyelenggaraan pemerintahan juga berubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi, yang menitik beratkan pada proses demokratisasi, peningkatan partisipasi_masyarakat, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat. Pada gilirannya, dunia mengalami perubahan paradigma dari government menjadi govemance. Dulu segala sesuatu dikendalikan dan diatur oleh pemerintah. Sekarang seirama dengan kenyataan semakin menguatnya tuntutan aktualisasi peranan masyarakat dalam bentuk aspirasi maupun partisipasi aktif dalam pembangunan, dominasi pemerintah mulai memudar. Penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, maupun pembangunan, melibatkan peran aktif masyarakat, termasuk dunia usahadan lembaga swadaya masyarakat. UNDP dalam dokumen kebijakannya yang berjudul governance for sustainable human development mengindikasikan adanya tiga model kepemerintahan, yang meliputi : 1. Economic Governance, yang meliputi proses pembuatan keputusan (decision making process) yang memfasilitasi ke ekonomi di dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi. Economic govemance mempunyai implikasi terhadap kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup. 2. Political Governance, yang mencakup proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakaa. 3. Administrative Governance, yaitu sistem implementasi kebijakan. Oleh sebab itu, kelembagaan datam governance meliputi tiga yaitu negara (state), sektor swasta (private sector), dan masyarakat (society), yang saling berinteraksi dalam menjalankan fungsinya masing-masing (Idup Suhady dan Desi Fernanda, 2001). Model kepemerintahan yang demikian itu disebut sebagai good governance dan UNDP mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta; dan masyarakat (society). Untuk mencapai - “good governance"ada prinsip-prinsip yang harus diterapkan. Pada situasi seperti sekarang, prinsip-prinsip tersebut memang terasa_sangat ideal. Prinsip-prinsip sepert profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, dan supremasi hukum, terasa sangat ideal dengan kenyataan bahwa pemerintahan masih diwamai KKN, lemahnya penegakkan hukum, perilaku masyarakat yang cenderung anarkis, dan ain sebagainya. Visi dari gerakan reformasi adalah terwujudnya masyarakat madani atau civil society. Masyarakat yang demokratis, dimana para anggotanya menghargai perbedaan dalam kemajemukan, menghargai kesetaraan dan pentingnya supremasi hukum. Masyarakat madani adalah masyarakat yang civilized atau berperadaban. Maka memahami apa itu masyarakat madani terasa penting dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Penerapan konsep good governance harus didahului dengan terwujudnya masyarakat madani. Artinya penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik akan lebih mudah kalau masyarakat kita sudah merupakan masyarakat yang madani, tan May nn Caen Rp Perper or Ba BAB Il, KAJIAN TEORI A. Globalisasi ‘John Naisbitt, dalam bukunya yang terkenal Global Paradox menyebutkan semakin besar dan semakin terbuka ekonomi dunia, semakin dominan perusahaan kecil dan sedang. (John Naisbitt, 1999) Artinya peranan atau komunikasi private fo private semakin tinggi. Swasta akan lebih berperan daripada pemerintah. Kecenderungan atau tren perekonomian dunia di masa mendatang itu cenderung meng-global yang ditandai dengan arus barang, jasa, uang, dan manusia, menerobos batas setiap negara, tanpa hambatan admigistrative (administrative barrier). Dunia secara ekonomis berkembang dalam wilayah yang luas (Global) atau borderless world. Cir utama globalisasi adalah transparansi, profesionalitas, kualitas, dan kompetisi. ‘Tampaknya globalisasi akan otomatis ditandai dengan proses demokratisasi politik dan ekonomi. Pada saat yang sama akan semakin menonjol pula isu lingkungan hidup, industrialisasi, teknologi komunikasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Pemerintah hanya akan berperan sebagai fasilitator bukan regulator. Sebaliknya, peran swasta akan semakin menonjol, Bahkan Ted Gaebler dan David Osborne dalam Reinventing Government, menyatakan Pemerintah hanya akan memberdayakan (empowerment) dan memberikan fasilitas kepada masyarakat (Ted Gaebler dan David Osborne, 1997). Dalam globalisasi kerjasama ekonomi regional adalah mutlak. Setiap negara di dunia akan semakin tergantung satu sama fain (interdependent) tetapi secara politik akan semakin menyusut karena akan banyak negara berdiri senditi dari pemerintah lokal yang menuntut suatu kebebasan politik. Revolusi telekomunikasi dan informasi telah mengubah secara total terjadinya desentralisasi radikal sehingga proses pengambilan keputusan justru terjadi pada para pengambil keputusan di tingkat rendahan atau melakukan dekonstruksi, sehingga semakin besar sistemnya, semakin kecil dan semakin kuat dan penting-bagian-bagiannya, sehingga seperti dikatakan John Naisbitt “Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil’. (John Naisbitt, 1994). pane §..2. ese 208 B. Pembangunan Politik Pada dasarya pembangunan politik (political development) adalah pembangunan sistem polilik, baik menyangkut dimensi fisik berupa struktur-struktur politik maupun dimensi psikis yaitu budaya polifik. Pembangunan sistem, yang mengarah kepada struktur politi dimaksudkan sebagai upaya_memantapkan struktur-struktur poli agar mampu melakuka1 fungsi sehingga melahirkan suatu mekanisme pengambilan dan pelaksanaan keputusan politik secara demokratis. Lucian W. Pye, dalam Aspects of Political Development (1966) melihat adanya 3 ciri pokok dalam pembangunan politi atau bisa disebut sebagai gejala-pembanguran (development syndrome) pertama, cir: persamaan, menyangkut partisipasi politik rakyat; ‘kedua, ciri kapasitas, berkaitan dengan kemampuan sistem polit menangani kompieksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat; dan ketiga, ciri diferensiasi dan spesialisasi pada lembaga dan struktur yang terdapat dalam masyarakat. Dalam Kamus Analisa Politik (Jack C. Plano, Robert E. Riggs dan Helenan S. Robin, 1989) disebutkan *Peribangunan poiitik kadang-kadang dipersamakan dengan pertumbuhan lembaga- lembaga dan praktek-praktek yang bersifat demokratis. Lebih umum lagi, pembangunan politik dipautkan dengan peningkatan kompleksitas, spesialisasi dan diferensiasi lembaga-lembaga politi... ltulah sebabnya pembangunan poltik diharapkan dapat menciptakan diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional dalam sistem politik. Tetapi dapat juga terjadi pembangunan politik merupakan perubahan sistem politik, ketika sistem yang ada tidak mampu bertahan dan harus menyestaikan diti dengan perubahan fingkungan dan tuntutan-tuntutan baru dalam masyarakat. Dalam hal ini political development menjadi political change. Kemudian perlu dicatat bahwa political development sering disamakan dengan political modemization. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa negara industri maju yang modem adalah pencipta mode dan pelopor terdepan dalam berbagai segi kehidupan, yang berpengaruh pula pada perilaku Politik. Secara teoritis dapat dikatakan semakin maju kehidupan Perekonomian suatu masyarakat akan semakin modern perilaku politiknya; sebagaimana dikemukakan Walt. W. Rostow dalam The Stages of Economic Growth (1960). eat arta a Os Raa Pep kapnertatn Yny a C. Pembangunan Ekonomi Penggunaan kata pembangunan ekonomi muncul bersamaan dengan lahimya negara-negara baru sejak Perang Dunia Il. Pada waktu ity para ahli ekonomi makin banyak menunjukkan, rasa keprihatinannya pada masalah kemiskinan yang melanda negara-negara baru. Istilah tersebut dikaitkan dengan upaya menanggulangi kemiskinan atau perbaikan taraf hidup rakyat. Berbeda dengan konsep pertumbuhan ekonomi yang hanya menekankan perubahan—perubahan indikator ekonomi, konsep pembangunan ekonomi mencakup masalzh perubahan struktur masyarakat, sikap dan nilai, kemajuan teknologi, penyempurnaan sistem administrasi_pemerintahan, dan sebagainya, yang menunjang pertumbuhan ekonomi (Albert Widjaja, 1982). Dalam hal ini Wilbur Schramn (1964) melihat bahwa inti dari pembangunan ekonomi adalah peningkatan yang cepat dari produktivitas ekonomi masyarakat. Prodtktivitas di sini dapat meliputi barang dan jasa, dari sektor pertanian, industri, perdagangan, dan lain sebagainya. Proses produksi ini tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya alam {bahan baku), sumber daya manusia (tenaga kerja), teknologi, aiau modal, tetapi juga faktor non ekonomi, seperti pembangunan dipengaruhi_ oleh pembangunan politik, yang akan menghasilkan stabilitas polltk. Satu kondisi yang’ diperlukan masyarakat ekonomi untuk berproduksi. ‘Tetapi pada penelitian ini konsepsi pemikiran yang digunakan adalah bahwa pembangunan ekonomi mempengaruhi pembangunan politik. Kegagalan pembangunan ekonomi akan menimbuikan kemacetan pada produksi barang dan jasa, sehingga menimbulkan kerusuhan massa, yang pada gilirannya dapat menjatuhkan pemerintahan; betapa pun kuat pemerintahan itumeski didukung oleh milter. Dalam pelaksanaannya, pembangunan ekonomi dilandasi berbagai konsep. Seperti misalnya konsep pembangunan yang harus melalui tahap-tahap tertentu model Rostow. Kemudian konsep yang mengasumsikan trickle down effect yang akan otomatis terjadi setelah tercapai pertumbuhan ekonomi. Tetapi dengan melihat kenyataan bahwa berbagai_kesenjangan masyarakat justru semakin melebar, kons2p ini direvisi dengan konsep redistribution with growth, dimana pertumbuhan diupayakan seiring dengan pemerataan {Adelman dan Moris, 5 1974). \Caberheston pembangunan ekonomi temyata tidak hanya ditentukan oleh pilihan konsep yang tepat, tetapi juga kondisi sosial politik. Pembangunan ekonomi tidak akan berhasil saat negara mengalami instabilitas politik. Tetapi sebaliknya kegagalan pembangunan ekonomi akan mengakibatkan situasi chaotic yang dapat menjatuhkan pemerintahan. Dalam hal ini sejarah memperlihatkan jatuhnya Orde Lama dan Orde Baru disebabkan oleh kegagalan pembangunan ekonomi, sehingga pemerintahan saat tu kehilangan pilar legitimasi rakyat. D. Demokrasi ‘ Dunia saat ini tengah mengalami The Third Wave atau gelombang ketiga, yaitu gelombang demokratisasi. Sementara itu proses globalisasi juga mendorong timbulnya demokrasi. Indonesia pada era reformasi juga mengalami gelombang demokratisasi. Setelah terbelenggu dan terkekang oleh rezim Orde Baru yang otoriter, rakyat menikmati berbagai perubahan yang memberi keleluasaan berpolitik, bebas memilih dalam pemilu, bebas berkumpul dan menyatakan pendapat, dan lain sebagainya. Tetapi proses demokratisasi sendiri selalu melahirkan partisipasi politik yang berbeda. Hal ini karena cara orang atau kelompok mengartikan demokrasi secara berbeda. Demokrasi merupakan terminologi politik yang paling sering digunakan, namun juga yang paling problematik sebab para pakar ilmu politik belum sepakat apakah demokrasi itu sekedar alat untuk mencapai tujuan ataukah menjadi tujuan itu sendiri (Riswandha Imawan; 1998). ‘Secara etimologis, kata demokrasi dari bahasa Yunani demos yang berarti rakyat dan kratos yang berart kekuasaan. Jadi ‘demokrasi berart! rakyat berkuasa atau govam or rule by the people. Sementara itu Joseph Schumpeter mengartikan demokrasi sebagai the will of the people (sumber) dan the common good (tujuan). Dalam perkembangannya arti demokrasi mengalami perkembangan seperti dikatakan bahwa dalam ‘demokrasi minimal adanya proses pemilihan umum yang terbuka, bebas, dan adil. Sementara itu demokrasi dikaitkan dengan semboyan liberte, egalite, fratemite atau kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. no eye an Ca ga Pain aposttan ang a Ketika timbul pemikiran bagaimana membatasi kekuasaan pemerintahan dengan konstitusi, munculah istilah demokrasi konstitusional. Konstitusi menjamin hak-hak politik rakyat dan mengatur pembagian kekuasaan; sehingga ada perimbangan antara kekuasaan eksekutif dan legislative serta lembaga- lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan konstitutionalisme (constitutionalism), sedangkan negara yang menganut gagasan itu dinamakan constitutional state atau Rechtsstaat (Miriam Budihardjo, 1997). Menurut Carl J. Friedrich konstitusionalisme adalah gagasan bahwa "pemerintahan merupakan suatu kunpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud uniuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas memerintah’. Di dalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi atau undang- undang dasar tidak hanya merupakan suatu dokumen yang mencerminkan pembagian kekuasaan di antara_lembaga- lembaga kenegaraan (seperti antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif), atau dengan perkataan lain yang hanya merupakan suatu anatomy of a powerful relationship, yang dapat diubah atau diganti kalau powerful relationship itu sudah berubah. (Pandangan ini antara fain dianut di Uni Soviet yang menolak gagasan konstitusionalisme). Tetaci dalam gagasan konstitusionalisme undang-undang dasar dipandang sebagai suatu lembaga yang mempunyai fungsi khusus, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah di satu fihak, dan di fihak lain menjamin hak-hak asasi dari warga negaranya Undang-undang dasar dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun, sesuai dengan dali Govemment by law, not by men (pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Heterogenitas Secara kultural, bangsa kita adalah majemuk dan kemajemukan itu sendiri adalah produk darisejarah yang panjang dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Oleh karenaitu, secara sadar kita mengambil Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara. Pada masa Orde Baru unsur kebhinnekaan itu cenderung T are 01.2, ne 368 dikesampingkan dan menekankan sifat kesatuan bangsa Padahal justru dalam kebhinnekaan itulah teriotak kekuatan dari persatuan bangsa Indonesia. Orde Baru telah menghilangkan kekuatan Kebhinnekaan itu dan mencoba menyusun suatu masyarakat yang uniform sehingga terciptalah suatu struktur kekuasaan yang sangat sentralistik dan birokratik. Hal ini justra telah mengakibatkan disintegrasi bangsa kita Karena dalam usaha _menekankan persatuan yang mengesampingkan perbedaan melalui cara-cara represif, betakibat_ mematikan inisiatif dan kebebasan berpikir, serta bertindak robotik di dalam pembangunan bangsa. Cita-cita reformasl yang diinginkan ialah mengakui adanya kebhinnekaan sebagai modal utama bangsa Indonesia dalam rangka untuk mewujudkan-suatu masyarakat madani yang menghargai akan perbedaan sebagai kekuatan bangsa dan sebagai identitas bangsa Indonesia yang secara kuttural sangat kaya dan bervariasi. Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia adalah suatu masyarakat yang bhinneka bukan hanya karena keadaan ‘geografisnya tetapi juga karena sejarah perkembangan bangsa indonesia itu sendii. Menurut pendapat Lombard, Indonesia berada di dalam persimpangan pengaruh budaya interasional Oleh sebab itu, bangsa Indonesia bukan hanya terjadi dari berbagai suku tapi uga dengan berbagai jenis kebudayaan sesuai dengan pengaruh-pengaruh kebudayaan dunia yang telah memasuki Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Kebudayaan Indonesia terjadi dari fapisan-tapisan budaya dengan ciri-ciri yang khas yang telah memasuki dan berintegrasi dalam budaya lokal. Dengan demikian, kita mengenal lapisan-lapisan budaya Hindu-Budha, budaya Isiam, budaya Kristen, dan pada akhir- akhir ini kebudayaan global. Pengaruh-pengaruh kebudayaan ini telah membentuk suatu mozaik kebudayaan yang sangat kaya dan bervariasi dari kebudayaan Indonesia, sama dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh tumpah darah Indonesia yang kaya raya. Masyarakat madani Indonesia yang demokratis justru akan memperoleh dasar perkembangan yang sangat relevan dengan adanya kebhinnekaan masyarakat Indonesia. Kehidupan demokrasi sebagai ciri utama masyarakat madani akan mendapat persemaian yang sempurna di dalam corak kebhinnekaan masyarakat dan budaya Indonesia. Sudah tentu praktek Manan Manni nn Ont aga Popa Kean Yang ak pelaksanaan asas-asas demokrasi di dalam masyarakat madani tidak akan berhenti di dalam pengembangan kebhinnekaan masyarakat dan budaya Indonesia. Sejalan dengan pengembangan kebhinnekaan itu juga dikembangkan rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia sebagaimana yang dicetuskan di dalam Kebangkitan Nasional 1908 hingga sekarang ini. Antara pengembangan kebhinnekaan dan persatuan Indonesia perlu adanya keseimbangan yang dinamis (Tilaar, 1999). Masyarakat Madani Umat manusia dewasa ink dalam memasuki kehidupan milenium ketiga, ingin membangun suatu dunia yang damai dan sejahtera bagi seluruh penghuninya. Masyarakat dunia yang dibangun tersebut dikenal sebagai civil society atau dalam istilah yang sepadan, masyarakat madani Visi dari gerakan reformasi di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis atau masyarakat madani Indonesia. Cita-cita reformasi yang diinginkan ialah mengakui adanya kebhinnekaan sebagai modal utama bangsa Indonesia dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat madani yang menghargai akan perbedaan sebagai kekuatan bangsa dan sebagai identitas bangsa Indonesia yang secara kultural sangat kaya dan bervariasi (Tilaar H.A.R, 2000). ‘Masyarakat madani adalah masyarakat yang civilized atau berperadaban, yang melakukan partisipasi poliik secara santun, legal, dan tanpa kekerasan, yaitu masyaraket yang memilki 4 cir: Pertama, egalitarianisme. Artinya dalam masyarakat sipil, nilai dan derajat kemanusiaan dipandang sama. Dari aspek sosial politik, setiap orang dipandang sama tanpa ada pengecualian, apakah ia pejabat atau rakyat. Dalam prinsip egalitarianisme, hukum adalah pengaruh yang adil bagi setiap orang tanpa membedakan orang tersebut. Kedua, pemberian penghargaan kepada seseorang berdasarkan prestasi, bukan prestise, seperti keturunan, kesukuan, ras, dan yang sejenisnya. Menafixan prinsip ini berarti tidak memperhatikan kualitas sumber caya manusia yang menjadi motor penggerak dari seluruh attivitas sosial politik dalam suatu sistem pemerintahan. Kalau prinsip ini tidak diterapkan maka seseorang akan mengerjzkan suatu pekerjaan 9 10 jjabatan yang sama sekali tidak. Ketiga, adanya keleluasaan untuk berpartisipasi bagi seluruh anggota masyarakat. Dengan prinsip ini setiap warga negara dapat menyalurkan aspirasinya, atau ketidakpuasaannya terhadap kebijakan politi suatu pemerintahan. ‘Keempat, kepemimpinan ditentukan melalui pemilihan. Prinsip ini merupakan dasar bagi sistem politk yang demokralis. Sebab seseorang hanya akan menjadi pemimpin kalau dipilih oleh mayoritas massa terbanyak. Pemilihan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui bersame, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi yang kalah dalam pemilinan (Muhammad Wahyuni Nafis, 1999)¢ Sementara itu. Muhammad AS Hikam, dengan mengambil pemikiran Alexis de Tocqueville, merumuskan empat ciri utama dari masyarakat madani sebagai berikut 1. Kesukarelaan. Artinya suatu masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat paksaan atau karena indoktrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela membentuk suatu kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat besar untuk mewujudkan cita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi sangat kuat karena dikat oleh hasrat bersama untuk mewujudkan keinginan tersebut. 2. Keswasembadaan. Seperti kita linat keanggotaan yang suka rela untuk hidup bersama tentunya tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dia tidak tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga-lembaga atau organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi dan menniliki kemampuan untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu sesama lainnya yang kekurangan. Keanggotaan yang penuh percaya diritersebut adalah anggota yang bertanggung jawab terhadap dan terhadap masyarakatnya 3. Kemandirian tinggi terhadap negara. Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani adalah ™manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung kepada perintah orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakatan bersama sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga nat Mara sn SP Pourgn Keenan Yr Sale tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Initah negara yang berkedaulatan rakyat. 4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama. Hal ini berarti suatu. masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara kekuasaan. Menurut Sukidi (dalam Tiaar H. A. R, 2000) di dalam masyarakat madani terdapat sepuluh prinsip dasar yang meliputi: Prinsip kebebasan beragama . Prinsip persaudaraan seagama . Prinsip persatuan politik datam meraih cita-cita bersama . Prinsip saling membantu yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai anggotamasyarakat. . Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara. Prinsip persamaan di depan umum bagi setiap warga negara. Prinsip penegakkan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan kebenaran. Prinsip perdamaian dan kedamaian. Hal ini berarti pelaksanaan prinsip-prinsip masyarakat madani tersebut tidak boleh mengorbankan keadilan dan kebenaran. 10.Prinsip pengakuan hak atas setiap orang atau individu. Prinsip ini adalah pengakuan hak atas setiap orang atau individu. Prinsip ini adalah pengakuan terhadap penghormatan atas hak asasi setiap manusia. Dari berbagai prinsip di atas Tilaar (1999) berpendapat bahwa masyarakat madani Indonesia perlu mengedepankan 2 citi Pertama, demokrasi dan kedua, heterogenitas. Pertama, berkaitan dengan reformasi politik yang disertai dengan proses demokratisasi. Ciri ini karena pada masa Orde Baru, kehidupan berdemokrasi seperti terbelenggu, tetapi ketika terjadi proses demokratisasi, kebebasan berpolitik sepertinya kebablasan tanpa memperhatikan supremasi hukum. Kedua, ciri heterogenitas memang secara historis mudah meleket pada masyarakat Indonesia. Maka masyarakat madani Indonesia harus tetap ‘menghidupkan kemajemukan sebagai ciri yang tetap melekat dan tidak pertu dipaksakan prinsip persamaan demi persatuan. Pepe e © @ No " BAB METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini, dengan melihat luas cakupan obyeknya dan rentangan waktu pengamatannya, menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan phenomenologik. Berbeda dengan penelifian kuantitatif yang berkaitan dengan quantum, kuantitas, atau jumlah yang memerlukan ukuran angka atau perhitungan, penelitian kualitatif menunjuk pada Kualitas yang mementingkan aspek alamiah dan tidak memerlukan perhitungan. Dalam hal ini Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai ,prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitiannya mengarah pada latar dan individu yang diteliti secara holistik. Sehubungan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986) melihat penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Penelitian dengan pendekatan phenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang- orang biasa dalam situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis, antara lain dipengaruhi oleh Weber, yang memberi tekanan pada Verstehen yaitupengertian interpretatif terhadap pemahaman manusia, Kaum fenomenologis menekankan pentingnya aspek subyektif dari perilaku orang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupan subyek sehari-hari, Dengan pendekatan phenomenologis, ada keyakinan bahwa pada makhluk hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain dan dengan pengalaman itu terbentuk kenyataan (Moleong, 1999). Secara ontologik metologi ini menuntut pendekatan yang holistik, mengamati obyek dalam konteksnya, dalam keseluruhannya, tidak diparsialkan, tidak dieliminasikan dari integritasnya (Muhadjr, 1996 : 16). 12 eats art tte stn Rena Pvp Kepametnan Yn Ba Penelitian ini menggunakan metodologi dengan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan antara lain karena metodo! lebih mementingkan segi proses dari pada hasil, sehingga hubungan dari bagian-bagian yang diteliti akan lebih jelas diamati dalam proses; bukan dari segi hasil seperti dalam metodologi penelitian kuantitatif. Dengan demikian upaya memberi deskripsi kultural atau human pada obyek penelitian akan lebih berhasil KerangkaKerjaKonseptual Kerangka kerja berfungsi untuk memberi arah dan membatasi penelitian agar aspek-aspek yang dikaj lebih terfokus (focusing and bounding function). Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) merupakan_konfigurasi sistem hubungan dari berbagai faktor pokok yang diteliti seperti faktor-faktor kunci atau variabel-variabel, yang disajikan dalam bentuk grafk maupun bentuk variasi. Bentuknya dapat berupa teori-teori acuan yang dapat diterima akal sehat, baik bersifat desiriptif ataupun kausal (Miles dan Huberman, 1994) Dengan kerangka kerja konseptual, peneliti_mencoba menjelaskan tautan antara aspek-aspek yang diteli. Dengan demikian kerangka kerja konseptual ini masih terkait dengan situasi problematik, persoalan penelitian, dan tujuan penelitian. ‘Adapun kerangka kerja konseptual calam penelitian ini, tampak pada gambar-gambar di mana antara konsep-konsep penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, terjadi gerakan aksi dan aksi timbal balik Seperti tampak pada gambar, konsep globalisasi mempengaruhi konsep pembangunan politik dan konsep pembangunan ekonomi. Kemudian antara_konsep pembangunan politik dan pembangunan ekonomi terjadi aks! timbal balik atau saling mempengaruhi. Kemudian kedua konsep besar tersebut mempengaruhi konsep demokrasi dan konsep heterogenitas yang berada dalam satu kotak, karena demokrasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh heterogenitas. ‘Sebaliknya heterogenitas masyarakat Indonesia juga dipengaruhi oleh’ konsep demokrasi. Kedua konsep ini merupakan awal terwujudnya Konsep masyarakat madani. Artinya masyarakat madani dapat terwujud kalau masyarakat telah mengedepankan ‘semangat demokrasidan menghargai kemajemukan. Kalau masyarakat madani sudzh terwujud baru kepemerintahan yang baik dapat diteraokan. Maka konsep 13 masyarakat madani mempengaruhi konsep kepemerintahan yang baik, Dari tiga faktor good governance, masyarakat (society) merupakan salah satu aktor bersama negara (state) dan sektor swasta (private sektor). Tetapi unsur masyarakat ini seharusnya bukan society tetapi civil society. Garis titik-titik yang mengitari konsep demokrasi, heterogenitas, masyarakat madani dan kepemerintahan yang baik bersifat focusing and branding jadi bersifat mengarahkan dan mengikat. Konsep-konsep di dalam garis ttik-tiik adalah konsep-konsep yang menjadi obyek utama peneiltian ini. Sedangkan konsep- konsep di juar garis titik-titk adalah konsep-konsep besar yang mendukung dan memiliki pengaruh terhadap obyek utama penelitian. - KONSEP KERJA KONSEPTUAL (CONSEPTUAL FRAMEWORK) (GLOBALISAS! PEMBANGUNAN |¢<————| _PEMBANGUNAN POUT >| EKONOM! DEMOKRAS! HETEROGENTTAS: (MASYARAKAT MADANI | PEMERINTAHAN YANG BAIK Focusing and bouncing 14 nat aa Mtn Rha Panag Kapaa Yon Bal BAB IV. PEMBAHASAN ‘Sesuai dengan kajian teoritis dan kerangka kerja konseptual (conceptual frame work) yang terdapat dalam metode penelitian di atas, dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut: . Pengaruh Globalisasi Terhadap Pembangunan Politik dan Pembangunan Ekonomi Dalam globalisasi, peran swasta bertambah kuat sedangkan peran pemerintah semakin berkurang. John Naisbitt dalam Global Paradox (1999) menyebutkan Semakin besar dan terbuka ‘ekonomi dunia, semakin dominan perusabaan kecil dan sedang. Komunikasi private to private semakin tinggi. Dunia dengan free trade sebagai iri utama globalisasi menjaci borderless world atau dunia tanpa batas. Maka dengan kemajuan teknologi informasi, setiap kejadian atau peristiwa di suatu negara dengan cepat diketahui oleh negara lain di seluruh dunia, Akibatnya globalisasi mendorong perubahan-perubahan penting baik di bidang politik maupun ekonomi. Samuel Huntington dalam The Third Wave Democratization (1991) menyebutkan bahwa dalam globalisasi juga terjadi gelombang demokratisasi. Akibatnya beberapa negara otoriter, antara lain Indonesia yang didominasi milter, bertumbangan dan mengalami proses demokratisasi politik, Pemilu berlangsung lebih demokratis, peran partai politik semakin menguat dan kebebasan berpolitik seperti berserikat atau menyatakan pendapat, semakin eluasa. Indonesia mengalami reformasi polit dengan jatuhnya Orde Baru, antara lain karena pengaruh globalisasi dengan gelombang demokratisasinya. Dan reformasi politik merupakan_bagian penting dalam pembangunan politik Indonesia. Pembangunan politik sebagai pembangunan sistem poitik, telah mendorong peran setiap struktur politik mendorong kehidupan berdemokrasi. Pembangunan politik ini mempengaruhi pula pembangunan ekonomi, dimana pasar tidak didominasi elit dan kelompok tertentu yang mendapat privilege istimewa dari penguasa tetapi ditentukan oleh pasar. Perdagangan bebas (free trade) di tingkat produk lokal, dari pasar lokal ke pasar global. Persaingan produk semakin ketat antar perusahaan, dan pada waktu yang bersamaan sektor swasta (private sector) semakin menguat. 15 apa No.2 enone 208 16 Pembangunan polit dan pembangunan ekonomi sebag tampak pada Kerangka Kerja Konseptual, saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini tampak pada jatuhnya pemerintahan otoriter Orde Baru, yang dipengaruhi oleh pembangunan eknomi ditingkat global (krisis moneter) sekaligus pembangunan politik di tingkat global (gelombang demokrasi, yaitu tuntutan rakyat atas kehidupan demokrasi dan kehidupan politik yang lebih demokratis). Dalam hal ini kegagalan pembangunan ekonomi mengakibatkan situasi chaotic yang dapat menjatuhkan pemerintahan. Pengaruh Pembangunan Politik dan Pembangunan Ekonomi terhadap Konsep Demokrasi dan Heterogenitas Pembangunan politik di Indonesia paska reformasi terasa sekali mendorong kehidupan menjadi lebih demokratis. Dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, terjadi perubahan penting dimana representative democracy menjadi direct democracy. Rakyat membutuhkan atau memilih langsung pemimpinnya, baik di tingkat nasional maupun daerah. Penyelenggaraan pemerintah dari sentralisasi menjadi desentralisasi pada dasamya juga dalam rangka memacu demokratisasi ditingkatdaerah. ‘Sementara itu tumbuhnya partai-partai politik peserta pemilihan umum dan diberikannya keleluasaan pada daerah untuk mengembangkan diri sesuai karakteristik dan_potensi keanekaragaman daerah, telah menumbuhkan dimensi pluralitas atau heterogenitas dalam kehidupan masyarakat. Heterogenitas dalam masyarakat menjadi realita yang justru digunakan untuk menumbuhkan rasa saling pengertian di antara masyarakat yang majemuk, sesuatu yang justru dipaksakan menjadi satu atau dihapuskan untuk kepentingan semangat persatuan pada masa Orde Baru Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lagi menganut konsep pertumbuhan ekonomi yang dikkuti dengan trickle down effect tetapi diubah dengan konsep redistribution with growth dimana pertumbuhan diupayakan seiring dengan pemerataan. Perubahan ini mempengaruhi kebijakan ekonomi yang mengandalkan konglomerasi dengan peran usaha kecil dan menengah (UKM) atau pemberdayaan small and medium enterprises. Mereka diberi akses yang lebih kuat pada bank dan Manta are Us Fag Pruning ng at dibantu manajemen dan pemasarannya. UKM menjadi andalan pemerintah sebagai pilar ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Pengaruh pembangunan ekonomi ini pada distribusi pendapatan secara adil dan persamaan kesempatan bagi para pelaku telah melahirkan Konsep demokrasi yang intinya pemberdayaan secara ekonomis pada semua tingkatan ekono: Pada saat yang sama pembangunan ekonomi yang memberi kesempatan yang sama pada semua pihak telah melahirkan pula heterogenitas pada masyarakat, Dunia UKM yang meliputi begitu banyak usaha dan ditkuti oleh berbagai lapisan dan golongan masyarakat telah mendorong adanya pluralitas dalam masyarakat. ‘Tetapi peranan yang terus menguat dari para pengusaha telah mendorong mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Asosiasi pengusaha seperti KADIN dan HIPMI sering dilibatkan dalam penyusunan kebijakan dalam mengembangkan investasi dan peran UKM dalam dunia usaha. Hal ini telah melahirkan pula semangat berdemokrasi dalam kehidupan mereka, Peran mereka dalam penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan private sector dalam pengambilan keputusan telah memperkuat konsepsi demokrasi. Konsep demokrasi dan heterogenitas saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam kehidupan berdemokrasi memang terdapat heterogenitas unsur dan pendapat yang beraneka ragam. Dan substansi demokrasi justu adalah perbedaan pendapat. Keindahan demokrasi justru terfhat dari kemajemukan unsur yang berbeda pendapat. Tetapi di antara mereka ada rasa saling menghormati dan menghargai 2endapat orang lain. Sebaliknya heterogenitas masyarakat dengan kebebasan individu di dalamnya sudah barang tentu akan mempengaruhi intensitas kehidupan berdemokrasi. Setiap masyarakat mengenal proses demokratisasi sesuai dengan koncisi sosial budaya yang ada di dalamnya. kehidupan demokrasi di Indonesia tumbuh dan berkernbang dalam pluralitas budaya yang terdapat dalam suku- suku bangsa (Tilaar, 1997). 7 C. Pengaruh Konsep Demokrasi dan Heterogenitas Terhadap Masyarakat Madani ‘Sebagaimana telah dikemukakan ciri_utama_masyarakat madani adalah demokrasi dan heterogenitas (Tilaar, 1997). Maka pembentukan masyarakat madani atau civi! society ditentukan oleh intensitas hidup berdemokrasi dan sfat heterogenitas masyarakat. Pertama, dalam kehidupan berdemokrasi tumbuh kembang nilai-nilai yang menghormati kebebasan pokok manusia termasuk kebebasan berbicara, kebebasan pers, dan hak untuk memilih Manusia tidak sekedar untuk pidup tetapi membutuhkan kemerdekaan. Di,samping itu manusia juga memerlukan keadilan dan kesamaan (justice and equality). Pembangunan tanpa keaditan hanya akan memberikan keuntungan bagi sekelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan atau kekuatan ‘ekonomi dan kekuasaan. Kedua, saling menghormati dan toleransi merupakan nilai yang mutlak di dalam mempertahankan perdamaian. Nilai ini merupakan dasar dari suatu masyarakat yang heterogen. Maka berbagai bentuk ekstrimisme, baik yang bersifat rasial (rasionalisme) maupun agama (fundamentalisme) harus dihindari dalam mewuludkan masyarakat madani. Berbagai bentuk kekerasan sering bersumber dari ekstrimisme di atas. Sikap menghormati dan mengayomi antar kelompok, antar bangsa, antar daerah, antar agama, dan seterusnya. Dalam masyarakat yang heterogen adalah sikap yang merupaken ciri masyarakat madani. Dengan sikap ini dapat dihindati berbagai jenis keresahan, kekerasan, dan peperangan. Pada prinsipnya konsep masyarakat madeni adalah sebuah tatanan Komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan berkeadaban serta menghargai akan adanya pluralisme (Tim ICCE UIN Jakarta, 2005). Make pengaruh konsep demokrasi dan heterogenitas sebagai hasil pembangunan politik dan pembangunan ekonomi, sangat besar terhadap perwujudan masyarakat madani. Demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat berlaku 18 nso at to Ost Res Papen apna iy ek santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitamya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan agama. Heterogenitas, sebagai prasyarat penegakan masyarakat madani, harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Heterogenitas tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai sikap yang tulus untuk menerima itu sebagai ‘semata yang bernilai positif, sebagai rahmat Tuhan. Dalam hal ini, pluralisme adalah pertalian sejati kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility). Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain ‘melalui mekanisme check and balance (Nurcholish Madjid, 1999). Nurcholish Madjid mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain itu dipertukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi ‘sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi. . Pengaruh Masyarakat Madani dalam Penerapan Kepemerintahan yang Baik Dengan melihat karakteristik masyarakat madani, terutama sifat demokratis dan majemuk di dalamnya, tampak jelas bahwa masyarakat yang dapat mendorong diterapkannya prinsip-prinsip good governance adalah masyarakat yang civilized atau Masyarakat madani. Prinsip-prinsip_kepemerintahan yang baik seperti partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya tanggap, berkeadilan atau akuntabilitas (UNDP, 1997) hanya bisa diterapkan kalau masyarakat (society) yang menjadi unsur dalam good governance merupakan masyarakat yang berpengaruh dan aktifmempengaruhi pemerintah. Unsur peran serta masyarakat dalam pemerintahan, dan relasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci keberhasilan untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dalam hal ini masyarakat harus cukup terorganisir dan 19 eran 2. ese 208 independen serta mampu berperan sebagai sumber gagasan dalam memperkuat kapasitas pemerintah (Hetifah SJ Sumarto, 2004). Ciriterorganisir adalah bahwa masyarakat sudah berkelompok atau terikat dalam organisasi tertentu. sedangkan independen artinya tidak dipengaruhi oleh pemerintah. Hal ini tampak dari definisi John Hall (1995) bahwa civil society dilndonesia adalah : ~ Mediamassa - Mahasiswa ~ Organisasinon-pemerintah ~ Serikat pekerja - Kelompok Tani - OrganisasiKeagamaan Mereka adalah civil society yang telah menjalankan fungsinya dengan baik untuk mensejajarkan posisi tawarnya dengan pemerintah. Dengan demikian, untuk mendorong pelaksanaan kepemerintahan yang baik, kelompok-kelompok inilah yang harus didorong untuk berperan ‘aktif agar pemerintah memiliki daya tanggap, transparansi atau akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemeriniahan, baik dalam economic governance, political governance, maupun administrative governance. ‘Seperti menegaskan pendapat John Hall diatas, Tim ICCE UIN Jakarta menyebutkan pilar penegak masyarakat madani adalah: Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi, dan Partai Polk, Jadi masyarakat madani yang menentukan atau mempengaruhi perwujudan kepemerintahan yang baik adalah kelompockelompok yang terorganisirdanindependen. Untuk itu dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik, dalam rangka mencapai bentuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan (governance) yang ideal di masa depan, perlu dipahami terlebih dahulu masyarakat madani atau civil society dengan segala karakteristiknya, terutama demokrasi dan heterogenitas. nanan att Out Rega Pero Reet Yr ak BAB V. PENUTUP Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagaiberikut: 1. Dengan globalisasi yang ditandai dengan free trade yang membuat dunia, teritama perekonomian, menjadi borderless world dan terjadinya gelombang demokrasi (the third wave) maka semakin terpaculah pembangunan ekonomi dan pembangunan politik. 2. Dengan pembangunan ekonomi dan pembangunan_politik, terutama paska reformasi, peran kelompok elit yang didukung penguasa digantikan oleh kelgmpok-kelompok pengusaha kecil dan sedang (UKM) sementara sistera pemerintahan yang sentralisasi menjadi desentralisasi. Hal ini berpengaruh pada menguatnya konsep demokrasidan heterogenitas. 3. Konsep demokrasi dan heterogenitas merupakan pilar utama masyarakat madani atau civil society. Dengan konsep demokrasi masyarakat memiliki kebebasan dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan dengan konsep heterogenitas masyarakat menerima kemajemiukan dalam konteks kehidupan sehari-hari, karena sesungguhnya masyarakat tidak dapat bersifat tunggal dan monolitik. 4. Dalam masyarakat madani (civil society), sektor swasta (private sector) dan pemerintah (state) adalah aktor-aktor utama dalam konsep governance. Tetapi masyarakat madani_ menjadi prasyarat utama dalam terwujudnya good governance, yang memerlukan partisipasi yang aktif dari masyarakat_madani. Interrelasi yang dinamis antara pemerirtah dan civil society menjadi penentu good governance. 5. Memahami masyarakat madani menjadi penting dalam rangka penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Almon, Gabriel A. and Coleman, James (ad.), Comparative Politics A Developmental Approach, An Adaptation reparad by Joseph P. Kenevabils, Feffer and Simmons Private Ltd, Bombay, 1996. 2. Budiarjo, Miriam, Prof, Dasar-Dasar llmu Politik. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997 3. BUILD (Break Through Urban, Initiatives for Lokal Development), Sepuluh Prinsip Tata Kepemerintahan Yang Baik di indonesia, Tanpa Penertit, 2001 2a eX Poe 10. 1 2 13, 1“ 16, 16. 17 18, David Osbome dan Ted Gaebler, Mewireusahakan Birokrasi, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta 1996 Hall, John A. (ed.), Civil Society : Theory, History, Comparison, Polty Press, ‘Cambridge, 1995. Hetifah, S. J. Sumario, Inovasi, Partisipasi dan Good Govemance, Yayasan Oborindonesia, Jakarta, 2004 Hikam, MuhammadAS, Demokras/dan Civil Society, Jakarta, 1996 Huntington, Samuel P., Gelombang Demokratisas! Ketiga, Pusiaka Utama, karta, 1907 sdy dan Desi Femanda, Dasar-Dasar Kepemerintahan Yang Baik, LAN, Jakarta, 2001 Lombard Denys, Nusa Jawa: Silang Budaya, Gramedia, Jakarta, 1996 Magjid, Nurcholis, Makalah Asas-Asas Plurallsme dan Toleransi -dafam ‘Masyarakat Madani, Paramadina, Vol No. 2, 1999. Miriam Budiardjo, (Peny), Kapitalisme, Sosialisme, Qemokrasi, Gramedia, Jakarta, 1984 Moleong. Lexy J. Metodologi Peneltian Kualitatf, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, ‘Sumawinata, Sarbini, Polltk Ekonomi Kerakyatan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004 Tlaar, H.A’R., Pengembangan Sumber Data Manusia Dalam Era Globalisasi, PT. Grasindo, Jakarta, 1997. “Tar, H-A. R., Pendidikan kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat ‘Madani, Prenada Media, Jakarta, 2005. Willy R. Tjandra, Praksis Good Governance, Pondok Edukasi, Bantul, 2008.

You might also like