You are on page 1of 4
PENGERTIAN EKSTRAK Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia Nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesual, kemudian semua atay hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar yang telah a stak cair adalah sediaan cair simplisia nabati dan Mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing mono- grafi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai, Cara pembuatan ekstrak bermacam-macam tetapi sebagian besar ekstrak dibuat dengan cara perkolasi. Cara penyarian yang lain adalah maserasi, infudasi, dan soxhletasi. TAHAPAN EKSTRAKSI Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, Simplisia yang diekstraksi mengandung zat yang dapat larut seperti alkaloida, glikosida, flavonoida, dan minyak atsiri, serta mengandung zat yang tidak dapat larut seperti serat. karbohidrat, protein, dan lain- lain. Senyawa aktif yang terdapat di dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsin, alkaloida, glikosida, flavonoida, dan lain-lain, Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kela- rutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahui- nya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksinya yang tepat. Secara umum tahapan ekstraksi berturut-turut adalah: pembuatan _ serbuk simplisia, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Simplisia _ diserbuk sesuai dengan derajat halus yang telah ditetapkan. Simplisia | ] | yang keras seperti kulit kayu, kulit akar, dan biji akan sukar ditembus j oleh pelarut sehingga perlu diserbuk halus terlebih dahulu, sedangkan | simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah ditembus oleh | pelarut sehingga tidak perlu diserbuk halus. Dengan diserbukkannya | simplisia ini, luas permukaan sentuh antara pelarut dan simplisia | menjadi makin besar yang memudahkan proses penyarian (ekstraksi). | Sebelum dilakukan penyarian, periu dilakukan pembasahan ser- | buk simplisia dengan sebagian dari jumlah pelarut yang akan digu- | nakan. Pembasahan ini adalah supaya pelarut akan lebih mudah — Dipindai dengan CamScanner memasuki pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Tahap penyarian akan memperhatikan sifat zat aktif yang ter- kandung dalam simplisia, selain zat-zat lainnya seperti pati dan protein. Jika zat aktif tidak tahan pemanasan, cara penyarian yang dipilih adalah maserasi dan perkolasi. Jika tahan pemanasan, cara soxhletasi bisa dipertimbangkan untuk digunakan, selain tentu saja cara maserasi dan perkolasi. Pada tahap penyarian, faktor-faktor yang mempercepat proses difusi akan mempercepat proses penyarian, seperti faktor suhu _ dan pengadukan, sedangkan faktor yang memperlambat penyarian di antaranya adalah kekentalan. Semakin tinggi kekentalan, semakin lambat proses penyariannya. Pemekatan ekstrak biasanya dilakukan dengan cara penguapan. Penguapan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan sifat zat aktif, Oleh sebab itu, penguapan dengan mengurangi tekanan sehingga suhu didih pelarut dapat diturunkan akan dapat menjamin zat aktif tidak rusak. CARA PEMBUATAN EKSTRAK Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, atau infudasi. Penyarian dengan etanol dilakukan dengan maserasi, perkolasi, atau soxhletasi. Penyarian dengan eter dilakukan secara perkolasi. Cara-cara penyarian dilakukan seperti cara yang tertera pada tingtur kemudian pemekatan dilakukan secara penyulingan pada suhu tidak lebih dari 50 °C sampai konsistensi yang dikehendaki. CONTOH SEDIAAN EKSTRAK Ekstrak Belladonnae Cara pembuatan Perkolasi 100 bagian serbuk belladonna (85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloid tersari sempurna. Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta Dipindai dengan CamScanner hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini mempunyai kadar alkaloiga sebanyak 1,3%. Cara menguji kesempurnaan penyarian Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer, dan 2 perkolat terakhir. Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisanya dalam tetes larutan asam sulfat encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan tetes larutan kalium tetraiodida hidrargirat (II), tidak terjadi kekeruhan, Penyimpanan Ekstrak belladonnae dapa' d dengan cara berikut ini: Gerus 1 bagian ekstrak kental dengan 2 5; gian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 30°C tambahkan pati beras atau laktosa lagi hingga tepat 3 bagian. Simpa, di dalam wadah berisi zat pengering. Ekstrak Hiosiami Cara pembuatan Simplisia yang digunakan adalah serbuk hiosiami. Ekstrak hiosiar disimpan dalam bentuk serbuk yang dibuat dengan cara berikut i Gerus 1 bagian ekstrak kental dengan 2 bagian pati beras atau laktos keringkan pada suhu tidak lebih dari 80 °C, tambahkan sejumlah beras atau laktosa lagi hingga tepat 3 bagian. Simpan di dalam wad: berisi zat pengering. Ekstrak Akar Manis Ekstrak akar manis dibuat dengan cara penyarian dengan air mendidi kemudian sari diuapkan hingga kering. Ekstrak Kelembak Ekstrak kelembak dibuat dengan cara perkolasi serbuk kelembak (8/24) dengan campuran pelarut yang terdiri atas etanol 90% dan ail volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak berwarna. Uapk perkolat hingga diperoleh ekstrak kering. Dipindai dengan CamScanner Ekstrak Opium Cara Pembuatan Maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan 500 bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang diaduk dan diperas.Maserasi sisanya dengan 250 bagian air selama 12 jam sambil berulang-ulang diaduk, peras, lalu campur dengan maserat |. Uapkan hingga sisanya tinggal 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring. Uapkan filtrat hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinnya, atur kadar dengan penambahan laktosum atau ekstrak kering opium yang lain hingga memenuhi kadar yang dipersyaratkan. Ekstrak ini mengandung kadar morfin 20%. STANDARDISASI EKSTRAK Sejalan dengan banyaknya sediaan obat tradisional yang beredar baik dalam bentuk jamu, obat herbal terstandar, atau fitofarmaka yang bahan bakunya adalah ekstrak tumbuhan obat, upaya melakukan standardisasi ekstrak mutlak dilakukan. Pemerintah telah menerbitkan sebuah pedoman, yaitu Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat yang diputuskan berdasarkan KEPMENKES No. 55/MENKES/ SK//2000. Pedoman ini dikeluarkan dalam fangka meningkatkan mutu, keamanan, dan manfaat obat tradisional, Parameter mutu ekstrak berupa parameter Non-spesifik dan parameter spesifik. Parameter non-spesifik meliputi susut pengeringan dan’ bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, residu pestisida, cemaran logam berat, dan cemaran mikroba. Logam berat berbahaya yang utama adalah Hg, Pb, dan Cd. Cemaran mikroba diuji dengan melakukan uji Angka Lempeng Total, uji Angka Nilai Duga Terdekat Coliform, uji Angka Kapang-Khamir, dan Uji Aflatoksin, Sementara itu, parameter spesifik meliputi: 1. Identitas yang meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan senyawa identitas (senyawa Penanda/senyawa marker). 2. Organoleptik, meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu. = Dipindai dengan CamScanner

You might also like