You are on page 1of 7
4 2 3) Palak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari privat kepada negara. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumberdaya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat. Selain pajak, terdapat beberapa pungutan yang yang sifatnya diwajibkan oleh pemerintah, baik itu oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Terdapat beberapa perbedaan pungutan pajak dengan retibusi adalah sebagal berikut: Tabel 1. 1 Perbedaan Pajak dan Retribusi Kontraprestasi | Tidak dapat ditunjuk secara | Dapat ditunjuk langsung langsung secara individu Sift —=S «Umum, artinya berlaku bagi Khusus, artinya hanya Pemungutannya | seliap orang =-yang/| untuk orang _tertentu memenuhi —_persyaratan | yang menikmati jasa untuk dikenakan pajak pemerintahan yang ditunjukan Sifat paksanya | Bersifat_ yuridis (yang | Bersifat_ _ekonomis akan dapat | (diserahkan pada yang bersangkutan untuk membayar atau tidak, yang menggunakan Pretasi tertentu dari | 4 Lembaga atau | Pemerintah pusat dan | Pemerintahan daerah | badan pemungut | daerah 1. Jenis-jenis pajak Penggolongan pajak didasarkan pada seperti siapa yang membayar pajak, siapa yang pada akhimya memikul beban pajak, apakah beban pajak dapat dilimpahkan/ dialinkan kepada pihak lain atau tidak, siapa yang memungut, serta sifat-sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan, CTC as Geen) perry peat: Golongannya Car Pets} Pajak Tidak ferry (ieee yee fas Pyniey CT aes Perera) a Geri Pajak yang dikelala oleh pemeritah pusat dan pemerintah daerah (pajak daerah) banyak jenisnya. Jenis-jenis pajak pusat dan pajak daerah dapat diihat pada tabel berikut: Tabel 1.2 Jenis-jenis Pajak Rye Bereich Daerah TKI Daerah TK.I 1. PPh 1. Pajak kendaraan motor 1. Pajak hotel 2. FPN di atas air 2. Pajak restoran 3. PPnBM 2.Bea balk = nama 3. Pajakhiburan 4. Bea Materai kendaraan 4. Pajak rekiame 5. PBB 3. Pajak bahan bakar . Pajak penerangan jalan (pertambang | kendaraan 6 Pajak parkir an, 4. Pajak pengambilan dan |7. Pajak air tanah Perkebunan, | pemantaatan air 8, Pajak sarang burung dan walet Kehutanan) 8. PBB pedesaan dan Perkotaan 10. BPHTB, dil 2. Tata cara Pemungutan Pajak Stelsel Pajak Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel : = Se aU Pech) Stelsel Campuran 1) Stelsel Nyata (rie! stelsel) 2) 3 Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel anggapan (fictieve stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besamya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Stelsel campuran, stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besamya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaaan yang sebenamya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar, dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali. b. Asas pemungutan Pajak Asas pemungutan pajak dapat dillhat pada bagan berikut ini es Getta et) Pajak 4) Asas Domisili (asas tempat tinggal) Berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak alas suatu penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi atau badan. Apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. 2) Asas sumber Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi l[Andasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Contoh : tenaga asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang diperoleh di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia. Asas Kebangsaan atau asas nasionalitas atau asas kewarganegaraan. Dalam asas ini yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah suatu kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidak menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. 3 c. Sistem Pemungutan Pajak ‘Sistem pemungutan pajak terdiri dari: 1) Official assesment system Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besamya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: * Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus © Wajib pajak bersifat pasif * Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus 2) Self assesment system Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak unuk menentukan sendiri besamya pajak yang terhutang. Ciri-cirinya: + Wewenang untuk menentukan besar kecilnya pajak terutang ada pada walib pajak sendiri « Wajib pajak aktif mulai dari mengitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terhutang. © Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi 3) With holding system Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya : wewenang menentukan besamya pajak yang terutang ada pihak ke tiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. 3. Tarif Pajak Dalam istilah perpajakan dikenal empat macam tarif pajak yakni tarif tetap (fixed rate), tari proporsonal (propational rate), tarif progresit (progressive rate), dan tarif regresit (+ a. Tarit Tetap Adalah tari yang jumlah pajaknya bersifat tetap walaupun objek pajaknya berbeda-beda. Misalnya pajak bea materai berdasarkan Undang-undang no. 13 tahun 1985 yang diperbaharui oleh Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2000 jumlah bea materai atas kuitansi atau tanda terima uang di atas Rp 1.000.000 adalah Rp 6.000 walaupun uang yang diterima besamya Rp 100.000.000 atau Rp 10.000.000.000 dan seterusnya, jumlah bea materai yang terutang adalah tetap Rp 6000 . Tari Proparsional Merupakan tari! berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besamya pajak yang terutang proporsional tethadap besamya nilai yang dikenai pajak. Dengan kata lain tarif proporsional merupakan tariff yang prosentasinya tetap walaupun jumlah objek pajaknya berubah-ubah. Misalnya untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10% ¢. Tarif Progresif o Adalah tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Dengan kata lain tarif progresif merupakan pajak yang semakin tinggi objek pajaknya maka semakin tinggi pula prosentase tari! pajaknya misalnya tarif pajak penghasilan pasal 17 berdasarkan Undang-undang no, 36 tahun 2008 Menurut kenaikan prosentase taritnya tarif progresif dibagi: 1) Tarif Progresif-progresif: kenaikan prosentase semakin besar 2) Tarif progresif tetap : kenalkan prosentase tetap 3) Tarif progresif degresif : kenaikan prosentase semakin kecil . Tarif Pajak Regresif Adalah tarif pajak yang makin tinggi objek pajak, maka makin rendah prosentase tarifnya.

You might also like