You are on page 1of 46
ACC RABU, 12 MEI 2021 PUKUL 21.03 WITA LAPORAN PRAKTIKUM RADIASI KELOMPOK 1 KHADIJAH NUR HASANAH A. 021191004 YOLANDA MANGAMPA. 021191018 IZDIHAR NURAZIZAH. 021191021 MAEL TANDILILING K021191038 NIDATRISUCI 021191044 NINDI NIOLPESA LEFTA 021191049 ELLIENE MARETA PAMPANG LOLA 021191052 RAHMI MAHARANI RUSMIN 021191059 GEANNYE ELISABETH MUSA 021191066 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat Jimpahan rahmat-Nya sehingga Laporan Praktikum Radiasi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan Praktikum Radiasi ini dibuat sebagai pelengkap mata kuliah Praktikum Dasar Kesmas K3. Laporan ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga proses pengerjaan Japoran ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis mengueapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pengerjaan. Penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan, baik dari ‘materi maupun teknik penyajiannya. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Makassar, Mei 2021 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang B, Tyjuan Praktikum.. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... A. Tinjauan Umum Tentang Definisi Radiasi 10 B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-jenis Radiasi occ LL C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Radiasi 12 D. Tinjauan Umum Tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Radiasi. 13 E, Tinjauan Umum Tentang Dampak Radiasi bagi Kesehatan... 17 F. Tinjauan Umum tentang Hierarki Pengendalian Bahaya Radiasi........17 AB III METODE PENELITIAN ss A. Metode Praktikum B. Lokasi dan Waktu Praktikum.. 3 CC. Instrumen Praktikum.. 2 D. Prinsip Kerja 26 E, Prosedur Kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN snus A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum ....csnsunmnnnnannnnnnnn 28 B. Hasil 28 C. Pembahasan ... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... vcntetnennnennnnennninnnsnnsnensee 34 B, Sarit cccscnvcnsas es toner iemaanaiareaccmameainarmarnsieni a6 DAFTAR PUSTAKA ii DAFTAR TABEL ‘Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Radiasi Menurut International Commission on Radiological Protection ... 4 Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuensi Radio dan Gelombang Mikro...15 Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang Diperkenankan Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnet Statis yang Diperkenankan Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas Medan Magnet Untuk Frekuensi 1-30 Hertz .......17 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Radiasi pada Mesin Fotocopy (Fotokopi) di tempat Foto Copy Resky Agung ..... 129 iii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Apron Pelindung Tubuh.. Gambar 2.2 Pelindung Gonad..... Gambar 2.3 Hand Gloves Gambar 2.4 Kacamata Safery.. Gambar 3.1 Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827.. Gambar 3.2. Stopwatch Gambar 3.3 Penggaris Gambar 3.4 Mesin Fotokopi iv BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri dalam mewujudkan (ujuannya tidak tidak sering dihadapkan pada perkara karyawan di dalam industri ataupun keluarga. Tekanan perkara bisa berupaaspek emosional serta raga, keselamatan serta kesehatan kerja, serta berlanjutpada terbentuknya penyusutan produktivitas karyawan, Pihak ‘manajemen perusahaanseharusnya sanggup mengakomodasi_ perkara karyawan sepanjang yang terpaut dengan kepentingan industri, Pertimbangannya merupakan kalau faktor Keselamatan serta Kesehatan karyawan memegang peranan berarti dalam kenaikan kualitas kerja karyawan. Terus menjadi lumayan kuantitas serta mutu sarana keselamatan serta Kesehatan kerja, hingga terus menjadi besar pula kualitas kerja karyawannya. Dengan demikian, industri hendak terus menjadi diuntungkan dalam upaya pencapaian tujuannya (Putera, 2017). Keselamatan serta Keschatan Kerja (K3) ialah satu upaya proteksi yang diajukan kepada semuapotensi yang bisa memunculkan bahaya. Perihal tersebut bertujuan supaya tenaga kerja serta orang lain yang terdapat ditempat kerja senantiasa dalam kondisi selamat serta sehat dan seluruh sumber penciptaan bisa digunakan secara nyaman serta efektif, Industri yang baik merupakan industri yang betul-betul melindungi keselamatan serta Kesehatan karyawannya dengan membuat ketentuan tentang keselamatan serta kesehatan Kerja yang dilaksanakan oleh segala karyawan serta pimpinan industri, Proteksi tenaga kerja dari bahaya serta penyakit akibat kerja ataupun akibat dari area kerja sangat diperlukan oleh karyawan supaya karyawan merasa nyaman_ serta aman dalam menuntaskan pekerjaannya, Tenaga kerja yang sehat hendak bekerja produktif, sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan bertambah yang bisa menunjang keberhasilan bisnis industri dalam membangun serta membesarkan usahanya (Putera, 2017) Radiasi merupakan sesuatu emi pancaran) dan perambatan energi ‘melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikelRadiasi yang banyak dimanfaatkan dalam bidang Kesehatan merupakan radiasi pengion, ialah radiasi yang bisa mengionisasi modul yang dilaluinya. Pada dikala radiasi menimpa modul biologis, akan terjadi empat tahapan interaksi yaitu tahapan fisik, tahapan fisiko kimia, tahapan kimia dan hayati, serta tahapan biologis. Pada tahapan raga, terjalin eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan hayati, dilanjutkan dengan terbentuknya radikal bebas yang tidak stabil pada tahap fisikokimia Radikal leluasa bereaksi dengan peroksida yang menyebabkan kehancuran molekul- molekul sel pada tahapan kimia dan hayati (Oktavia, 2019) Secara internasional, komite ilmiah PBB buat dampak radiasi atom (UNSCEAR United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation) pada tahun 2010 melaporkan bahwa lebih dari 80% penerimaan dosis popul: dunia dari paparan radi buatan berasal dari aplikasi radiasi bidang medik, paling utama diagnostik fluoroskopi serta intervensional. Organ- organ sensitif semacam gonad, buah dada, paru-paru, lambung, hati, tenggorokan, tiroid serta mata butuh menemukan atensi sungguh- sungguh supaya pada dikala penyinaran radiasi tidak memunculkan kekhawatiran. World Health Organization (WHO) (2012) memperkirakan hampit 750 juta penduduk dunia menghadapi kendala tiroid, serta bersumber pada hasil Censuswide (2017) melaporkan bahwa indonesia ialah negeri dengan kendala tiroid paling tinggi di Asia Tenggara. Kendala tiroid merupakan kendala yang melanda kelenjar tiroid baik kendala guna dalam memproduksi hormon tiroid ataupun terdapatnya kelainan kelenjar tiroid tanpa kendala guna, Hormon tiroid sangat dibutubkan dalam metabolisme badan, buat menolong badan memakai tenaga supaya senantiasa hangat, dan membuat otak, jantung, otot serta organ yang lain bekerja sebagaimana mestinya (Artitin, 2018). Dampak radiasi dibagi jadi 2 yaitu efek deterministik dan dampak stokastik. Dampak deterministik timbul mendadak ataupun sebagian minggu setelah terserang radiasi yang diisyarati_ dengan keluhan, baikuniversal ataupun lokal yang susah dibedakan dengan penyakit yang Jain, dimana keluhan universal semacam nafsu makan menurun, mual, lesu, Jemah, demam, keringat berlebih sampai_menimbulkan kematian, sedangkan keluhan lokal merupakan erythema ataupun kulit memerah, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan Kerontokan rambut. Dampak stokastik munculnya berlangsung lama sehabis penyinaran radiasi seperti kanker (kehancuran somatik), cacat pada keturunan (kehancuran genetik), katarak sampai kemandulan, Dampak paparan radiasi pada organ tiroid dapat mempengaruhi fungsi timus dalam memproduksi sel kekebalan tubuh dan pada organ mata dapat menyebabkan kerusakan pada lensa mata (Artitin, 2018). Salah satu bentuk Kerusakan molekul sel oleh paparan radiasi merupakan kerusakan pada Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) sel limfosit. Sel limfosit merupakan komponen selular darah putih yang mempunyai tingkatan sensitivitas besar terhadap paparan radiasi, Salah satu wujud kehancuran DNA akibat paparan radiasi pengion merupakan putusnya kedua untai DNA pada posi yang berhadapan, yang diucap double strand breaks (DSB). DSB merupakan tahapan awal terjadinya pembentukan kanker (Hidayat, 2020). Tidak hanya memiliki dampak sitotoksik terhadap sel kanker, radiasi pengion pula bertabiat karsinogenik terhadap jaringan wajar, menimbulkan transformasi maligna pada bermacam jaringan dengan metode mengganti program genetik sehingga memunculkan perkembangan serta proliferasi sel yang abnormal. Bermacam strategi sudah dibesarkan buat membetulkan rasio terapeutik pada banyak permasalahan keganasan yang diterapi dengan radiasi. Perihal ini diharapkan bisa tingkatkan mungkin kontrol lokal pada tumor sekalian kurangi dampak samping terhadap jaringan sehat disekitarmya yang tidak jadi sasaran radiasi. Tetapi selaku dasar pertimbangan, resiko mungkin terbentuknya secondary malignancy pasca radiasi jauh lebih rendah bila dibanding dengan resiko kematian sebab rekurensi lokal yang tidak terkendali dalam sebagian tahun sehabis radioterapi. Sehingga baik Klinisi ataupun penderita wajib bisa ‘menempatkan resiko ini secara sepadan supaya tidak membatasi jalannya pengobatan (Hanum, 2018). Pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan manusia sudah memasuki ke bermacam bidang kehidupan semacam kesehatan, industri, studi, tenaga pangan serta apalagi pertanian, Seiring pertumbuhan teknologi nuklir, hingga dibutubkan tata eara, tehnik, serta uji yang bisa memastikan besamya dosis radiasi yang diterima seorang sehingga menjamin keselamatan serta kesehatan untuk para pengguna serta pekerja. Sinar-X merupakan pancaran gelombang elektromagentik yang bertenaga besar. Resiko radiasi bisa menyebabkan kehancuran jaringan badan, kematian sel, kendala perkembangan serta mungkin memunculkan kanker (Mauliku, 2019). Hingga butuh dicoba usaha yang berhubungan dengan Keselamatan serta Kesehatan Kerja (K3) untuk pekerja radiasi, warga serta lingkungannya, Tidak hanya keuntungan yang diperoleh, radiasi memiliki kemampuan bahaya untuk manusia serta area, apabila dalam penerapannya tidak menjajaki prosedur K3 radiasi yang sudah didetetapkan. Terdapat 2 berbagai pemonitoran buat bisa membagikan proteksi kepada manusia dari Paparan radiasi ialah pemonitoran paparan radiasi terhadap tempat kerja serta pemonitoran paparan radiasi terhadap personil yang bekerja. Tujuan K3 radiasi buat menghindari dampak non stokastik (deterministik) serta menghalangi kesempatan terbentuknya dampak stokastik hingga pada tingkatan yang bisa diterima. Tiap penyinaran pada segala badan menimbulkan dampak yang berbeda pada bermacam berbagai jaringan, hhingga buat proteksi terhadap dampak stokastik butuh diresmikan Nil Batasan Dosis ataupun NBD yang bersumber pada pada efek total dari seluruh jaringan yang menemukan penyinaran (Dasril, 2020). Radiasi mempunyai 2 watak yang khas, ialah tidak bisa dialami secara langsung oleh panca indra manusia serta sebagian tipe radiasi bisa menembus bermacam tipe bahan, Pada dikala melewati sesuatu bahan, radiasi pengion bisa hadapi proses ionisasi serta/ataupun proses eksitasi yang bisa memunculkan dampak gambar listrik, hamburan Compton, begitu pula dampak penciptaan pendamping. Radiasi yang menimpa badan manusia bisa memunculkan kerugian, Dampak radiasi bisa terjalin sebab paparan kronis ialah paparan yang terjalin sebab dosis paparan berlebih tunggal yang besar serta paparan kronis ialah paparan yang bisa terjalin sebab dosis Kecil yang terus menerus dikenakan secara menabun. Bersumber pada tipe sel yang terserang paparan radiasi dampak radiasi bisa dibedakan atas dampak genetik ialah dampak radiasi yang dialami oleh generasi dari orang terpapar radiasi danefek somatik ialah dampak radiasi yang dialami oleh orang terpapar radiasi itu sendiri (Dasril, 2020). Dampak radiasi terhadap sistem jaringan sangat bergantung pada tingkatan radiosensitivitas jaringan badan. Jaringan badan yang sangat peka merupakan darah serta sumsum tulang merah. Pengaruh sinar-X menimbutkan kehancuran haemopoetik (kelainan darah), semacam anemia, eukimia, serta leukopeni ialah menyusutnya jumlah leukosit (&1t;6,000m?) serta memunculkan dampak deterministik pada organ reproduksi ataupun gonad (kemandulan) dan menimbulkan menopause dini selaku akibat dari kendala hormonal sistem reproduksi. Bersumber pada laporan pemantauan dosis pekerja radiasi, pada tahun 2013, nilai dosis paling tinggi yang diterima pekerja radiasi di Indonesia sebesar 21,85 mSv, nilai dosis terendah 1,20 mSy, serta rata-rata 1,20 mSv, Pada tahun 2011-2012 nilai mini um dosis yang diterima pekerja radiasi rata-rata sebesar 1,20 mSv serta nilai maksimum dosis yang diterima rata-rata sebesar 25,03 mSy serta 23,64 mSv (Mauliku, 2019) Ditinjau dari dosis radiasi (buat kepentingan perlindungan radiasi), dampak radiasi dibedakan atas dampak stokastik ialah dampak radiasi yang timbulnya tidak membutuhkan dosis ambang yang maksudnya dosis radiasi serendah apapun memiliki mungkin buat memunculkan pergantian pada sistem hayati danefek deterministik ialah dampak radiasi yang mencuat apabila dosis yang diterima melebihi dosis ambang (threshold dose) dengan mutu keparahannya bermacam- macam bagi dosis yang diterima serta cuma ‘mencuat apabila dosis ambang dilampaui. Dampak radiasi terhadap badan manusia bisa terjalin sebab paparan kronis ataupun paparan menahun (kronis) ataupun terus menerus. Paparan kronis mempengaruhi kepada segala organ serta sistem badan sebab dosis paparan berlebih tunggal yang besar sebaliknya paparan terus menerut bisa terjalin sebab dosis yang dikenakan secara menahun yang kecil. Dampak dari paparan yang terus ‘menerus merupakan dampak tertunda (Late effect) semacam kanker, kanker tulang, kanker paru, leukemia serta yang lain (Dastil, 2020), Proteksi radiasi diperlukan untuk mencegah terjadinya _efek deterministik dan mengurangi terjadinya efek stokastik serendah mungkin. Faktor utama untuk melindungi seseorang dari paparan radiasi adalah dengan sesingkat mungkin dan sejauh mungkin berada di sekitar sumber radiasi, serta memakai penahan radiasi, dengan pinsip proteksi radiasi yaitu jjustifikasi, optimasi dan limitasi, Penerimaan dosis radiasi pekerja radiasi dikendalikan dengan azaz limitasi dengan batasan Nilai Dosis yang ditetapkan 20 mS v/tahun (Dasril, 2020). Berdasarkan dampak akibat paparan radiasi yang telah dijelaskan diatas, maka kami menganggap perlu untuk mengetahui pentingnya mengatasi dampak akibat radiasi. pada manusia yaitu dengan ‘memperhatikan dan memahami penggunaan alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki risiko tinggi sebagai sumber radiasi, terkhusus pada alat elektronik berupa mesin fotokopi di Foro Copy Resky Agung Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ini adalah : 1, Untuk mengetahuai pengertian radiasi, jenis radiasi, sumber radiasi, nilai ambang batas, dan hirarki pengendalian radiasi. 2. Untuk mengetahui pengoperasian lat radiasi, prinsip dan pengoperasian alat ukut Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827, 3. Untuk mengetahui hasil intensitas radiasi mesin fotokopi di Foto Copy Resky Agung Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10. BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Definisi Radiasi Dalam. istilah fisika, pada dasarya radiasimerupakan suatu cara perambatan energi yang berasal dari suatu sumber energi menuju ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau perantara. Beberapa contoh radiasi ialah perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio, Selain radiasi, energi juga dapat dipindahkan dengan cara yang sama, Energi dapat di \dahkan dengan cara konduksi, kohesi dan konveksi (Supriyono, 2017). Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Permenaker RI) Nomor 5 Tahun 2018, Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro adalah Radiasi Elektromagnetik dengan Frekuensi 30 (tiga puluh) kilo hertz sampai 300 (tiga ratus) giga hertz. Sedangkan, Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) adalah Radiasi Elektromagnetik dengan panjang gelombang 180 (seratus delapan puluh) nano meter sampai 400 (empat ratus) nano meter. Sedangkan, pengertian lain mengenai radiasi menurut Septiyanti (2020) ialah suatu pancaran energi yang melalui sebuah ruangan dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya foton dari sumber radiasi. 10 iL B. Tinjauan Umum tentang Jenis-jenis Radiasi Berdasarkan efek radiasi yang ditimbulkan, maka radiasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu; radiasi pengion dan radiasi non- pengion (Supriyono, 2017). Berikut penjelasannya 1, Radiasi Pengion Menurut PP Nomor 33 Tahun 2007 Pasal 1 Angka (6), Radiasi Pengion yang selanjunya disebut Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang Karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi_ media yang dilaluinya, Menurut Supriyono (2017), contoh dari radiasi pengion adalah cahaya matahari, sinar-x dan radiasi dari bahan radioaktif. Jenis-jet sinar pengion ialah sinar alfa, beta dan gamma, Berikut penjelasannya: a. Sinar Alfa Sinar alfa mempunyai radiasi daya tembus yang sangat pendek, namun masih tetap mempunyai potensi yang membahayakan apabila tertelan masuk ke sistem perncernaan atau terhirup masuk sistem pernafasan dalam jumlah yang cukup besar (Supriyono, 2017). b. Sinar Beta Sinar beta memiliki gelombang partikel yang lebih kecil daripada sinar alfa, Sinar beta dalam jumlah besar dapat menyebabkan kulit terbakar dan sangat berbahaya apabila terhirup atau tertelan (Supriyono, 2017). 12 c. Sinar Gamma Sinar gamma memiliki sifat gelombang elektromagnetik seperti cahaya atau gelombang radio dengan daya tembus yang kuat. Sinar gamma dapat menembus materi dan hanya bisa tertahan oleh bahan ‘yang sangat padat dan tebal. Oleh sebab itu, sinar gama dapat mencapai organ-organ tubuh tanpa harus menghirup atau menelannya (Supriyono, 2017). 2. Radiasi Non-Pengion Radiasi_non-pengion adalah radiasi yang sifatnya tidak dapat mengubah ion-ion yang dilaluinya dan tidak menyebabkan efek ionisasi apabila berinteral dengan materi (Septiyanti, 2020). Contoh-contoh dari radiasi non-pengion adalah seperti sinar ultraviolet, radiasi_panas, gelombang radio dan microwave (Supriyono, 2017), C. Tinjauan Umum tentang Sumber Radiasi Secara garis besar sumber radiasi bisa dibagi menjadi dua yaitu bersumber pada pada asal serta keberadaannya. Bersumber pada asalnya, sumber radiasi dibagi jadi 2 kalangan ialah sumber radiasi alamiah serta radiasi buatan (Muchtaridi, 2014). 1. Sumber Radiasi Alamiah ‘Sumber radiasi alamiah merupakan sumber radiasi yang berasal dari alam yang telah terdapat semenjak bumi serta ruang angkasa mulai tercipta, Radiasi alam ini terjalin serta berlangsung secara terus menerus. Sumber radiasi alamiah sendiri terdiri dari 2 berbagai ialah sumber radiasi ekstra 13 terrestrial serta sumber radiasi terrestrial. Sumber radiasi ekstra terrestrial merupakan sumber radiasi yang berasal dari luar bumi, ialah sumber radiasi cahaya kosmik sekunder. Sebaliknya sumber radiasi terrestrial merupakan sumber radiasi yang berasal dari dalam susunan tanah (kerak bumi) yang telah mulai terdapat semenjak bumi ini tercipta. 2. Sumber Radiasi Buatan ‘Sumber radiasi buatan merupakan sumber radiasi yang diperoleh dari hasil respon inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (\erjadi dalam reactor) ataupun bersumber pada respon antar inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan partikel-partikel kilat. ‘Adapun radiasi yang bersumber pada pada keberadaannya, sumber radiasi terdiri dari sumber radiasi eksternal serta sumber radiasi intemal. Sumber radiasi eksternal merupakan sumber radiasi yang terletak di luar badan manusia, sebaliknya sumber radiasi internal merupakan sumber radiasi yang terletak di dalam badan manusia (Muchtaridi, 2014) ‘Tinjauan Umum tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Radiasi Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB telah disiapkan sebagai bentuk 4 perlindungan kesehatan terhadap banyak zat aditif makanan, konsentrasi bahan kimia dalam air ataupun polutan udara. Beberapa negara telah mengatur standar nasionalnya sendiri untuk paparan radiasi, namun sebagian besar standar nasional ini menggunakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh International Commission on Radiological Protection (ICRP). Lembaga tersebut ‘mengevaluasi hasil ilmiah dari seluruh dunia dan telah diakui secara resmi oleh World Health Organization (WHO). Adapun berdasarkan tinjauan Literatur yang mendalam, ICRP menghasilkan pedoman rekomendasi batas paparan, dimana pedoman tersebut akan ditinjau secara berkala dan diperbaharui jika diperlukan, yang ditunjukkan seperti tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Radiasi Menurut International Commission on Radiological Protection x Years Recommended Value ame (Publication) Workers Maximum Permissible 1954 3 mSveck Dose 1956 3 mSv/week or 30 mSw/13 weeks ‘50 mSv/year or 600 mSv up to age 30 (age<18) T9SBCICRP-1) | 39 msv/13 weeks or 50 mSv (age>18) 2 40 mSv/13 weeks or 150 1964 (ICRP-3) nei T966(1CRP-9) | 150 mSwivear Dose Limit 1966 (ICRP-9; NLA. 1977 (ICRP-26) 300 mSv/year Pea | ans 7990 (ICRP-60) | Dito 2011 (Seoul 100 mSw/5 years, = 50 Statement) mSv/year Sumber: International Commission on Radiological Protection (ICRP) 15 Adapun rekomendasi NAB radiasi berdasarkan standar nasional, telah diatur dalam Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, diantaranya NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro, NAB waktu pemaparan ra ‘nar ultra ungu yang diperkenankan, NAB pemaparan medan magnet statis yang diperkenankan, dan NAB medan magnet untuk frekuensi 1-30 kilo Hertz yang ditunjukkan melalui tabel berikut: Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuensi Radio dan Gelombang Mikro Power Kekuatan | Kekuatan Waktu . ‘Medan Medan Frekuensi Density Pemaparan (mWiem? | Eistrikt ) Magnet)" inenit) (V/m) (A/m) 30 kHz -100 kHz = 1842, 163 6 100 kHz - 1 MHz - 1842 16,3/f 6 1 MHz -30 MHz m 1842/6 16,3/f 6 30 MHz -100 MHz - 614 16,3/f 6 100 MHz -300 MHz 10 - = 6 300 MHz - 3 GHz £30. = - 6 3 GHz - 30 GHz 100, - = 34000/f10% 30 GHz — 300 GHz 100. - - 6g /for76 Sumber: Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 16 Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang Diperkenankan ' Tradiasi Bfektif (IE) Masa Pemaparan Per Hari iaWieats Sam 0,0001 4 jam 0.0002 2 jam 0,004 1 jam 0,0008, 30 menit 0.0017 15 menit 0.0033 10 menit 0,005 5 menit 0.01 Tmenit 0.05 30 deuk On 10 detik 03 I detik 3 0,5 detik 6 0,1 detik 30 Sumber: Permenaker Nomor 3 Tahun 2018 Tabel 2.4 jai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnet Statis vang Diperkenankan . Kadar Tertinggi No. Bagian Tubuh Diperkenankan (Ceiling) 1 Seluruh tubuh (tempat kerja umum) 2T 7 _| Seluruh tubuh (pekerja khusus dan 7 lingkungan kerja yang terkendali) 3_| Anggota gerak (Limbs) 20T Pengguna peralatan medis 4 | etektronik sur Keterangan: 'T (mikro Tesla) ‘Sumber: Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas Medan Magnet Untuk Frekuensi 1-30 Kilo Hertz _ Rentang No. Bagian Tubuh NAB (TWA) Fieknent 1_| Seluruh tubub 6O/f mT 1-300 Hz 2 | Lengan dan paha 300/f mT 1-300 Hz 3_[Tangan dan kaki 600 mT 1-300 Hz 4g. | Anggota tubuh dan seluruh O2mr 300 1HE30KHZ tubuh Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz. Sumber: Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 E, Tinjauan Umum tentang Dampak Radiasi bagi Kesehatan 7 Radiasi dapat menimbulkan timbulnya kanker serta dampak genetik berbentuk kecacatan pada keturunannya serta bisa menimbulkan kehancuran pada darah semacam anemia, leukimia, serta leukopeni (menyusutnya jumlah Jeukosit). Leukosit ataupun sel darah putih terdiri dekat 7.000 sel per mikroliter darah pada manusia berusia. Riset suwarda pula meyakinkan kalau terbentuknya penyusutan limfosit sebesar 17% pada pekerja radiasi yang ‘memakai sumber radiasi, Nilai Batasan Dosis merupakan dosis radiasi yang disyaratkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh petugas radiasi dalam waktu tertentu serta tidak menimbulkan akibat genetik serta somatik. Dosis yang diterima dalam jangka waktu lama hendak menumpuk apabila tidak dikendalikan serta pada dosis yang lumayan besar hendak menimbulkan kehancuran yang berakhir dengan kematian (Mukminim, 2019) F. Tinjauan Umum tentang Hierarki Pengendalian Bahaya Radiasi Pengendalian risiko (risk control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang terdapat dalam lingkungan kerja, Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang 18, kemudian dapat membantu dalam prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan pengendalian risiko (Widiastuti, 2019). Radiasi tidak dapat dilihat, dirasakan atau diketahui keberadaannya. Padahal di sekitar kita baik di rumah, di Kantor, maupun di tempat-tempat umum, ternyata banyak sekali radiasi. Diruangan tertutup maupun lingkungan terbuka sangat mungkin ada paparan radiasi, yang sering terjadi tanpa ada kelengkapi dengan proteksi radiasi. Dengan demikian perlu dilakukan upaya untuk melakukan kegiatan keselamatan dan Kesehatan kerja melalui pengendalian bahaya radiasi (Wijaya, 2019). Adapun pengendalian risiko dari pemaparan bahaya radi i dapat dilakukan melalui pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan—urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan, diantaranya melalui eliminasi, subtitusi, pengendalian teknik, pengendalian administratif, dan alat pelindung diri (Widiastuti, 2019): 1, Eliminasi Eliminasi merpakan hirarki teratas dimana dalam menjalankan suatu pekerjaan, bahaya yang ada harus dihilangkan sehingga memungkinkan hilangnya kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem pekerjaan. Selain yang tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari risiko, penghilang bahaya ataupun eliminasi ini juga dilakukan melalui penghapusan yang benar-benar muri terhadap bahaya namun tidak selalu peaktis dan ekonomis dilaksanakan pada setiap tindakan pengendalian, v 19 Contohnya ialah eliminasi bahaya radiasi melalui penggunaan ventilasi yang memiliki kecepatan linear di udara sekitar 100-150 kaki per menit khususnya di dalam ruangan pekerja yang menggunakan radio-isotop. Subtitusi Subtitusi bertujuan untuk menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem ulang maupun desain ulang, seperti menganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Pengendalian substitusi dapat dilakukan sebagai pengendalian bahaya radiasi salah satunya melalui subtitusi alat sensor berupa penggunaan sensor gerak PIR (Passive Infrared Sensor), dimana alat tersebut memiliki sistem otomatis yang memancarkan radiasi. Dibandingkan alat sensor lainnya, alat tersebut memiliki paparan radiasi yang lebih sedikit terhadap pekerja radiasi. Pengendalian Teknik Pengendalian teknik bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia, dimana pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan melalui teknik proteksi radiasi. Contohnya ialah dengan melakukan beberapa tindakan proteksi radiasi sebagai berikut: a. Pemakaian shielding tetap dalam desain peralatan pekerja, dimana efek shielding muncul saat elektron di tingkat energi yang lebih kecil daripada elektron valen sehingga mengurangi kekuatan gaya tarik- ‘menarik elektron di kulit terluar dengan inti. 20 b. Penggunaan system interlocks berupa microwave oven yang dilengkapi dengan saklar berpaut yang berfungsi menonaktifkan magnet jika pintu ‘microwave dibuka sehingga potensi paparan radiasi dapat dicegah. . Pengendalian Administratif Pengendalian administratif terhadap bahaya radiasi dilakukan melalui modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja yang terpapar radiasi. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), memperpendek waktu paparan melalui shift kerja serta housekeeping. Alat Pelindung Dirt Hirarki pengendalian Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk memberikan batas antara terpapamya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh, agar pekerja tetap selalu aman dan sehat meskipun sifat APD yang hanya mengurangi risiko bahaya. Adapun APD yang dapat dipakai untuk meminimalisir potensi terpapar radiasi_berbahaya diantaranya: a. Apron Proteksi Tubuh Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang — kurangnya setara 0,5 mm Jempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. 21 Gambar 2.1 Apron Proteksi Tubuh Sumber : Data Sekunder, 2021 b. Pelindung Gonad Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang-kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0.5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara kkeseluruhan dari paparan berkas utama. bin Gambar 2.2 Pelindung Gonad Sumber : Data Sekunder, 2021 ¢. Sarung Tangan Proteksi (Hand Gloves) ‘Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang—kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan. Gambar 2.3 Hand Gloves Sumber : Data Sekunder, 2021 d. Kacamata Safety Pengguna kacamata safety mempunyai model seperti kacamata berenang dan mudah dalam pemakaiannya. Kacamata safety terbuat dari bahan yang setara dengan I mm Pb. SS Gambar 2.4 Kacamata Safety Sumber : Data Sekunder, 2021 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Praktikum Praktikum ini menggunakan metode praktikum observasional dengan pendekatan deskriptif berupa gambaran umum lokasi, potensi-potensi bahaya radiasi, dan juga mengoperasikan alat ukur radiasi yaitu Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 untuk mengukur tingkat radiasi pada mesin fotocopi yang dilakukan di Fotocopy Resky Agung, Jalan P Kemerdekaan KM. 10. B. Lokasi dan Waktu Praktikum Praktikum ini dilaksanakan di Fotocopy Resky Agung JI. Perintis Kemerdekaan KM. 10 pada tanggal 05 Mei 2021, pukul 13.00 - 17.00 WITA. C. Instrumen Praktikum Instrumen penelitian merupakan sesuatu perlengkapan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi ataupun mengukur objek dari sesuatu variabel tiset. Buat memperoleh informasi yang benar demi kesimpulan yang cocok dengan kondisi sesungguhnya, hingga dibutuhkan sesuatu instrumen yang valid serta tidak berubah-ubah dan pas dalam membagikan informasi hasil riset (reliabel) (Yusuf, 2018). Adapun instumen yang digunakan pada praktikum ini yaitu: 23 24 1. Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 Gambar 3.1 Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 Sumber : Data Sekunder, 2021 Lutron EMF-827 adalah instrument genggam untuk mengukur radiasi medan elektromagnetik. Dilengkapi dengan probe terpisah untuk membuat pengukuran jarak jauh yang mudab, dan mengukur tingkat EMF di kedua pengukuran, yaitu Tesla dan Gauss. Adapun langkah-langkah penggunaan alat adalah : a. Mengukur intensitas medan magnet di sekitar alat elektronik saat masih masih belum dinyalakan, b. Menyalakan alat yang akan diukur. Beberapa saat kemudian, Mengukur intensitas medan magnet saat alat elektronik dalam keadaan stand by. d. Mengukur intensitas medan magnet pada saat alat_elektronik bekerja/digunakan, e. Mematikan alat elektronik setelah selesai melakukan pengukuran, 25 2. Stopwatch Gambar 3.2 Stopwatch Sumber : Data Sekunder, 2021 3. Penggaris Gambar 3.3 Penggaris Sumber : Data Sekunder, 2021 4. Mesin Fotokopi Gambar 3.4 Mesin Fotokopi Sumber : Data Sekunder, 2021 26 D. Prinsip Kerja Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 merupakan instrumen genggam untuk mengukur radiasi medan elektromagnetik. Alat ini ‘memiliki beberapa komponen diantaranya: 1. EMF sensor digunakan untuk menangkap energi radiasi. 2. Layer display/detector digunakan untuk menunjukkan hasil pengukuran, 3. Tombol on/off berfungsi untuk mengaktifkan dan mematikan alat. 4. Ranges digunakan untuk mengatur satuan rT. Prosedur Kerja Prosedur kerja dilakukan sesuai dengan SNI 16-7060-2004 tentang Pengukuran radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja sebagai berikut: 1, Tutup sensor dan hidupkan alat. 2. Atur tombol pengaturan agar monitor menunjukkan angka nol (zero adjustment), 3. Bawa alat ke tempat pengukuran 4. Letakkan sensor di tiap titip pengukuran dengan arah menghadap sumber sinar radiasi. 5. Lakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran, Pengukuran minimal dilakukan pada 3 titik yaitu: a. Zona penglihatan dengan jarak maksimal 30 cm dari mata. b. Setinggi siku sesuai posisi kerja duduk atau berdiri) dengan jarak maksimal 30 cm dari bagian badan paling luar. ¢. Setinggi betis dengan jarak maksimal 30 cm dari betis. 27 6. Lakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran. 7. Baca dan catat hasil pengukuran, BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum. Pelaksanaan praktikum radiasi ini berlangsung di tempat Foto Copy Resky Agung yang bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10 (depan Pintu 1 Unhas), Tamalanrea Jaya, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun layanan jasa yang tersedia di tempat fotokopi ini ialah jasa fotokopi, jilid dokumen, laminating, dan lain-lain, Praktikum ini dilaksanakan dengan melakukan pengukuran pada mesin Fotocopy (Fotokopi) yang ‘merupakan sebuah alat untuk menggandakan atau membuat salinan diatas kertas dari dokumen, buku, ataupun sumber lainnya. B. Hasil Rumus untuk mengukur paparan radiasi pada mesin Fotocopy (Fotokopi) yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan menggunakan rumus untuk titik 1 Titik 1 merupakan bagian depan mesin dengan pengukuran jarak I dan jarak II sebagai berikut: Jarak I= x diagonal monitor x 5 Yax 40x 5 = 100m Jarak TI = 44 x diagonal monitor x 5 =Mxd0x5 =50em 28 29 2. Perhitungan menggunakan rumus untuk titik 2 Titik 2 merupakan bagian samping mesin dengan pengukuran jarak T dan {jarak II sebagai berikut: Jarak 1= ¥ x diagonal monitor x 5 4x 60% 5 = 150m Jarak I = % x diagonal monitor x 5 =x 60x5 =75em Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dibitung menggunakan rumus pada mesin Fotocopy (Fotokopi) di tempat Foto Copy Resky Agung, maka hhasil pengukuran yang diperoleh ialah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Radiasi pada Mesin Fotocopy (Fotokopi) di tempat Foto Copy Resky Agung -” ‘Pengukuran Titik Jarak I Jarak IT 1 0,08 pT 0,04 iT 2 O12 0,06 wT Sumber: Data Primer, 2021 Berdasarkan hasil_ pengukuran yang dilakukan pada mesin Forocopy (Fotokopi) di tempat Foto Copy Resky Agung, diketahui bahwa paparan radiasi tertinggi yaitu pada titik 2 jarak I dengan nilai paparan radiasinya sebesar 0,12 HT. Sedangkan, nilai paparan radiasi terendah yaitu pada titik 1 jarak If dengan nilai paparan radiasinya sebesar 0,04 uT 30 pengukuran paparan radiasi seperti pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada metode pengukuran menggunakan alat Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 tethadap mesin fotocopy (fotokopi) dilakukan dengan 2 titik, dimana pada titik 1 jarak I (100 cm) dihasilkan paparan radiasi sebesar 0,08 pT dan pada titik 1 jarak II (50 cm) sebesar 0,04 \1T. Adapun pada titik 2 jarak I (150 cm) sebesar 0,12 ,'T dan titik 2 jarak II (75 cm) sebesar 0,06 wT. Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh Permenaker Nomor 5 tahun 2018, dimana kadar tertinggi pemaparan medan ‘magnet statis yang diperkenankan terhadap seluruh tubuh di lingkungan kerja secara umum sebesar 2 T, maka dapat disimpulkan bahwa paparan radiasi yang dipancarkan mesin fotokopi tersebut masih dikategorikan aman dalam batas penggunaan yang normal untuk terpapar pada tubuh pekerja karena memiliki pancaran radiasi dibawah standar maksimum yang telah ditetapkan. Hasil yang diperoleh tersebut sejalan dengan penelitian pengukuran paparan radiasi terhadap alat elektronik oleh Abdullah (2018), yang dalam keadaan aktif’ menghasilkan rata-rata hasil pengukuran sebesar 0,379 17 pada Jarak 10 cm dan 0,153 wT pada jarak 30 cm, Hasil pengukuran tersebut disimpulkan masih relatif kecil dan dibawah batas aman yang ditetapkan oleh WHO. Meskipun masih berada pada batas aman (etapi tidak menutup kemungkinan terjadi efek samping dari akumulasi medan magnet pada tubuh pengguna, untuk itu perlu kajian lebih lanjut tentang paparan medan magnet dalam jangka waktu lama (Abdullah, 2018). 31 ‘Mesin fotokopi merupakan bagian penting dari peralatan kantor di zaman modern yang digunakan dalam duplikasi dokumen yang menghasilkan tiruan dari kertas asi. Kegiatan fotokopi tidak dapat dihindari pada aktivitas perkantoran dan dunia pendidikan Karena fungsi dari fotokopi yang sangat diperlukan di Kantor, bisnis, sekolah dan bahkan rumah. Meskipun dapat mengatasi kebutuhan pekerja dalam penggandaan dokumen, namun secara bersamaan kebutuhan tersebut telah melahirkan banyak tantangan, Berdasarkan penelitian oleh Godwin (2017) dalam Yogisusanti, (2020), mesin fotokopi diketahui memiliki pancaran mutagen yang bersifat fisik berupa radiasi, baik radiasi ionisasi maupun non ionisasi. Bahaya pancaran radiasi dari mesin fotokopi tersebut dapat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan jika digunakan melebihi dosis normal (Yogisusanti, 2020) Hasil observasi pada pekerja fotokopi diketahui bahwa pekerja fotokopi dari waktu ke waktu mengalami keluhan mengeluh tentang beberapa efek kesebatan yang mereka rasakan. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Universitas Delta Nigeria didapatkan data bahwa selain memiliki sumber radiasi, fotokopi juga diketahui memiliki hazard bahan kimia yang digunakan, berupa toner, karbon hitam, resin polimer, serta hazard fisik berupa kebisingan, panas, sinar ultraviolet dan ozon (Yogisusanti, 2020). Secara umum, pancaran radiasi yang berlebih merupakan salah satu risiko timbulnya kanker, kecacatan pada keturunan, hingga penyakit gangguan darah (Mukminin, 2019). Adapun radiasi ionisasi memiliki efek deterministik dan efek stokastik jika terpapar dalam dosis berlebih, dimana efek deterministik 32 yang ditimbulkan dapat berupa eritema, kerontokan rambut, pengelupasan kulit, katarak, sterilitas sementara maupun permanen pada organ reproduksi pria, serta radang paru-paru akut, dan efek stokastik yang ditimbulkan berupa leukimia akibat pajanan radiasi terhadap sumsum tulang (Sundari, 2016). Adapun radiasi non ionisasi pada mesin fotokopi, dalam dosis di atas ambang batas dapat menimbulkan efek Kesehatan jangka panjang yang merugikan, seperti kanker, tumor otak, alzheimer, parkinson, dan sakit kepala (Chusna, 2017) Faktor tegangan, kuat arus dan waktu penyinaran diketahui berpengaruh secara signifikan terhadap dosis paparan radiasi. Akan tetapi, faktor yang sangat mempengaruhi perubahan dosis paparan radiasi yaitu faktor eksposi waktu penyinaran. Sedangkan variasi jarak antara sumber radiasi ke titik pengukuran tethadap perubahan dosis paparan radiasi berpengaruh secara negatif, artinya berbanding terbalik, dimana semakin jauh jarak dari sumber radiasi maka dosis yang diterima s makin kecil, dan semakin dekat jarak dengan sumber maka dosis yang diterima akan semakin besar. Hal tersebut disebabkan karena energi yang terserap oleh sensor menjadi semakin rendah seiring dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi Gamaluddin, 2020). Dengan ‘mempertimbangkan seluruh faktor risiko, maka diantara bentuk tindakan yang diharapkan dapat menjadi solusi dalam mencegah bahaya paparan radiasi mesin fotokopi yang berlebih ialah pihak puskesmas dan dinas keschatan yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada pekerja sektor informal terutama pada pemilik fotokopi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan 33 sikap kerja/posisi kerja supaya dapat mengurangi terjadinya penyakit akibat Paparan radiasi mesin fotokopi yang berlebih, dalam hal ini memberikan penyuluhan mengenai aspek manajemen keselamatan radiasi, seperti ‘menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi, penambahan alat proteksi radiasi, dan membuat rencana penanggulangan paparan darurat. dan petugas proteksi radiasi yang diharapkan mengikuti pelatihan dan menggunakan alat proteksi dengan konsisten (Dianasari, 2017). BABV PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum pengukuran intensitas radiasi, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1; Radiasi adalah suatu pancaran energi yang melalui sebuah ruangan dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya foton dari sumber ra i. Berdasarkan efek radiasi yang ditimbulkan, maka radiasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu; radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Secara garis besar sumber radiasi bisa dibagi menjadi dua yaitu bersumber pada pada asal serta keberadaannya. Bersumber pada asalnya, sumber radiasi dibagi jadi 2 kalangan ialah sumber radiasi alamiah serta radiasi buatan, Adapun radiasi yang bersumber pada pada keberadaannya, sumber radiasi terdiri dari sumber radiasi eksternal serta sumber radiasi internal. Adapun rekomendasi NAB radiasi berdasarkan standar nasional, telah diatur dalam Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, diantaranya NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro, NAB waktu pemaparan radiasisinar ultra ungu yang diperkenankan, NAB pemaparan medan ‘magnet statis yang diperkenankan, dan NAB medan magnet untuk frekuensi 1-30 kilo Hertz, Adapun pengendalian risiko dari pemaparan bahaya radiasi dapat dilakukan melalui pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam 34 n 35 pencegahan dan pengendalian ri ko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan, diantaranya melalui eliminasi, subtitusi, pengendalian teknik, pengendalian administratif, dan alat pelindung di Cara mengoperasikan alat ukur radiasi ialah dengan menutup sensor dan hidupkan alat, atur tombol pengaturan agar monitor menunjukkan angka nol (cero adjustment), membawa alat ke tempat pengukuran, letakkan sensor di i, Lakukan, tiap titip pengukuran dengan arah menghadap sumber sinar radi pengukuran pada setiap titik pengukuran, Pengukuran minimal dilakukan pada 3 titik, yaitu: a) zona penglihatan dengan jarak maksimal 30 cm dari mata, b) setinggi siku ss ai posisi kerja duduk atau berdiri) dengan jarak maksimal 30 cm dari bagian badan paling luar, dan c) setinggi betis dengan Jjarak maksimal 30 cm dari betis. Selanjutnya lakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran, serta baca dan catat hasil pengukuran. Prinsip kerja alat Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827 yang merupakan instrumen genggam untuk mengukur radiasi_ medan elektromagnetik dengan beberapa komponennya ialah: EMF sensor digunakan untuk menangkap energi radiasi, layer display/detector digunakan untuk menunjukkan hasil pengukuran, tombol on/off berfungsi untuk mengaktifkan dan mematikan alat, dan ranges digunakan untuk ‘mengatur satuan pT. Cara pengoperasian Electromagnetic Field Radiation Tester Tipe EMF-827, antara lain: mengukur intensitas medan magnet di sekitar alat elektronik saat masih masih belum dinyalakan, menyalakan alat

You might also like