Pengaruh Audit Tenure, Audit Delay, Karakteristik Komite Audit, Pertumbuhan Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015
Buletin Penelitian Hasil Hutan
Vol. 18 No.1 (2000) pp. 1-9
PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN
KAYU DENGAN PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA
(The manufacture of briquetted charcoal from mixture of wood sawdust
and coconut shell)
Summary
Wood sawdust of saw-mill is currently underutilized and therefore could be considered as a
raw potential material for the manufacture of briquetted charcoal. In this study, the wood
sawdust was mixed with coconut shell particles prior to the manufacture in order to improve the
physic-chemical properties of the charcoal products. The coconut shell in the mixture was at
three different contents, i.e. 10%, 15% and 20% (based on the weight of briquetted charcoal)
Carhonization on sawdust and coconut shell was performed separatly using drum kiln for
5-7 hours and further the carbonized products were made into charcoal briquette with the
previously mentioned composition in the mixture of sawdust and coconut shell. In the briquette
manufacture, strach glue as much as 2.5% was added and could preasure was applied at 3.125
ton.
The result showed that highs coconut shell contents in the mixtures produced the briquettes
with higher density, crushing strength and calorific value, as compared with those from 100%
sawdust material. In general, the density varied from 0,45 to 0,59 g/cm’, crushing strength
‘from 4,67 10 6,72 kg/cm’, moisture content from 3,51 to 4,75%, volatile matter from 22,18 t0
25,77%, ash content from 3,56 to 4,23%, fixed carbon from 70,28 to 73,82% and calorific value
‘from 6.198,99 10 6.522,84 cal’g. Charcoal briquette manufacture with the mixture composition
‘of 90 % sawdust and 10% coconut shell resulted in the best response, in the matters of moisture
content (3,51%), volatile content (22,15%), fixed carbon (73,52%) and calorific value (6.522,84
cal gr)
Keywords: briquetted charcoal, sawdust from wood sawmills, coconut shell, and raw material
composition.
Ringkasan
Limbah serbuk gergajian kayn mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus
dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan briket arang. Guna lebih meningkatkan sifat
fisis dan kimia briket arang serbuk gergajian kayw maka dilakukan penelitian dengan
‘menambahkan arang tempurung kelapa sebagai bahan baku briket. Dalam percobaan ini
arang tempurung kelapa yang ditambahkan sebesar 10%, 15% dan 20% dari berat briket.
Pengarangan serbuk gergaji dan tempurung kelapa dilakukan secara terpisah dengan
‘menggunakan kiln drum selama 5-7 jam dan selanjutnya dibuat briket sesuai dengan komposisi
yang telah ditetapkan. Pada pembuatan briket digunakan perekat kanji sebanyak 2,5% yang
dikempa dingin pada tekanan 3,125 ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkandengan briket dari 100% arang serbuk gergaji, temnyata penambahan arang tempurung kelapa
‘mampu meningkatkan kerapatan, kekuatan tekan dan nilai kalor.
Secara keseluruhan nilai kerapatan briket arang berkisar antara 0,45 — 0,59 gicm’,
kekuatan tekan 4,67 - 6,72 kg/cm’, kadar air 3,51 - 4,75%, kadar zat menguap 22,18 77%,
kadar abu 3,56 - 4,23%, kadar karbon terikat 70,28 - 73,82% dan nilai kalor berkisar antara
6.198,99 — 6.522,84 kal’g. Briket arang dengan komposisi 90% arang serbuk gergaji dan 10%
arang tempurung kelapa memberikan hasil yang terbaik untuk kadar air (3,51%), kadar zat
menguap (22,18%), kadar karbon terikat (73,82%) dan nilai kalor (6.522,84 kal/gr).
Kata kunci: Briket arang, serbuk gergajian kayu, tempurung kelapa dan komposisi bahan
baku
I, PENDAHULUAN
Pada awal perkembangannya, kayu dan produk turunannya (arang) adalah sumber
bahan bakar yang paling banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana
penggunaannya. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, peranan kayu
sebagai bahan bakar mulai menurun terutama di kota-kota besar. Scbagian besar
penduduk diperkotaan menggunakan minyak dan gas bumi sebagai sumber energinya
tetapi lain halnya dengan penduduk dipedesaan yang masih menggunakan kayu
sebagai bahan bakar. Bila ditinjau dari keberadaannya, kayu dan arang memiliki
keunggulan yang sangat menonjol dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan gas
bumi yaitu sifatnya yang dapat diperbaharui dalam waktu yang lebih cepat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (1993), konsumsi
minyak tanah dan elpiji untuk rumah tangga di perkotaan mencapai 15.493 juta liter
dan 716.000 ton, jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan di pedesaan
yaitu sebesar-11.149 juta liter dan 35.000 ton, tetapi sebaliknya kebutuhan energi
berupa arang jumlahnya lebih kecil yaitu 191.000 ton sedangkan dipedesaan
mencapai 251.000 ton. Selain untuk kebutuhan domestik, arang dari kayu juga
mempunyai peluang sebagai komoditas ckspor bahkan pada tahun 1995 dapat
menghasilkan devisa sebesar US $ 32.928.559 tetapi menurun menjadi US $
27.781.103 pada tahun 1997 (BPS. 1995 dan 1997).
Pemanfaatan kayu yang dilakukan secara torus menerus dengan tidak memper-
hatikan asas kelestarian akan menyebabkan menurunnya potensi kayu schingga
mengharuskan kita mencari alternatif sumber bahan bakar. Salah satu sumber bahan
baku potensial yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kayu uth
adalah dengan memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayu dan limbah pertanian
lainnya untuk dijadikan briket arang. Sclanjutnya guna lebih meningkatkan kualitas
briket arang serbuk gergajian kayu maka dilakukan penambahan arang tempurung,
kelapa, karena selama ini tempurung kelapa sudah dikenal baik untuk bahan bakar
dalam bentuk tempurung, arang maupun sebagai briket arang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas briket arang kayu
dengan mengetahui sifat fisis dan kimianya, dari bebcrapa komposisi campuran
arang serbuk gergajian kayu dan arang tempurung kelapa. Sasaran yang ingin
dicapai adalah mendapatkan bahan bakar alternatif berupa briket arang dari
campuran serbuk gergajian kayu dan tempurung kelapa dengan kualitas terbaik.
2 Bul. Pen, Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000)I. BAHAN DAN METODA
Bahan baku yang digunakan pada penclitian ini adalah serbuk gergajian kayu
dan tempurung kelapa. Serbuk gergajian kayu diperolch dari limbah pada unit
penggergajian kayu di Pusat Penelitian Hasil Hutan dan tempurung kelapa diperoleh
dari pasar tradisional di Bogor.
‘Serbuk gergajian kayu dan tempurung kelapa secara terpisah dibuat arang
dengan menggunakan kiln drum modifikasi selama 5-7 jam. Arang serbuk gergaji yang
dihasilkan disaring pada ukuran lolos 50 mesh sedangkan arang tempurung kelapa
disaring pada ukuran lolos 70 mesh. Arang hasil penyaringan kemudian dibuat briket
pada beberapa komposisi bahan baku setclah terlebih dahulu di campur dengan
perckat kanji sebanyak 2,5% dari berat serbuk arang. Pada penelitian ini dibuat 4
(empat) komposisi bahan baku briket yaitu 100% arang serbuk gergajian kayu, 90%
arang serbuk gergajian kayu dan 10% arang tempurung kelapa; 85% arang serbuk
gergajian kayu dan 15% arang tempurung kelapa; dan 80% arang serbuk gergajian
Kayu dan 20% arang tempurung kelapa. Pada pembuatan briket arang dari 4 (empat)
komposisi tersebut, masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak 2 (dua) kali.
Komposisi campuran yang dibuat kemudian dikempa dingin pada tekanan 50
ton untuk 16 lubang atau cetakan briket, Briket hasil cetakan dikeringkan dalam
oven pada suhu 60 °C sclama + 24 jam. Kemudian briket di uji sifat fisis dan
kimianya, Sifat fisis yang diyji meliputi kerapatan dan kekuatan tekan sedangkan yji
sifat kimia terdiri dari kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon
terikat (ASTM, 1959) dan nilai kalor (ASTM. 1970).
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data sifat fisis dan kimia briket arang disajikan pada Tabel | sedangkan analisa
sidik ragam dan uji beda nyata berturut-turut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
A. Kerapatan
Kerapatan briket meningkat dengan bertambahnya persentase arang tempurung
kelapa (Tabel 1). Kerapatan terendah sebesar 0,45 gr/cm’ dihasilkan dari briket
yang 100% bahan bakunya arang serbuk gergajian kayu, sedangkan kerapatan
tertinggi 0,59 gr/em? dihasilkan pada komposisi 80% arang serbuk gergajian kay
dan 20% arang tempurung kelapa. Hal ini terjadi karena berat jenis tempurung
elapa nilainya lebih tinggi dari berat jenis kayu penghasil serbuk pada umumnya,
sehingga berat briket per scntimeter kubiknya meningkat dengan meningkatnya
komposisi arang tempurung kelapa.
Perbedaan sctiap komposisi bahan baku memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kerapatan briket arang (Tabel 3) kecuali antara komposisi 85% arang
serbuk gergajian kayu dan 15% tempurung kelapa (a;) dengan 80% arang serbuk
gergajian kayu dan 20% arang tempurung kelapa (a.).
Kerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan dan
pengangkutan briket. Dengan semakin besar kerapatan maka volume atau ruang
yang diperlukan, akan lebih kecil untuk berat briket yang sama
Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000) 3Tabel 1, Nilai rata-rata sifat fisik dan kimia briket arang
Table 1. Averages value of physic-chemical properties of briquetted charcoal
Komposis! bahan baku arang Pembanding
No. Stet tek cn Kia (Row material of charcoal composition) (Comparison)
(Physic-chemical properties) 1 2 3 4 5
1 Kerapatan, gr/em? 04s 053 058 059 048
(Densiy)
Kekuatan tekan, kg/om? 487 63] 594) 672) 046
(Crushing strength)
3 Kadar air, % 416 351 458 475 157
(Moisture content)
4. | Kadar zat menguap, % 25.06 218] 2ms2} 77) 16.18
(Volatile mater)
5. | kadar abu, % 356 401] 423] 395] 551
(Ash content)
6 | Kedar karbon terkat, 38) 7392] 7125] 7028] 7,35
(Fixed carbon content)
71 Na aloe, kal 6198.99 | 652284 | 632453] 611.02] 6919.11
(Caloritic value)
Keterangan (Remarks)
1. 100% serbuk gergajian kayu (Sawdust charcoal 100 %)
2. 90% serbuk gergajian kayu dan 10% tempurung kelapa (Sawdust charcoal 90% and coconut shel charcoal 10 %)
3. 85% serbuk gergayian kayu dan 15% tempurung kelapa (Sawdust charcoal 85% and coconul shel charcoal | 15%)
4, 80% serbuk gergaian kayu dan 20% tempurung kelapa (Sawdust charcoal 80% and coconut shell charcoal 20%)
5. Parietal (1990)
6 Hartoyo ef al (1978)
Jika dibandingkan dengan kerapatan briket arang komersial (Pari ef. al., 1990)
maka kerapatan semua komposisi bahan baku pada penelitian ini yang berkisar
antara 0,45 — 0,59 gr/cm® telah menghasilkan kerapatan diatas 0,44 gr/cm’.
B. Kekuatan Tekan
Kekuatan tekan terendah dihasilkan pada briket yang seluruh komposisi bahan
bakunya berasal dari arang serbuk gergajian kayu yaitu sebesar 4,67 kg/cm? sedang-
kan yang tertinggi dari briket dengan komposisi 80% arang serbuk gergajian kayu
dan 20% arang tempurung kelapa yaitu sebesar 6,72 kg/m’. Tabel | menunjukkan
bahwa penambahan arang tempurung kelapa dalam pembuatan briket ternyata
mampu meningkatkan kekuatan tekan briket arang walaupun nilainya berfluktuatif
tetapi pengaruhnya sangat nyata untuk setiap komposisi bahan baku (Tabel 2 dan 3),
hal ini diduga karena adanya pengaruh dari berat jenis tempurung kelapa.
Kekuatan tekan menunjukkan daya tahan atau kekompakan briket terhadap
tekanan Iuar schingga mengakibatkan briket tersebut pecah atau hancur, Semakin
4 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000)besar nilai kekuatan tekan berarti daya tahan atau kekompakan briket semakin baik.
Kondisi tersebut akan sangat menguntungkan didalam pengemasan maupun
distribusi/pengangkutan.
‘Apabila dibandingkan dengan kekuatan tekan briket arang komersial (Pari et.al.
1990) dengan nilai scbesar 0,46 kg/om’, maka kekuatan tekan briket arang pada
penelitian ini nilainya jauh lebih besar yaitu 4,67 - 6,72 kg/cm
Tabel 2. Hasil analisa sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku terhadap
sifat fisis dan kimia briket rang
Table 2. Analysis of variance for the effect of raw material composition on physic
chemical properties of briquetted charcoal
ie Sia Kuadrttengah, | F Hitung, F Tabel F Tabet
(Properties) (Mean square) | (F Calculated) (F Table) (F Table)
0.05 001
1. | Kerapatan (Density), rom? 0.02508 | 9.5600
2. | Kekuatan tekan (Crushing strength), 4.73354 66,1200 *
glen
3. | Kedar air (Moisture conten), % 184404 19.5059
4 | Kadar zat menguap (Volatile matter), % 1456224 39,0520 659 16.69
Kadar abu (Ash content), %
5 0.46554 17672
Kader karbon terkat (Fined carbon
8 | content) % 13,62895 1333972 *
7. | Nii kalor (Caloric value),
‘lor (Calonfe vate). alr so579 ronan | 306232450 ~
Keterangan (Remarks) * Nyala (Significantly), p= 095
* Sangat nyata (High significant), p = 0.99
C. Kadar Air
Kadar air terendah sebesar 3,51% diperolch pada briket dengan komposisi 90%
arang serbuk gergajian kayu dan 10% arang tempurung kelapa, sedangkan kadar air
tertinggi sebesar 4,75% dihasilkan pada komposisi 80% arang serbuk gergajian kayu
dan 20% arang tempurung kelapa. Penambahan arang tempurung kelapa dari 0%
menjadi 10% ternyata berhasil menurunkan kadar air dari 4,16% menjadi 3,51%
atau sebesar 15,625%, Penurunan kadar air diduga terjadi karena briket yang
scluruh bahan bakunya berupa arang serbuk gergaji mempunyai ruang kosong atau
pori-pori yang lebih kecil sebab ukuran partikelnya lebih halus (lolos 70 mesh). Hal
ini menyebabkan air yang terikat di dalam pori-pori lebih banyak dan lebih sulit
dikeluarkan, Tetapi semakin meningkatnya komposisi arang tempurung kelapa justru
meningkatkan kadar air. Peristiwa ini diduga karena adanya pengaruh yang lebih
dominan dari kadar air arang tempurung kelapa, Kadar air briket arang diharapkan
serendah mungkin karena semakin tinggi kadar air akan menyebabkan nilai kalornya
menurun dan biket arang akan lebih sulit dinyalakan
Bul. Pen. Has, Hut. Vol. 18 No. | (2000) 5Perbedaan komposisi bahan baku briket arang memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap kadar air (Tabel 2). Berdasarkan uji lanjutan seperti yang disajikan
pada Tabel 3, ternyata hanya antara komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu dan
15% arang tempurung kelapa (a3) dengan komposisi 80% arang serbuk gergajian
kayu dan 20% arang tempurung kelapa (a,) saja yang pengaruhnya tidak nyata,
Briket arang pada penelitian ini memiliki kadar air lebih baik yaitu berkisar
antara 3,51 - 4,75% jika dibandingkan dengan kadar air briket arang komersial (Pari
et, al., 1990) dan briket arang di Jepang (Hartoyo e7. al., 1978) yaitu sebesar 7,57%
dan 6,00%,
D. Kadar Zat Menguap
Kadar zat menguap terendah dicapai pada komposisi 90% arang serbuk gergajian
kayu dan 10% arang tempurung kelapa yaitu scbesar 22,18% dan tertinggi pada
komposisi 80% arang serbuk gergajian kayu dan 20% arang tempurung kelapa
sebesar 25,77%,
Tabel 3. Uji beda jarak rata-rata sifat fisis dan kimia briket arang
Table 3. Range test as significant difference between averages of physic-chemical
of briquetted charcoal
Sifat (Properties) ‘Nilai rata-rata yang dibandingkan” (Comparison of mean value)
1. | Kerapatan (Density), gr/om? (0,45) 2 (0.53) a (0.58) a4 0.59)
[a 8 c c
2. |Kekuatantekan (rushing strength, kgfem? a(667) 59 an(633) 672)
A B Cc D
3. [kadar ar (Moisture content). % (351) ar(416) an(458) an (475)
A 8B c c
4 | Kader zat menguap (Volatile mater). % | 252218) @9(2682) 012505) (2577)
A B c Do
5. [Kedar abu (Ash content, % 31858) 04395) an(A0) wa (623)
A AB AB 8
5 [Kedar Karbon tekat (Fixed carbon contend.% | ax(70.28) as(7128) a (71.38) an(7a@)
A 8 8 c
7. [Nila kalo (Calorifc vale), kalor ‘a1 (6198.99) as (6324.53) a4 (6411 92) ar (652284)
A 8 c D
Keterangan (Remarks)
7. = Huruf besar yang sama pada satu bar's menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Means with the same leter in
the same row are not significantly different)
a1 = 100% arang serbuk gergaian kayu (Sawdust charcoal 100%)
22 = 90% arang serbuk gergajian kayu dan 10% arang tempurung kelapa
(Sawdust charcoal 90% and coconut shell charcoal 10%)
= 65% arang serbuk gergajan kayu dan 15% arang fempurung kelapa
(Sawdust charcoal 85% and coconut shell charcoal 15%)
‘4 = 80% arang serbuk gergajan kayu dan 20% arang tempurung kelapa
(Sawdust harcoal 80% and coconut shell charcoal 20%)
6 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000)Penambahan arang tempurung kelapa dari 0% menjadi 10% pada pembuatan
briket tenyata mampu menurunkan kadar zat menguap dari 25,06% menjadi 22,18%
atau sebesar 11,49%, tetapi kemudian terjadi peningkatan dengan bertambahnya
komposisi arang tempurung kclapa dan pengaruhnya sangat nyata (Tabel 2)
Selanjutnya dari hasil uji beda nyata (Tabel 3) menunjukkan pengaruh yang nyata
untuk setiap perbedaan komposisi bahan baku. Kandungan zat menguap yang tinggi
pada briket arang akan menimbulkan asap lebih banyak akibat reaksi antara karbon
monoksida (CO) dengan turunan alkohol
Apabila dibandingkan dengan kadar zat menguap briket arang komersial (Pari et.
al,, 1990) dengan nilai sebesar 16,14% maka kadar zat menguap briket arang hasil
penelitian ini lebih tinggi yaitu berkisar antara 22,18 - 25,77%, tctapi_ masih
termasuk ke dalam nilai briket arang Jepang (Hartoyo ef. al., 1978) yang berkisar
antara 15 - 30%, Pada briket arang diharapkan memiliki kadar zat menguap yang
serendah mungkin.
E. Kadar Abu
Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran, dalam hal ini adalah
sisa pembakaran briket arang. Salah satu unsur utama abu adalah silika dan
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah
kadar abu maka semakin baik briket arang tersebut. Kadar abu terendah pada
penelitian ini dihasilkan dari briket dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian
kayu yaitu sebesar 3,56% dan tertinggi pada komposisi 85% arang serbuk gergajian
kayu dan 15% arang tempurung kelapa yaitu sebesar 4,23%
Penambahan arang tempurung kelapa didalam pembuatan briket ternyata
cenderung meningkatkan kadar abu, hal ini terjadi karena kandungan silika
tempurung kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan silika kayu tetapi
pengaruhnya tidak nyata (Tabel 2), Kadar abu briket arang pada penelitian ini
berkisar antara 3,56 - 4,23% dan nilainya masih termasuk ke dalam kisaran kadar
abu briket arang Jepang yaitu 3 - 6% (Hartoyo ef. al.,1978), bahkan lebih rendah
dibandingkan dengan briket arang komersial sebesar 5,51% (Pari ef. al., 1990).
F. Kadar Karbon Terikat
Kadar karbon terikat tertinggi dihasilkan dari briket arang pada komposisi 90%
arang serbuk gergajian kayu dan 10% arang tempurung kelapa yaitu sebesar 73.82%
dan terendah pada komposisi 80% arang serbuk gergajian kayu dan 20% arang
tempurung kelapa yaitu sebesar 70,28%. Briket arang yang baik diharapkan memiliki
kadar karbon terikat yang tinggi. Kadar karbon terikat ini sangat dipengaruhi olch
kadar zat mudah menguap dan kadar abu. Semakin besar kadar zat mudah menguap
dan kadar abu maka akan menyebabkan turunnya kadar karbon terikat.
Penambahan komposisi arang tempurung kelapa pada awalnya mampu
meningkatkan kadar karbon terikat briket scbesar 3.42% yaitu dari 71,38% menjadi
73.82%, tetapi kemudian terjadi penurunan dengan adanya penambahan arang
tempurung kelapa hingga mencapai 70,28% dan pengaruhnya nyata (Tabel 2)
Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000) 7Sclanjutnya berdasarkan hasil uji beda (Tabel 3) ternyata antara komposisi 100%
arang serbuk gergajian kayu (a;) dengan komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu
dan 15% arang tempurung kelapa (a;) menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
Apabila dibandingkan dengan briket arang komersial (Pari e7. al., 1990) maka
kadar karbon terikat pada penelitian ini (70,28 - 73,82%) nilainya masih lebih
rendah yaitu dibawah 78,35%, akan tetapi sudah termasuk ke dalam nilai kadar
karbon terikat briket arang Jepang (Hartoyo et. al., 1978) yang berkisar antara 60 -
80%.
G. Nilai Kalor
Nilai kalor tertinggi sebesar 6.522,84 kal/g dicapai pada komposisi 90% arang
serbuk gergajian kayu dan 10% arang tempurung kelapa, sedangkan terendah pada
komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu yaitu scbesar 6,198,99 kal/g
Penambahan arang serbuk gergajian kayu ternyata mampu meningkatkan nilai kalor
dibandingkan dengan briket arang yang 100% bahan bakunya berupa arang serbuk
gergaji (Tabel 1) dan pengaruhnya sangat nyata (Tabel 2). Semakin tinggi nilai kalor
maka semakin baik kualitas briket arang yang dihasilkan, Dari hasil uji beda juga
diperoleh hasil yang nyata untuk setiap perbedaan komposisi bahan baku (Tabel 3)
Nilai kalor briket arang pada penclitian ini berkisar antara 6198,99 - 652,84
kal/gr dan masih berada dibawah nilai kalor briket arang komersial (Pari et. al.,
1990) yaitu sebesar 6819,11 kal/gr. Akan tetapi bila dibandingkan dengan nilai
kalor briket arang Jepang maka nilainya berada di dalam kisaran, yaitu antara
6000 — 7000 kal/gr (Hartoyo et. al., 1978).
IV. KESIMPULAN
1, Penambahan arang tempurung kelapa pada pembuatan briket arang serbuk
gergajian kayu mampu meningkatkan kerapatan, keteguhan tekan dan nilai
kalor.
2. Briket arang dengan komposisi 90% arang serbuk gergajian kayu dan 10%
arang tempurung kelapa memberikan hasil yang terbaik untuk kadar air
(3.51%), kadar zat menguap (22.18%), kadar karbon terikat (73.82 %) dan nilai
kalor (6.52.84 kaV/gr).
3. Nilai rata-rata kerapatan briket arang hasil penelitian berkisar antara 0,450 -
0,590 gr/cm’, kekuatan tekan 4,67 - 6,72 kg/cm’, kadar air 3,51 - 4,75%, kadar
zat menguap 22,18 - 25,77%, kadar abu 3,56 - 4,23%, kadar karbon terikat
70,28 - 73.82% dan nilai kalor sebesar 6.198,99 - 6.522,89 kal/gr.
4. Perbedaan komposisi bahan baku brikct arang memberikan pengaruh yang
sangat nyata untuk kekuatan tekan, nilai kalor, kadar air dan kadar zat menguap:
berpengaruh nyata untuk kerapatan dan kadar karbon terikat sedangkan untuk
kadar abu tidak berpengaruh nyata.
8 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000)DAFTAR PUSTAKA
ASTM. 1959. ASTM Standard. Coal and Coke D-5. American Society for Testing
and Materials. Philadelphia.
——. 1970. ASTM Standard. Laboratory Sampling and Analysis Coal and Coke
American Society for Testing and Materials. Philadelphia.
Biro Pusat Statistik. 1993. Neraca Energi Indonesia. Jakarta
1995. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia; Ekspor
Jakarta.
1997. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia; Ekspor
Jakarta,
Hartoyo, Y. Ando, H. Roliadi. 1978. Percobaan pembuatan briket arang dari lima
jenis kayu. Laporan Penelitian Hasil Hutan No. 103.
Pari, G., D. Hendra dan Hartoyo. 1990, Beberapa sifat fisis dan kimia briket arang
dari limbah arang aktif, Jurnal Penclitian Hasil Hutan. Vol. 7 No. 2. Bogor.
Sudjana. 1985. Disain dan Analsis Eksperimen. Tarsito. Bandung.
Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 18 No. 1 (2000) 9
Pengaruh Audit Tenure, Audit Delay, Karakteristik Komite Audit, Pertumbuhan Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015