STARTUP / STARTUP UPDATE
a Deandra Syarizka - 36m ago
Penjelasan iGrow Soal Pinjaman
Bermasalah dan Rencana Ekspansi
Platform peer-to-peer (P2P) lending di sektor pertanian iGrow memberikan
penjelasan terkait isu keterlambatan pengembalian pinjaman yang dialami
oleh sejumlah lender di platformnya.
Andreas Sanjaya selaku CEO iGrow mengakui saat ini terdapat beberapa
lender iGrow yang pendanaannya mengalami keterlambatan pengembalian.
Namun menurutnya sebagian besar keterlambatan tersebut masih dalam
kategori lancar—kurang dari 30 hari sejak jatuh tempo—dan kategori
terlambat—kurang dari 90 hari sejak jatuh tempo.
Pihaknya menyatakan tengah melakukan komunikasi intensif dengan
borrower yang jatuh tempo lebih dari 90 hari. Perusahaan juga telah
merancang sejumlah skema penyelesaian untuk hal ini.
“Sudah ada beberapa solusi penyelesaian yang akan dilakukan untuk
pengembalian pinjaman yang telah jatuh tempo go hari dan akan“Sudah ada beberapa solusi penyelesaian yang akan dilakukan untuk
pengembalian pinjaman yang telah jatuh tempo 90 hari dan akan
diinformasikan kepada para lender dalam waktu dekat melalui aplikasi iGrow
atau pertemuan bersama para lender terkait,” ungkapnya kepada Tech in Asia.
Dia menekankan, para lender/calon lender perlu memahami bahwa setiap
pendanaan yang dilakukan di platform P2P lending punya risiko pendanaan
seperti keterlambatan pengembalian ataupun gagal bayar. Menurutnya,
penyelenggara P2P lending berbeda dengan bank karena penyelenggara hanya
sebagai platform penghubung antara lender dan borrower dan tidak
diperbolehkan melakukan penjaminan terhadap risiko kredit tersebut.
“Di lain sisi kami tentunya tetap akan berusaha untuk terus memperbaiki
proses seleksi dan pengawasan kepada para calon borrower,” ungkapnya.
Mengenai perizinan, saat ini iGrow masih berstatus terdaftar dan diawasi OJK
sejak 2017. Perusahaan masih dalam proses mengurus izin usaha ke OJK.
Lebih jauh, Andreas mengungkapkan pandemi memiliki dampak terhadap
sejumlah pelaku usaha pertanian, khususnya yang mengandalkan penjualan
ke jejaring restoran. Pembatasan sosial membuat restoran tidak dapat
beroperasi secara optimal sehingga penjualan petani menjadi turun.
Meski demikian, secara umum dia menyatakan bisnis iGrow masih bertumbuh
di masa pandemi, baik secara pendapatan, maupun secara penyaluranMeski demikian, secara umum dia menyatakan bisnis iGrow masih bertumbuh
di masa pandemi, baik secara pendapatan, maupun secara penyaluran
pinjaman dan jumlah borrower. Sepanjang 2021, perusahaan mencatat total
akumulasi pinjaman mencapai Rp97,1 miliar.
Adapun setelah diakuisisi oleh LinkAja pada April 2021 ini, iGrow berencana
untuk memperluas pendanaan di sektor produktif dengan menyasar pelaku
UMKM. Secara simultan, perusahaan juga terus mengembangkan produk dan
teknologinya serta memperbaiki proses seleksi dan monitoring penerima
pendanaan.
Baca juga: Risiko Kredit Macet Proyek Pertanian dan Upaya
Mitigasi Fintech Lending
Sebelumnya, sejumlah lender iGrow mengaku mengalami keterlambatan
pengembalian dana mereka. Salah satunya dialami oleh Hadian Rahmat, yang
berinvestasi pada dua proyek pertanian di iGrow, dengan imbal hasil sekitar
20 persen.
Proyek pertama berhasil mengembalikan dananya tepat waktu sesuai imbal
hasil yang dijanjikan. Berbekal pengalaman itu, dia pun kembali berinvestasi
dengan dana lebih besar untuk proyek pertanian pada Oktober 2020.
Namun hingga saat ini, Hadian baru menerima bagi hasil yang pertama dari
proyeknya, sedangkan bagi hasil yang kedua belum dia terima padahal laporan
proyek pertanian yang ditulis oleh iGrow menyatakan proyek pertanianProyek pertama berhasil mengembalikan dananya tepat waktu sesuai imbal
hasil yang dijanjikan. Berbekal pengalaman itu, dia pun kembali berinvestasi
dengan dana lebih besar untuk proyek pertanian pada Oktober 2020.
Namun hingga saat ini, Hadian baru menerima bagi hasil yang pertama dari
proyeknya, sedangkan bagi hasil yang kedua belum dia terima padahal laporan
proyek pertanian yang ditulis oleh iGrow menyatakan proyek pertanian
berjalan lancar, tidak ada hama. Namun, di bulan terakhir menjelang jadwal
pengembalian dana, proyek tersebut dinyatakan gagal bayar.
“Kemarin ada pemberitahuan lagi mau dibayar Juni tahun ini, tapi tidak jadi,
dijadwal ulang karena PPKM. Saya paham risiko investasi di p2p lending,
hanya ini manajemennya memang tidak transparan,” ungkapnya.
Hadian tidak sendirian. Dia mengaku saat ini telah bergabung dengan ratusan
pendana iGrow yang mengalami nasib yang sama di forum Telegram.
Beberapa di antaranya juga telah menceritakan pengalamannya di media
sosial dan membuat surat pembaca untuk meminta kejelasan.
(Diedit oleh Demis Rizky Gosta)