You are on page 1of 5
Dokter Keluarga Pelayanan Paripurna Jasmani Rohani Pencegahan Gawat Darurat Pengobatan Pemulihan Sudjoko KUSWADJI 4 William Osler, known as one of the founders of modern medicine, often directed his trainees to ‘listen to the patient, he/she is telling you the diagnosis’. Dengarkan pasien, dia akan bilang apa diagnosisnya. Ujaran ini mengajak para dokter agar wawancaranya untuk memenuhi kebutuhan pasiennya. Bukan untuk kebutuhan dokter. Seperti ketika mau ujian dulu, dimana diagnosis menjadi tujuan utama. Pasien tidak butuh diagnosis. Mereka butuh problem solving. Mereka tidak butuh test PCR. Mereka perlu tahu apa dampak isoman. Makan apa, uangnya dari mana. Dia kan dilarang bekerja. Pasien dibiarkan bicara dengan bahasa mereka. Istilah mereka. Dokter perlu mengerti bahasa mereka. Tampek, kerumut, morbili. Bengek, sesak, manggah, madodong nyawa dst. Netizen tanya saya bagaimana jika saya terkena angin duduk? Istilah angin duduk itu adalah istilah umum yang diutarakan oleh pasien. Ada yang bilang masuk angin. Beberapa dokter menyebut sindroma kerokan atau masuk angin. Biasanya masyarakat minta dikerok. Pakai koin dan minyak kelapa bagian yang pegal dikerok. Kulit menjadi kemerahan. Lalu semua gejala hilang atau mendadak pasien diam, atau sesak dan kemudian meninggal dunia. Yang paling ringan biasanya karena suka duduk di pintu. Di situ angin bertiup dan menyentuh kulit. Kulit keluarkan histamine yang sebabkan rasa pegal dan tak enak badan. Kerokan sebenarnya mengeluarkan antihistamin dari dalam tubuh sendiri. Atau dokter memberikan resep tablet anti histamin CTM. Sesudah ditelan jadi mengantuk dan semua keluhan hilang Yang paling berat itu akibat penyumbatan pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung. Sumbatan terjadi karena penggumpalan darah karena kolesterol atau thromboemboli karena Covid-19. Otot jantung kehabisan oksigen. Rasanya nyeri dada kiri menjalar ke lengan sekitar beberapa menit. Kalau dibiarkan orang itu lalu pingsan dan akhirnya meninggal dunia. Di UGD RS diperiksa enzym darah. Jika benar karena sumbatan koroner enzym itu akan meningkat. Lalu pasien dimasukkan ke ICCU. Selanjutnya diberikan pengobatan, pasang ring, atau operasi. Sering terjadi pada pemain tennis. Usianya sekitar 40 tahun lebih. Bisa pria atau wanita. Mereka yang agak paham di dompetnya ditaruh tablet Isosorbiddinitrat ISDB. Dimasukkan di bawah lidah. Gejala segera hilang. ISDN melebarkan pembuluh koroner dalam waktu singkat. Korban sempat segera dibawa ke RS. Kalau bisa RS dengan alat AED.Autonatic External Defibrilator. Alat pacu jantung. Jika jantungnya berhenti segera bisa dipacu lagi dan orang akan normal kembali. Biasanya di kotak P3K lapangan tennis saya suruh taruh ISDN ini. Dari 100 orang penduduk sekitar 27 orang akan mencari pertolongan dokter. Dari sejumlah itu mereka berusaha mengatasi sendiri masalahnya sendiri. Ada yang tirakat, puasa, pantang makanan, ke tetangga, ke dukun, para normal, ke kiai dil. Merreka sering generalisasi gejala. Sama dengan tatangga. Lalu ikut tindakan yang dilakukan tetangga. Kalau berhasil ditunda ke dokter. Jika tidak mereka pikir lama baru ke Puskesmas. Buat . mereka Puskesmas ribet. Jika gejala Covid-19 Puskesmas dan RS jadi jalan ke kematian. Mereka enggan melapor. Mereka berusaha hindari petugas testing dan tracing. Kenyataan lapangan test PCR banyak false positif. Orientasi Dokter Keluarga untuk kepentingan pasien. Bukan bikin ribet. Gejala lebih penting ketimbang test. Test adalah penunjang. Dokter keluarga harus menguasai gejala Covid-19.***

You might also like