Professional Documents
Culture Documents
Satelit merupakan sebuah stasiun relay yang diletakan pada ketinggian tertentu di atas
permukaan bumi, sehingga satelit dapat menjangkau atau mencakup daerah luas bahkan
daerah-daerah terpencil. Di angkasa, satelit akan bergerak mengelilingi bumi pada orbitnya. Hal
ini menyebabkan satelit dapat tetap tinggal dan tidak jatuh adalah adanya gaya sentrifugal yang
di hasilkan oleh pergerakan satelit mengelilingi bumi yang seimbang dengan gaya tarik yang
disebabkan gravitasi bumi.
Komunikasi Satelit adalah salah satu jenis mode penghubung dalam komunikasi melalui
sebuah satelit, disini satelit berperan sebagai repeater dan penguat dalam jalannya komunikasi.
Keunggulan dari jenis komunikasi ini sudah jelas, tidak terkendala jarak dan medan. Ingin
seberapa jauh atau sulit medan jelas dapat di jangkau. Untuk kekurangan adalah delay time
yang di hasilkan yang tentunya dalam waktu yang akan datang komunikasi ini akan semakin
ditinggalkan, jika jenis-jenis mode penghubung komunikasi seperti FO,Kabel atau Radio Link
sudah mencapai daerah tersebut. Untuk aplikasi Komunikasi Satelit dapat di gunakan di
berbagai jenis seperti voice,data,video,dll.
Sistem komunikasi satelit juga merupakan salah satu sarana atau infrastruktur yang dapat
digunakan untuk aplikasi boardband multimedia dan pertukaran informasi. Komunikasi satelit
sangat didasari oleh teknologi wireless-access.
Pada sistem komunikasi satelit penempatan repeater berada di ruang angkasa dalam bentuk
satelit. Jadi satelit hanya merupakan suatu repeater saja. Dengan ditariknya repeater jauh ke
atas, maka jangkauan pemandangannya makin luas, dengan demikian jarak antar pesawat
pemancar dengan penerima dapat diperpanjang. lni merupakan suatu penghematan.
Satelit diorbitkan dengan ketinggian bermacam-macam tergantung dari kebutuhannya.
Orbitnya sinkron dengan permukaan bumi, sehingga seolah-olah satelit ini diam ditempatnya.
lnilah yang disebut dengan geostationer orbit. Prinsip dasar sistem komunikasi satelit adalah
dari suatu terminal sinyal dikirimkan ke stasiun bumi, kemudian dari stasiun bumi ini sinyal
tersebut dipancarkan ke satelit. Selanjutnya dari satelit sinyal ini akan dikirim kembali ke bumi
yaitu sestasiun bumi yang akan dituju yang letaknya berdekatan dengan terminal yang akan
dituju. Kemudian dari stasiun bumi ini sinyal diteruskan ke terminal yang dituju.
Sedangkan Satelit komunikasi adalah sebuah pesawat ruang angkasa yang ditempatkan pada
orbit disekeliling bumi dan didalamnya terdapat peralatan-peralatan penerima dan pemancar
gelombang mikro yang mampu merele (menerima dan memancarkan kembali) sinyal dari satu
titik ketitik lain dibumi.
Satelit berfungsi sebagai pengulang (repeater), ini berarti satelit harus mempunyai antena
pemancar dan penerima yang sangat terarah. Satelit menerima sinyal-sinyal dan memancarkan
kembali kestasiun bumi tujuan dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang digunakan
dalam sistem komunikasi adalah bidang C (C-band) dan bidang ku (ku-band). C-band memiliki
daerah frekuensi yang biasa digunakan adalah 4-6 GHz dan ku-band pada frekuensi 12-14 GHz.
Frekuensi 4 GHz pada C-band dan 12 GHz pada ku-band adalah frekuensi untuk hubungan
satelit kestasiun bumi yang dituju (downlink), sedangkan frekuensi 6 GHz pada C-band dan 14
GHz pada ku-band merupakan frekuensi untuk hubungan dari stasiun bumi kesatelit (uplink).
Sistem satelit dapat bersifat domestik, jangkauan pelayanannya terbatas pada negara-negara
yang memiliki sistem tersebut contohnya, sistem telesat canada, sistem regional yang
melibatkan dua negara atau lebih, seperti misalnya sistem symphonie milik prancis-jerman
barat, serta global yang jangkauannya antar benua, contohnya sistem intersat.
Koordinasi pelayanan satelit dilakukan oleh ITU (International Telecommunication Union), yang
berpusat di Genewa. Konferensi-konferensi yang dikenal sebagai WARC (World Administrative
Radio Conference) diadakan secara terbatas dan pada waktu-waktu tertentu dikeluarkan
rekomendasi mengenai daya radiasi, frekuensi dan posisi orbit satelit.
Satelit yang digunakan pada masa sekarang ini adalah jenis satelit aktif (sinyal yang diterima
satelit akan dipancarkan kembali dan bukan hanya dipantulkan kembali kebumi), hal ini berarti
satelit harus mempunyai antena pemancar dan penerima yang sangat terarah serta rangkaian-
rangkaian koneksi yang kompleks, juga diperlukan mekanisme pengaturan posisi dan kontrol
yang teliti bagi satelit. Keperluan daya bagi peralatan tersebut biasanya diperoleh dari susunan
sel solar dengan batere nikel kadmium sebagai cadangan untuk pelayanan pada saat gerhana.
Adapun jenis satelit menurut layanannya ada dua, yaitu:
1. Satelit Tetap (Fixed Satellite Service) adalah satelit yang memungkinkan terjalinnya
suatu hubungan komunikasi dan pertukaran informasi yang sangat handal antara dua
titik, tidak peduli apakah informasi tersebut berupa suara (telepon), data maupun video
(televisi).
Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit bias mengorbit
dengan ketinggian berapa pun.
· Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 - 1500km di atas permukaan bumi.
· Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
· Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan Bumi.
· Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaanBumi.
· Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.
Orbit berikut adalah orbit khusus yang juga digunakan untuk mengkategorikan satelit:
· Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi sekitar 63°.
· Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yangselalu melintas
ekuator pada jam lokal yang sama.
· Orbit Polar, orbit satelit yang melintasi kutub.
Ada posisi dasar orbit, tergantung posisi relatif satelit terhadap bumi :
2. 70 -1.200 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit pengamat, yang biasanya
mengorbit pada 300 -600 mil (470-970 km), berfungsi sebagai fotografer. Misalnya satelit
Landsat 7, ia bertugas untuk pemetaan, pergerakan es dan tanah, situasi lingkungan
(semisal menghilangnya hutan hujan tropis), lokasi deposit mineral hingga masalah
pertanian; satelit SAR (search-and-rescue) juga disini, dengan tugas menyiarkan ulang
sinyal-sinyal darurat dari kapal laut atau pesawat terbang yang dalam bahaya; Teledesic,
yaitu satelit yang di-backup sepenuhnya oleh Bill Gates, memberikan layanan komunikasi
broadband (highspeed), dengan sarana satelit yang mengorbit pada ketinggian rendah (LEO,
Low Earth Orbiting).
3. 3.000 -6.000 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh satelit sains, yang biasanya berada
pada ketinggian ini (4.700 -9.700 km), dimana mereka mengirimkan data-data ke bumi via
sinyal radio telemetri. Satelit ini berfungsi untuk penelitian tanaman dan hewan, ilmu bumi,
seperti memonitor gunung berapi, mengawasi kehidupan liar, astronomi (dengan IAS,
infrared astronomy satellite) dan fisika.
4. 6.000 -12.000 mil (asynchoronous orbits) : satelit GPS menggunakan orbit ini untuk
membantu penentuan posisi yang tepat. Ia bisa digunakan untuk kepentingan militer
maupun ilmu pengetahuan.
5. 22.223 mil (geostationary orbits) : digunakan oleh satelit cuaca, satelit televisi, satelit
komunikasi dan telepon.
Satelit diletakan pada lintasan atau orbit tertentu, letak satelit tersebut tergantung pada
fungsinya. Menurut tinggi dari permukaan bumi, orbit satelit dibedakan menjadi 3, yaitu:
Orbit ini berada pada ketinggian kurang dari 5000 km diatas permukaan bumi, dengan periode
satelit 2 sampai 4 jam. Satelit yang sedang dikembangkan pada orbit ini, umumnya beredar pada
ketinggian 750–1500 km. Contohnya iridium (780 km), Globalstar (1389 km), Aries (1020 km).
Ketinggian orbit ini rata-rata 5000–20.000 km dari permukaan bumi, dengan periode satelit kira-kira
11 sampai 12 jam. Contohnya satelit yang menggunakan orbit sedang adalah satelit ODYSSET (10355
km).
3. Orbit Sinkron atau Geostasioner (Geostationary Earth Orbit, GEO)
Sesuai dengan namanya, periode satelit sama dengan periode rotasi bumi (24 jam) dan arah
pergerakan satelit mengikuti arah rotasi bumi, sehingga satelit seolah-olah diam (stasioner) jika
dilihat dari satu titik dipermukaan. Contohnya adalah PALAPA, InTelSat, InMarSat III, dan lain-lain.
Segmen Angkasa :
· Struktur/Bus
· Payload
· Power Supply
· Kontrol temperature
· Kontrol Attitude dan Orbit
· Sistem propulsi
· Telemetri, tracking, dan Command (TT & C).
Segmen Bumi :
Ground Segment ini di bagi lagi atas Out Door Unit (ODU) dan In Door Unit (IDU):
ODU terdiri atas beberapa perangkat seperti Antenna, FeedHorn, LNA, BUC, Converter,
SSPA, Main Supply, LNB
IDU terdiri atas beberapa perangkat seperti Modem, Inverter, Rectifier, Baterai
User terminal, SB Master dan jaringan.
Contoh konfigurasi ground segmen :
VSAT atau “Very Small Aperture Terminal ” adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan terminal-terminal stasiun bumi satelit kecil yang menggunakan antena
berdiameter antara 0,9 sampai dengan 3,8 meter yang digunakan untuk melakukan pengiriman
data, gambar maupun suara via satelit.
Pada awalnya teknologi satelit membutuhkan antena-antena besar dan hanya dapat
menghubungkan point-to-point.
VSAT merupakan stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk
piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk
menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk
dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi. Sebenarnya piringan VSAT tersebut menghadap ke
sebuah satelit geostasioner. Satelit geostasioner berarti satelit tersebut selalu berada di tempat
yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya. Satelit geostasioner mengorbit
selalu pada titik yang sama di atas permukaan bumi, maka dia akan selalu berada di atas sana
dan mengikuti perputaran bumi pada sumbunya.
Mendapatkan data Internet dari setelit sama saja dengan mendapatkan sinyal televisi dari
satelit. Data dikirimkan oleh satelit dan diterima oleh decoder pada sisi pelanggan. Data yang
diterima dan yang hendak dikirimkan melalui VSAT harus di-encode dan di-decode oleh
encoder dan decoder terlebih dahulu. Satelit Telkom-1 menggunakan C-Band (4-6 GHz). Selain
C-Band ada juga Ku-Band. Namun C-Band lebih tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan KU-
Band. Satelit ini menggunakan frekuensi yang berbeda antara menerima dan mengirim data.
Intinya, frekuensi yang tinggi digunakan untuk uplink (5,925 sampai 6,425 GHz), frekuensi yang
lebih rendah digunakan untuk downlink (3,7 sampai 4.2 GHz).
Sistem ini mengadopsi teknologi TDM dan TDMA. Umumnya konfigurasi VSAT adalah seperti
bintang. Piringan yang ditengah disebut hub dan melayani banyak piringan lainnya yang
berlokasi di tempat yang jauh. Hub berkomunikasi dengan piringan lainnya menggunakan kanal
TDM dan diterima oleh semua piringan lainnya. Piringan lainnya mengirimkan data ke hub
menggunakan kanal TDMA. Dengan cara ini diharapkan dapat memberikan koneksi yang baik
untuk hubungan data, suara dan fax. Semua lalu lintas data harus melalui hub ini, bahkan jika
suatu piringan lain hendak berhubungan dengan piringan lainnya. Hub ini mengatur semua rute
data pada jaringan VSAT.
Frame TDM selalu berukuran 5.760 byte. Setiap frame memiliki 240 sub-frame. Setiap sub-
frame adalah 24 byte. Panjang waktu frame tergantung pada data rate outbound yang dipilih.
TDMA selalu pada 180 ms. TDMA disinkronisasi untuk memastikan bahwa kiriman data yang
berasal dari stasiun yang berbeda tidak bertabrakan satu dengan yang lainnya.
Pendapat umum mengatakan bahwa koneksi dengan satelit adalah koneksi yang paling cepat.
Kenyataanya adalah tidak. Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya
melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond, sementara leased line hanya butuh waktu sekitar
40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke
satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer
di atas permukaan bumi.
VSAT Link
VSAT Link merupakan jenis komunikasi VSAT yang langsung (point to point) berhubungan
antara dua buah stasiun bumi tanpa ada stasiun pusat sebagai pengontrol. VSAT Link sering di
kenal dengan nama SCPC ( Single Channel Per Carrier), SCPC merupakan jasa komunikasi yang
menyediakan sebuah kanal khusus untuk satu carrier sehingga dalam pelaksanaan komunikasi
tidak terganggu oleh carrier yang lain. Dengan menggunakan SCPC tidak diperlukan adanya
waktu tunggu untuk berkomunikasi sehingga kemudahan dalam komunikasi kapanpun
diinginkan dapat dilakukan. Tetapi karena SCPC ini selalu dalam keadaan siap atau On, otomatis
biaya yang di keluarkan cukup besar.
2. VSATNet
Jenis komunikasi VSAT Net dapat digunakan untuk berhubungan antara terminal VSAT (remote)
yang satu ke Terminal VSAT yang lainnya dengan menggunakan stasiun pusat bumi atau di
sebut stasiun HUB yang berfungsi sebagai pengendali jalannya komunikasi antar remote. Pada
VSAT Net terdiri dari dua topologi yaitu topologi Mesh untuk komunikasi voice tanpa melalui
HUB dan topologi Star untuk komunikasi data yang harus melalui HUB untuk menjaga keutuhan
dan kebenaran data. Dilihat dari hal tersebut maka dalam melakukan komunikasi VSAT Net
menggabungkan kedua topologi tersebut tidak secara terpisah dan langsung seperti VSAT Link
melainkan harus melalui stasiun HUB. Transmisi dan penerimaan suatu remote yang
mempunyai kekuatan rendah karena diameter antena yang kecil akan di transfer ke stasiun
HUB yang memiliki kekuatan transmisi dan penerimaan yang besar untuk dikirim ke remote
lain, sehingga dapat berkomunikasi.
Komponen Komunikasi Satelit dan VSAT
A. HUB STATION
Hub mengontrol seluruh operasi jaringan komunikasi. Pada hub terdapat sebuah server
Network Management System (NMS) yang memberikan akses pada operator jaringan untuk
memonitor dan mengontrol jaringan komunikasi melalui integrasi perangkat keras dan
komponen-komponen perangkat lunak. Operator dapat memonitor, memodifikasi dan
mendownload informasi konfigurasi individual ke masing-masing VSAT. NMS workstation
terletak pada user data center.
Stasiun hub terdiri atas Radio Frequency (RF), Intermediate Frequency (IF), dan peralatan
baseband. Stasiun ini mengatur multiple channel dari inbound dan outbond data. Pada jaringan
private terdedikasi, hub ditempatkan bersama dengan fasilitas data-processing yang dimiliki
user. Pada jaringan hub yang dibagi-bagi, hub dihubungkan ke data center atau peralatan user
dengan menggunakan sirkuit backhaul terrestrial.
Peralatan RF terdiri atas antenna, low noise amplifier (LNA), down-converter, up-converter, dan
high-power amplifier. Kecuali untuk antena, subsistem RF hub pada umumnya dikonfigurasi
dengan redundancy 1:1. Peralatan IF dan baseband terdiri dari IF combiner/divider, modulator
dan demodulator, juga peralatan pemroses untuk antarmuka channel satelit dan antarmuka
peralatan pelanggan. Unit antarmuka satelit menyediakan kontrol komunikasi menggunakan
teknik multiple akses yang sesuai.
Unit peralatan pelanggan menyediakan antarmuka ke peralatan host pelanggan dan emulasi
protokol. Peralatan baseband pada hub dirancang dalam gaya modular untuk mendapatkan
pertumbuhan jaringan yang mudah dan pada umumnya diberikan dengan skala 1:1 atau 1:N
redundant configuration.
B. REMOTE STATION
a. Antena
Antena berfungsi untuk memancarkan dan menerima gelombang radio RF. Antena yang
dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.
Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit yang mana besar
frekuensinya dari 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz.
Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi yang mana besar
frekuensinya dari 3,7 GHz sampai dengan 4,2 GHz.
Bagian antena terdiri atas reflektor, feedhorn, dan penyangga. Ukuran piringan antena atau
dish VSAT berkisar antara 0,6 – 3,8 meter. Ukuran dish sebanding dengan kemampuan antena
untuk menguatkan sinyal.
Antena VSAT
Feedhorn dipasang pada frame antena pada titik fokusnya dengan bantuan lengan penyangga.
Feedhorn mengarahkan tenaga yang ditransmisikan ke arah piringan antena atau
mengumpulkan tenaga dari piringan tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen
pasif microwave.
b. RFT
RFT dipasang pada frame antena dan dihubungkan secara internal ke feedhorn. RFT terdiri atas:
LNA berfungsi memberikan penguatan terhadap sinyal yang datang dari satelit melalui antena
dengan noise yang cukup rendah dan bandwidth yang lebar (500 MHz).
Lemahnya sinyal dari satelit yang diterima oleh LNA disebabkan oleh faktor berikut:
Jauhnya letak satelit, sehingga mengalami redaman yang cukup besar disepanjang
lintasannya.
Keterbatasan daya yang dipancarkan oleh satelit untuk mencakup wilayah yang luas.
Untuk dapat memberikan sensitivitas penerimaan yang baik, maka LNA harus memiliki noise
temperatur yang rendah dan mempunyai penguatan / gain yang cukup tinggi (Gain LNA = 50
dB). LNA harus sanggup bekerja pada band frekuensi antara 3,7 GHZ sampai dengan 4,2 GHz
(bandwidthnya 500 MHz).
Salah satu jenis LNA yaitu Parametrik LNA. Parametrik LNA yaitu LNA yang menggunakan
penguat parametrik untuk penguat pertamanya dan penguat transistor biasa pada tingkat
keduanya. Penguatan pertama (parametric amplifier) memberikan penguatan 15 sampai
dengan 20 dB dan penguatan transistor memberikan penguatan 35 sampai dengan 40 dB,
sehingga total penguatannya sebesar 55 dB.
SSPA berfungsi untuk memperkuat daya sehingga sinyal dapat dipancarkan pada jarak yang
jauh. SSPA ini merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar (transmit side) yang
merupakan penguat daya frekuensi sangat tinggi dalam orde Gega Hertz.
Tujuan penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar pada band frekuensi
5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz dari Ground Communication Equipment (GCE) pada suatu
level tertentu yang jika digabungkan dengan gain antena akan menghasilkan daya pancar (EIRP)
yang dikehendaki ke satelit.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan penguat daya frekuensi tinggi ,
diantaranya :
Up / Down Converter
Perangkat ini dikemas dalam satu kemasan tetapi memiliki dua fungsi yaitu sebagai up
converter dan sebagai down converter.
1. Up Converter
Berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi
menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425
GHz).
Up Converter
2. Down Converter
Berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF Down link (3,7 MHz – 4,2 MHz) menjadi sinyal
Intermediate Frequency dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.
Down Converter
Modem VSAT merupakan perangkat indoor yang berfungsi sebagai modulator dan
demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF
pembawa yang dihasilkan oleh synthesiser. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52MHz sampai
88MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan
sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada.
Teknik Modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan sistem PSK ( Phase
Shift keying ).
Modulator berfungsi untuk mencampurkan sinyal informasi digital dari perangkat teresterial
kedalam sinyal IF 70MHz yang dihasilkan dari dalam modem.
Pada proses modulasi sinyal data masuk melalui port Interface kemudian diteruskan ke bagian
Digital to Analog Converter dan diubah menjadi sinyal analog I dan sinyal Q. Sinyal I dan sinyal
Q mempunyai amplitude yang sama tetapi memiliki fase yang berbeda. Sinyal I & Q diperkuat,
difilter kemudian dicampur dengan sinyal IF dari sinthesizer sehingga dihasilkan sinyal IF
termodulasi. Sinyal IF kemudian dikuatkan dan diatur powernya oleh bagian TX control dan
kemudian diteruskan ke port IF Output di bagian belakang modem.
Merupakan media penghubung antara ODU & IDU. Fisiknya biasanya berupa kabel dengan jenis
koaksial dan biasanya menggunakan konektor jenis BNC (Bayonet Neill-Concelman
1. Data yang akan ditransmisikan dari perangkat remote/user, terlebih dahulu memasuki
modem. Dalam modem ini data dimodulasi. Proses modulasi ini menggunakan teknik PSK.
Modulasi ini bertujuan untuk mentranslasikan gelombang frekuensi informasi ke dalam
gelombang lain pada frekuensi yang lebih tinggi untuk dibawa ke media transmisi.
2. Setelah data tersebut dimodulasi, selanjutnya akan memasuki perangkat yang disebut RFT
( RF Transceiver) atau driver. Dalam RFT ini terdapat Up dan Down Converter. Untuk proses
transmit yang digunakan adalah Up Converter. Up Converter ini berfungsi untuk
mentranslasikan sinyal dari frekwensi menengah IF (Intermediate Frequency) menjadi suatu
sinyal RF (Radio Frequency). Output sinyal yang dihasilkan adalah 5925 – 6425 MHz.
3. Proses selanjutnya adalah memasuki SSPA (Solid State Power Amplifier) yang berfungsi sama
dengan HPA yaitu untuk memperkuat sinyal RF agar dapat diterima oleh satelit.
4. Sinyal masuk ke dalam feedhorn, sinyal dari feedhorn dipantulkan ke satelit dengan antena.
Blok Diagram IDU-ODU
1. Antena menerima sinyal dari satelit, sinyal yang diterima antena kemudian dipantulkan ke
feedhorn.
2. Dari Feedhorn, sinyal diteruskan memasuki LNA (Low Noise Amplifier). Dimana LNA ini
berfungsi untuk menekan noise dan memperkuat sinyal yang diterima.
3. Dari LNA sinyal diteruskan memasuki Down Converter yang berfungsi untuk mentranslasikan
sinyal RF menjadi sinyal IF.
4. Setelah memasuki Down Converter, maka sinyal IF memasuki perangkat modem untuk
melakukan proses demodulasi, dimana prose demodulasi itu dimaksudkan untuk memisahkan
antara sinyal carrier dengan informasi yang ada di dalamnya.
5.Informasi yang sudah terpisah dari sinyal carrier kemudian diteruskan ke perangkat user
seperti Router , Multiplexer, dan sebagainya.
C. SATELIT
Satelit Geostasioner merupakan segmen angkasa pendukung layanan VSAT. Orbit ideal untuk
satelit komunikasi adalah geostasioner, atau yang relatif statis terhadap bumi. Satelit yang
digunakan untuk komunikasi hampir selalu berada pada orbit geostasioner secara eksklusif,
berlokasi sekitar 36.000 km diatas permukaan bumi. Oleh karenanya disebut Satelit
geostasioner karena satelit tersebut selalu berada di tempat yang sama sejalan dengan
perputaran bumi pada sumbunya.
Segmen angkasa tersedia dari organisasi yang telah mendapatkan satelit, mengatur peluncuran,
dan memimpin tes awal dalam orbit dan kemudian mengoperasikan satelit-satelit ini secara
komersial.
Fungsi utama satelit dikerjakan oleh transponder. Ada beberapa transponder atau repeater
dalam badan satelit. Transponder ini memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Penerima sinyal
Translasi frekuensi
Frekuensi dari sinyal yang diterima ditranslasikan ke frekuensi yang berbeda, dikenal sebagai
frekuensi downlink. Translasi frekuensi meyakinkan bahwa tidak ada feedback positif dan juga
menghindari interferensiisu yang terkait.
Penguatan
Sejumlah transponder menentukan kapasitas satelit. Kapasitas transponder satelit untuk satelit
generasi Palapa B yaitu terdiri dari 24 transponder yang terbagi atas 12 transponder untuk
polarisasi horizontal dan 12 transponder untuk polarisasi vertikal. Tiap transponder memiliki
bandwith 40 MHz.
Di dunia Internasional, KU-Band adalah band frekuensi yang populer. KU-Band dapat
mendukung trafik dengan ukuran antena yang lebih kecil dibandingkan C-Band atau Ext-C-Band.
Tapi Ku-Band tidak tahan terhadap curah hujan tinggi sehingga tidak sesuai untuk digunakan di
daerah Asia Tenggara. Keunggulan dan kekurangan masing-masing band frekuensi tersebut
secara rinci adalah seperti berikut:
Pada intinya satelit menyediakan dua sumber daya, yaitu bandwidth dan tenaga amplifikasi.
Pada kebanyakan jaringan VSAT, tenaga memiliki sumber daya yang lebih terbatas
dibandingkan dengan bandwidth dalam transponder satelit.
Anatomi Satelit
Modulasi yang Digunakan
Teknik Access
Selain kemampuan dalam segi hardware (pemancar lebih efesien, penerima lebih peka dan
sebagainya), dalam bidang satelit komunikasi juga dicapai kemajuan-kemajuan dalam efesiensi
pemakaian saluran dan daya dengan sistem-sistem pemrosesan sinyal yang lebih canggih.
Untuk satelit yang beroperasi di daerah C-Band, dengan lebar pita frekuensi 500 MHz, frekuensi
band ini dibagi-bagi lagi dalam 12 sub-band atau transponder dengan lebar band masing-masing 40
MHz. Namun untuk setiap transponder ini frekuensi-band yang efektif hanyal 36 MHz. Dengan pita
frekuensi selebar ini, satu transponder dapat digunakan untuk menyalurkan sekelompok saluran-saluran
suara atau saluran-saluran data.
Dalam sistem terresterial, untuk memanfaatkan satu frekuensi pembawa (carrier frequency),
sehingga dapat mengirimkan beberapa kanal sekaligus (multiplexing), di kenal 2 macam cara yaitu
Sistem FDM (Frequency Division Multiplex) dan TDM (Time Division Multiplex). dalam komunikasi satelit
dikenal 3 macam cara :
FDMA
FDMA (Frequency Domian Multiple Acces) adalah sistem multiple access yang menempatkan
seorang pelanggan pada sebuah kanal berbentuk pita frekuensi (frequency band) komunikasi. Jika satu
pita frekuensi dianggap sebagai satu jalan, maka FDMA merupakan teknik "satu pelanggan, satu jalan".
Pada saat pelanggan A sedang menggunakan jalan itu, maka pelanggan lain tidak dapat menggunakan
sebelum pelanggan A selesai [5].
Jadi, kalau dalam waktu yang bersamaan ada 100 pelanggan yang ingin berkomunikasi dengan
rekannya, maka sudah tentu diperlukan 100 pita frekuensi. Kalau setiap pita memerlukan lebar 30 Kilo
Hertz (kHz) dan frekuensi yang digunakan berawal dari 890 Mega Hertz (MHz), maka:
• Pita frekuensi kanal 1 mulai dari 890 MHz hingga 890,030 Mhz
• Pita frekuensi kanal 2 mulai dari 890,030 MHz hingga 890,060 MHz
• Pita frekuensi kanal 3 mulai dari 890,060 MHz hingga 890,090 MHz
• dan seterusnya.
Artinya, jika frekuensi yang digunakan mempunyai batas bawah 890 MHz, maka batas atasnya adalah
893 MHz.
Akan tetapi, frekuensi yang tersedia untuk komunikasi bergerak dibatasi oleh peraturan yang ada karena
frekuensi-frekuensi lain pasti digunakan untuk jatah keperluan yang lain pula.
TDMA
Berbeda dengan FDMA (Time Domain Multiple Acces) yang memberikan satu pita frekuensi untuk
dipakai satu pelanggan, TDMA memberikan satu pita frekuensi untuk dipakai beberapa pelanggan. Jadi
kanal-kanal komunikasi dirupakan dalam bentuk slot-slot waktu. Slot waktu adalah berapa lama seorang
pelanggan mendapat giliran untuk memakai pita frekuensi. Satu slot waktu digunakan oleh satu
pelanggan. Slot-slot waktu ini dibingkai dalam satu periode yang disebut satu frame. Jadi misalkan ada
10 pelanggan yang masing-masing adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J, maka dalam satu frame terdapat
10 slot waktu yang merupakan giliran tiap pelanggan untuk menggunakan pita frekuensi yang sama [5].
Proses komunikasi multi-access dilakukan dengan menjalankan frame ini berulang- ulang sehingga
akan muncul urutan giliran pemakaian saluran seperti: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-A-B-C-D- E-F-G-H-I-J-A-B-C-
dan seterusnya. Tentu saja harus ada pembatasan jumlah pelanggan yang menggunakan satu pita
frekuensi ini. Jika tidak dibatasi, periode frame akan terlalu panjang dan akibatnya timbul komunikasi
terputus-putus yang mengganggu pembicaraan.
Karena sifatnya yang tidak kontinyu (tidak terjadi pemakaian pita frekuensi terus menerus oleh satu
pelanggan dalam satu periode pembicaraan), maka teknik TDMA hanya dapat mengakomodasi data
digital atau modulasi digital. Sehingga sinyal-sinyal analog yang akan dikirim, harus diubah menjadi
format digital dahulu.
CDMA
Teknik CDMA adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan FDMA dan TDMA. Teknik CDMA
berawal pada tahun 1949 ketika Claude Shannon dan Robert Pierce (yang banyak jasanya untuk
kemajuan teknologi telekomunikasi saat ini) menyampaikan ide dasar CDMA. Teknik ini merupakan
temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari frekuensi/FDMA atau
waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Jadi pada
CDMA, seluruh pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama [5].
Data input dari satu pelanggan dikalikan dengan salah satu dari banyak kode PN (pseudo noise).
Jumlah kemungkinan kode yang dihasilkan oleh generator kode PN identik dengan jumlah kanal yang
disediakan. Jika generator kode PN mampu menghasilkan 100 kode, maka sebanyak itu pula kanal yang
diperoleh. Oleh modulator hasil perkalian antara input data dengan kode PN ditumpangkan pada sinyal
RF (radio frequency) agar dapat dikirim lewat udara.
Di penerima, demodulator memisahkan sinyal pesan dari sinyal RF yang ditumpanginya. Sinyal pesan
yang mengandung kode ini dicocokkan dengan kode PN di penerima. Sinyal pesan akan dipisahkan dari
kode dan diteruskan jika kode PN pada sinyal masuk sama dengan kode PN pada penerima.
CDMA (juga disebut DSSS/ direct sequence spread spectrum) merupakan salah satu dari dua jenis
teknik murni spread spectrum multiple access (SSMA). Jenis lainnya dikenal sebagai FHMA (frequency
hopping spread spectrum). Kedua jenis ini tergolong SSMA karena sinyalnya tersebar (spread) pada
spektrum pita frekuensi yang lebar. Pada CDMA, penyebaran sinyal diperoleh akibat proses perkalian
data input (yang mempunyai waktu perubahan lambat) dengan kode PN (yang mempunyai waktu
perubahan cepat) [5].
Walaupun pita frekuensinya lebar, tegangan sinyal yang dihasilkan sangat kecil, menyerupai noise
(bising) yang selalu menyertai gelombang radio. Sehingga apabila dimonitor oleh penerima lain, sinyal
yang dipancarkan oleh pengirim berbasis CDMA hanya berupa noise (seolah-olah menunjukkan
ketiadaan sinyal pancar) yang tidak mengganggu sinyal lain. Sifat CDMA yang lain adalah
kemampuannya untuk tahan terhadap jamming (penutupan oleh sinyal yang lebih kuat) pada pita
frekuensi sempit. Hal ini terjadi karena jamming pada pita frekuensi sempit itu tidak akan mengganggu
sinyal-sinyal CDMA yang tersebar di pita frekuensi lain.
CDMA dapat dikombinasikan dengan teknik lain untuk menjadi teknik hibrid semacam: FCDMA yang
merupakan kombinasi dari FDMA dan CDMA, TCDMA yang merupakan kombinasi dari TDMA dan CDMA.
Juga ada DS-FHMA yang merupakan kombinasi dari CDMA/DSSS dengan FHMA.
Sistem Modulasi RF
Dalam komunikasi radio, yang dipancarkan adalah sinyal dalam bentuk gelombang radio. Karena
informasi yang sebenarnya atau dikirimkan adalah gelombang suara atau data lain, yang seluruhnya
berada dalam daerah frekuensi suara, maka informasi ini harus dapat “ditumpangkan” ke frekuensi
radionya. Cara penumpangan ini disebut sebagai sistem modulasi [5].
Dalam komunikasi satelit digunakan berbagai macam sistem modulasi RF seperti, yang biasa
digunakan dikomunikasi radio yang umum seperti FM, FSK, PSK. Tetapi sesuai dengan sinyal base
bandnya sistem modulasi yang sesuai digunakan adalah modulasi FM atau PSK.
Untuk sinyal-sinyal analog biasanya digunakan modulasi FM, seperti pada sistem komunikasi radio
teresterial. Untuk sistem SCPC (Single Channel Per Carrier), digunakan FM dengan lebar pita frekuensi,
sekitar 75 KHz, tetapi ada juga sistem dengan 50 KHz bahkan 22.5 KHz. Untuk sinyal berkanal banyak
dengan FDM, maka sistemnya bisa menjadi FDM-FDMA.
Dalam pengiriman sinyal digital dari sumber ke tujuan, sebagian dari hubungannya merupakan
saluran radio. Akan tetapi, karena dalam sistem digital yang dikirim salurannya hanyalah dua macam
informasi yaitu angka 1 dan 0, modulasinya bisa lebih sederhana. Sistem modulasi yang paling umum
digunakan adalah sistem PSK (Phase Shift Key). Dalam sistem ini untuk bit 1 dan 0 gelombang pembawa
diberi beda fase yang cukup besar seperi 0º dan 180º. Sebaliknya, di penerima detektor hanya
mendeteksi perbedaan fase ini dan memberikan pulsa-pulsa bit 1 dan 0. Deretan bit 1 dan 0 dapat
berasal dari suatu sitem FDMA, TDMA ataupun CDMA.
Bergantung kepada beda phase yang diberikan untuk setiap informasi, ada beberapa jenis PSK,
yaitu:
Disini untuk setiap informasi dapat diberikan M-fase yang berbeda. Secara umum, diambil harga-harga
dari hubungan :
N = 2LogM
Misalnya QPSK, dimana dapat diperoleh 4 posisi yang berbeda dengan beda fase masing-masing sebesar
?/2 dan setiap posisi mempunyai 2 bit sehingga keempat posisi dapat mewakili informasi (symbol)
00,01,10 dan 11. Dengan 8-PSK ada 8 posisi dengan beda fase masing-masing sebesar ?/4 dengan 3 bit
setiap symbolnya mewakili 100, 001, 010, 011, 100, 101, 110, 111.
Diagram blok rangkaian pemancar dan penerima BPSK diperlihatkan pada gambar 2.7
Setelah dari modulator, pulsa-pulsa dilewatkan tapis seperti biasa untuk memenuhi syarat Nyquist,
namun karena pulsa-pulsa yang masuk ke tapis bukan suatu yang merupakan “impulse” (sehingga V(f) =
V), tetapi sebuah pulsa segiempat dengan amplitudo V dan lebar Tb, maka dalam spektrumnya,
amplitudo sinyal-sinyal harmonisasi akan berubah sesuai rumus.
Agar sinyal yang dikirim mendekati pulsa-pulsa Nyquist, setelah dari tapis, sinyal dilewatkan Equalizer
dengan karakteristik frekuensi :
Sehingga sinyal yang dipancarkan mendekati sinyal Nyquist dimana karakteristiknya adalah V(f)= V,
paling tidak untuk daerah utama dari spektrum yang terleat di dalam daerah frekuensi utamanya.
Dipenerima, setelah melalui suatu band pass filter, sinyal akan dilewatkan sebuah demodulator.
Biasanya sinyal osilator lokalnya disingkronisasikan dengan sinyal pembawa. Sinyal BPSK dengan
perbahan fasa yang cukup tajam dari 0 dan ?, sebenarnya merupakan sinyal DSB-SC (Double Side Band-
Supressed Carrier), yang spektrumnya justsru terdiri dari LSB dan USB tanpa frekuensi pembawa. Jadi
agak susah disingkronisai [5].
Sistem QPSK diperoleh dari sistem BPSK yang digabung. Untuk membedakan kedua sistem BPSK-nya,
gelombang pembawa kedua digeser fasanya sejauh ?/2. Untuk membedakannya, kedua jalur BPSK biasa
diidentifikasikan sebagai jalur I (In-phase) dan Q (Phase-Quadrature). Pulsa-pulsa masukan juga
dilewatkan ke suatu pembagi, sehingga jika laju pengiriman sinyal asli adalah Rb, laju pengiriman tiap
jalur adalah Rb/2 atau laju pengiriman sistem QPSK hanya memerlukan lebar pita RF kurang lebih hanya
separuh dari sistem BPSK. Sehingga RF spektrum yang tersedia atau (transponder sebuah satelit) dapat
diisi dengan lebih banyak saluran. Sistem pemancar QPSK dapat diperlihatkan seperti Gambar 2.8 [5].
Dari gambar terlihat bahwa, sinyal keluaran dari modulator dapat
ditulis sebagai berikut :
Sehingga bergantung kepada harga ui dan uqnya di output pemancar diperoleh 4 kemungkinan fase
gelombang pembawanya seperti terlihat dalam tabel :
Jadi, setiap pulsa QPSK yang biasanya disebut sebagai simbol, mempunyai 2 bit.
Sistem modulasi QAM sebenarnya mirip sistem PSK, tetapi pada QAM selain perbedaan fasa, antar
simbol juga dibedakan oleh amplitudonya. Sehingga perbedaan antar simbol pada sistem QAM lebih
besar daripada PSK yang sama (8 PSK dengan 8 QAM, dst)
Perbedaan fase dan amplitudo untuk beberapa level QAM dan PSK diperlihatkan pada gambar 2.10
Bit dan Symbol Error Rate
Kualitas sistem komunikasi analog diukur dari faktor C/No atau perbandingan kuat sinyal
terhadap derau (Noise). Pada sisetm digital, faktor tersebut didefinisikan sebagai BER (Bit Error Rate)
yaitu faktor yang menunjukkan rata-rata bit yang salah dari sejumlah bit yang diterima [5].
Karena kemungkinan kesalahan hanya l angka 1 terbaca sebagai 0 dan sebaliknya. Jadi, misalnya BER =
10-5 artinya rata-rata dari 100.000 bit yang dikirim, hanyak 1 (satu) yang salah.
Jika dikirim adalah simbol (seperti pada QPSK), yang berarti tiap pulsa atau simbol QPSK terdiri dari 2 bit,
bisa juga kesalahan yang terjadi disebut kesalahan simbol.
Harga BER ini bergantung daya per pulsa dibanding dengan daya derau per pulsanya atau didefenisikan :
BER = Eb/No
dimana :
Eb = daya perpulsa
Source :
http://yugo-setyawati.blogspot.com/2009/02/komunikasi-satelit.html
http://syafur.wordpress.com/2008/08/28/komunikasi-satelit/
http://belajarvsat.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/VSAT
http://www.scribd.com/doc/25737043/TUGAS-TEKOMDAT-VSAT
http://id.wikipedia.org/wiki/Satelit_komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Satelit
http://sijawa7.blogspot.com/2009/07/topologi-jaringan-topologi-atau.html
http://shatomedia.com/2009/01/sistem-penerima-tv-satelit/
http://iatt.kemenperin.go.id/tik/fullpaper/fullpaper42_Silvia%20Ramadhina.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1416/1/elektro-rachman.pdf
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126640-R0308120-Analisis%20performasi-Literatur.pdf
http://gatsan.dosen.akprind.ac.id/files/2008/09/ebook-gatot-santoso-2.pdf
http://kalaubingung.site90.net/web_documents/bab_iii.doc
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/14012-3-551288448812.doc