You are on page 1of 18

Vol. 3, No.

1, Januari – Juni 2019

https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia

UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI


KOGNITIF DAN KEPRIBADIAN SISWA DI MTs NEGERI 1
BONGKUDAI

Prasetio Rumondor1; Nailil Maslukiyah2


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: In the world of formal education, the teacher is an important part
Diterima Maret 2019 of the success of students. In this country education serves to
Disetujui April 2019 educate the nation which aims to develop the potential of students
Dipublikasikan Mei 2019
while at the same time becoming a man of faith and devotion to
God, mastering science and technology as stated in Law no. 20 of
2003. In this study using qualitative research methods. The results
Keywords:
of the study show that the efforts made by PAI teachers in
Efforts of Islamic Education
improving students' cognitive and personality competencies
Teacher; Student’s
include initiatives to create learning forums outside school hours,
Cognitive; Student’s
advise, and direct students to study in the library. Then, the
Personality
average cognitive ability of students is good. And, in terms of
personality students have good personalities such as honesty,
politeness, and exemplary it's just not prominent. In order for
students to have good personalities, the teacher invites students to
pray in the congregation at the mosque, provide knowledge and
understanding such as advice and if wrong then given a law that
educates, tells the stories of prophets, friends and scholars. From
the efforts made by the teacher, there are factors that support such
as the teacher having competence, the convenient location of the
school and the school infrastructure facilities are adequate while
the obstacles are the environment, student association, family
problems, and the surrounding community, as well as the current
technology.

Korespondensi: ISSN 2549-4821


1
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta E-ISSN 2579-5694
Email : thiorumondor@gmail.com

41
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

PENDAHULUAN Selain itu, Muhammad bin Asyur tentang


makna fitrah dalam surat ar-Rum tersebut,
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
adalah; Fitrah adalah bentuk dan sistem yang
penting dalam kehidupan manusia, karena
diwujudkan Allah pada setiap makhluk.
dalam proses pendidikan tersebut manusia
Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah
mengalami beberapa perubahan yang
apa yang diciptakan Allah pada manusia
sebelumnya belum mereka rasakan yaitu
yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu
(serta ruhnya) (Shihab, 2000). Menurut
dengan guru sebagai pemegang peranan
kamus umum bahasa Indonesia, kata “fitrah”
utama.
diartikan sebagai “sifat asal; bakat;
Pembukaan UU RI tahun 1945 pada alinea pembawaan; serta perasaan keagamaan”
keempat salah satunya disebutkan tentang (Poerwadarminta, 1976). Di samping itu,
cita-cita bangsa Indonesia diantaranya adalah kata “fitrah” dapat diartikan juga dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita-cita “naluri”, yaitu “dorongan hati atau nafsu
itu terealisir dalam Undang-Undang no. 20 pembawaan yang menggerakkan untuk
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan berbuat sesuatu” (Kemdikbud, 2103).
Nasional, pasal 3 berbunyi:
Maksudnya fitrah adalah sifat, watak, bakat
“Pendidikan Nasional berfungsi dan perasaan keagamaan yang dibawah
mengembangkan kemampuan dan manusia sejak lahir. Sedangkan naluri adalah
membentuk watak serta peradaban kecenderungan hati nafsu yang dibawah sejak
bangsa yang bermartabat dalam rangka lahir yang menggerakkan manusia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, berbuat sesuatu, yang baik maupun yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi buruk. Dengan demikian, dapat dipahami
peserta didik agar menjadi manusia yang bahwa fitrah menurut Islam sebagaimana
beriman dan bertakwa kepada Tuhan dalam al-Qur’an Surah ar-Ruum ayat 30 di
Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, atas, bahwasannya manusia dilahirkan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan membawa naluri keimanan kepada Allah dan
menjadi warga negara yang demokratis kesiapan menerima Islam dalam
serta bertanggung jawab (Departemen penciptaannya. Selain fitrah yang dibawa
Agama RI, 2003).” manusia sejak lahir adalah serangkaian naluri
dan kecenderungan yang tampak secara
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai aktual, dan naluri yang dibawa oleh manusia
hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dalam bentuk kecenderungan yang mungkin
dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, akan berubah dari potensi menuju
saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah kemampuan yang aktual pada waktu
dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya tertentu.
akan memberi corak warna terhadap nilai
hidup atas pendidikan agama peserta didik Seorang peserta didik yang berpotensi adalah
(Zuhairini, 1995). Sebagaimana dijelaskan objek atau tujuan dari sebuah sistem
dalam Q.S. ar-Ruum/30: 30 pendidikan yang secara langsung berperan
sebagai subjek atau individu yang perlu
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai
lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) dengan keberadaan individu itu sendiri.
fitrah Allah yang Telah menciptakan Pengakuan tersebut seorang peserta didik
manusia menurut fitrah itu. tidak ada akan mengenal lingkungan dan mampu
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) berkembang dan membentuk kepribadian
agama yang lurus; tetapi kebanyakan sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya
manusia tidak mengetahui.” dan mampu mempertanggung jawabkan
Manusia lahir membawa kemampuan- perbuatannya pada lingkungan tersebut.
kemampuan. Kemampuan itulah yang Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja
disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dituntut melaksanakan tugasnya secara
dalam ayat itu adalah potensi. Potensi adalah profesional tetapi juga harus memiliki
kemampuan, jadi fitrah yang dimaksud disini pengetahuan dan kemampuan profesional.
adalah pembawaan (Tafsir, 2008). Jika di Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki
tarik kedalam pendidikan formal maka guru kompetensi yang diperlukan untuk
juga menentukan perkembangan peserta melaksanakan tugas dan fungsinya secara
didik dan kedua oranngtua merupakan efektif dan efisien. Kompetensi merupakan
madrasah pertama bagi anak.
salah satu kualifikasi guru yang terpenting.
Bila kompetensi ini tidak ada pada diri
seorang guru, maka ia tidak akan

42
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

berkompeten dalam melakukan tugasnya dan meningkatkan kompetensi kognitif dan


hasilnya pun tidak akan optimal. Dalam kepribadian siswa. Apa faktor pendukung
syari’at Islam, meskipun tidak terpaparkan dan penghambat guru pai dalam
secara jelas, namun terdapat hadits yang meningkatkan kompetensi kognitif dan
menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus kepribadian Siswa di MTs Negeri 1
dilakukan oleh ahlinya (orang yang Bongkudai.
berkompeten dalam tugasnya tersebut).
Bahwa segala urusan yang dikakukan oleh KAJIAN KONSEPTUAL
yang bukan ahlinya, maka kehancuranlah Upaya Guru
yang akan didapat, seperti dalam sabda Upaya adalah usaha, ikhtar untuk mencapai
Rasulullah Saw, berikut: suatu apa yang hendak di capai untuk di
َُ َ َ inginkan. Upaya merupakan usaha sadar
‫ َح َّدث َنا ُم َح َّم ُد ْب ُن ِس َن ٍان َح َّدث َنا فل ْي ُح ْب ُن‬:٦٠١٥ ‫صحيح البخاري‬ yang dilakukan seseorang untuk mencapai
َ َ َ َ َ َ ‫ُس َل ْي َم‬
‫ان َح َّدث َنا ِهَل ُل ْب ُن َع ِل ٍي َع ْن َعط ِاء ْب ِن َي َس ٍار َع ْن أ ِبي ُه َرْي َرة‬ tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, upaya
َ َّ َ َّ َّ َّ َ َ َّ
‫ض ِي َع ْت‬ ُ ‫َّللا َعل ْيه َو َسل َم إذا‬
ِ ِ
ُ ‫صلى‬ َ ‫ال َر ُسو ُل َّللا‬
ِ َ ‫ال ق‬ َ ‫َّللا َع ْن ُه ق‬
ُ ‫َرض َي‬
ِ guru dalam meningkatkan kompetensi dan
َ َ َ َّ ‫ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َل‬ kepribadian siswa (Partanto, 1994).
‫َّللا قال ِإذا‬ ِ ‫و‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ت‬ ‫اع‬ ‫ض‬ ‫إ‬ِ ‫ف‬ ‫ي‬‫ك‬ ‫ال‬‫ق‬ ‫ة‬ ‫اع‬ ‫الس‬ ‫ر‬‫ظ‬ ِ ‫ت‬ ‫ان‬ ‫ف‬ ‫ة‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫اْل‬
َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ
‫اعة‬ ‫أس ِند اْلمر ِإلى غي ِر أه ِل ِه فانت ِظر الس‬ Agar siswa dapat belajar dengan baik maka
guru harus mengetahui langkah-langkah yang
Artinya: dapat diterapkan dalam upaya pendidik/guru
“Telah menceritakan kepada kami dalam meningkatkan kompetensi kognitif
Muhammad bin Sinan telah dan kepribadian siswa.
menceritakan kepada kami Fulaih bin Identifikasi adalah suatu kegiatan yang
Sulaiman telah menceritakan kepada diarahkan untuk menemukan cara dalam
kami Hilal bin Ali dari 'Atho' bin yasar meningkatkan kompetensi kognitif dengan
dari Abu Hurairah radhilayyahu'anhu mencari informasi tentang siswa terlebih
mengatakan; Rasulullah shallallahu dahulu, lalu melakukan kegiatan berikut:
'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat a. Data dan dokumen hasil belajar siswa
telah disia-siakan, tunggu saja b. Menganalisis absensi siswa dalam kelas
kehancuran terjadi." Ada seorang c. Mengadakan wawancara dengan siswa
sahabat bertanya; 'bagaimana maksud d. Menyebarkan angket untuk memperoleh
amanat disia-siakan? ' Nabi menjawab; data tentang permasalahan belajar
"Jika urusan diserahkan bukan kepada e. Tes untuk memperoleh data tentang
ahlinya, maka tunggulah kehancuran kesulitan belajar atau permaslahan yang
itu.”(HR. Bukhari, no. 6015) (Al- dihadapi (Aunurrahman, 2014).
‘Asqolani, 2003)
Guru adalah salah satu komponen esensial
Maksud dalam hadits tersebut dalam dalam suatu sistem pendidikan. Guru adalah
penelitian ini yaitu guru haruslah pendidik profesional dengan tugas utama
berkompeten dan memiliki kompetensi mendidik, mengajar, membimbing,
sehingga kemampuan yang dimiliki siswa mengarahkan, melatih, menilai, dan
bisa dikembangkan atau ditingkatkan sesuai mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
dengan tujuan pendidikan. anak usia dini jalur pendidikan formal,
Kemampuan mengajar merupakan hal yang pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
sangat penting, karena semakin baik (Undang-Undang Republik Indonesia
kemampuan mengajar guru maka akan Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
semakin baik pula hasil belajar yang dapat Dosen). Secara umum, pendidik adalah
dicapai oleh siswanya. Tanpa adanya orang yang mempunyai tanggung jawab
kemampuan mengajar guru yang baik, sulit untuk mendidik. Sementara secara khusus,
bagi pendidikan atau sekolah untuk mencapai pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
hasil yang maksimal (Kompasiana, 2012). adalah orang-orang yang bertanggung jawab
Kemampuan, keahlian, dan keterampilan terhadap perkembangan peserta didik dengan
harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan mengupayakan perkembangan seluruh
proses pembelajaran yang meliputi potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan ajaran Islam (Al-Rasyidin & Samsul, 2005)
pembelajaran sampai kepada pengevaluasian
(Wahyuningsih, 2001). Kompetensi Kognitif
Kompetensi merupakan perpaduan dari
Berangkat dari itu, peneliti bermaksud pengetahuan, ketarampilan nilai dan sikap
melakukan penelitian secara mendalam yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
tentang bagaimana upaya guru PAI dalam dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi

43
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan perolehan, penataan, dan penggunaan


dan kemampuan yang dikuasai oleh pengetahuan. Dari pengertian tersebut
seseorang yang telah menjadi bagian dari kemampuan kognitif merupakan
dirinya. Sehingga ia dapat melakukan kemampuan yang berkaitan dengan
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan sebaik-baiknya (Tim Dosen PAI, (Muhibbin, 2012). Kognitif merupakan salah
2016). satu aspek yang sangat penting dari
perkembangan peserta didik yang berkaitan
Menurut Herry dalam buku Martinis Yamin,
langsung dengan proses pembelajaran dan
kompetensi dimaknai sebagai pengetahuan,
sangat menentukan keberhasilan mereka di
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
sekolah.
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan
bertindak. Kompetensi dapat pula Menurut Desmita perkembangan kognitif
dimaksudkan sebagai kemampuan adalah salah satu aspek perkembangan
melaksanakan tugas yang diperoleh melalui peserta didik yang berkaitan dengan
pendidikan dan/atau latihan (Yamin, 2010). pengetahuan, yaitu semua proses psikologis
Selain itu, menurut Menurut E. Mulyasa yang berkaitan dengan bagaimana individu
kompetensi merupakan perpaduan dari mempelajari dan memikirkan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap lingkungannya. (Desmita, 2016). Sama
yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir halnya menurut Chaplin kognitif adalah
dan bertindak (Mulyasa, 2002). konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan, termasuk didalamnya
Dilihat dari pengertian diatas bahwasanya
mengamati, melihat, memperhatikan,
kompetensi sangat beragam, sehingga
memberikan, menyangka, membayangkan,
penulis mencoba merumuskan pengertian
memperkirakan, menduga, dan menilai.
tersebut yaitu karakteristik dari setiap
Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever,
individu yang memiliki pengetahuan,
ia menjelaskan bahwa kognisi adalah istilah
keahlian, pengalaman, sikap, motivasi dan
umum yang mencakup segenap mode
kepribadian yang akan mempengaruhi
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,
performance seseorang.
penangkapan, makna penilaian dan
Dengan kata lain, Kompetensi secara harfiah penalaran.
merupakan pengetahuan, keterampilan,
Kematangan kognitif adalah kondisi psikis
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
seseorang yang menjadikan dirinya makin
kebiasaan berpikir dan bertindak (Ismail,
dewasa dan memahami cara mengatasi
2014). Hal itu dapat diidentifikasi melalui
sesuatu yang diukur dengan tingkatan
sejumlah hasil belajar yang indikatornya
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa,
dapat diukur dan diamati, sehingga
& evaluasi yang dibuktikan dengan nilai
Kompetensi dapat dicapai melalui
raport (Ardi & Suharyat, 2011).
pengalaman belajar yang dikaitkan dengan
materi ajar secara kontekstual. Benjamin S. Bloom dkk berpendapat bahwa
tujuan ranah kognitif meliputi enam jenjang
Selain itu, dalam pembelajaran siswa
proses berpikir yaitu:
diharuskan untuk mampu mencapai
kompetensi-kompetensi yang telah a. Pengetahuan (knowledge), adalah
ditentukan, ketika siswa sudah mampu kemampuan seseorang untuk mengingat-
mencapai kompetensi tersebut, maka dapat ingat kembali (recall) atau mengenali
dikatakan siswa tersebut mampu menguasai kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
materi pelajaran dan berhasil dalam rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
pembelajaran. Hal tersebut menempatkan mengharapkan kemampuan untuk
kompetensi sebagai sesuatu yang dituju atau menggunakannya. Pengetahuan atau
dicapai sehingga kompetensi juga ingatan ini merupakan proses berpikir
merupakan tujuan (Sanjaya, 2008). yang paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension) adalah
Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
kemampuan seseorang untuk mengerti
Indonesia, kemampuan adalah kesanggupan,
atau memahami sesuatu setelah sesuatu
kecakapan, kekuatan: kita berusaha dengan
itu diketahui dan diingat. Dengan kata
diri sendiri (Tim Redaksi Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005). Istilah kognitif atau lain, memahami adalah mengetahui
cognitive berasal dari kata kognition yang tentang sesuatu dan dapat melihatnya
padanya knowing, berarti mengetahui. Dalam dari berbagai segi. Seorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia
arti yang luas, cognition (kognisi) ialah
dapat memberikan penjelasan atau

44
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

memberi uraian yang lebih rinci tentang pembahasan mengenai perkembangan


hal itu dengan menggunakan kata- kognitif. Miller berpendapat bahwa teori
katanya sendiri. Pemahaman merupakan Piaget merupakan teori pentahapan yang
jenjang kemampuan berpikir yang paling berpengaruh dalam psikologi
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau perkembangan, di mana dalam setiap
hafalan. tahapannya Piaget menggambarkan
c. Penerapan (application) adalah bagaimana manusia mendapatkan
kesanggupan seseorang untuk pengetahuan tentang dunianya (Genetic
menerapkan atau menggunakan ide-ide Epistemology) (Khiyarusoleh, 2016).
umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, Kompetensi Psikomotorik (Kepribadian)
teori-teori dan sebagainya, dalam situasi Ranah psikomotor adalah ranah yang
yang baru dan konkret. Aplikasi atau berkaitan dengan keterampilan (Skill) atau
penerapan ini adalah merupakan proses kemampuan bertindak setelah seseorang
berpikir setingkat lebih tinggi dari menerima pengalaman belajar tertentu. Mata
pemahaman. ajar yang termasuk kelompok mata ajar
d. Analisis (analysis), mencakup psikomotor adalah mata ajar yang lebih
kemampuan untuk merinci suatu berorientasi pada gerakan dan menekankan
kesatuan kedalam bagian-bagian pada reaksi-reaksi fisik (Depdiknas, 2008).
sehingga struktur keseluruhan atau Pengertian lain, kompetensi psikomotorik
organisasinya dapat dipahami dengan adalah aspek dalam keterampilan atau
baik. kemampuan melakukan pola-pola tingkah
e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan laku yang kompleks dan tersusun rapih secara
seseorang untuk merinci atau mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil hanya meliputi gerak motorik melainkan
dan mampu memahami hubungan di pengejawatahan fungsi mental yang bersifat
antara bagianbagian atau faktor-faktor kognitif (Susilawati, 2009).
yang satu dengan faktor-faktor yang Menurut Arikunto dalam bukunya Dasar-
lainnya. Sintesis merupakan suatu proses dasar Evaluasi Pendidikan, kompetensi
yang memadukan bagian-bagian atau psikomotorik berhubungan erat dengan kerja
unsur- unsur secara logis, sehingga otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh
menjelma menjadi suatu pola yang atau bagian-bagiannya (Arikunto, 2001).
berstruktur atau berbentuk pola baru. Selain itu, menurut Simpson dalam buku S.
Jenjang sintesis kedudukannya lebih R. Putra, menyatakan bahwa kompetensi
tinggi setingkat dari analisis. psikomotorik merupakan ranah yang
f. Evaluasi (evaluation) adalah merupakan
berkaitan dengan keterampilan (skill) dan
jenjang berpikir paling tinggi dalam
kemampuan bertindak individu (Putra,
ranah kognitif menurut Bloom. Penilaian 2013). Kemudian, hasil belajar psikomotorik
atau evaluasi disini merupakan
merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kemampuan seseorang untuk membuat
kognitif dan afektif, yang tampak setelah
pertimbangan terhadap suatu situasi,
siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan
nilai, atau ide, misalnya jika seseorang tertentu sesuai dengan makna yang
dihadapkan pada beberapa pilihan, maka
terkandung dalam ranah psikomotorik pada
ia akan mampu memilih satu pilihan
kehidupan sehari-hari siswa (Sofyan, dkk,
yang terbaik, sesuai dengan patokan atau
2006).
kriteria yang ada (Sudijono, 2001).
Soft skill menurut Berthal dalam kamus besar
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami
bahasa Indonesia mendefinisikan soft skills
bahwa kognisi merupakan satu dari aspek
sebagai pelaku interpersonal yang meliputi
perkembangan individu yang meliputi
kemampuan berkomonukasi, bekerjasama,
kemampuan aktivitas mental yang terkait
dan personal yang semuanya adalah
dalam proses penerimaan-pemrosesan dan
kemampuan-kemampuan tak terlihat yang
penggunaan informasi dalam bentuk
diperlukan untuk sukses, mengembangkan
berpikir, pemecahan masalah, dan adaptasi.
dan memaksimalkan kinerja manusia yang
Pembahasan mengenai perkembangan
meliputi kesadaran diri atau mengenal diri
kognitif individu meliputi kajian tentang
dan kecakapan berfikir rasional (Tim
perkembangan individu dalam `berfikir atau
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
proses kognisi atau proses mengetahui. Jean
Pengembangan Bahasa, 2005).
Piaget adalah salah satu tokoh yang
memberikan pengaruh kuat dalam

45
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

Mengembangkan soft skill secara mengembangkan kreatifitas berfikir. Semua


pembelajaran ataupun kegiatan kesiswaan kemampuan ini bisa dikembangkan
baik disekolah maupun di keluarga menurut terintegrasi melalui kegiatan pembelajaran
Muqowim terdapat tiga komponen karakter untuk semua mata pelajaran yang dilakukan
yang baik yaitu: secara interaktif langsung dengan sentuhan
kejiwaan.
a. Pengetahuan tentang moral (moral
knowing) Guru sebagai salah satu komponen dalam
Ada beragam pengetahuan moral yang sistem pembelajaran untuk meningkatkan
dapat dimanfaatkan ketika sedang kemampuan pada aspek psikomotorik dalam
berhadapan dengan tantangan-tantangan bidang kepribadian siswa, memiliki peranan
moral dalam hidup yang meliputi: penting dalam menenukan arah dan tujuan
Kesadaran moral, Mengetahui nilai-nilai dari proses pembelajaran. Kemampuan yang
moral, Pengambilan perspektif, dikembangkan tidak hanya aspek kognitif dan
Penalaran Moral, Membuat keputusan, psikomotorik semata yang ditandai dengan,
Memahami diri sendiri, adalah hal penguasaan materi pelajaran dan
esensial yang perlu dijarkan kepada keterampilan, melainkan juga ranah
peserta didik. kepribadian siswa (Miyono, 2017).
b. Perasaan tentang mental (moral feeling)
Maka dari itu, kepribadian siswa ini harus
Seberapa besar kepedulian seseorang
menumbuhkan rasa percaya diri sehingga
untuk menjadi orang yang jujur, adil, dan
menjadi manusia yang mampu mengenal
santun terhadap orang lain jelas
dirinya sendiri yakni manusia yang
berpengaruh terhadap bagaimana
berkepribadian yang mantap dan mandiri.
pengetahuan moral menuntun pada
Manusia utuh yang memiliki kemampuan
perilaku moral yang meliputi: Hati
emosional dan intelektual, yang mengenal
nurani, Penghargaan diri, Empati,
dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan
Mencintai kebaikan, Kontrol Diri,
konsisten dan memiliki rasa empati.
Kerendahan hati.
c. Perbuatan moral (moral action) Adapun implementasi kompetensi kongnitif
Merupakan produk dari dua bagaian maupun psikomotorik dalam hal ini
karakter lainnya. Jika orang memiliki kepribadian yang diharap dimiliki oleh setiap
kualitas moral intelektual dan emosional peserta didik bukan hanya bagaimana
diatas (Muslich, 2011). menguasai suatu kemampuan tertentu dalam
mata pelajaran akan tetapi pengejawantahan
Dapat dipahami bahwa hal diatas, diperlukan kompetensi tersebut dalam kehidupan sehari-
agar siswa mampu memahami, merasakan hari yang meliputi:
dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai
kebajikan. Walaupun secara kognitif ia a. Memiliki keyakinan, menyadari serta
mengetahuinya (moral knowing), yaitu karena menjalankan hak dan kewajiban, saling
ia tidak terlatih untuk melakukan kabajikan menghargai dan memberi rasa aman,
atau moral action. Untuk itu, orangtua dan sesuai dengan agama yang dianutnya.
guru tidak cukup memberikan pengetahuan b. Menggunakan bahasa untuk memahami,
tentang kebaikan namun harus terus mengembangkan, dan
mebimbing siswa sampai pada tahap mengkomunikasikan gagasan dan
implementasi dalam kehidupan siswa sehari- informasi, serta untuk berinteraksi
hari. dengan orang lain.
c. Memilih, memadukan, dan menerapkan
Kemudian, kepribadian siswa dalam konsep-konsep, teknik-teknik, pola,
pendidikan soft skill yaitu mengajarkan nilai- struktur, dan hubungan. Memilih,
nilai kesopanan, kejujuran serta keteladanan mencari, dan menerapkan teknologi dan
sehingga siswa memiliki kepribadian yang informasi yang diperlukan dari berbagai
baik. Soft skill tidak diberikan melalui teori- sumber.
teori didalam buku pelajaran, melainkan d. Memahami dan menghargai lingkungan
diambil dari keteladanan seorang guru dalam fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan
proses belajar mengajar di sekolah. menggunakan pengetahuan,
Banyak kemampuan soft skill yang penting keterampilan, dan nilai-nilai untuk
dalam pembelajaran, terutama bagaimana mengambil keputusan yang tepat.
sikap dan tindakan peserta didik ketika e. Berpartisipasi, berinteraksi, dan
mengahadapi permasalahan belajar, berkontribusi aktif dalam masyarakat dan
menghadapi tekanan menjelang ujian, budaya global berdasarkan pemahaman
membangun kerjasama maupun konteks budaya, geografis, dan historis.

46
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

f. Berkreasi dan menghargai karya artistik, simpatik dan memperlihatkan suri tauladan
budaya, dan intelektual serta yang baik dan rajin khusunya dalam belajar
menerapkan nilai-nilai luhur untuk (Ahmadi & Supriyono, 2004). Misalnya rajin
meningkatkan kematangan pribadi membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya
menuju masyarakat beradab. dorong yang positif bagi kegiatan siswa.
g. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan
Selanjutnya, yang termasuk dalam
memperhitungkan potensi dan peluang
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
untuk menghadapi berbagai
dan tetangga serta teman-teman sepermainan
kemungkinan.
di sekitar perkampungan siswa tersebut.
h. Menunjukkan motivasi dalam belajar,
Kondisi masyarakat di lingkungan kumu
percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja
yang serba kekurungan dan anak-anak
sama dengan orang lain (Sumantoro.,
pengangguran, akan sangat mempengaruhi
dkk, 2007).
aktifitas belajar siswa (Suryabrata, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Paling tidak siswa tersebut akan menemukan
Kompetensi kesulitan ketika memperlukan teman belajar
1. Faktor Eksternal atau berdiskusi atau meminjam alat-alat
belajar tertentu yang kebetulan belum
a. Faktor-faktor Lingkungan Non Sosial dimilikinya.
dalam Belajar
2. Faktor Internal
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan
juga tak terbilang jumlahnya; keadaan guru, a. Faktor-faktor Psikologis
suhu udara, cuaca, tempat dan alat-alat yang Kondisi umum jasmani yang menandai
dipakai untuk belajar. tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
Hal-hal yang telah disebutkan diatas itu ada sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
juga faktor-faktor yang lainnya yang belum semangat dan intensitas siswa dalam
disebutkan harus kita sebutkan sedemikan mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh
rupa, sehingga dapat membantu yang lemah, dapat menurunkan kualitas rana
proses/perbuatan belajar secara maksimal cipta sehinggat materi yang dipelajarinya
letak sekolah atau tempat belajar misalnya kurang atau tidak berbekas. Untuk
harus memenuhi syarat-syarat seperti mempertahankan jasmani agar tetap bugar
ditempat yang terlalu dekat pada kebisingan siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi
atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus makanan dan minuman yang bergizi
memenuhi syarat-syarat yang telah (Muhibbin, 2012).
ditentukan dalam kesehatan sekolah, Selain itu, siswa dianjurkan memilih pola
demikian pula alat-alat pelajaran harus istirahat dan olahraga ringan yang sedapat
seberapa mungkin diusahakan untuk mungkin terjadwal secara tepat dan
memenuhi syarat-syarat menurut berkesinambungan. Hal ini, penting sebab
pertimbangan didaktis, psikologis dan perubahan pola makan minum dan istirahat
paedagogis. akan menimbukan reaksi tegangan otot yang
Begitu pula dengan lingkungan tempat negatif dan merugikan semangat mental
tinggal atau rumah yang sempit dan siswa itu sendiri.
berantakan serta perkampungan yang terlalu Kondisi organ-organ khusus siswa seperti
padat dan tidak memiliki sarana umum untuk tingkat kesehatan, indra pendengar dan indra
kegiata remaja seperti lapangan olah raga penglihatan, pendengaran sangat
misalnya akan mendorong siswa untuk mempengaruhi kemampuan siswa dalam
berkeliaran ketempat-tempat yang menyerap informasi dan pengetahuan,
sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi khusunya yang disajikan dikelas. Daya
rumah dan perkampungan seperti itu jelas pendengaran dalam penglihatan siswayang
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar rendah akan enghambat proses informasi
siswa. yang dilakukan oleh sistem memori siswa
b. Faktor-faktor Lingkungan Sosial dalam (Muhibbin, 2012).
Belajar Oleh karena itu, dalam sistem persekolahan
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, dewasa ini diantara pasca indera itu yang
para staf administrasi dan teman-teman paling setiap memgang peranan dalam belajar
sekolah dapat mempengaruhi semangat adalah menjadi kewajiban bagi setiap
belajar seorang siswa. Para guru yang selalu pendidik untuk menjaga, agar pasca indra itu
menunjukkan sikap dan prilaku yang yang paling memegang peranan dalam

47
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

belajar adalah menjadi kewajiban bagi setiap yang alamiah dan dengan memanfaatkan
pendidik untuk menjaga, agar panca indra berbagai metode ilmiah (Prastowo, 2011).
anak didiknya dapat berfungsi dengan baik,
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan
baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun
merupakan penelitian kualitatif, yaitu
yang bersifat prefentif seperti adanya
prosedur penelitiannya menghasilkan data
pemeriksaan dokter priodik, penyediaan alat-
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
alat pelajaran serta perlengkapan yang
dari orang-orang dan perilaku yang dapat
memenuhi syaray dan penempatan murid-
diamati (Moleong, 2006). Penelitan kualitatif
murid secara baik dikelas.
merupakan suatu pendekatan penelitian yang
b. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar diarahkan pada memahami fenomena sosial
dari perspektif partisipan (Sukmadinata,
Belajar merupakan proses kegiatan untuk
2006).
mengubah tingkah laku si subjek belajar,
ternyata banyak faktor yang Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 1
memengaruhinya. Dari sekian banyak faktor Bongkudai Kec. Modayag Barat Kab.
yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat Bolaang Mongondow Timur. Dengan
dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari pertimbangan sekolah tersebut memiliki
dalam) diri subjek belajar dan faktor estern karakteristik tertentu sesuai dengan
(dari luar) diri subjek belajar (Sardiman, permasalahan yang diteliti. Subyek penelitian
2007). ini adalah Kepala Sekolah, guru Fiqh, Aqidah
Akhlak, Al-Qur’an Hadits, dan Sejarah
Hubungannya dengan proses interaksi
Kebudayaan Islam dan enam siswa.
belajar-mengajar yang lebih menitikberatkan
Pengumpulan data dilakukan dengan tiga
pada soal motivasi dan reinforcement,
metode yaitu wawancara, observasi,
pembicaraan mengenai faktor-faktor yang
dokumentasi. Dari hasil pengumpulan data
memengaruhi kegiatan belajar ini lebih
penulis melanjutkan dengan menganalisa
ditekankan pada faktor intern. Faktor intern
data secara deskriptif agar penelitian ini
ini sebenarnya menyangkut faktor-faktor
tersusun secara sistematis dan dapat
fisiologis dan faktor psikologis. Tetapi relevan
dipahami serta tersusun sesuai dengan hasil
dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan
wawancara.
mengenai faktor-faktor intern ini akan
dikhususkan pada faktor-faktor psikologis. HASIL
Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam Berdasarkan hasil penelitian, dan didasarkan
belajar akan memberikan andil yang cukup pada dua permasalahan pokok yang diangkat
penting. Faktor-faktor psikologis akan yakni bagaimana upaya guru PAI dalam
senantiasa memberikan landasan dan meningkatkan kompetensi kognitif dan
kemudahan dalam upaya mencapai tujuan kepribadian siswa di MTs Negeri 1
belajar secara optimal. Sebaliknya, tanpa Bongkudai dan apa faktor pendukung dan
kehadiran faktor-faktor psikologis, bisa jadi penghambat dalam meningkatkan
memperlambat proses belajar, bahkan dapat kompetensi kognitif dan kepribadian siswa di
pula menambah kesulitan dalam mengajar MTs Negeri 1 Bongkudai. Adapun hasil
(Sardiman, 2007). temuan penelitian dari dua permasalahan
pokok di atas sebagai berikut:
Faktor-faktor psikologis yang dikatakan
memiliki peranan penting itu, dapat 1. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan
dipandang sebagai cara-cara berfungsinya Kompetensi Kognitif dan Kepribadian
pikiran siswa dalam hubungannya dengan Siswa di MTs Negeri 1 Bongkudai
pemahaman bahan pelajaran, sehingga Setiap sekolah pasti berbeda-beda kognitif
penguasaan terhadap bahan yang disajikan siswa-siswanya artinya heterogen, ada yang
lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, mudah paham dan ada juga yang lama
proses belajar mengajar itu akan berrhasil paham, misalnya pada mata pelajaran al-
baik jika didukung oleh faktor-faktor Qur’an Hadits materi Tajwid. Pada
psikologis dari si pelajar (Sardiman, 2007). penerapannya siswa-siswa lulusan dari MIN
sudah bisa membaca al-Qur’an dan dari SD
METODE masih kurang, hal itu seperti hasil wawancara
Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan guru al-Qur’an Hadits, Abdul Rahim
kualitatif, artinya penelitian yang bermaksud yang mengatakan bahwa:
untuk memahami fenomena tentang apa yang
“Seperti halnya sekolah lain siswa-
dialami oleh subjek penelitian secara holistik
siswanya berbeda kemampuan kognitif.
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
Kemudian masing-masing anak, ada
kata dan bahasa. Pada suatu konteks khusus

48
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

yang tinggi dan rendah apalagi di MTs ini Dari hasil wawancara dengan beberapa
bukan hanya dari MIN tetapi ada yang informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dari SD, contohnya materi tentang siswa MTs Negeri 1 Bongkudai dari
mengaji, yang kadang kalah mengajinya kompetensi kognitif. segi pengetahuan,
itu masih terbata-bata, menulis arabnya pemahaman dan penerapan bisa dikatakan
kurang lancar jadi masing-masing baik, hal ini bisa dilihat beberapa kegiatan
kognitif siswa di MTs ini ada yang tinggi seperti materi tajwid dan mengaji yang rata-
atau mudah paham dan kurang atau rata siswanya sudah baik membacanya hanya
susah paham. Kemudian, dari lulusan saja siswa lulusan dari SD masih kurang dan
MIN rata-rata sudah terbiasa membaca perlu dikembangkan atau ditingkatkan lagi.
al-qur’an dan hadits. Jadi kognitifnya Kemudian dalam pemberian tugas, siswa-
secara umum sudah baik hanya saja ada siswa bersemangat dalam menyelesaikan
beberapa hal yang perlu di tingkatkan tugas yang diberikan guru, bisa kita lihat
terutama bacaan, makhroj kemudian bahwa siswa yang semangat dalam
tajwidnya perlu ditingkatkan.” mengerjakan tugas tingkat pengetahuan dan
pemahaman sudah baik. Selain itu, guru dan
Dapat dipahami bahwa masalah heterogen
siswa saling mendukung dan guru selalu ada
siswa pasti ada di setiap sekolah, ada siswa
cara dengan pendekatan kepada siswa agar
yang tinggi kemampuan kognitif atau mudah
lebih kreatif.
menyerap apa yang disampaikan bahkan ada
yang kurang kemampuan kognitif atau Kepribadian siswa itu bermacam-macam, ada
lambat dalam memahami yang disampaikan, yang jujur dan ada yang tidak, selanjutnya
seperti di MTs Negeri 1 Boltim ini pada mata guru dalam hal itu memonitor siswa-
pelajaran al-Qur’an Hadits yang dimana siswanya agar mereka tidak malu untuk
tingkat pengetahuan dan penerapannya bisa berkata jujur, seperti hasil wawancara dengan
dikatakan heterogen, siswa yang lulusan dari guru al-Qur’an Hadits, Abdul Rahim yang
MIN pada materi tajwid dan prakteknya rata- mengatakan bahwa:
rata sudah bisa dan biasa bagi mereka
“Alhamdulillah di MTs ini termasuk
sedangkan lulusan SD mereka tidak terbiasa
bagus. Contohnya kejujuran kepada guru
membaca al-Qur’an sehingga banyak yang
bahwa siswa-siswa di MTs ini ada yang
tidak bisa membaca al-Qur’an.
hafal al-Qur’an tetapi ada siswa yang
Didukung dengan hasil wawancara bersama sudah tahu mengaji tidak berkata jujur
guru Sejarah Kebudayaan Islam, Gazali kepada guru bahwa dia sudah tahu
Siaga yang mengatakan bahwa: alasannya hanya karena malu. Selain itu,
ada juga siswa yang perlu dimonitor
“Dari setiap siswa berbeda-berbeda
dengan kepribadian mereka tersebut.”
pengetahuan, pemahaman ada yang
tinggi dan rendah.” Dapat dipahami bahwa, siswa yang jujur
kemampuan yang dimiliki kiranya dapat di
Dapat dipahami bahwa siswa-siswa di MTs aplikasikan, kemudian jangan malu untuk
Negeri 1 Boltim ini dari segi pengetahuan dan menunjukkan kemampuan. Selain itu ada
pemahaman ada yang mudah paham dan juga siswa yang perlu dimonitor kepribadian
lambat memahami pelajaran yang diberikan mereka.
guru.
Sama halnya dengan hasil wawancara
Sama halnya dengan hasil wawancara bersama guru Sejarah Kebudayaan Islam,
bersama guru Fiqh, Siti Miftah Mamonto Gazali Siaga yang mengatakan bahwa:
yang mengatakan bahwa:
“Dari keseluruhan siswa di MTs ini
“Ketika saya memberikan tugas belajar, kepribadian mereka baik tetapi tidak
siswa-siswa semangat mengerjakannya. terlalu menonjol seperti kesopanan,
Jika dilihat dari hal itu maka bisa kejujuran, dan keteladanan.”
diketahui pengetahuan dan pemahaman
Dapat dipahami bahwa siswa di MTs ini
mereka baik, kemudian pendekatan
secara keseluruhan sudah baik, kemudian,
kepada siswa agar lebih kreatif yang saya
kepribadian mereka belum menonjol seperi
lakukan.”
kesopanan, kejujuran dan keteladanan.
Dapat dipahami bahwa tingkat pengetahuan
Dari hasil wawancara dengan beberapa
dan pemahaman siswa di MTs Negeri 1
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Bongkudai tergolong baik, ini bisa dilihat dari
siswa MTs Negeri 1 Bongkudai dari
siswa yang semangat dalam mengerjakan
kepribadian siswanya sudah dikatakan baik
tugas yang diberikan guru.

49
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

ada yang jujur dalam mengaplikasikan Sama halnya dengan hasil wawancara
kemampuannya dan ada juga yang masih bersama Guru Sejarah Kebudayaan Islam,
malu-malu untuk menunjukkan Gazali Siaga yang mengatakan bahwa:
kemampuannya. Selain, itu MTs ini dari segi
“Harus dengan nasehat apalagi pada
kesopanan, kejujuran, dan keteladanan baik
bagian pengetahuan siswa, dan Ketika
tetapi belum terlalu menonjol, hal ini kiranya
proses belajar mengajar yang malas, ada
masih akan ditingkatkan lagi.
yang bermain”
Dengan cara mengumpulkan siswa dalam
Dapat dipahami bahwa, siswa memiliki
meningkatkan kognitif mereka, guru dapat
kemampuan kognitif hanya saja kemampuan
mengetahui kapasitas kemampuan siswanya,
tersebut tidak akan terlihat jika tidak ada
seperti hasil wawancara dengan guru al-
nasehat dari guru, misalnya pada bagian
Qur’an Hadits, Abdul Rahim yang
pengetahuan.
mengatakan bahwa:
Keaktifan dalam pembelajaran adalah salah
“Upaya yang saya lakukan contohnya
satu tujuan yang ingin dicapai guru dan cara
mengaji, jadi saya kumpulkan siswa-
agar siswa aktif dibentuklah kelompok belajar
siswa yang belum tahu mengaji, lalu
untuk membahas materi yang disampaikan
diajarkan. Dan ketika pembelajaran ada
sehingga guru mengetahui kemampuan
yang malas dan bermain disela
kognitif siswanya, hal ini seperti hasil
pembelajaran. Pernah saya coba kegiatan
wawancara dengan guru Fiqh, Siti Miftah
ekstra ternyata tidak berjalan sesuai
Mamonto yang mengatakan bahwa:
dengan yang diharapkan. Jadi
kemampuan saya saja belum cukup. “Membuat siswa lebih aktif dalam
Ketika dikelas setelah ada materi pembelajaran seperti membuat satu
terutama tajwid saya menyuruh siswa kelompok lalu diarahkan oleh guru
untuk mencari tajwid langsung dengan sehingga pendidik bisa mengetahui
al-Qur’an dan mengaji bersama.” kognitif siswa. Dan apabila siswa belum
paham maka guru memahamkan.”
Dapat dipahami bahwa, mengaji adalah hal
yang penting dipelajari dari makhrajul huruf Dapat dipahami bahwa, guru yang
dan tajwidnya. Guru yang sadar akan berkompetensi mempunyai cara yang baik
kekurangan dari siswa-siswanya akan untuk peningkatan kemampuan kognitif
berusaha agar siswanya mempunyai siswa yaitu dengan cara membentuk
pengetahuan dan pemahaman walaupun kelompok belajar pada saat pembelajaran
mereka malas atau ada yang bermain saat sehingga dengan hal itu guru dapat
pelajaran. Kemudian guru sadar dan mengetahui kognitif siswa dan jika siswa
memberikan kegiatan ekstra, dalam hal ini belum paham maka guru berperan untuk
mengaji kiranya didukung oleh sekolah. memahamkan.
Didukung oleh dua siswa MTs Negeri 1 Didukung dengan hasil wawancara bersama
Bongkudai juga mengatakan bahwa: Firnanda yang mengatakan bahwa:
“Guru dalam memberikan penjelasannya “Iya saya suka cara guru mengajar.
kami bermain sehingga kami tidak Karena bagus, selain itu guru juga sering
mengerti dan hal tersebut merugikan saya membuat kelompok belajar.”
sendiri lalu saya bertanya ke teman yg
Dapat dipahami bahwa, dengan membagi
mengerti.”
kelompok dalam proses pembelajaran dapat
“Ketika saya tidak paham, saya akan membuat siswa senang karena diberikan
mencari sendiri dengan bertanya kepada kesempatan belajar bersama temannya.
teman dan ketika sudah mengerti saya
Kemudian, upaya lain yang di lakukan guru
tanya kepada guru.”
yaitu dengan cara memberikan arahan untuk
Ketidak pahaman siswa dikarenakan menambah pengetahuan dan pemahaman
kemalasan dari mereka sendiri seperti yang siswa dengan materi-materi dari berbagai
dikatakan oleh Rizka Suwandi, bahwa: sumber yang sesuai dengan materi yang
diajarkan sehingga hal itu memperkaya
“Mereka itu malas akan tetapi ketika
khazanah keilmuan mereka, hal itu seperti
mereka bertanya saya akan mengarahkan
hasil wawancara dengan guru Akidah
mereka.”
Akhlak, Sumitro Mamonto yang mengatakan
bahwa:

50
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

“Mereka harus mencari data-data dari masjid juga dapat menjadi tempat yang cocok
perpustakaan, dan di internet untuk untuk melatih siswa agar menjadi orang yang
memperkaya khazanah mereka. Dan berkakhlak baik yang sesuai dengan tuntunan
juga seperti kelas 9 yang harus mengikuti agama Islam.
pengayaan untuk bagaimana dia akan
Didukung dengan hasil wawancara bersama
menghadapi ujian nasional dengan
guru Fiqh, Siti Miftah Mamonto yang
memperbanyak materi-materi yang ada
mengatakan bahwa:
dengan berbagai sumber yang mereka
dapatkan, tapi dengan sumber-sumber “Upaya yang saya lakukan yaitu
yang benar-benar mampu dipertanggung menjelaskan akhlak yang baik dan buruk
jawabkan. Dan sesuai dengan materi supaya siswa bisa mengatur pribadinya
yang di ajarkan oleh guru-guru.” agar jujur dan sopan kepada guru atau
sesama siswa.”
Dapat dipahami bahwa, guru yang perduli
dengan siswanya akan mengarahkan Dapat dipahami bahwa, peran guru dalam
siswanya untuk belajar dengan cara pembelajaran ataupun fungsi guru sebagai
menyuruh untuk belajar di perpustakaan motivator yang perlu diterima siswa-siswa,
dengan materi-materi yang sesuai dengan hal tersebut dapat membantu siswa dalam
yang diajarkan dari berbagai sumber yang meningkatkan kepribadiaannya seperti jujur
dapat dipertanggung jawabkan. dan sopan kepada guru maupun sesama
siswa.
Dari hasil wawancara dengan beberapa
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa Sama halnya dengan hasil wawancara
guru di MTs Negeri 1 Bongkudai, upaya yang bersama guru Sejarah Kebudayaan Islam,
dilakukan dalam meningkatkan kompetensi Gazali Siaga yang mengatakan bahwa:
kognitif siswa yaitu dengan inisiatif membuat
“Hampir sama dengan kognitif yaitu
forum belajar, menasehati, kelompok belajar,
nasehat, seperti itulah upaya guru dalam
dan meengarahkan siswa untuk belajar di
meningkatkan keperibadian siswa yang
perpusatakaan sehingga pengetahuan,
sifatnya meningkatkan pengetahuan agar
pemahaman dan penerapan dapat
siswa tersebut berubah kepibadiannya
ditingkatkan dan hal itu dapat juga
dan saya juga menceritakan kisah-kisah
memperkaya khazanah keilmuan mereka.
nabi-nabi, para sahabat dan ulama yang
Apel pagi sebagai sarana menyampaikan hal- kepribadian atau akhlak yang luar biasa
hal yang dapat memberikan arahan, nasehat memberikan motivasi sehingga mereka
untuk siswa-siswa agar mereka memiliki bersemangat.”
kepribadian yang baik, selain itu ada juga
Dapat dipahami bahwa, pengejawantahan
masjid sekolah yang berfungsih sebagai
dari kemampuan kognitif siswa berupa
tempat ibadah sekaligus peningkatan
kepribadian siswa, hal itu seperti hasil nasehat akan meningkatkan kepribadian
siswa sehingga dengan pengetahuan yang
wawancara dengan guru Akidah Akhlak,
diberikan mereka akan menjadi orang yang
Sumitro Mamonto yang mengatakan bahwa:
baik kepribadiannya.
“Setiap pagi kita adakan apel yang tak
Dari hasil wawancara dengan beberapa
pernah bosan-bosan kita sampaikan
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
akhlak yang baik kepada guru, orangtua,
guru di MTs Negeri 1 Bongkudai, upaya yang
masyarakat, dan apalagi kita mempunyai
dilakukan dalam meningkatkan kepribadian
masjid yang menjadi tempat peningkatan
siswa yaitu dengan cara apel pagi rutin,
kepribadian siswa dari kejujuran,
mengajak siswa untuk sholat berjamaah di
kesopanan dan keteladanan. Kemudian
masjid, memberikan pengetahuan dan
dengan adanya tempat ibadah siswa bisa
pemahaman seperti nasehat, menceritakan
melaksanakan sholat berjamaah.”
kisah-kisah nabi, para sahabat dan ulama
Dapat dipahami bahwa, dengan diadakannya sehingga terciptanya siswa yang
apel rutin siswa dapat diberikan arahan atau berkepribadian baik dan siswa-siswa juga
nasehat-nasehat yang baik untuk awal mereka terlatih soft skill yaitu kejujuran, kesopanan
memulai aktivitas di sekolah, hal tersebut dan keteladanan.
adalah upaya guru untuk meningkatkan
kepribadian siswa seperti kejujuran, Metode belajar merupakan salah satu strategi
kesopanan, dan keteladanan. Selain itu, pembelajaran yang digunakan guru dalam
masjid juga berfungsi sebagai tempat yang menyampaikan materi kepada siswa agar
mereka mendapatkan pengetahuan,
sakral dalam beribadah, ketenangan, dan
kedamaian yang akan didapatkan, kemudian pemahaman, atau menerapkan ilmu yang

51
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

dipelajari, misalnya metode ceramah yang “Ada guru yang semangat dan
kebanyakan guru menggunakan metode menyenangkan sehingga saya dan teman-
tersebut, hal itu seperti hasil wawancara teman dalam pembelajaran semangat
dengan guru al-Qur’an Hadits, Abdul Rahim belajar.”
yang mengatakan bahwa:
Dapat dipahami bahwa, dengan metode yang
“Sebelum masuk pada praktek mencari berfariasi guru akan mudah dalam
tajwid didalam al-Qur’an saya menyampaikan materi pelajaran dan untuk
menggunakan motode ceramah.” siswa agar mereka tidak bosan karena
monotonnya metode yang digunakan guru
Didukung dengan hasil wawancara bersama
dan dengan cara mengajar yang bersemangat.
guru Sejarah Kebudyaan Islam Gazali Siaga,
Kemudian guru juga memberikan tugas-tugas
yang mengatakan bahwa:
yang tujuannya agar siswa mandiri untuk
“Metode Ceramah, dan kebanyakan belajar sendiri.
metode ini yang diberikan karena
Dari hasil wawancara dengan beberapa
efektif.”
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Dapat dipahami bahwa, metode ceramah guru PAI di MTs Negeri 1 Bongkudai dalam
adalah salah satu cara klasik dalam meningkatkan kompetensi kognitif siswa
menyampaikan materi pelajaran yang metode yang dilakukan yaitu dengan
mampu memberikan pengetahuan dan menggunakan strategi pembelajaran
pemahaman bagi peserta didik. ekspositori. Strategi ini digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu
Selain metode ceramah ada juga metode
definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran
diskusi, tanya jawab yang yang dapat
serta memberikan contoh-contoh latihan
membantu siswa untuk berfikir secara pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
bersama dan bekerjasama sehingga
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.
membantu guru dalam proses belajar Dan kemudian siswa mengikuti pola yang
mengajar dan dengan itu siswa mampu secara
ditetapkan oleh guru secara cermat. Selain
mandiri dalam menggali ilmu misalnya di
itu, guru yang bersemangat dan
perpustakaan, hal itu seperti hasil wawancara
menyenangkan dapat membuat siswa
dengan guru Akidah Akhlak, Sumitro bersemangat belajar.
Mamonto yang
Dalam upaya guru meningkatkan
“Metode yang di gunakan adalah tanya
kepribadian siswa banyak cara yang
jawab, diskusi, pre-test, pertanyaan setiap
dilakukan guru saat pembelajaran atau diluar
pelajaran, penugasan-penugasan yang kelas. Pada saat pembelajaran metode yang
dikerjakan di rumah maupun yang ada digunakan yaitu ceramah, tetapi guru
di perpustakaan, agar mereka menggali memberikan arahan dan nasehat di sekolah
atau mencari ilmu secara mandirii ketika siswa pulang mereka akan melupakan
dengan demikian mereka mampu apa yang disampaikan dan itu terjadi karena
mengingat atau mampu mereka orangtua kurang kooperatif dengan apa yang
menguasai bahan bahan materi yang di buat oleh guru, hal itu seperti hasil
sudah di ajarkan.” wawancara dengan guru Al-Qur’an Hadits,
Didukung dengan hasil wawancara bersama Abdul Rahim yang mengatakan bahwa:
Lini Mamonto yang mengatakan bahwa:
“Metode ceramah. Tetapi belum terlalu
“Guru memberikan pertanyaan setiap signifikan berhasil dan orangtua yang
kali pertemuan lalu nilai dan sayapun kurang kooperatif dengan guru akibatnya
bersemangat menjawab.” siswa tidak belajar di rumah sehingga apa
yang disampaikan dengan cara metode
Sama halnya dengan hasil wawancara ceramah belum berpengaruh.”
bersama guru Fiqh, Siti Miftah Mamonto
yang mengatakan bahwa: Dapat dipahami bahwa, ceramah yang
disampaikan kepada siswa kurang berhasil
“Saya menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan kepribadian mereka
dalam materi yang diajarkan dengan cara dikarenakan kurangnya kooperatif orangtua
yang kelihatan bersemangat yang tujuan siswa.
agar mereka senang dan pembelajaran
jadi menyenangkan.” Sama halnya dengan hasil wawancara
bersama guru Akidah Akhlak, Sumitro
Didukung dengan hasil wawancara bersama Mamonto yang mengatakan bahwa:
Eka Mokoginta yang mengatakan bahwa:

52
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

“Kepribadian siswa itu bisa ditingkatkan bisa membantu guru dalam


dengan metode. Metode itu memang pembelajaran.”
banyak fariasi yang diberikan.
Dapat dipahami bahwa guru yang memiliki
Bagaimana cara mereka melaksanakan
kompetensi yang baik akan membuat
sholat dzuhur secara berjamaah, secara
pembelajaran menjadi menarik, sehingga
menyeluruh yang tujuannya agar mereka
siswa saling mendukung satu sama lain
taat kepada Allah. Dan kadang kadang
dalam memahami apa yang disampaikan
anak anak disuruh, mereka hanya lari.
guru.
Dan itulah bagaimana cara kita
membujuk mereka dan memberikan Sebagaimana yang dikatakan oleh pimpinan
hukuman yang ringan dan mendidik bagi MTs ini yang mengupayakan guru-guru agar
mereka. Agar mereka bisa menjadi siswa- dapat memiliki kompetensi dengan cara
siswa yang berakhlak.” mengikutsertakan pada kegiatan seperti
MGMP, LKKG dan Workshop Bidang
Dapat dipahami bahwa, metode yang
Studi, seperti hasil wawancara dengan kepala
dilakukan untuk meningkatkan kepribadian
sekolah, Neni Muslim Mamonto yang
siswa berfariasi, misalnya dengan ceramah.
mengatakan bahwa:
Ceramah merupakan salah satu metode yang
efektif agar siswa berakhlak baik, “Dalam meningkatkan kompetensi guru
mengarahkan siswa untuk sholat berjamaah. pihak sekolah ada tiga cara seperti setiap
triwulan diadakan MGMP dari
Dari hasil wawancara dengan beberapa
Kemanag Bolaang Mongondow Timur,
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kemudian jika ada undangan LKKG
guru PAI di MTs Negeri 1 Bongkudai dalam
dari Dinas Pendidikan maka guru MTs
meningkatkan kepribadian siswa, metode
juga dilibatkan karena tidak hanya guru
yang digunakan yaitu dengan menceramahi,
SMP atau SMU yang diundang. Kalau
menasehati, jika salah memberikan hukuman
dimintakan peserta Kepala Sekolah
ringan yang mendidik dan mengarahkan ke
langsung memberikan rekomendasi
masjid pada waktu sholat yang tujuannya
kepada guru untuk mengikuti
agar siswa taat kepada Allah Swt.
pelaksanaan LKKG atau MGMP sesuai
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dengan undangan. MGMP sendiri
Upaya Guru dalam Meningkatkan dilaksanakan per tiga bulan sekali, jika
satu semester 2 kali pertemuan.
Kompetensi Kognitif dan Kepribadian
Kemudian, dari pihak Madrasah kalau
Siswa di MTs Negeri 1 Bongkudai
ada permintaan dari KANWIL Provinsi
Upaya guru dalam meningkatkan kompetensi
dalam pelaksanaan Workshop bidang
kognitif dan kepribadian siswa ini tentunya
Studi maka guru juga diikut sertakan.”
banyak mengalami pendukung maupun
hambatan yang dialami oleh guru. Untuk Dapat dipahami bahwa, upaya guru yaitu Ing
mencapai keberhasilan yang diharapkan, ngarso sung tulodo, artinya yang di depan
tentu tidak terlepas dari berbagai faktor. memberi contoh. Guru yang berkompetensi
a. Faktor internal pendukung guru dalam sangat diperlukan karena mereka adalah
contoh bagi siswa sehingga dalam
meningkatkan kompetensi kognitif dan
meningkatkan kompetensi kognitif siswa bisa
kepribadian siswa, yaitu: sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal
1) Guru yang memiliki kompetensi tersebut sudah dilaksanakan di MTs Negeri 1
Bolaang Mongondow Timur yang dimana
Kompetensi kognitif dan kepribadian siswa sekolah tersebut melaksanakan MGMP,
dapat dipengaruhi oleh guru. Guru yang LKKG dan Workshop Bidang Studi untuk
memiliki kompetensi yang baik akan menjadi meningkatkan empat kompetensi yang harus
tauladan bagi siswa-siswanya, hal itu seperti dimiliki guru.
hasil wawancara dengan guru al-Qur’an
Hadits, Abdul Rahim yang mengatakan Kemudian, kepala sekolah juga
bahwa: menambahkan bahwa setiap awal semester
sekolah melaksanakan supervisi berkaitan
“Kompetensi guru dan pembelajaran tentang administrasi guru sebelum mengajar
yang baik atau menarik. Kemudian didalam kelas. Selain itu, ada juga supervisi
siswanya yang saling mendukung dalam terpadu dilaksanakan oleh Kemenag Boltim,
memahami pelajaran, serta guru yang hal tersebut seperti hasil wawancara dengan
pintar akan menjadi tauladan baginya, Kepala Sekolah, Neni Muslim Mamonto
kalau dari fasilitas Alhamdulillah sudah yang mengatakan bahwa:

53
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

“Disetiap awal semester kami melakukan Dapat dipahami bahwa, kognitif dan
supervisi. Dalam persiapan semester kepribadian siswa dapat dipengaruhi oleh
ganjil maka sudah menjadi keputusan di gurunya. Guru yang memiliki kompetensi
MTs ini, pekan pertama pembinaan yang baik akan menjadi tauladan bagi siswa-
administrasi, pekan kedua guru bisa siswanya.
masuk kelas bila mana administrasi
Dari hasil wawancara dengan beberapa
kegiatan belajar mengajar sudah lengkap
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dan sudah di tanda tangani oleh kepala
guru yang berkompetensi adalah contoh bagi
sekolah lalu yang mengawali memberi
siswanya, baik atau tidaknya seorang siswa
paraf dari Waka Kurikulum kemudian di
salah satunya ditentukan kinerja dan
disposisikan ke Kepala Sekolah. Jika
kemampuan guru. Kemudian, dalam
sudah ditanda tangani oleh Kepsek maka
peningkatan kinerja dan kompetensi guru
guru sudah berhak masuk ke kelas dan
pihak sekolah mengikutsertakan guru dalam
jika belum maka tidak diperkenankan
kegiatan MGMP, LKKG dan Workshop
masuk kelas. Selanjutnya, karena guru
Bidang Studi. Selanjutnya, pihak sekolah juga
sudah terbiasa dengan hal itu maka
melaksanakan supervisi kepada guru,
mereka dengan cepatnya menyelesaikan
sebelum mengajar dikelas harus
tugas tersebut. Kemudian ada juga
menyelesaikan administrasi setelah hal itu
Supervisi Terpadu yang dilaksanakan
selesai makan guru diperkenankan untuk
oleh Kemenag Boltim yang menyurati
mengajar. Selain itu, dalam mengevaluasi
pengawas-pengawas PAI yang ada di
kedisipilin siswa dan kinerja guru dapat
Bolaang Mongondow Raya dibidang
diketahui sudah sejauh mana bisa dikatakan
pendidikan Islam yang programnya
berhasil dengan cara melaksanakan rapat
setahun dua kali.”
rutin untuk mengevaluasi apa yang sudah
Dapat dipahami bahwa, guru berperan terjadi selama satu minggu, dan MTs ini
penting dalam peningkatan kualitas siswa sudah menerapkan hal tersebut. Guru yang
dengan disipilin guru dalam memenuhi memiliki kompetensi yang baik maka akan
administrasi mengajar merupakan awal yang menjadi tauladan bagi siswa-siswanya Selain
baik. Selain itu, Kemenag juga berperan itu, guru yang berkompetensi akan membuat
dalam mengawasi guru-guru. pelajaran yang menarik, sehingga siswa yang
semangat belajar dan dapat mudah
Selain itu, proses belajar mengajar akan
memahami pelajaran.
berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan jika
pihak sekolah rutin dalam mengevaluasi 2) Letak sekolah dan infrastruktur atau
kinerja guru, misalnya setiap minggu sarana prasarana
diadakan rapat rutin, seperti hasil wawancara
dengan Kepala Sekolah, Neni Muslim Letak sekolah dan infrastruktur atau sarana
Mamonto yang mengatakan bahwa: prasarana, berdasarkan hasil observasi
penyusun, di MTs Negeri 1 Bongkudai, yaitu:
“MTs ini disetiap minggu melaksanakan
rapat rutin yang membahas tentang Pertama MTs ini letaknya dekat jalan raya
evaluasi disiplin siswa, lalu dalam rapat tetapi sekolah ini bebas dari kebisingan seperti
juga pihak sekolah membahas tentang suara motor dan mobil karena ruang kelas
kinerja guru didalam kegiatan proses berjauhan dengan jalan raya. Kedua,
belajar mengajar.” lingkungan tempat tinggal atau rumah warga
sedikit jauh dari sekolah dan MTs ini
Dapat dipahami bahwa, untuk mengetahui memiliki dinding permanen sebagai
hasil yang diinginkan diperlukan rapat rutin pembatas. Ketiga, infrastruktur atau sarana
tentang evaluasi disipilin siswa dan kinerja prasarana sekolah sudah memadai dan sudah
guru. menunjang dalam segala kegiatannya. Di
Didukung dengan hasil wawancara bersama samping kelengkapan yang di sudah
guru al-Qur’an Hadits, Abdul Rahim yang sebutkan, masih banyak hal-hal lain yang
mengatakan bahwa: penulis tak sempat sebutkan satu persatu,
seperti alat-alat olahraga, alat peraga, jumlah
“Guru yang kompetensi yang baik dapat buku, alat-alat kesenian dan lain sebagainya.
membantu siswa dalam meningkatkan
kognitif dan kepribadian mereka, guru b. Faktor eksternal penghambat guru dalam
dan siswa yang saling mendukung dalam meningkatkan kompetensi kognitif dan
pembelajaran. Selain itu guru yang pintar kepribadian siswa, yaitu:
siswa bisa menjadikan tauladan
baginya.”

54
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

Hambatan dalam upaya guru meningkatan terbius untuk menggunakannya, hal tersebut
kompetensi kognitif dan kepribadian siswa dapat menghambat guru dalam
terletak pada siswa itu sendiri, seperti faktor meningkatkan kompetensi kognitif dan
yang datang dari luar diri siswa atau faktor kepribadian siswa, seperti hasil wawancara
lingkungan. Adapun faktor penghambatnya dengan guru Akidah Akhlak, Sumitro
antara lain: Mamonto yang mengatakan bahwa:
1) Lingkungan, pergaulan, keluarga, dan “Banyak siswa yang sudah dipengaruhi
masyarakat sekitar berbagai macam teknologi yang sudah
berkembang.”
Lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan
pendidikan orangtua merupakan faktor Dapat dipahami bahwa, begitu canggihnya
eksternal yang mempengaruhi kognitif siswa, teknologi dapat mempengaruhi kompetensi
hal tersebut seperti hasil wawancara dengan kognitif dan kepribadian siswa.
Abdul Rahim, yang mengatakan bahwa:
Sama halnya dengan hasil wawancara
“Salah satu yang sangat menonjol yaitu bersama guru al-Qur’an Hadits, Abdul Rahim
lingkungan rumah, keluarga, pendidikan yang mengatakan bahwa:
orangtua dan masyarakat sekitarnya.
“Siswa atau anak zaman modern ini
Kemudian jika orangtua responsif
sudah banyak memiliki HP dan tidak di
terhadap anaknya maka faktor eksternal
kontrol oleh orangtuanya, anak-anak
tersebut tidak akan berpengaruh.”
bahkan menggunakan HPnya cengan
Didukung dengan hasil wawancara dengan hal-hal yang tidak baik seperti online
guru Akidah Akhlak, Sumitro Mamonto sampai lupa belajar dan kalau berhenti
yang mengatakan bahwa: malas untuk belajar.”
“Pergaulan, lingkungan masyarakat, Didukung dengan hasil wawancara bersama
tetangga, pendidikan diluar sekolah.” guru Sejarah Kebudayaan Islam, Gazali
Siaga yang mengatakan bahwa:
Sama halnya dengan hasil wawancara
bersama guru Fiqh, Siti Miftah Mamonto “Siswa sekarang sudah dipengaruhi
yang mengatakan bahwa: teknologi contohnya handphone dan
anak-anak lebih banyak menghabiskan
“Penghambat yang berpengaruh yaitu
waktu untuk facebook kan dan game
lingkungan, tetangga, pergaulan dari luar
online.”
sekolah yang mempengaruhi kognitif
siswa.” Dapat dipahami bahwa, handphone yang
digunakan siswa lebih banyak dihabiskan
Kemudian, guru Sejarah Kebudayaan Islam
untuk online di media sosial dan bermain game
juga menambahkan bahwa:
online yang menyebabkan siswa hanya
“Lingkungan, pergaulan dari luar menghabiskan waktunya hanya untuk dunia
sekolah yang mempengaruhi kognitif maya sehingga sudah malas belajar
siswa.” dikarenakan tidak ada batasan dalam
menggunakan teknologi.
Dari hasil wawancara dengan beberapa
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa di Dari hasil wawancara dengan beberapa
MTs Negeri 1 Bongkudai yang menjadi informan di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor penghambat dalam meningkatkan tidak ada batasan dalam menggunakan
kompetensi kognitif dan kepribadian siswa teknologi dapat menyebabkan
yang yaitu: lingkungan, tetangga, keluarga, ketergantungan, kemudian rela
pendidikan orangtua dan masyarakat menghabiskan waktunya untuk online di
sekitarnya. media sosial dan bermain game online
2) Teknologi dan Kendaraan sehingga waktu belajar kurang bahkan tidak
ada yang kesemuanya itu akibat dari
Teknologi abad 21 sudah sangat berkembang perkembangan teknologi yang sangat pesat.
pesat mau dari perkotaan bahkan pedesaan
sudah ada teknologi seperti handpone canggih, Dan dari hasil wawancara di atas sesuai
laptop atau notebook, mobil, motor dan lain dengan observasi yang peneliti lakukan, yaitu
pada saat siswa pulang dari sekolah ada yang
sebagainya. Hal itu sangat berpengaruh besar
masih nongkrong dan bermain game online
bagi siswa, dengan adanya handphone siswa
dan media sosial.
dapat mengaskses hal-hal yang postif dan
negatif. Kebanyakan menggunakan gadget Selain itu, peneliti juga mengobservasi
bisa sampai lupa untuk belajar karena sudah didalam dan diluar sekolah banyak siswa

55
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

yang mengendarai kendaraan bermotor mendidik dan mengarahkan ke masjid pada


padahal mereka belum cukup umur untuk waktu sholat yang tujuannya agar siswa taat
menggunakan motor. Sekolah yang tidak kepada Allah Swt.
terlalu jauh dengan perkotaan yaitu
Kotamobagu, ada beberapa siswa yang
mengendarai motornya sampai di perkotaan
padahal masih jam belajar.
Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya
PEMBAHASAN Guru dalam Meningkatkan Kompetensi
Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Kognitif dan Kepribadian Siswa di MTs
Kompetensi Kognitif dan Psikomotorik Negeri 1 Bongkudai
Siswa MTs Negeri 1 Bongkudai Untuk mencapai keberhasilan yang
Upaya yang dilakukan guru PAI dari diharapkan, tentu tidak terlepas dari berbagai
kompetensi kognitif segi pengetahuan, faktor. Salah satunya merupakan faktor
pemahaman dan penerapan sudah baik. internal pendukung yaitu Guru yang
Secara umum yang dilakukan guru yaitu memiliki kompetensi. Guru yang
dengan inisiatif membuat forum belajar, berkompetensi akan membuat pelajaran yang
menasehati, kelompok belajar, dan menarik dan menyenangkan, sehingga siswa
mengarahkan siswa untuk belajar di yang semangat belajar dapat mudah
perpusatakaan sehingga pengetahuan, memahami pelajaran. Kemudian kepala MTs
pemahaman dan penerapan dapat ini juga mengikutsertakan guru-gurunya
ditingkatkan dan hal itu dapat juga untuk mengikuti Musyawarah Guru Mata
memperkaya khazanah keilmuan mereka. Pelajaran (MGMP) oleh kementerian agama,
Jadi lewat kegiatan itulah strategi atau upaya Kelompok Kerja Guru (KKG) yang
guru PAI di MTs Negeri Bongkudai untuk dilaksanakan oleh dinas pendidikan, dan
meningkatkan Kognitif Siswa Workshop Bidang Studi oleh Kanwil provinsi
yang tujuan agar mereka memiliki
Selain itu, guru PAI di MTs ini juga kompetensi.
menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori pada aktivitas belajar mengajar. Faktor pendukung lainnya pihak sekolah juga
Strategi ini digunakan dengan memberikan mengadakan supervisi terpadu dan rapat rutin
keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip untuk membahas kenerja pendidik, dan guru
dan konsep materi pelajaran serta berperan sebagai motivator bagi siswa-siswa
memberikan contoh-contoh latihan, ketika ada yang malas atau memiliki
pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, masalah. Kemudian pendukung selanjutnya
demonstrasi, diskusi, tanya jawab dan yaitu letak sekolah yang nyaman dan
penugasan. Dan kemudian siswa mengikuti infrastruktur atau sarana prasarana yang
pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. sudah memadai sehingga dapat mendukung
Selain itu, guru yang bersemangat dan guru dalam meningkatkan kompetensi
menyenangkan dapat membuat siswa kognitif dan kepribadian siswa di MTs ini.
bersemangat belajar. Kemudian yang menjadi faktor eksternal
penghambat dalam meningkatkan
Siswa MTs Negeri 1 Bongkudai memiliki kompetensi kognitif dan kepribadian siswa
kepribadian yang baik seperti kejujuran, adalah lingkungan, pergaulan, keluarga, dan
kesopanan, dan keteladanan yang sudah baik masyarakat sekitar. Selanjutnya, faktor
hanya saja belum menonjol. penghambat lainnya yaitu teknologi, karena
Selain itu, guru PAI di MTs ini dalam tidak ada batasan yang diberlakukan dalam
meningkatkan kepribadian siswa agar menggunakan teknologi sehingga dapat
menjadi orang yang berakhlak dan taat menyebabkan ketergantungan, rela
kepada Allah upaya yang dilakukan yaitu menghabiskan waktunya untuk online di
dengan cara apel pagi rutin, mengajak siswa media sosial dan bermain game online
untuk sholat berjamaah di masjid, sehingga waktu untuk belajar kurang. Selain
memberikan pengetahuan dan pemahaman itu, sesuai dengan observasi peneliti ketika
seperti nasehat, menceritakan kisah-kisah pulang sekolah ada yang masih nongkrong
nabi, para sahabat dan ulama sehingga dan bermain game online dan media sosial,
terciptanya siswa yang berkepribadian baik yang sekiranya pulang sekolah
dan siswa-siswa juga terlatih soft skill nya yaitu dipergunakkan untuk istirahat agar energi
kejujuran, kesopanan dan keteladanan. bisa kembali pulih, sehingga setelah tidur
Adapun metode yang digunakan guru PAI waktunya digunakan untuk belajar bukan
yaitu dengan menceramahi, menasehati, jika dengan hal-hal yang tidak berguna.
salah memberikan hukuman ringan yang Selanjutnya yang menjadi penghambat

56
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

selanjutnya sesuai dengan observasi peneliti pergaulan siswa, masalah keluarga, dan
ketika didalam dan diluar sekolah banyak masyarakat sekitar, dan Teknologi yang
siswa yang mengendarai kendaraan bermotor berkembang pesat menyebabkan
padahal mereka belum cukup umur untuk ketergantungan sehingga rela menghabiskan
menggunakan motor. waktu untuk online di media sosial dan
bermain game online dan terakhir siswa
KESIMPULAN sudah memiliki kendaraan padahal belum
Upaya Guru PAI dalam meningkatkan cukup umur dan belum memiliki Surat Izin
Kompetensi Kognitif dan Kepribadian Siswa Mengemudi.
di MTs Negeri 1 Bongkudai adalah upaya
yang diterapkan oleh guru dalam DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan kompetensi kognitif dan Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004).
kepribadian siswa yaitu siswanya memiliki Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
kompetensi kognitif dari segi pengetahuan, Cipta.
pemahaman dan penerapan yang sudah baik. Al-‘Asqolani, I. H. (2003). Fath al-Bāri: Syarh
Secara umum upaya guru PAI dalam Shahih al-Bukhari Jus VIII (4th ed.).
meningkatkan kompetensi kognitif yaitu Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
dengan inisiatif membuat forum belajar, Al-Rasyidin, & Samsul, N. (2005). Filsafat
menasehati, kelompok belajar, dan Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
mengarahkan siswa untuk belajar di Ardi, D. S., & Suharyat, Y. (2011).
perpusatakaan. Kemudian guru dalam proses Hubungan Antara Ketuntasan Belajar
belajar mengajar menggunakan strategi Pendidikan Agama Islam Dengan
ekspositori yang didalamnya ada metode Kematangan Kognitif Siswa (Survei
ceramah, diskusi, tanya jawab. Terakhir, guru Pada Sekolah Menengah Pertama
di MTs ini juga mengevaluasi siswanya Negeri 02 Bekasi). Jurnal Turats, 7(1), 1–
dengan cara pre-test dan pertanyaan setiap 13.
selesai pelajaran. Selanjutnya, Siswa di MTs Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi
Negeri 1 Bongkudai siswanya memiliki Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
kepribadian yang baik seperti kejujuran, Aunurrahman. (2014). Belajar dan
kesopanan, dan keteladanan yang sudah baik Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
hanya saja belum menonjol. Selain itu, Departemen Agama RI. (2003). Memahami
adapun upaya yang dilakukan dalam Paradigma Baru Pendidikan Nasional
meningkatkan kepribadian siswa yaitu dalam Undang-Undang SISDIKNAS.
dengan cara apel pagi rutin, mengajak siswa Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama
untuk sholat berjamaah di masjid, Islam.
memberikan pengetahuan dan pemahaman Depdiknas. (2008). Pengembangan Perangkat
seperti nasehat, menceritakan kisah-kisah Penilaian Psikomotor. Jakarta:
nabi, para sahabat dan ulama sehingga Depdiknas.
terciptanya siswa yang berkepribadian baik Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan
dan siswa-siswa juga terlatih soft skill nya Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
yaitu kejujuran, kesopanan dan keteladanan. Rosda Karya Offset.
Adapun metode yang digunakan yaitu Ismail, F. (2014). Pengembangan Kurikulum.
dengan menceramahi, menasehati, jika salah Manado: STAIN Manado Press.
memberikan hukuman ringan yang mendidik Kemdikbud. (2103). Naluri. Retrieved
dan mengarahkan ke masjid pada waktu December 18, 2017, from
sholat yang tujuannya agar siswa taat kepada http://kbbi.web.id/naluri
Allah Swt. Khiyarusoleh, U. (2016). Konsep Dasar
Adapun pendukung upaya guru PAI dalam Perkembangan Kognitif Pada Anak
meningkatkan kompetensi kognitif dan Menurut Jean Piaget. Jurnal Dialetika,
kepribadian Siswa di MTs Negeri 1 5(1), 1–15.
Bongkudai yaitu guru yang miliki Kompasiana. (2012). Kemampuan Mengajar
kompetensi, Letak sekolah yang bebas dari Guru. Retrieved December 18, 2017,
kebisingan suara kendaraan dan infrastruktur from
atau sarana prasarana sudah memadai. http://edukasi.kompasiana.com/2013
Kemudian, hambatan dalam upaya guru /02/02/kemampuan-mengajar-guru-
meningkatan komptensi kognitif dan 5320252.html
kepribadian siswa terletak pada siswa itu Miyono, N. (2017). Model Pembelajaran
sendiri, seperti faktor yang datang dari luar Berbasis Soft-Skills Sebagai Wacana
diri siswa atau faktor lingkungan. Adapun Pengembangan Karakter Peserta Didik.
faktor penghambatnya, yaitu: Lingkungan, Strategi Kebudayaan Dan Tantangan

57
Prasetio Rumondor, Nailil Maslukiyah / edureligia Vol. 3, No. 1, 2019

Ketahanan Nasional Kontemporer, 397– Tafsir, A. (2008). Ilmu Pendidikan dalam


416. Semarang: FPIPSKR Universitas Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
PGRI. Rosda Karya Offset.
Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Tim Dosen PAI. (2016). Bunga Rampai
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam.
Karya Offset. Yogyakarta: Deepublish.
Muhibbin, S. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
PT Grafindo Persada. Pengembangan Bahasa. (2005). Kamus
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasasis Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Kompetensi: Konsep, Kerakteristik, Pustaka.
Implementasi. Bandung: PT Remaja Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Rosda Karya Offset. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Menjawab Tantangan Krisis Wahyuningsih, S. (2001). Kemampuan Belajar.
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Jakarta: Pustaka Ilmu.
Aksara. Yamin, M. (2010). Strategi Pembelajaran
Partanto, P. A. (1994). Kamus Imliah Populer. Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Surabaya: Arloka. Persada Press.
Poerwadarminta, W. J. S. (1976). Kamus Zuhairini. (1995). Filsafat Pendidikan Islam.
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Jakarta: Bumi Aksara.
Pustaka.
Prastowo, A. (2011). Metode Penelitian dalam
Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Putra, S. R. (2013). Desain Evaluasi Belajar
Berbasis Kinerja. Yogyakarta: DIVA
Press.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Shihab, M. Q. (2000). Wawasan Al-Qur’an,
Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat. Bandung: Mizan.
Sofyan, A., & Dkk. (2006). Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya Offset.
Sumantoro, & Dkk. (2007). Silabus Sains,
P.Sosial, Matematika, B.Indonesia untuk
Kelas 3 SD. Yogyakarta: Kanisius.
Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Susilawati. (2009). Penerapan Model
Cooperative Learning dalam
Meningkatkan Aspek Kognitif, Afektif
dan Psikomotor Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS Bagi Guru-Guru SD
Sekabupaten Serang. Jurnal Abamas:
Media Komunikasi Dan Informasi
Pengabdian Kepada Masyarakat, 9(1), 1–
4.

58

You might also like