Professional Documents
Culture Documents
Tuli Konduktif
Tuli Saraf (Sensorineural)
Serta derajat ketulian.
Audiometer diperlukan untuk
Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural koklea dan
retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia,
labirintitis, intoksikasi obat ototoksik atau alkohol. Dapat juga
disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan
pemaparan bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma akustik,
tumor sudut pons-serebelum, mieloma multipel, cedera otak,
perdarahan otak, atau kelainan otak lainnya.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan
mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan
mempergunakan audiometer.
Tes Penala
Idealnya digunakan garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila
tidak mungkin cukup dipakai 512 Hz karena tidak terlalu
dipengaruhi suara bising sekitar.
Tes Rinne
Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dan tulang
pada telinga yang diperiksa.
Cara : penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di
prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar, penala dipegang
di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut
Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif. Dalam
keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada
hantaran tulang.
Tes Weber
Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan
kanan.
Cara : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis
tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada
salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila
terdengar sama keras atau tidak terdengar disebut tidak ada
lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada
telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga
tersebut, bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat)
berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap
normal.
Cara : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian
dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang
pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat
mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa
tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengar cara
sebaliknya. Bila pasien masih dapat mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama
mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.
Audiometri
Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran
dilakukan pemeriksaan audiometri. Dari audiogram dapat
dilihat apakah pendengaran normal atau tuli, kemudian jenis
dan derajat ketuliannya. Derajat ketulian dihitung dengan
indeks Fletcher, yaitu rata-rata ambang pendengaran pada
frekuensi 500, 1.000 dan 2.000 Hz. Pada interpretasi
audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis
ketuliannya, dan bagaimana derajat ketuliannya.
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan
pemeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari audiometri
khusus (seperti tes Tone decay, tes Short Increment
Sensitivity Index {SISI}, tes Alternate Binaural Loudness
Balance {ABLB}, audiometri tutur, audiometri Bekessy),
audiometri objektif (audiometri impedans, elektrokokleografi,
Brain Evoked Reponse Audiometry {BERA}, pemeriksaan tuli
anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara
berulang, impedans) dan pemeriksaan audiometri anak.
Sumber :
Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III,
cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.
1.