You are on page 1of 38
] _ DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 2 DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR 410 PEDOMAN OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PENGAMATAN BENDUNGAN BAGIAN 5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN PERALATAN HIDROMEKANIK DAN ELEKTRIK | % | MARET 2003 —| Kantor Sekretariat KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN (BALAI KEAMANAN BENDUNGAN) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR NOMOR : 199/KPTS/D/2003 Tentang : PENGESAHAN PEDOMAN OPERASI, PEMELIHARAAN Menimbang Mengingat DAN PENGAMATAN BENDUNGAN Direktur Jenderal Sumber Daya Air Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai manfaat umum, perlu adanya upaya pengamanan dan pemeliharaan agar diperoleh manfaat yang sebesar- besarnya dalam jangka waktu yang selama mungkin; bahwa bendungan juga mempunyai potensi bahaya tethadap Keselamatan masyarakat, sehingga diperlukan upaya pengamanan mulai dari tahap desain, konstruksi sampai dengan tahap pemelibaraan dan pengelolaannya, dalam rangka melindungi mayarakat di sekitar dan di daerah hilir bendungan terhadap kemungkinan bencana akibat runtuhnya bendungen; bahwa upaya pengamanan dan pemeliharaan bendungan tersebut perlu. ditindak lanjuti. dengan penyusunan Pedoman Operasi, Pemieliharaan, Pengamatan dan Pementauan Bendungan; bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu ditetapkan pengesahan Pedoman Operasi, Pemeliharaan, Pengamatan dan Pemantauan Bendungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Undang-undang Nomor 11 Tehun 1974, tentang Pengairan; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air; Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang Sungai: Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pomerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi; Menetapkan PERTAMA Keputusan Presiden RI Nomor 44 ‘Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 01/KPTS/M/2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayab; 8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378 Tahun 1987, tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997, tentang Keamanan Bendungan juncto SK. Menteri Permukiman dan Prasarana_— Wilayah_-—- Nomor 296/KPTS/M/2001, tentang Perubahannya; 10. Keputusan Presiden RI Nomor 105/M/2002, tentang Penunjukan dan Pengangkatan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 11, SNI_Nomor 1731-1989-F tentang Pedoman Keamenan Bendungan. MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG PEDOMAN OPERASI, PEMELIHARAAN DAN PENGAMATAN BENDUNGAN. Mengesahkan berlakunya Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan ini, yang terdiri dari Bagian 1: Umum Bagian 2: Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan Bagian 3: Sistem Instrumentasi dan Pemantauan Bagian 4 : Inspeksi Keamanan Bendungan untuk Peralatan Hidromekanik dan Elektrik Bagian 5 : Operasi dan Pemeliharaan —_Peralatan Hidromekanik dan Elektrik KEDUA + Semua pihak yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengelolaan bendungan, wajib memperhatikan prinsip-prinsip, tata-cara_ serta_kelentuan-ketentuan yang tereantum pada diktum PERTAMA. KETIGA : Komisi Keamanan Bendungan’ melalui Balai Keamanan Bendungen scrla Direktorat Pembina di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bertugas memonitor pelaksanaan Surat Keputusan ini seta menampung umpan’ balik guna penyempurnaan Pedoman seperti pada diktum PERTAMA di atas, agar selalu dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan angan teknologi yang ada. perk KEEMPAT Keputusan ini berlaku pada hari/tanggal ditétapkan dengan Ketentuan “akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya bilamana dikemudian hari temyata terdapat keKelirwan didalam penetapannya, DITETAPKAN DI: JAKARTA PADA TANGGALL ....7.. Med.....2003 DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR. al AR TER DEPARTEMEN KIMPRASWIL (EE : (: Elooy 4 9g— Qu ragpleir. Roestam Sjarief, MNRM ) pee TEMBUSAN : Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Bapak Menteri Permukimen dan Prasarana Wilayah 2. Seksetaris Jenderal Dep. Kimpraswil. 3. Inspektur Jenderal Dep. Kimpraswil. 4, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Dep. Kimpraswil 5. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Dep. Kimpraswil 10. u 12, 1B 14, Staf Abli, Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduar Pembangunan Daerah Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Kerja Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Dep. Kimpraswil Para Direktur di lingkungan Direktorat Sumber Daya Air Kepala Biro Perencanaan & KLN, Dep. Kimpraswil. Kepala Puslitbang Sumber Daya Air, Dep. Kimpraswil Para Kepala Dinas Kimpraswil/Sumber Daya Air/Pengairan Propinsi Anggota Komisi Keamanan Bendungan Arsip SAMBUTAN Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayeng krisis air yang perlu penanganan segera dengan tepat, salah satu upaya penanganan yang telah terbukti berhasil baik, ‘adalah dengan menampung air di waduk-waduk atau bendungan. Saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar dan kecil, yang mempunyai andi! cukup besar dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengatasi kritis air tersebut. Bendungan juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan fain seperti untuk pengisian Kembali air tanah, penampung limbah industri, penampung limbah tambang dan lain sebagainya. Bendungan disamping memiliki manfaat yang cukup besar, juga menyimpan_potensi bahaya yang besar pula yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas dihilir bendungan. Keruntuhan bendungan dapat menimbulkan banjir besar yang mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan. Tugas utara para ahii bendungan adalah mengurangi ancaman tersebut, untuk itu peru adanya program keamanan bendungan yang harus diberlakukan sejak tahan penyiapan disain, pelaksanaan konstruksi serta masa operasi dan pemeliharaan bendungan. Pembangunan bendungan, membutuhkan investasi yang sangat besar baik berupa dana maupun pengorbanan dari masyarakat di daerah genangan. Sudah seharusnya hasil pembangunan dengan investasi yang sangat besar tersebut, serta sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, dioperasikan dan dipelinara dengan baik guna melestarikan fungsinya. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan, yang disiapkan ates kerjasama antara Balai Keamanan Bendungan dan Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal ‘Sumber Daya Air, adalah merupakan bagian dari program keamanan bendungan, yang Giharapkan dapat’ menjadi acuan bagi para Pengelola bendungan dalam mengelola bendungannya, sehingga fungsi bendungan dapat lestari sesuai dengan rencana, serta resiko kegagalan bendungan akibat kesalahan operasi dan lemahnya pemeliharaan dapat ditekan sekecil mungkin. Melalui proses yang cukup panjang, telah dilakukan pengumpulan, pengkajian dan penelitian tehadap : pedoman-pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan yang telah ada, pedoman dan standar di bidang lain yang bertaku di Indonesia serta referensi-referens! dari luar Indonesia. Pendapat dan saran dari para ahli bendungan, telah ditampung melalui acara diskusi dan lokekarya, kemudian dianalisis dan kesimpulannya dimasukkan dalam pedoman ini. Pedoman ini tidek bersifat statis, dimasa mendatang masih perlu dikembangkan dan disempumakan sesuai dengan kemajuan teknologi, namun apa yang temuat dalam pedoman ini sudah mencakup dan mencerminkan Konsep-konsep operasi dan pemeliharaan bendungan saat ini. Dengan terbitnya pedoman ini, diharapkan para Pengelola maupun para Perencana bendungan dapat mengambil manfeat sebesar-besamya, terutama dalam penyusunan panduan maupun dalam melaksanakan operas pemelinaraan’ dan pengamatan bendungan yang dikelotanya, Jakarta, Maret 2003 KATA PENGANTAR Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal Bendungan ini merupakan bagian ke-5 atau rangkeian tak terpisahkan dari Pedoman Operasi dan Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan yang secara keseluruhan terdiri atas 5 (lima) bagian, yakni: Bagian 1: Umum Bagian 2: Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan Bagian 3 : Sistem Instrumentasi dan Pemantauan (SIP) Bagian 4: Inspeksi Keamanan Bendungan untuk Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal BagianS: Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal Penulisan Pedoman tersebut diprakarsai oleh Balai Keamanan Bendungan bekerja sama dengan Direktorat Bina Teknik, Ditjen. Sumber Daya Air, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dan dityjukan bagi mereka yang bertanggung jawab di bidang Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanikal dan Elektrikal suatu bendungan, terutama mengenai hal-hal serta materi pokok yang perlu diperhatikan di dalam membuat Panduan yang berkaitan dengan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan yang dimaksud. Walaupun Pedoman ini telah mengakomodasikan masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak di dalam Seminar yang diselenggarakan di Jakarta, namun tetap terbuka bagi siapa saja yang peduli dan berkeinginan menyumbangkan saran dan pengalamannya demi perbaikan Pedoman ini di kemudian hari. Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun Pedoman ini serta semua pihak yang telah membantu di dalam penyelesaiannya. Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat sesuai dengan apa yang diharapkan. Jakarta, Februari 2003 ‘Kepala Balai Keémanan Bendungan BABI BABII BAB III BABIV DAFTAR ISI PENDAHULUAN.. FA UMUM, erent 4.2. Maksud dan Tujuan .. 4.3 Ruang Lingkup... 4.4 Hathal Yang Perlu Diperhatikan 4.5 Validitas dan Keterbatasar KETENTUAN OPERAS! DAN PEMELIHARAAN OPERAS! DAN PEMELIHARAAN PERALATAN ..... 3.1 Umum, 3.2 Manfaat Pemeliharaan Peralatan 3.3. OP Peralatan Pada Bangunan Pelengkap, 3.3.1. Bangunan Pelimpah. (1) Pintu Pelimpah (2) Peralatan Kontrol... 3.3.2. Bangunan Pengeluaran Bawah... (1) Variasi Dan Kombinasi Peralatan... (2) Pintu Dan Katup. (3) Peralatan Kontrol 33.3 OP Peralatan Bantu... (1) Balok Sekat...... (2) Perahu Inspeksi PEMERIKSAAN, PEMANTAUAN, DAN UJI OPERAS! .. 44 Umum, 4.2. Inspeksi Operasi Pintu & Katuy 7 4.3 Operasi Penuh Pintu Pelimpah Pada Muka Air Tinggi... eee 24 LAMPIRAN Lampiren A : Lampiran B : REFERENS! Laporan Tipikal Pemeliharaan .. Laporan Tipikal Operasi Harian .... 23 or BABI PENDAHULUAN 440 Umum Dari sekian banyak jenis dan fungsi bendungan yang telah di bangun di Indonesia, beberapa di antaranya termasuk bendungan serbaguna yang dilengkapi dengan fasilitas instalasi atau peralatan hidromekanik dan elektrik. Agar kedua peralatan tersebut dapat berfungsi debagaimana mestinya; aman, handal dan berkelanjutan serta dapat dioperasikan sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan perawatan dan pemantauan secara berkesinambungan sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan suatu panduan mengenal operasi dan pemeliharaan atau perawatannya. Panduan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan Elektrik suatu bendungan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: > Disusun oleh orang yang berpengalaman di bidang peralatan tersebut serta telah diakui keahliannya. > Penyusunan hendaknya mengacu pada dokumen-dokumen yang terkait, antara lain katalog maupun manual yang berasal dari pabrik pembuat Kedua peratatan tersebut. > Dalam hal dimana kedua peralatan tersebut pernah dioperasikan dan perlu perbaikan dan atau peningkatan, diperlukan pula informasi atau catatan-catatan penting tainnya yang dapat diperoleh tangsung dari operator yang pernah menangani dan bertanggung jawab langsung terhadap operasi dan pemeliheraannya > Di samping itu, Panduan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan Elektrik Bendungan hendaknya mencakup pula upaya-upaya yang periu diiakukan guna mencegah terjadinya kemerosotan kualitas seta penurunan fungsi peralatan tersebut. > Mengingat peralatan hidromekanik dan elektrik terdiri atas gabungan komponen- Komponen atau merupakan sirkit yang saling berkaitan, maka panduan seyogyanya disusun secera sistimatis di dalam bahasa Indonesia yang baik, jelas dan benar agar tidak menimbulkan_ kesalah pahaman dan atau kekurang pengertian bagi penggunanya. 4.2 Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai dasar atau acuan di dalam pembuatan dokumen Panduan Operasi dan Pemeliharaan Peratatan Hidromekanik dan Elektrik untuk Bendungan, balk yang baru maupun yang berupa perbaikan dokumen yang telah ada dalam rangka peningkatan. 4.3. Ruang Lingkup > Panduan Operasi dan Pemelinaraan Peralatan Hidromekanik dan Elektrik Bendungan hendaknya mencakup segala jenis kegiatan mengenai pengoperasian peralatan hidromekanik dan elektrik (mesin dan listrik) pada sebuah instalasi, termasuk operasi harian, perawatan dan pemeriksaan rutin, serta kegiatan pemantauan (monitoring) yang harus dilakukan, termasuk prosedur atau tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat > Panduan POP harus mencakup segala aktivitas operasi, pemellharaan dan pemeriksaan masing-masing jenis peralatan. > Panduan yang disusun hendaknya juga memuat prinsip-prinsip dan prosedur standar operasi, mencakup aspek-aspek seperti diuralkan pada bab-bab berikut ini. 4.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan > POP Peralatan Hidromekanik dan Elektrik suatu bendungan hendaknya mencantumkan secara jelas mengenai ketentuan dan batas-batas operasional seliap peralatan guna menjamin keselamatan atau menghindari risiko yang mungkin dapat ditimbulkannya. > Untuk setiap peralatan yang digerakkan dengan tenaga mesin, harus dicantumkan fata cara pengoperasian untuk semua penggerak pilihan, seperti pencatu daya uutama / pencatu daya cadangan / aktuator / manual, dan tain-lainnya. > Mengingat keruntuhan bendungan dapat menimpa segala jenis dan ukuran bendungan serta pada sefiap tahap pembangunannya, maka Pemilik dan atau Pengelola Bendungan harus menyiapkan tata cara bagaimana melakukan antisipasi atau upaya-upaya pencegahan sedini bendungan, yakni sejak tahap desain hingga bendungan beroperasi. mungkin dalam rangka pengamanan > Pada bendungan urugan, terutama dengan bangunan pelimpah berpintu, pengoperasian pintu harus dapat mencegah terjadinya peluapan akibat tidak/kurang memadainya fungsi pintu-pintu min keandalannya, terutama dalam rangka atau kapasitas bangunan pelimpah, > Apabila peralatan digerakkan secara manual, hendaknya disebutkan secara rinci kebutuhan minimum atau kebutuhan normal tenaga manusia yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan pinty (membuka/menutup pintu), termasuk jumlah putaran tuas penutup untuk membuka/menutup pintu secara penuh atau pada lebar tertentu. 15 Vali fas dan Keterbatasan * Panduan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan Elektrik Bendungan ini bersifat luwes dan dinamis, dalam arti dikemudian hari dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. * Pedoman ini merupakan satu kesatuan atau Bagian ke-4 dari buku “Pedoman Penyusunan Panduan Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan Bendungan” yang disusun oleh Balai Keamanan Bendungan bersama-sama dengan Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air, Dep. Kimpraswil. 24 BAB Il KETENTUAN OPERAS! DAN PEMELIHARAAN PERALATAN Umum Dalam rangka menjamin keselamatan serta menghindari risiko bahaya yang tidak diinginkan, setiap tindakan yang berkenaan dengan pengoperasian peratatan hidromekanik dan elektik bendungan harus dilengkapi dengan informasi yang jelas mengenai tata-cara, ketentuan dan batas-batas operasi peralatan, termasuk kondisi- kondisi lainnya yang berkaitan dengan pengopera Nn peralatan tersebut. Informasi tersebut antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Bukaan minimum pintu dan katup untuk mencegah kerusakan akibat kavitasi & getaran. Kecepatan normal yang dibutuhkan untuk membuka dan menutup pintu-pintu dan katup. ‘Segala bentuk peringatan yang harus diberitahukan sebelumnya, yakni pada saat-saat di bawah ini: + pengoperasian jenis peralatan tertentu. + pengeluaran dan atau pengaliran air waduk dalam jumlah/debit tertentu. di dalam ruangan terisolasi seperti menara, terowongan, atau lorong yencakup hal-hal sebagai berikut: + adatidaknya kandungan gas beracun atau kadar rendah oksigen. ‘+ kondisi ventilasi udera berikut peralatan bantunya. 5. Tata cara dan ketentuan, bagaimana mengunei atau mengisolasi pintu dan atau katup, yakni apabila ada pekerjaan peralatan dalam terowongan atau peralatan penting yang sedang dibongkar. 6. Tinggi muka air waduk, terutama pada saat dimana semua pintu harus dibuka penuh. 7. Larangan bagi sembarang orang (selain operator yang bersangkutan), agar tidak mengoperasikan peralatan, walaupun dengan seljin, lebih-lebin tanpa sepengetahuan operator yang bertanggung jawab. 8. _ Segala jenis peralatan hendaknya hanya dioperasikan oleh operator yang ditunjuk dan yang bertanggung jawab mengenai peralatan tersebut. 9. Kurva yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air waduk dengan lebar bukaan pintu/katup dan debit pengaliran, hendaknya ditempel pada tempat yang cocok dan mudah dilihat, terutama pada saat pengoperasian pintu. 22 Pemeliharaan dan Perawatan Peralatan ‘Agar peralatan hidromekanik dan elektrik dapat dioperasikan secara aman, handal dan berkelanjutan, diperiukan pemelinaraan dan perawatan peralatan serta tata cara _pengoperasian yang kesemuanya disusun dalam bentuk Buku Panduan. Disamping itu, ha-hal yang penting hendaknya dapat disarikan dan ditempelkan pada ‘aca untuk digunakan sebagai tempat-tempat yang strategis agar mudah dilihat dan acuanipanduan, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Jadual waktu pemeliharaan dan tata cara perawatan. 2. Bahan-bahan yang diperlukan, mencakup kualitas dan kuantitasnya. 3. Tata cara pelaksanaan perawatan. 4, Jenis peralatan yang dipertukan berikut ukuran/dimenst bagian-balan yang penting. Di dalam panduan pemelinaraan hendaknya dicantumkan pula sketsa yang menunjukkan tentang tata cara perawatan, posisi bagian yang dirawat, setelan atau pasangan dua Komponen yang saling bekerja sama, dan lain-lain. BAB II OPERAS! DAN PEMELIHARAAN PERALATAN 34 Umum Setiap peralatan hidromekanikal pada hakekatnya perlu dan harus dioperasikan ‘secara teratur guna meyakinkan bahwasanya peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan baik, disamping untuk mengetahui seandainya terdapat permasalahan yang dapat berpengaruh terhadap pengoperasian diwaktu yang akan datang. Permasalahan dapat muncul misalnya sebagai akibat pelumasan yang tidak/kurang efektif, adanya pergeseran atau himpitan yang dapat menghambat atau menyulitkan pengoperasian ‘dan permasalahan-permasalahan lainnya. Oleh karena itu disarankan agar semua peralatan yang tidak digunakan secara reguler hendaknya dioperasikan setiap tiga bulan sekali, Walaupun dalam waktu relatif singkat, hal ini masin lebih baik dari pada tidak dioperasikan sama sekali. Pengoperasian dengan cara-cara tersebut merupakan bagian dari pemeliharaan, 3.2 Manfaat Pemeliharaan Peralatan Peralatan yang dipelinara atau dirawat secara balk dan teratur pada umumnya awet serta kinerjanya lebih balk dan lebih efisien, hemat listik serta hemat tenaga operator. Pemeliharaan dan perawatan yang baik memerlukan alokasi dana yang cukup untuk keperluan pengadaan peralatan dan pembelian bahan-bahan. Pada umumnya telah ada petugas Khusus untuk keperuan tersebut, yakni staf Operasi dan Pemelinaraan. Selanjutnya, agar pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien, diperiukan pendidikan dan latihan bagi staf Operasi dan Pemeliharaan yang bersangkutan, termasuk Operator. Disamping itu, perlu diberi kesempatan pula untuk meninjau atau studi banding ke instalasi peralatan hidromekanik bendungan lain yang telah melaksanakan operasi dan pemeliharaan secara balk termasuk diskusi mengenai hhal-hal yang berkaitan dengan masalah operasi dan pemeliharaan peralatan. Beberapa badan pengelola bendungan ada yang menyerahkan dan mempercayakan tugas-tugas pemeliharaan tersebut secara reguler kepada pinak swasta dengan sistem kontrak kerja. Namun sistem semacam ini mungkin kurang ekonomis bila dibandingkan dengan pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh ara operator, disamping itu biasanya pata operator tersebut mempunyal “rasa memiliki" sehingga mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar. Botapapun, Pemelinaraan dan atau Perawatan peraiaten sedikitnya harus mencakup hel-hal berikut ini Keteraturan atau rutinitas pelumasan peralatan mekanih. Pemeriksaan terhadap kekencangan mur-baut, Khususnya pada peralatan yang menerima getaran selama operasi yaitu pada pemasangan roda gigi dan motor listrik Pemeriksaan terhadap kerapatan atau Kekedapan penahan paking (gland) terhadap bocoran air berikut penyetelan atau penggantian paking yang bocor atau rembes. Pemeriksaan terhadap kelurusan poros, penyetelan posisi sling dan kerja sama antara gigi bila diperlukan. Perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan kecil pada struktur, Pembersihan sampah di sekitar instalasi. Kebersinan serta perlindungan terhadap semua peralatan agar tetap bersih, antara lain dengan sistem pengecatan. Pemeriksaan terhadap kesiapan peralatan listrik, kondisi kawat dan kabel berikut sistem arde, penggantian sekering dan lampu panel yang putus. Pemeriksaan terhadap kerapatan panel listik terhadap rembesan air, serta pembersihan dan penggantian peralatan yang berkarat. 10. Pemeriksaan terhadap kemungkinan kebocoran pintu-pintu _termasuk perbaikannya, antara laian dengan cara penyetelan dan penggantian perapet. Di daiam Panduan hendaknya ditekankan mengenai pentingnya pembuatan Jadual pemeliharan dan pelaksanaan tugas secara berkala sepanjang tahun. Dengan demikian, Operator akan terbiasa melakukan sejumiah tugas pemeriksaan dan pemeliharzan setiap hari, mingguan, atau bulanan sesual dengan keperluan. Kalau perlu, jadual dapat diubah sesuai dengan tata dan cara kerja peralatan. Pengecatan struktur baja merupakan bagian penting dari program pemeliharaan. Dalam hal ini, pekerjaan pengecatan dan atau perbaikan-perbaikan struktur pada beberapa bendungan yang terletak dalam satu wilayah mungkin akan lebih praktis bila diserahkan kepada perusahaan yang khusus menangani pekerjaan tersebut. Perlu Giperhatikan bahwe ada bagian-bagian penting yang di dalam pemeliharaannya tidak memerlukan pengecatan, namun diperlukan pengamatan dan perawatan tersendiri, antara lain adalah bagian-bagian yang secara reguler memeriukan pelumasan atau gemuk (grease). Permukaan yang digalvanis mungkin masih memeriukan tambahan pengecatan, tetapi perlu lapisan etch khusus sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa pelapisan galvanis ulang pada peralatan baru, pada kondisi-kondisi tertentu_ memeriukan ketebalan tertentu pula yang cocok atau ideal untuk Kondisi tersebut. Oleh karena itu, Ketebalan lapisan ulang tersebut seyogyanya ditentukan terlebin dulu sebelum dilakukan petapisan ulang. Perlu diperhatikan pula bahwa kebersihan permukaan baja sebelum pengecatan harus dijemin kebersinannya. Oleh karena itu pekerjaan persiapan dan kebersihan permukaan baja sebelum pengecatan adalah hal yang tidak kalah pentingnya dari pengecatannya sendirl, Hindari pekerjaan pengecatan pada perrmukaan yang berkarat terutama pada lingkungan yang lembab. Contoh tipikal laporan pemeliharaan peralatan dapat dilihat pada Lampiran A. 3.3. OP Poralatan Pada Bangunan Pelengkap Pada umumnya peralatan hidromekanik dan elektrik yang dipasang pada bangunan pelengkap acapkali berbeda untuk setiap bendungan, sekalipun jenis dan ukuran bendungannya sama. Perbedaannya bisa terletak pada model maupun mekanisme dan cara kerja peralatan tersebut. Oleh karena itu, Panduan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan yang digunakan pada suatu bendungan tidak serta merta bisa dikorelasikan dan digunakan begitu saja untuk bendungan lain, Untuk itu, sebelum dibuat panduan operasi dan pemelinaraanya, terlebin dulu harus dipelajari secara ‘seksama mengenai manual dan prinsip kerja berikut cara-cara perawatan/ pemeliharaan peralatan yang bersangkutan. 3.3.1. OP Peralatan Pada Bangunan Pelimpah (1) Pintu Pelimpah Pada umumnya bangunan pelimpah yang dilengkapi dengan peralatan hidromekanik cenderung menggunakan lebih dari satu pintu. Oleh karena itu, Panduan OP Peralatan pada bangunan pelimpah di dalam panduan ini disamping mengacu pada kecenderungan tersebut, juga lokasi bangunan pelimpah diasumsikan berada diatau terletak di dekat bendungan. Berbagai jenis dan desain bangunan pelimpah acapkali mempunyai peralatan kontrol dengan rancangan khusus, sehingga POP-nya perlu dibuat secara khusus pula oleh ahli yang bersangkutan, misainya bangunan pelimpah menara jenis morning glory dan tain-lainnya. Disamping itu, jenis pintu radial yang digunakan untuk mengatur pengeluaran di bangunan pelimpah, seringkali dilengkapi pula dengan pintu jenis fain seperti pintu sorong verlikal dan pintu engsel bawah. Dalam hal demikian, diperukan POP yang khusus pula, terutama tentang koordinasi dan pengaturan yang jelas mengenai pengoperasian pintu-pintu tersebut. Desain pintu. pelimpah biasanya diharapkan dapat atau mampu melepaskan air dengan debit besar. Bahkan ukuran pintunya sedemikian rupa sehingga mampu melewatkan banjir maksimum yang masuk ke waduk tanpa terjadi kerusakan. Mengingat kondisi demikian dapat mengancam keselamatan i bagian hilinya, maka kondisi pintu-pintu harus tetap terjaga dan terpelihara dengan baik agar mudah pengoperasiannya. Untuk itu diperlukan POP yang jelas, rinci namun sistematik agar tidak membingungkan operator yang bersangkutan. Berkaitan dengan kurva korelasi antara debit pengaliran dengan bukaan pinta dan tinggi muka air waduk, hendaknya dicantumkan pula bukaan pintu minimum berikut tahapan atau langkah-langkah pengoperasian yang perlu dilakukan. Untuk instalasi yang relatif kecil, hal ini mungkin tidak terlalu penting. Namun untuk instalasi yang relatif beser, mungkin diperiukan pengoperasian pintu-pintu secara bertahap dari satu pintu ke pintu-pintu lainnya agar diperoleh aliran pengeluaran yang ideal sesuai dengan penampang bangunan pelimpah. Disamping ity, hendaknya diupayakan agar pintu-pintu dioperasikan secara merata dengan sistem bergilir atau rotasi agar kesemuanya terbiasa digerakkan hingga diperoleh tingkat keausan yang merata. Disamping itu, cara ini juga dapat menjamin kemudahan dan kelancaran sekaligus keamanan pengoperasiannya. Hindarkan kebiasaan yang keliru dengan hanya mengoperasikan pintu-pintu yang lokasinya berdekatan dengan ruang kontrol sala. Seringkali terjadi dimana hanya satu pintu tertentu saja yang selalu dioperasikan atau bahkan sama sekali tidak pernah dioperasikan oleh operator yang bersangkutan. Kasus demikian perlu diketahui penyebabnya, antara lain dengan melinat atau membaca laporan operasi yang dibuat atau alat penghitung yang dipasang. Contoh tipikal laporan operasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran B. Hal penting yang peru dicermati didalam kasus ini adalah ada tidaknya permasalahan yang terjadi pada satu atau lebih pintu yang tidak pernah dioperasikan tersebut, mungkin menyangkut masalah hidrofik atau akibat terakumulasinya endapan atau sampah. Permasalahan ini harus segera diatasi 10 (2) guna menghindari terjadinya kemacetan atau kondisi pintu yang berada di luar kendali operasi, terutama di dalam kondisi darurat. Peralatan Kontrol Pengoperasian peralatan di bangunan pelimpah dapat dilakukan dengan berbagai cara, terutama yang berkaitan dengan Iokasi unit pengangkat dan peralatan kontrol. Pintu radial biasanya diangkat/dioperasikan dengan menggunakan rantai, sling, atau silinder hidrolik, ada pula yang dioperasikan dengan menggunakan batang ulir. Cara tradisional dengan menggunaken sling telah merupakan cara umum pengoperasian, namun akhir-akhir ini ada kecenderungan pengoperasian dengan menggunakan hidrolik oft Pengoperasian dengan sling biasanya dilakukan dengan cara ‘mengkaitkannya pada bagian atas atau permukaan depan pintu radial alau bagian atas pintu sorong vertikal. Perlu diperhatikan bahwa mengkaitkan sling pada permukaan bagian hulu (biasanya dekat pada dasar pintu) mempunyai kelemahan, yakni sebagian dari sling ada yang terendam secara terus menerus atau keluar masuk dalam air secara tetap. Cara ini, selain menimbulkan permasalahan saat pemeriksaan sling, juga dapat mempercepat proses keausan akibat korosi. Peralatan angkat biasanya diletakkan di atas lantai, tepat di atas pintu dan di samping jembatan penghubung yang melintas di atas saluran peluncur (sluiceway). Dengan pengaturan dua titik angkat di pintu, unit sentral penggerak (lengkap dengan motor dan kotak roda gigi) biasanya menggerakkan poros dengan sebuah drum sting di atas setiap tik angkat. Dalam hal ini, biasanya terdapat beberapa peralatan penyetel sling agar sling tetap dapat berjalan pada jalur yang bener. Penggerak dengan rantai selain dapat dioperasikan dari lanai dengan menggunakan alat angkat, kadang-kadang dapat pula dioperasikan pada atau dari dermaga (pier) pada poros kantilever. Penggerak tipe ini, dimana gerakan "1 3.3.2 (a) yang satu tidak tergantung dengan yang lain, dapat mengakibatkan tidak sinkronnya gerakan antara dua sisi. Oleh karena itu, operasi semacam ini diperlukan sinkronisasi motor, dimana salah satu sisi dianggap sebagai sisi penggerak sedangkan sis yang lain sebagai pengikut. Dewasa ini, sistem yang telah biasa digunakan dan dapat diandalkan adalah penggerak pintu bangunan dengan menggunekan silinder hidrolik, Di dalam sistem ini, untuk menjamin adanya keseimbangan aliran oli antara silinder yang berada di tiap sisi pintu, biasanya terdapat operasi kompensasi yang dipasang di dalam sirkit hidrolik. Oleh karena itu, di dalam POP harus dicantumkan penjelasan mengenai sistem operasi hidrolik ini, termasuk cara- cara mengalihkan operasi dengan menggunakan pompa tangan yang dicadangkan. OP Peralatan Pada Bangunan Pengeluaran Bawah Variasi dan Kombinasi Peralatan Mengingat banyaknya variasi dan kombinasi peralatan serta adanya berbagai tipe instalasi bangunan pengeluaran bawah, maka di dalam Panduan OP-nya harus mencantumkan keterangan yang rinci berikut gambar-gambar yang jelas mengenai jenis atau komponen-komponen peralatan pintu dan katup yang dipasang pada bangunan pengeluaran bawah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kemiripan pada kenampakan strukturalnya, sehingga peralatan yang sama di dalam suatu instalasi tidak berarti harus sama dengan yang dipasang pada instalasi lainnya. Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis peralatan yang hendak dipasang pada suatu instalasi adalah kapasitas pengeluaran air yang diinginkan serta tinggi muka air yang diharapkan. Kedua faktor tersebut sangat menentukan besamya tekanan dan kecepatan pengaliran air yang bekerja pada suatu peralatan. Disamping itu, dalam rangka menentukan berapa jumiah bangunan pengeluaran (outlet) yang diperiukan serta ukuran bukaan pintu masing-masing, 12 2) maka di dalam Panduan perlu dicantumkan pula grafik yang menggambarkan hubungan antara tinggi muka air di dalam waduk versus debit pengaliran air yang diinginkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa mengingat keseluruhan peralatan tersebut tidak selalu tampak atau dapat terlihat dengan segera, maka laporan inspeksi acapkali memberikan informasi yang kurang akurat sehingga periu diperiksa dan dicek secara seksama, Pintu dan Katup Susunan umum katup dan pintu-pintu pada bangunan pengeluaran bawah yang telah digunakan selama ini adalah dengan memasang katup/pintu pengaman atau katup darurat di sebelah hulu dari katup/pintu kontrol, dengan susunan variasi sebagai berikut: KatupiPintu Pengaman KatupiPintu Kontrol = Pintu Sorong = Pintu Sorong = Katup Sorong ~ Katup Jarum (Needle Valve) ~ Katup Sorong ~ Katup Lubang-Pancaran (Hollow Jet Valve) + Katup Ekor Cincin = Katup Pancaran (Jet Valve) (Ring Follower Valve) ~ Katup Kupu-kupu (Butterfly Valve) | - Katup Kerucut Tetap (Fixed Cone Valve) ~ Katup Kupu-kupu = Katup Jarum ‘Agar pengoperasian katup pengaman benar-benar berada di bawah tekanan seimbang maka diperlukan sistem jalan pintas (by pass). Sistem ini dapat berupa satu atau dua pipa berdiameter lebih kecil daripada katup kontrol, yang mulut pengambilannya berada di sisi hulu katup pengaman dan katup kontrol. Saat keseimbangan tekanan tercapai, katup pengaman dapat dibuka dan biasanya dibuka penuh sebelum katup kontrol dioperasikan. Perlu diingat bahwa bukaan kecil pada katup kontrol dapat mengakibatkan terjadinya aliran air dengan kecepatan tinggi lewat bukaan kecil tersebut sehingga dapat menimbulkan kerusakan akibat kavitasi. 18 Katup pengaman direncanakan untuk dibuka atau ditutup penuh dan tidak boleh dibuka sebagian (parsial). Katup ini biasanya direncanakan untuk dapat menutup saat tekanan air tidak seimbang tetapi tidak untuk dibuka saat tekanan air tidak seimbang. Apabila katup pengaman tidak dibuka penuh sebelum katup kontrol dioperasikan, maka aliran air akan menimbulkan getaran berlebihan pada pintu dan dapat mengakibatkan kerusakan akibat kavitasi. Untuk menjamin agar jalannya operasi tetap aman, biasanya di antara katup pengaman dan katup kontrol dipasang pula katup pelepas/pemasok udara, balk yang bertipe otomatis atau yang tidak otomatis. Susunan dan tipe ini harus dicantumkan secara jelas dalam Panduan Operasi dan Pemeliharaan. ‘Sebelum katup dioperasikan, harus diperiksa bahwasanya aerator dapat berfungsi/bekerja dengan balk. Terutama apabila katup pengaman ditutup dalam situasi darurat, dimana di dalam terowongan atau pipa pesat penuh dengan aliran air, sehingga tidak dapat memasukkan udara dari ujung hilir. Sedotan air yang mengalir keluar dari terowongan dapat menimbulkan kondisi tekanan yang sangat rendah di sisi hulu yang dapat menimbulkan kerusakan atau keruntuhan pipa pesat. Kondisi demikian dapat pula terjadi pada katup kontrol, khususnya yang memancar ke udara terbuka atau ke daerah yang bertekanan rendah atau yang mempunyai kemungkinan terjadinya kavitasi, sehingga biasanya diperlukan pasokan udara dari luar bangunan pengeluaran. Pasokan udara ini biasanya dapat berupa pipa terbuka atau katup udara otomatis, dimana udara dapat masuk tetapi segera akan menutup saat ada tekanan air dari dalam. Pada instalasi yang katup udaranya dioperasikan secara manual, adalah penting untuk memeriksa dan mengatur katup udaranya terbuka atau tertutup pada saat yang tepat. 14 (3) Peralatan Kontrot Panduan Operasi dan Pemeliharaan peralatan kontrol untuk bangunan pengeluaran bawah hendaknya mencantumkan urutan pengoperasian sesuai dengan disain yang ada, baik yang dioperasikan secara manual ataupun yang elektrik. Walaupun urutan pengoperasian secara rinci tergantung kepada jenis peralatan yang dipasang, namun secara garis besar urutan pengoperasian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Cek bahwa katup pengaman dan katup kontrol dalam kondisi tertutup sepenuhnya. 2. Buka katup pintas (by pass) untuk katup pengaman, 3. Periksa dan pastikan, pelepasan udara dari ruang antara katup terjadi secara otomatis atau manual. 4. Pastikan bahwa telah terjadi aliran air yang ditandai dengan adanya udara keluar manometer, suara_berisik, atau terjadinya getaran pada tuas pemutar katup 5, ek lamanya pengisian ruangan dan bandingkan dengan operasi normal sebelumnya. 6. Pastikan bahwanya ruangan telah terisi penuh dengan air yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang tidak bergerak, berhentinya suara berdesis atau getaran. 7. Tutup rapat-rapat katup udera bila dirasa sudah cukup. Buka sepenuhnya katup pengaman, 9, Pastikan bahwa telah terjadi pasokan udara pada katup kontrol. 40, Buka katup kontrol sampai ke posisi minimumnya. Panduan Operasi dan Pemeliharaan harus mencantumkan pula ada fidaknya kisi penyaring sampah pada mulut sadap berikut cara-cara membersihkannya. Bila dipastikan bahwa terkumpulnya endapaa atau sampah di mulut pengambilan dapat menimbulkan masalah atau berpengaruh terhadap beroperasinya peralatan, kondisi ini harus dicantumkan secara jelas di dalam Panduan. 15

You might also like