You are on page 1of 6

ISSN : 1978 - 0575 162

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN


Ju
r

IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF


na
lK

DI PUSKESMAS CILACAP UTARA


ES
M
AS

Lelia Kusuma Astuti


UA

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta


D
Vo
l

Abstract
.3
,N
o.

Background: Breastfeeding in Indonesia has not fully implemented. Efforts to increase


3,

breastfeeding behavior in women who have exclusively breastfed infants in particular is still
Se

considered insufficient. The main problem is the socio-cultural factors, awareness of the importance
p
te

of breastfeeding, health services and health workers who have not fully support the PP-ASI, vigorous
m
be

promotion of formula milk and the mother worked. Knowledge mother became one of the factors that
r2

influence exclusive breastfeeding. Phenomenon that occurs in the region of Central Cilacap district,
00
9

was found in mothers who have not given exclusively breastfed their babies and mothers still do not
know the benefits of exclusive breastfeeding.
Method: This was rurvey research using descriptive method. Data collection was spread out
questionnaires, then the data obtained are processed statistically by descriptive analysis and
presented in tabular form the frequency distribution. The number of respondents as many as 80
people.
Result: The results showed that respondents who had a level of knowledge of both exclusive
breastfeeding as much as 78%, the level of knowledge was 19%, and who have less knowledge level
of 3%. White exclusive breasfeeding in the health center of Central Cilacap 60% and 40% of
respondents did not give their babies breast milk exclusively.
Conclusion: Women who have knowledge of both exclusive breastfeeding is not always given
exclusively breasfed their babies, because there are many other factors that influence exclucive
breasfeeding.

Keywords : The knowledge of exclusive breastfeeding, exclusive breastfeeding.

1. PENDAHULUAN
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO) adalah pemberian ASI
saja (tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
maupun makanan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, nasi tim, dan
lain-lain), hingga bayi berusia 6 bulan. 1 Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain
menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak.
ASI selain merupakan suatu kebutuhan juga menjadi hak azasi bayi yang yang harus
dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada Pekan ASI sedunia tahun
2000 dengan Tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu; Mendapat ASI adalah hak
azasi bayi”.2
Studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya di wilayah Kecamatan Cilacap
Tengah dalam satu tahun terakhir terdapat 982 ibu yang melahirkan dan 951 ibu yang
menyusui bayinya. Di perkotaan, banyak dijumpai bayi diberi susu botol daripada
disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, bayi yang baru berusia 1 bulan sudah
diberi pisang atau nasi yang dihaluskan sebagai tambahan ASI. Selain itu, masih
ditemukan beberapa ibu yang kurang mendapat informasi bahkan seringkali menerima
informasi yang salah tentang ASI eksklusif. Ada anggapan bahwa kolostrum adalah
susu basi yang harus dibuang dan bayi harus diberi makanan tambahan lain selain ASI
untuk mempercepat pertumbuhannya.
Berdasarkan fenomena di atas dan penelitian mengenai pengetahuan tentang
pemberian ASI eksklusif belum pernah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan studi deskriptif tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif di

Studi Deskriftif Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui…………(Lelia Kusuma Astuti)


163 ISSN : 1978-0575

Puskesmas Cilacap Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran


Ju

tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dan gambaran pemberian ASI
r
na

eksklusif di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah.


lK
ES
M
AS

2. METODE PENELITIAN
UA
D
Vo

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan metode


l
.3

deskriptif yaitu ditujukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu


,N

menyusui tentang ASI eksklusif dan gambaran pemberian ASI eksklusif oleh ibu
o.

kepada bayinya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui di wilayah
3,
Se

Kecamatan Cilacap Tengah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
p
te

dengan cara total sampling. Sampel yang diambil untuk penelitian adalah populasi
m
be

yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai
r2

berikut : a) Bersedia menjadi responden; b) Ibu menyusui yang berkunjung ke


00
9

Puskesmas Cilacap Tengah selama bulan Juni 2004; c) Mempunyai anak usia 6-24
bulan. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Tidak bersedia menjadi
responden; b) Ibu menyusui yang memiliki anak di bawah usia 6 bulan. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi serta untuk mendiskripsikan masing-
masing variabel.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1) Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


di Puskesmas Cilacap Tengah
Umur Responden Jumlah Prosentase (%)
1. Umur Responden
Kurang dari 20 tahun 2 3
20 – 30 tahun 52 65
Di atas 30 tahun 26 32
2. Pendidikan Responden :
SD atau sederajat 23 29
SLTP atau sederajat 21 26
SLTA atau sederajat 31 39
Perguruan Tinggi 5 6

3. Jenis Pekerjaan Responden :


Ibu rumah tangga 69 86
PNS 1 1
Swasta 6 8
Wiraswasta 4 5

4. Penghasilan Keluarga :
Kurang dari Rp 500.000,00 56 70
Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 17 21
Di atas Rp 1.000.000,00 7 9

Berdasarkan Tabel 1. diketahui mayoritas responden berusia 20–30 tahun yaitu


sebesar 65% dan yang paling sedikit berusia kurang dari 20 tahun sebesar 3%. Tabel
1. Page
juga2 menunjukkan bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah

KES MAS Vol. 3, No. 3, September 2009 : 162-232


KES MAS ISSN : 1978-0575 164

pendidikan menengah (SLTP dan SLTA atau sederajat) yaitu 65% dan yang paling
Ju

sedikit adalah Perguruan Tinggi yaitu 6%. Sebagian besar responden tidak bekerja
r
na

atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 86%, sedangkan 14% responden
lK
ES

bekerja dengan variasi jenis pekerjaan sebagai PNS, swasta dan wiraswasta. Jika
M

dilihat dari tingkat penghasilan paling banyak berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000
AS

sebesar 70%.
UA
D
Vo

2) Analisis Univariat
l
.3

a) Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif


,N
o.
3,

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui


Se

tentang ASI Eksklusif Di Puskesmas Cilacap Tengah


p
te
m

Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)


be
r2

Kurang 2 3
00
9

Sedang 15 19
Baik 63 78
Jumlah 80 100

Tabel 2. menunjukkan pada tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI


eksklusif didapatkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik
yaitu sebanyak 63 orang (78%), responden yang mempunyai pengetahuan
sedang sebanyak 15 orang (19%), dan responden yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (3%).

b) Pemberian ASI Eksklusif


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif
di Puskesmas Cilacap Tengah
Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Prosentase (%)
Ya 48 60
Tidak 32 40
Jumlah 80 100

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 80 responden hanya 48 orang (60%)


yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan 32 orang (40%) tidak
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data primer, dapat dinyatakan hasil penelitian yang
menyangkut pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif menunjukkan bahwa
78% dari responden mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif baik. Data yang
diperoleh menggambarkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA
yaitu 39%. Bila dilihat dari jumlah responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi,
sebanyak 100% dari responden tersebut mempunyai tingkat pengetahuan tentang
ASI eksklusif baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto pada tahun 1987 yang
dikutip oleh Sarif Hidayat bahwa tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut
menentukan mudah tidaknya ibu menyerap dan memahami informasi gizi yang

Studi Deskriftif Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui…………(Lelia Kusuma Astuti)


165 ISSN : 1978-0575

diperoleh. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, semakin mudah ia menyerap
Ju

informasi gizi dan kesehatan, sehingga pengetahuan dan kesehatannya akan baik. 3
r
na

Hal ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
lK
ES

akan mempengaruhi pengetahuannya, seperti teori Green (1980) yang mengatakan


M

bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. 4


AS

Jika dilihat dari jumlah responden yang berpendidikan SD atau sederajat hanya 8%
UA
D

yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang dan 52% memiliki
Vo

pengetahuan tentang ASI eksklusif baik. Data tersebut menggambarkan bahwa ibu
l
.3

yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu mempunyai pengetahuan tentang


,N

ASI eksklusif kurang. Menurut Notoatmojo, pengetahuan merupakan hasil “tahu’, dan
o.
3,

ini terjadi setelah seseorang melakukan pengidraan terhadap suatu obyek tertentu.
Se

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 5 Hal ini
p
te

berarti dapat dikatakan juga bahwa pengetahuan seseorang tidak selalu didapat dari
m
be

pendidikan formal tetapi juga dari pengalaman maupun informasi dari orang lain.
r2
00

Pada item pertanyaan yang mengukur pengatahuan ibu menyusui tentang ASI
9

eksklusif sebagian besar responden (79%) memahami pengertian ASI eksklusif dan
75% responden memahami manfaat ASI eksklusif. Hasil penelitian ini menunjukkan
angka yang lebih baik dibandingkan hasil dari penelitian terhadap 900 ibu disekitar
Jabotabek pada tahun 1995 yang diperoleh fakta bahwa 70,4% ibu tidak pernah
mendengar informasi tentang ASI eksklusif. 6 Perbedaan angka dari penelitian
tersebut menggambarkan adanya peningkatan informasi tentang ASI eksklusif. Hal ini
dikarenakan seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu
pengetahuan. Tetapi hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 25%
responden belum memahami pengertian kolustrum, dan masih ada 10% responden
yang berpendapat bahwa kolustrum tidak dapat diberikan kepada bayi. Hasil
penelitian ini sedikit lebih baik dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan di
Kabupaten Barru, Sulawesi Tengah pada tahun 1997 yang menunjukkan sebanyak
17% ibu membuang kolustrum.2 Perilaku menyusui yang kurang mendukung seperti
membuang kolustrum ini disebabkan masih adanya kepercayaan atau mitos bahwa
ASI yang keluar pertama kali adalah susu basi, rusak, dan kotor sehingga pada hari-
hari pertama para ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Fenomena ini selaras
dengan pendapat Indrawijaya yaitu bahwa mereka yang berasal dari tingkat
pendidikan rendah cenderung mempertahankan tradisi yang sudah ada. 7 Adanya
anggapan bahwa kolustrum adalah susu basi yang harus dibuang perlu dihilangkan
dengan memberikan pengertian dan pemahaman kepada ibu-ibu tentang manfaat zat
-zat yang terkandung dalam kolustrum bagi bayi yang baru lahir. Kolustrum, atau
biasa disebut susu jolong, sudah terbukti mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi sejak lahir.1
Pemberian ASI eksklusif ditentukan jika ibu hanya memberikan ASI saja
kepada bayinya tanpa makanan tambahan sampai bayi berumur 4-6 bulan. Pada
penelitian ini, peneliti menetapkan pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya
minimal sampai bayi berumur 4 bulan karena jika menggunakan ketentuan pemberian
ASI eksklusif sampai 6 bulan sesuai rekomendasi dari UNICEF, maka akan
didapatkan angka yang jauh lebih kecil dari yang diharapkan. Hasil penelitian
menujukkan hanya 60% dari responden memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
minimal 4 bulan. Hasil ini belum sesuai dengan komitmen seperti yang tercantum
dalam UU RI No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)
tahun 2000-2004 yang menyebutkan bahwa tingkat pencapaian pemberian ASI
eksklusif ibu kepada bayinya harus mencapai target 80%.8 Hasil penelitian
menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar responden (78%) mempunyai
pengetahuan tentang ASI eksklusif baik, namun masih banyak responden yang belum
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebesar 40%.
Page 4

KES MAS Vol. 3, No. 3, September 2009 : 162-232


KES MAS ISSN : 1978-0575 166

salah satu alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASi eksklusif
Ju

adalah karena ibu bekerja, terutama ibu dengan cuti hamil 3 bulan. Namun, hasil
r
na

yang ditunjukkan dalam penelitian ini, responden yang sebagian besar adalah ibu
lK
ES

rumah tangga atau tidak bekerja, pencapaian pemberian ASI eksklusif kepada bayi
M

belum mencapai angka yang diharapkan.6


AS

Hal ini disebabkan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI
UA
D

eksklusif. Faktor-faktor tersebut diantaranya: faktor psikologi, takut kehilangan daya


Vo

tarik sebagai seorang wanita; faktor fisik, ibu sakit atau putting susu masuk ke dalam
l
.3

sehingga bayi tidak mau menyusu; gencarnya promosi susu formula; dan faktor
,N

kurangnya peran petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI eksklusif


o.
3,

menyebabkan masyarakat kurang mendapat informasi dan dukungan tentang


Se

manfaat pemberian ASI eksklusif.9


p
te

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif sampai 6


m
be

bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang
r2
00

menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu
9

yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. 6

4. SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan
Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif baik
sebanyak 78%, tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif sedang sebanyak 19%,
dan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang sebanyak 3%. Pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Cilacap Tengah sebanyak 60% sedangkan 40% tidak
memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak selalu orang
yang memiliki pengetahuan dan pemahaman atas sesuatu hal akan menunjukkan
perilaku yang serupa dengan apa yang diketahuinya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif baik tidak selalu
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena masih banyak faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

b. Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai pemberian ASI
eksklusif dengan pendekatan lebih detail secara kualitatif selain menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pengambilan data tidak hanya menggunakan kuesioner
tetapi juga dengan observasi langsung serta dengan menambah variabel penelitian
mengingat tidak hanya faktor pengetahuan saja yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Supriyadi, R.W. at all. Kiat sukses menyusui. Jakarta: Aspirasi Pemuda. (2002).
2. Anonim. Strategi Nasional PP-ASI. http://www.gizi.net/kebijakangizi/html.29 Juli 2003.
2003
3. Emilia, S. & Hamzah. Upaya menurunkan angka kematian dan angka kesakitan balita.
Di dalam : Kardjati, Kusin & Anna, A., editors. Aspek kesehatan dan gizi balita. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.1985
4. Notoatmodjo, S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset. 2003
5. _______. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta.1997
6. Roesli, U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.2000
7. Indrawijaya, A. Perilaku organisasi. Bandung: Sinar Baru Algersindo.2000
Page 5

Studi Deskriftif Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui…………(Lelia Kusuma Astuti)


167 ISSN : 1978-0575

8. Anwar, S.A. Hak asasi bayi dan pekan ASI sedunia. http://www.suaramerdeka.com.29
Ju

Juli 2003.2003
r
na

9. Soetjiningsih. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC.1997


lK
ES
M
AS
UA
D
Vo
l
.3
,N
o.
3,
Se
p
te
m
be
r2
00
9

Page 6

KES MAS Vol. 3, No. 3, September 2009 : 162-232

You might also like