You are on page 1of 8

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95


Juni 2014

SIFAT KIMIA TANAH PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN


DI DESA BOBO KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI

Siti Rahmah1) , Yusran2) , Husain Umar2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1) Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Conversion of land use system can affect natural ecological processes such as soil properties. A
study was conducted to determine the effects of different land use systems (primary forest,
agroforestry and coffea plantation) on soil chemical properties in Lore Lindu National Park area,
Bobo village, Palolo district, Sigi regency, Central Sulawesi.We measured these effects by
quantifying some chemical soil analysis were done on soil samples taken at two depths (0-30cm and
>30-60cm). Soil samples were collected from the field by using steel cylinders at three different
land use types; primary forest, agroforestry and coffea plantation, respectively. The results of the
study, on one hand, revealed that pH (H2O), C-organic, total N, P-available, total K and cation
exchange capacities of the primary forest were 6.43, 2.22 %, 0.17 %, 19.77 mg/100g, 37.36
mg/100g and 30,18 me(+)kg-1, while at agroforestry, pH (H2O), C-organic, total N, P-available,
total K and cation exchange capacities were 4.86, 1.61 %, 0.17 %, 19.84 mg/100g, 18.74 mg/100g,
14,56 me(+)kg-1, respectively. Furthermore, pH (H2O), C-organic, total N, P-available, total K and
cation exchange capacities of the coffea plantation were 6.49, 1.56 %, 0,17 %, 14.16 mg/100g,
49.69 mg/100g and 2877 me(+)kg-1, respectively.
Keywords :Land use type, Lore Lindu National Park, Soil chemical properties.

PENDAHULUAN Perkembangan jumlah penduduk yang sangat


cepat, mengakibatkan peningkatan kebutuhan
Latar Belakang hidup, baik secara kuantitas maupun kualitas,
Kebutuhan lahan akan semakin meningkat sedangkan ketersediaan sumber daya lahan,
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk semakin berkurang dan sangat terbatas. (Arifin,
untuk berbagai kepentingan, baik untuk 2010). Berbagai tipe penggunaan lahan tersebut
pemenuhan kebutuhan akan sandang, papan, dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah
dan pangan. Salah satu jalan keluar untuk baik dari sifat kimia, fisika, maupun biologi
memenuhi kebutuhan lahan tersebut adalah tanah. Komponen kimia tanah yang dipengaruhi
dengan melakukan perambahan lahan hutan. meliputi; pH tanah, N, P, K, C-organik, dan
(Izzudin, 2012). Alih guna hutan menjadi lahan KTK. Tanah adalah lapisan atas bumi yang
pertanian telah menunjukkan dampak yang merupakan campuran dari pelapukan batuan
sangat besar terutama terhadap kerusakan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan
lingkungan, akan tetapi proses itu terus membusuk, akibat pengaruh cuaca, jasad
berlangsung dan telah menunjukkan dampak- makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-
dampak negatif yang berlangsung dan tidak mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian
seorang pun yang tahu sampai kapan proses itu membentuk tanah yang subur (Saridevi dkk,
dipastikan dapat dihentikan. Alih guna lahan 2013). Menurut Nelvia (2012), Kesuburan tanah
menyebabkan berkurangnya kerapatan tanaman dapat diperbaiki melalui pemberian pupuk,
dan keragaman jenis tanaman (Tolaka, 2013). pemberian pupuk organik tidak hanya

88
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

memperbaiki kesuburan kimia tetapi juga MATERI DAN METODE PENELITIAN


memperbaiki kesuburan fisik dan biologi tanah.
Beberapa peneliti telah melaporkan tentang
Tempat dan Waktu
bagaimana perubahan penggunaan lahan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
Oktober sampai dengan Desember 2013,
Misalnya Kizilikaya dan Dengiz (2010), yang
bertempat di tiga lokasi yaitu hutan primer,
melaporkan bahwa perubahan penggunaan
lahan agroforestri dan perkebunan kopi di Desa
lahan dari hutan menjadi lahan pertanian dan
Bobo, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Dan
peternakan secara nyata berpengaruh terhadap
analisis sifat kimia dari sampel tanah yang
penurunan bahan organik tanah, Porositas, N-
dikoleksi dari lapangan dilakukan di
total dan stabilitas agregat tanah. Barek (2013)
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
juga melaporkan bahwa tanah pada lahan hutan
Universitas Tadulako.
primer cenderung memiliki sifat kimia yang
Bahan dan Alat
lebih baik yang dicirikan dengan pH yang
Bahan – bahan yang digunakan yaitu: tali
cenderung netral (6,59), C-organik (5,16%), N-
raffia untuk membuat batas plot, kantong
total (0,53%), P-tersedia (27,05%ppm), dan
plastik untuk menyimpan sampel tanah, sampel
KTK yang lebih tinggi (24,80) (+)kg-1,
tanah untuk bahan penelitian, zat-zat kimia
dibandingkan dengan lahan agroforestri dan
digunakan dalam proses analisis di
perkebunan kakao baik kedalaman ≤ 10 cm
laboratorium.
maupun 10-20 cm.
Alat – alat yang digunakan yaitu: parang
Kabupaten Sigi merupakan salah satu
untuk membersihkan tempat pengambilan
daerah yang memiliki penggunaan lahan yang
sampel tanah, ring untuk mengambil sampel
berbeda-beda yang diakibatkan oleh aktifitas
tanah, penumbuk ring, global positioning
masyarakat setempat yaitu dari hutan primer
system (GPS), meteran untuk mengukur
menjadi lahan agroforesti dan kebun kopi. Oleh
panjang dan lebar, alat tulis menulis, kamera
karena itu penting untuk dilakukan penelitian
untuk dokumentasi penelitian, alat-alat
tentang analisis sifat kimia tanah pada hutan laboratorium untuk analisis sifat-sifat kimia
primer, lahan agroforestri dan perkebunan kopi. tanah.
Rumusan Masalah Metode Penelitian
Penggunaan lahan oleh masyarakat Desa Metode yang digunakan pada penelitian ini
Bobo adalah mengalih fungsikan sebagian
adalah metode survei lapangan untuk
hutan primer menjadi lahan agroforestri dan
menentukan ketiga titik petak contoh yaitu
perkebunan kopi. Oleh karena itu yang menjadi
hutan primer, lahan agroforestri, dan
permasalahan dalam penelitian ini adalah perkebunan kopi. Pengambilan sampel tanah,
sejauh mana perubahan sifat kimia tanah dari analisis sampel tanah di laboratorium, baik data
hutan primer menjadi lahan agroforestri dan dari lapangan maupun data dari laboratorium.
perkebunan kopi di Desa Bobo Kecamatan Untuk penentuan lokasi dilakukan secara
Palolo Kabupaten Sigi.
purposive sampling. Pengambilan sampel tanah
Tujuan dan Kegunaan dilakukan pada dua tanah yaitu kedalaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanah ≤ 30 cm dan 30-60 cm. Untuk tiap titik
sifat kimia tanah (pH, C-organik, KTK, N-total, petak contoh diambil dua sampel tanah dengan
P-total, K-total) pada berbagai tipe penggunaan jumlah keseluruhan sampel adalah enam sampel
lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo
tanah.
Kabupaten Sigi. Penelitian ini diharapkan dapat
Penentuan Petak Contoh
memberikan informasi mengenai sifat-sifat
Sampel tanah diambil pada tiga lokasi yaitu,
kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan Hutan Primer, Lahan Agroforestri, dan
lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo Perkebunan Kopi. Karakteristik dari ketiga
Kabupaten Sigi, sebagai bahan pertimbangan
lokasi tersebut disajikan pada tabel 1.
bagi pengambil kebijakan.

89
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

Tabel 1. Karakteristik hutan primer, lahan Ukuran plot yang digunakan dalam
agroforestri, dan perkebunan kopi. pengambilan sampel tanah, yaitu ukuran 50X50
m, dengan posisi plot mengikuti arah mata
angin. Untuk pengambilan sampel tanah A,
diambil dari titik tengah plot, sedangkan untuk
pengambilan sampel tanah B diambil dari 4 titik
yaitu titik B1, B2, B3, dan B4 lalu dicampur,
dan untuk sampel C diambil dari titik C1, C2,
C3, dan C4 lalu dicampur atau di komposit.
Pengambilan sampel tanah A dipisah
Pengambilan Sampel Tanah menjadi dua bagian berdasarkan faktor
Pengambilan sampel tanah di sajikan pada kedalaman, yaitu (kedalaman ≤ 30 cm) dan A2
lampiran 2. Untuk pengamilan sampel tanah (kedalaman 30-60 cm). Demikian juga cara
pada hutan primer dilakukan sebanyak empat pengambilan sampel tanah B dan C. Untuk
titik yang telah ditentukan letaknya, kemudian sampel tanah A1, B1, dan C1 yang berasal dari
dikompositkan/dicampur. Cara yang sama juga kedalaman yang sama yaitu ≤ 30 cm dicampur
digunakan untuk pengambilan sampel tanah menghasilkan 1 sampel tanah yang diberi label
pada Lahan Agroforestri dan yang berada pada D1 untuk sampel tanah A2, B2, dan C2,
Perkebunan Kopi. Jumlah sampel tanah yang dicampur menghasilkan sampel tanah ke-2 dan
akan dijadikan bahan penelitian adalah enam diberi label D2.
sampel tanah, dua sampel tanah yang berasal Cara yang sama juga digunakan dalam
dari hutan primer, dua sampel tanah yang pengambilan sampel tanah pada agroforestri
berasal dari lahan agroforestri dan dua sampel dan perkebunan kopi. Sampel tanah yang
tanah yang berasal dari perkebunan kopi. berasal dari agroforestri dengan kedalaman ≤ 30
Bentuk dari cara pengambilan sampel tanah cm diberi label C1dan C2 untuk kedalaman 30-
pada ketiga lokasi tersebut, dijelaskan pada 60 cm dan yang berasal lahan perkebunan kopi
Gambar 1 . yang kedalaman ≤ 30 cm di beri label L1 dan
30-60 cm di beri label L2.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri data primer
sekunder.
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan yaitu sifat-
sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah, unsur
hara karbon (C-organik), Nitrogen (N-total),
Gambar 1. Bentuk dan Cara Pengambilan Fosfor (P-tersedia), (K-total), Kapasitas Tukar
Sampel Tanah Kation (KTK) dan biomassa seresah yang
Keterangan : diperoleh dari analisis di laboratorium. Metode
A1,B1,C1 = titik pengambilan sampel tanah analisis masing-masing sifat kimia disajikan
dengan ukuran kedalaman ≤ pada tabel 2.
30cm kemudian dikompositkan Tabel 2. Metode analisis sifat kimia tanah.
yang menghasilkan satu sampel
tanah dan di beri label D1.
A2,B2,C2 = titik pengambilan sampel dengan
ukuran kedalaman 30–60 cm
kemudian di kompositkan yang
menghasilkan sampel ke-2 yang
diberi label D2.

90
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

Data Sekunder hingga memungkinkan untuk hanya mengukur


Data sekunder yang dikumpulkan yaitu potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi
kondisi umum wilayah penelitian yang H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan
meliputi: letak, luas wilayah, topografi, iklim, potensial konsentrasi H+ yang diekstrak dengan
jumlah penduduk dan data dari literatur yang air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
menyangkut penelitian . sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan
Analisis Data kemasaman cadangan (potensial) Oksana
Data yang diperoleh dari laboratorium (2012). Menurut Kusumahadi (2008)
kemudian di analisis secara deskriptif, yaitu Pengukuran menunjukkan pH tanah tanpa
dengan mendeskripsi sifat-sifat kimia tanah persoalan, dengan kisaran antara 5,51 – 7.09.
yang telah ada, hasil dari analisis di Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pH
laboratorium. (H2O) pada Perkebunan kopi dengan
kedalaman ≤ 30 cm yaitu 6,49 lebih tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan Hutan primer dan lahan
agroforestri. Sedangkan pada kedalaman 30-60
cm yaitu 6,91 nilai pH (H2O) yang lebih tinggi
Hasil penelitian tentang pH, KTK, C- terdapat pada hutan primer. Tingginya pH
organik, P-total, N-total, dan K-total pada (H2O) tanah pada hutan primer dan perkebunan
berbagai tipe penggunaan lahan di Desa Bobo kopi menunjukan adanya sumbangan seresah
Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi, di sajikan daun, akar, batang yang jatuh ke tanah dan
dalam tabel berikut : terkomposisi atau mengalami pelapukan dengan
Tabel. 3. Hasil analisis dari Berbagai Tipe membentuk lapisan bahan organik. Hal yang
Penggunaan Lahan di Desa Bobo menarik pada ketiga lokasi penelitian adalah
Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. bahwa pH tanah pada kedalaman 30-60 cm
lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman ≤
30 cm. Hal ini di duga disebabkan oleh karena
tercucinya basa-basa kelapisan bawah oleh air
hujan. Menurut Kartasapoetra et al. (1987),
dalam Susilawati (2008), pH tanah yang rendah
akan menyebabkan ketersediaan hara menurun
dan perombakan bahan organik terhambat.
Karbon (C-organik)
Kandungan bahan organik tanah telah
terbukti berperan sebagai kunci utama dalam
Reaksi Tanah mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik,
Reaksi tanah adalah parameter tanah yang kimia maupun biologi. Bahan organik mampu
dikendalikan kuat oleh sifatsifat elektrokimia memperbaiki sifat fisik tanah seperti
koloid-koloid tanah. Istilah ini menunjukkan menurunkan berat volume tanah, meningkatkan
pada kemasaman dan kebasaan tanah, yang permeabilitas, menggemburkan tanah,
derajatnya ditentukan oleh kadar ion hidrogen memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan
dalam larutan tanah. Reaksi tanah (nilai pH) stabilitas agregat, meingkatkan kemampuan
dapat berpengaruh terhadap penyediaan hara tanah memegang air, menjaga kelembaban dan
untuk tanaman (Yusanto, 2009). suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ air hujan, mengurangi aliran permukaan dan
dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai – erosi tanah (Rahayu, 2008).
log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ Kandungan C-organik pada hutan primer
menaikkan potensial larutan yang diukur oleh dengan kedalaman ≤ 30 cm lebih tinggi
alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode dibandingkan dengan lahan agroforestri dan
gelas merupakan elektrode selektif khusus H+, perkebunan kopi. Sedangkan pada kedalaman

91
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

30-60 cm nilai C-organik pada lahan dekomposisi, pengembalian yang kurang dari
agroforestri Lebih tinggi dibandingkan dengan C-organik, dan lain-lain. Bahan organik tanah
hutan primer dan perkebunan kopi. Tingginya sangat menentukan interaksi antar komponen
kandungan C-organik pada hutan primer dan abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
lahan agroforestri dengan kedalaman ≤ 30 cm Kandungan bahan organik antara lain sangat
dan 30-60 cm diduga disebabkan oleh erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar
keragaman vegetasi penyusun hutan primer dan Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.
lahan agroforestri, yaitu merupakan penyusun Kapasitas Tukar Kation (KTK)
utama bahan organik. Fenomena yang menarik Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah
juga menunjukan bahwa kandungan C-organik jumlah muatan positif dari kation yang diserap
pada lapisan ≤ 30 cm lebih tinggi dibandingkan koloid tanah pada pH tertentu. Kapasitas tukar
dengan lapisan 30-60 cm. Kandungan C- kation (KTK) merupakan sifat kimia yang
organik yang rendah merupakan indikator sangat erat hubungannya dengan kesuburan
rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tanah. Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK)
tersedia dalam tanah (Gerson ND, 2008). Hal pada tipe penggunaan lahan hutan primer baik
ini di sebabkan karena lapisan tanah bagian atas pada kedalaman ≤ 30 cm maupun 30-60 cm,
merupakan tempat akumulasi bahan-bahan lebih tinggi dibandingkan 2 tipe penggunaan
organik. Jatuhnya dedaunan, ranting dan batang lainnya. Kemungkinan hal ini disebabkan gugus
dari vegetasi di atasnya sebagai sumber bahan fungsional yang telah mengalami ionisasi
organik utama. Menurut Wasis (2012), dimana akan menghasilkan sejumlah muatan
pembukaan lahan dengan perambahan hutan negatif pada permukaan koloid tanah dan juga
juga berdampak menurunkan jumlah kandungan adanya dekomposisi bahan organik yang dapat
bahan organik tanah terutama C-Organik, N menghasilkan humus yang kemudian KTK
Total dan P. meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan
C-organik adalah penyusun utama bahan oleh penelitian Barek (2013), bahwa nilai KTK
organik. Bahan organik antara lain terdiri dari pada tipe penggunaan lahan hutan primer pada
sisa tanaman dan hewan dari berbagai tingkat kedalaman ≤ 10 cm, lebih tinggi dibanding
dekomposisi. Menurut Sembiring (2008), dengan kedalaman 10-20 cm. Kemudian hal ini
Kegiatan penambangan bauksit adalah disebabkan gugus fungsional yang telah
mengambil tanah lapisan bagian atas sampai ke mengalami ionisasi dimana akan menghasilkan
dalam tanah yang masih mengandung bauksit sejumlah muatan negatif pada permukaan
lalu dicuci dengan air untuk memisahkan tanah koloid tanah dan juga adanya dekomposisi
dengan bauksit sehingga tanah yang bahan organik yang dapat menghasilkan humus
mengandung bahan C-organik larut bersama air, yang kemudian KTK meningkat. Tingginya
hal ini dapat menurunkan kandungan C-organik nilai KTK tanah tersebut dapat disebabkan
pada tapak tersebut. Peranan bahan organik karena tingginya kandungan bahan organik
mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagian akibat dari kegiatan fisik di
tanah. Kandungan bahan organik dalam tanah badan tanah.
merupakan salah satu faktor yang berperan Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah,
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya proses penyerapan unsur hara oleh koloid tanah
tanaman. tidak berlangsung relatif, dan akibatnya unsur-
Bahan organik juga membebaskan N dan unsur hara tersebut akan dengan mudah tercuci
senyawa lainnya setelah mengalami proses dan hilang bersama gerakan air di tanah
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. (infiltrasi, Perkolasi), dan pada gilirannya hara
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena tidak tersedia bagi tumbuhan tanaman. Nilai
digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada
Penurunan jumlah karbon di dalam tanah dapat sifat dan ciri tanah itu sendiri (Barek, 2013).
disebabkan oleh pemanenan kayu/pohon,
pembakaran sisa-sisa tumbuhan, peningkatan

92
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

Nitrogen (N-total) pertumbuhan tanaman tidak optimal dan


Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kandungan menurunkan produktifitasnya. Siklus N di hutan
N-total pada kedalaman tanah ≤ 30 cm adalah alam yang tidak terganggu merupakan siklus
0,17 mg/100g, dan sama pada ketiga lokasi tertutup. Siklus ini merupakan siklus internal
tersebut. Sedangkan pada kedalaman tanah 30- antara tanah, tumbuhan dan mikroorganisme.
60 cm yaitu tertinggi 0,18 mg/100g pada lahan Fospor (P-total)
agroforestri lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Fospor (P-total) pada Lahan
hutan primer dan perkebunan kopi. Tingginya agroforestri dengan kedalaman ≤ 30 cm dan
N-total disebabkan oleh adanya bahan organik kedalaman 30-60 cm, lebih tinggi dibandingkan
yang memberikan sumbangan kedalam tanah. dengan Hutan primer dan perkebunan kopi.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi Adrinal et al. 2012 mengemukakan bahwa
pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan Semakin baiknya kondisi hara tanah tanah
organik ke dalam tanah sebagai stimulan terutama P-tersedia ini diduga karena
bertambahnya N dalam tanah. Selain itu meningkatnya pH tanahnya, disamping itu P
penurunan jumlah nitrogen juga dipengaruhi yang relatif tinggi disebabkan karena lahan
oleh penurunan jumlah bahan organik dan yang digunakan sebelumnya adalah lahan yang
mikroorganime tanah di lokasi tersebut. Karena sudah digunakan secara intensif untuk tanaman
di dalam susunan jaringan bahan organik semusim seperti jagung dan semangka, dengan
terkandung unsur nitrogen organik yang di menggunakan pupuk-pupuk buatan selain dari
dekomposisi oleh mikroorganisme tanah pencucian, rendahnya ketersediaan P dalam
menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman tanah juga kemungkinan disebabkan kurangnya
(Izzudin, 2012). Lebih lanjut Hanafiah (2005) bahan-bahan organik hasil dekomposisi yang
dalam Wasis (2012) menyatakan Hilangnya N menyebabkan kurangnya terhadap ketersediaan
dari tanah juga disebabkan penggunaan untuk humus yang menyuplai terhadap ketersediaan P.
metabolisme tanaman dan mikrobia selain itu Faktor lain yang dapat menghambat
juga N dalam bentuk nitrat sangat mudah ketersediaan P adalah kegiatan organisme yang
tercuci oleh air hujan . Pelepasan nitrogen dari kurang maksimal, pH tanah yang relatif asam
bahan organik dipengaruhi oleh pH tanah. Jika dan alkalis, serta jumlah dan dekomposisi
pH meningkat akan meningkatkan pelepasan N bahan organik yang sedikit. Al dan Fe oksida
sehingga terjadi peningkatan N total tanah. dapat mengikat P sehingga ketersedian P
Sehingga dikatakan tanah itu menjadi subur rendah, begitu juga dengan KTK dan bahan
apabila nitrogennya cukup tinggi dan penyedia organik, dan hal ini yang menyebabkan tanah
bagi tanaman. Hal inilah yang menyebabkan menjadi miskin hara (Hevriyanti, 2012).
mengapa kandungan N-total pada tanah lapisan Kalium (K-total)
bawah (kedalaman ≤ 30-60 cm) lebih tinggi Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah
dibandingkan pada kedalaman 30 cm. Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman
Nilai N-total tanah pada ketiga lokasi dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari
tersebut baik pada kedalaman tanah ≤ 30 cm Kalium akan membantu menetralisir muatan
maupun 30-60 cm kemungkinan dipengaruhi listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
oleh dominasi sejumlah besar kandungan lignin Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya (Utami, 2009).
dan polifenol yang menghambat dekomposisi Sumber utama K dalam tanah adalah mineral
dan mineralisasi N bahan organik. Menurrut feldspar (orthoklas, sanidin), sehingga
Mawardiana (2013), Nitrogen merupakan salah terdapatnya kandungan mineral tersebut
satu unsur hara esensial yang bersifat sangat dalam tanah mengindikasikan adanya sumber
mobil, baik di dalam tanah maupun di dalam K (Prasetyo, B. H., 2007).
tanaman. Selain itu nitrogen bersifat sangat Pada hasil analisis Kalium (K-total)
mudah larut dan mudah hilang ke atmosfir perkebunan kopi pada kedalaman ≤ 30 cm
maupun air pengairan. Kekurangan unsur maupun 30-60 cm lebih tinggi dibandingkan
nitrogen pada tanaman mengakibatkan

93
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

dengan hutan primer dan lahan agroforestri. Hal Barek, 2013. Sifat Kimia Tanah PadaBerbagai
ini di sebabkan oleh alih guna lahan Tipe Penggunaan Lahan di Desa Leboni
menyebabkan nilai K menurun secara drastis, Kecamatan Pamona Puselembo
sesaat setelah lahan hutan ditebang. Lahan Kabupaten Poso, Skripsi (tidak di
hutan mempunyai taraf kesuburan yang lebih publikasikan) Universitas Tadulako.
tinggi, terutama pada kandungan N-total, P- Palu.
tersedia dan K. Sedangkan unsur hara K tinggi, Gerson, ND., 2007. Kondisi Tanah Pada Sistem
karena memang unsur hara ini pada kerak bumi Kaliwu dan Mawar. Info Hutan Vol. 5,
atau pada permukaan tanah kadarnya cukup No. 1, Hal 45-51.
tinggi, dan semakin dalam dari permukaan Herviyanti, 2012. Perbaikan Sifat Kimia Oxisol
tanah, kadar hara K makin rendah (Rosmarkan Dengan Pemberian Bahan Humat dan
dan Yuwono, 2002) dalam Yamani (2012). Pupuk P Untuk Meningkatkan Serapan
Hara dan Produksi Tanaman Jagung.
KESIMPULAN Jurnal Solum Vol. 9, No. 2.
Izzudin, 2012. Perubahan Sifat Kimia dan
Berdasarkan data dari hasil penelitian maka Biologi Tanah Pasca Kegiatan
dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut : Perambahan di Areal Hutan Pinus
1) Sifat kimia tanah pada tipe Reboisasi Kabupaten Humbang
penggunaan lahan dengan kedalaman Hasunduta Provinsi Sumatera Utara.
≤ 30 cm dan 30-60 cm umumnya Skripsi.
memiliki sifat kimia yang bervariasi. Kizilkaya R., Orhan D. 2010. Variation of land
2) Tanah pada Hutan Primer memiliki use and land cover effects on some soil
sifat kimia sebagai berikut ; pH (H2O) physico-chemical characteristics and soil
yang cenderung netral 6.43, C-organik enzyme activity // Zemdirbyste-
2.22 %, N-total 0.17 %, P-total 19.77 Agriculture. vol. 97, No 2, p. 15-24
mg/100g, K-total 37.36 mg/100g dan Mawardiana, 2013. Pengaruh Residu Biochar
KTK 30.18 (+) kg-.¹. dan Pemupukan NPK Terhadap Sifat
3) Sifat kimia tanah pada lahan Kimia Tanah dan Pertumbuhan Serta
agroforestri adalah pH (H2O) 4.86, C- Hasil Tanaman Padi Musim Tanam
organik 1.61, N-total 0.17, P-total Ketiga. Jurnal Konservasi Sumber Daya
19.84, K-total 18.74, dan KTK 14.56. Lahan Vol. 1, No. 1.
Nelvia, 2012. Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan
4) Sifat kimia tanah pada perkebunan Respon Selada terhadap Aplikasi Pupuk
kopi adalah pH (H2O) 6.49, C-organik Kandang dan Trichoderma. Jurnal
1.56 %, N-total 0.17 %, P-total 14.16 Teknobiologi Vol. 3, No. 2. Hal. 139-
mg/100g, K-total 49.69 mg/100g, dan 143.
KTK 28.77 (+) kg-1. Oksana, 2012. Pengaruh Alih Fungsi Lahan
Hutan menjadi perkebunan kelapa sawit
DAFTAR PUSTAKA terhadap sifat kimia tanah. Jurnal
Agroforestri, Vol. 3 No 1. Riau.
Adrinal, 2012. Perbaikan Sifat Fisiko Kimia Prasetyo, B. H., 2007. Perbedaan Sifat-sifat
Tanah. J. Solum Vol. 9, No. 1. Hal 25- Tanah Vertisol dari Berbagai Bahan
32. Induk. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Arifin, 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Indonesia. Vol. 9, No. 1, Hal 20-31.
Berbagai Penggunaan Lahan dalam Rahayu, 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Pada Beberapa Penggunaan Lahan Dan
Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA, ISSN Hubungannya Dengan Tingkat Erosi Di
: 1411-2817, Vol. 12, No. 2. Sub Das Keduang Kecamatan Jatisrono
Wonogiri. Tesis.

94
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 88-95
Juni 2014

Saridevi, 2013. Perbedaan Sifat Biologi tanah Wasis, 2012. Perbandingan Sifat Kimia dan
Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Biologi Tanah Akibat Keterbukaan
di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Lahan Pada Hutan Reboisasi Pinus.
Vertisol. Jurnal Agroekoteknologi Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 3, No. 1.
Tropika Vol. 2, No. 4. Yamani, 2012. Analisis Kadar Hara Makro
Sembiring, 2008. Sifat Kimia dan Fisik Tanah Tanah Pada Hutan Lindung
Pada Areal Bekas Tambang Bauksit. Info Sebatung.Jurnal Hutan Tropis Vol. 12,
Hutan Vol. 5, No. 2. Hal 123-134. No 1.
Susilawati, 2008. Karakteristik Sifat Fisik dan Yusanto, N., 2009. Analisis Sifat Fisik Kimia
Kimia Ubi Kayu. Jurnal Teknologi dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Industri dan Hasil Pertanian Vol. 13, No. Rencana Hutan Tanaman Industri PT
2. Prima Multibuwana. Jurnal Hutan Tropis
Tolaka, 2013. Sifat Fisika Tanah Pada Hutan Borneo Vol. 10, No. 27.
Primer Lahan Agroforestri dan Kebun
Kakao. Jurnal Warta Rimba Vol. 1, No.
1.
Utami, 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia
dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang
Galian C Pada Tiga Tipe Penutupan
Lahan. Skripsi.

95

You might also like