You are on page 1of 9

Media Peternakan, Agustus 2004, hlm. 46-54 Vol. 27 N0.

2
ISSN 0126-0472

Kualitas Fisik dan Mikroba Daging Sapi yang Ditambah


Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Konsentrasi
dan Lama Penyimpanan yang Berbeda

Komariah, I. I. Arief, & Y. Wiguna


Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor 16680
(Diterima 13-04-2004; disetujui 1-07-2004)

ABSTRACT

The objective of this research was to determine the effect of ginger addition in
pasta form with different concentration and time of storages on meat tenderness, total
microbe, and pH value. The semimembranosus of 2 to 3 years old Brahman Cross
muscle from Bogor slaughter house was used for this research. This research was
executed at Laboratory of Large Ruminant, Faculty of Animal Science, Bogor
Agricultural University. This research used a completely randomized design with factorial
pattern 3 x 4 with 3 replications. First factor was concentration of ginger addition
consist of 0, 6, and 8% of meat weight and the second factor was time of storage,
consisted 0, 3, 6, and 9 days. The result showed that there was no significant difference
of ginger concentration on pH value, in contrast there was a significant difference (P
< 0.01) of storage time and interaction between factors. The decreasing pH value
influenced tenderness and total microbes. Time of storage and interaction between
factors showed a significant effect (P < 0.05) on meat tenderness. Interaction occurred
on 6 days of meat storage with shear value 4.43 kg/cm3. The highest tenderness value
was obtained on 9 days of meat storage for ginger concentration of, 6% and 8%, i.e.
4.02 kg/cm3 and 3.76 kg/ cm3 respectively. Both factors and their interaction showed a
significant difference (P < 0.01) on total microbes. The decrease of total microbes
occurred on treated samples but in control total microbe increased until 9 days of meat
storage. Six percent ginger addition decreased total microbes until 9 days of meat
storage that was 1.5 x 106 cfu/g. In 9 days of meat storage the result showed that 6%
and 8% ginger addition had total microbes 3.3 x 107 cfu/g and 2.1 x 107 cfu/g respectively.
Antimicrobial activity increased as ginger concentration addition increased.

Key words: ginger (Zingiber officinale Roscoe), antimicrobial, proteolityc enzyme,


total microbes, tenderness

PENDAHULUAN yang dibutuhkan mikroorganisme perusak dan


pembusuk untuk pertumbuhannya. Pertumbuh-
Daging adalah salah satu dari produk an mikroorganisme ini dapat mengakibatkan pe-
pangan yang mudah rusak disebabkan daging rubahan fisik maupun kimiawi yang tidak di-
kaya zat yang mengandung nitrogen, mineral, inginkan, sehingga daging tersebut rusak dan
karbohidrat, dan kadar air yang tinggi serta pH tidak layak untuk dikonsumsi.

Edisi Agustus 2004 46


KOMARIAH ET AL. Media Peternakan

Usaha-usaha untuk meningkatkan MATERI DAN METODE


kualitas daging bisa dilakukan dengan proses
pengawetan dan peningkatan keempukan Penelitian ini menggunakan sampel
dengan penambahan enzim proteolitik. Penga- daging dari otot semimembranosus pada
wetan daging akan memperpanjang masa bagian paha belakang karkas sapi Brahman
simpan dan memperbaiki persediaan daging de- Cross yang berumur sekitar 2 sampai dengan
ngan mengurangi kerusakan dan pembusukan 3 tahun dari RPH Kotamadya Bogor. Sampel
oleh mikroorganisme. Penambahan enzim pro- dibagi menjadi 36 bagian yang masing-masing
teolitik akan meningkatkan keempukan dan seberat 250 gram. Penelitian ini dilakukan di
penerimaan daging oleh konsumen. Pengawet- Laboratorium Ternak Ruminansia Besar Fapet
an pada prinsipnya adalah penghambatan keru- IPB.
sakan oleh bakteri dan bisa dilakukan dengan Pasta jahe dibuat dengan cara meng-
penggunaan senyawa antimikroba. Tujuan pe- haluskan rimpang jahe dengan blender, yang
ngawetan tersebut ditentukan oleh waktu pe- sebelumnya telah dibersihkan terlebih dahulu
nyimpanan komoditi. dari kotoran yang melekat. Selanjutnya jahe
Jahe merupakan rempah-rempah ber- tersebut dibalurkan pada permukaan sampel
aroma, mempunyai rasa pedas dan hangat, dan daging. Sebanyak 12 sampel daging dijadikan
umumnya digunakan sebagai bahan penambah sebagai kontrol yaitu tanpa penambahan jahe
(konsentrasi 0%), lalu 12 sampel berikutnya
citarasa pada produk-produk seperti daging.
dibaluri jahe dengan konsentrasi 6% dan
Menurut Thomas (1984) dan Foster (2000),
sisanya 12 sampel dibaluri dengan jahe dengan
jahe mengandung aktivitas antimikroba yang
kon-sentrasi 8% dari bobot daging. Setelah
dapat digunakan untuk menekan atau meng-
itu setiap sampel dikemas dan disimpan
hentikan pertumbuhan (bakteriostatik dan
berdasarkan masing-masing konsentrasi
fungistatik) E. coli (Hapsari, 2000) bahkan
penambahan jahe ke dalam refrigerator dengan
membunuh (bakterisidal dan fungisidal) bakteri
suhu 40C.
Bacillus subtilis, Micrococcus varians, dan
Analisis sampel dimulai pada hari ke-0
Leuconostoc sp. (Jenie et al. 1992), kapang
pada pk. 10.00 WIB, yaitu tepatnya pada 10
dan khamir tertentu. Jahe juga mengandung en- jam setelah pemotongan dan 9 jam setelah
zim proteolitik proteinase thiol (Lee et al., 1986) pemberian perlakuan. Pemeriksaan berikutnya
dan Zingibain (Haldin Pasific Semesta, 2001) pada hari ke-3, 6, dan 9 pada jam yang sama.
yang dapat digunakan untuk melunakkan daging Pengukuran pH daging menurut AOAC (1995).
sebelum dimasak. Kedua senyawa tersebut, Pengukuran keempukan menggunakan Warner
baik senyawa antimikroba ataupun enzim pro- Bratzler Shear (Soeparno, 1992). Uji Total
teolitik, sangat menentukan kualitas daging. Mikroba menggunakan Total Plate Count
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari (APHA, 1992). Penelitian ini menggunakan
pengaruh penambahan jahe dalam bentuk pasta Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4
dengan konsentrasi dan lama penyimpanan dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
yang berbeda terhadap total mikroba, keem- konsentrasi penambahan jahe terdiri dari 0%,
pukan, dan nilai pH daging sapi dengan konsen- 6%, dan 8% dari bobot daging dan faktor kedua
trasi dan lama penyimpanan yang berbeda. adalah lama penyimpanan yaitu 0, 3, 6, dan 9
Penambahan jahe ini diharapkan dapat hari. Pengolahan data menggunakan Analysis
mengawetkan (sehingga dapat memperpanjang of Variance (ANOVA) dan hasil yang berbeda
masa simpan) dan meningkatkan keempukan nyata diuji dengan menggunakan Uji Polinomial
daging sapi. Ortogonal.

Edisi Agustus 2004 47


Vol. 27 No. 2. KUALITAS FISIK DAN MIKROBA DAGING SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan nilai pH dalam otot


postmortem banyak ditentukan oleh laju glikolisis
Sifat Fisik postmortem serta cadangan glikogen otot dari
daging, normalnya adalah 5,4 sampai dengan
Nilai pH 5,8 (Soeparno, 1992). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa penurunan nilai pH terjadi
Setelah hewan mati metabolisme aerobik seiring dengan lamanya penyimpanan.
tidak terjadi karena sirkulasi darah yang mem- Penurunan nilai pH pada daging yang ditam-
bawa oksigen ke jaringan otot terhenti, sehingga bahkan jahe masih terjadi sampai dengan lama
metabolisme berubah menjadi sistem anaerobik penyimpanan hari ke-9, sedangkan pada kontrol
yang menyebabkan terbentuknya asam laktat. pH menurun hanya sampai 6 hari penyimpanan
Penimbunan asam laktat dalam daging me- selanjutnya mengalami peningkatan pada hari
nyebabkan turunnya pH jaringan otot. Data nilai ke 9. Diduga jahe pada daging mempengaruhi
pH daging setelah mendapat perlakuan penam- laju glikolisis postmortem sehingga nilai pH terus
bahan jahe dapat dilihat pada Tabel 1. mengalami penurunan walaupun pada suhu ren-
Konsentrasi penambahan jahe tidak dah selama penyimpanan. Suhu yang rendah,
berpengaruh nyata dan faktor lama penyim- menurut Pearson (1987), dapat menghambat
panan memberikan hasil yang sangat nyata (P penurunan nilai pH pada daging. Hal ini dapat
< 0,01) terhadap nilai pH. Interaksi antara kedua terlihat pada laju glikolisis daging kontrol yang
faktor juga menunjukkan hasil yang sangat nyata dihambat oleh rendahnya suhu sehingga penu-
(P < 0,01). Nilai pH kontrol membentuk kurva runan pH terhambat antara pH 5,5 sampai
kuadratik dengan persamaan Y = 5,5383 – dengan 5,6.
0,0256X + 0,0044X2 dan R2= 0,9693. Kon- Penambahan jahe berpengaruh terhadap
sentrasi penambahan jahe 6% selama penyim- keempukan dan total mikroba pada daging.
panan membentuk kurva kuadratik dengan Daging dengan pH akhir yang rendah sekitar
persamaan Y = 5,814 – 0,0814X + 0,0046X2 5,1 sampai dengan 6,1, menurut Buckle et al.
dan R2= 0,9999, sedangkan konsentrasi penam- (1987), mempunyai struktur yang terbuka yang
bahan jahe 8% selama penyimpanan memben- memudahkan penetrasi zat-zat tertentu ke da-
tuk kurva linear dengan persamaan Y = 5,7317 lam daging seperti pada proses pengasinan da-
– 0,0189X dan R2= 0,9469 (Gambar 1). ging. Struktur terbuka ini diduga akan memudah-

Tabel 1. Pengaruh penambahan jahe terhadap nilai pH pada lama penyimpanan yang berbeda

Konsentrasi jahe (%)


Lama simpan
Rataan
(hari)
0 6 8

0 5,53 ± 0,10cd 5,81 ± 0,15a 5,74 ± 0,06ab 5,69 ± 0,16


3 5,52 ± 0,02cd 5,61 ± 0,03bcd 5,68 ± 0,07abc 5,60 ± 0,08
6 5,53 ± 0,11cd 5,49 ± 0,09d 5,59 ± 0,10bcd 5,54 ± 0,10
9 5,67 ± 0,06abc 5,46 ± 0,11d 5,58 ± 0,07bcd 5,57 ± 0,12
Rataan 5,56 ± 0,10 5,59 ± 0,17 5,65 ± 0,09

Keterangan: - Data hari ke-0 merupakan hasil pengukuran setelah 9 jam pemberian perlakuan.
- superskrip berbeda dalam kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).

Edisi Agustus 2004 48


KOMARIAH ET AL. Media Peternakan

kan masuknya enzim proteolitik dan zat keempukan berpengaruh nyata (P < 0,05). Data
antimikroba jahe ke dalam daging pada pene- keempukan daging dengan penambahan jahe se-
litian ini. lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengaruh konsentrasi penambahan jahe
Keempukan terhadap keempukan selama penyimpanan
membentuk kurva linear dengan persamaan Y
Keempukan adalah salah satu sifat mutu = 5,5097 - 0,1696X dan R2 = 0,8591 untuk
yang penting pada daging. Daging yang empuk konsentrasi 6% dan Y = 6,6173 – 0,3409X dan
adalah hal yang paling dicari konsumen. Salah R2 = 0,9693 untuk konsentrasi 8%. Pada da-
satu cara untuk mendapatkan daging yang em- ging kontrol (konsentrasi jahe 0%) membentuk
puk dilakukan dengan penambahan enzim kurva kuadratik dengan persamaan Y = 47982
proteolitik yaitu enzim yang mampu memecah – 0,1378X + 0,0156X2 dan R2 = 0,6983 (Gam-
atau mengurai protein. Tingkatan keempukan bar 2).
pada daging, menurut Soeparno (1992), dapat Daging pada hari ke-0 penyimpanan
dihubungkan dengan tiga katagori protein otot dengan konsentrasi penambahan jahe 6% dan
yaitu protein jaringan ikat, miofibril, dan sarko- 8% mempunyai nilai shear jauh lebih tinggi
plasma. dibandingkan pada daging kontrol (konsentrasi
Faktor lama penyimpanan berpengaruh 0%). Namun, seiring dengan lamanya penyim-
sangat nyata (P < 0,01), sedangkan konsentrasi panan keempukan daging berangsur-angsur
penambahan jahe tidak berbeda nyata terhadap meningkat. Hal ini disebabkan adanya kan-
keempukan daging. Interaksi antara konsentrasi dungan enzim proteolitik pada jahe. Menurut
penambahan jahe dan lama penyimpanan pada Muchtadi & Sugiyono (1992), enzim proteolitik

5.9

5.8

5.7
Nilai pH

5.6

5.5

5.4
0 3 6 9
Lama simpan (hari)

Kon.0% Kon.6% Kon.8%


Kuadratik (kon.0%) Kuadratik (kon.6%) Linear (Kon.8%)

Gambar 1. Hubungan interaksi konsentrasi penambahan jahe dan lama simpan pada nilai pH

Edisi Agustus 2004 49


Vol. 27 No. 2. KUALITAS FISIK DAN MIKROBA DAGING SAPI

pada rimpang jahe dapat melunakkan daging polisakarida dari matriks subtansi dasar,
sebelum dimasak. Keempukan daging tertinggi kemudian secara cepat menurunkan serat-
didapat pada lama penyimpanan hari ke-9 pada serat tenunan pengikat menjadi massa yang
konsentrasi jahe 8%. Hal ini memperlihatkan amorf. Enzim tersebut merusak protein tenun-
bahwa lama penyimpanan mempengaruhi an pengikat menjadi molekul-molekul yang
keempukkan pada daging. Namun perlu diper- mengandung hidroksiprolin yang larut.
hatikan bahwa keempukan yang tinggi bukan Lee et al. (1986) menyatakan, bahwa
satu-satunya kriteria penerimaan konsumen proteinase jahe adalah proteinase thiol yang
atau syarat kualitas daging yang baik, tetapi efektif dalam meningkatkan keempukan daging
harus diperhatikan pula jumlah mikroba yang melalui fragmentasi dari miofibril oleh
terkandung di dalamnya. perlakuan degradasi dari filamen tipis pada I-
Secara alami pengempukan daging bands. Seiring dengan meningkatnya lama
dapat terjadi selama penyimpanan oleh enzim penyimpanan kerja dari enzim proteolitik jahe
juga meningkat. Interaksi terjadi pada lama
proteolitik yang terdapat pada daging terutama
penyimpanan 6 hari dengan nilai keempukan
enzim katepsin yang aktifitasnya tinggi pada
rata-rata 4,43 kg/cm2. Laju penurunan nilai pH
suhu dingin melalui proses hidrolisis. Terjadinya
mempengaruhi keempukan daging. Thompson
keempukan daging selama penyimpanan
et al. (1986) melaporkan, bahwa kisaran pH
disebabkan daging mengalami perubahan oleh
optimal untuk aktivitas proteolitik adalah 5,0
enzim proteolitik tetapi bukan hasil kerja enzim sampai dengan 6,0. Terlihat bahwa keempukan
proteolitik pada tenunan pengikat (Soeparno, daging yang ditambahkan jahe semakin
1992). meningkat seiring dengan menurunnya nilai pH
Enzim proteolitik pada jahe diduga se- pada daging yang masih berada dalam kisaran
perti halnya dengan enzim proteolitik lain se- nilai pH optimal untuk kerja enzim proteolitik
perti papain, bromelin, dan fisin, menghasilkan dalam mengempukan daging. Semakin tinggi
keempukan awal pada serabut-serabut jaringan konsentrasi jahe yang ditambahkan dengan ma-
ikat (Soeparno, 1992). Menurut Lawrie (1995), sa penyimpanan yang lama maka keempukan
enzim proteolitik mula-mula merusak muko- daging akan semakin meningkat.

Tabel 2. Pengaruh penambahan jahe terhadap keempukan pada lama penyimpanan yang berbeda
(kg/cm2)

Konsentrasi jahe (%)


Lama simpan
Rataan
(hari) 0 6 8
0 4,76 ± 0,65bcd 5,91 ± 1,25ab 6,71 ± 1,04a 5,79 ± 1,22
3 4,65 ± 1,11bcd 4,62 ± 0,39bcd 5,62 ± 0,63ab 4,96 ± 0,83
6 4,41 ± 0,55bcd 4,63 ± 0,65bcd 4,24 ± 0,60cd 4,43 ± 0,55
9 4,87 ± 0,31bc 4,02 ± 0,63cd 3,76 ± 0,41d 4,22 ± 0,64
Rataan 4,67 ± 0,63 4,79 ± 0,99 5,08 ± 1,36

Keterangan: - Nilai keempukan yang semakin rendah berarti daging semakin empuk.
- Data hari ke-0 merupakan hasil pengukuran setelah 9 jam pemberian perlakuan.
- superskrip berbeda dalam kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).

Edisi Agustus 2004 50


KOMARIAH ET AL. Media Peternakan

Total Mikroba yang menentukan akhir dari masa simpannya,


menurut Ockerman (1984), adalah 3,39 x 106
Daging hewan yang sehat sebelum cfu/g. Jumlah mikroba yang didapat pada daging
pemotongan pada dasarnya adalah steril atau untuk masing-masing konsentrasi penambahan
hanya mengandung tingkat mikroorganisme jahe me-nunjukkan, bahwa daging sudah tidak
yang sangat sedikit, namun setelah pemotongan, memenuhi syarat mutu. Hal ini diduga disebab-
jaringan-jaringan tersebut mulai terkontaminasi kan penanganan yang kurang higienis dan
oleh mikroba dari lingkungan sekitar. Data total sanitasi yang kurang baik sejak sapi dipotong
mikroba daging setelah mendapatkan perlakuan sehingga menyebabkan kontaminasi oleh mi-
penambahan jahe selama penyimpanan dapat kroorganisme pada daging.
dilihat pada Tabel 3. Namun demikian, terlihat penurunan
Pengaruh interaksi antara konsentrasi jumlah mikroba untuk daging yang ditambahkan
penambahan jahe dan lama simpan terhadap jahe pada lama simpan hari ke-3, sedangkan
total mikroba sangat nyata (P < 0,01). Faktor pada kontrol terus mengalami peningkatan sam-
perlakuan penambahan jahe dan lama simpan pai lama simpan hari ke-9. Pada kontrol, di awali
juga berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) hari ke-3 sampai hari ke-9 penyimpanan, jumlah
terhadap total mikroba. Hal ini diperjelas pada mikroba sudah melebihi batas maksimum yang
Gambar 3. ditentukan Ockerman (1984), yang berarti da-
Syarat mutu daging sapi untuk jumlah ging tersebut sudah tidak layak untuk dikon-
mikroba maksimum adalah 5 x 105 kuman/gram sumsi yaitu berturut-turut 3,8 x 106; 2,3 x 107;
(BSN, 1995), sedangkan tingkat maksimum dan 5,0 x 107 cfu/g. Jumlah mikroba daging de-
total mikroba yang dapat diterima pada daging ngan konsentrasi penambahan jahe 6% dan 8%

6.5
Nilai keempukan (kg/cm2)

5.5

4.5

3.5

3
0 3 6 9
Lama simpan (hari)

Kon.0% Kon.6% Kon.8%


Kuadratik (Kon.0%) Linear (Kon.6%) Linear (Kon.8%)

Gambar 2. Hubungan interaksi konsentrasi penambahan jahe dan lama simpan pada keempukan

Edisi Agustus 2004 51


Vol. 27 No. 2. KUALITAS FISIK DAN MIKROBA DAGING SAPI

yang melebihi kisaran batas maksimum Senyawa antimikroba pada jahe seperti
diperoleh pada hari ke-9. Jadi dengan limonen, linalool, alfa-pinen, 1-8 sineol, alfa
penambahan jahe dapat mengawetkan daging felandren, dan p-simen merupakan senyawa
dua kali lebih lama dibandingkan dengan daging volatil yang mudah menguap sehingga pada
kontrol. penyimpanan yang lebih lama keefektifan se-
Pada kontrol, penghambatan per- nyawa antimikroba tersebut akan berkurang
tumbuhan mikroba hanya dipengaruhi oleh suhu dan menghilang karena menguap, sedangkan
penyimpanan dan nilai pH daging. Pada daging senyawa zingeron dan gingerol bukan senyawa
yang ditambahkan jahe, selain suhu penyim- volatil sehingga dapat menghambat pertumbuh-
panan dan pH, pertumbuhan mikroba tersebut an mikroba lebih lama.
dihambat oleh zat antimikroba yang terkandung Pada konsentrasi 8%, zat antimikroba
dalam jahe. Selain menghambat pertumbuhan efektif menurunkan jumlah mikroba sampai hari
mikroba, zat antimikroba pada jahe juga bersifat ke-6 dan seterusnya pertumbuhan mikroba pada
membunuh mikroba pada daging yang terlihat daging meningkat kembali pada hari ke-9. Hal
dengan adanya penurunan jumlah mikroba pada ini berarti bahwa semakin besar konsentrasi jahe
3 hari penyimpanan. Zat antimikroba yang yang ditambahkan, maka keefektifan dalam
terkandung dalam jahe adalah zingeron dan menghambat dan bahkan membunuh mikroba
gingerol yang merupakan senyawa turunan akan semakin tinggi hingga hari ke 6.
metoksi fenol dalam oleoresin jahe (Al-Khayat Gambar 3 memperlihatkan, bahwa pe-
& Blank, 1985) dan bersifat bactericidal nambahan jahe dapat mengurangi jumlah awal
terhadap E. coli termasuk monoterpen limonen mikroba, memperlambat fase pertumbuhan awal
dan linalool pada jahe juga diduga menghambat dan fase pertumbuhan logaritmik. Hal ini sesuai
pertumbuhan dan membunuh mikroba (Judis, dengan tujuan dari pengawetan yang dinyatakan
1962 dikutip dari Hapsari, 2000). oleh Fardiaz (1992). Mekanisme bakteriostatik
Zat antimikroba dalam jahe pada kon- atau bakterisidal zat antimikroba jahe yang
sentrasi 6% hanya efektif menurunkan jumlah merupakan senyawa fenol diduga dengan cara
mikroba daging sampai hari ke-3 dan jumlah merusak membran sel yang akan berakibat ter-
mikroba yang mampu bertahan pada hari ke-6 jadinya kebocoran sel (Judis, 1962 dikutip dari
mulai terlihat tumbuh dan berkembang kembali. Hapsari, 2000). Menurut Russel & Gould

Tabel 3. Pengaruh penambahan jahe terhadap total mikroba pada lama penyimpanan yang berbeda
(cfu/g)

Lama simpan Konsentrasi jahe (%)


Rataan
(hari) 0 6 8
0 1,8 x 106gh 4,5 x 106de 5,3 x 106d 3,8 x 106
3 3,8 x 106ef 1,5 x 106h 3,3 x 106f 2,8 x 106
6 2,3 x 107c 4,7 x 106de 2,8 x 106g 1,0 x 107
9 5,0 x 107a 3,3 x 107b 2,1 x 107c 3.4 x 107
Rataan 1,9 x 107 1,1 x 107 0,8 x 107

Keterangan: - Data hari ke-0 merupakan hasil pengukuran setelah 9 jam pemberian perlakuan.
- superskrip berbeda dalam kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).

Edisi Agustus 2004 52


KOMARIAH ET AL. Media Peternakan

(1991), preservatif fenolik ini aktif pada kisaran kapang, jahe dapat bersifat fungisidal pada kon-
pH 3,5 sampai dengan 8,0, dan pH yang ter- sentrasi yang rendah sedangkan pada khamir
dapat pada daging masih dalam kisaran pH ini. hanya bersifat fungistatik bahkan dalam
Mekanisme lain zat antimikroba adalah konsentrasi yang lebih tinggi. Peningkatan kem-
penghambatan sintesis di dinding sel, peng- bali jumlah mikroba setelah 3 hari lama penyim-
hambatan sintesis protein, sintesis asam nukleat panan pada konsentrasi 6% memperlihatkan
dan penghambatan pertumbuhan analog (Lay bahwa mikroba mampu tumbuh dan berkem-
& Hastowo, 1992). Ditambahkan oleh Judis bang kembali. Hal ini diduga disebabkan pe-
(1965) yang dikutip dari Hapsari (2000), bahwa ngaruh jahe hanya memperpanjang masa per-
senyawa fenol mampu menghambat pertum- siapan (lag fase) bagi bakteri yang resisten ter-
buhan seperti E. coli, dengan menghambat hadap antimikroba jahe dan juga masa adaptasi
pemecahan glukosa baik secara aerobik mau- dari pertubuhan mikroba tersebut setelah 3 hari
pun anaerobik sehingga mengganggu proses penyimpanan.
sintesa energi.
Berdasarkan hasil pangamatan Jenie et KESIMPULAN
al. (1992), pada umumnya bakteri Gram negatif
lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba jahe Penambahan jahe (Zingiber officinale
dibandingkan dengan bakteri Gram positif, hal Roscoe) hingga 8% pada daging sapi akan
ini mungkin disebabkan dinding sel bakteri Gram meningkatkan daya simpan keempukan daging.
negatif mempunyai lapisan lemak yang lebih Pola respon interaksi terhadap nilai pH
tebal daripada bakteri Gram positif. Pada yaitu kuadratik pada faktor konsentrasi penam-

7.8

7.5
Total mikroba (Log cfu/g)

7.2

6.9

6.6

6.3

6
0 3 6 9
Lama simpan (hari)

Kon. 0% Kon. 6% Kon. 8%


kubik (kon.0%) kuadratik (kon.6%) kuadratik (kon.8%)

Gambar 3. Hubungan interaksi konsentrasi penambahan jahe dan lama simpan pada total mikroba

Edisi Agustus 2004 53


Vol. 27 No. 2. 2004 KUALITAS FISIK DAN MIKROBA DAGING SAPI

bahan jahe dan lama penyimpanan linear. Pada Jenie, B. S. L., K. Undriyani, & R. Dewanti. 1992.
keempukan yaitu linear untuk faktor konsentrasi Pengaruh konsentrasi jahe dan waktu kon-
penambahan jahe dan lama simpan. Pola respon tak terhadap aktivitas beberapa mikroba
penyebab kerusakan pangan. Bul. Pen. Ilmu
interaksi pada total mikroba yaitu kuadratik pada dan Tek. Pangan III (2): 1-16.
konsentrasi penambahan jahe dan kubik pada Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. Edisi kelima. Terje-
lama penyimpanan. mahan: A. Parakassi, & Y. Amwila. Universi-
Konsentrasi dan waktu penyimpanan ter- tas Indonesia Press, Jakarta.
baik dari hasil yang didapat pada penelitian ini Lay, B. W. & S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi.
adalah konsentrasi penambahan jahe 8% Rajawali Press, Jakarta.
Lee, Y. B., D. J. Sehnert, & C. R. Ashmore. 1986.
dengan lama penyimpanan 6 hari. Tenderization of meat with ginger rhizome
protease. J. Food Sci. 51: 1558-1559.
DAFTAR PUSTAKA Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pe-
ngetahuan Bahan Pangan. Departemen
Al-Khayat, M. A. & G. Blank. 1985. Phenolic spice Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
components sporostatik to Bacillus subtilis. Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
J. Food Sci. 50: 971-974. Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
American Public Health Association. 1992. Standar Ockerman, H. W. 1984. Quality Control of Post mor-
Methods for The Examination of Dairy Pro- tem Muscle Tissue. Vol. 4: Microbiology. 12th
duct.16th ed. Port City Press,Washington DC. Ed. Dept. of Animal Sci., The Ohio State
Badan Standardisasi Nasional. 1995. Daging sapi/ University & The Ohio Agriculture Research
kerbau. SNI No. 01-3947-1995. Badan & Development Center, Ohio.
Standarisasi Nasional, Jakarta. Pearson, A. M. 1987. Muscle Function and Post-
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet & M. mortem Changes. In: J. F. Price & B. S.
Wooton. 1986. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Schweigert. The Science of Meat and Meat
Purnomo & Adiono. Univ. Indonesia Press, Product. Food and Nutrition Press Inc.,
Jakarta. Westport, Connecticut.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Russel, N. J. & G. W. Gould. 1991. Food
Pustaka Utama, Jakarta. Preservatives. Blackie and Son Ltd. Glasgow
Foster, S. 2000. Your Food is Your Medicine. http:/ and London.
/www..stevenfoster.com/education/mono Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah
graph/ginger.html. [15 April 2002]. Mada University Press, Yogyakarta.
PT. Haldin Pacific Semesta. 2001. Ginger. http:// AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of
www.haldin natural.com/techdata/ginger. AOAC International. 16th ed. AOAC Inter-
html. [15 April 2002]. national, Arlington, Arizona.
Hapsari, D. 2000. Identifikasi dan kajian keamanan Thomas, P. R. 1984. Mempelajari pengaruh bubuk
mikrobiologi produk-produk minuman sari ja- rempah-rempah terhadap pertumbuhan
he yang beredar di sekitar kota Bogor. Skrip- kapang Aspergillus flavus Link. Skripsi.
si. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakul- Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
tas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. Bogor, Bogor.

Edisi Agustus 2004 54

You might also like